Anda di halaman 1dari 2

Seseorang yang takut gagal

- Overthinking
- Lebih fokus kepada hasil dibanding proses

Memiliki harga diri yang tinggi bisa menjadi salah satu modal untuk mencapai
kesuksekan. Seorang siswa yang memiliki harga diri tinggi artinya memiliki kepercayaan
terhadap dirinya bahwa ia mampu mencapai kesuksesan. Namun rasa percaya diri tidak
selalu membawa dampak yang baik pada seseorang. Ciri-ciri ketakutan positif termasuk
perasaan terlibat dalam menyelesaikan tugas, gugup dan gelisah tetapi masih dalam
tahap menjadikan anak berprestasi. Kecemasan tersebut memotivasi diri siswa agar
lebih maksimal. Sedangkan ciri ketakutan negative adalah rasa ketegangan dan
kegelisahan yang tinggi sehingga menimbulkan kekhawatiran akan mengalami
kegagalan yang ingin dihindari (Winkel, 2009). Contohnya seperti kasus pada Samuel, Ia
berumur 10 tahun memiliki harga diri yang tinggi namun takut mengalami kegagalan.
Ambisinya untuk menjadi yang terbaik membuat ia takut mengalami kegagalan. Padahal
dalam kehidupan, kita akan mengalami kesuksesan dan kegagalan dalam hal apapun.
Kondisi pada Samuel apabila dibiarkan akan berdampak buruk terhadap psikologisnya.
Maka dari itu harus segera ditangani. Dari diskusi dari kelompok kami, studi kasus
masalah yang dialami oleh Samuel. Untuk memenuhi kebutuhannya, kita dapat
menggunakan teori belajar humanistic dari Gage & Berliner dan teori motivasi
perspektif humanistic “penghargaan”

Teori belajar humanistic dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi dan


perasaan, komunikasi yang terbuka antara siswa dengan guru maupun sebaliknya, serta
nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Pada teori ini belajar akan dianggap berhasil jika
siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri sedangkan Samuel belum bisa memahami
dirinya sendiri karena ketakutan berlebihan akan kegagalan. Teori ini dikuatkan oleh pendapat
dari Abraham Maslow, beliau mengatakan terdapat kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang Samuel, bukan dari sudut pandang
pengamatannya.
Selain dilihat dari teori humanistic, ketakutan akan kegagalan bisa didasari dari ketakutannya
tidak mendapatkan apresiasi. Pada hirarki kebutuhan Maslow, digambarkan bahwa seorang
siswa juga membutuhkan apresiasi. Siswa yang kurang mendapat apresiasi akan membuat
dirinya memiliki ketakutan berlebih atau bahkan tidak memiliki motivasi.
Maka dari itu pada pendekatan humanistik guru akan melakukan pendekatan secara
humanis. Dalam hal ini guru bisa memberikan pemahaman kepada siswa bahwa saat
siswa melakukan sesuatu jangan berfokus terhadap hasil melainkan pada prosesnya.
Dengan begitu siswa akan lebih legowo saat mengalami kegagalan. Namun disisi lain,
orang terdekat disekitar Samuel tetap harus memberikan apresiasi atas usahanya dalam
mencapai sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai