TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI
(KKPRS PERSI) dan dari Joint Commission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara
intrinsik adalah untuk memberikan 6 pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang
menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai
berikut.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
a. Sebagai pedoman dalam melaksanakan 6 sasaran keselamatan pasien di RS
Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
b. Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien
secara keseluruhan di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai dasar rujukan dalam membuat Standar Prosedur Operasional (SPO)
mengenai 6 Sasaran Keselamatan Pasien.
D. Batasan Operasional
1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
2. Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien tapi
tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang menyebabkan kematian atau cedera yang
serius.
8. Pemasangan gelang identitas pasien adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi
pasien agar tepat dalam mengidentifikasi pasien agar tidak adanya kesalahan atau
bebas dari cedera karena kecelakaan, dengan melakukan dua kali pengecekan, agar
tidak terjadi kesalahan karena keliru pasien pada semua aspek dan tahapan diagnosis
dan pengobatan.
9. Komunikasi lisan/lewat telepon adalah perintah/program/rencana dokter yang
disampaikan secara lisan atau melalui telepon pada saat pelaporan pasien dari
Perawat ke Dokter, perintah lisan dan telepon, pelaporan dan penerimaan informasi
hasil-hasil pemeriksaan, pasien yang perlu perhatian khusus, serta dalam menerima
perintah yang akan dilakukan
10. Tehnik SBAR adalah standar komunikasi petugas dalam melaporkan yang dapat
meningkatkan keselamatan pasien, dan dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi.
11. Mencuci tangan adalah suatu tindakan untuk membersihkan kotoran dan
mikroorganisme transient maupun flora resisten dari tangan, menggunakan
antiseptik dibawah air mengalir dengan cara tertentu.
12. Hand wash adalah prosedur mencuci tangan dengan menggunakan cairan
desinfektan/sabun dan air mengalir.
13. Hand Rub adalah prosedur mencuci tangan dengan cairan desinfektan beralkohol.
14. Pasien jatuh adalah suatu peristiwa atau kejadian yang menyebabkan pasien jatuh
baik dari tempat tidur, kamar mandi, ataupun yang lainnya di area Rumah Sakit saat
dirawat.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011, tentang Keselamatan Pasien
BAB II
TATA LAKSANA
2. Pemasangan gelang identitas pasien dan pemberian print out identitas pasien
dilaksanakan di area sbb :
a. Pasien yang akan masuk Rawat Inap dari Poliklinik,
b. Pemasangan gelang diutamakan di tangan kanan.
Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur
untuk perintah lisan dan telpon. Kebijakan dan / atau prosedur juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
Penerapan Komunikasi efektif antar para pemberi layanan, pada saat perintah diberikan
secara lisan atau melalui telepon atau pada saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, yaitu :
a. Mencatat perintah secara lengkap di status pasien yaitu tanggal, jam, menit,
perintahnya dan siapkan catatan untuk validasi serta nama pemberi dan penerima
perintah, dan untuk hasil pemeriksaan penunjang dicatat di lembar catatan perawat
dan catatan klinik oleh penerima perintah serta nama pemberi dan penerima perintah
dicatat.
b. Penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan yang sudah dituliskan dengan cara dibaca ulang. Khusus obat High
Alert dieja sesuai standar yang berlaku di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi
BSD.
c. Mengkonfirmasi (reconform) kepada dokter pemberi perintah untuk
melakukan validasi.
d. Diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU
serta ruang perawatan dalam situasi emergency.
e. Standar Komunikasi menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recomendation) dan dapat dilanjutkan dengan Question and Answer
(tanya jawab). Tehnik SBAR dapat digunakan pada komunikasi lisan, saat operan
(Hand – Off), pelaporan pasien dari Perawat ke Dokter, perintah lisan dan telepon,
pelaporan dan penerimaan informasi hasil-hasil pemeriksaan, pasien yang perlu
perhatian khusus, serta dalam menerima perintah yang akan dilakukan.
Teknik SBAR meliputi :
S : Situation
- Individu yang terlibat dalam komunikasi memperkenalkan diri, peran, tugas
dan profesi (nama perawat, dari ruang mana).
- Informasikan nama pasien dan alasan melapor.
B : Background
- Informasikan alasan/diagnosa pasien saat masuk RS dan tanggal masuk RS.
- Informasikan riwayat medis pasien yang penting.
- Informasikan riwayat pengobatan yang sudah dilakukan, meliputi obat –
obatan yang sedang digunakan saat ini, hasil laboratorium dan hasil
pemeriksaan lain terkait.
A : Assesment
- Hasil pengkajian pasien terkini/penilaian situasi saat ini
(Tanda-tanda Vital, terpasang oksigen atau tidak, status mental)
- Semua perubahan yang terjadi berdasarkan hasil pemeriksaan.
R : Recomendation
- Rekomendasikan intervensi yang perlu dilakukan selanjutnya, misalnya:
o Apakah pasien perlu dipindahkan ke ICU ?
o Mohon dokter datang segera melihat pasien.
o Mohon dokter menjelaskan kepada pasien / keluarganya mengenai kondisi
pasien saat ini.
o Apakah perlu dikonsulkan ke dokter spesialis lain ?
Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi
atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan
obat-obatan yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit
pelayanan pasien ke farmasi.
Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur
untuk membuat daftar obat-obat yang perlu di waspadai berdasarkan data yang ada di
rumah sakit. Meningkatkan proses pengelolaan obat yang perlu diwaspadai, seperti obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (NORUM / Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound Alike ) dan cairan elektrolit konsentrat
(High Alert). Obat –obatan yang perlu diwaspadai (High–Alert Medication) di Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi
kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), elektrolit konsentrat, obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome), dan
obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/LASA).
Penerapan peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengamanan proses pengelolaan obat yang perlu diwaspadai.
2. Tersedia daftar obat - obat yang perlu diwaspadai sesuai dengan obat-obatan yang ada
di Rumah Sakit.
3. Unit pelayanan pasien yang dibolehkan menyimpan elektrolit konsentrat yaitu : UGD,
HCU dan OK
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di Unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas.Untuk obat elektrolit konsentrat disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted) yaitu pada lemari khusus terkunci dan harus ada perawat penanggung
jawab.
5. Perawat yang akan memberikan obat-obat yang perlu diwaspadai harus mendapatkan
sosialisasi.
Petugas farmasi menyiapkan Obat High Allert dan menempelkan barcode pasien pada
Obat High Allert tersebut.
Petugas ruangan membuatkan resep dokter sesuai Formulir Permintaan Obat High Allert,
dan menyerahkan resep tersebut kepada pihak Farmasi.
Penandaan lokasi perlu melibatkan pasien dan keluarga serta dilakukan pada tanda yang
mudah dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus
dibuat oleh operator / orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan pada saat
pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus, dan penandaan menggunakan
tanda checklist (√) pada organ yang akan dioperasi. Tetapi Pada Operasi pada organ
tubuh yang tidak bisa di beri tanda secara langsung :
a. Operasi mata diberi tanda pada Formulir pengkajian mata.
b. Operasi gigi dan tulang belakang penandaan operasi di lakukan pada foto X-Ray.
c. Operasi Wajah, leher, mukosa, bayi prematur, daerah perinium, organ tunggal
(Operasi jantung, operasi Caesar) di berikan tanda pada formulir pengkajian medis.
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
1. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang
3. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan / atau implant yang
dibutuhkan.
Tahap sebelum insisi (Time Out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time out dilakukan ditempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan / atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Penyelenggaraan 6 (enam) langkah dan five moments Cuci Tangan di RS Khusus THT-
Bedah KL Proklamasi BSD. meliputi sebelum kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan, setelah melakukan tindakan, terkontaminasi cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan lingkungan disekeliling pasien.
Penyelenggaraan 6 (enam) langkah five moment, wajib dilakukan oleh setiap tenaga
Medis, Paramedis dan petugas lain yang berhubungan dengan pelayanan pasien di RS
Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
Perawat melakukan assessment pasien jatuh pada pasien dan mengisi Form Penilaian
Risiko Pasien Jatuh, serta menyimpan pada Status Rekam Medis pasien tersebut,
penilaian ulang harus dilakukan bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, pasien dipindahkan ke ruangan lain, atau jika pasien tersebut jatuh. Untuk
pasien dewasa acuan asesmen dan reasesmen terhadap risiko pasien jatuh menggunakan
skala jatuh MORSE. Untuk pasien anak – anak (Pediatri) acuan asesmen dan reasesmen
terhadap risiko pasien jatuh menggunakan skala jatuh HUMPTY DUMPTY. Jika hasil
assessment terdapat resiko jatuh tinggi maka perawat memasang gelang tangan warna
KUNING pada pasien tersebut.
Upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh perawat terhadap pasien yang terdapat
resiko jatuh adalah :
1. Informasikan kepada pasien mengenai :
a. Lokasi toilet / kamar mandi
b. Nurse call harus mudah dijangkau dan pasien dapat menggunakannya
c. Perintahkan pasien untuk memanggil petugas ketika membutuhkan sebelum
meninggalkan tempat tidur.
d. Jika pasien belum bisa menerima informasi, lakukan kemudian sambil proses
pengobatan berjalan.
2. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga mengenai rencana
perawatan untuk mencegah pasien jatuh
3. Informasikan status risiko pasien jatuh setiap pergantian shift.
4. Untuk pasien dengan risiko jatuh tinggi lakukan monitoring pasien setiap 2 jam dan
lakukan perubahan posisi jika diperlukan, tanyakan jika perlu ke toilet atau perlu
minum, dan pastikan pasien dalam keadaan hangat dan kering.
5. Urinal / pispot harus diletakan pada tempat yang mudah dijangkau pasien.
6. Lakukan evaluasi terhadap obat yang dapat memberikan efek samping terhadap
kesadaran.
7. Pertimbangkan efek obat terhadap tingkat kesadaran, pola jalan dan pola eliminasi
pada saat membuat rencana perawatan pasien.
8. Pasang bed side rails dan pastikan roda terkunci, khusus pasien yang risiko jatuh
tinggi tempat tidur posisinya lebih rendah.
9. Tempatkan meja nakas disamping tempat tidur sehingga memudahkan pasien untuk
mengambil barang miliknya.
10. Pastikan jalan menuju kamar mandi bebas dari halangan dan pencahayaannya terang.
11. Pastikan lantai dan alas kaki yang dipakai pasien tidak licin
12. Tidak meninggalkan pasien di area diagnostik atau terapi tanpa pengawasan.
13. Untuk pasien dengan ririko jatuh tinggi jika memungkinkan pertimbangkan untuk
menempatkan pasien dekat dengan nurse statation untuk dilakukan observasi ketat,
terutama dalam 24 – 48 jam pertama sejak pasien masuk.
14. Tempatkan alat bantu jalan seperti walkers/tongkat dalam jangkauan pasien dan jika
diperlukan sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien.
15. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat tidur, posisi bedside rail
dalam keadaan terpasang.
BAB III
LOGISTIK
Dalam rangka pengendalian mutu dan untuk memastikan pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan
Pasien, maka dilakukan evaluasi pelaksanaan semua sasaran di area pelayanan. Pelaksanaan
evaluasi dilakukan dengan cara :
A. Ronde ke lapangan dilakukan oleh Komite Mutu dan Komite Keperawatan.
B. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data terkait pelaksanaan 6 Sasaran
Keselamatan Pasien.
C. Memeberikan hasil evaluasi dan rekomendasi kepada seluruh ruang perawatan.
BAB V
DOKUMENTASI
SIGN IN
No Y T Ket
( Sebelum Induksi Anastesi )
1 Apakah Sudah Dilakukan Konfirmasi Identitas Pasien (2 id) Dengan
Gelang Pasien ?
2 Apakah Informed Concent Tindakan Operasi Sudah Lengkap ?
3 Apakah Informed Concent Tindakan Anestesi Sudah Lengkap ?
4 Apakah Ada Riwayat Alergi ?
5 Apakah Area Operasi Sudah Diberi Tanda ?
6 Apakah Obat – Obat Anestesi, Mesin Anestesi Dan Kelengkapannya
Telah Diperiksa Dan Siap Pakai ?
7 Apakah Pulse Oxymeter Telah Dipasang Dan Berfungsi Baik ?
8 Apakah Ada Kesulitan Bernafas/Resiko Aspirasi ?
Apakah Menggunakan Peralatan/Bantuan ?
