Anda di halaman 1dari 133

Matematika

SMP/MTs Kelas VIII


Semester 1

Oleh: Ngapiningsih
Disklaimer

• P tif guna
membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran.

• etensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013.

• Dengan berbagai alasan, materi dalampowerpoint ini


disajikan secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar
saja.

• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya se

• Harapan kami, denganpowerpoint ini Bapak/Ibu Guru


dapat mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan
interaktif.
Daftar Isi

BAB I Pola Bilangan


BAB II Koordinat Kartesius
BAB III Relasi dan Fungsi
BAB IV Persamaan Garis Lurus
BAB V Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel
BAB

I Pola Bilangan

A.
Pola Barisan
Konfigurasi Objek
B.
Pola dan Suku-
Suku Barisan
Bilangan
C.
Barisan dan Deret
Aritmetika
D.
Barisan dan Deret
Geometri
Kembali ke daftar isi
A. Pola Konfigurasi Objek
1. Pengertian Pola Barisan Bilangan
2. Barisan Bilangan Khusus dan Polanya

Gambar 1.1 Susunan


kartu bridge

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1.
Pengertian Pola Barisan Bilangan
Perhatikan pola batang-batang korek api berikut.

Banyak batang korek api yang pada setiap pola adalah 3, 5, 7, 9.


Banyak batang korek api yang dibutuhkan pada pola berikutnya
dapat ditentukan dengan menambahkan 2 batang pada pola
sebelumnya.
3, 5, 7, 9 merupakan salah satu contoh barisan bilangan.
Jadi, barisan bilangan dapat diartikan sebagai susunan bilangan yang
memiliki keteraturan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2.
a.
Barisan Bilangan Khusus dan Polanya
Barisan Bilangan Asli
Pola barisan bilangan asli sebagai berikut.

Jadi, b arisan bilangan asli adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, · ·


b.
Barisan Bilangan Ganjil
Pola barisan bilangan ganjil sebagai berikut.

Jadi, b arisan bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, · · .


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
c.
Barisan Bilangan Genap
Pola barisan bilangan genap sebagai berikut.

Jadi, barisan bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, · · · .

d.
Barisan Bilangan Segitiga
Pola barisan bilangan segitiga sebagai berikut.

Jadi, barisan bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, · · ·


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
e.
Barisan Bilangan Persegi Panjang
Contoh pola barisan bilangan persegi panjang sebagai berikut.

Salah satu barisan bilangan persegi panjang adalah 2, 12, 20, · · · .


f.
Barisan Bilangan Persegi/Bilangan Kuadrat
Pola barisan bilangan persegi sebagai berikut.

Jadi, barisan bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, · ·

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


g.
Barisan Bilangan pada Segitiga Pascal

Beberapa sifat barisan bilangan pada segitiga Pascal sebagai t.


1)
Pada setiap beriku baris diawali dan diakhiri dengan bilangan
2)
Setiap bilan 1. asnya kecuali
bilangan pa gan diperoleh dengan menjumlah dua bilangan di
3)
Bilangan-bilangan dalam satu diagonal membentuk suatu barisan, misalkan:
diagonal pertama: 1, 1, 1, 1, 1, · · · (barisan bilangan konstan)
diagonal kedua: 1, 2, 3, 4, · · · (barisan bilangan asli)
diagonal ketiga: 1, 3, 6, 10, · · · (barisan bilangan segitiga)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


CONTOH SOAL
Perhatikan pola noktah berikut.

Berapa noktah pada kedelapan belas?


Jawaban:
Dari gambar diperoleh banyak noktah pada:
gambar ke-1 = 1
gambar ke-2 = 1 + 1 × 3 = 4
gambar ke-3 = 1 + 2 × 3 = 7
gambar ke-4 = 1 + 3 × 3 = 10
Dari pola di atas maka:
gambar ke-18 = 1 + 17 × 3 = 1 + 51 = 52
Jadi, banyak noktah pada pola kedelapan belas adalah 52.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
B. Pola dan Suku-Suku Barisan Bilangan

1. Pengertian Barisan Bilangan


2. Beberapa Contoh Aturan Barisan
Bilangan
3. Menemukan Rumus Suku Ke-n (Un)

Gambar 1.2 Susunan


kaleng susu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Pengertian Barisan Bilangan
Perhatikan barisan bilangan-bilangan berikut.
a. 1, 3, 5, 7 ¬ Memiliki 4 suku
   
U1 U2 U3 U4 ¬ Suku ke-n (Un)
b. 2, 4, 6, 8, 10 ¬ Memiliki 5 suku
    
U1 U2 U3 U4 U5 ¬ Suku ke-n (Un)

c. 3, 6, 9, 12, 15, · · · ¬ Banyak suku tak hingga


    
U1 U2 U3 U4 U5 ¬ Suku ke-n (Un)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2.
Beberapa Contoh Aturan Barisan Bilangan
a.
Barisan dengan Aturan Ditambah
1) Barisan Bertingkat Satu

Barisan bilangan adalah 1, 3, 5, 7, · · ·.


