Anda di halaman 1dari 11

MODUL

PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN

BAB 1
HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. PENGERTIAN HAKI
Istilah HAKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari Intellectual
Property Right (IPR), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1994
tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Organization).
Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai hak atas
kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan
dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia (human right). Pada intinya
HAKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas
intelektual. Objek yang diatur dalam HAKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir
karena kemampuan intelektual manusia.

B. MANFAAT HAKI ATAU HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL


1. Bagi dunia usaha, adanya perlindungan terhadap penyalahgunaan atau pemalsuan
karya intelektual yang dimilikinya oleh pihak lain di dalam negeri maupun di luar
negeri. Perusahaan yang telah dibangun mendapat citra yang positif dalam persaingan
apabila memiliki perlindungan hukum di bidang HKI.
2. Bagi inventor dapat menjamin kepastian hukum baik individu maupun kelompok serta
terhindar dari kerugian akibat pemalsuan dan perbuatan curang pihak lain.
3. Bagi pemerintah, adanya citra positif pemerintah yang menerapkan HKI di tingkat
WTO. Selain itu adanya penerimaan devisa yang diperoleh dari pendaftaran HKI.
4. Adanya kepastian hukum bagi pemegang hak dalam melakukan usahanya tanpa
gangguan dari pihak lain.
5. Pemegang hak dapat melakukan upaya hukum baik perdata maupun pidana bila
terjadi pelanggaran/peniruan.
6. Pemegang hak dapat memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain.

C. MACAM-MACAM HAKI ATAU HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL


1. Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif
kepada pencipta, yaitu “seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi.
2. Hak Kekayaan Industri, yang meliputi:
a. Paten
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1, Paten
adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakannya.Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah
menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi, berupa : proses, hasil
produksi, penyempurnaan dan pengembangan proses, penyempurnaan dan
pengembangan hasil produksi.
b. Merek
Hak atas merek merupakan hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu,
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1 Merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dalam rangka memperlancar perdagangan, menjaga kualitas, dan melindungi
produsen dan konsumen.
Terdapat beberapa istilah merek yang biasa digunakan, yaitu :
1) merek dagang
2) merek jasa
3) merek kolektif
c. Desain Industri
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1 Tentang
Desain Industri, bahwa desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau
gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang
memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua
dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan.
d. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 1 Tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bahwa, Sirkuit Terpadu adalah suatu produk
dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen
dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang
sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam
sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi
elektronik.
e. Rahasia Dagang
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
bahwa, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
f. Indikasi Geografis
Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Pasal 56 Ayat 1 Tentang Merek
bahwa, Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan
daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor
alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri
dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
g. Folklore
Yang dimaksud dengan “Folklore” dan “Traditional Knowledge” adalah suatu
karya intelektual yang terdapat di dalam masyarakat tradisional secara turun
temurun. Folklor mencerminkan kebudayaan manusia yang diekspresikan melalui
musik, tarian, drama seni, kerajinan tangan, seni pahat, seni lukis, karya sastra
dan sarana lain untuk mengekspresikan kreativitas yang umumnya memerlukan
sedikit ketergantungan pada teknologi tinggi. Undang-undang Nomor 19 tahun
2002 tentang Hak Cipta tidak secara penuh mengakomodasikan dan melindungi
folklor penduduk asli.

D. PRINSIP-PRINSIP HaKI ATAU HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL


a. Prinsip Ekonomi
b. Prinsip Keadilan
c. Prinsip Kebudayaan
d. Prinsip Sosial

E. DASAR HUKUM HAKI ATAU HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DI


INDONESIA
Dalam penetapan HaKI tentu berdasarkan hukum-hukum yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain adalah :
1. Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the
World Trade Organization (WTO)
2. Undang-undang Nomor 10/1995 tentang Kepabeanan
3. Undang-undang Nomor 12/1997 tentang Hak Cipta
4. Undang-undang Nomor 14/1997 tentang Merek
5. Undang-undang Nomor 13/1997 tentang Hak Paten
6. Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the
Protection of Industrial Property dan Convention Establishing the World Intellectual
Property Organization
7. Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty
8. Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the
Protection of Literary and Artistic Works
9. Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty
F. HAL-HAL YANG TIDAK DIANGGAP SEBAGAI PELANGGARAN HAK
CIPTA
1. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik dan tinjauan suatu masalah dengan
ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi pencipta;
2. Pengambilan ciptaan pihak lain guna keperluan pembelaan dalam pengadilan;
3. Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
4. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak
merugikan kepentingan yang wajar bagi pencipta;
5. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra dalam huruf
braile guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial;
6. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau
alat apapaun atau proses yang serupa dengan perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang non komersial, semata-
mata untuk keperluan aktivitasnya;
7. Perubahan yang dilakukan atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan berdasarkan
pertimbangan pelaksanaan teknis;
8. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer
yang dilkukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

