Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN


HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL(HAKI)

HAK DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU


KELAS: XI RPL 1
KELOMPOK: 5
PEMBAGIAN TUGAS SISWA:
Ketua : Rima Malika Fatihah
Sekretaris : Revi Nadila Anjely
Bendahara : Rizqi Zaenal Makhfud
Observator : -Silvi Wulandari
-Selvina Rahmadianti

SMK NEGERI 2 KUNINGAN


JL. SUKAMULYA NO. 77
DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI JAWA BARAT
BAB I
PENGERTIAN DAN TUJUAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
(HAKI)

1. Pengertian
Hak atas kekayaan intelektual (HaKI) secara singkat dapat diartikan sebagai
hak yang bersumber dari hasil kegiatan intelektual manusia, yang mana memiliki
manfaat ekonomi.
Hak ini bisa disebut sebagai hak yang eksklusif karena hanya diberikan khusus
kepada orang atau kelompok yang menciptakan karya cipta terkait. Melalui hak ini,
orang lain tidak dapat memanfaatkan secara ekonomis karya cipta milik orang lain
tanpa izin dari penciptanya.
Dari pengertian di atas dapat, ditarik kesimpulan jika objek HaKI adalah karya
atau ciptaan yang dihasilkan dari pemikiran atau kemampuan intelektual manusia.

2. Prinsip-prinsip
 Prinsip Ekonomi
Prinsip ekonomi yang ada dalam HaKI, yaitu adanya hak yang bersifat
ekonomi yang dapat didapat seseorang atas hasil karya intelektual yang telah
diperbuatnya. Oleh karena itu, diperlukan pengukuhan hak atas karyanya tersebut,
sehingga dapat dipergunakankan secara ekonomis dan tidak disalahgunakan oleh
pihak lain yang tidak berhak.

 Keadilan
Prinsip HaKI yang kedua adalah keadilan. Adanya peraturan terkait hak atas
kekayaan intelektual memberikan suatu keadilan, berupa perlindungan yang
menjamin sang pemilik memiliki hak penuh atas penggunaan hasil karyanya.

 Kebudayaan
Prinsip ketiga adalah kebudayaan. Adanya perlindungan negara pada HaKI
bertujuan untuk mendorong adanya pengembangan dari sastra, seni dan ilmu
pengetahuna. Sehingga dapat meningkatkan taraf hidup, serta menghadirkan
keuntungan bagi seluruh masyarakat, bangsa dan negara.

 Sosial
Last but not least adalah prinsip social, dimana Negara bekerja melindungi
hak-hak masyarakat dan menjamin keseimbangan antar kepentingan masyarakat
sebagai warga negara.

3. Tujuan
 Sebagai perlindungan hukum kepada pencipta, juga terhadap hasil cipta karya serta
nilai ekonomis yang terkandung di dalamnya. Juga sebagai sebuah perlindungan akan
aset berharga yang dipunyai perorangan ataupun kelompok dalam bentuk hasil karya.
 Mengantisipasi adanya pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual orang lain.
 Meningkatkan kompetisi dan juga memperluas pangsa pasar, khususnya dalam hal
komersialisasi kekayaan intelektual. Hal ini mungkin timbul, karena dengan adanya
HaKI, akan memberikan motivasi kepada para pencipta, industri dan masyarakat luas
untuk dapat berkarya dan berinovasi, serta mendapatkan apresiasi dari ciptaannya
tersebut.
 Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi penelitian, industri dan juga
usaha di Kawasan Indonesia.

4. Sejarah HAKI di Indonesia


Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1844. Ketika
itu Indonesia masih di bawah penguasaan Pemerintah Kolonial Belanda, yang artinya
hukum yang mengaturnya pun berasal dari hukum yang berlaku di Belanda. Pada
tahun 1910 mulai berlaku UU Paten (Octrooiwet) di Indonesia (Hindia Belanda) yang
kemudian diikuti UU Merek (Industriele Eigendom) dan UU Hak Cipta (Auteurswet)
tahun 1912.

Pada tahun 1888 Indonesia resmi pertama kali menjadi anggota Paris
Convention (for the Protection of Industrial Property Rights), Madrid Convention
pada tahun 1983 hingga 1936 dan Berne Convention (for the Protection of Literary
and Artistic Works) pada tahun 1914. Kemudian pada masa kemerdekaan
sebagaimana ditetapkan dalam Ketentuan Peralihan UUD 1945, seluruh peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada masa pendudukan Belanda tetap berlaku.
Khusus untuk UU Paten, walau permohonannya sudah dapat dilakukan sendiri di
Indonesia (Jakarta), namun pemeriksaan harus tetap dilakukan di Belanda.

Setelah kemerdekaan barulah pada tahun 1961 Indonesia memiliki UU Merek


sendiri menggantikan UU produk Belanda, diikuti UU Hak Cipta pada tahun 1982,
UU Paten tahun 1989 yang masing-masing sudah diperbaharui untuk menyelaraskan
dengan pemberlakuan Perjanjian TRIPs. Kemudian pada akhir 2000 berlaku pula UU
Rahasia Dagang, UU Desain Industri, UU Desain Tataletak Sirkuit Terpadu dan UU
Perlindungan Varietas Tanaman yang baru efektif tahun 2004.

BAB II
PEMBAHASAN HAK DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

1. Pengertian Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak ekslusif yang diberikan
oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tsb.

