Anda di halaman 1dari 33

Putusan Nomor : PUT-108743.15/2013/PP/M.

XIIIB Tahun 2019

Jenis Pajak : PPh. Bd

Tahun Pajak : 2013

K
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah sebagai
berikut:

JA
1. Koreksi Peredaran Usaha sebesar Rp3.574.254.363,00
2. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif:

PA
a. Salaries Japan Rp193.375.743,00
b. Amortization Rp167.245.685,00
c. Selisih Penyusutan Komersial Rp950.723.674,00
Jumlah Rp1.311.345.102,00
3. Penyesuaian Fiskal Negatif Rp1.803.660.486,00

N
Total koreksi Rp6.689.259.950,00
yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

LA
(selisih Rp1,00, karena tidak material Majelis tidak memeriksa lebih lanjut)

1. Koreksi Positif Peredaran Usaha sebesar Rp3.574.254.363,00

Menurut Terbanding :
DI
GA
bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor
LAP-00464/WPJ.07/KP.0305/RIK.SIS/2015 tanggal 12 Juni 2015, diketahui ruang lingkup
usaha Pemohon Banding merupakan perusahaan dibidang industri suku cadang dan aksesoris
kendaraan bermotor roda empat atau lebih;
N

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas peredaran usaha sebesar Rp3.574.254.363,00


dikarenakan berdasarkan pengujian arus piutang yang dilakukan, Pemohon Banding tidak
PE

dapat memberikan penjelasan atas adanya selisih dari perhitungan;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Terbanding terhadap SPT PPh Badan, Neraca dan
Laporan Laba Rugi, Laporan Auditor Independen KAP 2012, Rekening Koran, Buku Besar,
T

Buku Penjualan, Buku Bank/Kas dan Rekening Koran, Faktur Penjualan dan Faktur Pajak
diketahui bahwa dari pengujian arus terdapat selisih temuan uji arus piutang yang merupakan
IA

uang masuk tahun 2013 yang penjualannya telah dilaporkan dalam SPT Tahun 2012;

bahwa selanjutnya atas hasil pemeriksaan tersebut, Pemohon Banding mengajukan keberatan
AR

atas koreksi atas peredaran usaha sebesar Rp3.574.254.363,00;

bahwa Terbanding telah mengirim Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan nomor


SPHP-00389/WPJ.07/KP.0305/RIK.SIS/2015 dan telah ditanggapi Pemohon Banding, namun
menurut Terbanding tidak relevan karena uji arus piutang tersebut telah memperhitungkan
ET

adanya pembayaran beda waktu yaitu pembayaran atas piutang awal tahun 2013;

bahwa dalam proses keberatan, Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak dapat
membuktikan alasan keberatannya dan Terbanding berpendapat koreksi Terbanding atas
KR

peredaran usaha sebesar Rp3.574.254.363,00 sudah tepat;

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan penjelasan secara lisan sebagai berikut:
- bahwa pengujian yang dilakukan Terbanding telah sesuai dengan peraturan yang berlaku,
SE

yaitu SE-65/PJ/2013 mengenai penggunaan metode teknik pemeriksaan yang memang


sudah umum digunakan pemeriksa dalam pemeriksaan;
- bahwa transaksi menggunakan mata uang asing;

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Penjelasan Tertulis tanpa nomor tanggal
5 September 2017 yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Dasar Hukum dan Pedoman Penerapan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 mengatur antara lain:

K
Pasal 26A Ayat (4):
Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain

JA
dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi
yang pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan,
catatan, data, informasi, atau keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam
penyelesaian keberatannya.

PA
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Dasar Hukum dan metode penerapan sama dengan yang diuraikan Terbanding pada Surat

N
Uraian Banding nomor S-777.SUB/WPJ.07/2017 tanggal 13 Juli 2017;

LA
2. Data dan Fakta

bahwa pada persidangan tanggal 15 Agustus 2017 Pemohon Banding menyampaikan


Bantahan tertulis;

3. Pendapat Terbanding:
DI
GA
bahwa bantahan tertulis Pemohon Banding, setelah Terbanding teliti disimpulkan sama dengan
Surat Banding dan tidak ada tambahan pendapat atau dokumen/data yang baru, namun
Terbanding tetap memberikan tanggapan dalam uraian di bawah ini;

bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan
N

Penelitian Keberatan, dapat diuraikan pokok sengketa sebagai berikut:


PE

Koreksi positif atas Peredaran Usaha sebesar Rp3.574.254.363,00

bahwa koreksi Terbanding didukung oleh alasan dan perincian yang jelas. Koreksi Positif
Peredaran Usaha sebesar Rp3.574.254.363,00 adalah berasal dari pengujian arus kas,
T

Terbanding tidak dapat memberikan penjelasan atas adanya selisih dari perhitungan tersebut;
IA

bahwa Terbanding telah meneliti sumber data yang dijadikan dasar koreksi Terbanding dan
disimpulkan bahwa data-data tersebut adalah sesuai dengan dokumen-dokumen yang ada
berupa Laporan Keuangan Audit, SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Masa PPN (dari SI DJP);
AR

bahwa berdasarkan hal itu, Terbanding berpendapat bahwa koreksi yang dilakukan Terbanding
adalah berdasarkan data yang berasal dari dokumen-dokumen Pemohon Banding sendiri;

bahwa Terbanding perlu menambahkan bahwa koreksi Terbanding yang ditemukan melalui uji
ET

arus piutang telah diatur dalam Lampiran II angka 7.c SE- 65/PJ/2013 tentang Penggunaan
Metode dan Teknik Pemeriksaan;

bahwa pengujian tersebut menggunakan data/dokumen Pemohon Banding sendiri yang


KR

hasilnya menunjukkan adanya perbedaan jumlah Peredaran Usaha hasil pengujian dengan
Peredaran Usaha yang dilaporkan Pemohon Banding dalam SPT Tahunan PPh Badan;

bahwa hasil pengujian tersebut telah diberitahukan oleh Tim Terbanding kepada Pemohon
SE

Banding dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dengan surat nomor SPHP-00389/WP
J.07/KP.0305/RIK.SIS/2015;

bahwa Pemohon Banding telah menanggapi secara tertulis hasil pemeriksaan tersebut, dan
sebagian tanggapan Pemohon Banding telah dikabulkan oleh Terbanding sedangkan
tanggapan Iainnya tidak dikabulkan karena tidak relevan dengan koreksi Terbanding yaitu
bahwa selisih temuan uji arus piutang tersebut merupakan uang masuk tahun 2013 yang
penjualannya telah dilaporkan dalam SPT Tahun sebelumnya (tahun 2012) dan tanggapan
tersebut tidak relevan karena dalam uji arus piutang tersebut sudah memperhitungkan adanya
pembayaran beda waktu yaitu pembayaran atas piutang awal tahun 2013;

bahwa Terbanding berpendapat bahwa uji arus piutang yang dilakukan Terbanding mempunyai
dasar hukum yang jelas dan hasil yang dapat diandalkan karena secara ilmiah, dan mengingat
bahwa data-data yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah bersumber dari dokumen

K
Pemohon Banding sendiri berupa Rekening koran, Buku Besar, Laporan Keuangan Audit, SPT
Tahunan PPh Badan dan SPT Masa PPN;

JA
bahwa Terbanding juga telah memberikan kesempatan kepada Pemohon Banding untuk
memberikan tanggapan dan membuktikan adanya kekeliruan pada koreksi Terbanding tersebut,
namun sampai dengan pembahasan akhir Pemohon Banding tidak dapat membantah temuan

PA
Terbanding dengan tuntas;

bahwa dalam proses penelitian keberatan, tim peneliti telah memberikan kesempatan kepada
Pemohon Banding untuk membantah koreksi Terbanding dari sisi materi yaitu dengan meminta
perhitungan dan data-data uji arus piutang menurut perhitungan Pemohon Banding sendiri;

N
bahwa dengan data tersebut, menurut Terbanding dapat diketahui dari pos-pos apa terjadi

LA
perbedaan antara perhitungan uji arus piutang menurut Terbanding dan menurut Pemohon
Banding (misalnya pada jumlah pelunasan piutang atau jumlah saldo piutang, atau jumlah
ekpor, ataupun jumlah PPN), namun demikian Pemohon Banding tidak memenuhi permintaan
tim peneliti berupa perhitungan uji arus piutang dan data/dokumen pendukungnya;
DI
bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang
pada pokoknya sebagai berikut:
GA
Bukti yang Diperiksa:

bahwa Pemohon Banding telah melampirkan bukti-bukti dan data pendukung yang telah
diperlihatkan dan disampaikan kepada Terbanding berupa:
N

a. General Ledger untuk membuktikan materi yang dipersengketakan sesuai dengan


pembukuan atau pencatatan dari Pemohon Banding;
PE

b. Rekapitulasi Penghitungan untuk memberikan fokus pada pokok perhitungan yang


dipersengketakan;
c. Rekening Koran Bank untuk menunjukkan pergerakan dan pencatatan uang yang masuk
dan keluar berdasarkan transaksi yang ada;
T

d. Commercial Invoice untuk menunjukkan keabsahan dan kebenaran tagihan atas transaksi
yang ada;
IA

e. Faktur Pajak untuk menunjukkan terutangnya PPN atas transaksi yang ada;
f. Payment Voucher untuk membukukan transaksi yang dilakukan ke dalam pembukuan
perusahaan;
AR

g. Sales Order untuk mencatatkan jumlah penjualan yang direncanakan untuk dijual;
h. Delivery Order berupa surat jalan atau tanda terima barang di gudang;
i. Kwitansi sebagai bukti pembayaran atas transaksi yang telah dilakukan;
j. Skedul Pelunasan Penjualan sebagai media pencatatan internal Pemohon Banding
ET

mengetahui pergerakan pelunasan piutang penjualan dari para costumer;


j. Laporan Keuangan Audit untuk menunjukkan pencatatan dan pembukuan yang telah diaudit
oleh pihak ketiga; dan
k. Risalah Pemeriksaan Tahun Pajak 2014 dan 2015 untuk menunjukkan bahwa tidak terdapat
KR

koreksi sejenis terhadap Pemohon Banding;


Uraian Hasil Uji Bukti:

bahwa Pengujian tersebut menggunakan data/dokumen Pemohon Banding sendiri berupa


SE

Rekening koran, Buku Besar, Laporan Keuangan Audit, SPT Tahunan PPh Badan dan SPT
Masa PPN, yang hasilnya menunjukkan adanya perbedaan jumlah Peredaran Usaha hasil
pengujian dengan Peredaran Usaha yang dilaporkan Pemohon Banding dalam SPT Tahunan
PPh Badan;

bahwa dalam pemeriksaan, Terbanding dapat menerima penjelasan Pemohon Banding terkait
Uang Masuk sebesar Rp1.043.271.993,00 ke Rekening BTMU-Yen adalah uang muka atas
penjualan JIG ke Sanoh Industrial Co. Ltd Jepang, namun atas penerimaan uang yang lain
belum dapat dibuktikan, itu bukan merupakan penerimaan penjualan;

bahwa menurut Terbanding, Tanggapan Pemohon Banding baik dalam banding dan proses uji
bukti maupun keberatan tersebut tidak relevan karena dalam uji arus piutang tersebut sudah
memperhitungkan adanya pembayaran beda waktu yaitu pembayaran atas piutang awal tahun
2013;

K
bahwa koreksi peredaran usaha sebesar Rp3.574.254.363,00 dilakukan berdasarkan

JA
penghitungan pengujian arus piutang (untuk selanjutnya disebut dengan "Ekualisasi Arus
Uang/Piutang");

Penerimaan Penjualan dari Kas:

PA
· Penerimaan Penjualan dari CASH -
· Penerimaan dari BTMU – IDR 311.648.081.668
· Penerimaan dari BTMU – USD 7.940.187.851
· Penerimaan dari BTMU – YEN 8.083.691.596

N
· Penerimaan dari SMBC – IDR 111.451.004.167
· Penerimaan dari SBMC – YEN -

LA
· Penerimaan dari RESONA – IDR -
Total Penerimaan Penjualan 439.122.965.282
Saldo Awal Piutang (43.761.685.034)
Saldo Akhir Piutang 50.212.928.487
Total Penjualan include VAT
Ekspor
PPN Sesuai SPT
DI
444.574.208.735
(18.204.928.502)
(38.381.330.874)
GA
Total Penjualan Lokal (Cfm Terbanding) 388.987.949.359
Ekspor 8.204.928.502
Total Penjualan Berdasarkan arus uang 407.192.877.861
Total Penjualan menurut SPT 402.575.351.500
Selisih Penjualan 4.617.526.361
N

bahwa di mana atas hasil penghitungan tersebut di atas, diketahui selisih penjualan yaitu
PE

sebesar Rp4.617.526.361,00;

bahwa lebih lanjut dalam pembahasan akhir pemeriksaan, Terbanding mengurangi koreksi
sebesar Rp1.043.271.998,00 berupa uang muka penjualan, sehingga koreksi yang masih
dipertahankan adalah sebesar Rp3.574.254.363,00;
T

bahwa dalam uji kebenaran material data (uji bukti), dokumen yang ditunjukan dan diserahkan
IA

oleh Pemohon Banding adalah sebagai berikut:


a. Kertas Kerja Koreksi Peredaran Usaha;
b. Details of Tooling Installment (INV.1051), atas nama Company Name: PT Suzuki Indomobil
AR

Motor;
c. Lampiran Formulir 1111 A2 masa pajak Nopember 2012 Pembetulan 3, 6 lembar, nomor urut
1 s.d. 286;
d. Lampiran Formulir 1111 A2 masa pajak Oktober 2012 Pembetulan 3, 3 lembar, nomor urut
ET

79 s.d. 104, 235 s.d. 286;


e. Lampiran Formulir 1111 A2 masa pajak September 2012 Pembetulan 3, 1 lembar, nomor
urut 313 s.d.338;
f. Lampiran Formulir 1111 A2 masa pajak Juli 2012 Pembetulan 2, 1 lembar, nomor urut 235
KR

s.d.260;
g. Lampiran Formulir 1111 A2 masa pajak Juni 2012 Pembetulan 3, 1 lembar, nomor urut 209
s.d.234;
h. Rekening koran Bank of Tokyo Mitsubshi (BTMU) atas penerimaan penjualan diterima di
SE

muka dari Sanoh Industrial Co Ltd, Japan;


i. Laporan Keuangan Audit 2013;
j. Invoice kepada Sanoh Industrial Co Ltd, Japan nomor JS-SMPL 1207-02, JS-1209-01, JS
1209-04, JS 1209-07, JS 1209-10, JS-1210-09, JS-1210-12;

bahwa terhadap dokumen lain terkait, yang belum ditunjukan kepada Terbanding dan apabila
dokumen lain tersebut ditunjukan dan diserahkan kepada Majelis, maka Terbanding tidak
memberikan pendapat;

bahwa dalam Kertas Kerja Koreksi Peredaran Usaha (Kertas Kerja) yang disampaikan
Pemohon Banding, menurut Pemohon Banding atas nilai sengketa sebesar
Rp3.574.254.363,00 merupakan penjualan yang telah dibukukan dalam tahun 2012 tetapi uang
masuk di tahun 2013;

K
bahwa dalam Kertas Kerja tersebut, Pemohon Banding mengklasifikasikan dalam 7 (tujuh)
kategori sesuai dengan nama customer;

JA
bahwa menurut Pemohon Banding atas penerimaan variable kas masuk tersebut belum
dikurangkan dalam perhitungan pengujian arus kas/piutang oleh Terbanding, dan seharusnya
sebagai pengurang dalam pengujian tersebut;

PA
bahwa menurut Terbanding, alasan banding Pemohon Banding dalam uji bukti dan banding ini
adalah sama dengan saat proses keberatan;

bahwa koreksi pemeriksa dilakukan melalui uji arus piutang yang diatur dalam Lampiran II

N
angka 7.c SE- 65/PJ/2013 tentang Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan;

LA
bahwa sebagai contoh illustrasi:

bahwa misalnya PT. A mempunyai piutang awal tahun 2013 (Penjualan Dalam Negeri) sebesar
Rp1.100,00 (include PPN). Selama tahun 2013 terdapat pelunasan piutang sebesar
DI
Rp1.100.000,00 dan tahun 2013 tidak ada penjualan sama sekali. Saldo Akhir piutang tahun
2013 adalah Rp0,00;
GA
bahwa dengan pengujian arus piutang dapat diketahui penjualan tahun 2013 adalah sebesar
R0,00 sesuai kenyataan yang ada;

bahwa dari contoh tersebut Terbanding menyimpulkan bahwa dalam uji arus piutang, adanya
pelunasan/pembayaran piutang yang diterima Pemohon Banding pada suatu tahun tidak serta
N

merta dianggap penjualan pada tahun tersebut, namun merupakan pelunasan dari saldo
piutang awal tahun yang berasal dari penjualan tahun sebelumnya;
PE

bahwa dalam Laporan Keuangan Audit angka saldo awal 2013 dan saldo akhir 2013 sudah
sesuai angka yang digunakan dalam pengujian dan dalam neraca tidak terdapat akun
pendapatan diterima di muka;
T

bahwa dalam uji bukti, Terbanding telah meminta atas penerimaan uang masuk dalam
IA

pengujian agar diperlihatkan rekonsiliasi penjelasan sebagai penjualan atau non penjualan;

bahwa Pemohon Banding menunjukan penerimaan uang masuk dalam bentuk softcopy dalam
AR

tampilan layar komputer dan tidak terdapat hardcopy, yang pada intinya adalah seluruh
penerimaan uang masuk dari rekening koran yang dituangkan Terbanding dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan merupakan penerimaan uang masuk atas Penjualan dan tidak terdapat
keterangan/data lain;
ET

bahwa sampai dengan uji bukti berakhir, Pemohon Banding tidak memberikan penjelasan dan
bukti hardcopy beserta maupun softcopy penjelasan uang masuk di atas, dan Pemohon
Banding tidak dapat membantah uang masuk tersebut adalah bukan penerimaan penjualan;
KR

bahwa Terbanding menyimpulkan bahwa Pemohon Banding tidak dapat membuktikan alasan
bandingnya dari sisi materi dengan perhitungan dan data/dokumen pendukungnya;

bahwa dengan demikian Terbanding mengusulkan kepada Majelis untuk menolak banding
SE

Pemohon Banding dan tetap mempertahankan koreksi Terbanding atas Peredaran usaha
sebesar Rp3.574.254.363,00;

Menurut Pemohon Banding :

bahwa yang menjadi sengketa adalah peredaran usaha berasal dari penghasilan yang
dianggap belum diakui/dicatat dan dilaporkan oleh Pemohon Banding pada tahun 2013, dimana
penghasilan tersebut adalah penghasilan atas Commitment Fee;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi atas Peredaran Usaha sebesar
Rp4.433.967.223,00 yang dilakukan oleh Terbanding dengan alasan sebagai berikut:
1. Terbanding tidak dapat membuktikan ada tidaknya tambahan ekonomi yang menjadi objek Pajak Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1);
2. Terbanding tidak dapat membuktikan koreksinya dan justru membebankan pembuktian kepada Pemohon

K
Banding;
3. Terbanding melakukan pengujian bukan dengan bukti kompeten yang cukup, kuat dan konkrit;

JA
4. Terdapat putusan pengadilan pajak yang dahulu yang menilai bahwa perhitungan Arus Piutang/Uang bukanlah
merupakan bukti yang sah;
5. Terbanding tidak mendasarkan koreksinya berdasarkan Ketentuan Peraturan Undang-Undang Perpajakan;

PA
6. Terbandung tidak menggunakan kewenangan yang diberikan Pasal 35 Undang-Undang tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan untuk memperoleh bukti materiil tentang kebenaran jumlah Peredaran Usaha
Pemohon Banding;
7. Terbanding tidak mempertimbangkan bahwa Pemohon Banding telah melaporkan dan melaksanakan seluruh
kewajiban Pajak Penghasilan Badan tahun 2013

N
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan Bukti P-1 sampai dengan P-27;

LA
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan penjelasan secara lisan sebagai
berikut:
- bahwa berdasarkan Undang-Undang Perpajakan koreksi arus piutang tidak boleh menjadi
dasar untuk koreksi;

DI
- Didasari oleh Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan bahwa
tambahan kemampuan ekonomis yang seharusnya menjadi Objek Pajak bukan
berdasarkan hasil perhitungan;
GA
bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang
pada pokoknya sebagai berikut:

Uraian Hasil Uji Bukti:


N

bahwa sebagaimana telah diamanatkan oleh Majelis untuk melakukan Uji Bukti kebenaran
PE

materiil (untuk selanjutnya disebut “Uji Bukti”), bahwa Pemohon Banding telah memperlihatkan
dan menyerahkan dokumen-dokumen untuk membuktikan kebenaran atas pembukuan dan
pelaporan pajak yang telah dilakukan Pemohon Banding sebagaimana diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan perpajakan dan membuktikan ketidakbenaran atas koreksi
yang dilakukan Terbanding;
T

bahwa tanpa mengurangi penjelasan Pemohon Banding sebagaimana tertulis di dalam Surat
IA

Banding dan Surat Bantahan maupun yang telah disampaikan secara lisan di depan
persidangan, maka berikut Pemohon Banding menyampaikan penjelasan pembuktian:
AR

bahwa penghitungan selisih arus kas piutang yang dilakukan oleh Terbanding adalah sebagai
berikut:
Penerimaan Penjualan dari Kas:
· Penerimaan Penjualan dari CASH -
· Penerimaan dari BTMU – IDR 311.648.081.668
ET

· Penerimaan dari BTMU – USD 7.940.187.851


· Penerimaan dari BTMU – YEN 7.040.419.598
· Penerimaan dari SMBC – IDR 111.451.004.167
KR

· Penerimaan dari SBMC – YEN -


· Penerimaan dari RESONA – IDR -
Total Penerimaan Penjualan 438.079.693.284
Saldo Awal Piutang (43.761.685.034)
Saldo Akhir Piutang 50.212.928.487
SE

Total Penjualan include VAT 444.530.936.737


Ekspor (18.204.928.502)
Total Penjualan Berdasarkan arus uang 406.149.605.863
Total Penjualan menurut SPT 402.575.351.500
Selisih Penjualan 3.574.254.363

bahwa dengan demikian sisa selisih penjualan yang masih dipermasalahkan hingga sampai
saat ini diajukan penyelesaiannya di hadapan Majelis sebesar Rp3.574.254.363,00;

bahwa adapun yang menjadi permasalahan utama dari perhitungan ini adalah dalam
perhitungan komponen Penerimaan Penjualan dari Kas menurut Terbanding, ternyata diketahui
bahwa terdapat sejumlah kas masuk yang bukan berasal dari penjualan pada tahun 2013,
melainkan berasal dari penjualan tahun 2012;

K
bahwa dalam penghitungan Terbanding, ternyata masih diperhitungkan penerimaan kas yang
berasal dari penjualan tahun 2012 yang pelunasannya dilakukan pada tahun 2013 sehingga

JA
menimbulkan selisih dalam perhitungan Terbanding sebesar Rp3.574.254.363,00;

bahwa adapun rincian dari penjualan tahun 2012 yang penerimaan uang kas dilakukan pada
tahun 2013 dapat Pemohon Banding rincikan sebagai berikut:

PA
No Kas Masuk yang Bukan Penjualan di Tahun 2013 Nomer Faktur pajak / Jumlah Uang
Invoice Masuk di
Tahun 2013

1. Sales Jig Costomer sudah dibukukan tahun 2012 tetapi uang masuk

N
di tahun 2013
1.A. Jig Nissan sales Nov 2012 pembayaran di cicil 2013 010.000.12.0000361 566.164.940
6

LA
1.B. Jig Suzuki sales April 2012 pembayaran di cicil 2013 010.000.12.0000105 280.060.000
1
1.C. Jig ADM sales July 2012 pembayaran di cicil 2013 010.000.12.0000229 622.719.490
7
1.D. Jig ADM sales Maret 2012 pembayaran di cicil 2013 010.000.12.0000092 4.548.225

1.E.

1.F.
Jig ADM sales January 2012 pembayaran di cicil 2013

Jig Nissan sales April 2012 pembayaran di cicil 2013


DI 2
010.000.12.0000029
2
010.000.12.0000115
1
3.411.169

957.440.000
GA
1.G Jig Nissan sales April 2012 pembayaran di cicil 2013 010.000.12.0000115 376.168.777
. ('010.000.12.00001152 amount Rp 768.505.100 sisa masuk ke 2013 2
)
2. Sales hino (HMMI) adjs november sudah di catat di 2012 uang masuk
di 2013 (SMBC-IDR)
N

2.A. Sales Hino (HMMI) November 010.000.12.0000377 169.368.980


5
2.B. Sales Hino (HMMI) November 010.000.12.0000377 1.801.250
PE

7
2.C. Sales Hino (HMMI) November 010.000.12.0000377 853.138
9
2.D. Sales Hino (HMMI) November 010.000.12.0000377 258.995
6
2.E. Sales Hino (HMMI) November 010.000.12.0000378 32.538
T

0
2.F. Sales Hino (HMMI) November 010.000.12.0000377 42.202,00
8
IA

2.G Sales Hino (HMMI) November 010.000.12.0000351 14.778.280


. 7
3. Sales ADM Juli dan Oktober sudah di catat di 2012 uang masuk di
2013
AR

(BTMU-IDR)
3.A. Sales ADM Juli dan Oktober 010.000.12.0000219 1.820.910
0
3.B. Sales ADM Juli dan Oktober 010.000.12.0000255 2.011.878
7
ET

3.C. Sales ADM Juli dan Oktober 010.000.12.0000352 8.672.618


2
4. Sales BTJ Agustus, September dan Oktober sudah di catat di 2012
uang masuk di 2013
(BTMU -IDR)
4.A. Sales BTJ Agustus, September dan Oktober 010.000.12.0000273 21.436.800
KR

2
4.B. Sales BTJ Agustus, September dan Oktober 010.000.12.0000319 15.153.600
1
5. Sales TMMIN July, Agustus, September dan Oktober sudah di catat
di 2012 uang masuk di 2013 (SMBC – IDR)
SE

5.A. Sales TMMIN 010.000.12.0000254 15.626.490


3
5.B. Sales TMMIN 010.000.12.0000281 62.143.180
9
5.C. Sales TMMIN 010.000.12.0000320 84.899.485
5
5.D. Sales TMMIN 010.000.12.0000350 71.487.020
8
5.E. Sales TMMIN 010.000.12.0000353 438.350
2
5.F. Sales TMMIN 010.000.12.0000353 75.460
3
6. Sales Sanoh Malaysia october sudah di catat di 2012 uang masuk di USI 126 36.090.583
2013 (BTMU – USD)
7. Sales Sanoh Japan Juli, September, Oktober sudah di catat di
laporan PPN 2012 uang masuk di 2013 (BTMU – YEN)
7.A. Sales Sanoh Japan JS-SMPL 1207-02 3.047.722
7.B. Sales Sanoh Japan JS-1209-07 1.027.552

K
7.C. Sales Sanoh Japan JS-1209-01 88.917.222
7.D. Sales Sanoh Japan JS-1209-04 1.800.037
7.E. Sales Sanoh Japan JS-1209-10 3.000.062

JA
7.F. Sales Sanoh Japan JS-1210-09 145.478.478
7.G Sales Sanoh Japan JS-1210-12 13.478.932
.
TOTAL 3.574.254.36
3

PA
bahwa penerimaan uang kas masuk yang masih diperhitungkan Terbanding atas penjualan
2012 sebagaimana telah Pemohon Banding rincikan di atas telah dilakukan pengujian
kebenaran materiil dengan Terbanding;

bahwa kepada Terbanding telah Pemohon Banding tunjukkan dan jelaskan bukti-bukti berupa

N
Faktur Pajak, Invoice Komersial, SPT PPN A2, Rekening koran penerimaan kas masuk, Skedul
pembayaran dan dokumen pendukung lainnya yang menegaskan adanya pengakuan penjualan

LA
yang dilakukan pada tahun 2012 namun penerimaan kas atas penjualan tersebut terdapat di
tahun 2013;

bahwa lebih lanjut, pada faktanya tidak ada penjulan di tahun 2013 yang penerimaan kas atau
pembayarannya diterima oleh Pemohon Banding di tahun 2014;
DI
bahwa sebagai tambahan, Pemohon Banding juga sampaikan Risalah Pembahasan
GA
Pemeriksaan untuk 2 tahun berturut-turut, yaitu 2014 dan 2015 yang telah Pemohon Banding
selesaikan dengan KPP PMA 2;

bahwa adapun berdasarkan Risalah tersebut, terhadap koreksi terkait penghitungan arus
piutang tidak lagi muncul sebagai dasar koreksi, di mana Terbanding pada saat itu telah
N

menerima penjelasan Pemohon Banding dan mengakui kebenaran pencatatan dan pengakuan
penjualan yang Pemohon telah laporkan dalam Laporan Keuangan maupun Surat
PE

Pemberitahuan (SPT) dan hal ini menegaskan bahwa pencatatan dan pengakuan penjualan
yang dilakukan Pemohon Banding secara nyata-nyata telah sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya dan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan dilandasi dengan itikad
baik untuk selalu membayar kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
T

bahwa Pemohon Banding menanggapi penggunaan aturan Surat Edaran Direktur Jenderal
IA

Pajak nomor SE-65/PJ/2013 tentang Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan
yang disampaikan Terbanding dalam penjelasannya;
AR

bahwa berdasarkan SE-65/PJ/2013, telah secara tegas dinyatakan apabila terdapat selisih dari
hasil penghitungan dengan pengujian keterkaitan (pengujian arus piutang) atas penghasilan
bruto, tidak serta-merta dapat disimpulkan sebagai penjualan/peredaran usaha, sehingga perlu
dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut merupakan
penjualan/peredaran usaha, penghasilan bruto luar usaha atau tambahan kemampuan
ET

ekonomis lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan;

bahwa apabila Terbanding berpedoman terhadap SE-65/PJ/2013 ini, maka seharusnya


Terbanding mengikuti aturan yang ditegaskan, di mana Terbanding tidak diperkenankan
KR

mengambil kesimpulan secara serta-merta bahwa selisih atas arus piutang dianggap sebagai
penjualan/peredaran usaha;

bahwa lebih lanjut, diatur juga di dalam SE-65/PJ/2013 bahwa dapat disimpulkan pengujian
SE

keterkaitan (pengujian arus piutang) merupakan bagian Metode Pemeriksaan Tidak Langsung.
Namun demikian, SE-65/PJ/2013 mengatur bahwa penggunaan Metode Tidak Langsung hanya
dapat dilakukan apabila Metode Langsung tidak dapat diterapkan dan Terbanding harus
memiliki bukti bahwa Metode Langsung tidak dapat digunakan;

bahwa pada faktanya selama sengketa ini berlangsung, Terbanding tidak pernah menjelaskan
apalagi membuktikan bahwa Metode Langsung tidak dapat diterapkan, sebaliknya, justru
seluruh data terkait pelaporan SPT maupun Laporan Keuangan Pemohon telah dipenuhi
seluruhnya, sehingga memungkinkan Metode Langsung untuk digunakan;

bahwa dengan demikian, penerapan yang dilakukan oleh Pemohon Banding sudah sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan telah diperkuat dengan pembuktian transaksi
yang mendukung kebenaran Pemohon Banding, sehingga atas sengketa akun Peredaran
Usaha merupakan koreksi yang keliru dan tidak tepat, dan harus dibatalkan demi hukum;

K
JA
Menurut Majelis :

bahwa Pemohon Banding mengajukan banding atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PA
KEP-01235/KEB/WPJ.07/2016 tanggal 30 Agustus 2016 tentang keberatan Wajib Pajak atas
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2013 Nomor
00018/206/13/055/15 tanggal 15 Juni 2015, karena permohonan keberatannya ditolak
Pemohon Banding sangat keberatan dan kemudian mengajukan banding;

Alasan pengajuan banding:

N
bahwa berdasarkan Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

LA
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009,
menyatakan "Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Ayat
(1)";
DI
bahwa surat keputusan yang diajukan banding merupakan obyek yang dapat diajukan banding
GA
sebagaimana dimaksud Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan dan pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak;

bahwa berdasarkan Undang-Undang Pengadilan Pajak:


N

Pasal 31 Ayat (1) berbunyi:


PE

“Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak”

Pasal 31 Ayat (2) berbunyi:


“Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan yang
T

berlaku”;
IA

Pasal 78 berbunyi:
“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan serta berdasarkan keyakinan
AR

Hakim”;

Terkait Penilaian Pembuktian, Peraturan Perundang-undangan dan Keyakinan Hakim


ET

bahwa alasan Terbanding melakukan koreksi atas peredaran usaha sebesar


Rp3.574.254.363,00berdasarkan pengujian arus piutang (ekualisasi), diketahui terdapat selisih
penjualan sebesar Rp4.617.526.361,00 dan setelah dilakukan pembahasan akhir pemeriksaan,
Pemeriksa mengurangi koreksi sebesar Rp1.043.271.998,00 berupa uang muka penjualan,
KR

sehingga koreksi yang masih dipertahankan adalah sebesar Rp3.574.254.363,00;

bahwa sesuai dengan kertas kerja pemeriksaan koreksi peredaran usaha, menurut Pemohon
Banding nilai sebesar Rp3.574.254.363,00 merupakan penjualan yang telah dibukukan dalam
tahun 2012 tetapi uang masuk di tahun 2013;
SE

bahwa faktanya, dalam persidangan Terbanding dan Pemohon Banding telah menyampaikan
perhitungan hasil pengujian arus piutang sebagai berikut:
Hasil pengujian arus piutang
Uraian Terbanding Pemohon Banding Selisih
Penerimaan dari BTMU – IDR 311.648.081.668 311.648.081.668 -
Penerimaan dari BTMU – USD 7.940.187.851 7.940.187.851 -
Penerimaan dari BTMU – Yen 8.083.691.596 7.040.419.598 1.043.271.99
8
Penerimaan dari SMBC – IDR 111.451.004.167 111.451.004.167
Total Penerimaan Penjualan 439.122.965.282 438.079.693.284
Saldo awal piutang (43.761.685.034) (43.761.685.034)
Saldo akhir Piutang 50.212.928.487 50.212.928.467 -

K
Total Penjualan termasuk VAT 444.574.208.735 444.530.936.737 -
Ekspor (18.204.928.502) (18.204.928.502) -

JA
PPN sesuai SPT (38.381.330.874) (38.381.330.874) -
Total Penjualan Lokal (cfm TB 388.987.949.359 387.944.677.361 -
Ekspor 18.204.928.502 18.204.928.502
Total penjualan sesuai arus uang 407.192.877.561 406.149.605.863

PA
Total Penjualan menurut SPT 402.575.351.500 402.575.351.500
Selisih Penjualan 4.617.526.361 3.574.254.363
bahwa dari tabel tersebut diketahui terdapat perbedaan perhitungan pengujian arus piutang
pada penerimaan dari BTMU-Yen sebesar Rp1.043.271.998,00 dan menurut Terbanding,
dalam pembahasan akhir pemeriksaan, Terbanding (cfm Pemeriksa) mengurangi koreksi

N
sebesar Rp1.043.271.998,00 berupa uang muka penjualan, sehingga terdapat selisih/koreksi
penjualan sebesar Rp3.574.254.363,00;

LA
bahwa dari hasil pengujian arus piutang a quo, Majelis berkesimpulan masing-masing pihak
menyatakan terdapat selisih penjualan sebesar Rp3.574.254.363,00, yaitu menurut Terbanding
seluruhnya merupakan penjualan di tahun 2013, sementara menurut Pemohon Banding tidak
seluruhnya penerimaan Kas berasal dari penjualan tahun 2013, melainkan berasal dari
DI
penjualan di tahun 2012. Atas transaksi Tahun 2012 dan telah dilaporkan di Tahun 2012 tetapi
pelunasan dilakukan di tahun 2013, namun oleh Terbanding belum diperhitungkan sebagai
pengurang dalam pengujian arus uang/piutang, sehingga menimbulkan selisih/koreksi sebesar
GA
Rp3.574.254.363,00;

bahwa menurut Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi tersebut, dengan alasan
sebagai berikut:
N

a. Terbanding (cfm Pemeriksa) secara nyata-nyata melakukan kesalahan tidak dapat


membuktikan ada tidaknya tambahan ekonomi yang menjadi obyek PPh Pasal 4 Ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan;
PE

b. Terbanding secara nyata-nyata salah karena tidak dapat membuktikan koreksinya dan justru
membebankan pembuktian kepada Pemohon Banding;
c. Terbanding secara nyata-nyata melakukan kesalahan karena pengujian kaitkan bukanlah
merupakan bukti kompeten yang cukup, kuat dan konkrit;
T

d. Terbanding secara nyata-nyata melakukan kesalahan karena terdapat Putusan Pengadilan


Pajak terdahulu yang menilai bahwa penghitungan arus uang/piutang bukanlah merupakan
IA

bukti yang sah;


e. Terbanding secara nyata-nyata melakukan kesalahan karena tidak mendasarkan koreksinya
berdasarkan hukum ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
AR

f. Terbanding secara nyata-nyata melakukan kesalahan karena tidak menggunakan


kewenangan yang diberikan Pasal 35 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan untuk memperoleh bukti materiil tentang kebenaran jumlah peredaran usaha
Pemohon Banding;
ET

bahwa untuk membuktikan bahwa penerimaan kas berasal dari transaksi penjualan tahun 2012
tetapi pelunasannya dilakukan di tahun 2013, dalam persidangan Pemohon Banding telah
menyampaikan dokumen bukti berupa Faktur Pajak, invoice, SPT PPN A2, Rekening Koran
KR

penerimaan kas, schedule pembayaran dan dokumen pendukung lainnya yang terkait,
kemudian setelah dilakukan uji bukti kebenaran materi, terbukti dari dokumen pendukung a quo
dapat diyakini bahwa terdapat transaksi penjualan tahun 2012 namun penerimaan kas
dilakukan di tahun 2013 sebesar Rp3.574.254.363,00 dan atas transaksi penjualan tersebut
telah dilaporkan pada SPT tahun 2012;
SE

bahwa dari hasil uji bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemohon Banding dapat
membuktikan dan meyakinkan Majelis bahwa selisih/koreksi atas penjualan berdasarkan hasil
pengujian arus uang/piutang sebesar Rp3.574.254.363,00 bukan merupakan penjualan di tahun
2013 melainkan penjualan di tahun 2012 tetapi pelunasannya dilakukan di tahun 2013 dan telah
dilaporkan pada SPT Tahun Pajak 2012;
bahwa dengan demikian nilai koreksi atas peredaran usaha sebesar Rp3.574.254.363,00 yang
seharusnya dapat dikurangkan dari penghitungan pengujian arus uang/piutang tersebut, tetapi
tidak dilakukan oleh Terbanding, sehingga meyakinkan Majelis untuk tidak mempertahankan
koreksi Terbanding a quo;

2. Koreksi Positif Penyesuaian Fiskal Positif sebesar Rp1.311.345.102,00 yang terdiri

K
dari:
a. Salaries Japan sebesar Rp193.375.743,00

JA
b. Amortization (Allowance Bad Debt) sebesar Rp167.245.685,00
c. Selisih Penyusutan Komersial di atas Penyusutan Fiskal sebesar
Rp950.723.674,00

PA
dan Koreksi Positif Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar Rp1.803.660.486,00

N
Menurut Terbanding :

LA
A. Salaries Japan sebesar Rp193.375.743,00

bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor


LAP-00464/WPJ.07/KP.0305/RIK.SIS/2015 tanggal 12 Juni 2015 bahwa Terbanding melakukan
DI
koreksi atas biaya Salaries Japan berupa biaya-biaya tunjangan listrik, gas, air, komunikasi,
anak sekolah atas nama Kambara, Makishima, Yoshimura yang merupakan bentuk
kenikmatan/natura yang diterima oleh karyawan ekspatriat Jepang, sehingga biaya-biaya
GA
tersebut tidak dapat dibebankan oleh perusahaan;

bahwa dalam proses keberatan, Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak dapat
memberikan data/dokumen terkait alasan keberatannya dan Terbanding berpendapat koreksi
Terbanding atas koreksi positif penyesuaian fiskal positif Salaries Japan sebesar
N

Rp193.375.743,00 sudah tepat;


bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Penjelasan Tertulis tanpa nomor tanggal
PE

5 September 2017 yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa Salaries Japan dikoreksi karena jumlah tersebut terkait fasilitas yang diberikan ke
pemegang saham, sekutu dan pemberian natura/kenikmatan kepada pegawai asing (Pasal 9
huruf b dan e Undang-Undang Pajak Penghasilan);
T

bahwa cadangan atas Piutang tak tertagih tidak bisa dibebankan sebagai pengurang
IA

penghasiian bruto (Pasai 9 huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan);

bahwa berdasarkan perhitungan kembali Penyusutan yang dilakukan Terbanding, terdapat


AR

selisih dimana Penyusutan Komersial melebihi penyusutan fiskal dan pembayaran pokok harta
leasing (Pasai 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009);
ET

bahwa berdasarkan LPP dan hasil pembahasan dengan Terbanding sebagaimana yang
tertuang dalam Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan Nomor BA-2119/WPJ.07/2016
tanggal 25 Juli 2016 dapat diketahui bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya Salaries
Japan ini karena berdasarkan buku besar terkait, biaya Salaries Japan adalah berupa biaya-
KR

biaya tunjangan listrik, gas, air, komunikasi, anak sekolah (terkait dengan nama Kambara,
Makishima, Yosimura);

bahwa Terbanding telah meneliti sumber data yang dijadikan dasar koreksi Terbanding
SE

(softcopy buku besar) dan Terbanding menemukan bahwa temuan Terbanding adalah sesuai
dengan data dalam buku besar Pemohon Banding tersebut;

bahwa dalam proses penelitian keberatan, Terbanding telah meminta data/dokumen terkait
alasan keberatan yang menyatakan bahwa biaya-biaya tersebut berupa tunjangan perumahan
kepada karyawan ekspatriat Jepang dan merupakan bagian dari penghasilan yang
bersangkutan dan telah dipotong PPh Pasal 21, namun demikian Pemohon Banding tidak
memenuhi permintaan data/dokumen tersebut;

bahwa berdasarkan hal tesebut Terbanding menyimpulkan bahwa Pemohon Banding tidak
dapat membuktikan alasan keberatannya dan Terbanding berpendapat bahwa biaya-biaya
berupa listrik, gas, air, komunikasi, dan anak sekolah yang ditanggung oleh perusahaan
merupakan bentuk kenikmatan/natura yang diterima oleh karyawan ekspatriat Jepang,
sehingga biaya-biaya tersebut tidak dapat dibebankan oleh perusahaan;

K
bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang

JA
pada pokoknya sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding telah melampirkan bukti-bukti dan data pendukung yang telah

PA
diperlihatkan dan disampaikan kepada Terbanding berupa:
a. General Ledger untuk membuktikan materi yang dipersengketakan sesuai dengan
pembukuan atau pencatatan dari Pemohon Banding;
b. Rekapitulasi Penghitungan untuk memberikan fokus pada pokok perhitungan yang
dipersengketakan;

N
c. Rekening Koran Bank untuk menunjukkan pergerakan dan pencatatan uang yang masuk
dan keluar berdasarkan transaksi yang ada;

LA
d. Laporan Keuangan Audit untuk menunjukkan pencatatan dan pembukuan yang telah diaudit
oleh pihak ketiga;
e. SPT PPh OP 2013 untuk menunjukkan bahwa penghasilan yang diterima sebagai gaji dan
tunjangan telah diperhitungkan ke dalam penghasilan pegawai Jepang;

DI
f. Bukti Potong 1721 A1 untuk menunjukkan bahwa penghasilan yang berasal dari gaji dan
tunjangan yang diterima pegawai Jepang telah diperhitungkan sebagai penghasilan dan
pengenaan pajaknya telah dipotong Pemohon Banding;
GA
g. Rekapitulasi Penerimaan Gaji dan Tunjangan untuk menunjukkan jumlah gaji dan tunjangan
yang dibayarkan Pemohon Banding kepada Pegawai Jepang adalah sama dengan yang
dilaporkan di dalam SPT OP;
h. Surat Perjanjian Kerja untuk menunjukkan adanya perikatan kerja antara Pemohon Banding
dengan Pegawai Jepang, yang didalamnya Pemohon Banding diwajibkan untuk
N

memberikan fasilitas-fasilitas kerja yang menjadi bagian dari Tunjangan yang akan diterima
Pegawai Jepang;
PE

Uraian Hasil Uji Bukti:

bahwa koreksi salaries Japan sebesar Rp193.375.743,00 dilakukan karena berdasarkan buku
besar terkait, biaya ini berupa biaya-biaya tunjangan listrik, gas, air, komunikasi, anak sekolah
T

(terkait dengan nama Kambara, Makishima, Yosimura);


IA

bahwa Pemohon Banding tidak setuju koreksi dengan alasan tunjangan tersebut merupakan
komponen dari penghasilan yang diperoleh, yang oleh karenanya telah Terbanding
perhitungkan dengan kewajiban Pemotongan PPh Pasal 21 yang menyertainya;
AR

bahwa dalam proses keberatan, Terbanding telah meminta data/dokumen terkait, namun
Pemohon Banding tidak dapat memenuhi permintaan data/dokumen tersebut;
ET

bahwa dalam uji kebenaran material data (uji bukti), dokumen yang ditunjukan dan diserahkan
oleh Pemohon Banding adalah sebagai berikut:
a. Kertas Kerja Koreksi Salaries Japan;
b. Fotokopi Surat Perjanjian Kerja dengan karyawan ekpatriat:
KR

1) Nomor 001/HRD/SI/IX/2012 tanggal 17 September 2012, perjanjian dengan Riichi


Kambara;
2) Nomor 002/HRD/SI/X/2012 tanggal 1 Oktober 2012, perjanjian dengan Yasuhiro
Kurokawa;
SE

3) Nomor 003/HRD/SI/I/2013 tanggal 2 Januari 2013, perjanjian dengan Makishima Norihito;


4) Nomor 004/HRD/SI/X/2013 tanggal 22 Oktober 2013, perjanjian dengan Hiroyuki Iso;
5) Nomor 005/HRD/SI/IX/2012 tanggal 25 September 2012, perjanjian dengan Satoshi
Yoshimura;
c. Rekapitulasi Komponen Penghitungan Ekspatriat Jepang selama tahun 2013;
d. Salinan Formulir 1721-A1 beserta SPT Tahunan Orang Pribadi Tahun 2013;
e. Fotokopi Commercial Invoice atas biaya-biaya terkait;
f. Laporan Keuangan Audit 2013;

bahwa dokumen pihak ketiga yang ditunjukan oleh Pemohon Banding berupa dokumen fotokopi
sehingga Terbanding tidak meyakini dokumen dan pengeluaran tersebut sebagai pengeluaran
yang sah;

bahwa dalam Kertas Kerja Koreksi Salaries Japan menurut Pemohon Banding, Pemohon

K
Banding merinci nilai sengketa sebesar Rp193.375.743,00 merupakan akun 6.1.2 Salaries
Japan kepada ekspatriat Jepang dan telah diklasifikasikan dalam 5 (lima) nama ekspatriat,

JA
dengan rincian sebagai berikut:
No Nama Jumlah (Rp)
1 Riichi Kambara 9.229.135

PA
2 Makishima Norihito 6.551.616
3 Satoshi Yoshimura 7.330.991
4 Hiroyuki Iso 158.350.926
5 Yasuhiro Kurokuwa 11.913.075
Jumlah 193.375.743

N
bahwa berdasarkan rincian kertas kerja tersebut, biaya-biaya ini berupa biaya tunjangan listrik,
gas, air, komunikasi, anak sekolah (terkait dengan nama Kambara, Makishima, Yosimura, Iso

LA
dan Kurokawa);

bahwa dalam fotokopi Surat Perjanjian Kerja, hak yang diterima oleh ekspatriat adalah berupa:
Tunjangan hidup, gaji/upah, dan fasilitas berupa tempat tinggal di apartemen, antar jemput
DI
(kendaraan, sopir dan uang transport) serta sarana komunikasi;

bahwa dalam fotokopi surat perjanjian kerja Nomor 004/HRD/SI/X/2013 tanggal 22 Oktober
GA
2013, perjanjian dengan Hiroyuki Iso, Pemohon Banding baru mengikat perjanjian mulai 22
Oktober 2013;

bahwa dalam rincian perhitungan Rekapitulasi Komponen Penghitungan Ekspatriat Jepang


selama tahun 2013, rincian atas nama Hiroyuki Iso, dihitung sejak Januari 2013 bukan sejak
N

Oktober 2013;
bahwa jika dihitung dari Oktober sd Desember 2013, adalah sebesar Rp3.577.638,00 +
PE

Rp3.491.868,00 + Rp32.545.011,00 = Rp39.614.517,00;

bahwa rekapan menurut komponen penghitungan Ekspatriat Jepang, pada komponen


tunjangan adalah:
T

No Nama Jumlah (Rp)


1 Riichi Kambara 9.229.135
IA

2 Makishima Norihito 8.220.434


3 Satoshi Yoshimura 13.726.765
4 Hiroyuki Iso 166.020.510
AR

5 Yasuhiro Kurokuwa 11.913.075


Jumlah 209.109.919

bahwa terdapat perbedaan angka menurut klasifikasi dalam Kertas Kerja Koreksi Salaries
ET

Japan Pemohon Banding dengan komponen penghitungan Ekspatriat Jepang atas nama
Makishima Norihito, Satoshi Yoshimura dan Hiroyuki Iso;

bahwa Terbanding menyimpulkan tidak dapat meyakini kebenaran perhitungan ekspatriat


KR

Jepang dari Pemohon Banding tersebut;

bahwa dalam fotokopi commercial invoice dari pihak ketiga dari biaya-biaya tersebut, tertulis
pihak yang ditagih adalah Pemohon Banding dan bukan kepada ekspatriat secara langsung,
SE

jadi Pemohon Banding tidak memberikan tunjangan berupa uang kepada ekspatriat, namun
merupakan pengeluaran yang bersifat fasilitas/kenikmatan;

bahwa pemberian fasilitas merupakan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan sesuai
dengan ketentuan Pasal 9 Ayat (1) huruf ‘b’ dan ‘e’ Undang-Undang Pajak Penghasilan;

bahwa dengan demikian Terbanding mengusulkan kepada Majelis untuk menolak banding
Pemohon Banding dan tetap mempertahankan koreksi Terbanding atas salaries Japan sebesar
Rp193.375.743,00;

B. Amortization (Allowance Bad Debt) sebesar Rp167.245.685,00

bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor


LAP-00464/WPJ.07/KP.0305/RIK.SIS/2015 tanggal 12 Juni 2015 bahwa Terbanding melakukan

K
koreksi amortization (allowance bad debt) atas harta berupa software (Solomon Sistem dan
HRD Sistem) yang tidak dapat dibuktikan oleh Pemohon Banding;

JA
bahwa dalam proses keberatan, Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak dapat
memberikan data/dokumen terkait alasan keberatannya dan Terbanding berpendapat koreksi

PA
Terbanding atas amortization (allowance bad debt) sebesar Rp167.245.685,00 sudah tepat;

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan penjelasan secara lisan sebagai berikut:
- bahwa Allowance Bad Debt ini seakan-akan bisa menimbulkan interpretasi bahwa adanya
utang yang disisihkan tetapi sebenarnya ini bukan penyisihan, karena lebih merupakan

N
sebuah pembebanan atas penggunaan sistem yang Pemohon Banding lakukan tetapi
secara amortisasi;

LA
bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Penjelasan Tertulis tanpa nomor tanggal
5 September 2017 yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa koreksi atas biaya amortisasi (allowance bad debt) adalah sebesar Rp270.296.001,00
DI
Pemohon Banding hanya mengajukan keberatan atas sebagian jumlah tersebut yaitu keberatan
atas jumlah sebesar Rp167.245.685,00, dengan demikian atas selisih nilai koreksi biaya
amortisasi tersebut yaitu sebesar Rp270.296.001,00 – Rp167.245.685,00 = Rp103.050.316,00
GA
tidak diajukan keberatan sehingga Terbanding mengusulkan untuk mempertahankan koreksi
yang tidak diajukan keberatan;

bahwa berdasarkan LPP dan hasil pembahasan dengan Terbanding sebagaimana yang
N

tertuang dalam Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan Nomor BA-2119/WPJ.07/2016


tanggal 25 Juli 2016 dapat diketahui bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya ini karena
berdasarkan buku besar terkait, biaya amortisasi adalah berupa Allowance for Bad Debt dan
PE

dalam pembahasan sengketa yang dilakukan Terbanding dengan Terbanding, biaya ini tidak
terdapat bukti pendukungnya;

bahwa Terbanding telah meneliti sumber data yang dijadikan dasar koreksi Terbanding
T

(softcopy buku besar) dan Terbanding menemukan bahwa temuan Terbanding adalah sesuai
dengan data dalam buku besar allowance for bad debt tersebut yang jumlahnya sebesar
IA

Rp270.296.001,00 sama dengan jumlah yang dibebankan pada akun Amortisasi pada laporan
keuangan audit (halaman 33) yaitu sama sebesar Rp270.296.001,00;
AR

bahwa berdasarkan hal itu, Terbanding berpendapat bahwa koreksi yang dilakukan Terbanding
adalah berdasarkan data yang berasal dari dokumen-dokumen Pemohon Banding sendiri;

bahwa dalam proses penelitian keberatan, Terbanding telah meminta data/dokumen terkait
alasan keberatan yang menyatakan bahwa biaya-biaya tersebut merupakan amortisasi atas
ET

harta berupa software (Solomon Sistem dan HRD Sistem) yang jumlahnya sebesar
Rp167.245.685,00, namun demikian Pemohon Banding tidak memenuhi permintaan
data/dokumen tersebut. Berdasarkan hal tesebut tim peneliti menyimpulkan bahwa Pemohon
Banding tidak dapat membuktikan alasan keberatannya bahwa biaya amortisasi adalah biaya
KR

amortisasi atas software (Solomon Sistem dan HRD Sistem);

bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang
pada pokoknya sebagai berikut:
SE

bahwa Pemohon Banding telah melampirkan bukti-bukti dan data pendukung yang telah
diperlihatkan dan disampaikan kepada terbanding berupa: General Ledger untuk membuktikan
materi yang dipersengketakan sesuai dengan pembukuan atau pencatatan dari Pemohon
Banding:
a. Rekapitulasi Penghitungan untuk memberikan fokus pada pokok perhitungan yang
dipersengketakan;
b. Rekening Koran Bank untuk menunjukkan pergerakan dan pencatatan uang yang masuk
dan keluar berdasarkan transaksi yang ada;
c. Commercial Invoice untuk menunjukkan keabsahan dan kebenaran tagihan atas transaksi
yang ada;
d. Faktur Pajak untuk menunjukkan terutangnya PPN atas transaksi yang ada;
e. Delivery Order berupa surat jalan atau tanda terima barang dari tempat penjual;

K
f. Payment Voucher untuk membukukan transaksi yang dilakukan ke dalam pembukuan
perusahaan;

JA
g. Berita Acara untuk membuktikan pemasangan software di tempat oprasional Pemohon
Banding;
h. Tanda Terima untuk membuktikan software yang dibeli telah diserahkan kepada Pemohon
Banding;

PA
i. Kontrak Perjanjian Kerjasama untuk menunjukan kesepakatan penggunaan aplikasi berupa
software untuk kepentingan operasional perusahaan antara Pemohon Banding dengan
pihak penyedia layanan aplikasi.
j. Laporan Keuangan Audit untuk menunjukkan pencatatan dan pembukuan yang telah diaudit
oleh pihak ketiga;

N
k. Letter of Agreement dengan Microsoft Dynamics SL untuk membuktikan adanya transaksi
penyerahan sistem utuk menunjang kegiatan administratif Pemohon Banding;

LA
Uraian Hasil Uji Bukti:

bahwa koreksi Amortization (allowance bad debt) sebesar Rp167.245.685,00 dilakukan karena
DI
biaya tersebut tidak dapat sebagai pengurang penghasilan bruto sesuai ketentuan Pasal 9 huruf
h Undang-Undang Pajak Penghasilan dan tidak terdapat dokumen pendukung;
GA
bahwa Pemohon Banding tidak setuju koreksi dengan alasan Pemohon Banding mengakui
bahwa keterangan di dalam deskripsi GL dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, namun
demikian Sub-Pos “Amortization (Allowance for Bad Debt)” sebenarnya dan sesungguhnya
merupakan pencatatan atas amortisasi dari sistem software untuk kegiatan operasional yang
dimiliki oleh Pemohon Banding;
N

bahwa secara nyata-nyata bukan pengeluaran yang berupa pajak penghasilan sebagaimana
PE

yang disangkakan oleh Terbanding;

bahwa menurut Pemohon Banding biaya tersebut merupakan amortisasi atas harta berupa
sofware (Solomon Sistem dan HRD Sistem) yang jumlahnya sebesar Rp167.245.685,00;
T

bahwa dalam proses keberatan, Terbanding telah meminta data/dokumen terkait, namun
Pemohon Banding tidak dapat memenuhi permintaan data/dokumen tersebut;
IA

bahwa dalam uji kebenaran material data (uji bukti), dokumen yang ditunjukan dan diserahkan
oleh Pemohon Banding adalah sebagai berikut :
AR

a. Rekapitulasi Penghitungan Amortisasi Software;


b. Fotokopi Surat Pernyataan tertulis mengenai amortisasi software;
c. Fotokopi Dokumen pendukung pembelian software Solomon Microsoft Dynamic;
d. Fotokopi Terjemahan Agreement atas software Solomon Microsoft Dynamic;
ET

e. Fotokopi Dokumen pendukung pembelian software HRD Hasting;


f. Laporan Keuangan Audit 2013;
KR

bahwa berdasarkan penelitian Terbanding, dalam Rekapitulasi Penghitungan Amortisasi


Software yang disampaikan Pemohon Banding, angka Rp167.245.685,00 merupakan akumulai
amortisasi dari software Solomon System, HRD System Hasting dan Solomon System dan
bukan biaya amortisasi sedangkan biaya amortisasi yang tercantum adalah sebesar
Rp135.610.808,00, sehingga terdapat selisih Rp31.634.877,00;
SE

bahwa dokumen pihak ketiga yang ditunjukan oleh Pemohon Banding berupa dokumen fotokopi
sehingga Terbanding tidak meyakini dokumen dan pengeluaran tersebut sebagai pengeluaran
yang sah;

bahwa Terbanding tidak ditunjukan General Ledger atas pencatatan software-software


dimaksud, sehingga Terbanding tidak dapat memberikan pendapat dan tidak meyakini data
Pemohon Banding;

bahwa dalam Laporan Keuangan audit 2013, tidak terdapat akun asset software tersebut, yang
ada berupa intangible asset sebesar Rp530.939.297,00 yang dalam catatan nomor 9 Laporan
Keuangan halaman 24, tidak disebutkan mengenai deskrpisi non current asset dimaksud;

bahwa dalam Rekapitulasi Penghitungan Amortisasi Software tahun 2013, harga perolehan

K
software tercatat sebesar Rp593.242.502,00 dengan akumulasi amortisasi sebesar
Rp167.245.685,00 sehingga nilai asset net sebesar Rp425.996.817,00;

JA
bahwa dalam penjelasan tertulis mengenai perolehan software tercatat terdiri dari:
- Microsoft Dynamic solution Rp471.158.037,00;

PA
- Microsoft Dynamic solution-improvement Rp.87.084.465,00; dan
- Software payroll Rp.35.000.000,00;

bahwa sehingga total harga perolehan software Rp593.242.502,00;

N
bahwa Terbanding tidak menemukan kesamaan angka perolehan software sebesar
Rp593.242.502,00 tersebut dengan nilai intangible asset sebesar Rp530.939.297,00 yang telah
dicatat dalam Laporan Keuangan audit Pemohon Banding;

LA
bahwa dengan demikian Terbanding mengusulkan kepada Majelis untuk menolak banding
Pemohon Banding dan tetap mempertahankan koreksi Terbanding atas Amortization (allowance
bad debt) sebesar Rp167.245.685,00;
DI
C. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif atas Selisih Penyusutan Komersial di atas
Penyusutan Fiskal sebesar Rp950.723.674,00 dan Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif
GA
atas Selisih Penyusutan Komersial di atas Penyusutan Fiskal sebesar
Rp1.803.660.486,00

bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor


N

LAP-00464/WPJ.07/KP.0305/RIK.SIS/2015 tanggal 12 Juni 2015 bahwa Terbanding melakukan


koreksi Penyesuaian Fiskal Positif atas Selisih Penyusutan Komersial di atas Penyusutan Fiskal
PE

dan Penyesuaian Fiskal Negatif atas Selisih Penyusutan Komersial di bawah Penyusutan Fiskal
berdasarkan perhitungan kembali atas penyusutan aktiva tetap;

bahwa yang menjadi dasar Terbanding mengkoreksi adalah Pasal 11 Ayat (7) Undang-Undang
Pajak Penghasilan, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 Tentang Jenis-
T

Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk
Keperluan Penyusutan;
IA

bahwa Terbanding menggunakan metode penyusutan garis lurus sesuai dengan metode yang
digunakan Pemohon Banding yang untuk tiap jenis aktiva sebagai berikut:
AR

1. Building : biaya penyusutan apartemen diakui Terbanding hanya 50% dari penyusutan
apatemen;
2. Machine : koreksi penyusutan karena Terbanding mengubah kelompok aktiva yang
semula kelompok II (persentase penyusutan 12,5%);
ET

3. Furniture : koreksi penyusutan karena Terbanding mengubah kelompok aktiva yang


semula kelompok I (persentase penyusutan 25%) menjadi kelompok II
(persentase penyusutan 12,5%);
4. Tool & Jigs : koreksi penyusutan karena Terbanding mengubah kelompok aktiva yang
KR

semula kelompok I (persentase penyusutan 25%) menjadi kelompok II


(persentase penyusutan 12,5%)

bahwa dalam proses keberatan, Terbanding berpendapat bahwa Pemohon Banding tidak
terdapat cukup alasan dan bukti yang mendukung keberatannya dan Terbanding berpendapat
SE

koreksi Terbanding terkait Penyesuaian Fiskal Positif atas Selisih Penyusutan Komersial di atas
Penyusutan Fiskal sebesar Rp950.723.674,00 dan Penyesuaian Fiskal Negatif atas Selisih
Penyusutan Komersial di bawah Penyusutan Fiskal Rp1.803.660.486,00 sudah tepat;

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan penjelasan secara lisan sebagai berikut:
- bahwa bangunan (building) diperuntukkan bagi direksi dan tamu yang kegiatannya
berhubungan dengan pekerjaan Pemohon Banding;
- bahwa penyusutan ini berasal dari perhitungan ulang yang dilakukan oleh Terbanding yang
berbeda kelompok dengan Pemohon Banding

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Penjelasan Tertulis tanpa nomor tanggal
5 September 2017 terkait yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

K
bahwa berdasarkan LPP dan hasil pembahasan dengan Terbanding sebagaimana yang
tertuang dalam Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan Nomor BA-2119/WPJ, 07/2016

JA
tanggal 25 Juli 2016 dapat diketahui bahwa Terbanding melakukan koreksi positif atas Selisih
Penyusutan Komersial di atas Penyusutan Fiskal berdasarkan perhitungan kembali atas
penyusutan aktiva tetap;

PA
bahwa Terbanding telah meneliti sumber data dan perhitungan yang dijadikan dasar koreksi
Terbanding (softcopy perhitungan penyusutan menurut Pemohon Banding dan menurut
Terbanding), Laporan Keuangan Audit dan SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2013;

bahwa berdasarkan penelitian, Terbanding menemukan hal-hal sebagai berikut:

N
bahwa dalam laporan keuangan audit (laporan komersial) dan softcopy perhitungan

LA
penyusutannya, Pemohon Banding membebankan biaya penyusutan sejumlah total besar
Rp10.135.173.536,00 Dalam SPT Tahunan PPh Badan, Pemohon Banding melakukan
Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Selisih Penyusutan Komersial di bawah Penyusutan Fiskal
sebesar Rp1.803.660.486,00 (karena perhitungan penyusutan komersial lebih besar dari
DI
perhitungan penyusutan fiskal menurut Pemohon Banding);

bahwa berdasarkan perhitungan ulang penyusutan yang dilakukan oleh Terbanding,


GA
menghasilkan perhitungan penyusutan fiskal yang berbeda;

bahwa hasil perhitungan Terbanding atas penyusutan komersial dan penyusutan fiskal
menghasilkan adanya Penyesuaian Fiskal Positif berupa Selisih Penyusutan Komersial di Atas
N

Penyusutan Fiskal sebesar Rp950.723.674,00 karena perhitungan penyusutan komersial lebih


besar dari penyusutan fiskal menurut Terbanding;
PE

bahwa berdasarkan perhitungan tersebut, Terbanding melakukan:


- Koreksi Positif atas Penyesuaian Fiskal Positif berupa Selisih Penyusutan Komersial di
Bawah Penyusutan Fiskal sebesar Rp950.723.674,00 (memunculkan koreksi positif atas
penyesuaian fiskal positif);
T

- Koreksi Positif atas Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Selisih Penyusutan Komersial di Atas
Penyusutan Fiskal sebesar Rp1.803.660.486,00 (mengoreksi kesalahan Pemohon Banding
IA

atas penyesuaian fiskal negatif);

bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang
AR

pada pokoknya sebagai berikut:

bahwa untuk menunjukkan fakta yang nyata-nyata bahwa pengakuan biaya atas penyusutan
yang telah dicatatkan oleh Pemohon Banding telah benar dan sesuai dengan kenyataan usaha
yang sebenarnya serta untuk membuktikan secara nyata-nyata bahwa koreksi yang dilakukan
ET

Terbanding adalah keliru dan tidak tepat, maka pada uji bukti yang telah Pemohon Banding
lakukan dengan Terbanding, Pemohon Banding telah melampirkan bukti-bukti dan data
pendukung yang telah diperlihatkan dan disampaikan kepada terbanding berupa: General
Ledger untuk membuktikan materi yang dipersengketakan sesuai dengan pembukuan atau
KR

pencatatan dari Pemohon Banding;


a. General Ledger untuk membuktikan materi yang dipersengketakan sesuai dengan
pembukuan atau pencatatan dari Pemohon Banding;
b. Rekapitulasi Penghitungan untuk memberikan fokus pada pokok perhitungan yang
SE

dipersengketakan;
c. Rekapitulasi Daftar Aktiva untuk memberikan keterangan berupa gambar, fungsi dan
deskripsi aktiva tetap yang menjadi pokok sengketa;
d. Sampling Aktiva berupa Tool Jigs untuk memberi gambaran yang lebih baik perihal salah
satu aktiva yang menjadi pokok sengketa;
e. Laporan Keuangan Audit untuk menunjukkan pencatatan dan pembukuan yang telah diaudit
oleh pihak ketiga.
bahwa koreksi Terbanding dilakukan berdasarkan perhitungan ulang penyusutan yang
dilakukan oleh Terbanding, yang menghasilkan perhitungan penyusutan fiskal yang berbeda;
Nama Aset Penyusutan Fiskal cfm Pemohon Banding Penyusutan Fiskal cfm Terbanding Koreksi
Building 836.676.901 806.028.385 30.648.516
Machine 7.707.189.169 5.316.669.872 2.390.519.29
7

K
Vehicles 347.034.794 347.034.794 0
Furniture 1.320.100.444 1.110.114.494 209.985.950

JA
Tools Jigs 1.830.883.030 1.604.602.317 226.280.713
Leasing 0 0 0
Total 11.938.834.022 9.184.449.862 2.857.434.47
6

PA
bahwa berdasarkan perhitungan tersebut, Terbanding melakukan:
- Koreksi Positif atas Penyesuaian Fiskal Positif berupa Selisih Penyusutan Komersial di
bawah Penyusutan Fiskal sebesar Rp950.723.674,00 (memunculkan koreksi positif atas
penyesuaian fiskal positif); dan
- Koreksi Positif atas Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Selisih Penyusutan Komersial di Atas

N
Penyusutan Fiskal sebesar Rp1.803.660.486,00;
bahwa dalam uji bukti, Pemohon Banding menyampaikan data berupa:

LA
a. Rekapitulasi LIST OF FIXED ASSETS Building & Structure, Tools, JIG & Dies, Furniture &
Fixture dan Machinery & Equipment dilengkapi dengan Asset Image terkait;
b. Laporan Keuangan Audit 2013;
c. Sampling satu Aktiva menurut Pemohon Banding berupa Tools Jig;

A. Penyusutan Buliding/ Bangunan


DI
GA
bahwa dengan pertimbangan penggunaan aktiva apartemen tersebut secara substansi dapat
digunakan oleh direksi dan tenaga asing yang bertugas visit pabrik, maka seharusnya
pengakuan penyusutannya hanya 50%, sesuai ketentuan yang diatur dalam Keputusan Dirjen
Pajak nomor KEP-220/PJ/2002;
N

B. Penyusutan Machine
PE

bahwa dalam uji kebenaran material, Pemohon Banding membuat asset deskripsi beserta
image/gambar aktiva terkait dan pada intinya tidak ada data/keterangan baru dalam uji
kebenaran material data ini dibandingkan saat proses keberatan;
T

bahwa berdasarkan penelitian atas usaha Pemohon Banding yang bergerak dalam bidang
industri Suku Cadang dan Aksesori Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih;
IA

bahwa Mesin-mesin yang digunakan Pemohon Banding dalam industri tersebut sebagaimana
yang dirinci dalam daftar aktiva Machine, tidak ada dalam rincian aktiva yang ada dalam
AR

kelompok I s.d kelompok IV PMK Nomor 96/PMK.03/2009;

bahwa Selain itu Pemohon Banding juga tidak mempunyai keputusan penetapan masa manfaat
aktiva tetap dari Direktorat Jenderal Pajak;
ET

bahwa atas dasar aktiva Pemohon Banding tidak ada dalam rincian kelompok I s.d kelompok IV
dan Pemohon Banding tidak mempunyai keputusan penetapan masa manfaat mesin-mesin
tersebut, maka untuk kepentingan penyusutan mesin-mesin tersebut digunakan manfaat
KR

kelompok III dengan persentase penyusutan (6,25%);

C. Penyusutan Furniture

bahwa aktiva yang dikoreksi dari kelompok l ke kelompok II oleh pemeriksa adalah aktiva
SE

berupa AC, Trolley, Rak Delivery, Rak Pipa. Terbanding berpendapat bahwa AC, meja dan
peralatan dari logam termasuk dalam kelompok II dalam PMK Nomor 96/PMK.03/2009;

D. Penyusutan Tools & Jig

bahwa Terbanding menyatakan bahwa aktiva tersebut dikelompokkan dalam kelompok II


karena nama-nama aktiva tersebut tidak jelas;
bahwa menurut Terbanding, peralatan dari logam termasuk dalam kelompok II dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009;

bahwa dengan demikian Terbanding mengusulkan kepada Majelis untuk menolak banding
Pemohon Banding dan tetap mempertahankan koreksi Terbanding berupa Koreksi Penyesuaian
Fiskal Positif dan Negatif berupa Selisih antara Penyusutan komersial dengan penyusutan

K
Fiskal sebesar Rp2.754.384.160,00;

JA
Menurut Pemohon Banding :

PA
A. Salaries Japan sebesar Rp193.375.743,00

bahwa yang menjadi sengketa adalah koreksi Terbanding terhadap Salaries Japan yang
merupakan pemberian tunjangan fasilitas perumahan kepada para ekspatriat Jepang selaku
karyawan yang bekerja kepada Pemohon Banding;

N
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding atas penyesuaian fiskal
positif terkait dengan Salaries Japan sebesar Rp193.375.743,00 dikarenakan tunjangan

LA
tersebut merupakan komponen dari penghasilan yang diperoleh, yang oleh karenanya
diperhitungkan dengan kewajiban Pemotongan PPh Pasal 21 yang menyertainya;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan penjelasan secara lisan sebagai
berikut: DI
- bahwa Terbanding menganggap seakan-akan merupakan transaksi pemberian kepada
pemegang saham atau pemberian natura dan kenikmatan;
GA
- Fasilitas Salaries Japan berupa uang yang diberikan kepada karyawan yang membantu
proses produksi di Indonesia;
bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang
pada pokoknya sebagai berikut:
N

bahwa adapun penjelasan dan uraian hasil uji kebenaran materiil atas masing dapat Pemohon
Banding sampaikan sebagai berikut:
PE

bahwa berkenaan dengan koreksi yang dilakukan Terbanding, perkenankanlah Pemohon


Banding menjelaskan dan memaparkan uraian fakta yang terjadi di balik transaksi ini:
T

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, Terbanding melakukan koreksi Fiskal Positif terkait
dengan akun “Salaries Japan” sebesar Rp193.375.743,00;
IA

bahwa adapun koreksi tersebut dilakukan karena pembayaran atas biaya “Salaries Japan”
dianggap oleh Terbanding sebagai biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
AR

pemegang saham, sekutu, atau anggota serta merupakan natura dan kenikmatan;

bahwa bunyi dari Pasal 9 Ayat (1) huruf ‘b’ dan ‘e’ Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah
sebagai berikut:
ET

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan :

b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
KR

sekutu, atau anggota


e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali….
SE

bahwa Pemohon Banding menyatakan tidak setuju atas koreksi positif akun “Salaries Japan”
sebesar Rp193.375.743,00, karena seharusnya koreksi tersebut adalah Rp0,00;

bahwa untuk membuktikan kebenaran terhadap koreksi ini, Pemohon Banding telah
menunjukkan dan memberikan dokumen-dokumen pendukung berupa pembuktian dan juga
keterangan yang menunjukan bahwa tunjangan tersebut merupakan komponen dari
penghasilan yang diperoleh para pegawai Jepang, yang oleh karenanya telah Pemohon
Banding perhitungkan dengan kewajiban Pemotongan PPh Pasal 21 yang menyertainya;

bahwa dengan demikian, atas dasar hal tersebut, Pemohon Banding membebankan
pembayaran tunjangan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Ayat (1) huruf ‘a’ poin 2
Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang memiliki bunyi sebagai berikut:
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,

K
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan, termasuk:

JA
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara
lain:
1. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

PA
bahwa lebih lanjut, dapat Pemohon Banding perkuat dengan bukti bahwa pemberian tunjangan
tersebut merupakan komponen penghasilan yang diterima pegawai Jepang sebagaimana
tertuang dalam formulir 1721-A1 beserta SPT PPh Tahunan Orang Pribadi, rekapitulasi
komponen penghitungan penghasilan pegawai Jepang selama tahun 2013, dokumen

N
pembuktian terkait kas pengeluaran dan Pemohon Banding juga telah menunjukan serta
memberikan kontrak kesepakatan kerjasama antara perusahaan dengan para pihak pekerja

LA
asing (pegawai Jepang);

bahwa ijinkan Pemohon Banding juga menyampaikan dan menandaskan bahwa para pegawai
Jepang yang menerima gaji dan tunjangan tersebut bukanlah merupakan pemegang saham

DI
dari Pemohon Banding, melainkan pegawai biasa sebagaimana layaknya pegawai lain yang
dipekerjakan oleh Pemohon Banding sesuai dengan tugas dan fungsi yang dibebankan
kepadanya untuk kepentingan Pemohon Banding;
GA
bahwa oleh karena itu sangat tidak tepat dan bertentangan dengan kenyataan apabila
Terbanding menyangkakan bahwa para pegawai Jepang dianggap sebagai pemegang saham
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Ayat (1) huruf ‘b’;
N

bahwa selanjutnya, ijinkan Pemohon Banding juga menyampaikan bahwa salah satu syarat
utama suatu pemberian dianggap sebagai natura atau kenikmatan adalah bagi si penerima, hal
PE

tersebut bukanlah merupakan penghasilan yang dikenakan pajak dan hal ini ditandaskan dalam
Penjelasan Pasal 9 Ayat (1) huruf ‘e’;

bahwa pada faktanya, berdasarkan kontrak perjanjian kerja antara Pemohon Banding dengan
Pegawai Jepang pemberian tunjangan ini merupakan penghasilan bagi para pegawai Jepang
T

yang telah diperhitungkan kewajiban pajaknya;


IA

bahwa berdasarkan bukti-bukti yang telah Pemohon Banding tunjukkan dan pinjamkan,
penjelasan dan dalil hukum yang telah Pemohon Banding sampaikan di atas, bahwa secara
nyata-nyata menunjukkan dan menegaskan bahwa tunjangan yang diterima oleh Pegawai
AR

Jepang merupakan tunjangan yang memenuhi ketentuan Pasal 6 Ayat 1 huruf ‘a’ dan atas
tunjangan yang diterima tersebut telah diperhitungkan kewajiban perpajakannya oleh Pemohon
Banding;
ET

bahwa menanggapi pernyataan Terbanding bahwa terdapat perbedaan atas jumlah tunjangan
yang menjadi dasar koreksi Terbanding yaitu sebesar Rp193.375.743,00 dengan nilai yang
terdapat dalam GL sebesar Rp209.109.919,00, perlu Pemohon Banding sampaikan kembali
bahwa nilai koreksi yang dilakukan Terbanding sebesar Rp193.375.743,00 adalah berasal dari
KR

penghitungan Terbanding sendiri yang bersumber dari GL dengan nilai total tunjangan sebesar
Rp209.109.919,00;

bahwa alasan mengapa Terbanding hanya mengambil nilai Rp193.375.743,00 dari nilai total
tunjangan sebesar Rp209.109.919,00 hanya Terbanding sendiri yang mengetahui dan tidak
SE

seharusnya ditanyakan kepada Pemohon Banding dan hal ini justru menunjukkan kekurang
pahaman Terbanding terkait pencatatan yang dilakukan Pemohon Banding dan koreksi yang
dilakukannya sendiri;

bahwa seharusnya juga dapat dilihat bahwa, terhadap sebagian tunjangan yang Pemohon
Banding berikan, Terbanding juga telah mengakuinya sebagai beban yang dapat dibiayakan
(deductible expenses) yang memenuhi ketentuan Pasal 6 Ayat (1);
bahwa berdasarkan fakta-fakta serta keterangan yang telah Pemohon Banding sampaikan,
Terbanding tidak pernah sekalipun menyanggah pembuktian yang telah dilakukan dan hal ini
menunjukkan bahwa koreksi yang dilakukan Terbanding adalah hal yang keliru dan tidak tepat;

bahwa sebaliknya, Pemohon Banding dapat menunjukkan dan membuktikan kebenaran


pencatatan dan pengakuan biaya atas Salary Japan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang

K
berlaku, oleh karenanya, Pemohon Banding memohon Majelis dapat membatalkan koreksi ini;

JA
B. Amortization (Allowance Bad Debt) sebesar Rp167.245.685,00

bahwa yang menjadi sengketa adalah penyesuaian fiskal positif terkait Amortization (Allowance

PA
Bad Debt) yang dikoreksi Terbanding karena tidak dapat dibuktikan oleh Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding mengakui bahwa keterangan didalam deskripsi GL Pemohon


Banding dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, namun demikian Sub Pos Amortization
(Allowance Bad Debt) sebesar Rp167.245.685,00 sebenarnya merupakan pencatatan atas
amortisasi dari system software untuk kegiatan operasional yang dimiliki oleh Pemohon

N
Banding dan bukan pengeluaran yang berupa Pajak Penghasilan;

LA
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan penjelasan secara lisan sebagai
berikut:
- bahwa koreksi Amortization (Allowance Bad Debt) terjadi karena kesalahan interpretasi
dimana amortisasi ini seharusnya merupakan sebuah pembebanan atas penggunaan
DI
Salomon Sistem atau HRD Sistem, jadi lebih kepada sistem komputer, tetapi Pemohon
Banding membuat deskripsi dalam jurnal adalah Allowance Bad Debt tetapi sebenarnya ini
adalah biaya;
GA
bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang
pada pokoknya sebagai berikut:
N

bahwa berkenaan dengan koreksi yang dilakukan Terbanding, perkenankanlah Pemohon


Banding menjelaskan dan memaparkan uraian fakta yang terjadi dibalik transaksi ini:
PE

bahwa Pemohon Banding selama proses penyelesaian sengketa ini dan khususnya pada saat
dilakukannya uji bukti, dengan tetap konsisten menyatakan tidak setuju atas koreksi atas biaya
“Amortization (Allowance Bad Debt)”;
T

bahwa Pemohon Banding mengakui bahwa keterangan di dalam deskripsi GL Pemohon


Banding dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, namun demikian Sub-Pos “Amortization
IA

(Allowance for Bad Debt)” sebenarnya dan sesungguhnya merupakan pencatatan atas
amortisasi dari sistem software untuk kegiatan operasional yang dimiliki oleh Pemohon
Banding;
AR

bahwa secara nyata-nyata bukan pengeluaran yang berupa pajak penghasilan sebagaimana
yang disangkakan oleh Terbanding;
bahwa adapun rincian dan jenis software yang dimaksud dapat Pemohon Banding rincikan
sebagai berikut:
ET

A. Microsoft Dynamics SL

bahwa pada dasarnya Microsoft Dynamics SL merupakan salah satu jenis paket software yang
KR

di jual oleh PT Graha Technosoft Informatika (Selanjutnya disebut sebagai “TechnoSoft”)


kepada Pemohon Banding;

bahwa paket software ini menawarkan fasilitas berupa aplikasi yang dapat mengakomodir
SE

sektor Financial System, Distribution System, dan Customization Tool;

bahwa software ini sangat diperlukan oleh Pemohon Banding sebagai media penunjang
kegiatan operasional perusahaan khususnya pada bidang administratif seperti keuangan,
distribusi dan sistem manajerial dan hal ini dapat dipertegas melalui penjelasan pada letter of
agreement produk software ini;
bahwa Pemohon Banding menyadari bahwa biaya yang timbul dari pembelian software tersebut
merupakan biaya yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan Pemohon Banding. Sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 6 Ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan, biaya yang timbul dari transaksi pembelian software ini
menjadi diperkenankan untuk dibebankan;

bahwa pada faktanya software ini memiliki masa manfaat yang lebih dari 1 (satu) tahun,

K
sehingga perlu dilakukan penyesuaian saat melakukan pembebanan dan hal ini sebagaimana
disampaikan dalam ketentuan Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang

JA
menjelaskan bahwa:
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan

PA
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau
Pasal 11A.

bahwa lebih lanjut, dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian software yang
dimaksud masuk kedalam kategori harta tak berwujud, maka, pembebanannya perlu merlihat

N
ketentuan Pasal 11A Ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang mana ketentuan ini
menjelaskan bahwa:

LA
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya
termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah
(goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dalam bagian-bagian yang
DI
sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung
dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku
dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas.
GA
bahwa sebagaimana ketentuan diatas menjelaskan bahwa atas software yang dibeli oleh
Pemohon Banding perlu dibebankan secara berkala atau disebut dengan amortisasi dan
ketentuan ini mensyaratkan agar Pemohon Banding dapat menghitung besaran tarif amortisasi
N

yang dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan kelompok kelompok aktiva dan masa
manfaat aktiva sebagaimana diatur dalam Pasal 11A Ayat (2) Undang-Undang Pajak
Penghasilan;
PE

bahwa mengenai penggolongan kelompok aktiva dan masa manfaat aktiva pada software
tersebut, telah diatur lebih khusus dalam ketentuan KEP-316/PJ./2002 tentang Perlakuan Pajak
Penghasilan atas Pengeluaran/Biaya Perolehan Perangkat Lunak (Software) Komputer;
T

bahwa pada ketentuan ini software dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu yang termasuk
IA

golongan program aplikasi umum dan program aplikasi khusus;


bahwa pada Pasal 1 KEP-316/PJ./2002 memberikan penjelasan umum mengenai perbedaan
kedua golongan program aplikasi tersebut, yaitu:
AR

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan:



(1)Program aplikasi umum adalah program yang dapat dipergunakan oleh pengguna (users)
umum untuk memproses berbagai pekerjaan dengan komputer.
ET

(2)Program aplikasi khusus adalah program yang dirancang khusus untuk keperluan
otomatisasi sistem administrasi, pekerjaan atau kegiatan usaha tertentu, seperti di bidang
perbankan, pasar modal, perhotelan, rumah sakit atau penerbangan.
KR

bahwa dari pemaparan ketentuan diatas dapat dikatakan bahwa software yang digunakan oleh
Pemohon Banding tergolong kedalam golongan program aplikasi khusus;

bahwa perihal penentuan masa manfaat aktiva dan kelompok aktiva, pada Pasal 3 Ayat (3)
SE

KEP-316/PJ./2002 telah mengatur agar program aplikasi khusus harus dibebankan melalui
amortisasi harta tak berwujud kelompok-1. Ketentuan Pasal tersebut secara detail menjelaskan
bahwa:
Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak komputer berupa program
aplikasi khusus yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan umum Undang-undang Pajak
Penghasilan, pembebanannya dilakukan melalui amortisasi harta tak berwujud (Kelompok-1).

bahwa dapat disimpulkan bahwa software Microsoft Dynamics SL yang dibeli dan digunakan
oleh Pemohon Banding dapat digolongkan sebagai harta tak berwujud kelomok aktiva 1 (satu)
yang memiliki masa manfaat amortisasi selama 4 (empat) tahun fiskal;

bahwa dengan kata lain, penerapan yang dilakukan oleh Pemohon Banding sudah sesuai

K
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan telah diperkuat dengan pembuktian transaksi
yang mendukung kebenaran Pemohon Banding, oleh karenanya, Pemohon Banding mohon

JA
kepada Majelis untuk dapat mempertimbangkan dan mengabulkan permohonan Pemohon
Banding;

PA
B. Hastings HRD System

bahwa HRD System merupakan salah satu jenis paket software yang di jual oleh PT Hasting
Mitratama (Selanjutnya disebut sebagai “HMTAS”) kepada Pemohon Banding dan paket
software ini menawarkan fasilitas berupa aplikasi yang dapat mengakomodir sektor Human
Resource Development (HRD);

N
bahwa software ini sangat diperlukan oleh Pemohon Banding sebagai media penunjang

LA
kegiatan operasional perusahaan khususnya pada bidang administratif seperti bagian Human
Resource Development (HRD) khususnya sistem payroll dan sistem absensi pegawai dan hal
ini dapat dipertegas melalui penjelasan pada dokumen pendukung software ini;

DI
bahwa atas pembebanan biaya pembelian dan kepemilikan software ini Pemohon Banding
menggunakan penerapan dan pemahaman yang serupa dengan penerapan amortisai pada
software Microsoft Dynamics SL;
GA
bahwa alasan pemilihan kelompok aktiva dan masa manfaat aktiva, Pemohon Banding pun
menggunakan pendekatan hukum dan pemaparan yang serupa dengan yang Pemohon
Banding terapkan pada software Microsoft Dynamics SL;
N

bahwa Pemohon Banding menggolongkan software HRD System sebagai harta tak berwujud
kelomok aktiva 1 (satu) yang memiliki masa manfaat amortisasi selama 4 (empat) tahun fiskal
PE

dan hal ini dikarenakan HRD System juga termasuk perangkat aplikasi khusus sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 3 Ayat (3) KEP-316/PJ./2002 yang mengharuskan dilakukan
pembebanan fiskal secara amortisasi kelompok aktiva 1 (satu);
T

bahwa perkenankan Pemohon Banding menanggapi dasar hukum yang digunakan oleh
Terbanding adalah Pasal 9 Ayat (1) huruf ‘h’, di mana biaya yang tidak boleh dikurangkan
IA

adalah Pajak Penghasilan dan sebagaimana telah Pemohon Banding jelaskan di atas, bahwa
biaya yang terbentuk merupakan biaya atas akumulasi amortisasi atas sistem software, dan
jelas-jelas bukan Pajak Penghasilan;
AR

bahwa terkait ketidaksesuaian penggunaan angka, perlu Pemohon Banding sampaikan bahwa
yang menjadi dasar koreksi yang dilakukan terbanding adalah nilai akumulasi amortisasi
sebesar Rp167.245.685,00;
ET

bahwa justru yang menjadi pertanyaan Pemohon Banding adalah, mengapa Terbanding
mengambil nilai berdasarkan akumulasi penyusutan, di mana akumulasi penyusutan
merupakan penjumlahan biaya penyusutan yang telah diakui pada tahun sebelumnya (2012)
dan pada tahun berjalan (2013)? Apakah dimungkinkan Terbanding melakukan koreksi atas
KR

tahun 2012 yang tidak dalam cakupan pemeriksaan Terbanding?Terhadap angk

bahwa dengan demikian, penerapan yang dilakukan oleh Pemohon Banding sudah sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan telah diperkuat dengan pembuktian transaksi
SE

yang mendukung kebenaran Pemohon Banding dan hal ini juga menandaskan bahwa koreksi
yang dilakukan Terbanding adalah tidak tepat dan keliru serta bertentangan dengan fakta yang
ada, oeh karenanya, koreksi akun “Amortization (Allowance Bad Debt)”, Pemohon Banding
dapat harus dibatalkan demi hukum;

C. Penyesuaian Fiskal Positif atas Selisih Penyusutan Komersial di atas Penyusutan


Fiskal sebesar Rp950.723.674,00 dan Penyesuaian Fiskal Negatif atas Selisih
Penyusutan Komersial di bawah Penyusutan Fiskal sebesar Rp1.803.660.486,00

bahwa yang menjadi sengketa adalah koreksi yang dilakukan Terbanding berdasarkan
perhitungan ulang penyusutan yang menghasilakan perhitungan penyusutan fiskal yang
berbeda;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding positif Terbanding atas

K
Penyesuaian Fiskal Positif sebesar Rp950.723.674,00 dan Penyesuaian Fiskla Negatif sebesar
Rp1.803.660.486,00 karena seluruh pencatatan penyusutan aktiva sesuai dengan Peraturan

JA
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009;

bahwa Terbanding tidak pernah menunjukan dan memperlihatkan serta membuktikan bahwa
pencatatan penyusutan aktiva yang Pemohon Banding miliki bertentangan dengan Peraturan

PA
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan penjelasan secara lisan sebagai
berikut:
- Penyusutan ini berasal dari perhitungan ulang yang dilakukan oleh Terbanding yang

N
berbeda kelompok dengan Pemohon Banding;
- bahwa awalnya Terbanding melakukan koreksi negatif Rp1.803.660.486,00, namun

LA
seharusnya koreksi positif sebesar Rp950.723.674,00 sehingga koreksi negatif Pemohon
Banding dinolkan lalu dimunculkan di koreksi positif Rp950.723.674,00;
- Dasar hukum Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009;

DI
- Penyusutan terkait sengketa fakta karena Pemohon Banding melihat bahwa Terbanding
sepertinya belum memahami kalau aset-aset tersebut memang seharusnya masuk
kelompok 1, maka Pemohon Banding ingin membuktikan melalui gambar dan persentasi;
- yang disusutkan merupakan maket yang digunakan untuk uji coba, dan kemarin sudah
GA
Pemohon Banding bawa di mana maket tersebut sebetulnya hanya bertahan sampai 3
tahun, karena kalau sedikit longgar harus segera diganti, hal ini berkaitan dengan
keamanan;
N

bahwa dalam persidangan dilakukan uji bukti antara Terbanding dan Pemohon Banding yang
pada pokoknya sebagai berikut:
PE

Uraian Hasil Uji Bukti:

bahwa untuk mendapatkan gambaran sengketa yang lengkap, kiranya perkenankan Pemohon
Banding menguraikan terlebih dahulu kronologis pencatatan dan koreksi yang dilakukan
T

Terbanding;
IA

bahwa berdasarkan pengaturan maupun fakta atas natur dari aktiva yang Pemohon Banding
miliki, Pemohon Banding melakukan penghitungan penyusutan atas aktiva tersebut
berdasarkan pengakuan akuntansi (komersial) maupun fiskal, di mana diperoleh penghitungan
AR

bahwa nilai penyusutan komersial lebih kecil dari nilai penyusutan fiskal dan atas hal ini,
Pemohon Banding memuncukan koreksi negatif yang tertuang dalam Penyesuaian Fiskal
Negatif;

bahwa adapun selisih dari penghitungan antara penyusutan Komersial dan Fiskal adalah
ET

sebagai berikut:
Perhitungan Versi Penyusutan Komersial Penyusutan Fiskal Selisih
(a) (b) (c) = (a) – (b)
KR

Pemohon Banding Rp10.135.173.536,00 Rp11.938.834.022,00 (Rp1.803.660.486,00)

bahwa selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan Terbanding, justru menghasilkan


nilai Penyusutan Fiskal yang lebih kecil dari nilai penyusutan komersial, sehingga menurut
Terbanding, yang seharusnya timbul adalah koreksi fiskal positif;
SE

bahwa berikut merupakan rincian penghitungan yang dilakukan Terbanding:


Perhitungan Versi Penyusutan Komersial Penyusutan Fiskal Selisih
(a) (b) (c) = (a) – (b)
Terbanding Rp10.135.173.536,00 Rp9.184.449.862,00 Rp950.723.674,00
bahwa berdasarkan hitungan Terbanding diatas, maka Terbanding melakukan koreksi atas 2
(dua) pos, yaitu:
1. Membatalkan Penyesuaian Fiskal Negatif Pemohon Banding dengan memunculkan nilai
koreksi positif pada Pos Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar Rp1.803.660.486,00; dan
2. Memunculkan koreksi positif yang dituangkan dalam Penyesuaian Fiskal Positif sebesar
Rp.950.723.674,00;

K
bahwa koreksi ini terjadi karena perbedaan penghitungan penyusutan fiskal aktiva antara

JA
Pemohon Banding dengan Terbanding dan perbedaan hitungan tersebut terjadi pada 4 (empat)
pos aktiva yang terdiri dari pos aktiva Building, Machine, Furniture, dan Tools and Jigs;

bahwa dengan demikian, terhadap penghitungan penyusutan, Terbanding memunculkan 2

PA
(dua) koreksi positif yang muncul pos Penyesuaian Fiskal Positif dan pos Penyesuaian Fiskal
Negatif dengan nilai total sebesar Rp2.754.384.160;

bahwa berikut Pemohon Banding paparkan secara ringkas mengenai penghitungan perbedaan
nilai penyesuaian fiskal yang menjadi sengketa:

