Anda di halaman 1dari 27

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA HIDUNG

TENGGOROK – BEDAH KEPALA LEHER PROKLAMASI BUMI SERPONG


DAMAI
Nomor :

TENTANG

PANDUAN 6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA HIDUNG TENGGOROK – BEDAH KEPALA
LEHER PROKLAMASI BUMI SERPONG DAMAI

DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA HIDUNG TENGGOROK –


BEDAH KEPALA LEHER PROKLAMASI BUMI SERPONG DAMAI

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien


secara terus menerus di Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung
Tenggorok – Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi Serpong
Damai perlu dilakukan berbagai upaya untuk peningkatkan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung
Tenggorok – Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi Serpong
Damai;

b. Bahwa dalam rangka memenuhi Standar Akreditasi serta


pelaksanaan keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Telinga
Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi
Serpong Damai perlu dibuat kebijakan tentang Panduan 6
Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Khusus Telinga
Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi
Serpong Damai;

c. Bahwa mempertimbangkan sebagaimana dimaksud pada huruf a


& b diatas, perlu di tetapkan dengan keputusan Direktur Rumah
Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher
proklamasi Bumi Serpong Damai tentang Panduan 6 Sasaran
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung
Tenggorok – Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi Serpong
Damai.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011, tentang Keselamatan Pasien
4. Standar Akreditasi Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), edisi
1, 2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA


HIDUNG TENGGOROK – BEDAH KEPALA LEHER
PROKLAMASI BUMI SERPONG DAMAITENTANG PANDUAN 6
SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT KHUSUS
TELINGA HIDUNG TENGGOROK – BEDAH KEPALA LEHER
PROKLAMASI BUMI SERPONG DAMAI

KEDUA : Pemberlakuan Panduan 6 Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit


Khusus Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher proklamasi
Bumi Serpong Damai sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu terlampir
dalam lampiran keputusan ini

KETIGA : Panduan 6 Sasaran Keselamatan Pasien dipergunakan sebagai acuan dalam


pelaksanaan keselamatan pasien yang ada di Rumah Sakit Khusus Telinga
Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi Serpong
Damai.

KEEMPAT : Hal-hal yang berkaitan dengan Pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien


secara rinci akan dibuat dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) atau
kebijakan lainnya.

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : TANGERANG SELATAN


PADA TANGGAL : 10 JANUARI 2022
DIREKTUR
Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi Serpong Damai

Dr. Wahyu Romadhon


PANDUAN
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA HIDUNG


TENGGOROK – BEDAH KEPALA LEHER
PROKLAMASI BUMI SERPONG DAMAI
Tahun : 2022
Lampiran :
Nomor :
Tanggal :

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI
(KKPRS PERSI) dan dari Joint Commission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara
intrinsik adalah untuk memberikan 6 pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang
menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai
berikut.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
a. Sebagai pedoman dalam melaksanakan 6 sasaran keselamatan pasien di RS
Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
b. Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien
secara keseluruhan di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai dasar rujukan dalam membuat Standar Prosedur Operasional (SPO)
mengenai 6 Sasaran Keselamatan Pasien.

C. Ruang lingkup Pelayanan


Rumah sakit adalah salah satu bentuk industri di bidang jasa pelayanan masyarakat
yang padat modal, padat teknologi dan padat karya, yang dalam pelaksanaan pekerjaan
sehari-harinya melibatkan banyak sumber daya manusia dengan berbagai jenis
keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat bergantung pada
kapasitas dan kualitas tenaga-tenaga yang ada di rumah sakit tersebut.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit, penggunaan
peralatan dengan teknologi tinggi dan bahan-bahan serta obat berbahaya bagi kesehatan
untuk tindakan diagnostik, terapi maupun rehabilitasi semakin meningkat, termasuk
pula kondisi-kondisi yang mengandung risiko untuk terjadinya kebakaran serta bencana
semakin besar. Terpaparnya tenaga kesehatan dan masyarakat yang ada di rumah sakit
oleh sumber penyakit serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kondisi-kondisi yang membahayakan baik bagi petugas maupun masyarakat di rumah
sakit perlu mendapat perhatian secara khusus.
Dengan adanya buku pedoman ini sebagai acuan, serta dilengkapi dengan program
masing-masing satuan kerja, maka diharapkan dengan program sasaran keselamatan
pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,
yang pada akhirnya akan mencapai suatu kondisi ”sadar keselamatan” demi suksesnya
penyelenggaraan kegiatan dari seluruh unsur yang ada di RS Khusus THT-Bedah KL
Proklamasi BSD.
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI
(KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
Tujuan Buku Pedoman ini adalah untuk menjadi acuan dan Pedoman bagi seluruh
satuan kerja yang ada di Lingkungan RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Keselamatan Pasien, sehingga dapat
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.

D. Batasan Operasional
1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
2. Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien tapi
tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang menyebabkan kematian atau cedera yang
serius.
8. Pemasangan gelang identitas pasien adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi
pasien agar tepat dalam mengidentifikasi pasien agar tidak adanya kesalahan atau
bebas dari cedera karena kecelakaan, dengan melakukan dua kali pengecekan, agar
tidak terjadi kesalahan karena keliru pasien pada semua aspek dan tahapan diagnosis
dan pengobatan.
9. Komunikasi lisan/lewat telepon adalah perintah/program/rencana dokter yang
disampaikan secara lisan atau melalui telepon pada saat pelaporan pasien dari
Perawat ke Dokter, perintah lisan dan telepon, pelaporan dan penerimaan informasi
hasil-hasil pemeriksaan, pasien yang perlu perhatian khusus, serta dalam menerima
perintah yang akan dilakukan
10. Tehnik SBAR adalah standar komunikasi petugas dalam melaporkan yang dapat
meningkatkan keselamatan pasien, dan dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi.
11. Mencuci tangan adalah suatu tindakan untuk membersihkan kotoran dan
mikroorganisme transient maupun flora resisten dari tangan, menggunakan
antiseptik dibawah air mengalir dengan cara tertentu.
12. Hand wash adalah prosedur mencuci tangan dengan menggunakan cairan
desinfektan/sabun dan air mengalir.
13. Hand Rub adalah prosedur mencuci tangan dengan cairan desinfektan beralkohol.
14. Pasien jatuh adalah suatu peristiwa atau kejadian yang menyebabkan pasien jatuh
baik dari tempat tidur, kamar mandi, ataupun yang lainnya di area Rumah Sakit saat
dirawat.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011, tentang Keselamatan Pasien
BAB II
TATA LAKSANA

A. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien


Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan
dua kali pengecekan yaitu : pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang
akan menerima pelayanan atau pengobatan; kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut.

Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk


memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien
ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan
dan / atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir gelang identitas pasien,
dan lain – lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk
identifikasi. Di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD. kebijakannya
menggunakan 3 jenis yakni : Nama Pasien, Nomor Rekam Medik dan Tanggal Lahir.
Pelaksanaan identifikasi pasien di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD. adalah
sebagai berikut :
1. Setiap pasien yang dirawat di Rumah Sakit harus dipasangkan gelang pasien,
a. Gelang warna biru untuk pasien laki-laki.
b. Gelang warna pink untuk pasien perempuan.
c. Gelang warna merah untuk pasien yang alergi dan DNR (Do Not Resusitation),
nama obat atau DNR ditulis pada gelang.
d. Gelang warna kuning untuk pasien yang beresiko jatuh

2. Pemasangan gelang identitas pasien dan pemberian print out identitas pasien
dilaksanakan di area sbb :
a. Pasien yang akan masuk Rawat Inap dari Poliklinik,
b. Pemasangan gelang diutamakan di tangan kanan.

3. Menggunakan 3 identitas pasien untuk mengidentifikasi pasien:


a. Nama pasien (dengan dua karakter) apabila hanya 1 karakter menggunakan bin
atau binti.
b. No Rekam Medis.
c. Tanggal lahir.
4. Tidak diperbolehkan identifikasi dengan nomor kamar pasien, nomor tempat tidur
atau lokasi pasien.
5. Setiap pasien harus diidentifikasi sebelum :
a. Pemberian obat, darah, atau produk darah.
b. Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
c. Pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
6. Pasien koma tanpa identitas, diidentifikasi menggunakan istilah Mr. X (untuk laki-
laki) dan Mrs. X (untuk perempuan), tanggal/bulan/tahun kedatangan dan nomor urut
kedatangan. Contoh:
Pasien laki-laki tanpa identitas: Mr. X/DD/MM/YY/Urutan.
7. Penulisan pada gelang pasien, yaitu nama, nomor Rekam Medis dan Tanggal Lahir
harus diprint.

B. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,dan yang dipahami oleh
pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah
terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau
melalui telpon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito
melalui telpon ke unit pelayanan.

Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur
untuk perintah lisan dan telpon. Kebijakan dan / atau prosedur juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.

Penerapan Komunikasi efektif antar para pemberi layanan, pada saat perintah diberikan
secara lisan atau melalui telepon atau pada saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, yaitu :
a. Mencatat perintah secara lengkap di status pasien yaitu tanggal, jam, menit,
perintahnya dan siapkan catatan untuk validasi serta nama pemberi dan penerima
perintah, dan untuk hasil pemeriksaan penunjang dicatat di lembar catatan perawat
dan catatan klinik oleh penerima perintah serta nama pemberi dan penerima perintah
dicatat.
b. Penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan yang sudah dituliskan dengan cara dibaca ulang. Khusus obat High
Alert dieja sesuai standar yang berlaku di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi
BSD.
c. Mengkonfirmasi (reconform) kepada dokter pemberi perintah untuk
melakukan validasi.
d. Diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU
serta ruang perawatan dalam situasi emergency.
e. Standar Komunikasi menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recomendation) dan dapat dilanjutkan dengan Question and Answer
(tanya jawab). Tehnik SBAR dapat digunakan pada komunikasi lisan, saat operan
(Hand – Off), pelaporan pasien dari Perawat ke Dokter, perintah lisan dan telepon,
pelaporan dan penerimaan informasi hasil-hasil pemeriksaan, pasien yang perlu
perhatian khusus, serta dalam menerima perintah yang akan dilakukan.
Teknik SBAR meliputi :
S : Situation
- Individu yang terlibat dalam komunikasi memperkenalkan diri, peran, tugas
dan profesi (nama perawat, dari ruang mana).
- Informasikan nama pasien dan alasan melapor.
B : Background
- Informasikan alasan/diagnosa pasien saat masuk RS dan tanggal masuk RS.
- Informasikan riwayat medis pasien yang penting.
- Informasikan riwayat pengobatan yang sudah dilakukan, meliputi obat –
obatan yang sedang digunakan saat ini, hasil laboratorium dan hasil
pemeriksaan lain terkait.
A : Assesment
- Hasil pengkajian pasien terkini/penilaian situasi saat ini
(Tanda-tanda Vital, terpasang oksigen atau tidak, status mental)
- Semua perubahan yang terjadi berdasarkan hasil pemeriksaan.
R : Recomendation
- Rekomendasikan intervensi yang perlu dilakukan selanjutnya, misalnya:
o Apakah pasien perlu dipindahkan ke ICU ?
o Mohon dokter datang segera melihat pasien.
o Mohon dokter menjelaskan kepada pasien / keluarganya mengenai kondisi
pasien saat ini.
o Apakah perlu dikonsulkan ke dokter spesialis lain ?

C. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai


(High Alert)
Bila obat – obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high alert medication) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse event) seperti obat-obatan yang terlihat mirip
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM), obat-obatan yang sering disebutkan
dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja
(misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida
lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat (50% atau lebih pekat).

Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi
atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan
obat-obatan yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit
pelayanan pasien ke farmasi.

Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur
untuk membuat daftar obat-obat yang perlu di waspadai berdasarkan data yang ada di
rumah sakit. Meningkatkan proses pengelolaan obat yang perlu diwaspadai, seperti obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (NORUM / Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound Alike ) dan cairan elektrolit konsentrat
(High Alert). Obat –obatan yang perlu diwaspadai (High–Alert Medication) di Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi
kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), elektrolit konsentrat, obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome), dan
obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/LASA).

Penerapan peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengamanan proses pengelolaan obat yang perlu diwaspadai.
2. Tersedia daftar obat - obat yang perlu diwaspadai sesuai dengan obat-obatan yang ada
di Rumah Sakit.
3. Unit pelayanan pasien yang dibolehkan menyimpan elektrolit konsentrat yaitu : UGD,
HCU dan OK
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di Unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas.Untuk obat elektrolit konsentrat disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted) yaitu pada lemari khusus terkunci dan harus ada perawat penanggung
jawab.
5. Perawat yang akan memberikan obat-obat yang perlu diwaspadai harus mendapatkan
sosialisasi.

Penyimpanan Obat-obat yang tergolong LASA di Farmasi dan Ruangan dilakukan


dengan cara :
1. Diberi tanda berupa stiker bulat warna mencolok dengan tulisan LASA ditengahnya
(bentuk stiker terlampir) pada kotak obatnya.
2. Jika kategori LASA terletak pada dosisnya, maka penulisan dosisnya harus
diperbesar.
3. Jika kategori LASA terletak pada nama obatnya, maka penulisan nama obatnya harus
diperbesar.
4. Tidak diletakkan secara berdekatan antara obat-obat LASA.

Alur Penanganan Obat-obat LASA di Farmasi dan Ruangan :


A. Resep Jelas Terbaca
Resep datang  dihargai  disiapkan  jika obat yang diresepkan termasuk obat
LASA, periksa kembali apakah tulisan pada resep sudah sesuai dengan yang
disiapkan. Jika sudah sesuai, obat diberi etiket  serahkan pada pasien.
B. Resep Tidak Jelas Terbaca
Resep datang  dihargai  disiapkan  jika obat yang disiapkan termasuk obat
LASA, konfirmasi ulang kepada dokter yang meresepkan agar tidak terjadi kesalahan
pemberian obat  beri etiket  serahkan kepada pasien.

Alur Penanganan Obat-obat High Allert di Farmasi dan Ruangan :


1. Penyimpanan Obat-obat yang tergolong High Allert di Farmasi dan Ruangan tertentu
(IGD,OK,HCU)
Diberi tanda berupa stiker segitiga warna merah dengan tanda seru warna hitam di
dalamnya, serta tulisan High diatas dan tulisan Allert ! di bawah (bentuk stiker
terlampir) pada kotak obatnya.
2. Alur Penanganan Obat-obat High Allert di Farmasi dan Ruangan.
Ruangan membuat permintaan obat High Allert pada Formulir Permintaan Obat High
Allert, dengan menuliskan secara jelas :
a. Nama Obat dan jumlahnya.
b. Menempelkan Barcode pasien pada Formulir Permintaan Obat High Allert
c. Menyertakan 1 Barcode pasien untuk ditempel di obat High Allert.

Petugas farmasi menyiapkan Obat High Allert dan menempelkan barcode pasien pada
Obat High Allert tersebut.
Petugas ruangan membuatkan resep dokter sesuai Formulir Permintaan Obat High Allert,
dan menyerahkan resep tersebut kepada pihak Farmasi.

D. Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


Salah lokasi, salah prosedur, pasien salah pada operasi adalah sesuai yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat
dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi operasi (site marking). Di RS
Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD. di lakukan penandaan Operasi sebelum
dilakukan Pembedahan dengan melibatkan pasien dan keluarga. Disamping itu asesmen
pasien yang tidak adekuat, penelaahan catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan pemakaian singkatan adalah
faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

Penandaan lokasi perlu melibatkan pasien dan keluarga serta dilakukan pada tanda yang
mudah dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus
dibuat oleh operator / orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan pada saat
pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat.

Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus, dan penandaan menggunakan
tanda checklist (√) pada organ yang akan dioperasi. Tetapi Pada Operasi pada organ
tubuh yang tidak bisa di beri tanda secara langsung :
a. Operasi mata diberi tanda pada Formulir pengkajian mata.
b. Operasi gigi dan tulang belakang penandaan operasi di lakukan pada foto X-Ray.
c. Operasi Wajah, leher, mukosa, bayi prematur, daerah perinium, organ tunggal
(Operasi jantung, operasi Caesar) di berikan tanda pada formulir pengkajian medis.
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
1. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang
3. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan / atau implant yang
dibutuhkan.
Tahap sebelum insisi (Time Out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time out dilakukan ditempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.

E. Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para
profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood
stream infections) dan pneumonia (seringkali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).

Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan / atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Penyelenggaraan 6 (enam) langkah dan five moments Cuci Tangan di RS Khusus THT-
Bedah KL Proklamasi BSD. meliputi sebelum kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan, setelah melakukan tindakan, terkontaminasi cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan lingkungan disekeliling pasien.
Penyelenggaraan 6 (enam) langkah five moment, wajib dilakukan oleh setiap tenaga
Medis, Paramedis dan petugas lain yang berhubungan dengan pelayanan pasien di RS
Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.

F. Sasaran VI : Pengurangan Risiko Jatuh


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi / masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan
fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh,
obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
berjalan yang digunakan oleh pasien.

Perawat melakukan assessment pasien jatuh pada pasien dan mengisi Form Penilaian
Risiko Pasien Jatuh, serta menyimpan pada Status Rekam Medis pasien tersebut,
penilaian ulang harus dilakukan bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, pasien dipindahkan ke ruangan lain, atau jika pasien tersebut jatuh. Untuk
pasien dewasa acuan asesmen dan reasesmen terhadap risiko pasien jatuh menggunakan
skala jatuh MORSE. Untuk pasien anak – anak (Pediatri) acuan asesmen dan reasesmen
terhadap risiko pasien jatuh menggunakan skala jatuh HUMPTY DUMPTY. Jika hasil
assessment terdapat resiko jatuh tinggi maka perawat memasang gelang tangan warna
KUNING pada pasien tersebut.
Upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh perawat terhadap pasien yang terdapat
resiko jatuh adalah :
1. Informasikan kepada pasien mengenai :
a. Lokasi toilet / kamar mandi
b. Nurse call harus mudah dijangkau dan pasien dapat menggunakannya
c. Perintahkan pasien untuk memanggil petugas ketika membutuhkan sebelum
meninggalkan tempat tidur.
d. Jika pasien belum bisa menerima informasi, lakukan kemudian sambil proses
pengobatan berjalan.
2. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga mengenai rencana
perawatan untuk mencegah pasien jatuh
3. Informasikan status risiko pasien jatuh setiap pergantian shift.
4. Untuk pasien dengan risiko jatuh tinggi lakukan monitoring pasien setiap 2 jam dan
lakukan perubahan posisi jika diperlukan, tanyakan jika perlu ke toilet atau perlu
minum, dan pastikan pasien dalam keadaan hangat dan kering.
5. Urinal / pispot harus diletakan pada tempat yang mudah dijangkau pasien.
6. Lakukan evaluasi terhadap obat yang dapat memberikan efek samping terhadap
kesadaran.
7. Pertimbangkan efek obat terhadap tingkat kesadaran, pola jalan dan pola eliminasi
pada saat membuat rencana perawatan pasien.
8. Pasang bed side rails dan pastikan roda terkunci, khusus pasien yang risiko jatuh
tinggi tempat tidur posisinya lebih rendah.
9. Tempatkan meja nakas disamping tempat tidur sehingga memudahkan pasien untuk
mengambil barang miliknya.
10. Pastikan jalan menuju kamar mandi bebas dari halangan dan pencahayaannya terang.
11. Pastikan lantai dan alas kaki yang dipakai pasien tidak licin
12. Tidak meninggalkan pasien di area diagnostik atau terapi tanpa pengawasan.
13. Untuk pasien dengan ririko jatuh tinggi jika memungkinkan pertimbangkan untuk
menempatkan pasien dekat dengan nurse statation untuk dilakukan observasi ketat,
terutama dalam 24 – 48 jam pertama sejak pasien masuk.
14. Tempatkan alat bantu jalan seperti walkers/tongkat dalam jangkauan pasien dan jika
diperlukan sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien.
15. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat tidur, posisi bedside rail
dalam keadaan terpasang.
BAB III
LOGISTIK

Dalam menunjang pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien ditetapkan pengadaan logistik,


yaitu :
1. Gelang tangan untuk identitas pasien, pengadaan oleh instalasi Farmasi dan
didistribusikan ke ruang rawat pasien (untuk mengganti yang rusak).
2. Printer khusus untuk mencetak identitas pasien di gelang, dengan menggunakan tinta anti
luntur, terdapat di pendaftaran rawat inap.
3. Printer untk mencetak identitas Pasien untuk kepentingan lainnya di print dengan tinta
biasa di lakukan di Ruang Rekam Medik.
4. Stempel SBAR untuk pelaksanaan komunikasi via telpon dalam memberikan laporan dari
petugas ke dokter terdapat di setiap Ruang Rawat Inap.
5. Spidol surgery untuk marking site didistribusikan di ruang rawat inap dan rawat jalan,
UGD.
6. Hands Rub dan stiker petunjuk 6 langkah mencuci tangan dan 5 saat mencuci tangan
ditempatkan diruang perawatan dan area umum.
7. Gelang tangan pasien risiko jatuh di ruang perawatan,dan pasien yang di observasi di
UGD lebih dari 6 jam.
BAB IV
PENGENDALIAN MUTU

Dalam rangka pengendalian mutu dan untuk memastikan pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan
Pasien, maka dilakukan evaluasi pelaksanaan semua sasaran di area pelayanan. Pelaksanaan
evaluasi dilakukan dengan cara :
A. Ronde ke lapangan dilakukan oleh Komite Mutu dan Komite Keperawatan.
B. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data terkait pelaksanaan 6 Sasaran
Keselamatan Pasien.
C. Memeberikan hasil evaluasi dan rekomendasi kepada seluruh ruang perawatan.
BAB V
DOKUMENTASI

A. Daftar Obat – Obat High Alert

Daftar Obat-Obat High-Alert


Drug Class/Drug High Alert Medications List
Any Antineoplastic Agent All Antineoplastic Agents both oral and injection

Anticoagulants Heparin (Inviclot inj, Thrombophob Gel)


Enoxaparin (Lovenox)
Warfarin (Coumadin, Simarc-2 Tab)
Nadroparine Ca = Fraxiparine
Fondaparimox Na ( Arixtra)

Cardiac Medications Amiodarone (Cordarone Tab, inj; Kendaron inj, tab)


Digoxin (Digoxine tab; Fargoxin inj; Lanoxin inj)

Opiates/Narcotics All CII injectable medications (Fentanyl ampul, Morphine,


Pethidin)
Midazolam (Versed, Fortanect, Midrazolam, Hameln, Miloz)

Anti-seizure Medications Phenytoin (Depakote, Dilantin inj, capsule; Ikapen inj,


capsule; Phenytoin inj, capsule),

Admixtures Tidak Ada di RSHJ

Miscellaneous/Others Lithium (Kalkurenal)


Frimania (Lithium Carbonat)
Ferrous Sulfate LIQUID

Hypertonic Solution Sodium Chloride injection (NaCl 3%)

Sedation Propofol injection (Safol inj; Trivam inj; Propofol Liquid)


Midazolam injection (Fortanest; Midazolam Hamela; Miloz)
Fentanyl injection
Radiocontrast Agents (IV) All IV radiocontrast agents (Barium Sulfat;
MgSO4;Omnipaque; Ultravist; Iopamirol)
Cairan Elektrolit Konsentrasi Tinggi  KCl 7,46% 25ml
 Meylon 8,4% 25ml
 MgSO4 40%
 NaCl 3%

B. Daftar Nama Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM)

LOOKS ALIKE - SOUNDS ALIKE (LASA)


ACRAN ACTAL
ACTAL ACTOS
ACTOS ACTONEL
ALISTA ALOSTIL
AMARYL RAMIPRIL
AMARYL AMARYL M 1/250
AMINOFUSIN HEPAR AMINOFUSIN L 600
AMINOFUSIN PAED 250 AMINOFUSIN L 601
AMINOPLASMA 10% AMINOPLASMA 5%
AMLOGRIX AMOBIOTIC
ARCOXIA ASCARDIA
ARDIUM PYRIDIUM
ASTACOR CONCOR
BACTESYN BACTRIM
BECOM C BECOM ZET
BENOSON BENOSON G
BENOSON M BENOSON N
BENZOLAC DULCOLAC
BESTALIN RITALIN
BIOPREXUM PREXUM
BAQUINOR BIOQUINONE
BONDI BION 3
BUNASCAN BUSCOPAN
CANDISTIN CANESTEN
CARDISMO CARDURA
CARDURA CORDARONE
CATAFLAM CATARLENT
CEDOCARD CEDANTRON
CEFROM CEFTUM
CEFTAZIDIME CEFTRIAXONE
CEPEZET CELEBREX
CERAZETTE CEPEZET
CETRIZINE SETRALINE
CHLOR PROMAZINE CHLOR DIAZEPOXIDE
CHLOR PROMAZINE CHLOR PROPAMIDE
COBAZYM TRIPANZYM
COLISTINE COLSANCEN TINE
COMBIFLEX PERI COMBIFLEX PLUS
COMBIFLEX COMBIVENT
CONSTIPEN COUNTERPAIN
CRAVIT CRAVOX
CURLIV CURVIT
CYPRALEX CYTOTEX
DAIVOBET DAIVONEX
DEPAKENE DEPAKOTE
DIFLUCAN DIOVAN
DILANTIN ENATIN
DIPHEN HYDRAMINE DIMEN HIDRINATE
DIVASK DIVENS
DOPAMINE DRAMAMINE
DOPAMINE DOBUTAMINE
DUROGESIC BIOGESIC
DYNACEF DYNASTAT
EDOTIN ENATIN
EFFEXOR XR EFFEXOR
ENGERIX-B ADULT ENGERIX-B PEDIATRIC
EPHEDRINE EPINEPHRINE
EPOTREX EPREX
ESTALIN BESTALIN
EVIPROSTAT CHOLESTAT
FARMADOL PANADOL
FITONERGI FITOCHOSIL
FORTUM CEFTUM
GLUCOBAY GLUCOBION
GRACEF GRAFIX
HAEMACCEL HAEMOCAINE
ALINAMIN REXAMIN
HARNAL D HARNAL OCAS
HEPSERA HEPTASAN
HUMULIN HUMALOG
IKALEP IKAPHEN
ILOS IMBOOST
IMDUR IMREG
IRVASK IRVELL
KALXETIN KANAMYCIN
KETALAR KETOROLAC
LACTO-B LACTOR
LAMICTAL LAMISIL
LAPICEF LAPIFED
LASAL LASIX
LASIX LOSEC
LESICHOL LESCOL
LIFEN LIFEZAR
LINCOCIN LINCOPHAR
LORAZEPAM ALPRAZOLAM
LOSEC LODOZ
LOVENOX LEVEMIR
MEDIKLIN MEDIQUIN
MEDIXON MEDIQUIN
MEDROL SOLU MEDROL
METHERGIN ANTALGIN
METRO NIDAZOL METFORMIN
MICROLAX MICROLUT
MYCORAL MYCORIN
MYONAL MYONEP
NEUROBION NEURODIAL
NIFUDIAR NIFURAL
NOVAS NOVAX
OZEN OZID
PHENO BARBITAL PHENTO BARBITAL
PRAXILEN PRAXION
PREDNISONE PREDNISOLONE
PROLIVA PROLIVER
PROZA PROZAC
RANIN RANTIN
RIMACTANE RIMACTAZID
SCABICID SCABIMITE
SOLU MEDROL SOMEROL
SPASMIUM SPASMOMEN
SPORACID SPORAX
STARCEF STARCLAF
TENSICAP TENSIVASK
THERAGRAM THERAVASK
TOPISEL TOPLEXIL
TRENTAL TEGRETOL
URDAFALK URDAHEX
URISPAS URIXIN
VALVIR VARILRIX
VASACON VASCON
VERMIC VERMOX
VIOQUIN VIOSTIN
VOMCERAN VOMETA
VOMIDON VOMISTOP
VOMITAS VOMITROL
XANAX ZANTAC
XENICAL XELODA
YASMIN YAZ
ZINCPRO ZINKID
PANTOZOL PATRAL
C. Check List Pasien Operasi Di Kamar Bedah

CHECK LIST PASIEN OPERASI DI KAMAR BEDAH


Nama :……………. No RM : ..……
Operator/asisten/Instrumentator :……………… Tindakan : …….
Ahli Anestesi/Penata anestesi :……………… Jenis Anastesi :………

BAGIAN I ( Sebelum Induksi Anastesi )

SIGN IN
No Y T Ket
( Sebelum Induksi Anastesi )
1 Apakah Sudah Dilakukan Konfirmasi Identitas Pasien (2 id) Dengan
Gelang Pasien ?
2 Apakah Informed Concent Tindakan Operasi Sudah Lengkap ?
3 Apakah Informed Concent Tindakan Anestesi Sudah Lengkap ?
4 Apakah Ada Riwayat Alergi ?
5 Apakah Area Operasi Sudah Diberi Tanda ?
6 Apakah Obat – Obat Anestesi, Mesin Anestesi Dan Kelengkapannya
Telah Diperiksa Dan Siap Pakai ?
7 Apakah Pulse Oxymeter Telah Dipasang Dan Berfungsi Baik ?
8 Apakah Ada Kesulitan Bernafas/Resiko Aspirasi ?
Apakah Menggunakan Peralatan/Bantuan ?
9 Apakah Ada Risiko Perdarahan ≥ 500 cc Untuk Dewasa Dan 7
cc/kgBB Pada Anak ?
10 Adakah Akses Intravena/Akses Central ?

Tanda tangan ( Dr Anastesi ) :


BAGIAN 2 ( Sebelum insisi kulit )

TIME OUT
No Y T Ket
( Sebelum insisi kulit )
1 Konfirmasi Seluruh Tim Telah Menyebutkan Nama Dan Perannya
Masing-Masing
2 Dokter Bedah, Dokter Anestesi Dan Perawat Melakukan Secara
Verbal:
- Nama pasien
- Prosedur operasi
- Area operasi
3 Apakah Antibiotik Profilaksis Telah Di Berikan…. Menit Sebelum
Operasi, Nama Antibiotik……………..Dosis…….
5 Review Dokter Bedah Langkah Apa Yang Akan Dilakukan Pada
Kondisi Kritis Atau Kejadian Yang Tidak Diharapkan Selama Operasi
Atau Antisipasi Kehilangan Darah
6 Review Tim anestesi Apakah Ada Hal Khusus Yang Perlu
Diperhatikan
7 Review Tim Perawat Apakah Peralatan Sudah Steril, Siap Dan Tidak
Ada Masalah
9 Hasil Pemeriksaan Penunjang/Imaging Telah Ditayangkan Dan
Diperiksa Oleh 2 Orang

Tanda tangan ( Dr Operator )

BAGIAN 3 ( Sebelum Keluar Kamar Operasi )

No SIGN OUT ( Sebelum Keluar Kamar Operasi ) Y T Ket


1 Perawat Melakukan Konfirmasi Secara Verbal Dengan Tim
- Nama Prosedur Tindakan Telah Dicatat
- Instrumen, Kasa Dan Jarum Telah Dihitung Dengan Bena &
Lengkap.
- Specimen Telah Diberi Label Termasuk Nama Pasien Dan
Asal Jaringan Specimen
- Adakah Masalah Dengan Peralatan Selama Operasi
2 Operator/ Dokter Bedah, Dokter Anestesi, Dan Perawat Melakukan
Review Masalah Utama Apa Yang Harus Diperhatikan Untuk
Penyembuhan Dan Manajemen Pasien Selanjutnya.

3 Apakah ada hal yang harus diperhatikan setelah operasi ?

Tanda tangan ( On loop ) :

D. Pedoman Cuci Tangan


Keringkan dengan handuk Gunakan handuk tersebut dan tangan Anda kini sudah
sekali pakai sampai benar- untuk menutup kran air aman
benar kering
E. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh di Ruang Perawatan

Gunakan handuk tersebut dan tangan Anda kini sudah


untuk menutup kran air aman
FORM PENILAIAN RISIKO PASIEN JATUH UNTUK DEWASA
(SKALA JATUH “MORSE”)
FORM PENILAIAN RISIKO PASIEN Nama Pasien :................................................................
JATUH No RM :................................................................
(SKALA JATUH “MORSE”) Tanggal Lahir :.................................................................

Penilaian Scoring 1 Scoring 2 Scoring 3 Scoring 4 Scoring 5


No Variabel
Tgl………… Tgl………… Tgl………… Tgl………… Tgl…………
Ya Tdk

1. Riwayat Jatuh 25 0

2. Diagnosa Sekunder 15 0
Alat Bantu :
 Tidak/bed
rest/bantuan perawat
0
3.  Tongkat
15
ketiak/tongkat tangan/
30
Walker
 Furnitur
4. IV atau IV Access 20 0
Gaya Berjalan :
 Normal /bed 0
5. rest/kursi roda 10
 Lemah 20
 Gangguan berjalan
Status Mental :
6.  Orientasi baik 0
 Disorientasi 15

TOTAL

KRITERIA PENILAIAN
25 Nilai 0, jika pasien tidak mempunyai riwayat jatuh.
Riwayat Jatuh
0 Nilai 25, jika pasien jatuh beberapa saat sebelum dirawat di Rumah Sakit.
15 Nilai 0, jika hanya satu diagnosa medis.
Diagnosa Sekunder 0 Nilai 15, jika terdapat lebih dari satu diagnosa medis yang tertulis pada catatan medik
pasien.
Alat Bantu : 0 Nilai 0, jika pasien berjalan tidak menggunakan alat bantu, menggunakan kursi roda, dan
 Tidak/bed rest/bantuan 15 jika pasien bed rest total tidak boleh beranjak dari tempat tidur.
perawat 30 Nilai 15, jika pasien menggunakan tongkat, walker.
 Tongkat ketiak/tongkat Nilai 30, jika mobilisasi pasien menggunakan furniture sebagai penyangga.
tangan/ Walker
 Furnitur
20 Nilai 0, jika tidak terpasang infus.
IV atau IV Access
0 Nilai 20, jika pasien terpasang infus.
Terdapat tiga tipe gaya berjalan yang dapat menunjukan adanya keterbatasan fisik :
0 Nilai 0, jika gaya berjalan normal, pasien berjalan
10 tanpa alat bantu.
Gaya Berjalan : 20 Nilai 10, jika gaya berjalan lemah, berpegangan pada
 Normal /bed rest/kursi furniture, langkahnya pendek
roda Nilai 20, jika gaya berjalan abnormal, pasien
 Lemah kesulitan bangun dari kursi, mencoba untuk bangun dengan cara memegang pegangan
 Gangguan berjalan kursi. Kepala pasien menunduk dan seolah – olah memperhatikan tanah. Karena
keseimbangannya buruk, pasien suka memegang furniture dengan kuat, bantuan orang lain
atau alat bantu jalan sangat dibutuhkan ketika berjalan dan tidak bisa berjalan tanpa
bantuan.
Status Mental :
Nilai 0, jika orientasi pasien baik.
 Orientasi baik 0
Nilai 15, jika pasien disorientasi.
 Disorientasi 15
F. FORM PENILAIAN RISIKO PASIEN JATUH UNTUK ANAK-ANAK (SKALA
JATUH “HUMPTY DUMPTY”)

Nama Pasien :.........................................................................


FORM PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK
No RM :.........................................................................
(SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY)
Tanggal Lahir :.........................................................................

Skoring 1 Skoring 2 Skoring 3 Skoring 4


Parameter Kriteria Nilai
Tgl............ Tgl............ Tgl............ Tgl............
< 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
Usia
7 – 13 tahun 2
>13 tahun 1
Laki – laki 2
Jenis kelamin
Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Gangguan Oksigenasi (Gangguan pernafasan, 3
Dehidrasi, Aanemia, Anoreksia, Sinkop, Sakit
Diagnosis
Kepala, dll)
Kelainan psikis 2
Diagnosis lain 1
Tidak memahami keterbatasan dirinya 3
Gangguan
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Kognitif
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi - anak 4

Pasien menggunakan alat bantu/ diletakan dalam 3


Faktor lingkungan tempat tidur bayi, ruangan sempit oleh furniture,
pencahayaan kurang
Pasien diletakan di tempat tidur 2
Pasien berada diluar ruang rawat inap 1
Respons terhadap Dalam 24 jam 3
operasi /obat Dalam 48 jam 2
penenang /efek > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / 1
anestesi sedasi / anestesi
Penggunaan 2 atau lebih obat meliputi: sedatif 3
(kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi
dan paralisis), obat hipnosis, barbiturat,
phenothiazines, antidepresan, laxatives/diuretics,
Penggunaan obat
narkose.
Penggunaan salah satu obat diatas. 2
Penggunaan medikasi selain diatas / tidak ada 1
medikasi.
TOTAL SKOR

Nama & paraf petugas yang melakukan penilaian


Skor 7 – 11 : risiko rendah untuk jatuh; Skor ≥ 12 : risiko tinggi untuk jatuh, pasien yang risiko tinggi dipasang gelang tangan warna kuning

PETUNJUK PENCEGAHAN JATUH PADA PASIEN ANAK


KETENTUAN UMUM UNTUK SEMUA PASIEN: PASIEN RISIKO JATUH TINGGI (≥ 12):
 Orientasi kamar perawatan kepada pasien/keluarga  Melakuan semua petunjuk dalam ketentuan umum
 Posisi tempat tidur rendah dan terkunci  Pasang Humpty Dumpty Sign pada pintu kamar bagian luar
 Terdapat bed side rail yang bisa dipasang  Pasang gelang tangan warna kuning
 Pastikan nurse call mudah diraih dan informasikan kepada pasien cara  Biarkan pintu kamar tetap terbuka kecuali jika pasien isolasi
menggunakannya  Pindahkan semua perlengkapan yang tidak dipakai ke luar ruangan
 Area ruang perawatan bebas dari perlengkapan yang tidak digunakan sehingga areal ruangan bebas dari hambatan
 Pencahayaan harus terang
 Beri penjelasan kepada pasien/keluarganya mengenai pencegahan jatuh
 Lakukan pemantauan pasien setiap satu jam
Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)
Keterangan :
 Skor 7 – 11 : risiko rendah
 Skor ≥ 12 : risiko tinggi

DITETAPKAN DI : TANGERANG SELATAN


PADA TANGGAL : 02 JANUARI 2018
DIREKTUR
Rumah Sakit Khusus Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala Leher proklamasi Bumi Serpong Damai

Dr. Lola Yucola, Sp.THT-KL, M.Kes.

Anda mungkin juga menyukai