Anda di halaman 1dari 26

1

Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan


Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Sri Wulan Sari


Universitas Muhammadiyah Palembang 1

Abstract
This study aims to determine the effect of capital structure and profitability on
corporate value with dividend policy as an intervening variable on manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Variable used there are 2
independent variable namely is DER and ROE variable and dependent variable
that is PBV plus also intervening variable is DPR. Sample data analysis used in
the research is 45. Analysed used is classical assumption model test, multiple
regression analysis, coefficient of determination, path analysis, Mediation
Detection Test (Sobel Test), F test and t test. Based on the result of the research, it
is found that: (1) DER has negative and significant influence to DPR; (2) ROE has
a negative but not significant effect on dividend policy; (3) DER has a negative
and significant effect on PBV; (4) ROE has a positive and significant effect on
PBV; (5) DPR has positive but insignificant effect on PBV; (6) There is no
influence of DPR mediation on the indirect influence of DER on PBV; and (7)
There is no influence of DPR mediation on the indirect influence of PBV on PBV.

Keywords: DER, ROE, DPR, PBV

1. Pendahuluan
Meningkatnya nilai perusahaan menunjukkan meningkatnya kemakmuran
pemilik atau para pemegang sahamnya. Oleh karena itu, tingginya nilai perusahaan
sudah pasti menjadi tujuan utama sebuah perusahaan khususnya perusahaan go
public. Selain itu, nilai perusahaan yang baik menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan juga baik sehingga akan menarik investor untuk menanamkan modalnya.
Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor
tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun
prospek ke depannya (Brealey et.al, 2007, p.46).
Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar
modal dan tersedianya dana dari para calon investor yang berminat menginvestasikan
modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu factor pertimbangan investasi
yang cukup penting. Hal ini berkaitan dengan risiko dan pendapatan yang akan
diterima investor. Investor memerlukan informasi perusahaan seperti laporan
keuangan untuk melihat struktur modal perusahaan. Para investor akan melakukan

1
Corresponding Author: Sri Wulan Sari adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi
Manajemen Universitas Muhammadiyah Palembang. Email: wulanqueen89@gmail.com
2

berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan modalnya pada


perusahaan melalui informasi yang salah satunya berasal dari laporan keuangan
perusahaan.
Selain daripada struktur modal, profitabilitas juga memengaruhi nilai
perusahaan. Teori signaling menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi berkaitan
dengan prospek perusahaan yang bagus sehingga memicu investor untuk
meningkatkan permintaan saham (Ivana, 2009). Permintaan saham yang meningkat
menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Profitabilitas merupakan salah satufaktor
yang dapat memengaruhi nilai dari perusahaan. Menurut Harmono (2011, p.110)
profitabilitas yang merupakan salah satu ukuran kinerja keuangan memiliki
hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik, hal
ini akan berdampak positif terhadap keputusan investor dan kreditor.
Pada penelitian ini juga menjadikan variabel kebijakan dividen sebagai
variabel intervening dalam memediasi hubungan antara struktur modal dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Menurut Irrelevance Theory, mengatakan
bahwa rasio pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak memengaruhi
kesejahteraan pemegang saham. Nilai perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba, aset-aset perusahaan atau kebijakan
investasinya, dan pembagian laba untuk dibagikan sebagai dividen dan laba ditahan
tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2014, p.152).
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh teori Bird in The Hand Theory, yang
menyatakan bahwa dividen lebih pasti daripada perolehan modal (Mardiyati, et al,
2012).
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan dapat diketahui bahwa ada beberapa penelitian yang
menjadikan kebijakan dividen sebagai variabel intervening dalam memediasi
hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Seperti pada
penelitian yang dilakukan Sari (2015) pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek
Indonesia tentang pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagai variabel intervening. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kebijakan
dividen terbukti memediasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Ketika
profitabilitas naik maka nilai perusahaan melalui kebijakan dividen akan naik.
3

Namun perbedaan terjadi pada penelitian Diswani (2012) tentang Pengaruh


Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan yang Masuk Kelompok
Jakarta Islamic Index Periode 2007–2010. Hasil penelitian ini tidak dapat
menunjukkan bahwa kebijakan dividen dapat memediasi hubungan kausalitas antara
profitabilitas dengan nilai perusahaan. Dengan demikian, pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan adalah bersifat langsung.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya atau belum adanya
keseragaman pendapat antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan melalui kebijakan dividen sebagai
variabel intervening. Ada yang berpendapat bahwa kebijakan dividen dapat
memediasi hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan,
namun peneliti lain berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak dapat memediasi
hubungan antara faktor-faktor tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2013-2017. Peneliti memilih melakukan penelitian
pada perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur memiliki struktur
operasional yang beragam dan perusahaan manufaktur identik dengan proses
produksi yang membutuhkan aktiva tetap yang besar untuk menghasilkan produk.
Selain itu, perusahaan manufaktur merupakan jumlah emiten yang terbesar dibanding
dengan jumlah emiten yang listing di BEI. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh
Indonesia Stock Exchange (IDX) total jumlah emiten sampai tahun 2017 adalah
sebanyak 570 perusahaan dan yang tergolong emiten manufaktur berjumlah 159
perusahaan, dengan jumlah besar tersebut perusahaan-perusahaan manufaktur
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dinamika perdagangan saham di
Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini, perusahaan manufaktur difokuskan pada
sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2013 sampai 2017.
Penelitian ini menjadi semakin menarik untuk diteliti karena ada fakta yang
berbeda antara data dan teori yang dikemukakan. Sehingga dengan adanya tambahan
kebijakan dividen sebagai variabel intervening maka akan menjadi pertanyaan bagi
4