2) Barisan Bertingkat Dua

Barisan bilangan adalah 0, 1, 3, 6, · · ·.


3) Barisan Bertingkat Tiga

Barisan bilangan adalah 0, 1, 3, 8, 18, 35, · · ·.


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
b.
Barisan dengan Aturan Dikali

c.
Barisan dengan Aturan Dipangkatkan

d.
Barisan fibonacci
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, . . . Aturannya:
mulai suku ketiga, setiap
suku diperoleh dengan
menjumlahkan dua suku
sebelumnya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3.
Rumus Suku Ke-n (Un) Barisan Bilangan
Prinsip dasar menentukan rumus suku ke-n adalah mencari kaitan
antara bilangan satu dengan suku kesatu, bilangan dua dengan suku
kedua, bilangan tiga dengan suku ketiga, dan seterusnya.

Contoh:
Barisan bilangan 2, 4, 8, 16, · · ·
U1 = 2 = 21
U2 = 4 = 22
U3 = 8 = 23
U4 = 16 = 24, dan seterusnya
Diperoleh rumus suku ke-n adalah Un = 2n .

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Barisan dan Deret Aritmetika
1. Barisan Aritmetika
2. Deret Aritmetika

Gambar 1.3 Reka


rajin menabung

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Barisan Aritmetika
a. Pengertian Barisan Aritmetika
Perhatikan contoh barisan aritmetika berikut.
Barisan 1:
U1 U2 U3 U4 U5 ¬ Suku ke-n (Un)
¯ ¯ ¯ ¯ ¯
1, 8, 15, 22, 29 ¬ Barisan aritmetika naik (memiliki b > 0)

+7 +7 +7 +7 ¬ Beda (b) positif


Barisan 2:
U1 U2 U3 U4 U5 ¬ Suku ke-n (Un)
¯ ¯ ¯ ¯ ¯
30, 24, 18, 12, 2 ¬ Barisan aritmetika naik (memiliki b < 0)

–10 –10 –10 –10 ¬ Beda (b) negatif


Dari kedua contoh barisan aritmetika tersebut terlihat setiap dua
suku yang berurutan memiliki beda yang sama. Barisan 1 memiliki
beda b = 7 dan barisan kedua memiliki beda b = –10.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b. Rumus-Rumus pada Barisan Aritmetika

1) Rumus Suku Ke-n


(Un) Un = a + (n – 1)b
2) Beda (b)
b = Un – (Un – 1)
3) Rumus Suku Tengah (Ut)

Ut= 1
U +Un 
1
2
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2. Deret Aritmetika
Jika U1, U2, U3, · · · , Un – 1, Un membentuk barisan aritmetika, bentuk
penjumlahan U1 + U2 + U3 + · · · + Un – 1 + Un disebut deret aritmetika.
Rumus penjumlahan n suku pertama deret aritmetika:

Sn adalah jumlah n suku


pertama n adalah banyak suku
a adalah suku pertama
b adalah beda suku
Un adalah suku terakhir

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Setiap minggu Dina menyimpan uang di laci. Pada minggu


pertama Dina menyimpan Rp500,00, minggu kedua Rp700,00,
minggu ketiga Rp900,00, minggu keempat Rp1.100,00, begitu
seterusnya setiap minggu bertambah Rp200,00.
a.Tentukan besar uang yang disimpan Dina pada minggu
ke-20.
b.Tentukan jumlah uang yang disimpan Dina setelah
36 minggu.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


D. Barisan dan Deret Geometri
1. Barisan Geometri
2. Deret Geometri

Gambar 1.4 Pembelahan sel


Amoeba

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Barisan Geometri
a. Pengertian Barisan Geometri
Perhatikan contoh barisan geometri berikut.
Barisan 1:
U1 U2 U3 U4 U5 ¬ Suku ke-n (Un)
¯ ¯ ¯ ¯ ¯
1, 2, 4, 8, 16

×2 ×2 ×2 ×2 ¬ Rasio (r)
Barisan 2:
U1 U2 U3 U4 U5 ¬ Suku ke-n (Un)
¯¯ ¯ ¯
162, 54, 8, 6, 2

1
¬ 1Rasio (r) 1 1
Dari ke dua con toh bar isan geo metri tersebut terlihat setiap dua
suku 3 3 3 3
yang berurutan memiliki rasio yang sama.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
b. Rumus-Rumus pada Barisan Aritmetika
1) Rumus Suku Ke-n
(Un) Un = arn – 1

2) Rasio (r)
Un
r 
3) RumuUs nSu1ku Tengah (Ut)

Ut  U1  n

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Deret Geometri
Jika U1, U2, U3, · · · , Un – 1, Un membentuk barisan geometri, bentuk
penjumlahan U1 + U2 + U3 + · · · + Un – 1 + Un disebut deret geometri.
Rumus penjumlahan n suku pertama deret geometri:

Sn adalah jumlah n suku


pertama n adalah banyak suku
a adalah suku pertama
r adalah rasio suku

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

1.
Tentukan suku ke-8 dari setiap barisan geometri berikut.
a. 1, 3, 9, 27, · · ·
b. 3, –6, 12, –24, · · ·
2.
Berdasarkan suatu pengamatan diketahui bahwa
setiap bakteri berkembang biak menjadi dua kali lipat
dalam waktu dua menit. Semula ada 50 sel bakteri
untuk pengamatan.
a.
Berapa banyak bakteri setelah 10 menit?
b. Setelah berapa menit jumlah bakteri menjadi 25.600 sel?

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

I Koordinat Kartesius

A.
Posisi Titik pada Bidang Koordinat
B.
Posisi Titik terhadap Titik Acuan
C.
Posisi Garis terhadap Garis Sumbu

Kembali ke daftar isi


A. Posisi Titik pada Bidang Koordinat

Gambar 2.1 Denah tempat-tempat di sekitar Jalan Pemuda

1. Membaca Posisi Tempat Menggunakan Bidang Koordinat


2. Membaca dan Menuliskan Posisi Titik pada Bidang Koordinat
3. Jarak Tempat terhadap Garis Sumbu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1.
Membaca Posisi Tempat Menggunakan Bidang
Koordinat
Posisi tempat-tempat pelayanan pada
Gambar 2.2 dapat ditulis sebagai berikut.
Hotel terletak pada koordinat (C, 5).
Bank terletak pada koordinat (F, 5).
Pasar terletak pada koordinat (F, 10).
Kantor pos terletak pada koordinat (J, 3).
Sekolah terletak pada koordinat (J, 9).

Gambar 2.2 Bidang koordinat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2.
Membaca dan Menuliskan Letak Titik/Benda
pada Sistem Koordinat Kartesius
Cara membaca letak titik pada sistem
koordinat kartesius sebagai berikut.
a.Gunakan titik asal (0, 0) sebagai
titik acuan untuk menentukan titik
A(x, y). b.Nilai x pada sumbu X
menunjukkan banyak langkah/satuan
pada arah mendatar (arah ke kanan
atau arah ke kiri).
c. Nilai y pada sumbu Y menunjukkan
banyak langkah/satuan pada arah
tegak (arah ke atas atau arah ke
bawah).

Gambar 2.3 Letak titik pada bidang


koordinat

Misalnya menentukan koordinat titik A pada Gambar 2.3 . Dari titik (0, 0)
melangkah 5 satuan ke kanan (x = 5), dilanjutkan ke atas 2 satuan (y =
2). Jadi, koordinat titik A(5, 2).
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
3. Jarak Tempat terhadap Garis Sumbu
Berikut ini beberapa
informasi yang dapat
diperoleh dari gambar di
atas.
a.SMP Negeri 1 berjarak 3
satuan terhadap jalan X
dan berjarak 5 satuan
terhadap jalan Y.
b.Rumah belajar berjarak 6
satuan terhadap jalan X
dan berjarak 6 satuan
terhadap jalan Y.
c.Pasar berjarak 2 satuan
terhadap jalan X dan
terjarak 4 satuan terhadap
jalan Y.

Gambar 2.4 Jarak tempat terhadap garis sumbu

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal
1. Gambarkan titik K(2, 1), L(8, 1), M(8, 7), dan N(2, 7)
pada bidang koordinat. Hubungkanlah dengan garis
lurus antara titik K dan titik L, titik L dan titik M, titik
M dan titik N, serta titik N dan titik K. Bangun datar
apakah yang terbentuk?
2.
Jajargenjang ABCD ABCD mempunyai koordinat titik
A(–2, –3), C(8, 4), dan D(0, 4). Tentukan koordinat
titik B.
3.
Belah ketupat PQRS mempunyai koordinat titik P(–1,
1), Q(3, –2), R(7, 1), dan S(3, 4).
a.
Berapa panjang diagonal-diagonalnya?
b.
Tentukan luas bidang belah ketupat tersebut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B.
Posisi Titik terhadap Titik Acuan

Gambar 2.5 Denah bangunan di suatu kota

1. Posisi Titik terhadap Titik Asal (0, 0)


2. Posisi Titik terhadap Titik Acuan (a, b)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1.
Posisi Titik terhadap Titik Asal (0, 0)

Gambar 2.6 Posisi titik terhadap


titik asal
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2.
Posisi Titik terhadap Titik Acuan (a, b)
Posisi titik terhadap titik C pada Gambar 2.6 sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Perhatikan gambar berikut.


