Anda di halaman 1dari 8

PROGNOSIS DALAM 24 JAM DENGAN METODE ACUTE PHYSIOLOGI AND CHRONIC

HEALTH EVALUATION (APACHE) II PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KIRI DI IGD


RUMAH SAKIT

Luluk Nur Aini1, Maulidah2, Debby Hatmalyaqin3


STIKes Kendedes Malang, Universitas Aisyyah Yogyakarta, STIKes Yarsi Pontianak
luluknura@yahoo.com

ABSTRAK
Gagal jantung menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi akibat sindrom klinis heterogen
kelebihan beban jantung. Perawat mengaktifasi Code Blue memerlukan ketangkasan melakukan pengkajian
cepat pada pasien yang datang di IGD dapat menggunakan metode APACHE II. Tujuan penelitian ini ingin
mengetahui bagaimana prognosis dalam 24 jam dengan metode APACHE II pada pasien gagal jantung kiri di
IGD rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan kohort
prospektif. Sampel 48 responden. Dipilih berdasarkan consecutive sampling 18 sampai 25 Maret 2019 di
rumah sakit dr. Soedarsono Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prognosis dalam 24 jam dengan
metode APACHE II pada pasien gagal jantung kiri di rumah sakit dr. Soedarsono Pasuruan dengan nilai AUC
0,853 nilai sensitivitas 0,757 dan spesifisitas 0,818 termasuk kategori kuat dalam menskoring prognosis
dalam 24 jam pasien gagal jantung kiri. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium meliputi pH, HCO 3-,
natrium, kalium, kreatinin, hematokrit, WBC Count. dan skor total APACHE II. Skor pH sebesar 7,21. HCO 3_
18,87mmol/L. Na+ sebesar 123,27 mmol/L. Nilai K+ sebesar 3,23 mmol/L. Kreatinin sebesar 2,53
µmol/L. Hematokrit 28,19%. Nilai WBC Count sebesar 22,24 sel/µl. Skor total APACHE II 35,48. Hasil
laboratorium pH darah diprediksi berpengaruh pada prognosis dan mortalitas. Peningkatan risiko mortalitas
terjadi jika pH darah <7,1 dan pH <6,8. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen/keasaman darah pada asidosis
metabolik ditandai kussmaul, bertujuan menurunkan PCO2 darah sebagai kompensasi penurunan bikarbonat
darah. Kelelahan otot pernafasan terjadi apabila pernafasan kussmaul berlangsung secara terus menerus. Tanda
hipokarbia menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah serebral sehingga aliran darah ke otak menurun.
Asidosis metabolik yang berat mengakibatkan depresi susunan saraf pusat menjadi koma dan kejang.
Kesimpulannya APACHE II dapat memprediksi perburukan klinis pasien gagal jantung kiri dalam 24 jam.

Kata Kunci : APACHE II, Gagal Jantung Kiri.

ABSTRACT

Heart failure causes high morbidity and mortality due to the heterogeneous clinical syndrome of
cardiac overload. Nurses activating Code Blue require the dexterity of conducting a rapid assessment
of patients who come to the ER using the APACHE II method. The purpose of this study was to find
out how the prognosis in 24 hours with the APACHE II method in left heart failure patients in the
hospital emergency room. This study used an observational analytic method with a prospective cohort
design. The sample is 48 respondents. Selected based on consecutive sampling 18 to 25 March 2019
at dr. Soedarsono Pasuruan. The results showed that the prognosis within 24 hours using the
APACHE II method in left heart failure patients at dr. Soedarsono Pasuruan with an AUC value of
0.853, a sensitivity value of 0.757 and a specificity of 0.818 was included in the strong category in
scoring the prognosis within 24 hours of left heart failure patients. While the results of laboratory tests
include pH, HCO3-, sodium, potassium, creatinine, hematocrit, WBC Count. and APACHE II total
score. The pH score is 7.21. HCO3_ 18.87mmol/L. Na+ is 123.27 mmol/L. The K+ value is 3.23
mmol/L. Creatinine is 2.53 mol/L. Hematocrit 28.19%. The WBC Count value is 22.24 cells/µl.
APACHE II total score 35.48. Laboratory results of blood pH are predicted to have an effect on
prognosis and mortality. Increased risk of mortality occurs if blood pH <7.1 and pH <6.8. The increase
in hydrogen ion concentration/blood acidity in metabolic acidosis is indicated by Kussmaul, aiming to
reduce blood PCO2 to compensate for the decrease in blood bicarbonate. Respiratory muscle fatigue
occurs when Kussmaul breathing takes place continuously. Signs of hypocarbia cause cerebral blood
vessel vasoconstriction so that blood flow to the brain decreases. Severe metabolic acidosis results in
central nervous system depression leading to coma and seizures. In conclusion, APACHE II can
predict clinical deterioration in left heart failure patients within 24 hours.