N
Pos Aktiva Menurut Pemohon Menurut Terbanding Selisih
yang Menjadi Banding (b) (c) = (a) – (b)

LA
Sengketa (a)
Building Rp836.676.901,00 Rp806.028.385,00 Rp30.648.516,00
Machine Rp7.707.189.169,00 Rp5.316.669.872,00 Rp2.390.519.297,00
Furniture Rp1.320.100.444,00 Rp1.110.114.494,00 Rp209.985.950,00
Tools and Jigs
Total
Rp1.830.883.030,00
Rp11.694.849.544,0
0
DI
Rp1.604.602.317,00
Rp8.837.415.068,00
Rp226.280.713,00
Rp2.857.434.476,00
GA
Pengurangan (Karena Tanah tidak disusutkan) Rp103.050.316,00
Total Nilai Penyesuaian Fiskal yang Menjadi Sengketa Rp2.754.384.160,00

bahwa adapun matriks penghitungannya dapat disajikan dalam tabel berikut:


N

Perhitungan Versi Penyusutan Komersial Penyusutan Fiskal Selisih


(a) (b) (c) = (a) – (b)
Pemohon Banding Rp10.135.173.536,00 Rp11.938.834.022,00 (Rp1.803.660.486,00)
PE

Terbanding Rp10.135.173.536,00 Rp9.184.449.862,00 Rp950.723.674,00


Total Koreksi Positif Menurut Terbanding Rp2.754.384.160,00

bahwa dikarenakan koreksi penyusutan dalam Pos Penyesuaian Fiskal Positif ini memiliki
berkorelasi erat dengan Pos Penyesuaian Fiskal Negatif, maka pembahasan terkait koreksi pos
T

ini akan sekaligus dibahas dalam poin pembahasan pos Penyesuaian Fiskal Negatif;
IA

bahwa selama proses uji bukti berlangsung Pemohon Banding telah memaparkan fakta dan
natur dari aktiva yang disusutkan dengan pihak Terbanding dalam rangka penyelesaian
AR

sengketa atas pos perbedaan hitungan penyesuaian aktiva ini, oleh karenanya, perkenankanlah
Pemohon Banding untuk menyampaikan beberapa poin penjelasan perihal keempat pos aktiva
yang menjadi pokok sengketa yang terjadi pada pos koreksi penyusutan fiskal sebagaimana
dimaksud;
ET

A. Sengketa yang Terjadi hanya Merupakan Perbedaan Waktu Penyusutan

bahwa koreksi fiskal yang ditimbulkan merupakan perbedaan masa manfaat penyusutan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, namun, koreksi yang terjadi pada
KR

dasarnya hanya merupakan perbedaan waktu (Temporary Differences) yang dapat diartikan
bahwa pada suatu saat nilai buku aktiva tersebut akan habis sesuai dengan jangka waktu
penyusutannya yang dilakukan secara taat azas;
SE

bahwa mengenai hal ini Pemohon Banding mendapatkan referensi dari putusan Mahkamah
Agung Nomor 151/B/PK/PJK/2017 yang baru saja diputus pada tanggal 9 Maret 2017 dalam
rapat permusyawaratan Mahkamah Agung, yang mana membahas mengenai sengketa pajak
yang serupa mengenai koreksi atas selisih penyusutan komersial terhadap penyustan fiskal;

bahwa dalam putusannya menurut pendapat Majelis dalam putusannya adalah sebagai berikut:
“Bahwa menurut pendapat Majelis, koreksi fiskal yang menimbulkan sebagai akibat adanya
perbedaan metode penyusutan berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan metode pembukuan komersial menurut Pemohon Banding merupakan
koreksi beda waktu (Temporary Differences) yang berarti pada suatu saat nilai buku aktiva
tersebut akan habis sesuai dengan jangka waktu penyusutannya yang dilakukan secara taat
azas. Bahwa Berdasarkan hal tersebut, sampai dengan nilai aktiva tetap habis disusutkan tidak
akan berdampak kepada Laba/Rugi Fiskal Pemohon Banding. Bahwa Majelis berpendapat
bahwa koreksi yang Terbanding tidak memiliki dasar yang kuat dan tidak sesuai dengan

K
peratuaran perundang-undangan perpajakan yang berlaku”

JA
bahwa dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa Terbanding telah menerapkan perlakuan
perpajakan yang berbeda antara sengketa ini dengan apa yang telah diputuskan oleh
Pengadilan Pajak dan Mahkamah Agung terdahulu sehingga tindakan Terbanding tersebut jelas
menimbulkan adanya ketidakadilan, ketidakpastian hukum, serta menciptakan perlakuan yang

PA
berbeda di muka hukum, oleh karena itu, sudah seharusnya koreksi yang dilakukan oleh
Terbanding tersebut tidak dapat dipertahankan sehingga harus dibatalkan;

B. Bahwa Masa Manfaat yang Digunakan sebagai Dasar Penghitungan Penyusutan telah

N
Dilakukan dengan Taat Azas dan Telah Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan yang Berlaku

bahwa dalam menentukan masa manfaat aktiva secara fiskal untuk melakukan penysusutan

LA
aktiva untuk keperluan pajak pada dasarnya kami telah melakukannya dengan taat azas dan
selalu merujuk pada ketentuan perpajakan yang berlaku yaitu pada ketentuan Pasal 11
Undang-Undang Pajak Penghasilan dan Peratutan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009

DI
tentang Jenis-Jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan
untuk Keperluan Penysutan;

bahwa hal ini dikarenakan biaya penysutan sangat terkait dengan nilai aktiva tetap pada tahun
GA
perolehan dan penghitungan penyusutan fiskal harus dilakukan secara taat azas berdsarkan
peraturan perpajakan yang berlaku;

bahwa pada faktanya tidak ada objek sengketa atas pos penyusutan ini pada tahun sebelum
N

tahun pajak yang dipersengketakan ini dan pada tahun-tahun berikutnya dan hal ini dapat
dibuktikan berdasarkan Risalah Pemeriksaan yang telah diputus oleh Pemeriksa untuk 2 (dua)
PE

Tahun Pajak berturut-turut, yaitu 2014 dan 2015, maka dapat dikatakan bahwa penghitungan
Pajak Penghasilan Badan yang dilakukan oleh Pemohon Banding yang tercantum dalam SPT
Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2013 sudah benar, hal ini sesuai dengan prinsip “self
assessment” yang dianut dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di
Indonesia hingga saat ini;
T

bahwa perkenankanlah Pemohon Banding juga menambahkan bahwa pada saat uji bukti
IA

dilakukan dengan Terbanding, Pemohon Banding juga telah menyampaikan contoh-contoh dari
aktiva yang penyusutannya sedang dipersengketakan dan menunjukkan melalui gambar dan
keterangan dimensi atas aktiva tersebut, di mana perwujudan dan jenis aktiva tersebut adalah
AR

sesuai dengan pengaturan yang diatur dalam Peratutan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009;

bahwa dengan demikian atas segala penjelasan dan pembuktian yang telah Pemohon Banding
ET

dan Terbanding laksanakan, dapat ditandaskan bahwa koreksi yang dilakukan Terbanding
adalah hal yang keliru dan tidak tepat serta bertentangan dengan fakta dan kenyataan yang
ada, oleh karena itu, kiranya koreksi yang dilakukan Terbanding dapat dibatalkan demi hukum
KR

Menurut Majelis :

Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif sebesar Rp1.311.345.102,00 dan Penyesuaian Fiskal


Negatif sebesar Rp1.803.660.486,00
SE

bahwa penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian yang bersifat menambah atau
memperbesar terhadap penghasilan berdasarkan laporan keuangan komersial, karena:
- adanya biaya, pengeluaran, dan kerugian yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan ketentuan Undang-undang
Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya,
- adanya perbedaan saat pengakuan biaya dan penghasilan atau karena
- penghitungan biaya menurut metode fiskal lebih rendah dari penghitungan menurut metode
komersial;

bahwa pembahasan masing-masing koreksi penyesuaian fiskal positif adalah sebagai berikut:

A. Koreksi Salaries Japan sebesar Rp193.375.743,00

K
bahwa sesuai dengan Surat Uraian Banding dan Laporan Penelitian Keberatan dan penjelasan
dalam persidangan diketahui, alasan Terbanding melakukan koreksi akun Salaries Japan

JA
sebesar Rp193.375.743,00 karena biaya-biaya berupa listrik, gas, air, komunikasi, dan anak
sekolah yang ditanggung oleh perusahaan merupakan bentuk kenikmatan/natura yang diterima
oleh karyawan ekspatriat Jepang, sehingga biaya-biaya tersebut tidak dapat dikurangkan dari

PA
penghasilan bruto;

bahwa menurut Terbanding pemberian fasilitas merupakan pengeluaran yang tidak dapat
dikurangkan sesuai Pasal 9 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan, yaitu untuk
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk

N
Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;

LA
bahwa alasan Pemohon Banding tidak setuju dikoreksi, karena tunjangan tersebut merupakan
komponen dari penghasilan yang diperoleh para pegawai dari Jepang, yang oleh karenanya
telah diperhitungkan dengan kewajiban pemotongan PPh Pasal 21 yang menyertainya;

DI
bahwa menurut Pemohon Banding, biaya salaries Japan pada dasarnya merupakan pemberian
tunjangan fasilitas perumahan kepada para ekspatriat Jepang selaku karyawan di lingkungan
Perusahaan Pemohon Banding. Adapun tunjangan tersebut merupakan komponen dari
GA
penghasilan yang diperoleh yang oleh karenanya telah diperhitungkan dengan kewajiban
pemotongan PPh Pasal 21 yang menyertai;

bahwa menurut Pemohon Banding pemberian tunjangan tersebut merupakan komponen


N

penghasilan yang diterima pegawai Jepang sebagaimana tertuang dalam formulir 1721-A1
beserta SPT PPh Tahunan Orang Pribadi, rekapitulasi komponen penghitungan penghasilan
pegawai Jepang tahun pajak 2013, dan kontrak kesepakatan kerjasama antara perusahaan
PE

Pemohon Banding dengan para pihak pekerja asing (pegawai dari Jepang);

bahwa menurut Pemohon Banding, penerima gaji dan tunjangan tersebut adalah para pegawai
Jepang bukanlah merupakan pemegang saham Pemohon Banding sebagaimana disebutkan
T

oleh Terbanding. Pegawai biasa sebagaimana layaknya pegawai yang dipekerjakan oleh
Pemohon Banding sesuai dengan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya untuk
IA

kepentingan Pemohon Banding. Oleh karena itu sangat tidak tepat dan bertentangan dengan
kenyataan apabila Terbanding menyangkakan bahwa para pegawai Jepang dianggap sebagai
pemegang saham sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak
AR

Penghasilan;

bahwa menurut Pemohon Banding, salah satu syarat utama suatu pemberian tunjangan
dianggap sebagai natura atau kenikmatan adalah bagi si penerima, hal tersebut bukanlah
merupakan penghasilan yang dikenakan pajak sebagaimana ditegaskan pada penjelasan Pasal
ET

9 Ayat (1) huruf e Undang-Undang Pajak Penghasilan. Bahwa faktanya berdasarkan kontrak
perjanjian kerja disebutkan bahwa pemberian tunjangan ini merupakan penghasilan bagi para
pegawai ekspatriat Jepang yang telah diperhitungkan kewajiban pajaknya;
KR

bahwa dari argumentasi para pihak tersebut, Majelis berkesimpulan yang menjadi pokok
sengketa dalam koreksi ini adalah perbedaan penafsiran terkait dengan pembayaran biaya gaji
dan tunjangan kepada pegawai ekspatriat dari Jepang, yaitu menurut Terbanding dianggap
natura/kenikmatan, sementara menurut Pemohon Banding merupakan penghasilan;
SE

bahwa biaya yang berkenaan dengan gaji dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
diatur dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf a angka 2 Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, berbunyi:
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan, termasuk biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain: biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

bahwa dalam penjelasan disebutkan;” ........Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan


pekerjaan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang.
Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk secara natura atau kenikmatan, misalnya
menempati rumah dengan Cuma-Cuma tidak boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak

K
yang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan......”;

JA
bahwa dalam Pasal 9 Ayat (1) huruf e Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan a quo,
disebutkan untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan atas:” Penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,

PA
kecuali...........”. Dengan penjelasan: “...........penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan dianggap bukan merupakan obyek pajak. selaras dengan hal tersebut maka dalam
ketentuan ini, penggantian atau imbalan dimaksud dianggap bukan merupakan pengeluaran
yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja.....”;

N
bahwa dari ketentuan tersebut menurut Majelis, pembayaran gaji dan tunjangan harus dapat
dibuktikan oleh Pemohon Banding. Pembayaran gaji dan tunjangan untuk karyawan berbentuk

LA
uang, seharusnya boleh dijadikan sebagai biaya sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan Pasal 6 Ayat 1, sepanjang dapat dibuktikan sebagai berikut:
- Bukti pembayaran gaji karyawan bersangkutan
- Karyawan/salah satu direksi yang tercantum dalam Akta Notaris
DI
- Izin kerja karyawan tersebut tersebut atas nama Pemohon Banding
- Atas seluruh penghasilan yang diterima oleh karyawan tersebut telah dipotong, disetorkan,
dan dilaporkan PPh Pasal 21 oleh Pemohon Banding pada setiap bulannya yang dapat
GA
dibuktikan dengan SPT Masa beserta Daftar Bukti Potong dan Bukti Potong 1721 A1 atas
nama karyawan tersebut

bahwa berdasarkan dokumen pendukung yang disampaikan dalam persidangan dan telah
N

dilakukan uji kebenaran materiil, diketahui:

bahwa faktanya, berdasarkan buku besar, biaya ini berupa biaya-biaya pembayaran listrik, gas,
PE

air, komunikasi, anak sekolah (terkait dengan nama Kambara, Makishima, Yosimura, Hiroyuki
Iso dan Yasuhiro Karokuwa) yang ditanggung oleh perusahaan Pemohon Banding;

bahwa atas biaya–biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut diperhitungkan sebagai
T

biaya tunjangan bersamaan dengan gaji yang diterimakan kepada karyawan ekspatriat Jepang
setiap bulannya sesuai dengan surat perjanjian kerja antara Pemohon Banding dengan pihak
IA

ekspatriat Jepang;

bahwa Terbanding tidak dapat meyakini kebenaran perhitungan ekspatriat Jepang dari
AR

Pemohon Banding, dan Terbanding menyatakan bahwa sesuai fotocopy commersial invoice
dari pihak ketiga diketahui atas biaya-biaya tersebut tertulis pihak yang ditagih adalah Pemohon
Banding dan bukan kepada ekspatriat secara langsung, jadi Pemohon Banding tidak
memberikan tunjangan berupa uang kepada ekspatriat, melainkan merupakan pengeluaran
yang bersifat fasilitas/kenikmatan;
ET

bahwa dari data dan fakta sebagaimana diuraikan tersebut diatas, Majelis berpendapat
Pemohon Banding terbukti dapat menunjukkan dokumen pendukung terkait dengan pemberian
tunjangan (berupa uang) kepada karyawan ekspatriat Jepang, sehingga dapat dikurangkan dari
KR

penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf a angka 2 UU PPh.
Dengan demikian koreksi atas Penyesuaian Fiskal Positif atas Salaries Japan sebesar
Rp193.375.743,00 tidak dapat dipertahankan;
SE

B. Koreksi Amortization sebesar Rp167.245.685,00

bahwa sesuai dengan Surat Uraian Banding dan Laporan Penelitian Keberatan serta
penjelasan dalam persidangan diketahui, koreksi amortisasi (allowance bad debt) sebesar
Rp167.245.685,00 dilakukan Terbanding, karena Pemohon Banding tidak dapat membuktikan
bahwa biaya amortisasi tersebut adalah biaya amortisasi atas software (Solomon Sistem dan
HRD Sistem), sehingga tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto sesuai
dengan ketentuan Pasal 9 Ayat (1) huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan;
bahwa menurut Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi tersebut, karena keterangan di
dalam deskripsi General Ledger (GL) dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, namun
demikian sub pos amortization sebenarnya merupakan pencatatan atas amortisasi dari sestem
software untuk kegiatan operasional yang dimiliki oleh Pemohon Banding. Dan secara nyata-
nyata bukan pengeluaran yang berupa pajak penghasilan sebagaimana yang disangkakan oleh
Terbanding;

K
bahwa menurut Pemohon Banding biaya tersebut merupakan amortisasi atas harta berupa

JA
software (Solomon Sistem dan HRD Sistem) yang jumlahnya sebesar Rp167.245.685,00
sebagai berikut:
No Uraian Nilai Amortisasi

PA
1 Salomon Sistem 147.236.886
2 HRD Sistem (Hasting) 10.937.500
3 Salomon Sistem 9.071.298
bahwa menurut Pemohon Banding biaya yang dikeluarkan untuk pembelian software tersebut
masuk ke dalam katagori harta tak berwujud, maka pembebananya melalui amortisasi

N
sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 11 A Ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan;

LA
bahwa menurut Terbanding dalam rekapitulasi perhitungan amortisasi software tahun 2013,
harga perolehan software tercatat sebesar Rp593.242.502,00 dengan akumulasi amortisasi
sebesar Rp167.245.685,00 sehingga nilai asset net sebesar Rp425.996.817,00. Terbanding
tidak menemukan kesamaan angka perolehan sofware sebesar Rp.593.242.502,00 dengan
nilai intangible asset sebesar Rp530.939.297,00;
DI
bahwa dalam laporan keuangan audited 2013 tidak terdapat akun aset software tersebut, yang
GA
ada berupa itangible asset sebesar Rp530.939.297,00 yang dalam catatan no.9 laporan
keuangan halaman 24, tidak disebutkan mengenai deskripsi non current asset dimaksud;

bahwa mengenai penggolongan kelompok aktiva dan masa manfaat aktiva pada software
tersebut, telah diatur khusus dalam ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor:KEP-
N

316/PJ/2002 tentang Perlakukan Pajak Penghasilan atas Pengeluaran/biaya Perolehan


Perangkat Lunak (Software) Komputer;
PE

bahwa terkait ketidaksamaan angka nilai perolehan software dan nilai intangible menurut
Pemohon Banding, koreksi yang dilakukan Terbanding adalah nilai akumulasi amortisasi
sebesar Rp167.245.685,00 dimana akumulasi penyusutan merupakan penjumlahan biaya
penyusutan yang telah diakui pada tahun sebelumnya (2012) dan pada tahun berjalan (2013).
T

Apakah mungkin Terbanding melakukan koreksi atas tahun 2012 yang tidak dalam cakupan
IA

pemeriksaan Terbanding?;

bahwa Pemohon Banding telah menyampaikan bukti pendukung berupa General Ledger,
AR

rekapitulasi perhitungan amortisasi, rekening koran, commercial invice, faktur pajak, Delivry
Order, Payment Voucher, Berita Acara Pemasangan Software, Tanda terima Software dari
Penjual kepada Pembeli, dan Letter of Agreement antara Pemohon Banding dengan Microsoft
Dynamics SL untuk membuktikan adanya transaksi pembelian software dan sistem untuk
ET

menunjang kegiatan administratif Pemohon Banding. Kemudian atas dokumen pendukung


tersebut telah dilakukan uji bukti;

bahwa dari persidangan, diketahui Pemohon Banding dapat membuktikan adanya transaksi
KR

pembelian Software dan sistem untuk menunjang kegiatan administratif Pemohon Banding.
Terkait dengan perhitungan penyusutan atas aktiva tersebut dilakukan oleh Pemohon Banding
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas
Amortization sebesar Rp167.245.685,00 tidak dapat dipertahankan;
SE

C. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif sebesar Rp950.723.674,00 dan Penyesuaian Fiskal


Negatif sebesar Rp1.803.660.486,00 atas selisih antara Penyusutan komersial dengan
penyusutan fiskal

bahwa Terbanding melakukan koreksi karena berdasarkan perhitungan ulang atas penyusutan
yang dilakukan oleh Terbanding (cfm Pemeriksa) menghasilkan perhitungan penyusutan fiskal
yang berbeda. Hasil perhitungan atas penyusutan komersial dan penyusutan fiskal
menghasilkan adanya penyesuaian fiskal positif berupa Selisih Penyusutan Komersial Di bawah Penyusutan
Fiskal sebesar Rp950.723.674,00 karena perhitungan penyusutan fiskal komersial lebih besar dari
penyusutan fiskal, sebagai berikut:
Nama Aset Penyusutan Fiskal Penyusutan Fiskal Koreksi
cfm PB cfm TB
Bulding 836.676.901 806.028.385 30.648.516

K
Machine 5.632.992.863 5.316.669.872 316.322.991
Vehicles 322.395.387 347.034.794 (24.639.407)

JA
Furniture 957.226.970 1.110.114.494 (152.887.524)
Tools Jigs 1.414.294.484 1.604.602.317 (190.307.833)
Leasing 981.297.269 - 981.297.269
Total 10.135.173.536 9.184.449.862 950.723.674

PA
bahwa dari hitungan tersebut, menurut Terbanding seharusnya Pemohon Banding tidak
membebankan penyesuaian fiskal positif berupa selisih penyesuaian komersial di bawah
penyesuaian fiskal sebesar Rp1.803.660.486,00 karena hasil hitungan kembali penyusutan
menunjukkan hal yang sebaliknya yaitu penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan

N
fiskal. Atas dasar itu maka seluruh penyesuaian fiskal positif berupa selisih penyesuaian
komersial di bawah penyesuaian fiskal dikoreksi menjadi Rp0,00;

LA
bahwa berdasarkan hitungan tersebut Terbanding melakukan koreksi 2(dua) pos, yaitu:
1. Membatalkan Penyesuaian Fiskal Negatif Pemohon Banding dengan memunculkan nilai
koreksi positif pada Pos Penyesuaian Fiskal Negatif sebesar Rp1.803.660.486,00 dan

DI
2. Memunculkan koreksi positif yang dituangkan dalam Penyesuaian Fiskal Positif sebesar
Rp950.723.674,00
GA
bahwa oleh karena koreksi penyusutan dalam pos Penyesuaian Fiskal Positif ini memiliki
korelasi erat dengan pos Penyesuaian Fiskal Negatif, maka pembahasan koreksi pos tersebut
sekaligus dibahas dalam pembahasan pos Penyesuaian Fiskal Negatif;

bahwa menurut Terbanding koreksi atas penyusutan aktiva sebagai berikut:


N

Ø Building, bahwa Terbanding mengakui aktiva bangunan berupa apartemen sebesar 50%
karena digunakan oleh direksi, dan tenaga asing yang bertugas visit ke pabrik dan berupa
PE

kendaraan yang digunakan oleh pegawai perusahaan tertentu penyusutannya dapat diakui
50% sebagaimana ketentuan KEP-220/PJ/2002;
Ø Machine, kegiatan usaha Pemohon Banding bergerak dalam bidang industri suku cadang
dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Mesin-mesin yang digunakan
tidak terdapat rincian aktiva yang ada dalam kelompok 1 sd IV PMK Nomor
T

96/PMK.03/2009 dan Pemohon Banding tidak mempunyai keputusan penetapan masa


manfaat aktiva, maka untuk kepentingan penyusutan mesin-mesin tersebut digunakan
IA

manfaat kelompok III dengan presentase penyusutan (6,25%);


Ø Furniture, bahwa untuk jenis barang berupa AC, Trolley, Rak Delivery, Rak Pipa, meja dan
peralatan dari logam termasuk dalam kelompok II sesuai dengan ketentuan PMK Nomor
AR

96/PMK.03/2009;
Ø Tool & Jiqs, oleh karena nama-nama jenis barangnya tidak ada (hanya code), maka oleh
Pemeriksa peralatan dari logam termasuk dalam kelompok II seuai dengan ketentuan PMK
Nomor 96/PMK.03/2009;
ET

bahwa menurut Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding, karena terdapat
perbedaan hitungan penyusutan aktiva, yaitu perhitungan penyusutan komersial lebih besar
daripada penyusutan fiskal, sehingga berdampak pada koreksi negatif yang dilakukan oleh
KR

Pemohon Banding, sebagai berikut:


· Koreksi positif atas penyesuaian fiskal positif berupa selisih penyusutan komersial di bawah
penyusutan fiskal sebesar Rp950.723.674,00
· Koreksi positif atas penyesuaian fiskal negatif berupa selisih penyusutan komersial di atas
SE

penyesuaian fiskal sebesar Rp1.803.660.486,00;

bahwa perbedaan hitungan tersebut terjadi pada 4 (empat) pos aktiva sebagai berikut:
Nama Aset Penyusutan Fiskal Penyusutan Fiskal Koreksi
Cfm TB Cfm PB
Building 806.028.385 836.676.901 30.648.516
Machine 5.316.669.872 7.707.189.169 2.390.519.297
Forniture 1.110.114.494 1.320.100.444 209.985.950
Tools and Jigs 1.604.602.317 1.830.883.030 226.280.713
Total 8.837.415.068 11.694.849.544 2.857.434.476
Pengurangan (karena 103.050.316
tanah tidak disusutkan)
Total nilai penyesuaian 2.754.384.160
fiskal (sengketa)

K
bahwa menurut Pemohon Banding, koreksi fiskal yang ditimbulkan merupakan perbedaan masa

JA
manfaat penyusutan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Namun koreksi
yang terjadi pada dasarnya hanya merupakan perbedaan waktu (Temporary Differences) yang
dapat diartikan bahwa suatu saat nilai buku aktiva akan habis sesuai dengan jangka waktu
penyusutannya yang dilakukan secara taat azas;

PA
bahwa menurut Majelis, penyusutan berdasarkan undang-undang perpajakan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Pasal 11 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, bagi aktiva tersebut, metode
penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini dilakukan dalam:

N
a. dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta
tersebut (metode garis lurus atau straight-line method);

LA
b. dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai
sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method).

Selain itu penyusutan untuk aktiva tetap bangunan hanya dapat dilakukan dengan metode garis
DI
lurus, sedangkan bagi aktiva tetap non bangunan dapat memilih antara kedua metode yang
diizinkan.Untuk lebih memudahkan wajib pajak dan memberikan keseragaman dalam
pengelompokkan harta tetap berwujud, maka keluarlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor
GA
96/PMK.03/2009 Tanggal 15 Mei 2009 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk
dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan

bahwa faktanya Terbanding telah menghitung kembali penyusutan yang telah dilakukan oleh
N

Pemohon Banding menghasilkan perhitungan penyusutan fiskal yang berbeda sudah tepat,
karena telah sesuai dengan ketentuan perpajakan, sehingga Majelis berpendapat koreksi
Terbanding atas Penyesuaian Fiskal Positif berupa selisih antara penyusutan komersial dengan
PE

penyusutan fiskal sebesar Rp950.723.674,00 dan Penyesuaian Fiskal Negatif berupa selisih antara
penyusutan komersial dengan penyusutan fiskal sebesar Rp1.803.660.486,00 tetap
dipertahankan;
T

Menimbang :
IA

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa adalah sebagai
berikut:
Uraian Sengketa Nilai Sengketa Dipertahankan Tidak Dapat
AR

Majelis Dipertahankan

- Peredaran Usaha Rp3.574.254.363,00 Rp0,00 Rp3.574.254.363,00

- Koreksi Penyesuaian
ET

Fiskal Positif
a. Salaries Japan Rp193.375.743,00 Rp0,00 Rp193.375.743,00

b. Amortization Rp167.245.685,00 Rp0,00 Rp167.245.685,00


KR

c. Selisih Penyusutan Rp950.723.674,00 Rp950.723.674,00


Komersial
- Koreksi Penyesuaian Rp1.803.660.486,00 Rp1.803.660.486,00
Fiskal Negatif
SE

Jumlah Rp6.689.259.951,00 Rp2.754.384.160,00 Rp3.934.875.791,00

Menimbang :

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kompensasi Kerugian;
Menimbang :

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;

Menimbang :

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;

K
Menimbang :

JA
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi,
kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

PA
Menimbang :

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas maka perhitungan Penghasilan Neto Tahun 2013

N
adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan Netto cfm Terbanding Rp39.067.628.345,00

LA
b. Koreksi Tidak dipertahankan cfm Majelis
1. Koreksi Peredaran Usaha Rp3.574.254.363,00
2. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif
a. Salaries Japan
b. Amortization
Jumlah yang tidak dipertahankan
DI
Rp 193.375.743,00
Rp 167.245.685,00
Rp 3.934.875.791,00
GA
c. Penghasilan Neto cfm Majelis Rp35.132.752.554,00

Menimbang :

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berketetapan untuk menggunakan
N

kuasa Pasal 80 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak untuk mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding;
PE

Mengingat :
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang-
undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini.
T

Memutuskan :
IA

Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal


Pajak Nomor KEP-01235/KEB/WPJ.07/2016 tanggal 30 Agustus 2016 tentang keberatan Wajib
AR

Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2013
Nomor 00018/206/13/055/15 tanggal 15 Juni 2015, atas nama Pemohon Banding, dengan
perhitungan jumlah Pajak Penghasilan Badan sebagai berikut:
1. Penghasilan Neto Rp 35.132.752.554,00
ET

2. Penghasilan Kena Pajak Rp 35.132.752.554,00


3. Pajak Penghasilan yang terutang Rp 8.783.188.139,00
4. Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah diperhitungkan tahun lalu Rp 0,00
5. Jumlah PPh Terutang Rp 8.783.188.139,00
6. Kredit Pajak
KR

a. PPh ditanggung pemerintah Rp 0,00


b. Dipotong/dipungut oleh pihak lain: PPh Pasal 22 Rp 5.707.192.000,00
c. Dibayar sendiri: PPh Pasal 25 Rp 2.974.191.432,00
d. Diperhitungkan: SKPPKP Rp 0,00
SE

e. Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan Rp 8.681.383.432,00


7. Pajak yang tidak/kurang bayar Rp 101.804.707,00
8. Sanksi Administrasi: Bunga Pasal 13 Ayat (2) UU KUP Rp 36.649.694,00
9. Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 138.454.401,00

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan


dicukupkan pada hari Selasa tanggal 20 Februari 2018 Majelis XIIIB Pengadilan Pajak dengan
susunan Majelis sebagai berikut:
Drs. Adi Wijono, S.H., M.PKN sebagai Hakim Ketua,
Djoko Sutrisno, S.H., M,M. sebagai Hakim Anggota,
Joni Surbakti, AK sebagai Hakim Anggota,
dengan dibantu oleh Anna Murti Hapsari, S.E., M.M. sebagai Panitera Pengganti,

K
Putusan Nomor PUT-108743.15/2013/PP/M.XIIIB Tahun 2019 diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Selasa tanggal 26 Februari 2019 berdasarkan

JA
Keputusan Ketua Pengadilan Pajak Nomor KEP-002/PP/2019 tanggal 30 Januari 2019 oleh
Majelis XIIIB Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:

PA
Drs. Adi Wijono, S.H., M.PKN sebagai Hakim Ketua,
Joni Surbakti, AK. sebagai Hakim Anggota,
Dian Dahtiar, S.H., M.M. sebagai Hakim Anggota,

N
dengan dibantu oleh:
Anna Murti Hapsari, S.E., M.M. sebagai Panitera Pengganti,

LA
dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, namun tidak dihadiri oleh Pemohon
Banding maupun oleh Terbanding;

DI
N GA
T PE
IA
AR
ET
KR
SE

Anda mungkin juga menyukai