BAB 1
HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
A. PENGERTIAN HAKI
Istilah HAKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari Intellectual
Property Right (IPR), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1994
tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Organization).
Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman mengenai hak atas
kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan
dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia (human right). Pada intinya
HAKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas
intelektual. Objek yang diatur dalam HAKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir
karena kemampuan intelektual manusia.
BAB 2
KONSEP DESAIN/ PROTOTYPE DAN KEMASAN PRODUK BARANG/JASA
PENGERTIAN PROTOTYPE PRODUK
Dalam pembuatan suatu produk perhatian terhadap kualitas harus dimulai pada saat
awal. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah
pembuatan prototipe produk. Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari
sebuah produk. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat untuk
diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja prototipe
tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan mengenai protipe
tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan prototipe tersebut.
Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama antara
industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).
Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama
seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya
karena lebih ditujukan untuk pengetesan apakah produk bekerja sesuai desain yang
diinginkan dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha
prototype. Selain itu, ada juga yang disebut beta prototype dimana terdapat bagian yang
disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit sampai proses akhir. Tujuannya
untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji produk final.
A. TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE
1. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan
dengan kebutuhan dan perilaku konsumen ke dalam bentuk perancangan termasuk
aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan
terhadap konsumen.
2. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara
keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep
dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep
yang telah dibuat.
3. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model
namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working
model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan
menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.
4. Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh
fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan
5. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan
diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi
segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut.
Biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.
6. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–
models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan
skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan
dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.
7. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun
jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko
responden akan menyamakannya dengan produk akhir.
D. JENIS-JENIS KEMASAN
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu,
botol minuman, dll).
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok
kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu
untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan,
pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung
selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan sekali pakai (Disposable); bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun,
karton dus, makanan kaleng.
2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya
tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk
kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol
kecap.
3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan
untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit,
kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang
telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah
kaleng, dan sebagainya.
2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel,
wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
BAB III
PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK BARANG ATAU JASA
A. PENGERTIAN SKETSA
Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes
yang lengkap. Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan
estetis dihadirkan secara sangat sederhana karena menggunakan garis secara hemat dan
selektif. Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa
dibangun oleh unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan
ungkapan lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-unsur
lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna di samping unsur garis.
Sebagaimana halnya dengan karya lukisan, sketsa juga memiliki keragaman tema, gaya
dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang mencolok hanyalah pada medium
pengucapannya.
B. JENIS-JENIS SKETSA
1. Gambar garis besar yaitu sketsa yang membuat garis-garis bentuk sederhana tanpa
rincian dan tidak selesai.
2. Sketsa cepat yaitu sketsa yang menggunakan beberapa garis saja untuk menampilkan
citra suatu sketsa yang sudah selesai.
3. Studi citra yaitu sketsa yang berupa coretan dengan cepat dan kurang terperinci
hanya menunjukan bentuk global.
SOAL
1. Sebut dan jelaskan prinsip-prinsip hak atas kekayaan Intektual!
2. Jelaskan dasar hukum HAKI!
3. Apa syarat karya intelektual yang dapat dipatenkan!
4. Bagaimana prosedur mengajukan HAKI?
5. Apa yang dimaksud desain produk?
6. Apa fungsi kemasan?
7. Bagaimanakah produk yang sudah berstandar SNI?
8. Apa yang dimaksud dengan Prototype ?
9. Bagaimanakah tahapan dalam membuat prototype produk?
10. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi desain produk?