Keywords: APACHE II, Left Heart Failure.

1
I. PENDAHULUAN Tabel 1. Karakteristik Pasien Gagal
Gagal jantung menyebabkan morbiditas Jantung Sebagai Responden Penelitian
dan mortalitas yang tinggi sehubungan Berdasarkan Usia, Pendidikan dan
dengan beberapa sindrom klinis heterogen Jenis Kelamin
akibat kelebihan beban jantung atau cedera
pada jantung VariabelKelompokKategorif%
(Snipelisky D., Chaudry SP. & Stewart GC, Usia APACHE II 0-5 0 0
2019). Penatalaksanaan yang tepat di IGD (tahun)
5-11 0 0
dapat mempengaruhi prognosis
pasien (Sakinah, 2018). Nagina & 12-16 0 0
Kencana 2018) menyatakan bahwa 17-25 0 0
aktifasi Code Blue oleh perawat sangat 26-35 1 2,1

mempengaruhi efektifitas waktu dalam 36-45 4 8,3


melakukan BHD, diperlukan waktu rata-
rata 35,93 detik mulai pengaktifan hingga 46-55 14 29,2
56-65 11 22,9
komandan datang sampai lokasi. Berkaitan >65 18 37,5
dengan aktifasi Code Blue maka diperlukan APACHE II SD 21 43,8
ketangkasan dari perawat untuk melakukan Pendidik
an SMP 16 33,3
pengkajian cepat pada pasien yang datang di SMA 11 22,9
APACHE II Laki-laki 25 52,1
IGD. Beberapa Jenis
Kelamin Perempua 23 47,9
n
model pengkajian cepat dengan metode Sumber : Data Primer 2019
skoring telah banyak digunakan saat ini baik
didalam maupun luar negeri. Salah satunya Tabel 1 diatas menjelaskan bahwa
adalah metode APACHE II yang merupakan karakteristik usia pada kelompok APACHE II
penyempurnaan dari metode APACHE I. sebagian besar pada usia >65 tahun sejumlah
Metode skoring APACHE II 18 orang (37,5%), pendidikan tertinggi
menggunakan 3 parameter yang diukur, antara responden sebagian besar adalah Sekolah
lain fisiologis akut, usia dan komorbid. Dasar (SD) 21 orang (43,8%). Jenis kelamin
Beberapa pembuktian bahwa metode skoring responden pada kelompok APACHE II
ini memiliki nilai diskriminasi yang bagus sebagian besar adalah laki-laki dengan jumlah
yaitu oleh 25 orang (52,1%).
Bagaimana prognosis dalam 24 jam
dengan metode Acute Physiologi And 2. Data Khusus Penelitian
Chronic Health Evaluation (APACHE) II Tabel 2. Distribusi Indikator APACHE II
pada pasien gagal jantung kiri di IGD rumah pada Pasien Gagal Jantung Kiri di
sakit ? Rumah Sakit dr. Soedarsono Pasuruan.
Indikator N Mean Standart
Deviasi
II. METODE PENELITIAN
a. Usia 48 60,63 12,74
Penelitian ini menggunakan metode b. Fisiologis Akut
analitik observasional dengan rancangan : Frekuensi
pernafasan 48 22,96 10,83
kohort prospektif. Sampel berjumlah 48 Nadi 48 104,02 25,68
responden. Dipilih berdasarkan consecutive Tekanan darah
sampling mulai 18 Maret sampai 25 Maret sistolik 48 115,42 35,09
Suhu 48 36,67 1,41
2019 di rumah sakit dr. Soedarsono Pasuruan. PaO2 48 87,21 8,61
Tingkat 48 8,92 5,14
Kesadaran
III. HASIL PENELITIAN pH 48 7,21 0,07
1. Data Umum Subjek Penelitian HCO3 48 18,87 1,43
Na+ 48 123,27 10,84
K+ 48 3,23 1,00
Kreatinin 48 2,53 0,72
Hematokrit 48 28,19 7,30
WBC Count 48 22,24 9,61
Skor total 48 35,48 10,18
Sumber : Data Primer (2019)