G. PENTINGNYA HAKI DALAM DUNIA USAHA DAN PEMBANGUNAN


SEKTOR INDUSTRI
HAKI penting dalam dunia usaha untuk meningkatkan kreatifitas. Sedangkan dalam
perkembangan sektor industri, HAKI membantu penemuan baru, teknologi canggih,
kualitas tinggi, maupun standar mutu.
Ada beberapa langkah strategis dalam pembangunan sistem HAKI di Indonesia, yaitu :
1. Sosialisasi HAKI
2. Pembangunan administrasi dan kelembagaan
3. Penyempurnaan legislasi
4. Penyertaan pada perjanjian internasional serta kerjasama internasional
5. koordimasi penegakan hukum.
Dasar pertimbangan HKI perlu dilindungi oleh hukum adalah karena:
1. Alasan yang bersifat non-ekonomis (meningkatkan self actualization pada diri)
2. Alasan yang bersifat ekonomis (melindungi mereka yang melahirkan karya
intelektual dengan memberikan keuntungan materiil dari karya-karyanya.

H. SISTEM HUKUM INDONESIA UNTUK MENGATASI PERSAINGAN


CURANG
1. Hukum Umum, dalam hal ini Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
Pasal 1365[7] dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPidana), Pasal 322 jo.
Pasal 323 jo. Pasal 382bis.[8]
2. Hukum Khusus, dalam hal ini adalah peraturan perundang-undangan dibidang HKI,
yang meliputi dua kelompok, yakni Hak Cipta dan Hak Milik Industri/Perindustrian,
yang terdiri dari Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Tata Letak
Siskuit Terpadu, dan Varitas Tanaman.
3. Hukum Khusus, yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

I. Prosedur Pengajuan HAKI

BAB 2
KONSEP DESAIN/ PROTOTYPE DAN KEMASAN PRODUK BARANG/JASA
PENGERTIAN PROTOTYPE PRODUK

Dalam pembuatan suatu produk perhatian terhadap kualitas harus dimulai pada saat
awal. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah
pembuatan prototipe produk. Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari
sebuah produk. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat untuk
diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja prototipe
tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan mengenai protipe
tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan prototipe tersebut.
Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama antara
industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).
Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama
seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya
karena lebih ditujukan untuk pengetesan apakah produk bekerja sesuai desain yang
diinginkan dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha
prototype. Selain itu, ada juga yang disebut beta prototype dimana terdapat bagian yang
disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit sampai proses akhir. Tujuannya
untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji produk final.

A. TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE
1. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan
dengan kebutuhan dan perilaku konsumen ke dalam bentuk perancangan termasuk
aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan
terhadap konsumen.
2. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara
keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep
dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep
yang telah dibuat.
3. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model
namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working
model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan
menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.
4. Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh
fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan
5. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan
diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi
segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut.
Biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.
6. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–
models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan
skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan
dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.
7. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun
jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko
responden akan menyamakannya dengan produk akhir.

B. PENGERTIAN KEMASAN PRODUK


Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna,
citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat
dipasarkan. Pengemasan memilki beberapa funsgi yaitu :
1. Fungsi Protektif
Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan
saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan
protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk
rusak atau cacat.
2. Fungsi Promosional
Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen
menyangkut warna, ukuran, dan penampilan. Terdapat beberapa fungsi berkenaan
dengan promosi, yaitu :
a. Self service; kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan
konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.
b. Consumer offluence; dimana konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi
kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih
baik.
c. Company and brand image; perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung
dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen
mengenali perusahaan atau merek produk.
d. Inovational opportunity. Pengemasan secara inovatif akan bermanfaat bagi
konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.

C. TUJUAN KEMASAN PRODUK


Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai
beberapa tujuan, yaitu:
1. Physical Production; melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan
sebagainya.
2. Barrier Protection : melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.
3. Containment or Agglomeration; pengelompokan dalam satu paket untuk efisiensi
transportasi dan penanganan.
4. Information Transmission; informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur
ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.
5. Reducing Theft; kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara
fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan
pencurian.