Tentukan koordinat tempat-tempat di
atas dengan titik acuan yang diberikan.
a.Posisi gedung pertemuan dan
sekolah dengan titik acuan tugu
pahlawan.
b.Posisi museum dan stadion dengan
titik acuan gedung pertemuan.
c.Posisi sekolah dan tugu pahlawan
dengan titik acuan stadion.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
C.
Posisi Garis terhadap Garis Sumbu

Gambar 2.7 Denah jalan di suatu kota


1.
Posisi Garis Sejajar
2. Posisi Garis Tegak Lurus
3.
Posisi Garis Berpotongan
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1.
Posisi Garis Sejajar
Dua garis yang sejajar
tidak akan saling
berpotongan. Garis k dan
garis 𝑙 sejajar dengan
sumbu X. Garis m dan
garis n sejajar dengan
sumbu Y.

Gambar 2.8 Posisi garis sejajar garis


sumbu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2.
Posisi Garis Tegak Lurus
Dua ruas garis yang saling tegak lurus membentuk sudut 90°.
Pada Gambar 2.8 garis 𝑙 tegak lurus
dengan sumbu Y. Garis m dan garis n tegak lurus dengan sumbu X.

3.
Posisi Garis Berpotongan
Garis k dan garis 𝑙 memotong
sumbu X dan sumbu Y.

Gambar 2.9 Posisi garis berpotongan


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal

Perhatikan bidang koordinat berikut.

a.
Tentukan garis yang
sejajar dengan sumbu
b.
X.
Tentukan garis yang
sejajar dengan sumbu Y.
c.
Tentukan garis yang
memotong sumbu X dan
sumbu Y.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
BA

III Relasi dan Fungsi

A.
Relasi
B.
Fungsi
Kembali ke daftar isi
A.
Relasi
1. Memahami
Konsep Relasi
Dua Himpunan
2. Menyajikan Relasi

Gambar 3.1 Membayar buku di kasir

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1.
Memahami Konsep Relasi Dua Himpunan
Risa, Santi, Adip, dan Bara sedang
membeli buku di toko buku.
Risa dan Santi membeli novel.
Adip membeli buku komputer
dan buku kesehatan.
Bara membeli buku pertanian.
Misalkan:
A = {nama siswa
B = {jenis buku yang dibeli}
Hubungan antara himpunan A
dan himpunan B dapat disajikan
seperti tabel di samping.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Dari himpunan A ke himpunan B terdapat hubungan berikut.
Buku yang dibeli Risa dan Santi adalah novel.
Buku yang dibeli Adip adalah buku komputer dan buku kesehatan.
Buku yang dibeli Bara adalah buku pertanian.

 
Anggota Anggota
himpunan A himpunan B

Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah buku yang dibeli.


Dari himpunan B ke himpunan A terdapat hubungan berikut.
Siswa yang membeli novel adalah Risa dan Santi.
Siswa yang membeli buku komputer dan buku kesehatan adalah Adip.
Siswa yang membeli buku pertanian adalah Bara.

 
Anggota Anggota
himpunan A himpunan B

Relasi dari himpunan B ke himpunan A adalah siswa yang membeli.


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2.
Menyajikan Relasi
a.
Sajian Relasi Berbentuk Diagram Panah

b.
Sajian Relasi Berbentuk Himpunan Pasangan Berurutan
Relasi buku yang dibeli dari himpunan A ke himpunan B:
R = {(Risa, novel), (Santi, novel), (Adip, buku komputer),
(Adip, buku kesehatan), (bara, Buku pertanian)}.
Relasi siswa yang membaca dari himpunan B ke
himpunan A:
R = {(novel, Risa), (novel, Santi), (buku komputer, Adip),
(buku kesehatan, Adip), (buku pertanian, Bara)}.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
c.
Sajian Relasi Berbentuk Diagram Kartesius
Sajian relasi buku yang Sajian relasi buku yang
dibeli dari himpunan A dibeli dari himpunan B
ke himpunan B: ke himpunan A:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1. Diketahui A = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan B = {1, 2, 3, 5, 7}. Relasi R dari
himpunan A ke himpunan B adalah x – y = 2 dengan x ∈ A dan y ∈
B.
a.
Tentukan R dalam bentuk diagram panah, himpunan
pasangan berurutan, dan diagram kartesius.
b.
Tentukan daerah hasil R.
2.
Diketahui hasil ulangan Matematika 6 siswa kelas VIIIA sebagai
berikut.
Adi dan Bima memperoleh nilai 8.
Amir dan Dewi memperoleh nilai 7.
Fani memperoleh nilai 6 dan Dion memperoleh nilai 5.
Jika A menyatakan himpunan nama siswa dan B menyatakan
himpunan nilai siswa:
a.
tentukan relasi dari himpunan A ke himpunan B;
b.
sajikan relasi dari himpunan A ke himpunan B dalam bentuk
diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram
kartesius.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
B.
Fungsi
1. Memahami Konsep
Fungsi
2. Fungsi Korespondensi
Satu-Satu
3. Notasi Fungsi
4. Daerah Asal, Daerah Gambar 3.2 Membaca
buku di perpustakaan
Kawan, dan Daerah Hasil
Fungsi
5. Fungsi Linear

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1.
Memahami Konsep Fungsi

Setiap anggota A mempunyai Ada anggota A yang tidak


pasangan di B. Setiap anggota mempunyai pasangan di B dan
A dipasangkan dengan tepat ada anggota A yang
satu anggota B. Kembali ke daftar isi Kembalimempunyai
ke awal bab lebih dari satu
pasangan di B.
KESIMPULAN:
Sifat-sifat fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan
B:
a.Setiap anggota A mempunyai pasangan di B.
b.Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B.

Jika banyak anggota himpunan A = n(A) dan banyak anggota


himpunan B = n(B) maka:

1) banyak fungsi yang mungkin dari A ke B = n(B)n(A) dan

2) banyak fungsi yang mungkin dari B ke A = n(A)n(B) .


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2.
Fungsi Korespondensi Satu-Satu

Setiap anggota A mempunyai


Kembali ke daftar isi Setiapke anggota
Kembali A dipasangkan
awal bab
pasangan di B. dengan tepat satu anggota B.
Setiap anggota B dipasangkan
dengan tepat satu anggota A.
KESIMPULAN
Suatu fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke
himpunan B dikatakan fungsi korespondensi satu-
satu jika memenuhi syarat berikut.
a. Setiap anggota A mempunyai tepat satu pasangan di B.
b. Setiap anggota B mempunyai tepat satu pasangan di
A. Dengan adanya dua syarat tersebut, mengakibatkan
banyak anggota himpunan A harus sama dengan
banyak anggota himpunan B.

Jika terdapat himpunan A dan B dengan n(A) = n(B) = n, banyak


fungsi korespondensi satu-satu yang mungkin dari himpunan A ke
himpunan B adalah n × (n – 1) × (n – 2) × (n – 3) × . . . × 3 × 2 × 1.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3.
Notasi Fungsi
Fungsi dinotasikan dengan huruf kecil, seperti f, g, atau h.
Fungsi f yang memetakan himpunan A ke himpunan B dinotasikan
dengan f : A → B.
Fungsi f yang memetakan x anggota himpunan A ke anggota himpunan B
dinotasikan sebagai f: x → y atau f: x → f(x) atau f: x → y = f(x).
f: x → y dibaca f memetakan x ke y.
f: x → f(x) dibaca f memetakan x ke f(x).
f: x → y = f(x) dibaca f memetakan x ke y = f(x).
y merupakan peta atau bayangan x atau nilai fungsi dari x, ditulis y = f(x).
x merupakan prapeta dari f(x) atau x merupakan prapeta dari y.
Prapeta dari y oleh fungsi f dinotasikan dengan f ¯¹(y).
Jika x merupakan prapeta dari y oleh fungsi f maka f ¯¹(y) = x.
Himpunan dari nilai y = f(x) disebut daerah hasil ataurange f.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
4.
Daerah Asal, Daerah Kawan, dan Daerah Hasil
Fungsi
a.
Fungsi dalam Bentuk Diagram Panah
Fungsi f: A → B.
A = {1, 2, 3, 4} disebut daerah asal(domain) .
B = {3, 5, 7, 9, 11} disebut daerah kawan(kodomain)
.
Dari diagram panah diperoleh:
Bayangan dari 1 adalah 3 ditulis f(1) = 3.
Bayangan dari 2 adalah 5 ditulis f(2) = 5.
Bayangan dari 3 adalah 7 ditulis f(3) = 7.
Bayangan dari 4 adalah 9 ditulis f(4) = 9.
{3, 5, 7, 9} disebut daerah hasil.

b.
Fungsi dalam Bentuk f: x → f(x)
Jika daerah asal dan daerah kawan tidak didefinisikan, daerah
asal dan daerah kawan berupa bilangan real R. Daerah hasil
fungsi f = {nilai f(x)}.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


5.
Fungsi Linear
Fungsi linear dinyatakan dengan rumus f(x) = ax + b dengan a ≠ 0
dan a, b ∈ bilangan real.
Fungsi linear dapat disajikan dalam bentuk diagram panah,
himpunan pasangan berurutan, persamaan fungsi, tabel, atau grafik.
Grafik fungsi linear f: R → R digambarkan dengan aturan berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh 1
Diketahui fungsi f: A → B dengan A = {1, 2, 3, 4} dan B = { 3, 6, 9, 12, 15}.
Relasi fungsi f dinyatakan dengan tiga kali dari.
a.Sajian fungsi f dalam bentuk diagram panah:

b. Sajian fungsi f dalam ntuk himpunan pasangan berurutan:


be , (4, 12)}
c. f = {(1, 3), (2, 6), (3, ntuk persamaan fungsi: f(x) = 3x.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


d. Sajian fungsi f dalam bentuk tabel.

