Anda di halaman 1dari 74

Silvia Lestari, dkk.

Kasihmu, Ibu
Copyright © CV Jejak, 2020
Penulis:
Silvia Lestari, dkk.
ISBN: 978-623-247-204-4
ISBN: 978-623-247-205-1 (PDF)
Editor:
Yunk Putra El-Lefaqy
Penyunting dan Penata Letak:
Tim CV Jejak
Desain Sampul:
Freepik
Penerbit:
CV Jejak, anggota IKAPI
Redaksi:
Jln. Bojonggenteng Nomor 18, Kec. Bojonggenteng
Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43353
Web : www.jejakpublisher.com
E-mail : publisherjejak@gmail.com
Facebook : Jejak Publisher
Twitter : @JejakPublisher
WhatsApp : +6281774845134

Cetakan Pertama, Maret 2020


73 halaman; 14 x 20 cm

Hakcipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku
dalambentuk dan dengancaraapapuntanpa izin tertulis dari
penerbit maupun penulis

2 | Silvia Lestari, dkk.


Puisi lahir dari imaji yang berkeliaran, juga dari realita
sekitar yang diwarnai khayal. Puisi, bukan sebatas kata yang
diikat kalimat, dipoles dengan titik dan koma, yang menjadi
bait-bait indah bersanggul larik, yang liriknya membariskan
rasa, membuat prasa sendiri dalam tubuhnya.

Antologi puisi ini berisi tentang ungkapan cinta kepada


ibu. Ibu, sebagaimana kita tahu: menyandingkan cintanya
tidak ada yang mampu. Berangkat dari situ, kami BKSM-
SAKSI UIN Mataram, sebuah UKM kesenian kampus
menyelenggarakan Lomba Cipta Puisi Tingkat Mahasiswa se-
Pulau Lombok dengan tema “Sejuta Kasih Ibu”.

Pembukuan karya ini adalah sebuah bentuk apresiasi


terhadap karya peserta lomba. Semoga bisa menjadi motivasi
menulis dan membaca. Kalah menang dalam lomba, adalah
biasa. Setidaknya pernah berusaha.

Salam hangat kepada pembaca. Terima kasih, semesta.

Salam Kreasi!

Mataram, Desember 2019


Penanggungjawab Penyelenggara,

Tagar Pribumi Al-Kindi

Kasihmu, Ibu | 3
Kata Pengantar _______________________________3
Daftar Isi_____________________________________4
Kasihmu, Ibu
Silvia Lestari _______________________________________ 8
Dei Gratia
Saada Surya ______________________________________ 10
Almarhumah
Saada Surya ______________________________________ 12
Potret Ibu
Nur Azwah _______________________________________ 14
Sepenggal Balas Atas Kasih Ibu
Imam Kafrowi ____________________________________ 15
Cinta Pertamaku
Imam Kafrowi ____________________________________ 17
Cinta Kasih Ibu
Astuti ___________________________________________ 18
Ibu dan Ruang Rindu
Sukron Yunanda __________________________________ 19
Goresan Kata untuk Mama
Yuliana Fashani ___________________________________ 20

4 | Silvia Lestari, dkk.


Dalam Doamu
Rihhadatul ‘Aisy Putri ______________________________ 22
Sejuta Cinta Milikmu
Rihhadatul ‘Aisy Putri ______________________________ 23
Sejuta Kasih Ibu
Arsya Rismaya ____________________________________ 24
Sejuta Kasih Ibu
Arsya Rismaya ____________________________________ 25
Ibu
Abu Jihad ________________________________________ 26
Ibu, Ibu, Ibu
Abu Jihad ________________________________________ 28
Tanpa Judul
Rizki Dwi Puspita __________________________________ 30
Ibu31
Rizki Dwi Puspita __________________________________ 31
Ucap Tulus Ibu
Rinjani Ade Putri __________________________________ 33
Intuisi Ibu Selalu Benar
Rinjani Ade Putri __________________________________ 34
Pinjamkan Aku Hatimu, Ibu
Ririn Novita Sari __________________________________ 35
Bingkai Bunda Penghias Hati
Supiatul Jannah ___________________________________ 37
Sejuta Kasih ibu
M. Zaenal Abidin __________________________________ 39

Kasihmu, Ibu | 5
Mahadaya Doa dan Cinta Ibu
Tania Purbawati Naprila ____________________________ 41
Sejuta Kasih Ibu
Yusril Ihza Mahendra ______________________________ 42
Ummi
Nur Azizah _______________________________________ 44
Sebuah Sebutan
Baiq Laksmining Prayatni ___________________________ 45
Sejuta Kasih Ibu
Wahyu Hidayah ___________________________________ 47
Sejuta Kasih Ibu
Wahyu Hidayah ___________________________________ 48
Sandiwara Cinta Ibu
Sapa’atul Jumalia _________________________________ 49
Bundaku Tercinta
Rohyatul Ainun Fitra _______________________________ 50
Ibuku Hidupku
Yuspita Umami ___________________________________ 51
Malaikat Tak Bersayapku
Yuspita umami____________________________________ 53
Tentang Ibu, Sebuah Cinta, dan Sebuah Maaf
Rizkinta Rohadatul Aisy_____________________________ 55
Sejuta Kasih Ibu
Yuni Sari _________________________________________ 57
Sejuta Kasih Ibu
Yuni Sari _________________________________________ 59
Sejuta Kasih Ibu
Rohani __________________________________________ 61

6 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih yang Terabaikan
Wa’dah Salsabila __________________________________ 62
Wanita Pujaanku
Baiq Lisa Kartika Komala Dewi _______________________ 64
Sejuta Kasih Ibu
Ummu Fadilah ____________________________________ 65
Sejuta Kasih Ibu
Ummu Fadilah ____________________________________ 68

Tentang Penulis _____________________________ 70

Kasihmu, Ibu | 7
Kasihmu, Ibu
Silvia Lestari

di atas lempeng tembaga berundak


potret rautmu membengkak
humus kopi membanjiri dada
kautetap membaca pendar nan kusut

sebelum mentari memeluk bumi


gontaimu menguasai pijakan kasih
tanganmu lincah bermain bersama lelah
meski keringat tersuling dari tubuhmu

tempurung dipenuhi serat


tikaman sulfur memangkas jantungmu
meski malam menjuntai
kau masih berselancar penuh bayang

purbanya waktu tiada ruas


kemurtadan bayang dari keutuhan kata
tetap hanya hikayat semata bagimu
padahal lipatan jarum menusuk jiwamu

seiris bulan meluncur pada jejakmu


seteguk cahaya kabur dari pandanganmu
kesucianmu mengental memutihkan mataku
erangan adegan tetap melaju
kautetap berperang bersama takdir
dalam pertempuran harapan

8 | Silvia Lestari, dkk.


tiada keluh untuk berhenti memberi embus kasih
bagimu buah hati adalah napas
cakrawala mengukir peluhmu
biar semesta menjadi saksi perjuanganmu

(2019)

Kasihmu, Ibu | 9
Dei Gratia
Saada Surya

umpatan lahir tanpa peristiwa


tanpa perantara kata
hanya hela napas dan lirikan mata
lantas, segala aksara menjemput koma
abaiku pada serumu adalah endapan sakit pada empedu
tidak jarang aku mengumpat
“jahanam kamu!”
tapi dirimu mana tahu

yang sama-sama kita tahu hanya lelahnya jiwa


luka-lukamu yang jadi lukaku
keluhan kita pada Tuhan
teriakan atas nama setan

profesimu tukang judi


jahat, tapi tidak masuk bui
kadang kau berubah menjadi penjual dan aku pembeli
kita bertahan hidup dengan menjajakan cacian
membanggakan makian

kerap kali aku ingin kabur dari jeritmu yang semu


membunuh diri atau dengan mati terbakar api
namun, aku tahu kau akan menangkapku lagi

bukan pura-pura tuli


aku hanya memilih untuk tak peduli
atas rentetan rapalmu yang hadir pada malam hari