D. JENIS-JENIS KEMASAN
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu,
botol minuman, dll).
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok
kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu
untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan,
pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung
selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan sekali pakai (Disposable); bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun,
karton dus, makanan kaleng.
2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya
tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk
kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol
kecap.
3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan
untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit,
kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang
telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah
kaleng, dan sebagainya.
2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel,
wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

BAB III
PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK BARANG ATAU JASA

A. PENGERTIAN SKETSA
Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes
yang lengkap. Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan
estetis dihadirkan secara sangat sederhana karena menggunakan garis secara hemat dan
selektif. Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa
dibangun oleh unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan
ungkapan lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-unsur
lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna di samping unsur garis.
Sebagaimana halnya dengan karya lukisan, sketsa juga memiliki keragaman tema, gaya
dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang mencolok hanyalah pada medium
pengucapannya.

B. JENIS-JENIS SKETSA
1. Gambar garis besar yaitu sketsa yang membuat garis-garis bentuk sederhana tanpa
rincian dan tidak selesai.
2. Sketsa cepat yaitu sketsa yang menggunakan beberapa garis saja untuk menampilkan
citra suatu sketsa yang sudah selesai.
3. Studi citra yaitu sketsa yang berupa coretan dengan cepat dan kurang terperinci
hanya menunjukan bentuk global.

C. KOMPOSISI UNSUR SKETSA


Komposisi memiliki peranan penting dalam terciptanya sebuah sketsa yang bagus.
Komposisi atau susunan unsur-unsur dalam seni rupa harus berada pada perbandingan
yang tepat agar dihasilkan karya yang pas. Adapun unsur-unsur dalam sketsa antara lain :
1. Garis – Garis adalah unsur yang memiliki peran utama di dalam membentuk
komposisi (garis lurus dan garis lengkung)
2. Warna – Komposisi warna diatur berdasarkan gelap terang pencahayaan.
3. Bidang dan bentuk – Keharmonisan dari komposisi bentuk ditentukan dari berbagai
faktor unsur-unsurnya yaitu simetris, asimetris, sentral, dan diagonal.
4. Efek pencahayaan – Unsur gelap terang merupakan pelengkap dalam
pengkomposisian warna. Meskipun sketsa cenderung berupa gambar kasar yang
tidak selesai, akan tetapi goresan-goresan yang dihasilkan kerap kali menghasilkan
efek gelap terang sehingga sebuah objek dapat diamati dengan cukup jelas.
D. ATURAN DALAM MEMBUAT SKETSA
1. Membuat kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertical, horizontal, maupun
lengkung secara tipis.
2. Menggambar garis sekundernya, misalnya melukis kerangka kubus atau kotak dalam
keadaan tipis
3. Menebalkan garis sketsa yang sudah benar.
E. FUNGSI ATAU MANFAAT SKETSA
Senada dengan defenisinya, sktesa memiliki beberapa fungsi yaitu :
1. Untuk lebih memfokuskan gambaran atau gagasan tema
2. Meminimalisir kesalahan
3. Mempertajam pengamatan
4. Meningkatkan kemampuan koordinasi hasil pengamatan dan keterampilan tangan.
F. PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK BARANG/JASA
1. Tahapan – Tahapan Kegiatan Desain Produk
a. Memformulasikan hasil marketing research
b. Mempertimbangkan kemampuan fasilitas perusahaan
c. Membuat sketsa
d. Membuat gambar kerja

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DESAIN PRODUK


1. Fungsi Produk
Desain produk berhubungan dengan bentuk dan fungsi dari suatu produk. Keduanya
memegang peranan penting dalam menentukan suatu desain produk yang pada
dasarnya untuk memberikan kepuasan yang maksimal bagi konsumen atau
pelanggan baik segi kualitas maupun segi kuantitas.
2. Standar dan Spesifikasi Desain
a. Sambungan – sambungan
b. Bagian
c. Bentuk
d. Ukuran
e. Mutu
f. Bahan
g. Warna
3. Tanggungjawab Produk
Ini adalah merupakan salah satu tanggung jawab dari produsen sebagai pembuat
produk kepada konsumen akan keselamatan dan kenyamanan pemakai produk
tersebut. Oleh karena itu faktor ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan
oleh perusahaan pada waktu mendesain produk tersebut.
4. Harga dan Volume
Harga dihubungkan dengan jumlah produk yang akan dibuat, untuk produk yang
akan dibuat berdasarkan pesanan biasanya harga jualnya akan berbeda dengan
produk yang dibuat untuk dipasakan kepada konsumen luas yang harganya relatif
lebih murah sehingga desain produknya akan berbeda pula.
5. Prototype
Prototype merupakan model produk yang pertama yang akan dibuat, prototype ini
memperlihatkan bentuk serta fungsi yang sebenarnya, sehingga sebelum perusahaan
memproduksi maka prototype diusahakan untuk dibuat terlebih dahulu.

