Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KELOMPOK 3

MAKALAH TUTORIAL KEP 2A

SKENARIO 4

PENYUSUN :

Darma putra mantali : 751440121011


Fikri haykal ruchban : 751440121014
Satrio saputra kadir : 751440121035
Mutiara daud : 751440121023
Nizma malik : 751440121024
Nur aziza lanjahi : 751440121025
Nur hamnawati saleh : 751440121026
Nur intan hasan : 751440121027
Sri delawanti Rahim : 751440121038
Sri israwati humonggio : 751440121039
Sri santika laingo : 751440121040

FASILITATOR :

Fakhriatul Falah S.Kep Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

2022
Bab 1

Pendaluan

A. Penulisan kasus (skenario)

Ny. N 39 Tahun datang ke IGD dengan rujukan Poli Penyakit dalam. Pasien mengatakan
badan terasa lemas, pusing, buang air besar cair sudah 5 kali dan suka terbangun untuk buang
air kecil, terutama di malam hari. dari pengkajian terlihat turgor kulit jelek, pasien tidak
patuh minum obat. Dari pengkajian tekanan darah 130/70 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 22
x/menit, Suhu 36,2 C, Hasil Lab GDS 529 mg/dl, Hb 12,7 g/dl, Eritrosit 3,79 Juta/mcl,
Leukosit 14.600/mm3

B. Daftar kata sulit


 Turgor kulit
 Lab GDS
 Eritrosit
 leukosit
C. Daftar perntayaan
1. Mengapa pasien mengalami turgor kulit jelek?
2. Mengapa pasien merasa lemas?
3. Mengapa gula darah pasien tinngi?
4. Mengapa pasien tidak minum obat secara teratur?
5. Apa yang menyebabkan leukosit pasien tinggi?
6. Apa yang menyebabkan konsentrasi feses cair?
BAB 2
HASIL
A. Klasifikasi Istilah
1. Turgor kulit : Turgor kulit merupakan tekanan yang mendorong membran sel
terhadap dinding sel yang menyebabkan turgiditas sel dan disebabkan oleh
timbulnya aliran osmosis air dan bagian dengan konsentrasi terlarut rendah
(hipotonik) diluar sel kedalam sel yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Penurunan
turgor kulit akan berakibat berkurangnya elastisitas kulit. Salah satu intervensi yang
dapat meningkatkan turgor kulit wajah adalah teknik iontophoresis dengan ser-C.
2. Lab GDS : tes gula darah sewaktu
3. Eritrosit : Eritrosit atau sel darah merah berfungsi membawa oksigen dari paru-paru
ke seluruh jaringan tubuh. Sel darah ini mengandung hemoglobin dan diproduksi di
sumsum tulang. Ketika jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu banyak atau
terlalu sedikit, itu bisa menjadi tanda gangguan kesehatan.
4. Leukosit : Leukosit adalah nama lain dari sel darah putih, yang merupakan sel-sel
dalam darah yang membantu tubuh melawan infeksi dan beberapa penyakit. Ketika
jumlah sel darah putih dalam darah lebih tinggi dari biasanya, maka kondisi ini
disebut leukositosis.

B. Jawaban Pertanyaan/Hipotesis
1. Pertanyaan dari kasus
2. LO (Learning Objective)
a. Definisi DM

Diabetes Melitus adalah Penyakit kronis progresif yang ditandai dengan


ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi),(Black &
Hawks, 2014). Menurut Hurst (2016), Diabetes Melitus adalah gangguan
metabolisme karbohidrat ketika suplai insulin tidak ada, tidak cukup, atau tidak
efektif karena resistensi insulin.
Sedangkan menurut International Diabetes Federation (IDF) 2017, Diabetes
Melitus adalah penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak lagi mampu
memproduksi insulin, atau saat tubuh tidak dapat lagi memanfaatkan insulin yang
dihasilkan dengan baik. Dari beberapa pengertian yang tertuang diatas dapat
disimpulkan, bahwa definisi Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau akibat kerja insulin
yang tidak adekuat yang ditandai dengan glukosa dalam darah melebihi batas
normal.

