A n d a Te r a p k a n
Betul. Menulis itu gampang. Semua orang yang sudah belajar tulis-baca
ya pasti bisa menulis. Ah! Becanda? Sudahlah, mari kita coba saja.
Kalau ada yang merasa bahwa menulis itu agak susah, mungkin itu dalam
konteks menulis artikel. Dibilang “agak susah” karena biasanya buat yang
tak terbiasa kadang bingung ingin memulai dari mana.
Ada dua hal yang bisa dilakukan. Pertama, menentukan persoalan apa yang
mau ditulis alias ide tulisan. Kedua, Anda harus tahu untuk siapa tulisan itu
dibuat.
Tulisan yang menyasar target audiens anak-anak berbeda dengan remaja.
Pun demikian antara tulisan untuk remaja dengan orang dewasa. Persoalan
yang ingin dikemukakan bisa sama, cara penyampaian berbeda.
Well, tentang target audiens nanti kita bahas lebih dalam dalam seri
selanjutnya. Untuk yang baru belajar menulis artikel, kita mulai saja dari hal
pertama, yang mendasar: menentukan topik tulisan.
Menentukan Topik Tulisan
Ide untuk topik tulisan bisa datang dari mana saja. Bayangkan saja
beberapa peristiwa yang terjadi beberapa hari belakangan. Misal, Jumat
malam lalu, Anda nongkrong bersama teman-teman di kafe langganan.
Ngobrol punya ngobrol akhirnya masuklah Anda ke sebuah perbincangan.
“Si Fulan lagi pusing nih,” kata Anda. “Kenapa?” tanya teman Anda.
“Bulan depan dia kan mau menikah. Tetapi belum dapat gedung untuk
resepsi. Hampir semua gedung di Jakarta sudah di-booking orang,” ujar
Anda, lagi. “Lha, terus, bagaimana?” tanya teman.
“Ya, sekarang dia sibuk hunting lokasi. Cari informasi,” tambah Anda.
Selanjutnya pembicaraan pun mengalir. Semua yang hadir bergantian
menyatakan sesuatu yang ada hubungannya dengan masalah gedung untuk
resepsi pernikahan.
Malam itu topik obrolan yang diangkat adalah “gedung resepsi pernikahan”.
Artinya, secara tidak langsung Anda sebenarnya sudah memperoleh topik
tulisan.
Tentu soal gedung tadi, hanya satu dari berbagai kemungkinan topik lain.
Kalau dianalogikan seperti sebuah kubus, maka soal pernikahan itu bisa
dilihat dari berbagai sisi kemungkinan.
Seperti ini:
Satu sisi yang kita pilih jangan dikira tidak luas pembahasannya. Topik
pembicaraan “gedung resepsi” saat kita tulis menyediakan banyak aspek
yang bisa dibahas.
Contoh:
Kalau mau didetailkan lagi, daftar di atas bisa lebih panjang. Tetapi
bayangkan juga, kalau Anda mau menulis soal gedung resepsi, Anda sudah
memiliki banyak hal yang bisa dibahas dalam satu tulisan saja.
Jadi, aman dong. Tinggal lagi Anda merangkai ragam aspek itu dalam
tulisan. Jika tiap butir persoalan memerlukan penjelasan panjang lebar,
maka dalam tulisan nanti, Anda bisa mengelompokkan dalam beberapa
subtopik. Karena itu buatlah outline.
Ragangan atau Outline
Mau contoh lagi? Ini, ada nih. Sederhana saja ya.
Misal, Anda bekerja di sebuah perusahaan produk mie instan bernama
MieKu. Suatu hari Anda diminta menulis tentang produk mie baru rasa mie
godog jawa. Tulisan itu harus dimuat di web milik perusahaan, berbarengan
dengan rilis mie tersebut di pasaran. Lalu apa yang mau ditulis?
Nah, topiknya sudah ketemu. Ya itu tadi, produk baru mie instan rasa mie
godok.
Selanjutnya dari satu topik itu Anda bisa menurunkan lagi dalam beberapa
aspek bahasan. Sapaya gampang buatlah ragangan (outline). Tulis saja apa
yang Anda pikirkan. Bebas, jangan pedulikan urutan poin mana yang ingin
ditulis duluan.
Misal:
Kalau Anda cuma menemukan empat poin saja, coba kita urutkan. Mana
yang mau ditempatkan di posisi pertama, kedua dan seterusnya. Kalau ada
poin yang bisa disatukan, ya satukan saja. Misal, alurnya menjadi begini:
Dalam bentuk tulisan pendek, empat poin di atas kita ceritakan seperti ini:
Kangen makan mie godog jawa? MieKu kini menghadirkan mie nan lezat
di rumah Anda. Lengkap dengan ruap aroma kuahnya yang khas. (1)
MieKu memindahkan semua cita rasa yang Anda peroleh dari mie godog
jawa hingga rincian kecilnya. Bumbunya terdiri kaldu dan rempah-
rempah. Racikan bumbu meresap ke tiap lembar mie. Padu padan
bumbu juga menghasilkan rasa nikmat dan keharuman kuah seolah
dimasak di atas anglo berbara arang. (2)
Rasa mie godok jawa MieKu bisa Anda nikmati seketika. Jika di penjual
mie godok Anda harus menunggu 15-20 menit dalam proses memasak,
MieKu siap tersaji dalam bilangan 5 menit sejak keluar dari
bungkusnya. (3)
MieKu rasa Mie Godok Jawa, cocok dihidangkan kapan saja. Pagi, siang
atau malam. Semua sama nikmatnya. (4)
Nah, tuh, contoh tulisan pendek itu sudah jadi. Anda bisa menambah detail
kalau perlu di setiap bagian yang relevan.
Sampai di sini, kita bisa merasakan bawah outline berisi topik dan subtopik
mempermudah kita menulis. Trik sederhana yang diajarkan pada masa
sekolah dulu itu sangat membantu.
M e n u l i s I t u G a m p a n g : P a k a i S a j a P i r a m i d a Te r b a l i k
Membuat tulisan dengan bantuan outline adalah cara yang paling
mudah. Kalau sudah mulai lancar kita bisa menjajal struktur Piramida
Terbalik. Apakah itu?
Logikanya dalam struktur bangunan – termasuk piramid – bagian bawah
adalah fondasi. Fondasi adalah bagian paling penting. Fondasi menyangga
bagian bangunan di atasnya.
Dalam struktur tulisan piramida terbalik posisi “fondasi” berada di atas.
Artinya, struktur ini mengisyaratkan kita untuk meletakkan isi terpenting di
bagian paling awal tulisan. Jadi, posisinya di di paragraf pertama, atau di
kalangan jurnalis dikenal dengan istilah lead.
Dari yang terpenting, secara bertahap (di paragraf kedua, ketiga dan
seterusnya) isi tulisan pun “turun” ke bagian yang kalau tidak dibaca pun
tidak apa-apa.
Struktur Piramida Terbalik sudah dipakai lebih dari 150 tahun. Kantor berita
Associated Press (AP) kabarnya merupakan pihak pertama yang
menerapkan struktur ini, terutama untuk penulisan berita lempang
(straightnews). Lewat struktur ini, pembaca dengan cepat mengetahui apa
inti isi dari tulisan yang dibuat. Jika pembaca ingin mengetahui lebih jauh,
ia bisa melihat apa yang ada di paragraf berikutnya.
Untuk para penulis berita, struktur ini menyelamatkan tulisan. Bila beritanya
kepanjangan, sementara ruang untuk memuat beritanya terbatas, jurnalis
tinggal memotong bagian bawah (tail). Atau kalau perlu memotong satu
paragraf sebelum paragraf terakhir.
Pemotongan ini tidak mengganggu pembaca. Kenapa? Karena inti berita
sudah tersampaikan di lead dan paragraf paling atas.
Di sisi lain, sebuah berita dianggap lengkap jika bisa menjawab enam
pertanyaan yang menjadi formula dasar pemberitaan. Kita mengenalnya
dengan istilah “5W 1H” :
Who
What
Where
When
Why dan
How