Anda di halaman 1dari 21

PERTUMBUHAN POPULASI

Pertumbuhan populasi ditandai dengan adanya perubahan jumlah populasi disetiap


waktu. Perubahan ini biasanya dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi.
Pertumbuhan populasi merupakan proses sentral di dalam ekologi. Karena tidak ada populasi
yang tumbuh secara terus menerus maka kita mengetahui adanya pengaturan populasi

Interaksi spesies seperti predator, kompetisi, herbivory dan penyakit berdampak terhadap
pertumbuhan pop dan pertumbuhan populasi menghasilkan perubahan dalam struktur
komunitas oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana suatu populasi
tumbuh.

Suatu populasi yang dilepaskan pada suatu lingkungan yang sesuai, akan terus bertambah
jumlahnya. Pertumbuhan yang lengkap tentang dinamika populasi tumbuhan perlu
diketahui,oleh karenanya memerlukan informasi tentang jumlah individu secara genetic,
jumlah individu yang di produksi secara negative, dan jumlah medule pertumbuhan yang
hadir pada individu.

Model pertumbuhan populasi continous time cocok dengan pertumbuhan continue dan
dalam kasus dimana laju kelahiran, laju kematian,dan ukuran berkolerasi dengan umur,
seperti dalam banyak tumbuhan annual dan populasi.

Namun populasi tumbuhan biasa menhgasilkan hanya dalam periode singkat selama
setahun, dan tidak semua tumbuhan mencapai dewasa yang reproduktif.Pertumbuhan
intermediate dalam tumbuhan membuat jumlah individu sebagai suatu indicator tak baik
tentang kebutuhan sumber daya populasi.

Jumlah populasi dari waktu ke waktu dapat meningkat secara tajam dan dapat pula
mengalami peningkatan kecil. Besar dan kecilnya peningkatan anggota suatu populasi dalam
kurun waktu tertentu adalah menunjukkan laju pertumbuhan dari populasi tersebut, yg dlm
perhitungan statistic sering disimbulkan dgn r (rate=laju). Untuk dpt mengetahui seberapa
besar laju pertumbuhan (r) dlm kurun wktu tertentu, maka terlebih dahulu harus diketahui
laju kelahiran (b=birth) dan laju kjematian (d=death). Laju kelahiran dan laju kematian dpt
dicari dgn rumus sbg berikut

Laju kelahiran (b) = jmlh klahiran / total anggota populasi x 100%

Laju kematian (d)= jmlh kematian/ total anggota populasi x 100 %


Laju pertumbuhan (r) dapat dicari dgn rumus r=b-d

A. Model pertumbuhan populasi

Jarang sekali populasi mengikuti pertumbuhan eksponensial atau tipe pertumbuhan


tersebut hanya terjadi di awal pertumbuhan ketika jumlah individu yang masih sangat
sedikit dan daya dukung lingkunganuntuk mendukung pertumbuhan masih sangat besar
sehingga model pertumbuhan populasi biasanya mengikuti persamaan logistic.

1. Model Continuos Time

Nt+1= Nt + B+I-D-E

Dengan model continous time dapat di tentukan jumlah tumbuhan yang ada
dalam beberapa waktu mendatang(Nt), jumlah yang terbentuk dari biji yang
dihasilkan oleh tumbuhan yang ada( B ), dan yang tersebar pada situs (I),
kemudian dikurangi oleh jumlah yang sudah mati (D), yang jumlah biji yang
tersebar keluar area (E), selama periode waktu t sampai t + 1

Dalam bentuk persamaan :

r= b – d

dN/dt = rN

Karena kita jarang mampu membuat perhitungan lengkap tentang kelahiran


dan kematian untuk seluruh populasi, data biasa dinyatakan dalam laju kelahiran
individe (b) per individual ( juga di sebut laju intrinsic kenaikan alami) dalam
populasi sebagai berikut

Menghitung populasi dengan persamaan diferensial :

Dimana : dN/dt = perubahan ukuran populasi per satuan waktur

r = laju pertumbuhan populasi

N = Ukuran populasi saat ini

2. Daya Dukung ( carrying Capacity )

Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian


kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat
pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara
sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Daya
dukung itu menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk mendukung
kehidupan tumbuhan.

Namun populasi tumbuhan biasa menhgasilkan hanya dalam periode


singkat selama setahun, dan tidak semua tumbuhan mencapai dewasa yang
reproduktif.Pertumbuhan intermediate dalam tumbuhan membuat jumlah
individu sebagai suatu indicator tak baik tentang kebutuhan sumber daya
populasi.

= rN

Daya dukung lingkungan: jumlah individu suatupopulasiyang dapat


didukung olehhabitat

K= Daya dukung lingkungan

3. Model Matriks

Matriks ialah susunan elemen-elemen yang di susun berdasarkan baris dan


kolom serta dibatasi oleh tanda kurung siku ’[ ]’ atau kurung biasa ’( )’.