Diabetes melitus atau penyakit kencing manis merupakan penyakit menahun yang
dapat diderita seumur hidup (Sihotang, 2017).

Diabetes Melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA) adalah


suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik
pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi beberapa
organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah

b. Etiologi
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja insulin,
abnormalitas metabolik yang menganggu sekresi insulin, abnormalitas
mitokondria, dan sekelompok kondisi lain yang menganggu toleransi glukosa.
Diabetes mellitus dapat muncul akibat penyakit eksokrin pankreas ketika terjadi
kerusakan pada mayoritas islet dari pankreas. Hormon yang bekerja sebagai
antagonis insulin juga dapat menyebabkan diabetes (Putra, 2015). Resistensi
insulin pada otot adalah kelainan yang paling awal terdeteksi dari diabetes tipe 1
(Taylor, 2013). Adapun penyebab dari resistensi insulin yaitu:
obesitas/kelebihan berat badan, glukortikoid berlebih (sindrom cushing atau terapi
steroid), hormon pertumbuhan berlebih (akromegali), kehamilan, diabetes
gestasional, penyakit ovarium polikistik, lipodistrofi (didapat atau genetik, terkait
dengan akumulasi lipid di hati), autoantibodi pada reseptor insulin, mutasi
reseptor insulin, mutasi reseptor aktivator proliferator peroksisom (PPAR γ),
mutasi yang menyebabkan obesitas genetik (misalnya: mutasi reseptor
melanokortin), dan hemochromatosis (penyakit keturunan yang menyebabkan
akumulasi besi jaringan) (Ozougwu et al., 2013).

Tabel 1. Klasifikasi etiologi DM

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus


ke defisiensi insulin absolute
 Autoimun
 Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi mulai dari yang dominan
resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai defek insulin
diserta resistensi insulin
Tipe lain  Defek genetik fungsi sel beta
 Defek genetik kerja insulin:
resistensi insulin tipe A,
leprechaunisme, sindrom
rabson Mendenhall.
 Penyakit eksokrin pancreas:
pancreatitis,trauma/pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik
 Endokrinopati: akromegali, sindrom
cushing, feokromositoma
 Obat atau zat kimia: vacor,
pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormone
tiroid, diazoxid, tiazid
 Infeksi: rubella congenital
 Imunologi (jarang): sindrom
stiff-man, anti bodi anti
reseptor insulin
 Sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM

c. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah
satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
a) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel–sel tubuh yangmengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah.
b) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
denganendapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Defisiensi insulin membuat seseorang tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia berat yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa
darah sebesar 160–180mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus–tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria akan
mengakibatkan diuresis
osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,
dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Adanya glukosa yang keluar bersama urine akan menyebabkan pasien
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan
karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer, Hal
ini akan memudahkan terjadinya gangren.

d. Manifestasi klinis
Menurut Waspadji (2003) dari sudut pasien DM sendiri, hal NOOTOR yang
paling sering menyebabkan pasien datang berobat kedokter dan kemudian di
diagnosis sebagai DM ialah keluhan :
1) Kelainan Kulit : gatal, bisul-bisul
2) Kelainan ginekologi : keputihan
3) Kesemutan, rasa baal nagava
4) Kelemahan tubuh
5) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
6) Infeksi saluran kemih
Berbagai penyelidikan yang diperoleh, sering terdapat keluhan yang berbeda-
beda. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah genital, ataupun
daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang
lama tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka
lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Pada wanita, keputihan
merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter
ahli kebidanan dan sesudah diperiksa lebih lanjut ternyata DM yang menjadi latar
belakang keluhan tersebut. kabur yang diselingi Rasa baal dan kesemutan akibat
sudah terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan
lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki terkadang keluhan
impotensi menyebabkan ia datang berobat ke dokter. Keluhan lain yang mungkin
menyebabkan pasien datang berobat ke dokter ialah keluhan mata kabur yang
disebabkan katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada
lensa yang disebabkan hiperglikemia. Keluhan kabur tersebut mungkin pula
disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokuler akibat kelumpuhan
sementara bola mata dapat pula merupakan salah satu sebab pasien berobat ke
doktermata (Waspadji, 2003).
e. Tes Diagnostik

