Anda di halaman 1dari 19

BAHAN

1. PENGERTIAN

Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu hukum atau
peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Menurut UU yang
telah disahkan oleh DPR-RI pada tanggal 21 Maret 1997, HaKI adalah hak-hak secara
hukum yang berhubungan dengan permasalahan hasil penemuan dan kreativitas seseorang
atau beberapa orang yang berhubungan dengan perlindungan permasalahan reputasi dalam
bidang komersial (commercial reputation) dan tindakan / jasa dalam bidang komersial
(goodwill).

Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual manusia yang memiliki manfaat ekonomi.
HKI dalam dunia internasional dikenal dengan nama Intellectual Property Rights (IPR) yaitu hak
yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna
untuk kepentingan manusia.

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) atau harta
intelek (di Malaysia) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris intellectual property right.
Menurut World Intellectual Property Organisation (WIPO), kata "intelektual" tercermin bahwa
obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran
manusia (the creations of the human mind).

Secara substantif pengertian HaKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Karya-karya intelektual tersebut
dibidang ilmu pengetahuan, seni, sastra ataupun teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan
tenaga, waktu dan bahkan biaya.

Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai.
Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang
melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan (property) terhadap karya-karya intelektual. Bagi
dunia usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai aset perusahaan

2. DASAR HUKUM
3. Undang-Undang N0. 19/2002 diganti oleh UU No. 28/2014 Tentang Hak Cipta.

Hak Cipta. adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan
menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pencipta, adalah seorang atau bebetapa orang yang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan,
dan keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Perlindungan Hak Cipta. Perlindungan terhadap suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak
ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu
kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak
cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran ciptaan yang dapat
dijadikan sebagai alat bukti awal di Pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari
terhadap ciptaan tersebut.

Ciptaan Yang Dilindungi, ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

2. Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

Paten : Adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya
di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut
kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Invensi : Adalah ide inventor yang dituangkan kedalam suatu kegiatan pemecahan masalah
yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses.

Inventor Dan Pemegang Paten.

Inventor : Adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi.

Pemegang Paten : Adalah inventor sebagai pemilik paten atau piha yang menerima hak tersebut
dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam
daftar umum paten.

Jangka Waktu Perlundungan Paten : Paten diberikan perlindungan untuk jangka waktu 20
(dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat
diperpanjang.

3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Merek : Adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa.

Merek Dagang : Adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau bebeapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan barang-barang sejenis lainnya.
Merek Jasa : Adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa
sejenis lainnya.

Merek Kolektif : Adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik
yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama
untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Jangka Waktu Perlindungan Merek : Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama 10
(sepuluh) tahun. Perlindungan merek terdaftar selama 10 (sepuluh) tahun tersebut berlaku surut
sejak tanggal penerimaan permohonan merek yang bersangkutan.

4. Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.

Desain Industri : Adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau
warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta
dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan
tangan.

Jangka Waktu Perlindungan :

 Perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhitung sejak tanggal penerimaan.
 Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud dicatat
dalam Daftar Umum Desain Industri dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain
Industri.

5. Undang-Undang No. 32 Tahun 20000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

1. Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri


2. Hak Desain Tata Letak Sirkit Terpadu : Adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
negara Republik Indonesia kepada Pendesain atau hasil kreasinya, untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut.
3. Desain Tata Letak : Adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta
sebagian atau semua interkoneksi dalam satu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi
tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.
4. Sirkuit Terpadu : Adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang
didalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut
adalah bersifat aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan
fungsi elektronik.
5. Perlindungan terhadap Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan kepada
pemegang hak sejak pertama kali Desain tersebut dieksploitasi secara komersial
dimanapun, atau sejak tanggal penerimaan.
6. Dalam hal Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu telah dieksploitasi secara komersial,
permohonan harus dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pertama
kali dioeksploitasi.
7. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan selama 10 (sepuluh) tahun.
8. Tanggal mulai berlakunya perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicaatat
dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan diumumkan dalam Berita
Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

6. Undang-Undang N0. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

 Rahasia Dagang : Adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
 Lingkup Rahasia Dagang : Meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode
penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai
ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat.
 Perlindungan Rahasia Dagang : Rahasia Dagang mendapat perlindungan apabila
informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya
melalui upaya sebagaimana mestinya. Informasi dianggap rahasia apabila informasi
tersebut hanya diketahui oleh pihak tettentu atau tidak diketahui secara umum oleh
masyarakat.

7. Indikasi Geografis Dan Indikasi Asal.

 Indikasi Geografis : Diatu dalam UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek Pasal 56 sd
58. Yaitu Suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor
lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua
faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
 Indikasi Asal : Diatur dalam Pasal 59 d 60 UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Pasal 59 s.d 60.Yaitu suatu tanda yang memenuhi ketentuan tanda indikasi geografis
yang tidak diftarkan atau semata-mata menunjukkan asal suatu barang atau jasa.