peneliti apakah variabel intervening akan memberikan dampak secara tidak langsung
antara hubungan struktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dalam
penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pengaruh struktur modal (DER) terhadap kebijakan dividen
(DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
b. Bagaimanakah pengaruh profitabilitas (ROE) terhadap kebijakan dividen
(DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
c. Bagaimanakah pengaruh struktur modal (DER) terhadap nilai perusahaan
(PBV) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
d. Bagaimanakah pengaruh profitabilitas (ROE) terhadap nilai perusahaan
(PBV) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
e. Bagaimanakah pengaruh kebijakan dividen (DPR) terhadap nilai perusahaan
(PBV) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
f. Bagaimanakah pengaruh struktur modal (DER) terhadap nilai perusahaan
(PBV) melalui kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia?
g. Bagaimanakah pengaruh profitabilitas (ROE) terhadap nilai perusahaan
(PBV) melalui kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia?
2. Literatur Review
Secara normatif tujuan keputusan keuangan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan. Karena dengan memaksimumkan nilai perusahaan maka pemilik
perusahaan akan lebih makmur. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia
dibayarkan oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Bagi perusahaan
yang menerbitkan saham di pasar modal (perusahaan go public), harga saham yang
diperjual-belikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan (Husnan, 2013, p.7).
Sementara itu, menurut Harmono, (2011, p.233) nilai perusahaan merupakan
kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh permintaan
dan penawaran di pasar modal yang merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja
perusahaan. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Adapun
5

yang dimaksud dengan harga saham di sini adalah harga yang terjadi pada saat saham
diperdagangkan di pasar, atau tepatnya disebut harga penutupan (clossing price).
Pada penelitian pengukuran nilai perusahaan menggunakan rasio Price Book
Value (PBV). Menurut Darmadji dan Fakhruddin, (2011, p.157) Price Book Value
(PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka pasar semakin percaya akan prospek
perusahaan tersebut.
Keberadaan PBV sangat penting bagi investor untuk menentukan strategi
investasi di pasar modal karena melalui price to book value, investor dapat
memprediksi saham-saham yang overvalued atau undervalued. Price to book value
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio price to
book value di atas satu, yang mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari
nilai bukunya. Price to Book Value yang tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran
para pemegang saham, dimana kemakmuran bagi pemegang saham merupakan
tujuan utama dari perusahaan.
Menurut Sartono (2010, p.225) struktur modal adalah perimbangan jumlah
hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham
preferen dan saham biasa. Menurut Marietta dan Sampurno (2013), struktur modal
adalah campuran hutang, saham preferens dan ekuitas umum yang cenderung untuk
meningkatkan modal perusahaan. Idode, et.al, (2014) juga menjelaskan struktur
modal adalah campuran dari berbagai jenis efek termasuk hutang, saham dan ekuitas
yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk membiayai asetnya eksternal.
Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2010, p.240) struktur modal (capital
structure) adalah perbandingan atau perimbangan pendanaan yang jangka panjang
yang ditunjukkan oleh perbandingan liabilitas tidak lancar terhadap ekuitas.
Dalam penelitian ini struktur modal diukur dengan rasio hutang modal
ekuitas (Debt to Equity Ratio). DER dihitung dengan membandingkan total utang
yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas perusahaan. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal
ekuitas yang ada.
6

Alasan dipilihnya DER sebagai ukuran dari struktur modal dalam penelitian
ini karena diantara banyak perhitungan yang menunjukkan ukuran struktur modal,
perhitungan yang dianggap mewakili hutang adalah total hutang. Berkaitan dengan
nilai perusahaan, ukuran struktur modal yang merepresentasikan nilai perusahaan
adalah ekuitas pemegang saham.
Menurut Sartono (2010, p.122), profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan mendapatkan keuntungan dalam kaitannya dengan total aktiva, modal
sendiri maupun penjualan. Profitabilitas merupakan alat yang dipakai sebagai penilai
kinerja perusahaan, kinerja perusahaan dapat dikatakan baik apabila tingkat
profitabilitasnya tinggi. Profitabilitas menjadi penilai kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para stakeholder, selain itu juga merupakan unsur dalam
menciptakan nilai perusahaan yang akan menunjukkan prospek perusahaan di masa
mendatang.
Menurut Hanafi, (2014, p.81) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang
tertentu. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2013, p.107), rasio profitabilitas
adalah manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi. Rasio ini meliputi margin
laba dari penjualan, dan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat
pengembalian atas total aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas saham biasa.
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Equity
(ROE). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan
modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham (Hanafi dan Halim, 2009, p.82). ROE dapat merepresentasikan
nilai perusahaan karena memasukan unsur ekuitas saham biasa di dalam
perhitungannya.
Brigham dan Houston (2013, p.150) menyatakan bahwa ROE merupakan
ukuran kinerja tunggal yang terbaik dilihat dari kacamata akuntansi. Seorang investor
akan menyukai nilai ROE yang tinggi, dan ROE yang tinggi umumnya memiliki
korelasi positif terhadap harga saham yang tinggi. Return on Equity dihitung dengan
membagi laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak per rupiah modal sendiri. Meskipun rasio ini mengukur
7

laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen
maupun capital gain untuk pemegang saham.
Menurut Hanafi (2014, p.361), dividen merupakan kompensasi yang diterima
oleh pemegang saham, disamping capital gain. Sejalan dengan itu, Brigham dan
Houston (2013, p.172) menjelaskan bahwa, dividen adalah distribusi laba kepada
pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dan jenis modal tertentu.
Menurut Azlina (2010), definisi kebijakan dividen adalah keputusan yang
menyangkut tentang distribusi laba yang diperoleh perusahaan, apakah sebaiknya
dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah laba tersebut
sebaiknya diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan oleh perusahaan.
Kebijakan dividen ini menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
Dalam penelitian ini kebijakan dividen diukur dengan menggunakan DPR
(Dividend Payout Ratio) dengan melihat persentase laba bersih yang akan
dibayarkan sebagai dividen tunai. Penentuan besarnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer
keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang akan menyeimbangkan dividen
saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen dimasa yang akan datang, agar nilai
perusahaan dapat ditingkatkan. Kebijakan dividen optimal (optimal dividend policy)
harus menghasilkan kesimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
depan yang memaksimalkan harga saham. (Brigham dan Houston, 2013, p.211).
3. Hipotesis Penelitian
a. Struktur modal (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen (DPR).
b. Profitabilias (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen (DPR).
c. Struktur modal (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan (PBV).
d. Struktur modal (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan (PBV).
e. Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan (PBV).
8

f. Struktur modal (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai


perusahaan (PBV) melalui kebijakan dividen (DPR).
g. Profitabilitas (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan (PBV) melalui kebijakan dividen (DPR).

4. Metodelogi Penelitian
a. Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan terhadap data-data sekunder yang
merupakan jenis data time series berupa laporan ringkasan kinerja keuangan
tahunan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh BEI atau Indonesia
Stock Exchange dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) selama
periode 2013-2017.
b. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah
unit analisis penelitian yaitu sebesar 69 perusahaan. Dalam penelitian ini, sampel
diambil menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan data hasil
penentuan sampel penelitian maka dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel
penelitian ini adalah sebanyak 9 perusahaan. Berdasarkan data di atas jumlah unit
penelitian sebanyak 9 perusahaan dan periode laporan tahunan yang digunakan
dari tahun 2013 sampai 2017 sehingga jumlah sampel data (n) dalam penelitian
ini didapatkan dari jumlah unit penelitian dikali dengan jumlah periode laporan
tahunan sehingga jumlah yang didapatkan adalah sebanyak 45 sampel data.
c. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen, variabel independen dan variabel intervening. Berikut penjelasan
mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini:
9

Tabel 1. Operasional Variabel

Sumber: Data diolah penulis, Tahun 2018

d. Teknik Analisis
Metode yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini adalah
regresi linier berganda (multiple regression analysis). Sebelum analisis regresi
linier berganda digunakan maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi
klasik. Setelah itu, dilakukan uji F, uji t dan koefisien determinasi. Selain itu,
digunakan juga uji path analysis dan uji deteksi mediasi atau uji sobel untuk
mendeteksi peranan mediasi dari variabel intervening yang ada dalam penelitian.

5. Hasil
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yang meliputi sebagai berikut:
Uji Normalitas
Berikut ini adalah hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
persamaan sub struktur 1:
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) Sub Struktur 1
Indikator Nilai
Kolmogorov-Smirnov Z .894
Asymp. Sig. (2-tailed) .401
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16
10

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada persamaan sub struktur 1 memiliki nilai


signifikansi yaitu 0.401 yang lebih besar dari ∝ = 0.05. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan pada hasil grafik normal p-p plot dapat
ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 1. Grafik Normal P-P Plot Persamaan Sub Struktur 1

Grafik normal P-P plot pada gambar 1 menunjukkan bahwa pada persamaan
sub struktur 1 data berdistribusi normal karena titik-titik yang ada pada grafik
mendekati garis diagonal.
Berikut ini adalah hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
persamaan sub struktur 2:
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (K-S) Sub Struktur 2
Indikator Nilai
Kolmogorov-Smirnov Z .553
Asymp. Sig. (2-tailed) .919
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada persamaan sub struktur 2 memiliki nila I
signifikansi yaitu 0.919 yang lebih besar dari ∝ = 0.05. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan pada hasil grafik normal p-p plot dapat
ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2. Grafik Normal P-P Plot Persamaan Sub Struktur 2


11

Grafik normal P-P plot pada gambar 2 menunjukkan bahwa pada persamaan
sub struktur 2 data berdistribusi normal karena titik-titik yang ada pada grafik
mendekati garis diagonal.
Uji Heteroskedastisitas
Berikut ini adalah hasil uji heterokesdastisitas untuk persamaan sub struktur 2
dengan uji glejser:
Tabel 4. Hasil Uji Glejser Persamaan Sub Struktur 1

Variabel t Sig.

DER -.761 .451


ROE -.604 .549
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16 (Lampiran 4)

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada persamaan sub struktur 1 semua variabel


memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari ∝ = 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat gejala heteroskesadastisitas pada persamaan sub struktur 1. Sedangkan
pada hasil grafik scatterplot dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3. Grafik Scatterplot Persamaan Sub Struktur 1

Grafik scatterplot pada gambar 3 menunjukkan bahwa pada persamaan sub


struktur 1 tidak terjadi gejala heteroskedastisitas karena titik-titik yang ada pada
grafik menyebar di atas dan dibawa angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk
pola tertentu.
Berikut ini adalah hasil uji heterokesdastisitas untuk persamaan sub struktur 2
dengan uji glejser:
12

Tabel 5. Hasil Uji Glejser Persamaan Sub Struktur 2

Variabel t Sig.

DER -1.820 .076


ROE 1.411 .166
DPR .351 .727
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada persamaan sub struktur 2 semua variabel


memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari ∝ = 0.05. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat gejala heteroskesadastisitas pada persamaan sub struktur 2. Sedangkan
pada hasil grafik scatterplot dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4. Grafik Scatterplot Persamaan Sub Struktur 2

Grafik scatterplot pada gambar 4 menunjukkan bahwa pada persamaan sub


struktur 2 tidak terjadi gejala heteroskedastisitas karena titik-titik yang ada pada
grafik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk
pola tertentu.
Uji Multikolinieritas
Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas dari persamaan sub struktur 1:
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinieritas Sub Struktur 1
Nilai
Variabel
Tolerance VIF
DER .673 1.485
ROE .673 1.485
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas pada Tabel 6 menunjukkan


bahwa model regresi pada substruktural 1 mempunyai nilai tolerance > 0.10 dan nilai
13

VIF < 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas dalam
model regresi substruktural 1 yang digunakan.
Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas dari persamaan sub struktur 2:
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas Sub Struktur 2
Nilai
Variabel
Tolerance VIF
DER .664 1.506
ROE .668 1.498
DPR .985 1.015
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas pada Tabel 7 menunjukkan


bahwa model regresi pada sub struktural 2 mempunyai nilai tolerance > 0.10 dan
nilai VIF < 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas
dalam model regresi sub struktural 2 yang digunakan.
Uji Autokorelasi
Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi dengan durbin watson dari persamaan
sub struktur 1:
Tabel. 8. Hasil Uji Durbin Watson Persamaan Sub Struktur 1
Persamaan Nilai Durbin-Watson
Sub Struktur 1 2.038
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Tampilan output pada Tabel 8 menunjukkan nilai durbin Watson sebesar


2.038 untuk persamaan substruktural 1. Nilai ini berada diantara -2 < 2< 2.038. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa terjadi autokorelasi negatif antar nilai residual pada
persamaan substruktural 1.
Dengan adanya variabel yang masih mengandung autokorelasi pada hasil
pengujian, maka peneliti mencoba untuk mengobatinya dengan cara transformasi
data dan mendeteksi outlier. Transformasi data yang dilakukan adalah dengan
mentransformasi data yang mengandung autokorelasi ke dalam akar kuadrat (SQRT),
1/data variabel yang mengandung autokorelasi dan transformasi ke dalam Logaritma
natural (Ln).
Namun, setelah dilakukan berbagai pengobatan untuk masalah autokorelasi
hasil transformasi data menunjukkan bahwa masih terdapat masalah autokorelasi.
Dan hasil uji autokorelasi pada Tabel 8 di atas adalah hasil yang terbaik.
14

Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi dengan durbin Watson dari
persamaan sub struktur 2:
Tabel. 9. Hasil Uji Durbin Watson Persamaan Sub Struktur 2
Persamaan Nilai Durbin-Watson
Sub Struktur 2 1.007
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Tampilan output pada Tabel 9 menunjukkan nilai durbin Watson sebesar


1.007 untuk persamaan substruktural 2. Nilai ini berada diantara -2 < 1.007 < 2. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual pada
persamaan sub struktural 2.
Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 10. Hasil Uji Koefisien Determinasi Persamaan Substruktural 1
Adjusted R Std. Error of
Persamaan R R Square
Square the Estimate
Sub Struktur 1 .388a .151 .110 .56636
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Tabel 11. Hasil Uji Koefisien Determinasi Persamaan Substruktural 2


Adjusted R Std. Error of
Persamaan R R Square Square the Estimate
a
Sub Struktur 2 .786 .618 .590 .77904
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Dilihat dari hasil Output pada Tabel 10 dapat diperoleh informasi bahwa pada
persamaan substruktural 1 diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0.110, hal
tersebut berarti bahwa 11.0% variabel kebijakan dividen yang diproksikan dengan
DPR dapat dijelaskan oleh struktur modal (DER) dan Profitabilitas (ROE) dan
sisanya yaitu sebesar 89.0% dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan
(substruktural 1) seperti Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership-INST),
Keputusan Investasi (Total Asset Growth-TAG), Struktur Modal dengan proksi
Longterm Debt to Total Assets (LDTA) dan variabel-variabel lainnya.
Pada Tabel 11 diketahui nilai Adjusted R Square untuk persamaan
substruktural 2 diketahui sebesar 0.590, hal tersebut berarti bahwa 59.0% variabel
nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV dapat dijelaskan oleh struktur modal
(DER), profitabilitas (ROE) dan kebijakan dividen (DPR). Sisanya yaitu sebesar
15

41% dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan (substruktural 2) seperti


Profitabilitas dengan proksi Return on Asset (ROA), Kepemilikan Institusional
(Institutional Ownership-INST), Struktur Aktiva (Fixed Asset Ratio- FAR),
Kepemilikan Manajerial dan variabel-variabel lainnya.
Uji Statistik F
Hasil Uji statistik F dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 12. Hasil Uji Statistik F Persamaan Substruktural 1
Persamaan F Sig.
Sub Struktur 1 3.733 .032a
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Tabel 13. Hasil Uji Statistik F Persamaan Substruktural 2


Persamaan F Sig.
Sub Struktur 2 22.140 .000a
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16

Dari output hasil uji statistik F dapat diperoleh informasi bahwa pada
substruktual 1 nilai F sebesar 3.733 dengan nilai signifikansi sebesar 0.032 <∝ =
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel struktur modal (DER) dan profitabilitas
(ROE) mempengaruhi secara bersama-sama variabel dependen kebijakan dividen
yang diproksikan dengan DPR. Model yang digunakan utuk menguji DER dan ROE
adalah model yang fit.
Pada substruktural 2 nilai F sebesar 22.140 dengan nilai signifikansi sebesar
0.000 <∝ = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-vaiabel independen struktur
modal yang diproksikan dengan DER, profitabilitas yang diproksikan dengan ROE
dan kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR mempengaruhi secara simultan
variabel dependen yaitu nilai perusahaan (PBV). Model yang digunakan untuk
menguji DER, ROE dan DPR adalah model yang fit.
Uji Statistik t
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14. Hasil Uji Statistik t Persamaan Substruktural 1
Variabel B Std. Error t Sig.
(Constant) 1.986 .275 7.223 .000
DER -.468 .173 -2.712 .010
ROE -.018 .014 -1.276 .209
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16
16