e. Sajian fungsi f dalam k grafik:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh 2
1
Diketahui fungsi f : x → 2  x dengan daerah asal {x | –2 ≤ x < 6}.
2
a. Persamaan fungsi f adalah = 2 .1 x
1 2
b.Tabel fungsi f : x 2  dxengan daera h asal {x | –2 ≤ x < 6} sebagai
2

berikut.

c.Grafik fungsi f : dengan daerah asal Df = {x | –2 ≤ x < 6} sebagai


berikut. 1
2 x
2
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1)
Grafik f(x) = 2  21 xdengan daerah 2)
Grafik f(x) = 2  1 xdengan daerah
2
asal {x | –2 ≤ x < 6, x ∈ bilangan asal {x | –2 ≤ x < 6, x ∈
bulat} bilangan real}
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1.
Apakah relasi-relasi berikut merupakan fungsi?
a.
Relasi berat badan siswa.
b.
Relasi ibu dari.
c.
Relasi warna kesukaan.
2.
Diketahui P = {1, 2} dan Q = {x, y, z}. Tentukan banyak fungsi yang
mungkin dari himpunan Q ke P? Tunjukkan dengan diagram
panah.
3.
Diketahui fungsi f(x) = 1 dengan Df ={x | –4 ≤ x ≤ 8, x ∈ bilangan
 x2
bulat genap} dan g(x) = 3 –2 x dengan Dg = {x | x ≤ –1, x ∈ R}. Fungsi f(x)
dan g(x) memetakan setiap nilai x ke bilangan real.
a.
Gambarkan grafik fungsi f(x) dan g(x).
b.
Tentukan daerah hasil fungsi f(x) dan g(x).
c.
Jika g¯¹(–6) = a + 4, tentukan nilai a.
d.
Tentukan g¯¹(A) jika A = {y | y ≤ 0}.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
5. Perusahaan taksi X menentukan besar tarif seperti grafik berikut.

a. Misalkan tarif taksi X n dengan h(x) dengan x


dinyataka menyatakan jarak entukan persamaan h(x).
b. Amelia pergi ke rumah paman yang berjarak 24 kilometer
menggunakan taksi X. Berapa tarif taksi yang harus
dibayar Amelia?

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

I Persamaan Garis Lurus

A.
Grafik Garis Lurus
B.
Gradien Garis Lurus
C.
Persamaan Garis Lurus
D.
Kedudukan Dua Garis Lurus

Kembali ke daftar isi


A.
Grafik Garis Lurus

1. Persamaan Garis Lurus


2. Syarat Titik Terletak pada Garis
3. Menggambar Grafik Garis Lurus

Gambar 4.1 Ketinggian air


selama pengisian bertambah
dengan kecepatan tetap
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Persamaan Garis Lurus
Bentuk umum persamaan garis lurus dalam variabel x dan y sebagai
berikut.

y = mx + atau ax + by = c
n
Persamaan garis berbentuk ax + by = c dapat diubah menjadi y = mx + n dan
sebaliknya.

Contoh:
y = –2x + 4 dan 4x + 2y = 8

2.
Syarat Titik Terletak pada Garis
Titik (x1, y1) terletak pada garis y = mx + n jika y1 = mx1 + n bernilai
benar.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
3.
Menggambar Grafik Garis Lurus
a. Menggambar Grafik Garis Lurus Menggunakan DuaTitik
1)
Menentukan dua titik yang terletak pada garis lurus.
2)
Menggambarkan dua titik tersebut pada bidang koordinat
kartesius.
3)
Menghubungkan kedua titik dengan garis lurus.

b. Menggambar Grafik Garis Lurus Menggunakan Pertolongan Titik


Potong Garis dengan Sumbu Koordinat
1)
Menentukan titik potong garis dengan sumbu X.
Garis memotong sumbu X di y = 0.
Cara: Substitusikan y = 0 ke dalam persamaan garis.
2)
Menentukan titik potong garis dengan sumbu
Y. Garis memotong sumbu Y di x = 0.
Cara: Substitusikan x = 0 ke dalam persamaan garis.
3)
Menggambarkan titik potong grafik dengan sumbu X dan sumbu Y
4)
pada bidang koordinat kartesius.
Menghubungkan kedua titik dengan garis lurus.
5)
Menuliskan persamaan garisnya pada salah satu ujung garis.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
B. Gradien Garis Lurus
1. Gradien Garis
2. Menentukan Gradien Garis
3. Sifat-Sifat Gradien Suatu Garis

Gambar 4.2 Sebuah mobil sedang


melalui jalan menanjak
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1.
Gradien Garis
Gradien garis adalah nilai kemiringan atau kecondongan
suatu garis.
Gradien biasanya dilambangkan dengan hurufm .

2. Menentukan Gradien Garis


a.
Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Grafiknya
Gradien garis:

m=
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh

Gradien garis g: Gradien garis 𝑙:


m = y = 2 m = y =  2 =  2
x 3 x 3 3

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b.
Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Persamaannya

1) Gradien garis dengan persamaan y = mx + n adalah m.


2) Gradien garis dengan persamaan ax + by = c adalah m a
= .
b

c.
Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Dua Titik yang
Dilalui
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
3.
Sifat-Sifat Gradien Suatu Garis

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

1.
Tentukan gradien garis dengan persamaan berikut.
a.
y = 3x
b.
2y – x = 5
c. 9x + 6y – 18 = 0
2.
Tentukan gradien garis yang melalui titik A(–3, 2) dan B(4,
–5).
3.
Grafik perkembangan berat badan seorang bayi selama
setahun berbentuk garis lurus. Diketahui pada usia 1
bulan berat badan bayi tersebut 3.600 gram dan pada
usia 10 bulan 9.000 gram. Tentukan besar kenaikan berat
badan bayi setiap bulan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C.
Persamaan Garis Lurus
1. Persamaan Garis yang
Diketahui Gradien dan Salah
Satu Titik yang Dilalui Garis
2. Persamaan Garis yang
Melalui Dua Titik

Gambar 4.3 Tarif taksi A dan taksi B


dinyatakan dalam bentuk grafik
garis lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Persamaan Garis yang Diketahui Gradien dan Salah Satu Titik
yang Dilalui Garis
a.
Persamaan garis yang bergradien m dan
memotong sumbu Y di titik (0, n) adalah y = mx +
n.
b.
Persamaan garis yang bergradien m dan melalui titik
(x1, y1) adalah y – y1 = m(x – x1).
2.
Persamaan Garis yang Melalui Dua Titik
Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) adalah
y y
1 x x1
y2 y x x1
2
1
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
CONTOH SOAL
1.
Tentukan persamaan garis berikut.
a.
Garis g melalui titik (2, –3) dan bergradien  1 .
b.
Garis h melalui titik (2, –3) dan (–4, 5). 2
2.
Perhatikan gambar berikut.

Te ntukan at titik A.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


D.
Kedudukan Dua Garis Lurus

1. Dua Garis Sejajar


2. Dua Garis Berimpit
3. Dua Garis Berpotongan

Gambar 4.4 Desain rumah menggunakan


beberapa tiang sejajar
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1.
Dua Garis Sejajar
Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
sejajar jika gradien kedua garis sama, yaitu m1 = m2.
2.
Dua Garis Berimpit
Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
berimpit jika m1 = m 2 dan n1 = n 2.
3.
Dua Garis Berpotongan
a.
Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
berpotongan tegak lurus jika m1 ≠ m 2 dan m1 × m 2 = –1.
b.
Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
berpotongan tidak tegak lurus jika m1 ≠ m 2 dan m1 × m 2 ≠ –1.
c.
Titik Potong Dua Garis Berpotongan
Titik potong dua garis berpotongan adalah titik yang dilalui oleh grafik
kedua garis tersebu.t
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
CONTOH SOAL
1.
Diketahui persamaan garis g adalah y = 3x – 10. Garis 𝑙 sejajar
dengan garis g sedangkan garis k tegak lurus dengan garis
g. Tentukan gradien garis 𝑙 dan garis k.
2.
Tentukan persamaan garis yang tegak lurus dengan garis y =
–2x – 5 dan melalui titik (3, 4).
3.
Apakah garis dengan persamaan y = –3x + 14
akan berpotongan dengan garis –4y + 3x – 4 = 0?
Jika berpotongan, tentukan titik potongnya.
4.
Jika persamaan garis p adalah 5x + 3y + 2 = 0, garis q adalah y
= , dan garis r adalah 10x + 6y + 4 = 0, tentukan:
a. 3 xked1 udukan garis p
b. 5 dan q; kedudukan garis
p dan r.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
BAB

V SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARI

A.
Persamaan dan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV)
B.
Menyelesaikan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel
C.
Menyelesaikan Masalah
Menggunakan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel

Kembali ke daftar isi


A. Persamaan dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV)
1.
Konsep Persamaan Linear
2. Konsep Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel

Gambar 5.1 Harga tiket masuk kebun


binatang
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1.
Konsep Persamaan Linear
a.
Bentuk Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)
Bentuk umum persamaan linear dua variabel adalah ax + by = c
dengan a dan b bilangan real.
a adalah koefisien x.
b adalah koefien y.
x dan y adalah
variabel. c adalah
konstanta.

b.
Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel
(x1, y1) penyelesaian persamaan linear dua variabel ax + by = c jika
ax1 + by1 = c bernilai benar.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2.
Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
a.
Bentuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel:
ax + by = c
dx + ey = f
Keterangan:
a, b, d, dan e adalah
koefisien; x dan y adalah
variabel;
c dan f adalah konstanta.