6. Perkembangan HaKi
 Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia telah ada
sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial Belanda memperkenalkan undang-undang
pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda
mengundangkan UU Merek (1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912).
Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi
anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan
anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Aristic Works sejak tahun
1914. Pada jaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945, semua peraturan
perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku.
 Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan
perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak
bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU peningggalan Belanda tetap
berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang dianggap bertentangan
dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten peninggalan
Belanda, permohonan paten dapat diajukan di kantor paten yang berada di Batavia (
sekarang Jakarta ), namun pemeriksaan atas permohonan paten tersebut harus dilakukan
di Octrooiraad yang berada di Belanda.
 Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang merupakan
perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang paten, yaitu Pengumuman
Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur tentang pengajuan semetara
permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G. 1/2/17
yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten luar negeri.
 Pada tanggal 11 Oktober 1961 pemerintah RI mengundangkan UU No. 21 tahun 1961
tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961) untuk menggantikan
UU Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan undang-undang Indonesia
pertama di bidang HKI. Berdasarkan pasal 24, UU No. 21 Th. 1961, yang berbunyi
"Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Merek 1961 dan mulai berlaku satu
bulan setelah undang-undang ini diundangkan". Undang-undang tersebut mulai berlaku
tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan. Saat ini, setiap tanggal 11 November yang
merupakan tanggal berlakunya UU No. 21 tahun 1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari
KI Nasional.
 Pada tanggal 10 Mei1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris Convention for
the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967)] berdasarkan Keputusan
Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum
penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah
ketentuan,yaitu Pasal 1 s.d. 12, dan Pasal 28 ayat (1).
 Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982 tentang Hak
Cipta ( UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda.
Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi
penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan sastra serta
mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
 Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah air. Pada tanggal
23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang HKI melalui
Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim Keppres 34). Tugas
utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup penyusunan kebijakan nasional di bidang
HKI, perancangan peraturan perundang-undangan di bidang HKI dan sosialisasi sistem
HKI di kalangan instansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas.
Tim Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah terobosan, antara lain dengan mengambil
inisiatif baru dalam menangani perdebatan nasional tentang perlunya sistem paten di
tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali RUU Paten yang telah diselesaikan
pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989 Pemerintah mengesahkan UU Paten.
 Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7 tahun 1987
sebagai perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan UU
No. 7 tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU No. 12 tahun 1982
dilakukan karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat
membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat.
 Menyusuli pengesahan UU No. 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia menandatangani
sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai pelaksanaan dari UU tersebut.
 Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 di tetapkan pembentukan
Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek (DJ HCPM) untuk mengambil alih fungsi
dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit eselon II di
lingkungan Direktorat Jendral Hukum dan Perundang-undangan, Departemen
Kehakiman.
 Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU tentang
Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 tahun 1989 (UU Paten 1989) oleh
Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku tanggal 1
Agustus 1991. Pengesahan UU Paten 1989 mengakhiri perdebatan panjang tentang
seberapa pentingnya sistem paten dan manfaatnya bagi bangsa Indonesia. Sebagaimana
dinyatakan dalam pertimbangan UU Paten 1989, perangkat hukum di bidang paten
diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan suatu iklim yang
lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini disebabkan karena dalam
pembangunan nasional secara umum dan khususnya di sektor indusri, teknologi memiliki
peranan sangat penting. Pengesahan UU Paten 1989 juga dimaksudkan untuk menarik
investasi asing dan mempermudah masuknya teknologi ke dalam negeri. Namun
demikian, ditegaskan pula bahwa upaya untuk mengembangkan sistem KI, termasuk
paten, di Indonesia tidaklah semata-mata karena tekanan dunia internasional, namun juga
karena kebutuhan nasional untuk menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang
efektif.
 Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 tahun 1992
tentang Merek (UU Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April 1993. UU Merek
1992 menggantikan UU Merek 1961. Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah RI
menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay Round of Multilateral
Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights(Persetujuan TRIPS).
 Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan
perundang-undangan di bidang KI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982,
UU Paten 1989, dan UU Merek 1992.
 Di penghujung tahun 2000, disahkan tiga UU baru di bidang KI, yaitu UU No. 30 tahun
2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri dan UU
No 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
 Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan di bidang KI
dengan Persetujuan TRIPS, pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia mengesahkan UU No.
14 tahun 2001 tentang Paten, dan UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek. Kedua UU ini
menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002 tentang Hak
Cipta yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak
diundangkannya
4. Jenis dan pengelompokkan

Terdapat 4 jenis utama dari HAKI (hak atas kekayaa intelektual), yaitu :

1. Hak Cipta (Copyright)


Hak cipta adalah hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan
salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap ciptaannya tersebut
serta salinan dari ciptaannya tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk
membuat salinan dari ciptaannya tersebut, hak untuk membuat produk derivatif, dan
hak-hak untuk menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Hak cipta berlaku seketika
setelah ciptaan tersebut dibuat. Hak cipta tidak perlu didaftarkan terlebih dahulu.

Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau “ciptaan”.
Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-
karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman
suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak
komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta
berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang
memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan
merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah
orang lain yang melakukannya.

Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa
perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta,
gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam ciptaan tersebut.
Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang
pihak yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau menciptakan karya
yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang
penciptaan atau karya seni lain mengenai tokoh tikus secara umum.

Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang
berlaku saat ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-
undang tersebut, pengertian hak cipta adalah “hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan
izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku” (pasal 1 butir 1).