Tabel 15. Hasil Uji Statistik t Persamaan Substruktural 2


Variabel B Std. Error t Sig.
(Constant) .127 .396 .320 .750
DER -.952 .239 -3.982 .000
ROE .068 .020 3.474 .001
DPR .001 .001 .628 .534
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 16 (Lampiran 5)

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa pada hasil output uji statistik t untuk
persamaan substruktural 1 menunjukkan bahwa:
1) Variabel struktur modal yang diproksikan dengan DER terhadap kebijakan
dividen yang diproksikan dengan DPR mempunyai nilai t sebesar -2.712
dengan tingkat signifikan 0.010 < ∝ = 0.05 dan β = -0.468 yang artinya
adalah berpengaruh negatif dan signifikan.
2) Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan ROE terhadap kebijakan
dividen yang diproksikan dengan DPR mempunyai nilai t sebesar -1.276
dengan tingkat signifikansi 0.209>∝ = 0.05dan β = -0.018 yang artinya
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan.
Berdasarkan hasil output pada Tabel 15 untuk persamaan substruktural 2,
dapat dilihat hasil uji t:
1) Variabel struktur modal (DER) terhadap nilai perusahaan (PBV) memiliki
nilai t sebesar -3.982 dengan tingkat signifikansi 0.000 > ∝ = 0.05 dan β
sebesar -0.952 artinya berpengaruh negatif dan signifikan.
2) Variabel profitabilitas (ROE) terhadap nilai perusahaan (PBV) memiliki nilai
tsebesar 3.474 dengan tingkat signifikansi 0.001 < ∝ = 0.05 dan β sebsar
0.068 artinya berpengaruh positif dan signifikan.
3) Variabel Kebijakan Dividen (DPR) terhadap nilai perusahaan (PBV)
memiliki nilai tsebesar 0.628 dengan tingkat signifikansi 0.534 < ∝ = 0.05
dan β sebesar 0.001 yang artinya berpengaruh positif tetapi tidak signifikan.
Hasil Analisis Jalur
Berdasarkan hasil output pada Tabel 14 dan Tabel 15 dapat dilihat nilai
koefisien jalur untuk masing-masing hubungan. Berikut adalah ringkasan koefisien
jalur:
17

Tabel 16. Ringkasan Koefisien Jalur


Koefisien Std.
Hubungan t hitung Sig. Keterangan
Reg. Standar Error
DER DPR -0.468 0.173 -2.712 0.010 Signifikan
ROE DPR -0.018 0.014 -1.276 0.209 Tidak Signifikan
DER PBV -0.952 0.239 -3.982 0.000 Signifikan
ROE PBV 0.068 0.020 3.474 0.001 Signifikan
DPR PBV 0.001 0.001 0.628 0.534 Tidak Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penulis, 2018

Besarnya ɛ1 yang merupakan pengaruh variabel lain terhadap DPR dapat


dihitung dengan ɛ1 = 1 − 0.151 = 0.921. Besarnya nilai ɛ2 yang merupakan

pengaruh variabel lain terhadap PBV dihitung dengan ɛ2 = 1 − 0.618 = 0.618


Berdasarkan tabel ringkasan koefisien jalur dan perhitungan ɛ1 dan ɛ2 diatas,
maka didapatkan persamaan struktural:
a. DPR = -0.468 DER -0.018 ROE + 0.921
b. PBV = -0.952 DER + 0.068 ROE + 0.001 DPR + 0.618
Berikut adalah diagram jalur dari persamaan struktural di atas:

Gambar 5. Diagram Jalur

Dari tabel ringkasan koefisien jalur Tabel 17 dapat dilihat bahwa DER
berpengaruh signifikan terhadap PBV dengan koefisien regresi sebesar -0.952,
sedangkan pengaruh tidak langsung DER terhadap PBV melalui DPR dapat dihitung
dengan -0.468 x 0.001 = -0.000468. Dan total pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan adalah sebesar -0.952 + (-0.000468) = -0.952468.
ROE berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap PBV dengan
koefisien regresi sebesar 0.068, sedangkan pengaruh ROE terhadap PBV melalui
18

DPR dapat dihitung dengan -0.018 x 0.001 = -0.000018. Total pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0.068 + (-0.000018) = 0.067982
Tabel 17. Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh
Koefisien Reg. Koefisien Reg.
Hubungan Hubungan Total
Standar Standar
DER DPR -0.468
ROE DPR -0.018
DER PBV
DER PBV -0.952 -0.000468 -0.952468
melalui DPR
ROE PBV
ROE PBV 0.068 -0.000018 0.067982
melalui DPR
DPR PBV 0.001
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penulis, 2018

Hasil Uji Deteksi Mediasi (Uji Sobel)


Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung
struktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan melalui variabel kebijakan
dividen. Dihitung dengan cara mengalikan jalur:
a. DER DPR = -0.468 (a)
b. DPR PBV = 0.001 (b)
c. ROE DPR = -0.018 (c)
d. DPR PBV = 0.001 (d=b)
Jadi koefisien ab = cd = (c-c’), dimana c adalah pengaruh DER dan ROE
terhadap PBV tanpa mengontrol DPR, sedangkan c’ adalah koeisien pengaruh DER
dan ROE terhadap PBV setelah mengontrol DPR. Standar error a dan b ditulis
dengan sa dan sb, standar error c dan d ditulis dengan sc dan sd.Dan besarnya standar
error pengaruh tidak langsung (indirect effect) ab adalah sab,cd adalah scd yang
dihitung dengan rumus:
a. Jalur 1
𝑠𝑎𝑏 = 𝑏2 𝑠𝑎2 + 𝑎2 𝑠𝑏2 + 𝑠𝑎2 𝑠𝑏2
𝑠𝑎𝑏 = (0.0012 0.1732 ) + (−0.4682 0.0012 ) + (0.1732 0.0012 )
𝑠𝑎𝑏 = 0.000000279 = 0.000528

b. Jalur 2
𝑠𝑐𝑑 = 𝑑 2 𝑠𝑐 2 + 𝑐 2 𝑠𝑑 2 + 𝑠𝑐 2 𝑠𝑑 2
19

𝑠𝑎𝑏 = (0.0012 0.0142 ) + (−0.0182 0.0012 ) + (0.0142 0.0012 )


𝑠𝑎𝑏 = 0.000000000716 = 0.0000268

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu


menghitung nilai t dari koefisien ab dan cd dengan rumus sebagai berikut:
a. Jalur 1
𝑎𝑏
𝑡=
𝑆𝑎𝑏
−0.468 𝑥 0.001
𝑡=
0.000528
−0.000468
𝑡=
0.000528
𝑡 = -0.886
b. Jalur 2
𝑐𝑑
𝑡=
𝑆𝑐𝑑
−0.018𝑥 0.001
𝑡=
0.0000268
−0.000018
𝑡=
0.0000268
𝑡 = -0.673

Dari perhitungan nilai t statistik untuk jalur 1 dan jalur 2 diatas, dapat dilihat
bahwa untuk jalur 1 nilai t hitung sebesar -0.886 lebih kecil dari t tabel dengan
tingkat signifikansi ∝ = 0,05 (df = 45-1) yaitu 2.015, maka dapat disimpulkan bahwa
koefisien mediasi -0.000468 tidak signifikan yang berarti tidak ada pengaruh
mediasi. Sedangkan untuk jalur 2 nilai t hitung sebesar -0.673 lebih kecil dari t tabel
yaitu 2.015, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi -0.000018 tidak
signifikan yang berarti tidak ada pengaruh mediasi.
6. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, path analysis dan uji sobel yang telah
dilakukan terhadap variabel yang diteliti dalam penelitian ini maka dapat dilihat hasil
temuan pada tabel berikut:
20

Tabel 18. Hasil Temuan Penelitian


Hipotesis Hasil Temuan Keterangan
H1: DER berpengaruh positif dan DER berpengaruh negatif dan Hipotesis
signifikan terhadap DPR signifikan terhadap DPR ditolak
H2: ROE berpengaruh positif dan ROE berpengaruh negatif tetapi Hipotesis
signifikan terhadap DPR tidak signifikan terhadap DPR ditolak
H3: DER berpengaruh positif dan DER berpengaruh negatif dan Hipotesis
signifikan terhadap PBV signifikan terhadap PBV ditolak
H4: ROE berpengaruh positif dan ROE berpengaruh positif dan Hipotesis
signifikan terhadap PBV signifikan terhadap PBV diterima
H5: DPR berpengaruh positif dan DPRberpengaruh positif tetapi tidak Hipotesis
signifikan terhadap PBV signifikan terhadap PBV ditolak
H6: DER berpengaruh positif dan Tidak ada pengaruh mediasi Hipotesis
signifikan terhadap PBV melalui DPR ditolak
H7: ROE berpengaruh positif dan Tidak ada pengaruh mediasi Hipotesis
signifikan terhadap PBV melalui DPR ditolak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penulis, 2018

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dari tujuh hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, hanya satu hipotesis yang diterima yaitu hipotesis yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sisanya enam hipotesis ditolak atau hasil temuan penelitiannya tidak
sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Struktur Modal (DER) Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap
Kebijakan dividen (DPR)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap DPR. Artinya, semakin besar DER maka DPR akan semakin
kecil atau semakin kecil DER maka DPR akan semakin besar. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pemikiran dari debt covenant hypothesis, yang mengungkapkan
perusahaan yang menggunakan leverage yang tinggi akan menyebabkan perusahaan
tersebut mengurangi atau tidak menaikkan pembayaran dividennya (Suhadak dan
Darmawan, 2011, p.170). Berdasarkan pemikiran tersebut, leverage memiliki
keterkaitan negatif terhadap kebijakan dividen. Leverage memiliki hubungan
berbanding terbalik dengan kebijakan dividen. Apabila leverage naik, maka dividen
turun dan apabila leverage turun maka dividen naik.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan agency theory, yang mengatakan
leverage berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap dividen. Debt to Equity
21

Ratio (DER) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Dividen Payout
Ratio (DPR). Saat DER mengalami kenaikan maka DPR akan naik, saat DER
mengalami penurunan maka DPR akan turun. Berdasarkan residual dividend theory,
DER merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap DPR (Suhadak
dan Darmawan, 2011, p.170).
Profitabilitas (ROE) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
Kebijakan Dividen (DPR)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ROE berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap DPR. Hal ini berarti setiap terjadi kenaikan atau penurunan ROE
tidak akan mempengaruhi DPR perusahaan. Alasan yang paling penting dari hasil ini
adalah karena ROE tidak dimanfaatkan dengan efisien untuk melakukan DPR. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston
(2013, p.24) bahwa profitabilitas merupakan determinan utama sebagai
pertimbangan pembayaran dividen. Perusahaan dengan laba yang tinggi mampu
membayar dividen yang lebih tinggi. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin
baik manajemen dalam menjalankan operasi perusahaan.
Sedangkan menurut Wirjolukito, et al (2010) menyatakan bahwa pihak
manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai
keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan
bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari
keuntungan. Perusahaan yang memperoleh keuntungan besar cenderung akan
membayarkan dividen lebih besar. Semakin besar keuntungan yang diperoleh maka
akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
(Mahendra, 2011)
Struktur Modal (DER) Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Nilai
Perusahaan (PBV)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap PBV. Artinya, semakin besar DER maka PBVakan semakin kecil
atau semakin kecil DER maka PBV akan semakin besar. Dengan hasil penelitian ini,
maka penjelasan yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2013, p.184) bahwa
penggunaan utang yang besar meningkatkan laba operasi yang cenderung akan
menaikkan harga saham tidak terbukti.
22

Menurut Dewi et.al (2014) menjelaskan bahwa informasi perubahan DER


sebagaimana bisa diperoleh dari laporan keuangan tidak berpengaruh pada keputusan
atas harga saham di pasar modal Indonesia, sebagaimana hal ini tidak akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena bagi perusahaan yang sudah go public
nilai perusahaannya akan tercermin dari nilai pasar sahamnya.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Modiglani dan Miller dalam Husnan (2013, p.326) yang menyatakan bahwa apabila
terdapat pajak, struktur modal terbaik adalah struktur modal yang menggunakan
utang yang besar. Dan penggunaan utang akan selalu lebih menguntungkan apabila
dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Sedangkan dalam penelitian ini
membuktikan bahwa proporsi utang dalam DER berpengaruh negatif terhadap PBV.
Profitabilitas (ROE) Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Nilai
Perusahaan (PBV)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PBV. Artinya, semakin besar ROE maka PBV akan semakin
besar atau semakin kecil ROE maka PBV akan semakin kecil. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang diungkapkan oleh Harmono (2011, p.110) bahwa apabila kinerja
perusahaan baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor
di pasar modal untuk menanamkan modalnya, demikian pula akan berdampak pada
kreditor dalam kaitannya dengan pendanaan perusahaan melalui utang.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori sinyal yang menjelaskan apabila
ROE perusahaan mengalami peningkatan, investor akan merespon positif atas
keadaan tersebut yang menyebabkan harga saham naik, sehingga terjadi kenaikan
PBV. Febrianti (2012) mengatakan bahwa menurut teori sinyal, profitabilitas yang
tinggi akan dapat menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor
akan merespon positif dan nilai perusahaan meningkat. Ditambahkan juga oleh
Brigham dan Houston (2013, p.150) menyatakan bahwa seorang investor akan
menyukai nilai ROE yang tinggi. ROE yang tinggi pada umumnya memiliki korelasi
positif terhadap harga saham. Artinya, apabilai nilai ROE tinggi, maka harga saham
juga tinggi dan kemudian PBV menjadi tinggi pula.
23

Kebijakan Dividen (DPR) Berpengaruh Positif Tetapi Tidak Signifikan


Terhadap Nilai Perusahaan (PBV)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa DPR berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap PBV. Hal ini berarti setiap terjadi kenaikan atau penurunan DPR
tidak akan mempengaruhi PBV. Alasan yang paling penting dari hasil ini adalah
karena DPR tidak dimanfaatkan dengan efisien untuk meningkatkan PBV. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pendapat menurut dividend irrelevance theory yang
dianjurkan oleh Miller dan Modigliani dalam Brigham dan Houston (2013, p.66),
dikatakan bahwa DPR tidak mempunyai pengaruh baik terhadap PBV maupun biaya
modalnya.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori bird-in-the hand yang
diajukan oleh Gordon dan Lintner dalam Brigham dan Houston (2013, p.67), yang
menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayaran
dividen yang tinggi, karena investor menganggap bahwa resiko dividen tidak sebesar
kenaikan biaya modal, sehingga investor lebih menyukai keuntungan dalam bentuk
dividen daripada keuntungan yang diharapkan dari kenaikan nilai modal.
Tidak Ada Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) Pada Pengaruh Tidak
Langsung Struktur Modal (DER) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DPR tidak dapat memediasi
hubungan antara DER dan PBV. Hal ini berarti DER tidak berpengaruh terhadap
PBV melalui DPR. DPR sebagai variabel mediasi tidak dapat merubah hubungan
DER terhadap PBV. Dalam penelitian ini, DER berpengaruh negatif terhadap PBV.
Dan ternyata hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan adanya tambahan
DPR sebagai variabel intervening tidak merubah hubungan antara DER dan PBV.
Jika dilihat dari koefisien regresinya, meskipun berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan koefisien regresi pengaruh langsung DER terhadap PBV tetap lebih besar
dari pada pengaruh tidak langsungnya.
Keputusan pendanaan yang dilakukan manajemen dalam menentukan DER
berpengaruh negatif terhadap PBV, adanya DPR juga tidak dapat memediasi
hubungan keduanya. Sehingga, tingginya nilai DER tidak dapat menjadi sinyal bagi
para stakeholder bahwa PBV juga tinggi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
teori high risk and return yang menyatakan bahwa semakin tinggi risiko maka
24

semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Apabila return yang diharapkan
tercapai, maka penilaian investor terhadap perusahaan meningkat. Sehingga nilai
perusahaan juga akan meningkat. Meskipun hutang yang terlalu berlebihan dapat
menimbulkan risiko, namun hutang dapat memaksa manajer untuk lebih bekerja
dengan efektif dan efisien supaya hutang yang digunakan sebagai alternatif
pendanaan tersebut dapat menghasilkan return yang tinggi yang diharapkan oleh
investor.
Tidak Ada Pengaruh Mediasi Kebijakan Dividen (DPR) Pada Pengaruh Tidak
Langsung Profitabilitas (ROE) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DPR tidak dapat memediasi
hubungan antara ROE dan PBV. Hal ini berarti ROE tidak berpengaruh terhadap
PBV melalui DPR. DPR sebagai variabel mediasi tidak dapat merubah hubungan
ROE terhadap PBV. Dalam penelitian ini, ROE berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PBV. Dan ternyata hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya
tambahan DPR sebagai variabel intervening tidak merubah hubungan antara DER
dan PBV. Jika dilihat dari koefisien regresinya, terhadap nilai perusahaan koefisien
regresi pengaruh langsung ROE terhadap PBV tetap lebih besar dari pada pengaruh
tidak langsungnya.
Hal ini sesuai dengan teori dividen residual yang menyatakan perusahaan
menetapkan DPR setelah semua investasi yang menguntungkan telah dibiayai.
Sehingga ROE tidak berpengaruh terhadap DPR. akan tetapi DPR berpengaruh
positif signifikan terhadap PBV, artinya semakin tinggi DPR yang dibayarkan maka
semakin tinggi pula PBV. Perusahaan yang membagikan dividen yang tinggi
menunjukkan prospek perusahaan tersebut baik (Sartono, 2010, p.280). Namun, hal
ini tidak sesuai dengan signaling theory yang menyatakan pembayaran dividen selalu
diikuti dengan kenaikan harga saham (Sartono, 2010, p.289) Sehingga investor
tertarik membeli saham tersebut, permintaan yang tinggi mengakibatkan harga
saham juga tinggi, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Karena PBV
tercermin dari harga sahamnya. Jadi DPR tidak dapat memediasi pengaruh ROE
terhadap PBV. Sehingga ROE tidak berpengaruh terhadap PBV melalui DPR sebagai
variabel intervening.
25

7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan sektor
manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: (a) Struktur modal (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen (DPR); (b) Profitabilitas (ROE) berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR); (c) Struktur modal (DER)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV); (d)
Profitabilitas (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
(PBV); (e) Kebijakan dividen (DPR) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan (PBV); (f) Tidak ada pengaruh mediasi kebijakan dividen
(DPR) pada pengaruh tidak langsung struktur modal (DER) terhadap nilai
perusahaan (PBV); dan (g) Tidak ada pengaruh mediasi kebijakan dividen (DPR)
pada pengaruh tidak langsung profitabilitas (ROE) terhadap nilai perusahaan (PBV).

8. Daftar Pustaka
Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Jurnal
Pekbis, Vol. 2 No. 3: Hal. 96-110.
Brealey, Richard A., Myers, Stewart C., dan Marcus, Alan J. 2007. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan (Yelvi Andri Zaimur, Penerjemah). Edisi
Kelima. Jakarta, Indonesia: Erlangga.
Brigham, E. F., dan Houston, J.F. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
ke-11. Jakarta: Salemba Empat.
Darmadji dan Fakhruddin. 2011. Pasar Modal Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta,
Indonesia: Salemba Empat.
Dewi, I. R., Handayani, S. R., dan Nuzula, N. F. 2014. Pengaruh Struktur Modal
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis, 17 (1).
Diswani, Windi. 2012. Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening Pada
Perusahaan yang Masuk Kelompok Jakarta Islamic Index Periode 2007 –
2010. Jurnal Politeknik Negeri Bandung. Vol. 1, No. 3: Hal: 37-49.
Hanafi, Mamduh M. 2014. Manajemen Keuangan. Edisi 1, Yogyakarta, Indonesia:
UPP STIM YKPN.
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4.
Yogyakarta, Indonesia: UPP STIM YKPN.
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard (Ed ke-
1,Cet.2). Jakarta, Indonesia: PT. BumiAksara.
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, Jr. 2014. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi 13. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.
Husnan, Suad. 2013. Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan: Keputusan
Jangka Panjang (Ed ke-4). Yogyakarta, Indonesia: BPFE.
26

Idode, Patrick Esiemogie., Toyin May A. Deleke., Akindele John Ogunlowore., dan
Oyekan Samuel Ashogbon. 2014. Influence of Capital Structure on
Profitability: Emprical From Listed Nigerian Banks. IOSR Journal of
Business and Management (IOSR-JBM). e-ISSN: 2278-478X, p-ISSN:
2319-7668. Vol. 16 Issue 11. Ver. IV, PP: 22-28.
Ivana. 2009. Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Pada Perusahaan-Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek. Jurnal Fakultas Ekonomi USU Medan.
Mahendra, Alfredo. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
(Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating) Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Udayana,
Bali.
Mardiyati, Umi., Gatot Nazir Ahmad dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan
Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-
2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 12 No. 1,
April 2009, Hal. 71-86.
Marietta, U dan D. Sampurno. 2013. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return on
Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout
Ratio (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2011). Diponegoro Journal of Management, Vol. 2,
No. 3: 1-11.
Martono dan Agus Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan
Ketiga. Yogyakarta, Indonesia: Ekonisia.
Sari, Kartika Hadiyanti Wulan. 2015. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening Pada
Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. (4th ed.).
Yogyakarta, Indonesia: BPFE.
Suhadak dan Ari Darmawan. 2011. Pemikiran Kebijakan Manajemen Keuangan.
Malang, Indonesia: CV. Okani Bukaka.
Wirjolukito, Aruna., Yanto H., dan Sandy. 2010. Faktor-Faktor yang Merupakan
Pertimbangan Dalam Keputusan Pembagian Dividen Tinjauan Terhadap
Teori Persinyalan Dividen Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai