Tanda-tanda klinis penyakit saluran pernafasan bagian atas biasanya mereda dalam
waktu sekitar dua minggu setelah infeksi EHV-1. Tingkat keparahan penyakit bervariasi
dengan usia kuda dan tingkat kekebalan yang sudah ada sebelumnya karena vaksinasi atau
alami (Timoney, 2006). EHV-1 juga penyebab infeksi umum aborsi pada kuda (Smith et al.,
2003). Aborsi karena EHV-1 biasanya terjadi pada trimester ketiga antara bulan 8 dan 11
kehamilan (Mumford et al., 1994; Patel dan Heldens, 2005). Beberapa kuda yang terinfeksi
EHV-1 sangat terlambat dalam kehamilan, mungkin tidak menggugurkan kandungan
melainkan melahirkan anak kuda yang terinfeksi secara kongetinal yang biasanya sakit saat
lahir (Dixon et al., 1978; Allen dan Bryans, 1986), dapat juga lahir mati atau hidup tetapi
lemah, depresi, polipnoik dan demam dan akhirnya mati dalam beberapa jam atau hari
(Hartley dan Dixon, 1979).
Beberapa kuda yang terpapar EHV-1 sangat terlambat dalam kehamilan mungkin
tidak menggugurkan kandungan tetapi melahirkan anak kuda yang terinfeksi secara
kongenital yang biasanya sakit saat lahir (Dixon et al., 1978; Allen dan Bryans, 1986), juga
dapat lahir mati atau hidup tapi lemah, depresi, polipnoik dan demam dan mati dalam
beberapa jam atau hari (Hartley dan Dixon, 1979). Anak kuda lain mungkin sehat saat lahir.
Tanda-tanda klinis EHM diantaranya ataksia ringan hingga defisit neurologis berat pada
kuda. Tanda-tanda neurologis muncul tiba-tiba dan biasanya tidak disertai dengan pernafasan
Kelemahan pada tungkai belakang, ataksia, defisit sensorik di daerah perineum dan tungkai
belakang, edema pada perut bagian bawah, serta disfungsi kandung kemih yang ditandai
dengan atonia, retensi urin, dan inkontinensia dicatat. Kuda yang terkena dampak lebih parah
tidak dapat menopang berat badannya, karena paresis, kelumpuhan total pada tungkai
belakang, atau bahkan tetraplegia. Tanda-tanda klinis EHM yang disebutkan di atas telah
dicatat di kedua eksperimental (Allen, 2008; Goehring et al., 2010b) dan infeksi lapangan
(Van Maanen et al., 2001; Henninger et al., 2007, Negussie et al., 2017 ) (Gambar 1).
Gambar 1. Tanda-tanda klinis EHV-1; gejala pernapasan (A), fitur neurologis (B) dan
aborsi (C).
Pemeriksaan penunjang :
Penggunaan alat spesifik dan sensitif seperti ELISA dilakukan pada kedaan akut,
spesifik untuk diagnosis serologis, PCR dan RT-PCR waktu nyata untuk karakterisasi
molekuler dan membedakan antara virus litik atau laten sangat penting (Ata et al., 2018a,b).
Pemeriksaan hematologi yang dimana mengindikasikan anemia ringan dan limfopenia pada
tahap awal yang dimana diikuti dengan hiperfibrinogenemia (Paradis, 1996; Wilson, 1997).
Azotemia dan hiperbilirubinemia dapat terjadi secara berurutan akibat dehidrasi dan
anoreksia. PCR telah menjadi tes diagnostik pilihan karena sensitivitas dan spesifisitas
analitisnya yang tinggi. Hasil PCR positif dapat diperoleh bila isolasi virus negatif karena
viral load rendah. Deteksi PCR EHV-1 dapat dilakukan secara rutin pada sekret pernapasan
dari usap hidung atau nasofaring dan dalam darah yang tidak dikoagulasi. Dalam kasus
indeks, baik sekret hidung dan darah yang tidak dikoagulasi harus dianalisis secara
bersamaan, karena interpretasi hasil dari sekret pernapasan dan darah dapat membantu dalam
menilai stadium penyakit. Untuk sampel hidung, penelitian terbaru menunjukkan bahwa usap
hidung lebih sensitif daripada usap nasofaring untuk deteksi EHV-1 (Lunn et al., 2009). Dari
hasil pemeriksaan penunjang ditemukan bahwa virus yang tinggi dalam sekresi hidung hewan
dengan tanda-tanda neurologis yang dimana berpotensi menularkan ke kuda lain (Pusterla,
2008).
DAFTAR PUSTAKA