2. Paten (Patent)
Istilah "paten" sering kita dengar banyak dipakai oleh masyarakat luas; dan bahkan tak jarang disalah-pahami
sebagai padanan dari istilah "hak kekayaan intelektual" itu sendiri. Namun sesungguhnya, paten hanyalah salah-satu
dari sekian banyak bentuk perlindungan HKI.
Paten adalah perlindungan HKI bagi karya intelektual yang bersifat teknologi, atau dikenal juga dengan
istilah invensi, dan mengandung pemecahan/solusi teknis terhadap masalah yang terdapat pada teknologi yang telah
ada sebelumnya.
Sebagai contoh, paku kecil temuan Levi Strauss untuk dipasang di ujung-ujung saku celana jeans, misalnya, yang
kemudian dianugerahi hak paten di Amerika Serikat tahun 1873, mengandung solusi teknis terhadap persoalan
mudah lepas/sobeknya jahitan saku celana berbahan denim ketika itu, mengingat pemakaian luar ruangan dengan
intensitas yang cukup tinggi.
Invensi paten dapat berupa produk ataupun proses. Contohnya pembakaran pada mesin kendaraan bermotor yang
bertujuan untuk menghasilkan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan. Baik metode dan proses bagaimana
pembakaran tersebut dilakukan, dan mesin yang menerapkan metode dan proses pembakaran itu, keduanya dapat
dipatenkan masing-masing sebagai paten proses dan paten produk.

APA SAJA YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DIPATENKAN?


Untuk bisa mendapatkan paten (patentable), suatu invensi harus memenuhi persyaratan substantif, yaitu:

 BARU: Suatu invensi tidak boleh sudah diungkap/dipublikasikan dalam media manapun - paten/non
paten, nasional/internasional - sebelum permohonan patennya diajukan dan memperoleh Tanggal
Penerimaan. Jika suatu invensi diajukan permohonannya dan mendapat Tanggal Penerimaan tanggal 2
Januari 2014, maka publikasi tentang invensi tersebut tanggal 1 Januari 2014 akan menggagalkan invensi
tersebut untuk mendapatkan paten karena tidak lagi baru;
 MENGANDUNG LANGKAH INVENTIF: Paten hanya akan diberikan untuk invensi yang tidak dapat diduga,
atau tidak obvious, bagi orang yang memiliki keahlian di bidang terkait (person skilled in the art). Sebagai
contoh, jika masalah teknis yang dihadapi adalah tutup bolpen yang kerap hilang saat dilepas, maka
sekadar menyambungkan tutup dan badan bolpen dengan seutas tali tidak akan dianggap mengandung
langkah inventif. Tapi solusi berupa mata bolpen yang bisa masuk dan keluar dari bagian dalam badannya
dengan menggunakan mekanisme pegas, mengandung suatu langkah inventif;
 DAPAT DITERAPKAN SECARA INDUSTRI: Suatu invensi harus dapat dilaksanakan berulang-ulang dengan
tetap menghasilkan fungsi yang konsisten dan tidak berubah-rubah. Formula penangkal flu dengan
komposisi air perasan sebuah jeruk nipis diaduk bersama satu sendok teh madu saja tidak bisa
dikategorikan dapat diterapkan secara industri, melainkan harus diuraikan terlebih dahulu komposisi
kimiawinya, karena antara jeruk nipis yang berbeda ukuran, varietas, atau asal tanam bisa saja
menghasilkan efek atau khasiat yang berbeda.

Invensi tidak dapat dipatenkan apabila:

 pengumuman/penggunaan/pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan; misalnya invensi yang kegunaannya secara
spesifik adalah untuk memakai narkoba;
 berupa metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap
manusia dan/atau hewan; misalnya metode operasi caesar, metode chemotherapy;
 teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; sehingga rumus matetmatika sehebat
apapun tidak bisa dipatenkan oleh siapapun;
 semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; serta proses biologis yang esensial untuk memproduksi
tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis. Karena ada pengecualan
paten terhadap mahluk hidup inilah maka perlindungan terhadap varietas tanaman baru hasil pemuliaan
diselenggarakan tersendiri melalui Hak PVT.

Perlu juga dicatat bahwa invensi tidak mencakup kreasi estetika (bisa dilindungi dengan Hak Cipta atau Desain
Industri); skema; aturan dan metode untuk melakukan kegiatan mental, permainan, atau bisnis; aturan dan
metode mengenai program komputer (software dilindungi dengan Hak Cipta); dan presentasi mengenai suatu
informasi

SIAPA YANG BERHAK MEMPEROLEH PATEN?


Orang yang menghasilkan suatu invensi, baik sendirian maupun beberapa orang bersama-sama, disebut dengan
istilah inventor. Inventor inilah yang paling pertama berhak mendapatkan hak paten atas invensi yang
dihasilkannya. Siapapun di luar inventor yang ingin memiliki hak paten atas invensi tersebut harus terlebih dahulu
memperoleh pengalihan hak secara tertulis dari sang inventor.
Baik Inventor maupun pihak lain yang menerima pengalihan hak dari inventor merupakan Pemilik/Pemegang Hak
Paten (Patentee), yang memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan invensi yang dipatenkan tersebut selama 20
tahun dihitung dari Tanggal Penerimaan. Setelah 20 tahun tersebut, invensi yang dimaksud akan menjadi milik
umum (public domain) dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa perlu meminta izin dari si pemegang paten.

3. Merk Dagang (Trademark)

APA ITU MEREK?


Merek bisa jadi merupakan bentuk perlindungan HKI yang paling dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Barang
atau jasa apapun yang kita butuhkan, lebih sering kita sebut dengan nama dagangnya ketimbang nama generiknya.
Sejak sebelum memulai aktivitas pagi hari, Anda sarapan Sari Roti ditemani secangkir Nescafe Classic sambil
membaca Kompas Online di iPad, baru pergi naik Innova menuju kantor, sudah berapa merek yang Anda
sebutkan?
Merek - atau juga biasa dikenal dengan istilah brand - adalah penanda identitas dari sebuah produk barang atau
jasa yang ada dalam perdagangan. Namun tidak hanya sebagai identitas semata, merek juga berperan penting
mewakili reputasi tidak hanya produknya, namun juga penghasil dari produk barang/jasa yang dimaksud. Tak
heran jika branding menjadi bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk/jasa.
Hak Merek adalah bentuk perlindungan HKI yang memberikan hak eksklusif bagi pemilik merek terdaftar untuk
menggunakan merek tersebut dalam perdagangan barang dan/atau jasa, sesuai dengan kelas dan jenis barang/jasa
untuk mana merek tersebut terdaftar.
Satu hal yang perlu dipahami adalah, pendaftaran Merek untuk memperoleh Hak Merek bukan berarti ijin untuk
menggunakan merek itu sendiri. Siapapun berhak memakai merek apapun - didaftar ataupun tidak - sepanjang
tidak sama dengan merek terdaftar milik orang lain di kelas dan jenis barang/jasa yang sama. Hanya saja, dengan
merek terdaftar, si pemilik merek punya hak melarang siapapun untuk menggunakan merek yang sama dengan
merek terdaftar miliknya tadi, tentunya untuk kelas dan jenis barang/jasa yang sama.

MEREK SEPERTI APA YANG DAPAT DIBERI PERLINDUNGAN SEBAGAI MEREK


TERDAFTAR?
Suatu merek yang dapat didaftar harus memiliki daya pembeda dan diperginakan dalam perdagangan barang/jasa,
dan dapat berupa:

 gambar, seperti lukisan burung garuda pada logo Garuda Indonesia atau gambar kelinci pada
logo Dua Kelinci;
 kata, seperti Google, Toyota, atau Mandiri;
 nama, seperti Tommy Hilfiger atau Salvatore Ferragamo;
 frasa, seperti Sinar Jaya atau Air Mancur;
 kalimat, seperti Building for a Better Future atau Terus Terang Philip Terang Terus;
 huruf, seperti huruf "F" pada logo Facebook atau huruf "K" pada logo Circle-K;
 huruf-huruf, seperti IBM atau DKNY;
 angka, seperti angka "7" pada logo Seven Eleven atau angka "3" pada logo provider GSM Three;
 angka-angka, seperti merek rokok 555 atau merek wewangian 4711;
 susunan warna, seperti pada logo Pepsi atau Pertamina;
 bentuk 3 (tiga) dimensi;
 suara;
 hologram;
 kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

Suatu Merek tidak dapat didaftar apabila:

 pendaftarannya dilandasi dengan itikad buruk. Katakanlah seorang pengusaha ayam goreng mendaftarkan
merek CIPUTAT FRIED CHICKEN di kelas dan jenis barang-barang hasil olahan daging ayam. Jika ada
pengusaha lain yang mencoba mendaftarkan merek yang sama untuk kelas dan jenis jasa restoran dengan
niatan untuk menghalangi pengusaha pertama, maka pendaftaran ke dua bisa dianggap dengan itikad tidak
baik dan dengan demikian semestinya tidak dapat didaftar;
 bertentangan dengan perundang-undangan, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum. Salah satu
contohnya adalah merek Buddha Bar yang kemudian dibatalkan karena dianggap bertentangan dengan
agama;
 tidak memiliki daya pembeda, misalnya tanda tanya "?" atau huruf balok tunggal "K" dalam perwujudan
yang biasa/lazim. Namun tanda tanya "?" yang diberi ornamen seperti pada logo Guess, atau huruf tunggal
"K" yang ditampilkan dalam tata artistik tertentu seperti pada logo Circle-K, bisa didaftar;
 telah menjadi milik umum, seperti tanda tengkorak bajak laut atau palang seperti pada palang merah.
Namun jika diberi ornamen tambahan seperti tengkorak pada logo Skullcandy atau palang pada logo Swiss
Army, bisa didaftar;
 menerangkan barang/jasanya itu sendiri. Apple tidak dapat didaftarkan sebagai merek untuk buah-buahan,
tapi bisa didaftar untuk merek produk elektronik.

Selain itu pendaftaran suatu merek juga harus ditolak oleh DJHKI jika merek yang akan didaftar mempunyai
persamaan baik keseluruhan maupun pada pokoknya dengan:

 merek terdaftar milik pihak lain untuk barang/jasa yang sejenis. Ketika A sudah memiliki
merek terdaftar GEULIS untuk jenis barang pakaian jadi, pendaftaran GEULIS,
GEULEES, atau GAULIES oleh B pada jenis barang pakaian jadi akan ditolak;
 merek terkenal milik pihak lain. Kriteria baku merek terkenal sebenarnya belum diatur secara resmi dalam
Peraturan Pemerintah. Biasanya penentuan apakah suatu merek dapat dianggap terkenal atau tidak dilihat
dari adanya pendaftaran di sejumlah negara; atau
 Indikasi geografis yang sudah dikenal. Kintamani misalnya, tidak dapat didaftar sebagai merek untuk kopi,
karena sudah ada indikasi geografis Kopi Kintamani. Demikian pula Parmigiana Reggiano untuk keju dan
olahan susu, atau Champagne untuk minuman beralkohol;

Di samping itu pendaftaran juga harus ditolak jika merek:

 merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum milik orang lain kecuali
sudah ada persetujuan;
 merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang, simbol, atau emblem
negara, lembaga nasional, atau lembaga internasional kecuali sudah ada persetujuan; atau
 merupakan tiruan atau menyerupai tanda, cap atau stempel resmi yang digunakan negara atau lembaga
pemerintah, kecuali sudah ada persetujuan tertulis.