10 | Silvia Lestari, dkk.


semoga kau tidak jadi congkak
karena seringkali nakal pada kata
menggoda pada doa
mencuri perhatian semesta
membuatku yang terus berlari terhenti
dan akan tetap kembali

(2019)

Kasihmu, Ibu | 11
Almarhumah
Saada Surya

ada seorang anak laki-laki


dulu, ketika baru belajar merangkak
ia sering berteriak,
“ibu, aku ingin berak”
lalu terlihat si ibu, sosok perempuan cantik yang
tersenyum
matanya akan berbentuk seperti bulan sabit
anak laki-laki digendong
sampai di kamar mandi, ia minta ditemani

tahun berikutnya, teriakannya tak lagi sama


kalimat anak laki-laki ini berbeda,
“ibu, aku sakit gigi”
sang ibu datang menenangkan
berjanji akan ada di samping anak laki-laki
sehidup semati

ketika dewasa anak laki-laki keluar pulau cari pengalaman


ternyata hidup memberinya beban
ia tersedak makanan
terdesak keadaan
terasing ke pedalaman

ia ingin pulang namun jauh dari kampung halaman


dengan kapal kecil mengarungi laut
dihantam badai, digulung ombak
sudah susah, celaka pula
ketika sampai di daratan ia berlari
ia ingin berteriak mengadu pada ibunya lagi

12 | Silvia Lestari, dkk.


anak laki-laki akhirnya berada di rumah
orang-orang bilang ibu anak laki-laki sudah pindah
nama ibunya juga sudah berubah jadi almarhumah
anak laki-laki tidak peduli dan terus mencari

ibunya hadir, berwujud halusinasi

disamping lahat, ia sadar


ada yang mengingkari janji di sini

oh, ibunya telah lama mati.

(2019)

Kasihmu, Ibu | 13
Potret Ibu
Nur Azwah

sepotong bulan merona


di dua puluh dua desember
serupa wajahmu
yang menghabiskan tenaga
kali pertama hadirku ke dunia

seekor burung di pohon mati


terbang ke angkasa
bersama nama dan doa
yang dirapal penuh semoga

detik terus berguguran


kecupmu terbit tak kenal zaman
penuh cinta
dan kasih tak terkira

(2019)

14 | Silvia Lestari, dkk.


Sepenggal Balas Atas Kasih Ibu
Imam Kafrowi

nuhna hinu hnaa hinu iyaah


nuhna hinu hina hinu iyyaaaahh
nuhna hinu hna iyyyyyah

terima kasih ibu, teriakku.

hanya kata tabu itu yang bisa kutitahkan


untuk menggambarkan sejuta kasihmu ibu.
secarik kertas yang kau belikan untuk menulis cita-citaku
telah lapuk,
tak mampu lagi memediasi sejuta kasihmu,
molekul penaku tak mampu lagi menuang sajak tentang
kasihmu,
karena aku tahu, menggambarkan sejuta kasihmu bukan
dengan sajak.

fikirku terdiam ketika memikirkan kata yang pas


berharap lidahku bisa menyuarakan kata paling pantas,
tapi semua menjadi ambigu, mencoreng sejuta kasihmu,
menghancurkan harap yang telah kau tanam sedari aku
kecil
aku menyadari tak ada yang bisa ku lakukan ibu
kasihmu ibu, sejuta kasihmu

Kasihmu, Ibu | 15
hhhaaaaaah….. lagi-lagi buntu lagi-lagi lidah ini kaku.
hhmmm matur tampiasih, ibu
walau kutahu itu tak cukup membalas kasihmu
dan fikirku menghitung balasanku ini sekecil molekul atom
tapi sepenggal kata itu yang mewakili balasanku atas
kasihmu

(2019)

16 | Silvia Lestari, dkk.


Cinta Pertamaku
Imam Kafrowi

aku tak tahu harus memulai dari mana


raga ini seketika kaku taktala mengingatmu
air mata dan rindu berjalan beriringan
menghampiri sendu ruapku
tatkala menyebutmu dalam sujudku
kasih sayangmu tak mampu kubalas dengan materi
kasih sayangmu tak mampu kubalas dengan prestasi
kasih sayangmu tak mampu kubalas dengan profesi
apalagi dengan untaian kata romantis dari puisi

aku tahu, di setiap diskusimu dengan Tuhan


kau selalu menyebut namaku dalam baris terdepan
sembari meneteskan air mata dalam setiap dialogmu
hanya kata maaf yang bisa kuucapkan padamu
untuk membalas resah dan amarahmu

dan kata terimakasih yang kuucapkan untukmu


karena telah membesarkan anak yang kau anggap istimewa
hanya larik ini yang bisa kuuntai untukmu cinta pertamaku,
ibundaku.

(2019)

Kasihmu, Ibu | 17
Cinta Kasih Ibu
Astuti

hadirmu, bagai pelita dalam lorong kelabu


di matamu, mengalirkan ketulusan tanpa setitik pun semu
di senyummu, aku merasa keteduhan cinta yang membiru
di tuturmu, terhentar alunan larik doa menembus semesta
dalam setiap langkahku.

jasamu,
pengorbananmu
tak pernah kau ungkit-ungktit
selalu kau sembunyikan dan tak pernah meminta balasan
ibu, banyak kebaikanmu yang mengalir didarahku dan
hidup bersamaku
ibu kau ruhku dan kehidupanku
kau pemberi kebahagiaan jiwaku dan harapanku

namun terpatri dihati


cinta kasihmu ‘kan abadi di dalam sanubari
ibu, kau wanita tangguh
kau sembunyikan lelah dan letihmu di hadapan anak-
anakmu
kau tepikan hasratmu demi memenuhi hasrat anak-anakmu

ibu
maafkan aku selalu membantahmu
menghadir pekat luka menyayat pilu
menancap ribuan panah sembilu
atas diri yang tak tahu malu

(2019)

18 | Silvia Lestari, dkk.


Ibu dan Ruang Rindu
Sukron Yunanda

ia menjelejahi ruang waktu


bertemu dengan Tuhan pada silih waktu tertentu
kadang ia membisu pada jarak dan langkah yang
membuatnya ambigu
menyelipkan tangis dan rindu yang ingin bertemu.

sejuta kasih ibu


merelakan anak yang pergi mengejar mimpi
utaian doa-doa yang tak pernah berhenti
meski tangan dan wajah mulai keriput dan tak berseri lagi
ia masih memperjuangkanmu disela-sela jemari yang mulai
berhenti menari

sejuta kasih
ibu tidak ada hari libur untuk tertidur
tidak ada cerita untuk derita
tidak ada keluh untuk dikesahkan
tidak ada malam untuk ditinggikan

malam menjelma tawa


lelah menjelma riang
demi anakmu
yang berpetualangan lalu hilang
dan tak pernah pulang

(2019)

Kasihmu, Ibu | 19
Goresan Kata untuk Mama
Yuliana Fashani

teruntuk mata yang senantiasa berbinar


padahal hati dirundung gusar
teruntuk telinga yang senantiasa mendengar
padahal diri tak lagi didengar
teruntuk mulut yang senantiasa bijak
padahal terkadang ia terinjak
teruntuk tangan yang senantiasa mengelus
padahal sering kali dibalas tak halus
teruntuk pelipis yang dipenuhi peluh
teruntuk tangis yang sering kali jatuh
teruntuk bidadari syurga
yang memilih hidup didunia fana
menjadi manusia yang bernama Mama
yang selalu menomor-kesekiankan dirinya
demi anak dan keluarganya
yang menjadi pelita di kala gelap merayap
menjadi awan di kala panas membekap
menjadi hujan di kala gersang melahap
menjadi pohon di kala hujan menyergap

dan kini, izinkanlah diri ini bersimpuh di hadapanmu


dengan berurai air mata penyesalanku
atas beribu perilaku dan kata yang keliru
yang tak jarang menyakiti dan berbekas dihatimu
ketahuilah satu hal, Ma

20 | Silvia Lestari, dkk.


mama adalah wujud cinta sempurna
yang sering tak terkata dan aku sangat bahagia
diantara miliaran mama di luar sana
allah pilihkan satu yang begitu luar biasa
yang dengan bangga, kupanggil mama

(2019)

Kasihmu, Ibu | 21
Dalam Doamu
Rihhadatul ‘Aisy Putri

matamu bak lir-intan menyambut


sumringah menyapa di kala cahaya naik sepenggalah
sakit yang bukan sakit lagi namanya
tapi, telah sembuh dengan sebuah kehadiran
dan kau jamu dengan ladang di dadamu

kemarin usianya menggenap satu


kau makin giat mendoakan
menengadah sambil mengetuk dinding rumah tuhan
berharap dia menjaga dia-mu dari fananya dunia

tumbuh-tumbuh usianya
dan kau, makin menua saja
rapalan dedoa menanjak jauh
kali ini, kau harap dia menjaga dia-mu ketika hari itu tiba

bu, entah berapa doa untuk dirimu yang sempat terabaikan


tapi untukku, doamu selalu menjaga hati ini tanpa aba-aba
berjuta rengkuhan sayang untukku kau kirim pada tuhan
karena kau tahu, kau tak mampu menjagaku dengan
tanganmu
terima kasih dengan segala peluh yang luruh ketika langit
dan tanganmu terkatup sujud

(2019 )

22 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Cinta Milikmu
Rihhadatul ‘Aisy Putri

temaram cahaya dari lampu teplok di sudut ruangan


samar-samar jelaga mengaburkan pandang
langkahan yang masih terkantuk
namun, tak sekalipun mengeluh

wanita itu, gemar mendahului subuh


menghidupkan dapur dengan kepul asap yang penuh
sebelum surya terbangun
seblum adzan bersenandung

hati-hati, tangannya lihai merapikan dasi


juga seragam-seragam untuk buah hati
lantas mengecup kening atau punggung tangannya
sembari merekahkan senyum di ambang pintu, sambil
melambai

meski mandi pun belum, wajahnya tetap anggun dan cantik


tak lupa ia meluruhkan doa, agar tuhan senantiasa menjaga
mereka
dengan sejuta cinta yang selalu tumbuh
tak mungkin untuk merapuh

(2019)

Kasihmu, Ibu | 23
Sejuta Kasih Ibu
Arsya Rismaya

berawal dari mana?


mengambang dalam fikir semesta
bayangan dia?
bayangku bayangmu bersama

datanglah kemari
dan tunggu aku kembali
mengulang semua kisah yang ada dalam diri
sebuah rasa yang tersimpan di hati, tanpa tertandingi

tak dapat terulang lagi


cinta yang sederhana
mencintai sampai terjaga
kusebut dalam doa yang kuasa

sebut aku selalu dalam sujudmu, maka kita akan bahagia


dengan berjuta cinta
duduk bersama menikmati senja, bercengkrama soal rindu
yang
tenggelam bersama jingga yang selalu kutunggu di sore
hari

berharap terbesit kerinduan diiringi butiran bening disudut


mata
cinta kasih suci tanpa lisan tanpa harus terlontar
nyonya tuaku yang istimewa
teruslah terucap “tanpa aku kau takkan ada” Terima kasih

(2019)

24 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih Ibu
Arsya Rismaya

ibu
kau warnai ceria masa kecilku
engkau penyejuk hati nan indah
kalau aku tak ada di sampingmu
bayanganmu memeluku erat

ibu
kini ku rangkai indah bait
dalam lembaran hati yang terakit
untuk selamanya kupandangi
keelokan seumpama pelangi

ibu
maaf jika harapn
sampai kini masih menjadi khayalan
maaf jika beban
sampai kini masih kau pikul sendirian

ibu
kau selalu menunggu
dengan senyum tulus di pipi
walau letih luka selalu menemani
ibu, engkau pemberi sejuta kasih

(2019)

Kasihmu, Ibu | 25
Ibu
Abu Jihad

ibu
entah tuhan menciptakanmu dari apa
hingga engkau begitu kuat, begitu tegar
tak sekalipun aku melihat engkau menangis
tak sekalipun aku mendengar engkau mengeluh
segala halangan rintangan tak mampu membuatmu
berhenti
untuk terus menjaga, merawat, mengasihiku

ibu
engkau lebih kuat dari siang dan malam
engkau lebih kuat dari matahari, bulan, dan bintang
mereka terus silih berganti
tapi engkau tak terganti
engkau terus berpijar untuk menyinariku

ibu
kulihat engkau selalu siaga
bahkan saat matahari belum menampakkan dirinya
saat semua telah terlelap dalam tidurnya
engkau telah mengatur segalanya
engkau telah menata semuanya
Saat aku belum terbangun dari tidurku
hingga aku tertidur lelap kembali

ibu
segalanya menjadi aman ketika aku di sampingmu
segalanya menjadi indah berkat sentuhanmu
segalanya menjadi mudah karenamu

26 | Silvia Lestari, dkk.


ibu
terima kasih untuk segalanya yang tak terganti

(2019)

Kasihmu, Ibu | 27
Ibu, Ibu, Ibu
Abu Jihad

Alhamdulillah
aku bersyukur karena aku memilikimu ibu
seorang wanita yang tak terbayangkan
ketangguhanya, keikhlasanya, kasih sayangnya
yang tak pernah putus kurasakan

ibu engkau begitu tegar saat mengandungku


ibu engkau pertaruhkan nyawamu saat melahirkanku
ibu, engkau sabar merawat dan menyusuiku
tak ada yang mampu menggantikanmu ibu

aku tahu ibu


satu tarikan nafasmu saat melahirkanku
tak akan mampu kubalas dengan kebaikan seumur hidupku

sejak aku dalam kandunganmu


engkau telah bernazar, engkau telah mendoakan aku
agar kelak aku menjadi anak yang soleh, mengabdi kepada
Allah

lalu bagaimana bisa aku melawan ibu


bahkan berkata “ah” saja aku tidak berani
apa lagi aku membentakmu
terkutuklah aku

28 | Silvia Lestari, dkk.


setiap kumengingatmu
selalu kuberdoa agar Allah menyayangimu
sebagaimana engkau menyayangiku
karena kasih sayangku, tak akan mampu membalas kasih
sayangmu ibu

(2019)

Kasihmu, Ibu | 29
Tanpa Judul
Rizki Dwi Puspita

tulisan ini adalah serangkaian intuisi dan puisi


tulisan ini adalah rasa sebuah cinta
ekspresi yang disebut lebih bahagia.
ini tentang gelar luar biasa titisan hawa pada wanita
seluruh dunia.
sungguh ini tentang keluarbiasaan tiada duga
tentang rasa yang jika ada rasa yang lebih tinggi derajatnya
selain cinta,
itu adalah miliknya.

rasa yang menggebu syahdu dalam merdu


yang membalut hangat kasih yang tulus
yang merangkul peluh dan lusuh
tulisan ini untuknya
untuk yang tak mungkin kugambarkan hanya dengan kata
sebab cinta dan rasa adalah labuhannya
siapa yang mampu mendevinisikan cintanya?
siapa yang mampu mengalahkan pengorbananya ?
siapa yang mampu sepertinya

yang kutuju adalah pintu restu


yang kuncinya adalah bakti dan kesopan-santunan
yang kasar jemarinya, namun lemah lembut peluk kasihnya
ya, ini tentang seseorang yang saat ini ada dalam hati dan
pikiranmu
kamu benar.

(2019)

30 | Silvia Lestari, dkk.


Ibu
Rizki Dwi Puspita

ini tentang seorang yang hadir karena cinta


yang memberikan separuh bahkan seluruh jiwa raga untuk
bukti cintanya.
Ia, adalah manusia yang mampu menggetarkan semua jiwa,
yang doanya mampu menghancurkan dunia,
yang cintanya tiada tara.

ya benar, ia adalah seorang ibu


ibu yang seluruh dunia tahu.
ibu yang semua orang berlomba-lomba membuat
perumpamaan,
namun bagiku ibu adalah “aku”
yang tanpanya mungkin tidak akan pernah ada aku

ibu adalah aku


aku yang sebagai bukti ribuan cinta
labuhan rasa sebuah kasih yang menggebu.
aku yang saat ini mampu meraut wajahnya dalam merdu
aku yang saat ini mampu menggetarkan rasa hanya dengan
melihat peluh
kerentaan usia yang lusuh
dan aku yang kini menulis penggalan kata yang tetap saja
tak bisa
menggambarkan keluarbiasaan cinta seorang ibu.

Kasihmu, Ibu | 31
samudera memang luas tapi cintanya lebih dari itu,
gunung bahkan langit yang tinggi tak mampu juga
menandingi,
jika cintanya adalah dunia sungguh dunia bisa hancur
namun tidak untuk cinta
seorang ibu.

(2019)

32 | Silvia Lestari, dkk.


Ucap Tulus Ibu
Rinjani Ade Putri

membuat aksaraku membeku


aksaraku terpaku pada jemarimu
jemari yang lihai memainkan pisau
pisau yang memotong sayuran pagi itu

membuat santapan sarapan enak untukku


benar saja, sangat nikmat
aku menikmati masa-masa bersamamu

esok aku akan berangkat


tugasku akan pergi merantau jauh darimu
saat itu, tak henti kau mengirimi diri ini doa
doa keselamatan dan kesehatan

ucap terakhirmu yang membekas saat itu


“teruslah seperti biasanya
kirimkan ibu kabarmu
juga hal-hal kecil yang kau lakukan di sela-sela sibukmu
tak perlu setiap saat, sekedar saja
hanya agar ibu tahu, baik-baik saja kah kamu tanpa ibu?”

ucap yang begitu tulus, bukan?


menggambarkan sejuta kasihmu
sebagai seorang ibu

(2019)

Kasihmu, Ibu | 33
Intuisi Ibu Selalu Benar
Rinjani Ade Putri

intuisi ibu selalu benar


dengan mudah ia mengetahui yang kurasakan
sakit, pedih, sesak didada ku pun ia juga tau
sepanjang waktu, tak henti ia bisa merasakan

saat ini, aku sedang menjerit menahan rindu


rindu dengannya
serak jika kusampaikan
kita sedang berjauhan

mendengar suara ibu


pikiranku melesat di seluruh inderaku
menelusuri setiap rasa rindu yang menggebu
suara yang menenangkan itu, tak lepas dari kalbu

memanggil nama ibu dalam terang cahaya malam


adalah sebuah keindahan yang harus kutuliskan
tertulis semua pujian
bahwa cinta ibu selalu mengisi detik-detik kehidupan

intuisi ibu selalu benar


dari rahim hingga anak ini dewasa
mengetahui segala kebutuhan tanpa diberi tahu
bak seorang peramal professional

menerka dengan benar setiap hal


memenuhi setiap keinginan

(2019)

34 | Silvia Lestari, dkk.


Pinjamkan Aku Hatimu, Ibu
Ririn Novita Sari

indahnya mentari tak seindah wajahmu


indahnya berlian tak seindah matamu
wanginya bunga mawar lebih wangi tubuhmu ibu
lembut belaian tanganmu yang selalu memanjakanku

cinta dan kasihmu sepanjang zaman


takkan terhenti oleh masa
tak ada cinta setulus cintamu
takkan ada sayang melebihi kasih sayangmu

hidupku takkan berarti apa-apa tanpamu


manusia yang paling tegar yang pernahku kenal
manusia yang paling kuat yang aku temukan
manusia paling bijak yang aku tahu

sedih dan duka engkau selalu hadapi sendiri


engkau tak pernah berbagi kesedihan kepadaku
engkau selalu tampak bahagia walaupun hatimu terluka
ibu engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa

ibu terbuat dari apa hatimu


tak pernah lelah mendidikku
tak pernah mengeluh menjagaku
ibu bolehkah aku meminjam hatimu sebentar saja
agar aku menjadi kuat sepertimu

Kasihmu, Ibu | 35
ya allah jagalah ibuku
lindungi setiap langkahnya
jauhkan ibuku dari segala marabahaya
cintailah ibuku melebihi cintamu kepadaku

ya allah pertemukanlah aku dan ibuku di akhirat nanti


pertemukanlah di surgamu
sayangi dan kasihi ibuku
karena dia malaikat tak bersayapku

(2019)

36 | Silvia Lestari, dkk.


Bingkai Bunda Penghias Hati
Supiatul Jannah

sejak kau kupanggil bunda


izinkan aku merasakan mutiara dalam hatim
nan sejuta rasa kasih sayang dan cinta
dalam jemari kugenggam namamu
bunda
sang malaikat berhati putih
menumpahkan segala pengorabanan
untuk anak yang lemah
apakah kau tahu?
panas matahari
hujan membuat sekujur tubuhmu bergetar
lalu tangisan isak seorang anak yang berisik!
selalu merengek meminta, meminta, dan meminta
kau selalu fasih dalam nada ikhlas
demi meng-iyakan permintaanku
tak ada keluh penuh perjuangan
bersih tanpa noda
indah bagai bunga mekar,
tidak sekalipun kuungkit materimu untukku
bunda, mungkinkah aku bisa sepertimu
terbiasa menahan lara, tegar saat terjatuh
di jurang penuh duri, tetap saja
kau wanita yang tidak mengenal lelah tanpa pamrih
bunda
kau selalu lontarkan senyum manismu

Kasihmu, Ibu | 37
dekapan, helusan, dengan penuh kasih sayang
dikakimu aku bersujud
mencium syurga indah serta mewangi

(2019)

38 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih ibu
M. Zaenal Abidin

inaq
rasanya tak bisa kututurkan, atas kesejahteraan kasihmu,
detik demi detik, menit demi menit berputih tulang
setiap saat kau menunaikan masa tuamu bersamaku

inaq
hangatnya belaian kasih dan sayangmu menyadarkanku
kesabaranmu menguatkanku
cintamu tak pernah pudar kala aku lemah
kau rangkul tubuhku, agar kukuh mengarungi lika-liku
hidup
beratnya bahara pun tanggung jawab, ada engkau di balik
semua ini dengan kuat

inaq
sejuta kasihmu, milyaran pengorbananmu
sejak kecil hingga dewasa, terkadang aku lupa berterima
kasih
sudah aku menangis, pernah aku melawan, berkata kasar
padamu, karena pelampiasan semata

Tuhan
hukum aku atas semua ini, tiap kali aku tersilap, dia hukum
dengan perasaan
mafhum bermunajat di sepertiga malam, meskipun aku
meronta-ronta
kau obati aku dengan tangisan kasih sayang

Kasihmu, Ibu | 39
inaq
sungguh aku sayang padamu
Tuhan aku berdoa padamu, bahagiakanlah dia,
lapangkanlah dadanya, untuk selamanya.
paruhan tersulit, menjadi anak yang berkhidmat, standar-
standar ucapan terimakasih,
kadang tidak sempat kulayangkan selangkah tak berbayar.

melalui ini, lewat tulisan ini, aku ingin melisankan rasa


terimakasih.
karenamu aku menulis, inaq

(2019)

40 | Silvia Lestari, dkk.


Mahadaya Doa dan Cinta Ibu
Tania Purbawati Naprila

ketika sang bayu dengan halus menemui semesta dalam


kegelapan
langit berwarna hitam sekali dengan gunturnya
rintik-rintik hujan jatuh dengan damai
air suci mesucikan itu membasahi bumi pertiwi seakan
menemani bidadari yang sedang memanjatkan doa

ibu
dari kata-katanyalah dapat menggetarkan singgasana arsy
matanya mendanau dan buliran-buliran keikhlasan pun
tumpah membasahi sajadah
telah menjadi kewajiban terucap pesan yang dirangkai
kelak sang buah hati menjadi orang yang berguna bagi
bangsa dan agama

ibu
terima kasih atas doa yang selama ini kau terbangkan
pada saat langit terbelah di sepertiga malam yang
mengabulkan doa-doa para insan
terima kasih pula atas kasih dan sayang kau berikan
dari tangisan pertamaku hingga kini
dan akan kuterapkan sebagai pelajaran di kehidupan

(2019)

Kasihmu, Ibu | 41
Sejuta Kasih Ibu
Yusril Ihza Mahendra

ibu
aku terngiang pesanmu menyuruh untuk tidur
biar esok tidak sempoyongan
hatimu begitu kuat kala ditinggal bapak, mengurus sebelas
anak tanpa pamrih
hingga semuanya bisa bersekolah dengan enak
di tiap-tiap pagi ibu membersihkan rumah dan kuburan
bapak
tanpa menggangu tidur pulas sang anak
engkau lebih takut anakmu menggerutu dari pada
gonggongan asu

ibu pernah membeli tanah saat aku balita


sampai kini kakakku menjadi kepala dua
dan dijual ketika berhutang ratusan juta.

sewaktu-waktu ibu kelaparan kemudian melihatku makan,


seraya berkata: “ibu kini sudah kenyang nak”
ketika melihatku lahap makan dengan lauk ayam jantan
bengong dan parnoku satu kesatuan di hari lampau itu
mencari subtansi surga di bawah telapak kaki ibu hingga
kini

ibu
kini retorikaku kaku
mengapa? aku tak tahu menahu
bagi Tan Malaka, Soekarno, Hatta, dan Che Guevara
terbelakang
jika mempelajari kesabaran dari sang ibu

42 | Silvia Lestari, dkk.


sabarmu tak terhitung algoritma
malaikat surga akan memberimu mahkota
kelak
sepenggal sajakku tidak dapat membayar satu tetes
keringat kasihmu.
maaf saja, sejuta kasih ibu belum cukup jika diuraikan satu-
persatu

(2019)

Kasihmu, Ibu | 43
Ummi
Nur Azizah

ummi
kata itu yang pertama terucap di bibir mungilku
kata itu yang melekat di hati dan fikiranku

ummi
aku ingat saat kau menyapihku
aku ingat saat menjagaku
aku ingat semua tentang dirimu
tentang masa kecilku hingga saat ini

ummi
kau bagai matahari yang selalu menyinari hariku
kau bagai rembulan yang mengarungi gelapnya malamku
kaulah pelita hidupku
yang selalu membimbing arah jalanku

ummi
terima kasih atas semua kasih sayang yang kau beri
terima kasih atas segalanya
aku tidak mampu membayar apa yang kau beri
meskipun aku menyerhakan nyawaku

(2019)

44 | Silvia Lestari, dkk.


Sebuah Sebutan
Baiq Laksmining Prayatni

kakinya bengkak menopang kasih, meski masih misteri


yang terampil mengait benang untuk seorang yang di
kemudian hari ia sebut anaknya
sebuah sebutan yang selalu indah kugaungkan,
dalam khayal ketika aku telah berada di belahan dunia
mana

sebutan yang selalu membersamai suka dukaku,


betapa lucu dan menjengkelkannya aku,
kau tak pernah pergi, ibu

kedua tanganmu selalu memintakan bahagia pada pemilik


semesta,
aku mengenalmu sebagai wanita yang tangguh dalam
perjuangan,
jiwamu yang selalu menyatu dalam harap
juangmu selalu menggiringiku untuk lebih dekat dengan
cita
hati yang selalu merebut damai dalam selisih,
air matamu tumpah melihatku luka,

pagimu lebih gelap untuk mendapat hangatnya tungku


perapian
siang yang lebih berharga untuk tetap bekerja
serta malam yang tak tertandingkan larutnya
dalam atap 24 jam pelayanan dengan bonus penuh kejutan,

Kasihmu, Ibu | 45
satu balas yang kau harap itu syurga
seandainya kau tahu ibu, hatiku penuh dengan janji cinta
untukmu
maafkan diri yang selalu mencari bahagia seolah merasa
paling sengsara
tanganku yang tak pernah malu untuk meminta,

tunggu ibu, tunggu aku


tunggu aku pulang membawa bukti cinta itu
tunggu aku mengatakan, ini semua milikmu ibu
sebuah sebutan, makna tanpa batas,
dari aku, putrimu yang sangat keras kepala

(2019)

46 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih Ibu
Wahyu Hidayah

ibu
sebening syahadat nasihatmu
selembut sutra kau ucapkan kata-kata
tak bisa aku berkata atas rasa sryukur ini
setiap saat kau habiskan waktu bersamaku
pelukan hangatmu dan cintamu menuntunku
bijaksanamu membangunkanku

ibu
sabdamu adalah doamu
yang nyaring terdengar dan pasti didengar
sejuta perih yang kuberikan padamu
sejuta kasih sayang yang kau berikan untukku
melalui nasihatmu maafku selalu kau terima
kau selalu mengembalikanku menuju jalan kebenaran

ibu
wajahmu bagai luasnya tanjung
saat langit dan tanganmu berktup oleh sujud
mendoakan segala jarak yang membentang
serta atas segala tetesan kasihmu padaku

ibu
dengarkanlah syair yang tak seberapa ini
sampai aku mendapatkan ampunan darimu
sampai aku bisa mengatakan
bahwa aku sangat mencintaimu

(2019)

Kasihmu, Ibu | 47
Sejuta Kasih Ibu
Wahyu Hidayah

ibu
gerimis telah turun membasahi tubuh
telah mengantarkan pada pagi yang hening
dengan sejuta rasa yang kau beri
kau menghilangkan keheningan itu
senyummu selalu terlihat tanpa ada lelah
kau tak pernah berharap permata dariku
bukan gelimang harta kau harapkan
bukan pula, tahta dan mahkota bhakti
mengapa tak sadar diri ini

tiap kali aku tersilap


dia menghukum aku dengan nasihat
tiap kali aku kecewa
dia bangun di malam nan sepi lalu bermunajat
tiap kali aku dalam kesakitan
dia obati aku dengan penawar dan semangat

sejuta perih kuberikan


sejuta berlian kebahagiaan kau berikan

gejolak api yang membara


angin kencang menerpa
jauh berada di dasar batin
dengan mengenang haru
kusematkan sebagai tanda kasihmu
sampai aku mati

(2019)

48 | Silvia Lestari, dkk.


Sandiwara Cinta Ibu
Sapa’atul Jumalia

ibu
sang inang pengalir susu
lelah letih dirimu kupandang, berjuang menerjang fajar dan
senja
lelah letih dirimu tersiksa, inang berjasa ditempeli benalu
namun, hanya suka cita kurasa, senyum tipis di bibir
manismu.

derita hanya derita


sengsara hanya sengsara
nestapa hanya nestapa
disembahkan benalu kepada sang inang
yang hidup bertahan dengan bergantung.

wahai ibu sang inang tercinta


cinta kasihmu sungguhlah sabar, sabarmu itu adalah kasar,
kasar itulah cintamu padaku, bermuka dua lakon
sandiwara,
drama cinta inang kepada anaknya.

jikalau bisa kumengarungi lautan, daratan pun akan aku


sembahkan
walau dengan semesta engkau kusandingkan tidak dapat
membalas jasa-jasamu
tiadalah apa dapat kutandingkan, sejuta kasih darimu ibu
tiadalah salah Tuhan memberikan, derajat tinggi di telapak
kaki.

(2019)

Kasihmu, Ibu | 49
Bundaku Tercinta
Rohyatul Ainun Fitra

bundaku tercinta
engkau adalah sosok malaikat
sosok yang selalu ada untukku
yang selalu sabar mendegarkan keluh kesahku

bundaku tercinta
walau lelah bekerja siang dan malam
tak pernah terlontar keluhmu
kau kuat bagai baja

bunda ku tercinta
tiada tara bahagiamu kala terukir senyumku
tiada tara sedihmu kala terdengar tangisku
engkau rangkul tubuh kecilku tulus dan penuh cinta kala
itu

bundaku tercinta
di setiap hembusan nafasmu
selalu ada cinta untukku
engkau selalu mendahulukan aku dibanding dirimu sendiri

bundaku tercinta
kasih sayangmu tak pernah pudar
tak lekang oleh zaman
dan tak rapuh oleh musim

(2019)

50 | Silvia Lestari, dkk.


Ibuku Hidupku
Yuspita Umami

ibu, entah dari apa hatimu dicipta begitu tulus lagi mulia
jutaan bahkan milyaran terima kasihku, belum sepadan
bersanding dengan pengorbananmu
tapi apa hendak dikata, hanya itu yang sampai kini dapat
kubuat untukmu
ibu engkau adalah hidup dan kebahagiaanku nafas, jiwa
dan ragaku
aku tak kuasa membayangkan, jika suatu saat engkau
tinggalkan aku tanpa kata kembali

entah.
entah apa yang akan menimpa hidupku, kebahagiaanku,
jiwa, dan ragaku
tidak, tidak , tidak, aku tak mampu ibu hanya
membayangkan saja, aku merasa rapuh
bagaimana aku menjalani kerasnya kehidupan tanpa
malaikatku, ibu
malaikat yang takkan perduli apa, tetap di sisiku
bagaimana aku akan bangkit saat aku terjatuh
tanpa malaikat yang selalu mengulurkan tangan dan
mengajarkanku kembali berdiri tegak
bagaimana aku akan melangkah tanpa malaikat yang selalu
menuntun jalanku

Kasihmu, Ibu | 51
ibu, engkau adalah cahaya dalam gelapku, payung dalam
hujanku, peneduh dalam terikku, zam-zam dalam hausku
satu keinginan terbesarku, selama hidupku tetaplah di
sisiku
karena di setiap hembusan kehidupanku, aku
membutuhkanmu jangan pergi
jangan pernah pergi.

dunia ini begitu kejam


dan aku tak mengerti
jadi, ibu tetaplah di sini
di sisiku.

(2019)

52 | Silvia Lestari, dkk.


Malaikat Tak Bersayapku
Yuspita umami

ibu sosok yang tersibuk yang pernah kulihat adalah kau,


sejak engkau terbangun hingga akan terlelap kembali,
tanganmu, terus bekerja tanpa henti,
tak hentinya melangkah kakimu, tidak hanya fisik tetapi
juga batinmu, aku yakin
ibu kupandangi wajahmu dengan teliti, wajah yang selalu
terlihat tegar,
wajah yang selalu terlihat tenang, meski kadang masalah
tanpa henti menerjang
ibu sering kuperhatikan saat kau tersenyum, kerutan mulai
tergambar di wajahmu
perlahan mulai memutih rambutmu, pun semakin nampak
urat tanganmu
kini semakin kurus tubuhmu saat berjalan engkau terlihat
rapuh ibu
ibu telah lelahkah engkau?
sakitkah engkau?
namun tak pernah sekalipun kudengar mengeluh lisanmu
dan aku tahu itulah ketulusanmu, malaikatku
ibu dari lubuk hatiku, aku mengiba maaf dan ampunmu,
engkau lelah sebab aku, engkau sakit sebab aku
ampunkan aku yang kadang saat engkau kembali dari
bekerja, aku acuh tak menghiraukanmu
saat kau memanggil, aku tak menjawabmu, mengabaikan
nasihatmu, bahkan saat engkau sakit aku tak ada di sisimu
ibu maafkan aku yang hanya sibuk dengan duniaku,
maafkan aku yang balas budi pun tak tahu

Kasihmu, Ibu | 53
ibu begitu besar kasih sayangmu, sungguh mulia hatimu,
engkau selalu mengalah demi diriku, mengenyampingkan
keinginanmu, mengedepankan keinginanku
yang engkau ingin hanya menyenangan diriku, meski
engkau bersusah payah sampai lupa kata lelah
begitu tulusnya engkau, saat aku mulai melangkah menuju
kesuksesan, kau tak pernah menuntut apapun dariku, yang
kau ingin hanyalah tahu kabar dan keadaanku. hanya itu.

terima kasih ibu


terima kasih telah melahirkanku
terima kasih telah menjadi ibu yang sempurna untukku
engkaulah malaikatku, malaikat tak bersayapku

(2019)

54 | Silvia Lestari, dkk.