2
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan Tabel 4 diatas menjelaskan bahwa prognosis
bahwa terdapat dua kategori data, pertama dalam 24 jam pasien gagal jantung kiri
data hasil pemeriksaan fisik adalah : usia, sebagian besar adalah terjadi henti jantung
frekuensi pernafasan, nadi, tekanan darah dengan jumlah 37 orang (77,1%).
sistolik, suhu, PaO2 dan tingkat kesadaran.
Berikut data hasil penelitian : usia responden 4. Analisis Uji Diagnostik Prognosis
pada kelompok APACHE II rata-rata sebagian dalam 24 Jam Pada Pasien Gagal
dari 48 responden berusia 60 tahun. Frekuensi Jantung Kiri di IGD Rumah Sakit
pernafasan rata-rata 22x/menit. Frekuensi nadi dr. Soedarsono Pasuruan
rata-rata 104x/menit. Nilai tekanan darah
sistolik rata-rata 115mmHg. Rata-rata nilai
Suhu 36,670C. Rata-rata nilai PaO2 87 mmHg.
Rata-rata skor tingkat kesadaran 8.
Selanjutnya data yang kedua adalah hasil
pemeriksaan laboratorium meliputi pH,
HCO3-, natrium, kalium, kreatinin,
hematokrit, WBC Count. dan skor total
APACHE II. Rata-rata skor pH sebesar 7,21.
Rata-rata nilai HCO _ 18,87mmol/L.
3
Rata-rata
nilai Na+ sebesar 123,27 mmol/L. Rata-rata Gambar 1. Kurva ROC APACHE II
nilai K+ sebesar 3,23 mmol/L. Rata-rata nilai
kreatinin sebesar 2,53 µmol/L. Rata-rata nilai Berdasarkan gambar 1 menunjukkan
hematokrit sebesar 28,19%. Rata-rata nilai bahwa skor APACHE II mempunyai nilai
WBC Count sebesar 22,24 sel/µl. Rata-rata diagnostik yang baik karena kurva jauh dari
skor total APACHE II sebesar 35,48 garis 50% dan mendekati 100%.

Tabel 3. Distibusi Indikator Komorbid Tabel 5. Deskripsi Nilai Area Under


pada Pasien Gagal Jantung Kiri di Curve (AUC) APACHE II
Rumah Sakit dr. Soedarsono Pasuruan AUCStd.p- IK 95 %
Errorvalue
LBUB
Komorbid
IndikatorKategorif% Non-operative 48 100
Skor 0,853 0,054 0,000 0,746 0,959
Sumber : Data primer (2019) APACHE
II
Tabel 3 diatas menjelaskan bahwa Sumber: Data Primer (2019)
komorbid dari kelompok APACHE II Berdasarkan tabel menunjukkan nilai
seluruhnya non-operative berjumlah 48 AUC dari metode ROC pada skor APACHE II
responden (100%). adalah sebesar 85,3% (95%
IK 74,6%-95,9%), p-value 0,000. Secara
3. Prognosis dalam 24 Jam Pasien statistik nilai AUC sebesar 85,3% tergolong
Gagal Jantung Kiri di IGD Rumah kuat, artinya apabila skor APACHE II
Sakit dr. Soedarsono Pasuruan digunakan untuk mendiagnosis ada tidaknya
henti jantung pada 100 pasien, maka
Tabel 4. Deskripsi Prognosis Dalam 24 kesimpulan yang tepat akan diperoleh pada 85
jam pada Pasien Gagal Jantung Kiri pasien. Interval kepercayaannya nilai AUC
diIGD Rumah Sakit dr. Soedarsono skor APACHE II pada populasi pasien gagal
Pasuruan jantung kiri di rumah sakit dr. Soedarsono
VariabelKelompokKategorif% berkisar antara 74,6% sampai dengan
Prognosis APACHE II Tidak 11 22,9 95,9%.
dalam 24 Henti
jam Jantung
Henti 37 77,1
jantung

3
Tabel 6. Cut of point, Sensitivitas dan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
Spesifisitas APACHE II serebral sehingga aliran darah ke otak
CutSensitivitasSpesifisitas off
menurun. Asidosis metabolik yang berat
Point
mengakibatkan depresi susunan saraf pusat
menjadi koma dan kejang
Skor 31,5 0,757 0,818
APACHE II (Suparyatha, Sidiartha & Hartawan, 2012).
Sumber: Data Primer (2019) Rata-rata HCO3- hasil penelitian
adalah 18,87 mmol/L dan nilai terendah
Berdasarkan gambar 1 dan tabel 6, 16 mmol/L. Nilai 16 mmol/L termasuk
didapatkan nilai cut off point skor APACHE kategori dibawah normal. HCO3- merupakan
II berada pada titik 11 berarti deteksi adanya bagian dari elektrolit mayor yang berfungsi
henti jantung pada skor 31,5 dengan nilai sebagai sistem buffer yang menentukan pH
sensitivitas sebesar 0,757 dan spesifisitas darah. Penilaian HCO3- atau bikarbonat
sebesar 0,818. Nilai sensitivitas 0,757 berarti merupakan salah satu sistem untuk
secara klinis kemampuan APACHE II untuk mengevaluasi fungsi seluler dan
menghasilkan nilai positif henti jantung keseimbangan asam basa. Gagal jantung
sebesar 75,7% Nilai spesifisitas 0,818 secara meningkat dengan peningkatan kadar serum
klinis kemampuan APACHE II untuk bikarbonat. Kejadian gagal jantung kiri
menghasilkan nilai negatif tidak henti jantung meningkat dua kali lipat bila kadar serum
sebesar 81,8%. bikarbonat diatas 26mmol/L 95% CI 1,04-
1,13 p<0,001 (Dober et al., 2015).
IV. PEMBAHASAN Elektrolit adalah senyawa didalam larutan
Tabel 2 menjelaskan bahwa rata-rata nilai yang berdisosiasi menjadi partikel yang
pH hasil penelitian adalah 7,21. pH darah bermuatan ion positif atau negatif. Ion positif
arteri menunjukkan jumlah ion hidrogen disebut kation dan muatan negatif disebut
dalam darah. pH kurang dari 7,0 disebut anion. Sebagian besar proses metabolisme
asam, dan lebih besar dari 7,0 disebut basa memerlukan elektrolit (Wilson, 1995). Kondisi
atau alkali. Ketika pH darah rendah hiponatremia pada tabel 2 dengan nilai rata-
menunjukkan bahwa darah lebih asam, maka rata 123,27 mmol/L dan paling rendah 107
hal ini terjadi karena kadar karbondioksida mmol/L, disebabkan karena pengaruh hormon
yang lebih tinggi. Sebaliknya, bila pH darah antidiuretik yaitu vasopressin yang
tinggi menunjukkan bahwa darah lebih basa, meningkat. Hal ini biasanya ditemukan pada
maka hal ini ditentukan oleh kadar bikarbonat gagal jantung yang fasenya berat. Kondisi
yang lebih tinggi. Fungsi bikarbonat adalah hiponatremia memiliki risiko 5,2 kali terjadi
sebagai bahan kimia yang membantu mortalitas atau gagal jantung dibandingkan
mencegah pH darah menjadi terlalu asam dengan normonatremia (Kurniawan et al.,
atau terlalu basa. Pada kondisi diatas pasien 2014). Elektrolit darah yaitu natrium memiliki
mengalami asidosis metabolik yaitu pH peran vital bagi kehidupan, kejadian
darah <7,4, bikarbonat rendah, dan PCO2 juga hiponatremia dan hipernatremia akut pada
rendah. Hasil laboratorium pH darah pasien gagal jantung kiri sangat
diprediksi berpengaruh pada prognosis dan membahayakan kondisi sistem saraf pusat
mortalitas. Peningkatan risiko mortalitas dengan keluaran kerusakan otak yang dapat
terjadi jika pH darah <7,1 dan pH <6,8. mengancam jiwa.
Peningkatan konsentrasi ion Rata-rata nilai kalium pada hasil
hidrogen/keasaman darah pada asidosis penelitian menunjukkan 3,23 mEq/L, artinya
metabolik ditandai dengan pernafasan cepat terjadi hipokalemia karena rentang normal
dan dalam (kussmaul), bertujuan menurunkan berada pada nilai 3,5-5,3mEq/L. Hipokalemia
PCO2 darah sebagai adalah keadaan kalium plasma kurang dari
kompensasi penurunan bikarbonat darah. 3,5mEq/L yang terjadi akibat asupan yang
Kelelahan otot pernafasan dapat terjadi apabila kurang, perpindahan kalium ke dalam sel atau
pernafasan kussmaul berlangsung secara kehilangan kalium renal maupun non renal
terus menerus. Tanda hipokarbia (Salwani,