Diagnostik DM didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah
yang dianjurkan dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena (Askandar, 2003;
Darmono, 2003). Kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS) dan Glukosa Darah Puasa (GDP)
sebagai patokan penyaring dan diagnostik DM (mg/dl).

Bukan DM Belum pasti DM DM


GDS Plasma Vena <110 110-199 ≥200
Darah Kapiler <90 90-199 ≥200
GDP Plasma Vena <110 110-125 ≥126
Darah Kapiler <90 90-109 ≥110

Keterangan : GDS : Glukosa Darah Sewaktu

GDP : Glukosa Darah Puasa

Kelompok resiko tinggi DM:

1) Kelompok usia dewasa tua ( ≥ 45th )

2) Punya riwayat keluarga penderita DM

3) Obesitas {Berat Badan(BB)(kg) ≥ 120% BB ideal (tinggi badan (cm) – 100 ) – 10%}

4) Riwayat DM pada kehamilan

5) Riwayat melahirkan bayi ≥ 4000 gr

6) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

7) Dislipidemia (kadar HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserid > 250 mg/dl)

8) Pernah mengalami Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)


Kriteria diagnostik DM :

1) Kadar GDS (plasma vena) ≥ 200 mg/dl atau

2) Glukosa Darah Puasa (GDP) (plasma vena) ≥ 126 mg/dl (puasa berarti tidak ada masukan
kalori sejak 10 jam terakhir ) atau

sssss3) Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gr pada Test
Tolerance Glucosa Oral. (Suyono, 2006)

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita


DM. Periode penatalaksanaan DM yaitu:

a) Jangka pendek, pada masa ini penatalaksanaan bertujuan untuk menghilangkan keluhan dan
tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

b) angka panjang, bertujuan untuk mencegah dan menghambat progresivitas penyulit


mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas DM. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan dan lipid profile, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan
mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku

Pilar penatalaksanaan DM ada 4 yaitu:

1) Edukasi, edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai kesehatan
yang optimal, penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan pasien diabetes.

2) Terapi gizi medis, keberhasilan terapi gizi medis (TGM) dapat dicapai dengan melibatkan
seluruh tim (dokter, ahli gizi, perawat, serta pasien itu sendiri). Setiap pasien DM harus
mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya untuk mencapai sasaran terapi. Pasien DM perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal, jenis dan jumlah makanan, terutama
pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan
adalah makanan dengan komposisi seimbang baik karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan
kecukupan gizi: Karbohidrat: 60- 70%, protein: 10-15%, lemak: 20-25%. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk
mempertahankan berat badan idaman.

a) Latihan jasmani, kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, memperbaiki sensitifitas insulin sehingga dapat
mengendalikan kadar glukosa darah. Latihan yang dianjurkan adalah latihan yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan sebaiknya dilakukan
sesuai umur dam status kesegaran jasmani. Pada individu yang relative sehat, intensitas latihan
dapat ditingkatkan, sedangkan yang sudah mengalami komplikasi DM latihan dapat dikurangi.

b) Intervensi farmakologis, intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah


belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.