9 Apakah Ada Risiko Perdarahan ≥ 500 cc Untuk Dewasa Dan 7
cc/kgBB Pada Anak ?
10 Adakah Akses Intravena/Akses Central ?
TIME OUT
No Y T Ket
( Sebelum insisi kulit )
1 Konfirmasi Seluruh Tim Telah Menyebutkan Nama Dan Perannya
Masing-Masing
2 Dokter Bedah, Dokter Anestesi Dan Perawat Melakukan Secara
Verbal:
- Nama pasien
- Prosedur operasi
- Area operasi
3 Apakah Antibiotik Profilaksis Telah Di Berikan…. Menit Sebelum
Operasi, Nama Antibiotik……………..Dosis…….
5 Review Dokter Bedah Langkah Apa Yang Akan Dilakukan Pada
Kondisi Kritis Atau Kejadian Yang Tidak Diharapkan Selama Operasi
Atau Antisipasi Kehilangan Darah
6 Review Tim anestesi Apakah Ada Hal Khusus Yang Perlu
Diperhatikan
7 Review Tim Perawat Apakah Peralatan Sudah Steril, Siap Dan Tidak
Ada Masalah
9 Hasil Pemeriksaan Penunjang/Imaging Telah Ditayangkan Dan
Diperiksa Oleh 2 Orang
1. Riwayat Jatuh 25 0
2. Diagnosa Sekunder 15 0
Alat Bantu :
Tidak/bed
rest/bantuan perawat
0
3. Tongkat
15
ketiak/tongkat tangan/
30
Walker
Furnitur
4. IV atau IV Access 20 0
Gaya Berjalan :
Normal /bed 0
5. rest/kursi roda 10
Lemah 20
Gangguan berjalan
Status Mental :
6. Orientasi baik 0
Disorientasi 15
TOTAL
KRITERIA PENILAIAN
25 Nilai 0, jika pasien tidak mempunyai riwayat jatuh.
Riwayat Jatuh
0 Nilai 25, jika pasien jatuh beberapa saat sebelum dirawat di Rumah Sakit.
15 Nilai 0, jika hanya satu diagnosa medis.
Diagnosa Sekunder 0 Nilai 15, jika terdapat lebih dari satu diagnosa medis yang tertulis pada catatan medik
pasien.
Alat Bantu : 0 Nilai 0, jika pasien berjalan tidak menggunakan alat bantu, menggunakan kursi roda, dan
Tidak/bed rest/bantuan 15 jika pasien bed rest total tidak boleh beranjak dari tempat tidur.
perawat 30 Nilai 15, jika pasien menggunakan tongkat, walker.
Tongkat ketiak/tongkat Nilai 30, jika mobilisasi pasien menggunakan furniture sebagai penyangga.
tangan/ Walker
Furnitur
20 Nilai 0, jika tidak terpasang infus.
IV atau IV Access
0 Nilai 20, jika pasien terpasang infus.
Terdapat tiga tipe gaya berjalan yang dapat menunjukan adanya keterbatasan fisik :
0 Nilai 0, jika gaya berjalan normal, pasien berjalan
10 tanpa alat bantu.
Gaya Berjalan : 20 Nilai 10, jika gaya berjalan lemah, berpegangan pada
Normal /bed rest/kursi furniture, langkahnya pendek
roda Nilai 20, jika gaya berjalan abnormal, pasien
Lemah kesulitan bangun dari kursi, mencoba untuk bangun dengan cara memegang pegangan
Gangguan berjalan kursi. Kepala pasien menunduk dan seolah – olah memperhatikan tanah. Karena
keseimbangannya buruk, pasien suka memegang furniture dengan kuat, bantuan orang lain
atau alat bantu jalan sangat dibutuhkan ketika berjalan dan tidak bisa berjalan tanpa
bantuan.
Status Mental :
Nilai 0, jika orientasi pasien baik.
Orientasi baik 0
Nilai 15, jika pasien disorientasi.
Disorientasi 15
F. FORM PENILAIAN RISIKO PASIEN JATUH UNTUK ANAK-ANAK (SKALA
JATUH “HUMPTY DUMPTY”)