4
2016). Pada keadaan gagal jantung terjadi Nilai kreatinin yang meningkat
gangguan transport kalium ke dalam jaringan. mengindikasikan penurunan fungsi ginjal
Keadaan ini menyebabkan peningkatan stress maka timbullah beberapa efek yang berbahaya
oksidatif yang dapat mengganggu aktivitas seperti insufisiensi ginjal dapat menyebabkan
Na/K-ATPase dan transport kalium ke metabolisme abnormal dari protein dan asam
jaringan. Sebagai akibatnya, kadar kalium amino sehingga menyebabkan kadar
dijaringan akan lebih rendah dibandingkan homosistein meningkat, menginduksi
kadar kalium dalam serum. Selanjutnya hal ini disfungsi endotel, serta abnormalitas faktor
dapat meningkatkan risiko fibrosis koagulan dan platelet. Efek kedua adalah
miokardial, hipertrofi dan henti jantung maturasi dari HDL terganggu yang
(Suhenda, 2018). Kekurangan ion kalium menyebabkan inti lemak dari plak
dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung aterosklerosis semakin besar sehingga plak
melambat. Hipokalemia pada gagal jantung mudah ruptur. Efek selanjutnya sel tubular
juga efek dari pemberian diuretik tanpa proksimal ginjal sebagai sumber utama
suplementasi kalium dan obat potassium glutathione preoxidase (antioksidan)
sparring. menurun menyebabkan stres oksidatif yaitu
Namun data juga menunjukkan nilai menurunnya zat besi dan vitamin A.
kalium 8,0 artinya terjadi hiperkalemia Mekanisme efek tersebut dapat mendorong
sehingga dapat menyebabkan aritmia jantung terjadinya pembentukan plak atreosklerosis
dan berpotensi terjadinya henti jantung atau pembuluh darah koroner dan menimbulkan
fibrilasi jantung (Yaswir & Ferawati, 2012). stenosis sehingga pasien mengalami gagal
Hiperkalemia pada gagal jantung disebabkan jantung (Anandini, 2016).
karena keluarnya kalium dari intrasel ke Nilai hematokrit dalam tabel 2 dengan
ekstrasel. Jika kalium keluar dari sel maka nilai mean 28,19%. Hematokrit merupakan
akan terjadi asidosis metabolik (Fisbach et gambaran sel dari darah dan sering dijadikan
al., 2009). Tanda hiperkalemia juga timbul sebagai parameter untuk menilai penurunan
pada gagal jantung berat bila hasil massa eritrosit, selain kadar hemoglobin dan
pemeriksaan menunjukkan penurunan fungsi hitung eritrosit. Normalnya untuk laki-laki
ginjal, penggunaan ACE-inhibitor dan obat 42-53% sedangkan untuk wanita 38-46%.
potassium sparring (Mariyono & Santoso, Tabel 1 menunjukkan sebagian besar laki-laki
2007). yaitu 52,1%. Laki-laki berisiko 2x lebih besar
Pemeriksaan kreatinin dalam penelitian mengalami penyakit gagal jantung
ini dengan nilai rata-rata 2,53 µmol/L masih dibandingkan perempuan karena laki-laki
dalam batas normal. Kreatinin adalah produk dalam tubuhnya tidak diproduksi hormon
akhir metabolisme otot yang dilepaskan ke estrogen sehingga LDLnya lebih dominan
sirkulasi secara konstan. Otot merupakan dibandingkan wanita. Sebagian besar laki- laki
jaringan yang membutuhkan energi fosfat menjadi kepala keluarga, maka selama sakit
tinggi, yaitu adenosine triphosphate (ATP). pada umumnya untuk perawatan diri dirumah
Pada keadaan istirahat, kreatin kinase akan cenderung dilayani oleh keluarganya meliputi
mengkatalis ATP bersama kreatin dan kontrol keteraturan minum obat, monitoring
membentuk sumber energi tinggi yaitu kreatin berat badan dan diit rendah garam namun jika
fosfat. Saat otot berkontraksi, kreatin fosfat keluarga lalai dan sibuk dengan rutinitas
akan dimetabolisme menjadi kreatinin fosfat sehari-hari maka pasien cenderung diabaikan
dan bersama kreatin akan membentuk dan pasien tidak tertib terhadap pengobatan
kreatinin. Parameter kreatinin dalam farmakologis dan non farmakologisnya yang
APACHE II dapat digunakan sebagai faktor berdampak pada meningkatnya risiko
prediktor independen terhadap penyakit komplikasi gagal jantung yaitu henti jantung.
kardiovaskular. Pada dasarnya kreatinin Dengan demikian faktor jenis kelamin
tidak berhubungan langsung, namun kreatinin berkontribusi juga dalam menyebabkan gagal
dihubungkan dengan fungsi ginjal dan masih jantung kiri. Peneliti berasumsi
digunakan untuk menghitung laju filtrasi
glomerulus.