Pengelolaan diabetes secara farmakologis dapat berupa pemberian:

1) Obat hipoglikemik oral (OHO), berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi atas 4 golongan yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin: sulfonilurea dan glinid,

b) Penambah sensitivitas terhadap insulin: biguanid, tiazolidindion,

c) Penghambat glukoneogenesi: Metformin,

d) Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa. 2

2) Insulin, pemberian insulin lebih dini akan menunujukkan hasil klinis yang lebih baik, terutama
masalah glukotosisitas. Hal ini menunjukkan hasil perbaikkan fungsi sel beta pankreas.Terapi
insulin dapat mencegah kerusakan endetol, menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian
apoptosis serta memperbaiki profil lipid. Insulin diperlukan pada keadaan:

a) Penurunan berat badan yang cepat,

b) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis,

c) Ketoasidosis diabetik,

d) Hiperglikemia dengan asidosis laktat,


e) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal,

f) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, infark miokardial),

g) Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan,

h) Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat,

i) Kontraindikasi dan ataua alergi OHO

A. Kasus Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018 Jam : 08.30 WIB Tempat : Ruang Kirana RS Tk. III
Dr. Soetarto Yogyakarta Oleh :Muji Raharjo Sumber data : Pasien, keluarga pasien, dan status
rekam medis pasien Metode : Wawancara, observasi, dan studi dokumen
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
 Nama Pasien : Ny. N
 Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Desember 1960
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Status Perkawinan : Kawin
 Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
 Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta
 Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus 51
 No.RM : 009973
 Tanggal Masuk RS : 29 Juni 2018
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
 Nama : Bp. R
 Umur : 69 tahun
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Buruh
 Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta
 Hubungan dengan pasien: Suami
 Status perkawinan : Nikah
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air
besar cair 5 kali
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
 Alasan masuk RS :pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing, buang air besar cair
sudah 5 kali, pasien mempunyai riwayat DM 3 tahun yang lalu.
 Riwayat kesehatan pasien : pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing sejak 3 hari
yang lalu, buang air besar cair 5 kali dalam sehari. Pada tanggal 29 Juni 2019 pasien
berobat di Poli Dalam di RS Dr. Soetarto Yogyakarta kemudian pasien menjalani rawat
inap di bangsal Kirana. 52

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

 Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien berobat rutin di
Puskesmas, mendapatkan terapi metformin dan glimipirid Anak pasien mengatakan
terkadang pasien lupa meminum obat rutinnya
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit DM seperti pasien.

3. Kesehatan Fungsional

a. Aspek Fisik-Biologis

1) Nutrisi

a) Sebelum sakit Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi pasien
berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-2000cc)
berupa air putih.Pasien selalu minum teh manis setiap hari.
b) Selama sakit Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis setengah porsi. Makanan
yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk. Kemudian pasien minum 8-10 gelas
perhari(1500-2000cc) berupa air putih.
2) Pola Eliminasi

a) Sebelum sakit 54 BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses lunak
berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil lancar kurang lebih sebanyak 5-6 kali.
b) Selama sakit Selama dirumah sakit pasien buang air besar cair 5 kali dalamsehari sekali.
Terdapat ampas. Warna kuning bau khas feses. Untuk buang air kecil pasien lancarr
sehari 5-6 kali sehari. Urine berwarna kuning jernih.

3) Pola Aktivitas

a) Sebelum sakit
 Keadaan aktivitas sehari-hari Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/ BAK dan
berpakaian pasien melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu
 Keadaan pernafasan Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur.
 Keadaan kardiovaskuler Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung.
b) Selama sakit
o Keadaan aktivitas sehari-hari Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/ BAK dan
berpakaian pasien dibantu oleh anaknya.
o Keadaan pernafasan Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur.
o Keadaan kardiovaskuler Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah
melakukan aktivitas.
o SkalaKetergantungan

4) Kebutuhan Istirahat-tidur

a) Sebelum sakit Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien tercukupi, pasien biasanya
dalam sehari tidur 6-8 jam.
b) Selama sakit Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola tidurnya di
rumah sakit. Selama di Rumah Sakit pasien lebih banyak waktunya untuk istirahat.

b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan Pasien mengatakan apabila sakit pasien
dan keluarga berobat di puskesmas terdekat. Pasien belum mengerti tentang pengobatan rutin
tentang penyakitnya.

2) Pola hubungan Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami

3) Koping atau toleransi stres Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan
oleh pihak keluarga, terutama suami pasien dan pasien.

4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

 Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar penuh)


 Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancar
 Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
 Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
 Pengetahuan pasien terhadap penyakit : Pasien mengatakan paham mengenai penyakit
yang dideritanya.
 Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang disarankan oleh keluarganya.

5) Konsep diri

 Gambaran diri Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu dalam menjalankan
aktivitas karena merasa lemas.
 Harga diri Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan terhadap hidupnya
 Peran diri Pasienmengakui perannya sebagai seorang ibu rumah tangga, pasien
mengatakan bahwaingin segera sembuh dan berkumpul dengan keluarga.
 Ideal diri Pasien lebih menurut pada keluarganya
 Identitas diri Pasien mengenali siapa dirinya

6) Seksual Pasientidak memikirkan kebutuhan seksualnya

7) Nilai Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien memahami hal-hal
yang baik dan yang benar

c. Aspek Lingkungan Fisik Rumah pasien berada di pedesaan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum

1) Kesadaran : Composmentis 2) Status Gizi : TB = 155cm BB = 60 kg IMT = 24,97 kg/m2 3)


Tanda Vital TD = 100/70 mmHg Nadi = 88 x/menit Suhu = 36,2 oC RR = 22 x/menit (6) Skala
Nyeri Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)

1) Kulit Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut merata.
Turgor kulit baik.

2) Kepala

i. Rambut : Rambut lurus, rambut hitam terdapat uban, dan berambut tebal.Rambut tertata
rapi.
ii. Mata : Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal, reflek pupil baik, sklera baik
iii. Hidung : Normal dan simetris tidak terdapat lesi.
iv. Telinga : Kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan cairan
v. Mulut : Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih kekuningan, mukosa
bibir lembab, tidak berbau mulut

3) Leher Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)

4) Tengkuk Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.

5) Thorax

a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit merata


b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris
c) Perkusi : suara sono
d) Auskultasi : suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler

6) Kardivaskuler

a) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut merata
b) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari midklavikularis kiri.
c) Perkusi : Suara redup
d) Auskultasi : Suara S1 dan S2 7) Punggung Bentuk punggung simetris, tidak terdapat
luka, kulit berwarna sawo matang.

8) Abdomen Inspeksi

a) Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak terdapat bekas luka.
Auskultasi
b) Peristaltik usus 38 kali permenit, terdengar jelas Perkusi
c) Terdengar hasil ketukan ―tympani di semua kuadran abdomen Palpasi
d) Tidak ada nyeri tekan,, tidak terdapat edema, tidak terdapat massa dan benjolan
yang abnormal

9) Panggul Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata kecoklatan, tidak terdapat lesi,
pertumbuhan rambut tipis merata

10) Anus dan rectum Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan. Warna merah tua.

11) Genetalia

a) Pada Perempuan Genetalia pasien normal, tidak ada luka.

12) Ekstremitas

a) Atas : Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa. Kekuatan otot 5. Tangan kiri
terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm.
b) Bawah : Kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi kelemahan, anggota gerak
lengkap, tidak terdapat edema,kekuatan otot

5. Kuku pada jari kaki terlihat bersih

II. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Ds : - Pasien mengatakan Badan terasa lemas Ketidakstabilan Kadar
badan terasa lemas Glukosa Darah
- Pasien mengatakan
Kepala pusing
pusing
- Pasien mengatakn suka
Sering buang air kcil di malam
terbangun untuk buang hari
air kecil, terutama di
malam hari
Do : - kulit pasien terlihat Hiperglikemia

turgor (kulit jelek)