b.
Penyelesaian SPLDV
(x1, y1) penyelesaian SPLDV ax + by = c dan dx + ey = f jika ax1 + by1 = c
dan dx1 + ey1 = f bernilai benar.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
CONTOH SOAL
1.
Tentukan nilai a dan b jika diketahui dua persamaan linear dua variabel
berikut.
a.
(a + 2)x + 5y = a – 3 dengan penyelesaian (–4, 3);
b.
x 2y
23 3 de1ngan penyelesaian (b + 1, b – 2).
2.  4
Sinta mempunyai sejumlah buku tulis ukuran besar dan buku tulis ukuran
kecil. Banyak halaman isi setiap buku tulis ukuran besar adalah 58 lembar.
Banyak halaman isi setiap buku tulis ukuran kecil adalah 38 lembar.
Jumlah halaman isi buku-buku tulis itu 250 lembar. Tentukan:
a.
persamaan linear dua variabel yang menyatakan jumlah halaman isi
buku-buku Sinta;
b.
banyak buku tulis ukuran kecil yang mungkin.
3. Apakah a = 6 dan b = 9 merupakan penyelesaian SPLDV berikut?
Selidikilah.
a. 8a – 3b =
21 2a + 5b = –
57
b. 3a + 4b = 54
5a – 4b = –6

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

1.
Metode Grafik
2. Metode Eliminasi
3.
Metode Substitusi

Gambar 5.2 Grafik dua garis lurus


yang saling berpotongan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1.
Metode Grafik
Penyelesaian SPLDV menggunakan metode grafik dilakukan dengan
menggambar grafik dari kedua persamaan yang diketahui pada satu bidang
kartesius. Koordinat titik potong kedua grafik merupakan penyelesaian dari
sistem persamaan tersebut.

2.
Metode Eliminasi (Penghilangan)
Penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi dilakukan dengan cara
menghilangkan salah satu variabelnya.
3.
Metode Substitusi
Penyelesaian SPLDV menggunakan metode substitusi dilakukan dengan cara
berikut.
a.Ambil satu variabel pada salah satu persamaan. Selanjutnya, nyatakan
variabel tersebut dalam variabel lain. Dengan begitu akan diperoleh
persamaan dalam bentuk baru.
b.Substitusikan persamaan baru tersebut ke persamaan yang lain kemudian
persamaan tersebut diselesaikan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh
Tentukan penyelesaian SPLDV berikut.
2x – 3y = –10 . . . (1)
x + 2y = 2 . . . (2)
Jawaban:
1) Menggunakan metode grafik

Dari grafik terlihat kedua tersebut berpotongan di titik (–2, 2).


garis Jadi, penyelesaiannya 2, 2).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2) Menggunakan metode eliminasi

Jadi, penyelesaiannya adalah (–2, 2).

3) Menggunakan metode substitusi


Cara 1: mensubstitusikan x
Nyatakan variabel x dalam y pada Substitusikan y = 2 ke dalam
persamaan (2). persamaan (3).
x + 2y = 2  x = 2 – 2y . . . (3) x = 2 – 2y
Substitusikan persamaan (3) ke  x = 2 – 2(2)
dalam persamaan (1).  x = –2
2x – 3y = –10 Jadi, penyelesaiannya (–2, 2).
 2(2 – 2y) – 3y = –10
 4 – 4y – 3y = –10
 4 – 7y = –10
 –7y = –14
 y=2

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Menyelesaikan Masalah Menggunakan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel

Langkah-langkah menyelesaian permasalahan menggunakan


SPLDV sebagai berikut.
1. Menentukan variabel-variabelnya, lalu melakukan
pemisalan.
2. Menerjemahkan permasalahan tersebut ke dalam
model matematika berbentuk SPLDV.
3. Menyelesaikan model matematika yang diperoleh
pada langkah 2.
4. Membuat kesimpulan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal
1.
Diketahui segitiga sama kaki ABC dengan AB merupakan
alas segitiga. Keliling segitiga ABC 16 cm. Sisi alas segitiga
tersebut lebih panjang dari kaki segitiga. Jika selisih
panjang alas dan salah satu kaki segitiga 1 cm, tentukan
ukuran sisisisi segitiga tersebut.
2.
Bu Sita mempunyai persediaan 4 kotak penghapus dan 15
rautan. Setiap kotak berisi 12 buah penghapus. Jika
terjual semua, Bu Sita akan memperoleh uang
Rp59.400,00. Pada suatu hari terjual 10 buah penghapus
dan 3 rautan. Hasil penjualan tersebut Rp12.200,00.
Tentukan hasil penjualan jika terjual 8 penghapus dan 10
rautan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab

Anda mungkin juga menyukai