5
bahwa dari riwayat aktivitas khususnya beban Responden penelitian penderita gagal
kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup jantung kiri dirumah sakit dr. Soedarsono pada
sehari-hari antara laki-laki dan wanita sama tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
beratnya. Karakteristik tingkat pendidikan kelompok APACHE II pada usia 52-61 tahun
responden sebagian besar yaitu SD sehingga sejumlah 19 orang (39,6%) dari 48 responden.
pekerjaan yang dilakukan tergolong pekerja Kategori umur tersebut termasuk masa dewasa
kasar. Aktivitas berat dapat meningkatkan awal (26-
beban kerja jantung, jika tidak dikelola dengan 35 tahun) dan lanjut usia (lansia) akhir (56-65
baik dan berlangsung lama maka berakhir pada tahun). Salah satu penyakit pada sistem
gagal jantung kiri. Peneliti lain yaitu kardiovaskular gagal jantung kiri yang terjadi
Bangsawan & Purbianto (2013) telah pada usia ini merupakan akibat dari proses
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan penuaan dan dampak kumulatif dari gaya
antara proporsi kejadian komplikasi gagal hidupnya ketika masih muda (Utami, Sahar &
jantung antara klien laki-laki dan perempuan Widyatuti, 2013). Karakteristik usia responden
dimana hasil uji statistik menunjukkan p hasil penelitian juga selaras dengan penelitian
value = 0,529 > 0,05. Faktor lain yang dari Purnamawati, Arofianti & Relawati
berpengaruh adalah elastisitas pembuluh darah (2018) yang menyebutkan bahwa usia
mulai berkurang pada usia lebih dari 30 tahun terbanyak terjadi gagal jantung adalah
baik pada laki-laki dan perempuan, begitupula kelompok usia 51-60 tahun.
ukuran jantung juga semakin besar dan otot Usia merupakan salah satu faktor
semakin tebal tetapi kemampuan kompensasi pendukung terjadinya perkembangan penyakit
berkurang. Pembuluh darah yang kaku dan gagal jantung kiri, penelitian oleh Perki (2015)
kurang liat menyebabkan gagal jantung kiri. menjelaskan bahwa gagal jantung merupakan
Peningkatan jumlah hematokrit dalam masalah kesehatan yang terjadi secara terus-
sirkulasi darah dapat meningkatkan viskositas menerus dengan bertambahnya usia pada
darah yang kemudian akan menyebabkan negara-negara maju maupun yang sedang
penurunan kecepatan aliran darah sehingga berkembang seperti Indonesia. Data
dapat menyebabkan trombosis dan penurunan menyebutkan penyakit kardiovaskular
laju transport oksigen ke jaringan selanjutnya merupakan penyakit nomor satu penyebab
menyebabkan iskemik/infark pada otak dan kematian didunia dan diperkirakan seluruh
jantung. Jika hal ini berlanjut maka dapat dunia pada tahun 2020 menjadi pembunuh
terjadi fase yang paling parah yaitu tersering 36% dari seluruh angka kematian.
eksaserbasi gagal jantung kongestif. Peneliti lainnya Baransyah, Rohmah &
Hiperviskositas akibat peningkatan kadar Suharsono (2014) juga menjelaskan bahwa
hematokrit menurunkan gagal jantung terjadi akibat menurunnya
kecepatan aliran balik vena ke jantung yang fungsi jantung pada struktur dan fungsional
dimanifestasikan dengan tanda tekanan arteri ventrikel akibat dislipidemia yang
tinggi. Keadaan ini menyebabkan kerusakan menyebabkan tubuh gagal mempertahankan
endotel, inflamasi berlanjut sehingga terjadi homeostasis. Kolesterol HDL dan
ruptur plak aterosklerosis (Malisan, trigliserida yang tinggi menyebabkan
Wantana & Rotty, 2015). peningkatan tekanan darah arteri sistemik
WBC Count. dalam tabel 2 didapatkan kronik sehingga terjadi hipertrofi ventrikel
hasil nilai mean 22,24 sel/µl dan nilai kiri dan bila hal ini terus berlanjut seiring
tertinggi 42,0 sel/µl. Kurniawan et al. (2015) bertambahnya usia maka menyebabkan gagal
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa jantung. Pada proses menua juga terjadi
keadaan leukositosis secara signifikan peningkatan aterosklerosis pada pembuluh
memiliki risiko gagal jantung dan mortalitas darah dan terganggunya aliran darah pada
10,71 kali dibandingkan pasien dengan jumlah pembuluh darah ke area jantung maka timbul
leukosit normal. ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dengan suplai oksigen.