2. Definisi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Pasal 1 Ayat 1: Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau
setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya
satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang
dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik.

Pasal 1 Ayat 2: Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan
tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit
Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan
Sirkuit Terpadu.

3. Landasan Hukum Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


 Objek desain tata letak sirkuit terpadu
Obyek DTLST yang dilindungi adalah yang orisinial. Yang dimaksud dengan orisinal
adalah apabila desain tersebut merupakan hasil karya pendesain itu sendiri dan bukan
merupakan tiruan dari hasil karya pendesain lain.

 Subjek desain tata letak sirkuit terpadu


Yang berhak memperoleh Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah Pendesain
atau yang menerima hak tersebut dari pendesain. Dalam hal pendesain terdiri atas
beberapa orang secara bersama, Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan
kepada mereka secara bersama.

Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam
lingkungan pekerjaannya pemegang hak adalah pihak yang untuk dan atau dalam
Dinas Tata Letak Sirkuit Terpadu itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara
kedua belah pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila penggunaan
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu itu diperluas sampai keluar hubungan dinas. Yang
dimaksud dengan “hubungan dinas” adalah hubungan kepegawaian antara pegawai
negeri dan instansinya.

 Hak Eksekutif
Pemegang Hak memiliki hak eksekutif untuk melaksanakan Hak Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau
mengedarkan barang yang didalamnya terdapat seluruh atau sebagai desain yang telah
diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

4. Pendaftaran Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya. Permohonan harus memuat
:

Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan.


Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain.
Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon.
Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa.
Tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial apabila sudah pernah
dieksploitasi sebelum permohonan diajukan.

5. Fungsi dan Sifat Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk
secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor untuk menghasilkan fungsi
elektronik.

BAB III
PELANGGARAN DAN SANKSI HUKUM HAK DESAIN TATA
LETAK SIRKUIT TERPADU

1. Kasus pelanggaran 1
Desain Usb Keluaran Intel
Dampak Pelanggaran:
Desain usb 3.0 keluaran intel jadi kontroversi, karena awalnya intel belum mau
menjelaskan spesifikasi usb 3.0 itu..sehingga dianggap oleh para
pesaingnya(AMD dan NVIDIA) akan melakukan monopoli.Dalam kasus ini
AMD dan NVIDIA beserta SIS dan VIA sebagai salah satu brand dalam tidang
Chipset akan mengalami kesulitan dan keterpurukan pada suatu saat ketika banyak
orang menggunakan motherboard intel yang sudah support dengan USB 3.0, yang
dimana serie dari USB ini, akan memberikan kepuasan lebih baik dari USB
sebelumnya dalam men-service suatu periferal.
Oleh karena itu mereka,(VIA AMD NVIDIA dan SIS) akan merasa dimonopoli
oleh intel lantaran teknologi terbaru dari USB telah di "pegang" oleh intel. Hal ini
dapat dihapuskan jika saja intel hendak memberikan spesifikasi khusus untuk
mereka, agar komponen-komponen yang mendukung USB 3.0 dapat bekerja pada
Chipset- chipset mereka.. Tapi mereka juga mengancam bahwa mereka akan
menciptakan port yang tidak kalah hebat dari 3.0 jika intel masih tetap tidak
memberikan spesifikasi yang dimaksud..
Dalam hal ini Hak DTLST itu dimiliki oleh Intel atas usb 3,0, jadi pihak intel
memiliki hak eksklusif yang dapat melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya
membuat memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan / atau mengedarkan
barang yang didalamnya terdapat seluruh atau sebagian Desain yang telah diberi
Hak DTLST, namun dikecualikan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan
sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang DTLST.
2. Kasus pelanggaran 2
Pemakaian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu untuk kepentingan penelitian dan
pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak dianggap sebagai pelanggaran.
Bagi mereka yang melanggar Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang telah
terdaftar dapat diancam hukuman pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

3. Kasus pelanggaran 3
Pemegang hak DTLST dapat menggugat siapa saja yang dengan sengaja dan
tanpa hak melanggar Pasal 8, yaitu membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor dan atau mengedarkan barang yang didalamnya terdapat seluruh atau
sebagian desain yang telah diberikan Hak DTLST. Gugatan ditujukan kepada
Pengadilan Niaga (Pasal 38). Di samping itu bisa melalui arbitrase, atau alternatif
penyelesaian sengketa (negosiasi, mediasi, konsiliasi), dan cara lain yang dipilih
oleh para pihak.

Pelanggaran DTLST selain dapat digugat secara perdata juga tidak menutup
kemungkinan untuk digugat secara pidana. Sanksi pidana terhadap pelanggaran
DTLST menurut Pasal 42 ayat (1) dituntut dengan penjara paling lama tiga (3)
tahun atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) Tindak
pidana yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2000 tentang Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu merupakan delik aduan.

BAB IV
KESIMPULAN

Untuk mempermudahkan pengertiannya secara garis besar istilah “desain tata


letak sirkuit terpadu” dibagi dua yaitu “desain tata letak” dan “sirkuit terpadu”,
yang masing-masing pengertiannya adalah sebagai berikut:

Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang
didalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen
tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta
dibentuk secara terpadu didalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan
untuk menghasilkan fungsi elektronik.

Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen
aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan
peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit
terpadu.

Anda mungkin juga menyukai