H. ALUR DAN PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK


BARANG/JASA
1. Diagram Alur Proses Produksi (Production Flow Chart Diagram)
Diagram alur proses produksi ini harus dibuat secara jelas terlebih dahulu sebelum
suatu proses produksi dijalankan. Berdasarkan diagram alur proses produksi
tersebutlah pengetesan dan monitoring atas barang dalam proses produksi (work in
process) harus dilakukan agar produk akhir bermutu sesuai dengan rencana.
Seandainya timbul variasi mutu pun, tingkat toleransinya dari penyimpan masih
dalam batas-batas yang dapat diterima.
2. Prosedur Pengawasan Mutu Produk
Pengawasan atas mutu suatu barang hasil produksi, seyogyanya meliputi
pengetahuan hal-hal berikut:
a. Kerusakan dan Mutu Produk
b. Mencegah atau Menghindarkan Terjadinya Kerusakan Barang (produk)
c. Kendali Mutu Terpadu
3. Jenis-jenis pengawasan mutu produk
a. Pemantauan Mutu Bahan-Bahan
b. Pemantauan Proses Produksi
c. Pemantauan Produk Jadi
d. Pemantauan Pengepakan
4. Pemecahan masalah mutu dengan statistic
Dalam dunia industri statistik merupakan salah satu alat untuk pengendalian mutu,
termasuk dalam pencegahan kerusakan barang (defect prevention). Secara umum
dari metode statistik dapat diperoleh suatu gambaran tentang data sampel yang
dianalisis. Gambar tersebut dapat memberikan visualisasi dengan jelas tentang data
tersebut sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan (kerusakan) atau
tidak. Dari hal pengendalian mutu, peranan seorang supervisor mutu sangat
berperan terutama dalam hal mengumpulkan data statistik, menganalisis, dan
menyimpulkannya. Seorang supervisor mutu dapat memberikan informasi yang
cepat dan tepat kepada pihak manajemen tentang standar mutu hasil produk.
Alasan digunakan metode statistik dalam pengawasan mutu adalah sebagai berikut:
 Menghitung jumlah kerusakan barang dalam proses produksi.
 Kerusakan atau cacatnya barang, sebenamya merupakan akibat terjadinya
penyimpangan (variasi atau deviasi) dalam proses produksi. Metode statistik
dapat memberi gambaran tentang penyimpangan-penyimpangan tersebut.
5. Alat kendali mutu
Dengan Statistic Quality Control diperoleh alat bantu kendali mutu berupa diagram
dan histogram.
a. Diagram Pengendati Mutu (Quality Control Chart)
DPM rencana kerja merupakan pemantauan agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan mutu yang direncanakan. Melalui pembuatan suatu control chart
(diagram pengendali) diperoleh gambar atau diagram sebab akibat (DSA) atau
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Cause and Effect Diagram (CED).
b. Histogram
Histogram mutu dapat dibuat dari diagram kontrol (diagram kendali) yang
dikumpulkan secara statistik pada berbagai tahap atau jenjang kegiatan.
c. Peranan Komputer
Kegiatan pengendalian, terutama pada perusahaan besar, sebaiknya
menggunakan program komputer yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi,
komputer hanyalah merupakan alat bantu analisis. Adapun faktor yang penting
dalam pengendalian mutu, adalah manusia.

SOAL
1. Sebut dan jelaskan prinsip-prinsip hak atas kekayaan Intektual!
2. Jelaskan dasar hukum HAKI!
3. Apa syarat karya intelektual yang dapat dipatenkan!
4. Bagaimana prosedur mengajukan HAKI?
5. Apa yang dimaksud desain produk?
6. Apa fungsi kemasan?
7. Bagaimanakah produk yang sudah berstandar SNI?
8. Apa yang dimaksud dengan Prototype ?
9. Bagaimanakah tahapan dalam membuat prototype produk?
10. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi desain produk?

Anda mungkin juga menyukai