Tentang Ibu, Sebuah Cinta, dan
Sebuah Maaf
Rizkinta Rohadatul Aisy

ibu adalah kata yang tak mudah untuk kudefinisikan


hingga banyak makna yang mendiami pikiran
jika aku terpanggil untuk menceritakan
maka, takkan habisnya untuk mereka mendengarkan
bagiku ibu adalah definisi sumber kasih sayang dan cinta
seseorang yang menyemangatimu ketika putus asa
yang mengajarimu saat tak tahu apa-apa
yang menemanimu beranjak dewasa
dari merangkak, berdiri, jatuh, dengan rasa sakit yang tak
terasa
yang berdiri paling depan ketika kau diserang
yang menjadi perisai hingga pemulih tenang
tak sanggup rasanya melihat air matanya berlinang
di sunyi malam tanpa tahu aku sedang memandang
perih rasanya untuk melihat
pemandangan yang memang menyayat
aku selalu begelut dengan kesibukan yang terus melekat
aku tak ingin menyesal dengan sangat terlambat
perihal sekadar bertanya keadaan untuk sesaat
terimakasih ibu atas luapan kasih sayang dan cinta
maaf ibu untuk kata-kataku yang selalu menggores luka
maaf ibu untuk hampir membuat perjuanganmu menjadi
sia-sia
aku ingin tetap berada tumbuh di sisimu untuk waktu yang
lama

Kasihmu, Ibu | 55
berbincang denganmu dalam tawa
untuk membuatmu melupakan duka
hingga aku tersadar sudah tiba saatnya
giliranku yang memberimu bahagia

(2019)

56 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih Ibu
Yuni Sari

ibu, ibu, oh ibu


terdengar merdu di setiap sanubari yang melafaskannya
bibirku bergetar ketika memanggil namamu
sebuah kasih sayang yang tak pernah padam sepanjang
masa
yang mengukir senyuman di hati semua orang

oh ibu
walau beribu kata ku poles demi sebuah rayuan untukmu
tak akan mampu menggantikan lembutnya kasih sayang
dan perhatianmu
maaf kan anakmu ini yang tak mengerti keadaanmu
yang tak pernah mengerti senyumanmu adalah tangisan
hatimu
yang tak pernah mau tahu apa masalahmu apa
keluhkesahmu

ibu
izinkan anakmu ini membalas kasih sayangmu, budi
jasamu
izinkan anakmu ini menghapus air mata di pipimu
izinkan anakmu ini bersujud di bawah kakimu

ibu
kala ku menjadi anak rantauan
aku merindukan kasihmu, merindukan masakanmu
aku merindukan ukiran indah yang menghiasi wajahmu
kala kau tersenyum

Kasihmu, Ibu | 57
engkau sangat cantik bu, sangat cantik
inginku bisikkan di telingamu dengan bisikan yang
selembut-lembutnya
bahwa aku takut kehilanganmu

ibu
akulah anak yang tak tahu malu itu
yang sering meminta tanpa tahu terimakasih
ibu maafkan anakmu ini.

(2019)

58 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih Ibu
Yuni Sari

wahai sang rembulan malam


wahai angin yang bertiup kencang
wahai yang bersinar terang
titiplah rinduku pada kekasih hati yang jauh di mata
sendiriku disini memanti kasih di penghujung rindu
di setiap sujud penghambaanku pada illahi
hanya namamu yang selalu kulangitkan
aku rindu bu sangat rindu

ibu
bait demi bait kurangkai sebuah kata menjadi sebuah
kalimat yang indah
ingin kutunjukkan pada seluruh dunia
kaulah ibu terbaik
kaulah manusia sempurna
lewat syair indahku

ibu
masih kuingat belaian rindu di setiap malam
masih kuingat pelukan hangat yang mengitari kehangatan
tubuhku
masih kuingat matamu terpejam sampai mataku lelap oleh
larutnya heningan malam yang kelam

ibu
ingin kubertanya di dalam hatiku
dapatkah diriku seperti dirimu
yang memiliki hati sekuat baja
yang tak pernah mengeluh walau hati mengiginkannya

Kasihmu, Ibu | 59
ibu
aku ingin seperti dirimu

(2019)

60 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih Ibu
Rohani

oh ibuku
kaulah kencitaanku
kau keteguhan dalam kerapuhanku
kau penenang dalan tangisku
kau jua lentera dalam gelapnya jalanku

wahai ibuku yang sangat hebat


wahai ibuku yang luar biasa kuat
izinkan aku menulis gambaran tentangmu
lewat lomba puisi sejuta kasih ibu

saat terlintas di ingatan tentang masa kecilku


terbayang jelas hidupmu penuh lika-liku
harus berlari kesana dan kesini
agar terpenuhi kebutuhan hidup anak-anakmu

tapak kakimu penuh keberanian


menyusuri sepinya jalan sendirian
lincah tubuhmu tiada tertahan
walau seribu macam hambatan

ibuku
kau telah mengandungku sembilan bulan
kau telah menyusuiku penuh dua tahunan
memeliharaku dengan beribu-ribu tangisan
entah apa untukmu, sebagai balasan ketulusan

(2019)

Kasihmu, Ibu | 61
Sejuta Kasih yang Terabaikan
Wa’dah Salsabila

manusia sibuk berlomba-lomba mencari surga,


sibuk berlomba-lomba untuk mendapatkan surga sebagai
akhir dari perjalanan mereka
di tengah kesibukan tersebut, banyak yang tidak menyadari
bahwa surga itu teramat dekat
sering diacuhkan, sering diabaikan
bahkan sering dilupakan keberadaannya

banyak yang tidak menyadari, banyak yang sering


melupakan
surga terdekat, surga yang selama ini selalu mendampingi
adalah seorang ibu
seorang ibu yang penuh dengan rasa cinta dan kasih
seorang ibu yang penuh dengan segala pengorbanan hidup
dan matinya
seorang ibu yang yang selalu menggadaikan hidupnya
demi kehidupan sang anak

ibu, adalah wanita dengan hati lembut yang dilapisi baja


wanita yang pandai untuk menutupi rasa kecewa
wanita yang pandai dalam menutupi segala kesakitan
hidup
wanita yang pandai dalam menutupi tangisnya
pandai dalam mengendalikan amarah, bagaimapun rasa
sakit yang diterima

62 | Silvia Lestari, dkk.


ibu, adalah surga yang sering terlupakan
gerbang menuju dunia dan gerbang menuju akhirat yang
sering terabaikan
pengorbanan akan keringat, darah dan air mata yang sering
tercampakkan
ibu, malaikat tanpa sayap yang begitu dimuliakan oleh
penduduk langit,
namun sering tidak menuai penghargaan dari penduduk
bumi.

(2019)

Kasihmu, Ibu | 63
Wanita Pujaanku
Baiq Lisa Kartika Komala Dewi

berjalan ku di atas rel kehidupan


demi cinta yang datang beri pujian
matamu berikanku anugerah kedamaian
dahimu lebar penuh pemikiran
terpasang raut cemas saat kau tahu ku dalam kesusahan
gembira mu saat kau tahuku bahagia, dan
marahmu saat kau tahu kulupa akan diri penuh perjuangan
apalah arti semua ini
hanya sebuah delirium cinta
cinta yang sungguh abadi
jangan kalian tanyakan luas kasihnya
jangan kalian kira besar pengorbanannya
bukan tak ternilai usahanya
bukan pula tak terlihat perjuangannya
hanya diri ini bingung
cara untuk apresiasi sebuah kesempurnaan
wahai wanita pujaanku
wanitaku yang penuh pesona
wanitaku yang penuh cinta
jangan kau pergi tinggalkanku
walau itu sekejap saja
dariku sang pemilik rindumu, ibu

(2019)

64 | Silvia Lestari, dkk.