6
Penelitian ini juga mendeteksi usia tepat. Menurut Prihatiningsih & Sudyasih
termuda responden 32 tahun dimana usia (2018) menyebutkan bahwa penyakit penyerta
tersebut merupakan usia produktif. Hal merupakan satu-satunya faktor yang
tersebut dapat terjadi berkaitan erat dengan berhubungan dengan perilaku perawatan diri
gaya hidup, tidak mengkonsumsi makanan pada dimensi kepercayaan diri. Penelitian
bergizi seimbang, tidak melakukan aktivitas sebelumnya juga menyebutkan bahwa
fisik/olahraga secara benar dan teratur serta keberadaan penyakit penyerta dapat
kebiasaan merokok. Merokok sejak usia dini memperburuk perilaku perawatan diri pasien
dapat mengurangi usia harapan hidup rata-rata gagal jantung (Dickson, Buck & Riegel,
10 tahun. Rokok mengandung nikotin dan 2013). Keberadaan komorbid dapat
karbonmonoksida yang memperburuk menurunkan perilaku perawatan diri pasien
kesehatan jantung. Penimbunan plak didalam gagal jantung kiri karena terganggunya
pembuluh darah dapat menyumbat pembuluh kemampuan pasien dalam membedakan
darah, nikotin dalam asap rokok membuat penyebab gejala yang dialaminya (Riegel et
jantung bekerja lebih cepat dan meningkatkan al. 2015). Adanya komorbid juga menuntut
tekanan darah serta karbonmonoksida sendiri pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan
dapat mengambil oksigen dalam darah lebih perawatan diri yang lebih kompleks yang
banyak sehingga risiko gagal jantung semakin akhirnya menurunkan kepercayaan diri pada
besar. pasien dalam melakukan perawatan diri. Perlu
Usia 32 tahun ini termasuk kategori usia masyarakat cermati bahwa perawatan diri
dewasa awal dimana usia ini berada pada batas pasien gagal jantung juga meliputi
peralihan kehidupan remaja ke dewasa. kepercayaan seseorang bahwa mereka mampu
Menurut Putro (2017) manakala individu gagal melakukan perawatan diri pada penyakitnya
menjalankan tugas-tugas perkembangan akan (Riegel et al., 2015). Hal ini juga bergantung
membawa akibat negatif dalam kehidupan pada tingkat pendidikan responden. Kategori
fisik dan sosialnya. Minimalnya pengalaman pendidikan hasil penelitian tabel 1
yang berhubungan dengan kemandirian dan menunjukkan sebagian besar kelompok
tanggungjawab dapat berpotensi menimbulkan APACHE II adalah lulusan Sekolah Dasar
perilaku kurang sehat seperti sering tampak yaitu 43,8%. Sekolah Dasar merupakan
gelisah, timbul pertentangan, kebingungan dan pendidikan terendah di negara Indonesia.
konflik pada diri sendiri. Hal ini menjadi Febtrina dan Nurhayati (2017) menyatakan
penyebab peningkatan emosional yang terjadi individu dengan pendidikan yang tergolong
secara cepat. Stres dan emosional memicu rendah jarang memperoleh tantangan tugas
kerja jantung lebih berat maka tekanan darah mengasah kemampuan dan
dapat naik bersifat sementara. Stress sebagai kecerdasannya sehingga kemampuan
salah satu bentuk perilaku tidak sehat bilamana intelektualnya cenderung rendah pula.
berlangsung terus-menerus berdampak pada Sedangkan Harigustian, Dewi & Khoiriyati
semakin berkembangnya suatu penyakit. Maka (2016) dalam penelitiannya menyebutkan
masyarakat modernisasi perlu menyadari bahwa karakteristik respondennya sebagian
bahwa perilaku hidup sehat, dapat mencegah besar (37%) juga berpendidikan SD, seseorang
terjadinya proses dislipidemia sebagai yang memiliki pendidikan rendah sulit
pencetus utama terjadinya gagal jantung kiri. menyerap informasi kesehatan maka
Tabel 2 menjelaskan bahwa variabel pengetahuan yang dimiliki juga kurang.
komorbid seluruhnya adalah non operative. Informasi kesehatan meliputi tanda gejala
Kategori non operative yang dominan penyakit, penyebab, pengobatan dan diit yang
menunjukkan skoring paling tinggi 5 pada harus ditaati tidak diterima dengan utuh
skoring APACHE II, maka cara yang tepat sehingga prevalensi kejadian gagal jantung kiri
dalam menurunkan skor ini adalah dengan semakin meningkat.
perawatan diri yang Percaya terhadap kemampuan orang lain
dalam melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan merupakan bagian dari