Ketidakstabilan kadar glukosa
- Terlihat pasien tidak
darah
patuh dalam minum
obat
- TTV
TD : 130/70 mmHg
N : 88x/ menit
RR : 22x/menit
S : 36,2 C
- Hasil Lab GDS 529
mg/dl
- HB : 12,7 g/dl
- Eritrosit : 3,79
Juta/mcl
- Leukosit : 14.600/mm

d.) Diagnos Keperawatan

Ketidakseimbangan kadar glukosa darah B.D Hiperglikemia


D.D Pasien mengatakan badan terasa lemas Pasien mengatakan pusing Pasien mengatakn suka
terbangun untuk buang air kecil, terutama di malam hari

e.) Intervensi Keperawatan

Diagnosa (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


Ketidakseimbangan kadar Setelah dilakukan intervensi Observasi
glukosa darah keperawatan selama 3x24 jam. - Periksa tanda dan
Maka Kadar Glukosa Darah gejala hipervolemia
membaik dengan kriteria (mis. ortopnea,
hasil : dispnea, edema,
1. JVP/CVP meningkat,
refleks hepatojugular
positif, suara napas
tambahan)
- Identifikasi penyebab
hipervolemia
- Monitor status
hemodinamik (mis.
frekuensi jantung,
tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP,
CO, CI), jika tersedia
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor tanda
hemokonsentrasi (mis.
kadar natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis
urine)
- Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik plasma (mis.
kadar protein dan
albumin meningkat)
- Monitor kecepatan
infus secara ketat
- Monitor efek samping
diuretik (mis. hipotensi
ortortostatik,
hipovolemia,
hipokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik
- Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
- Batasi asupan cairan
dan garam
- Tinggikan kepala
tempat tidur 30-40
Edukasi
- Anjurkan melapor
jika haluaran urin <0,5
mLkg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor
jika BB bertambah>1
kg dalam sehari
- Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
- Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik
- Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretik
- Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT), jika perlu.

g. Diagram Pathway

usia Factor imunologi Genetic Obesitas

Penurunan Respon autoimun Individu yang memiliki Peningkatan beban


fisiologis abnormal antigen hHLA metabolisme glukosa

Reaksi
autoimun

Dibetes melitus

Sel b prankreas hancur/menurun


BAB 3
BAGAN/SKEMA/KONSEP SOLUSI

Keluhan Klinis
Diabetes

Keluhan Klasik (+) Keluhan Klasik (-)

Glukosa darah Glukosa darah Glukosa darah 110 - < 126 < 110
> 126 atau < 126 atau > 126 atau < 126
Glukosa darah Glukosa darah Glukosa darah
110 - 199
sewaktu > 200 sewaktu < 200 sewaktu > 200

Tes Toleransi Glukosa


Ulangi Glukosa darah Oral
sewaktu atau Glukosa Glukosa Darah 2 Jam
darah puasa

Glukosa darah Glukosa darah > 200 140 - 199 < 140
> 126 atau < 126 atau 126 < 126
Glukosa darah Glukosa darah
sewaktu > 200 sewaktu < 200

Toleransi Glukosa Glukosa Darah


Terganggu Puasa Terganggu Normal
Diabetes Melitus

- Nasihat umum
- Evaluasi status gizi - Perenannan
- Evaluasi penyakit DM makan
- Evaluasi dan perenannan - Latihan jasmani
makan sesuai kebutuhan - Berat idaman
- Belum perlu
obat
- Penurunan
gukosa
Daftar Pustaka
Lestari, Lestari, and Zulkarnain Zulkarnain. "Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
pencegahan." Prosiding Seminar Nasional Biologi. Vol. 7. No. 1. 2021.
Sholichah, Diah Rustiani. "Hubungan antara dukungan sosial dengan derajat
depresi pada penderita diabetes melitus dengan komplikasi." (2009).
Darliana, Devi. "Manajemen asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus."
Idea Nursing Journal 2.2 (2011): 132-136.
II, B. A. Tinjauan Teori Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes Melitus. ASUHAN
KEPERAWATAN Ny. M DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI AKIBAT PATOLOGI SISTEM ENDOKRIN
DIABETES MELITUS, 9.

Anda mungkin juga menyukai