Sejuta Kasih Ibu
Ummu Fadilah

di kala aku kecil hingga dewasa


kasih sayangmu menyelemuti setiap perkembanganku
terkadang selimut itu cobak aku lepas
karena aku mersa mampu tanpa selimut mu

namun aku salah


kasih sayangmu sangatlah penting bagimu
dingin rasanya kehidupanku
tanpa selimut kasih sayang hangatmu

di kala aku kecil hingga dewasa


engkau selalu berusaha membahagiakan aku
tak pernah engkau menceritakan rasa lelahmu
sakit ku adalah sakitmu

tak kenal waktu ketika panas tubuhku membara


tengah malam engkau mencari daun pereda panas untukku
engkau pemberani ibu
tak pernah engkau takut walau engkau berjalan sendiri di
malam sunyi nan sepi

ketika aku terlelap


engkau menjagaku dari gigitan dan serangan nyamuk
engkau tak pernah memejamkan matamu
engkau setia menemani ku

Kasihmu, Ibu | 65
perlahan aku mencoba menatap sayu matamu
tanpa engkau menyembunyikan tangis lelahmu
butiran keringat mu tanpa berjatuhan
mengalir di sela-sela tulang keringatmu

tanpa jelasmu di basahi


bibir kering dan rasa hausmu selalau kau tahan
demi target membahagiakanku
sawah lelah mata pencarianmu

ibu
begitu ayu peringai mu
merangkul penatmu
mengahapus keringatmu
menopang capek mu
dengan kesuksesan ku

aku tahu
bukan milyaran uang yang engkau mau
bukan segunung emas yang engkau inginkan
bukan setumpuk berlian yang engkau harapkan
bukan pula segunung mutiara yang engkau idam-idamkan

namun, engkau hanya menginginkan aku


menjadi seseorang yang berbeda darimu
adalah arti
agar aku tidak merasakan susahnya mencari uang
untuk memenuhi segala keinginan anak-anakku kelak
sepertimu yang susah mencari uang untuk
membahagiakanku

66 | Silvia Lestari, dkk.


ibu
sejuta kasihmu tidak akan mampu aku membalasnya
semoga segala kasih sayangmu
mampu membawamu ke surga
ditemani bidadari-bidadari cantik nan jelita
aku sayang ibu

(2019)

Kasihmu, Ibu | 67
Sejuta Kasih Ibu
Ummu Fadilah

guru pertama adalah ibuku


penasihat pertama adalah ibuku
hakim pertama adalah ibuku
bahkan presiden pertama adalah ibuku

ibu kasih sayangmu tidak lekang oleh waktu


semua waktumu terkuras untukmu
engkau adalah penasihat di kalaku mulai terlena oleh
drama dunia

engakau adalah hakim yang adil


bahakan engkau adalah presiden pertama
yang mampu mensejahterakan rakyat-rakyat kecil dalam
perutku

begitu indah iringan prajurit itu


namun lebih indah iringan kasih ibuku terhadapku
begitu terang sinar rembulan itu
namun lebih terang sayang ibuku terhadapku

begitu manis rasa madu itu


namun lebih manis setiap doa ibuku terhadapku
begitu sempurna mawar itu
namun lebih sempurna perhatian ibuku terhadapku

ibu
kasihmu bagaikan kain sutera
begitu lembut halus dan tidak mudah sobek
begitu sulit untukku merajut kasih suci ibu

68 | Silvia Lestari, dkk.


oh
dunia bersahabatlah denganku
izinkan aku berpijak di tubuhmu
sampai aku mampu membangun istana indah untuk ibuku

ibu
engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
sejuta kasihmu tidak akan mampu untuku membalasnya

satu hal yang ingin aku sampaikan


bahwa, aku menyayangi ibuku
lebih dari apapun

(2019)

Kasihmu, Ibu | 69
Silvia Lestari, pegiat literasi. Sedang menyelesaikan studi di
Universitas Mataram.

Saada Surya, mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran


Islam (KPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Selain
menulis dan membaca, ia juga bermain musik.

Nur Azwah, perempuan asal Lombok Tengah kelahiran 04


Februari 2002 ini sedang menyelesaikan studi di Universitas
Mataram jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Yusril Ihza Mahendra, lahir 20 Mei 1998. Sedang berkuliah di


Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram jurusan Hukum
Keluarga Islam.

Tania Purbawati Naprilia, mahasiswi asal Bima kelahiran 05


April 2000. Sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram jurusan Pariwisata Syariah.

Rihhadatul ‘Aisy Putri, lahir di Praya, 11 Maret 2001. Sedang


menyelesaikan studi Analis Kesehatan di POLTEKES
Mataram

Rinjani Ade Putri, berasal dari Sumbawa kelahiran 20 Maret


2000. Sekarang sedang berkuliah di jurusan Ilmu Gizi
Universitas Bumi Gora Mataram.

70 | Silvia Lestari, dkk.


Astuti, lahir di Mataram. Sedang berkuliah di jurusan Tadris
Matematika Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

M. Zaenal Abidin, bertempat tinggal di Mataram. Sekarang


sedang menyelesaikan studi pada jurusan Tadris Bahasa
Indris Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Imam Kafrowi, mahasiswa asal Mataram. Menyukai alam


dan seni. Sekarang sedang menyelesaikan studi jurusan
Bimbingan Konseling Islam di Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram.

Rizki Dwi Puspita, berasal dari Lombok Tengah. Sekarang


berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram jurusan
Menejemen Dakwah.

Wa’dah Salsabila, berkuliah di Poltekes Mataram.

Rohyatul Ainun Fitra, mahasiswi Poltekes Mataram.

Yuspita Umami, kelahiran Lombok Utara, 09 September


1998. Sedang berkuliah jurusan Pendidikan Bahasa Arab di
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Baiq Laksmining Prayatni, kelahiran Praya, 27 Mei 1997.


Sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
jurusan PGMI.

Riskinta Rohadatul Aisy, lahir di Praya 01 Maret 2000.


Sekarang sedang menyelesaikan studi di Poltekes Mataram
jurusan Analisis Kesehatan.

Kasihmu, Ibu | 71
Baiq Lisa Kartika Komala Dewi, kelahiran Lombok Timur,
18 Mei. Sekarang sedang menyelesaikan studi di Poltekes
Mataram jurusan Keperawatan.

Yuni Sari, asal Bima. Mahasiswi jurusan Pendidikan Agama


Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Sapa’atul Jumalia, mahasiwi jurusan Ilmu Komunikasi


Universitas Mataram.

Abu Jihad, mahasiswa Universitas Nahdatul Ulama


Mataram.

Supiatul Jannah, kelahiran Lombok Timur, 26 Juni 2001.


Sedang menjalani tugas sebagai mahasiswi di STMIK Syaikh
Zainuddin NW Anjani.

Yuliana Fashani, kelahiran Lombok Timur, 22 Oktober 2000.


Mahasiswi Jurusan Tadris IPA Biologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Mataram.

Ririn Novita Sari, perempuan kelahiran 26 November.


Sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

Arsya Rismaya, berasal dari Sumbawa kelahiran 12 Juli 1999.


Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Nur Azizah, mahasiswi Tadris IPA Biologi Universitas Islam


Negeri (UIN) Mataram.

Rohani, kelahiran Lombok Timur, 31 Desember 1998. Sedang


menyelesaikan studi di MDQH NW Pancor.

72 | Silvia Lestari, dkk.


Ummu Fadilah, berasal dari Lombok Barat. Saat ini sedang
menempuh jenjang pendidikan S1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Mataram jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

Sukron Yunanda, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)


Mataram.

Kasihmu, Ibu | 73
CV Jejak akan terus bertransformasi
untuk menjadi media penerbitan
dengan visi memajukan dunia literasi
di Indonesia. Kami menerima
berbagai naskah untuk diterbitkan.

Silakan kunjungi web


jejakpublisher.com untuk info lebih
lanjut

------------------------------------------------
----------------------------
------------

74 | Silvia Lestari, dkk.

Anda mungkin juga menyukai