7
unsur efikasi diri. Perlu digarisbawahi bahwa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
keluarga harus memberikan kepercayaan Universitas Tanjungpura.
terhadap anggota keluarganya yang sakit https://media.neliti.com publications
dalam hal ini pasien gagal jantung kiri supaya George Argyriou RN,MSc., ... Christina
dapat melakukan aktivitas dirumah sesuai Routsi MD,PhD. (2015). Comparative
kemampuannya dengan harapan kualitas evaluation of acute physiology and
hidupnya semakin baik. chronic health evaluation II and
sequential organ failure assessment
V. KESIMPULAN scoring systems in patients admitted to
Prognosis dalam 24 jam dengan metode the cardiac intensive care unit. Journal of
APACHE II pada pasien gagal jantung kiri di critical care. Volume 30,Issue 4, August
rumah sakit dr. Soedarsono Pasuruan dengan 2015. Pages 752-
nilai AUC 0,853 nilai sensitivitas 0,757 dan 757.https://doi.org/10.1016/j.jcrc.2015
spesifisitas 0,818 termasuk kategori kuat .04.014.
dalam menskoring prognosis dalam 24 jam J.D. groarke. J. Stack. A. Aftab. C Dwyer.
pasien gagal jantung kiri. R. Mc Govern. G. Courtney. (2008). Use
of admission early warning score to
VI. REKOMENDASI predict patient morbidity and mortality
Pada penelitian berikutnya dapat and treatment succes. Emergency Medical
memfokuskan pada modifikasi APACHE II Journal. 2008 : 25 : 803-806. DOI :
lebih sederhana dengan pemeriksaan, fisilogis 10.1136/emj.2007.051425.
dimodifikasi dengan elektrolit pH, kalium, Livia Baransyah, M. Saifur Rohman, Tony
natrium, bikarbonat untuk mempercepat Suharsono, (2014), Faktor-faktor yang
diagnosis ditemukannya gangguan bberpengaruh terhadap kejadian gagal
keseimbangan asam basa sehingga kejadian jantung pada pasien infark myokard akut
henti jantung dapat diintervensi lebih awal. di rumah sakit dr. Saiful Anwar Malang,
Majalah Kesehatan FKUB, Volue 1
VII. DAFTAR PUSTAKA Nomer 4, Desember
Amaryllis Anandini. (2016). Nilai kreatinin 2014.
sebagai faktor prediktor keparahan Sakinah, (2018), Faktor-faktor yang
penyakit jantung koroner berdasarkan berhubungan dengan tingkat pengetahuan
sullivan vessel score. Fakultas dokter jaga IGD tentang penatalaksanaan
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan kasus henti jantung di rumah sakit tipe C
Universitas Islam Negeri Syarif se Sumatera Barat, IDADU
Hidayatullah. Jakarta. oai:scholar.unand.ac.id:33632103910
, P., Mahardhika, W. P., & Benediktus, A. 0473.
(2011). Hubungan Vitamin D dengan Snipelisky D., Chaudry SP., Stewart GC,
Gagal Jantung. (2019),The many faces of heart failure,
Diah Handayani, Nirwan Arief, Boedi Cardiac Electrophysiology Clinics,
Swidarmoko, Pudjo Astowo, Muhammad 2019, Maret, Vol. (1), pp.11-
Sopiyudin Dahlan, Sistem skor acute 20. http:// DOI :
physiology and chronic health evaluation 10.1016/j/ccep.2018.11.001.
(Apache ) II sebagai prediksi mortalitas Yayang Harigustian., Arlina Dewi., Azizah
pasien rawat instalasi perawatan intensif, Khoiriyati., (2016). Gambaran
J Respir Indo Vol. 34 No.1 Januari karakteristik pasien gagal jantung usia 45-
2014. 65 tahun dirumah sakit PKU
Gapar. (2015). Hubungan peningkatan angka Muhammadiyah Gamping Sleman.
leukosit pada pasien stroke hemoragik Indonesian Journal of Nursing
fase akut dengan mortalitas di RSUD Practices. Vol. 1 No. 1 Desember
DR. Abdul Aziz Singkawang. Program 2016.
Studi

Anda mungkin juga menyukai