SIAPA YANG BERHAK MENDAFTARKAN MEREK?


Satu konsep yang harus dipahami dalam sistem perlindungan merek - khususnya yang berlaku di Indonesia - adalah
bahwa sejatinya istilah yang tepat bukanlah "pemilik merek", melainkan "pemilik/pemegang hak atas merek
terdaftar", karena sang pemilik hak tersebut memperoleh haknya melalui klaimnya dalam bentuk pendaftaran ke
DJHKI. Suatu merek bebas dipergunakan - bukan dimiliki - oleh siapa saja, sampai ada orang yang mengklaim hak
eksklusif atas merek tersebut melalui pendaftaran.
Prinsip first to file yang dianut dalam sistem perlindungan Merek di Indonesia membuat siapapun - baik
perorangan maupun badan hukum - yang pertama kali mendaftarkan suatu merek untuk kelas dan jenis
barang/jasa tertentu, dianggap sebagai pemilik hak atas merek yang bersangkutan untuk kelas dan jenis
barang/jasa tersebut.
Ini didukung pula dengan adanya pernyataan tertulis yang harus dibuat oleh si pemohon pendaftaran merek dan
diajukan bersamaan dengan pengajuan permohonan, di mana isinya menyatakan bahwa benar dirinya adalah
pemilik hak atas merek tersebut, dan untuk itu berhak mengajukan pendaftaran atas merek yang dimaksud.
Klaim ini tidak berlaku mutlak karena bisa ditentang melalui gugatan pembatalan merek jika dapat dibuktikan
bahwa merek tersebut seharusnya tidak didaftar - termasuk karena itikad tidak baik, atau pendaftarannya
semestinya ditolak. Gugatan penghapusan merek juga bisa diajukan manakala si pemegang hak merek tidak
mempergunakan merek tersebut pada perdagangan barang/jasa sebagaimana terdaftar selama tiga tahun
berturut-turut, sehingga merek tersebut bisa kembali bebas dipakai oleh siapa saja.

KAPAN SEBAIKNYA SUATU MEREK DIDAFTAR?


Tidak seperti Paten atau Hak Cipta, perlindungan Merek Terdaftar tidak mempersyaratkan baik "kebaruan
(novelty)" ataupun "keaslian (originality)". Dengan demikian suatu merek yang sudah dipergunakan secara luas
selama bertahun-tahun tetap masih bisa didaftar, sepanjang memang tidak memiliki persamaan baik secara
keseluruhan maupun pada pokoknya dengan merek milik pihak lain yang telah lebih dahulu didaftar atau diajukan
permohonan pendaftarannya.
Hal ini tidak berarti pendaftaran merek tidak time-sensitive sama sekali. Merek juga menganut prinsip first to file,
sehingga kelalaian seseorang untuk mendaftarkan suatu merek untuk barang/jasa yang ia perdagangkan bisa
berakibat ia keduluan oleh orang lain mendaftarkan merek yang sama/mirip untuk barang/jasa sejenis, sehingga ia
bisa kehilangan hak untuk mempergunakan mereknya sendiri yang sudah ia pergunakan lebih dahulu.
4. Rahasia Dagang (Trade Secret)
Berbeda dari jenis HAKI lainnya, rahasia dagang tidak dipublikasikan ke publik. Sesuai
namanya, rahasia dagang bersifat rahasia. Rahasia dagang dilindungi selama informasi
tersebut tidak ‘dibocorkan’ oleh pemilik rahasia dagang.
Dasar Hukum

Perlindungan atas rahasia dagang diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000
tentang Rahasia Dagang (UURD) dan mulai berlaku sejak tanggal 20 Desember 2000.
Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu:

Bersifat rahasia hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh
masyarakat.
Memiliki nilai ekonomi apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha
yg bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.
Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Pemilik rahasia dagang dapat memberikan lisensi bagi pihak lain. Yang dimaksud
dengan lisensi adalah izin yang diberikan kepada pihak lain melalui suatu perjanjian
berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat
ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberikan perlindungan pada jangka waktu
tertentu dan syarat tertentu.

5. HAK DESAIN INDUSTRI


Hak Desain Industri ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2000. Adapun beberapa hal yang dibahas dalam undang-undang yaitu mengenai:

Subjek Desain Industri (Pasal 6)

1. Yang berhak memperoleh Hak Desain Industri adalah Pendesain atau yang menerima hak
tersebut dari Pendesain.
2. Dalam hal Pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, Hak Desain Industri
diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.

Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri (Pasal 5)


1. Perlindungan terhadap hak desain industri diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak tanggal penerimaan.
2. Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan dicatat dalam Daftar Umum
Desain Industri dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri.

Permohonan Pendaftaran Desain Industri (Pasal 11)

1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat Jenderal


dengan membayar biaya sebagainana diatur dalam undang-undang.
2. Permohonan ditandatangani oleh Pemohon atau Kuasanya.
3. Permohonan harus memuat:
1. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan.
2. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain.
3. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon.
4. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa.
5. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas.
4. Permohonan harus dilampiri dengan:
1. Contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari Desain Industri yang
dimohonkan pendaftarannya.
2. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui Kuasa.
3. Surat pernyataan bahwa Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya adalah
milik Pemohon atau milik Pendesain.
5. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemohon,
permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan melampirkan
persetujuan tertulis dari para pemohon lain.
6. Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan harus disertai
pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas desain
industri yang bersangkutan.

Lingkup Hak (Pasal 9)

1. Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak Desain
Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya
membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang
yang diberi Hak Desain Industri.
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemakaian
Desain Industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pemegang Hak Desain Industri.

Lisensi (Pasal 33)

Pemegang Hak Desain Industri berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian Lisensi untuk melaksanakan semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,
kecuali jika diperjanjikan lain
CONTOH KASUS

1) Hak cipta

Spotify Dituntut $1,6 Miliar atas Pelanggaran Hak Cipta


03/01/2018

Perusahaan streaming musik, Spotify, dituntut oleh Wixen Music Publishing minggu lalu
karena diduga menggunakan ribuan lagu, termasuk lagu-lagu karya Tom Petty, Neil Young dan
the Doors, tanpa lisensi dan kompensasi kepada penerbit karya musik, Reuters melaporkan,
Selasa (2/1).

Wixen, pemegang lisensi ekslusif untuk lagu-lagu seperti “Free Fallin” karya Tom Petty, “Light
My Fire” karya the Doors, (Girl We Got a) Good Thing oleh Weezer dan karya musisi lain
seperti Stevie Nicks, menuntut ganti rugi dan kompensasi setidaknya senilai 1,6 miliar dolar.

Spotify tidak memiliki lisensi langsung atau lisensi wajib dari Wixen yang memperbolehkan
perusahaan tersebut untuk memproduksi ulang dan mendistribusikan lagu-lagu tersebut, kata
Wixen dalam tuntutan hukumnya yang diajukan ke pengadilan federal California.

Wixen juga menuduh Spotify menggunakan jasa pihak ketiga, yaitu penyedia layanan lisensi dan
royalti, Harry Fox Agency. Menurut Wixen, pihak ketiga tersebut “tidak memadai untuk
mendapatkan lisensi-lisensi yang dibutuhkan.”

Spotify menolak untuk memberikan komentar.

Pada Mei, perusahaan yang bermarkas di Stockholm, Swedia, setuju membayar lebih dari 43 juta
dolar untuk menyelesaikan rencana tuntutan bersama yang menuduh Spotify tidak membayar
royalti untuk beberapa lagu yang disediakan kepada pengguna.

2) Hak paten

Terbukti Langgar Hak Paten, Samsung Harus Bayar ke Apple 539 Juta
Dolar

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Drama perseteruan hak paten antara Apple Inc dan
Samsung Electronics Co Ltd mencapai puncaknya.

Setelah melalui masa persidangan yang berbilang tahunan, Mahkamah Agung Amerika Serikat
(AS) atau US Supreme Court memutuskan Samsung harus membayar US$ 539 juta ke Apple.
Pengadilan menyatakan Samsung terbukti meniru fitur yang telah dipatenkan Apple.

Samsung telah menghadapi gugatan Apple di pengadilan dalam kasus pelanggaran hak paten
sejak 2011 silam. Kala itu, Apple menuduh Samsung menyalin produknya.
Samsung telah menyatakan bersedia bertanggung jawab dalam persidangan di 2012. Tetapi
perselisihan mengenai jumlah yang harus dibayar oleh perusahaan asal Korea Selatan itu
memunculkan episode pertarungan hukum baru.

Produsen barang elektronik asal Negeri Ginseng ini telah membayar US$ 399 juta ke Apple
sebagai kompensasi atas pelanggaran beberapa hak paten.

Jika putusan tersebut dijalankan, maka Samsung harus membayar lagi denda tambahan ke Apple
yang nilainya hampir mencapai US$ 140 juta.

Manajemen Apple dalam pernyataan tertulis, menyambut baik keputusan pengadilan.

Baca: Galang Hendra Pratama Posisi Kedua di Sesi Latihan Bebas 2 WorldSSP300
Donnington Park

"Kami sangat menghargai nilai dari sebuah desain. Kasus ini lebih dari sekedar uang," ujar
manajemen Apple seperti dikutip Reuters.

Sementara pihak Samsung masih belum memberi pernyataan apakah akan mengajukan banding
atas putusan terbaru dari pengadilan AS. Namun, manajemen Samsung mengatakan akan
menggunakan semua opsi untuk melawan keputusan tersebut.

"Kami akan mempertimbangkan semua opsi untuk mendapatkan hasil yang tidak menghalangi
kreativitas dan persaingan yang adil untuk semua perusahaan dan konsumen," demikian
pernyataan tertulis dari Samsung.

Persidangan yang terakhir mengambil fokus pada sebesar besar nilai denda yang harus dibayar
Samsung ke Apple karena melanggar hak paten dalam desain iPhone. Juri menyatakan Apple
berhak atas US$ 533,3 juta untuk pelanggaran Samsung dalam paten desain serta US$ 5,3 juta
untuk pelanggaran Samsung yang disebut paten utilitas.

3) Merek

Kasus Sengketa Hak Merek PT.Nissin Biscuit vs PT.Kraft Food Indonesia

PT.Nissin Biscuit telah melakukan pelanggaran merek terhadap PT.Kraft Food Indonesia karena
merek yang dikeluarkan dengan jenis makanan berupa biskuit memiliki kesamaan karakter. Diantaranya
adalah karakter warna. Dimana warna dasar dari kemasan biskuit OREO dengan RODEO adalah biru
diselangi putih dan merah tua. Kedua, penulisan merek memiliki kemiripan yaitu dengan penempatan
vokal OREO dengan RODEO serta penempatan merek yang berada pada tengah kemasan. Perbedaannya
hanya pada jenis huruf yang dituliskan dengan OREO yang ditulis dengan format italic. Ketiga,
penempatan gambar biskuit keduanya pada sebelah kanan kemasan. Perbedaannya hanya OREO
menggambarkan biskuit yang dibelah menjadi dua dengan isi di dalamnya terlihat dengan jelas. Bentuk
pada biskuit pun memiliki kesamaan. Keempat, adanya persamaan penempatan nama Perseroan Terbatas
yang sama diletakkan pada pojok kiri atas kemasan.

Sebagai pemilik hak merek terdaftar pertama, pihak PT.Kraft Food Indonesia merasa kerugian
atas hal tersebut. Karena dapat membingungkan konsumen yang akan mengkonsumsi OREO dengan
produksi yang telah terkenal bersama bunyi tagline “Diputar..dijilat..dicelupin” ini. Lalu hal yang
merugikan lainnya yaitu pihak produsen akan mengalami kerugian karena konsumen yang terkecoh dalam
membeli biskuit merek OREO. Berdasarkan sengketa tersebut secara langsung PT.Nissin Biscuit telah
melanggar Undang-undang no.15 tahun 2001 mengenai merek yaitu suatu merek yang tidak dapat
didaftar dan yang ditoHlak dalam pasal 6 ayat (1) yang berbunyi Permohonan harus ditolak oleh
Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut :a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau
jasa yang sejenis. b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya. c. Mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal.

Tanggapan :

Berdasarkan kasus diatas, PT.Nissin Biscuit memang telah melakukan peniruan dalam pembuatan
produknya, dari segi bungkus, logo dan pemerekannya. Hal ini seharusnya sebagai produsen yang
menghasilkan produk sebaiknya lebih mempunyai tenaga ahli sendiri yang lebih kreatif dalam mebuat
suatu produk dagang sehingga inovasi yang dibuat tidak menyamakan produk lainnya yang sudah ada
dipasaran. Dengan melakukan pemasaran menggunakan atau meniru merek dagang orang lain itu
namanya juga menjatuhkan produk lain karna PT.Nissin Biscuit menjual RODEO dengan harga yang
lebih murah dibandingkan dengan produk OREO. Hal tersebut membuat konsumen menjadi beralih
konsumsi yang dikarna harga yang lebih murah.

4) Rahasia dagang

Bocorkan Rahasia Dagang Racikan Kopi, Hi Pin Dibui


Palu - Hi Pin dihukum 1 tahun penjara karena membocorkan rahasia dagang racikan kopi. Eks karyawan
pabrik kopi CV Bintang Harapan itu dikenakan UU Rahasia Dagang.

Kasus bermula saat pria kelahiran 30 November 1970 bermasalah dengan majikannya. Pada November
2009, ia mendatangi mess karyawan membujuk mereka pindah pabrik. Beberapa karyawan CV Bintang
Harapan terbujuk dan mereka pindah ke pabrik Hi Pin dengan bendera CV Tiga Berlian.

Nah, Hi Pin menyuruh karyawan barunya untuk membuat sistem kerja sama dengan tempat lama.
Seperti penggorengan, penggilingan, saringan, hingga pengemasan. Sehingga cita rasa yang didapat bisa
sama persis, baik aroma dan cita rasanya.
Untuk pemasaran, jaringan distribusi juga menggunakan jejaring yang sama. Pelan-pelan, bisnis CV
Bintang Harapan dan Hi Pin dilaporkan ke polisi dengan dalih mencuri rahasia dagang.

Pada 4 Agustus 2011, jaksa menuntut Hi Pin 1 tahun penjara karena melanggar Pasal 17 ayat 1 UU
30/2000 tentang Rahasia Dagang. Tuntutan itu mentah. PN Palu membebaskan Hi Pin dan memulihkan
namanya.

Jaksa tidak terima dan mengajukan kasasi. Apa kata MA?

"Menyatakan Terdakwa Hi Pin terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
'tanpa hak menggunakan rahasia dagang pihak lain'. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Hi Pin
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 tahun penjara," demikian lansir panitera MA dalam
websitenya, Selasa (6/11/2018).

Putusan ini diketok oleh Artidjo Alkostar dengan anggota Prof Surya Jaya dan Sri Murwahyuni. Ketiganya
meyakini perbuatan Hi Pin memerintahkan saksi Noldhy Lagindawa untuk membuat tempat
penggorengan dan penggilingan kopi sesuai dengan pengalaman mereka saat bekerja pada CV Bintang
Harapan.

"Terdakwa juga memerintahkan mengambil contoh kopi mentah dokumentasi dan mesin-mesin
penggorengan dan produksi, mengambil saringan kopi bubuk, mengambil plastik packing pada pabrik
kopi CV. Bintang Harapan dengan maksud agar kopi bubuk hasil produksi CV Tiga Putra Berlian milik
Terdakwa sama dengan kopi bubuk produksi CV Bintang Harapan," papar majelis menguraikan
kesalahan Hi Pin.

5) Desain industry
Agus Susanto, produsen permen Lollyball bermerek Yoko, melayangkan gugatan
pembatalan desain industri Perfetti Van Melle S.P.A asal Italia yang merupakan
produsen permen Lollipop bermerek Alpenliebe. Persidangan perkara No. 42/Desain
Industri/2009/PN.NIAGA.JKT.PST sudah memasuki babak akhir. Majelis hakim yang
diketuai Sugeng Riyono segera ‘ketuk palu’ pada Senin (14/12).
Desain Industri milik Perfetti Van Melle terdaftar dalam sertifikat No. ID 004058 tanggal
8 Januari 2003 dengan judul Lollipops. Menurut kuasa hukum Agus dari Pieter Talaway
& Associates, kesamaan itu terletak pada bentuk dan konfigurasi. Sayang dalam gugatan
tidak dijelaskan secara rinci dimana perbedaannya. Kesamaan itu dapat mengecoh
masyarakat tentang asal usul atau sumber produk Agus dan Perfetti Van Melle sehingga
bertentangan dengan Pasal 4 UU No. 31 Tahun 2001 tentang Desain Industri.
Desain industri permen Alpenliebe dinilai tidak memiliki kebaruan. Karena itu, dalam
petitum gugatan, Agus meminta majelis hakim agar membatalkan desain industri milik
Perfetti Van Melle. Sebab sebelum Perfetti Van Melle mendaftarkan desain industri
permen Alpenliebe, konfigurasi desain sudah beredar luas (public domain). Perfetti Van
Melle dinilai tidak beritikad baik dalam mendaftarkan desain industri.
Agus sendiri telah memproduksi permen Yoko sejak 1999. Ia juga telah mengantongi
sertifikat merek No. 460924 pada 5 Januari 2001. Kemudian diperpanjang dengan
sertifikat No. IDM 000194839.
Kuasa hukum Perfetti Van Melle dari Soemadipraja & Taher, menyatakan gugatan Agus
tidak berdasar karena Agus sendiri tidak pernah mendaftarkan desain industri Lollyball
sehingga tidak memiliki hak eksklusif atas desain permen Lollyball. Apalagi, melarang
pihak lain untuk mengunakan desain yang menyerupai desain permen Lollyball.
Faktanya, etiket desain industri permen Lollipops dan Lollyball pun berbeda. Etiket
merek permen Lollyball memiliki berbagai macam unsur gambar. Selain itu, pada desain
produk permennya terdapat garis di permukaan. Sementara, pada permukaan permen
Lollipops bergaris dengan alternatif warna yang berbeda.
Garis itupun bervariasi, ada yang horisontal, diagonal kiri ke kanan atau sebaliknya dan
atau tidak beraturan atau bervariasi.
Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM mengeluarkan sertifikat desain
industri untuk produk Perfetti Van Melle menunjukan pendaftaran desain industri tidak
bermasalah, tidak melanggar peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, agama dan
kesusilaan. Pendaftaran sertifikat desain industri Perfetti Van Melle telah melalui tahap
pemeriksaan baik administratif, substantif dan telah diumumkan. Ketika, masa pengumuman
tidak ada pengajuan keberatan terhadap pemohon pendaftaran desain industri yang
diumumkan. Kuasa hukum Perfetti Van Melle menilai tidak mungkin perusahaan asal Italia itu
membahayakn reputasinya dengan meniru desain permen dari produsen lain.

Tambahan :

Perbedaan hak cipta, merek, paten

Pernahkah Anda dibingungkan dengan istilah Hak Merek, Hak Cipta, dan Hak Paten?

Secara hukum, ketiganya menjadi hak atas kekayaan intelektual atau HAKI yang paling umum
digunakan dalam bisnis. Masing – masing hak melindungi aspek yang berbeda – beda.

Hak Merek diatur dalam UU No.15/2001 tentang Merek, sementara Hak Cipta diatur dengan UU
No.28/2014 tentang Hak Cipta. Adapun, Hak Paten diatur dengan UU No.14/2001 tentang Paten.

Hak merek memberikan perlindungan atas merek dagang dan jasa yang dimiliki. Hak cipta
memberikan hak eksklusif atas suatu ciptaan, baik moral maupun ekonomi, untuk yang telah
maupun belum diterbitkan

Sementara itu, hak paten memberikan pengakuan kepada penemu atas temuannya yang dapat
diterapkan dalam industri. Masih bingung?

Begini analoginya. Kita tahu Google, raksasa bisnis yang bermarkas di Silicon Valley. Google
memiliki beragam produk. Namun, dengan logo huruf G berwarna merah-kuning-hijau-biru,
sudah pasti produk itu milik Google. Inilah yang dinamakan merek.
Selanjutnya, Google memiliki sejumlah kode yang ditanamkan dalam mesin pencarinya. Kode
komputer ini tidak dapat digunakan baik sebagian ataupun seluruhnya oleh orang lain karena
dilindungi oleh hak cipta.

Kode yang dimiliki Google itu kemudian dikembangkan sehingga dapat digunakan dalam kaca
mata canggih yang diberi nama Google Glass, yang selanjutnya dilindungi oleh paten.

Untuk mendapatkan hak ini, pemilik produk dapat mendaftarkannya di Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual. Pendaftaran pun tak perlu lagi harus datang langsung tetapi cukup dengan
mengakses laman http://dgip.go.id dan mengikuti prosedur yang ada.

Anda mungkin juga menyukai