Model matriks adalah suatu model yang mengijinkan penentuan


pertumbuhan populasi dalam tumbuhan dengan perhitungan periode waktu
tegas, dan fase yang dapat ditentukan dari searah hidup tumbuhan.

Matriks Kolom

Matriks kolom adalah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom
,sedangkan matriks baris adalah matriks yang hanya terdiri dari satu
baris.Misalnya, jumlah biji (N_ ), dalam bank biji. Jumlah tumbuhan dalam
bentuk roset (N_ ) dan jumlah tumbuhan dalam fase berbunga (N+ )

Matriks Transisi

Suatu matriks transisi untuk tiga stadia pertumbuhan adalah bentuk segi
empat dan terdiri atas grup nilai probabilitas yang menyajikan perubahan di
mana tumbuhan dalam stadia perkembangan tertentu akan sampai stadia
perkembangan berbeda ( tetap tinggal sama ) selama waktu antara tanggal
sensus populasi.

4. Peraturan populasi Dependen Densitas Versus Dependen Lebat


Densitas populasi menunjukan besarnya populasi dalam satuan ruang.
Densitas populasi dalam ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua
cara yaitu:

Densitas kotor (Crud density): Jumlah individu suatu popular per satuan
areal seluruhnya

Densitas efektif atau dikenal sebagai kerapatan ekologi yaitu jumlah


individu suatu populasi per satuan ruang habitat

Densitas populasi apabila fluktuasinya kita perhatikan maka akan dapat kita
gunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi.
Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density
independent) dan faktor kepadatan tidak bebas ( density dependent). Density
independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh
terhadap anggauta populasi secara merata.

Density dependent/ faktor, bergantung kepadatan yaitu faktor ekologi yang


pengaruh atau efeknya terhadap populasi merupakan fungsi dari kepadatan/
densitas populasi. Pengaruh density dpendent seperti pengatur mesin karna
merupakan alat utama untuk mencegah over population dan bertanggung jawab
atas pencapaian kedaaan seimbang (steady state). Merupkan contoh faktor
density dependent ialah fakto-faktor biotik, misalnya kompetisi, parasitisme,
pathogen, natalitas, mortalitas, dan sebagainya.

Semua individu dalam suatu populasi tumbuhan akan memerlukan


kesamaan, sehingga tiap individu dalam populasi menjadi setara untuk di
tempati oleh tetangganya.

Karena perbedan genetic atau microhabitat. Beberapa Individu


mendapatkan lebih banyak dari pada berbagi sama dalam sumber daya, dan
mereka tumbuh lebih cepat daripada tumbuhan yang sama besarnya.

Hasilnya penjarangan diri secara bertingkat pada populasi sangat lebat,


karena tumbuhan individu tertentu mati, sedangkan yang lain mendominer
tegakan.Kematian tumbuhan disebabkan karena kompetensi dalam tegakkan
berumur sama yang lebat mengikuti pola yang dapat di ramal, dan ini di berikan
oleh hokum/ aturan penjarangan sendiri.
5. Populasi Dependen Lebat

Kita tahu dari hokum Yield konstan di mana tumbuhan bertanggap terhadap
kelebatan tidak hanya oleh densitas tetapi juga oleh ukuran individu. Hal ini
jelas bahwa keadaan populasi tumbuhan tak dapat diberikan oleh biomas
sendiri, hal ini lebih akurat untuk mengatakan bahwa populasi tumbuhan adalah
lebih bersifat dependen lebat dari pada dependen densitas.

6. Stadia versus umur

Secara ekologis populasi umumnya memiliki tiga bentuk sebaran umur


yaitu muda (prareproduktif), reproduktif dan umur tua (postreproduktif).
Lamanya periode umur ekologis jika dibandingkan dengan panjangnya umur
sangat beragam tergantung pada jenis organism dan kondisi lingkungan yang
melingkupinya. Beberapa jenis tumbuhan memiliki umur prareproduktif yang
lebih panjang dan beberapa tidak memiliki umur postproduktif. Populasi
organisme yang sama tetapi hidup dalam kondisi lingkungan yang berbeda juga
dapat memiliki periode umur ekologis yang berbeda.

Meskipun sekitarnya populasi selalu dihadapkan pada kondisi dan sumber


daya yang optimum, namun peristiwa kematian di dalam populasi secara pasti
akan terjadi juga sebagai akibat proses penuaan. Kematian sebagai proses
penuaan disebut kematian fisiologis, sedangkan rata-rata umur yang dicapai
oleh hewan yang mati secara fisiologis disebut umur fisiologis. Umur fisiologis
ini tidak lain merupaka umum maksimum yang dicapai tumbuhan yang hidup
dalam kondisi optimum. Mengingat sulitnya memperoleh kondisi optimum
secara terus menerus maka hewan biasanya hanya berhasil memperoleh umur
ekologis yaitu rata-rata umur yang dicapai oleh tumbuhan dalam kondisi
lingkungan yang sesungguhnya.

Teori demografi klasik memakai umur sebagai dasar untuk perkiraan


kesuburan dan survivorsip. Namun, umur dapat tidak berupa indicator status
reproduktif dalam tumbuhan. Ada dua alasan pokok untuk ini :

ü Pertama, ukuran tidak perlu berkolerasi dengan umur

ü Kedua banyak tumbuhan akan berbunga bila mereka mencapai ukuran


tertentu, tanpa memandang umurnya.
Banyak tumbuhan mempunyai berbagai plastisitas morfologi, sehingga
analisis demografi lengkap memerlukan data pada kedua stadia perkembangan
dan umur.

7. Tabel Hidup

Tabel kehidupan menggambarkan lama hidup,mortalitas, dan harapan hidup


pada interval umur tertentu. Ada dua macam tabel hidup, tergantung pada lama
individu dalam populasi :

v Tabel hidup dinamis yaitu suatu tabel yang digunakan bila pengamat
dapat mengikuti semua perkecambahan semai pada waktu tertentu sampai
semua individu mati.

Tabel ini umumnya di pakai untuk tumbuhan yang hidup dalam periode
waktu pendek di banding lama hidup atau toleransi ekologiwan tertentu.

v Pada tabel hidup statis, struktur umur suatu populasi terdiri atas kohort
berganada untuk memperkirakan pola survival berbagai grup umur.

8. Survivorship (kelangsungan kehidupan)

Adalah suatu istilah untuk menyatakan tingkat ketahanan anggota-anggota


suatu populasi untuk bertahan hidup dalam kurun waktu tertentu. Dengan kata
lain dapat dikatakan survivorship adalah tingkat kelangsungan hidup anggota-
anggota suatu populasi dalam kurun waktu tertentu. Suatu populasi yang
memiliki tingkat kematian yang tinggi dapat dikatakan memiliki tingkat
survivorship yang rendah. Begitu pula sebaliknya. Pada suatu jenis tumbuhan,
daya tahan hidup pada berbagai jenjang umur dapat berbeda-beda. Ada
tumbuhan yang memiliki survivorship yang rendah di usia muda, kemudian
sejalan dengan pertambahan umur survivorship meningkat. Sementara pada
tumbuhan lain survivorship pada usia muda cukup tinggi kemudian turun sangat
drastic pada usia tua.

Deevey membedakan tiga tipe kurve survivorship yang menyajikan


tanggapan populasi eksterm.

Tipe I kurve survivorship adalah karakteristik organism dengan mortalitas


rendah dalam stadia muda dan mortalitas cepat dalam kelas umur tua.
Tipe II adalah garis lurus, di mana probabilitas kematian pada pokoknya
sama pada sembarang umur.

Tipe III adalah tipikal organism yang mempunyai laju mortalitas muda
tinggi diikuti dengan mortalitas biji karena adanya pemakan buah dan pemakan
biji.

9. Fekunditas

Fekunditas biasa disebut umur spesifik laju kelahiran individu atau natalitas
dan di ukur dengan menghitung jumlah total biji yang dihasilkan oleh kohort
selama tiap interval umur dan dibagi dengan jumlah individu yang hidup dalam
kohort.

Fekunditas dengan demikian adalah jumlah biji rata-rata yang dihasilkan


oleh individu dalam populasi pada waktu atau interval umurnya. Jika tumbuhan
berumah dua ,hanya tumbuhan betina saja yang di perhatikan dalam tabel hidup.

Sukses suatu kolonisasi populasi atau survival suatu piopulasi yang


terbentuk bergantung pada kemampuan individu yang ada untuk member
anakan kepada generasi mendatang.

EKOLOGI POPULASI
EKOLOGI POPULASI
Setiap populasi makhluk hidup mengalami proses yang sama. Antara lain dia mengemukakan
tingkat fertilitas suatu organisme mungkin sangat tinggi, tetapi bahaya yang mengancam
populasinya juga besar.

Tarumingkeng (1994), Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam
satu spesies (atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis
yang bersangkutan), dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang
tertentu. Smith (1990) mendefinisikan populasi sebagai kelompok organisme spesies yang
sama yang mengalami interbreeding . Krebs (2001) populasi adalah sekelompok organisme
sejenis yang menempati ruang tertentu pada waktu tertentu.

Populasi memiliki karakterisitik kelompok – statistical measure – yang tidak dapat diterapkan
pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan
(density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas (
telur, biji, produksi spora, kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi

Karakteristik Populasi

Kepadatan
Kepadatan populasi ialah besarnya populasi dalam hubungannya dengan suatu unit atau
satuan ruangan. Perlu diingat bahwa perhitungan jumlah terlalu mementingkan arti organisme
kecil, sedangkan biomassa terlalu membesarkan arti organisme besar, sedangkan komponen
arus energi memberikan indeks yang lebih baik untuk membandingkan populasi mana saja
dalam ekosistem.

Faktor yang mempengaruhi kepadatan:


Perubahan kepadatan populasi dipengaruhi oleh empat parameter primer dari populasi yaitu
natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi. Ketika kita menanyakan mengapa populasi
meningkat atau menurun pada spesies tertentu, jawabannya adalah karena salah satu dari
parameter ini berubah. Apabila natalitas dan imigrasi meningkat dalam populasi sedangkan
emigrasi dan mortalitas menurun, maka kepadatan populasi akan bertambah. Pertambahan
jumlah organisme kedalam populasi ini disebut laju kepadatan yaitu jumlah organisme atau
individu yang bertambah ke dalam populasi per satuan waktu. Jika N merupakan simbol
untuk jumlah organisme dan t merupakan simbol waktu.

Kepadatan Absolut: Para ekologiwan menentukan kepadatan absolut dengan dua cara yaitu
dengan penghitungan total dan dengan menggunakan sampel.

Natalitas
Salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan kepadatan populasi adalah natalitas,
yaitu produksi individu-individu baru di dalam populasi melalui kelahiran, haching,
germinasi atau pembelahan. Fekunditas: kondisi fisiologis yang mengacu pada kapasitas
reproduksi organism. Fertilitas : konsep ekologi yang didasarkan pada kemampuan
organisme menghasilkan anak pada periode tertentu.

Fertilitas nyata (realized fertility)


Kelahiran maksimum (kelahiran fisiologis): produksi maksimum dari individu-individu baru
dalam populasi pada kondisi yang ideal (tidak ada faktor lingkungan yang membatasi
reproduksi, hanya dibatasi oleh faktor fisiologi individu sendiri). Disebut juga potensi biotik
organism. Kelahiran ekologis : produksi individu baru dalam populasi pada kondisi
lingkungan yang ada, banyak faktor yang dapat membatasi angka kelahiran atau sangat
dipengaruhi kondisi lingkungan

Laju kelahiran
Laju kelahiran adalah jumlah organisme yang dihasilkan individu betina per unit waktu.
Besar laju kelahiran sangat dipengaruhi oleh tipe organisme yang sedang dipelajari. Beberapa
spesies melakkukan perkawinan setahun sekali, spesies lain beberapa kali dalam satu tahun,
ada yang sepanjang tahun. Beberapa spesies menghasilkan banyak biji atau telur sedang yang
lain hanya beberapa telur atau biji. Laju kelahiran populasi disebut angka kelahiran kotor
(crude natality). Laju kelahiran individu disebut laju kelahiran spesifik (specific natality)
karena setiap individu akan mempunyai angka kelahiran yang berbeda. Dalam perhitungan
laju kelahiran, harus dibedakan antara Nn dengan N.
Mortalitas (Kematian)
Mortalitas adalah jumlah individu dalam populasi yang mati selama periode waktu tertentu.
Dalam studi populasi biologiwan lebih tertarik pada mengapa organisme mati pada usia
tertentu. Mortalitas atau kebalikannya survival, bisa dilihat dari berbagai aspek. Longitivitas
difokuskan pada usia kematian dari individu dalam populasi. Dua tipe longitivitas yaitu: (a)
Longitivitas potensial (potential longitivity), dan (b) Longitivitas nyata (realized longitivity).
Longitivitas potensial adalah usia hidup maksimum suatu spesies yang semata-mata dibatasi
oleh faktor fisiologi organisme tersebut, angka kematian akan konstan (kemampuan hidup
organisme pada kondisi optimum). Longitivitas potensial adalah usia hidup nyata organisme
di alam. Sebgaian besar organisme yang hidup di alam jarang pada kondisi optimum,
sebagian besar hewan atau tumbuhan mati karena penyakit, predator, atau ancaman alamiah
lain. Laju kematian populasi adalah jumlah individu dari suatu populasi yang mati dalam
periode waktu tertentu (jumlah yang mati per satuan waktu). Laju kematian populasi nilainya
negatif, karena merupakan kebalikan dari angka kelahiran. Nisbah antara angka kelahiran dan
kematian disebut vital indeks yang dirumuskan dalam bentuk persentase (%)

Kurva Kehidupan
Di dalam populasi yang penting dipelajari bukan angka kematian, tetapi bagaimana populasi
tersebut dapat menghindari kematian (survival). Jika angka kematian dilambangkan dengan
M, maka laju kehidupan populasi (survival rate) = 1 – M. Angka kehidupan atau laju
kehidupan organisme secara umum digambarkan dalam bentuk kurva kehidupan. Ada tiga
tipe kurva kehidupan yaitu (a) kurva cembung, (b) kurva cekung, (c) kurva diagonal.

Tiga tipe kurva kehidupan


(a) Kurva cembung: merupakan kurva kehidupan suatu populasi dimana pada waktu muda
laju kematian populasi rendah, tetapi mendekati umur tua laju kematian populasi tinggi.
Individu cenderung berumur panjang.
(b) Kurva cekung: menunjukkan bahwa laju kematian populasi sangat tinggi pada waktu
populasi berumur muda dan selanjutnya menjadi menurun pada saat populasi mulai berumur
tua.
(c) Kurva diagonal: mempunyai umur kehidupan yang relatif konstan, laju kematian populasi
konstan. Jarang di alam ditemukan populasi yang mempunyai laju kematian konstan, yang
sering ditemui mendekati konstan.

Tabel kehidupan (life table)


Kurva kelangsungan hidup suatu populasi didapatkan dengan cara membuat pengamatan
terhadap populasi dalam bentuk tabel kehidupan (life table). Tabel kehidupan memberikan
informasi dasar untuk mempelajari perubahan kepadatan dan laju pertambahan atau
pengurangan suatu populasi. Model perkembangan populasi dapat disusun berdasarkan hasil
pengumpulan data kerapatan populasi atau jumlah individu (N) untuk waktu tertentu (t).

Distribusi umur
Individu di dalam populasi mencakup berbagai tingkat umur. Proporsi individu dalam setiap
kelompok umur disebut distribusi umur. Keadaan distribusi umur berpengaruh terhadap
tingkat kematian dan kelahiran. Rasio dari kelompok-kelompok umur dari populasi
menentukan status reproduktif yang sedang berlangsung dari populasi tersebut, sehingga
menentukan pertumbuhan populasi untuk waktu berikutnya. Dari distribusi umur dapat
diramalkan tingkat kelahiran dan kematian sehingga dapat diperkirakan keadaan populasi
masa yang akan datang, karena distribusi umur sangat besar pengaruhnya perhadap
pertumbuhan populasi dan dinamika populasi. (a) Populasi yang berkembang dengan cepat,
sebagian besar individu muda, (b) Populasi stasioner memiliki pembagian kelas umur lebih
merata, (c) Populasi menurun, sebagian besar individunya berusia tua.

Pembagian umur organisme


Piramida umur. Umur di dalam populasi dapat digambarkan dalam bentuk piramida yang
disebut dengan piramida umur populasi. Suatu model yang menggambarkan perbandingan
geometri dari perbedaan kelompok umur di dalam suatu populasi.
(a) Piramida Bentuk Segitiga. Piramida ini menunjukkan persentase individu muda di dalam
populasi tinggi. Di dalam populasi di mana kelompok umur individu muda tinggi biasanya
laju kelahiran tinggi dan dapat saja pertumbuhan populasi eksponensial, seperti pada populasi
ragi, Paramaecium dan sebagainya.Pada keadaan seperti ini setiap perubahan (regenerasi)
akan lebih banyak dari pendahulunya dan akan memberikan dasar piramida umur yang lebar.
(b) Piramida Bentuk Genta. Menunjukkan proporsi yang seimbang dari individu-individu
muda sampai tua. Selanjutnya laju pertumbuhan populasi konstan dan stabil. Fase kelompok
umur sebelum reproduksi dan reproduksi menjadi seimbang berbeda sedikit saja dan
kelompok umur populasi memberikan strukutur bentu genta atau lonceng.
(c) Piramida Bentuk Kendi. Menunjukkan persentase yang rendah untuk individu-individu
muda dan proporsi besar pada fase setelah reproduksi. Hal ini dapat terjadi jika laju kelahiran
secara drastis diturunkan, maka jumlah individu sebelum reproduksi menjadi lebih kecil dan
lebih rendah dari kelompok pos reproduksi.

Distribusi populasi
Kemampuan untuk menyebar merupakan salah satu siklus hidup yang sangat penting dalam
organisme, merupakan proses ekologis yang menghasilkan aliran gen (gen flow) diantara
populasi lokal dan membantu untuk menghindari terjadinya inbreeding. Penyebaran individu
dalam populasi dapat dibatasi oleh halangan geofrafis, dan berpengaruh terhadap komposisi
komunitas.

Tiga pola penyebaran populasi


(a) Emigrasi. Suatu pergerakan individu ke luar dari tempat atau daerah populasinya ke
tempat lainnya dan individu tersebut tinggal secara permanen di tempat beru tersebut.
(b) Imigrasi. Suatu pergerakan individu populasi ke dalam suatu daerah populasi dan individu
tersebut meninggalkan daerah populasinya selanjutnya tinggal di tempat baru.
(c) Migrasi. Pergerakan dua arah, ke luar dan masuk populasi atau populasi pergi dan datang
secara periodik selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan maka individu-individu
suatu populasi akan berpindah tempat, sedangkan kalau suadah menguntungkan kembali ke
tempat asal.

Dalam kaitannya dengan ruang (skala kecil), individu-individu di dalam populasi menyebar
dengan tiga pola yaitu acak (random), seragam (uniform) dan mengelompok (clumped).
(a) Penyebran acak adalah jika individu-individu dalam populasi dapat hidup dimana saja di
dalam area yang ditempati oleh populasi tersebut
(b) Penyebaran seragam jika individu-individu tersebar secara seragam dalam area, dan
(c) Penyebaran mengelompok jika individu di dalam populasi lebih mudah ditemukan pada
area tertentu dibandingkan pada areal yang lain

Distribusi spasial
Di alam penyebaran secara acak jarang terjadi, penyebaran secara acak akan terjadi jika
lingkungan homogen. Penyebaran individu di dalam populasi seragam terjadi bilamana
terjadi persaingan yang keras diantara individu-individu di dalam populasi sehingga timbul
kompetisi (pertentangan) yang positif, yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
Penyebaran individu menggerombol umum terjadi di alam, individu-individu dalam populasi
menunjukkan derajad pengelompokan karena adanya kebutuhan yang bersamaan akan faktor-
faktor lingkungan.

Tidak ada populasi yang tumbuh terus-menerus.


Cepat atau lambat akan mencapai titik keseimbangan dengan lingkungan dan
sumberdayanya. Keseimbangan terjadi melalui perubahan laju kelahiran, laju kematian, atau
kombinasi dari keduanya. Laju kelahiran independent terhadap kepadatan populasi, (garis
horizontal). Tidak berubah dengan bertambahnya kepadatan populasi, tetapi laju kematian
meningkat. Sepanjang laju kelahiran lebih tinggi dari laju kematian maka populasi akan
menuju titik keseimbangan (K). Setelah mencapai titik keseimbangan, maka laju kematian
meningkat sehingga kepadatan populasi menurun.

Laju kelahiran dan laju kematian dependent pada kepadatan populasi, populasi akan
mencapai titik keseimbangan jika laju kelahiran lebih besar dari laju kematian. Fluktuasi laju
kelahiran dan laju kematian menjaga populasi pada atau sekitar titik keseimbangan dan
dipengaruhi oleh kepadatan populasi. Jika laju kelahiran meningkat, maka laju kematian juga
meningkat.

Saat kepadatan populasi meningkat, kompetisi diantara anggota populasi dan kelangkaan
sumberdaya menyebabkan laju kematian meningkat, laju kelahiran menurun atau keduanya
Jika kepadatan populasi turun pada level terendah dan kemelimpahan sumberdaya kembali
meningkat maka kepadatan populasi kembali meningkat dengan penurunan laju kematian dan
peningkatan laju kelahiran atau kombinasi keduanya

Pertumbuhan Populasi
Populasi adalah unit biologis yang menunjukkan perubahan dalam ukurannya.
Setiap populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya yaitu:
1) Tumbuh
2) Stabil
3) Menurun

Perubahan itu dipengaruhi oleh :


1) Natalitas (kelahiran)
2) Mortalitas (kematian)
3) Migrasi (perpindahan populasi)
4) Imigrasi
5) Emigrasi

Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode waktu tertentu. Grafik
yang menggambarkan secara aritmatik laju pertumbuhan populasi dN/dt = rN, dikenal
sebagai kurva bentuk J atau kurva laju pertumbuhan eksponensial

Kurva pertumbuhan eksponensial. Secara teoritik, pada keadaan lingkungan yang ideal
dimana tidak ada faktor lingkungan fisik atau biotik yang membatasi laju pertumbuhan
intrinsik yang maksimum maka populasi tumbuh secara eksponensial Kemampuan populasi
tumbuh membentuk kurva eksponensial disebut dengan potensi biotik. Potensi biotik
menunjukkan laju pertumbuhan teoritis yang tidak sesuai dengan kenyataan di alam. Pada
kenyataannya, potensi biotik selalu dekendalikan oleh faktor lingkungan yang saling
berinteraksi sehingga membatasi pertumbuhan. Faktor lingkungan yang membatasi
pertumbuhan populasi dengan cara menurunkan laju kelahiran atau menaikkan laju kematian
atau keduanya disebut dengan resistensi lingkungan. Batas resistensi lingkungan terhadap
kemampuan potensi biotik suatu populasi diberi lambang K (daya dukung lingkungan).
Dengan menukarkan nilai K pada persamaan laju pertumbuhan populasi maka persamaan
akan berkembang dan memberikan kurva pertumbuhan model logistik sederhana. Selanjutnya
nilai K disebut dengan carriying capacity (daya dukung lingkungan). Yaitu jumlah kepadatan
populasi yang dapat didukung oleh faktor lingkungan terbatas akibat adanya resistensi
lingkungan.

Hubungan antara potensi biotik, pertumbuhan logistik dan resistensi lingkungan.


Penambahan jumlah individa ke dalam populasi secara tiba-tiba melebihi daya dukung
menyebabkan kurva bentuk J pada kurva potensi biotik menjadi terputus secara tiba-tiba
(overshoot). Jika kemampuan daya dukung hanya dibatasi oleh persediaan makanan. Pada
kenyataannya populasi organisme berosilasi disekitar daya dukung (K). Sedangkan pada
keadaan lingkungan yang terbatas, dimana populasi dibatasi oleh daya dukung lingkungan,
sehingga ukuran populasi mempengaruhi laju pertumbuhan, dan laju pertumbuhan
membentuk kurva sigmoid (S).

Pertumbuhan populasi hewan di alam dibedakan atas golongan yang mempunyai sifat satu
kali berkembang biak dan beberapa kali berkembang biak. Untuk itu maka pertumbuhan
populasi organisme dibedakan atas dua golongan yaitu (a) Organisme dengan satu generasi
(discret generation), dan (b) Organisme dengan generasi lebih dari satu (continous
generation).

Kondisi lingkungan terbatas


Tingginya angka kepadatan menyebabkan angka kelahiran berkurang atau akan kematian
akan meningkat dengan berbagai sebab (persaingan, penyakit etc). Model matematika
sederhana turunnya laju pertumbuhan tersebut berbentuk linier, dengan asumsi bahwa adanya
satu garis lurus yang menyatakan hubungan antara kepadatan dan angka perkembangbiakan.
Dalam hal ini dengan bertambahnya kepadatan maka angka perkembangbiakannya akan
semakin rendah. Laju reproduksi bersih (R0) sebagai fungsi linier dari kepadatan populasi
(N) pada waktu (t).

Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas disebut kurva bentuk S
(sigmoid).
Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada (a) fase tersendat (lag phase), (b) fase
menanjak naik (accelerating growth phase), (c) fase pertumbuhan melambat (decelerating
growth phase) dan (d) periode keseimbangan (equilibrium period).

Kurva Sigmoid berbeda dengan kurva geometrik (bentuk J) dalam dua hal yaitu: (1) kurva ini
memiliki asimptot atas (kurva tidak melebihi titik maksimal tertentu), (2) kurva ini mendekati
asimptot secara perlahan, tidak secara mendadak atau tajam. Laju pertumbuhan dapat
dikurangi dengan penambaan individu baru dalam populasi, yang mengakibatkan
pertambahan menjadi berkurang.

Dari contoh tersebut di atas terlihat bahwa ada hubungan antara kepadatan populasi dengan
laju pertambahan populasi sampai mencapai daya dukungnya. Semakin besar ukuran populasi
(makin mendekati daya dukung) maka laju pertambahan populasinya semakin kecil walaupun
laju pertambahan intirinsiknya tetap. Jadi laju pertumbuhan populasi pada linkungan yang
terbatas dipengaruhi oleh ukuran populasi.
Model pertumbuhan populasi dan sejarah kehidupan
Model logistik memperkirakan laju pertumbuhan yang berbeda untuk populasi dengan
kondisi kepadatan tinggi dan rendah relatif terhadap daya tampung lingkungan. Pada populasi
dengan kepadatan itnggi, masing-masing individu memiliki sedikit sumberdaya yang tersedia
dan populasi tersebut tumbuh secara lambat, atau bahkan berhenti sama sekali. Pada populasi
dengan kepadatan rendah, keadaan yang berlawanan akan berlaku dimana sumberdaya
berlimpah dan populasi tumbuh secara cepat. Selama akhir tahun 1960-an, ahli ekologi
populasi Martin Cody memperkenalkan konsep bahwa adaptasi sejarah kehidupan yang
berbeda akan lebih disukai pada kondisi-kondisi yang berbeda tersebut. Ia berpendapat bahwa
pada kepadatan populasi yang tinggi, seleksi akan lebih menyukai adaptasi yang
organismenya dapat bertahan hidup dan bereproduksi dengan sedikit sumberdaya.

Dengan demikian, kemampuan bersaing dan efisiensi maksimum penggunaan sumberdaya


lebih disukai pada populasi yang cenderung tetap berada pada atau di dekat daya
tampungnya. Pada kepadatan populasi yang rendah, adaptasi yang meningkatkan reproduksi
yang cepat, seperti peningkatan fekunditas dan kematangan lebih dini menjadi terseleksi.
Laju reproduksi yang tingg, tanpa memperhitungkan efisiensi, lebih disukai pada kasus ini.
Karakteristik Populasi Ideal Terseleksi oleh-r (oportunistik) dan Terseleksi oleh-K
(Kesetimbangan).

Strategi sejarah kehidupan yang berbeda tersebut kadang masing-masing disebut sebagai
sifat-sifat yang terseleksi oleh K dan terseleksi oleh r. Populasi terseleksi ole K (K-selected
population) yang disebut juga populasi kesetimbangan (equilibrial population), adalah
populasi yang cenderung akan hidup pada kepadatan populasi yang mendekati batas
sumberdayanya (K atau daya tampung). Populasi terseleksi oleh-r (r-selected population),
yang juga disebut populasi oportunistik (opportunistic population), kemungkinan besar akan
ditemukan dalam lingkungan yang bervariasi, di mana kepadatan populasi berubah-ubah, atau
dalam habitat terbuka di mana individu kemungkinan besar menghadapi sedikit persaingan.

Produktivitas Ekosistem

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik
antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan antara makhluk hidup dengan lingkungan
abiotik (habitat). Interaksi dalam ekosistem didasari adanya hubungan saling membutuhkan antara
sesama makhluk hidup dan adanya eksploitasi lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar hidup bagi
makhluk hidup.

Dalam mempelajari suatu ekosistem, pertama-tama perlu diketahui sumber energi


ekosistem tersebut. Dengan adanya energi dan arus energi dapat menjamin kelangsungan hidup
organisme yang berada dalam suatu ekosistem tersebut. Karena semua organisme memerlukan
energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi, dan pada beberapa spesies, untuk lokomosi
atau pergerakan. Pengaturan energi suatu ekosistem bergantung pada produktivitas primer.
Sehingga sangat penting untuk mempelajari produktivitas suatu ekosistem dalam kaitannya
mempelajari kelangsungan hidup suatu organisme.

Jumlah total energi yang terbentuk melalui proses fotosintesis perunit area perunit waktu di
sebut produktivitas primer kotor, namun demikian tidak semua energy yang dihasilkan melalui
fotosintesis ini diubah menjadi biomassa, tetapi sebagian dibebaskan lagi melalui proses respirasi.
Produktivitas primer bersih dengan demikian adalah hasil fotosintesis dikurangi dengan respirasi
(Barbour et al., 1987).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian produktivitas ekosistem?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem ?

3. Bagaimana metode pengukuran produktivitas ekosistem ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian produktivitas ekosistem

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem

3. Untuk mengetahui metode pengukuran produktivitas ekosistem


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Produktivitas Ekosistem

Produktivitas merupakan parameter ekologi yang sangat penting. Produktivitas ekosistem


adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari banyak proses dan interaksi
yang berlangsung simultan di dalam ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya
berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang
stabil, tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi perubahan
lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme-
organisme yang menyusun ekosistem (Jordan, 1985).

Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem. Produksi bagi ekosistem
merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam
ekosistem yang dimaksud adalah pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen.
Sedangkan penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energi oleh konsumen dan
mikroorganisme.

Produktivitas primer merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh produsen.
Menurut Campbell (2002), produktivitas primer menunjukkan jumlah energi cahaya yang diubah
menjadi energi kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu tertentu. Total
produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas primer kotor (gross primary productivity, GPP).
Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan organik pada tubuh organisme produsen
atau pada tumbuhan yang sedang tumbuh, karena organisme tersebut menggunakan sebagian
molekul tersebut sebagai bahan bakar organic dalam respirasinya. Dengan demikian, Produktivitas
primer bersih (net primary productivity, NPP) sama dengan produktivitas primer kotor dikurangi
energi yang digunakan oleh produsen untuk respirasi (Rs):

NPP = GPP – Rs

Dalam sebuah ekosistem, produktivitas primer menunjukkan simpanan energi kimia yang
tersedia bagi konsumen. Pada sebagian besar produsen primer, produktivitas primer bersih dapat
mencapai 50% – 90% dari produktivitas primer kotor. Menurut Campbell et al (2002), Rasio NPP
terhadap GPP umumnya lebih kecil bagi produsen besar dengan struktur nonfotosintetik yang rumit,
seperti pohon yang mendukung sistem batang dan akar yang besar dan secara metabolik aktif.

Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energi persatuan luas persatuan waktu
(J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem
persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Namun demikian, produktivitas primer suatu
ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof fotosintetik yang
terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman tegakan (standing crop
biomass). Produktivitas primer menunjukkan laju di mana organisme-organisme mensintesis
biomassa baru. Meskipun sebuah hutan memiliki biomassa tanaman tegakan yang sangat besar,
produktivitas primernya mungkin sesungguhnya kurang dari produktivitas primer beberapa padang
rumput yang tidak mengakumulasi vegetasi (Campbell et al., 2002).

Tabel 1. Produktivitas Primer Biosfer

No Tipe Ekosistem Bahan Kering (g/m2/tahun)


1 Hutan Hujan Tropis 1000 – 3500
2 Hutan Musim Tropis 1000 – 2500
3 Hutan Iklim Sedang:- Selalu Hijau

- Luruh 600 – 2500

600 – 2500
4 Hutan Boreal 400 – 2000
5 Savana 200 – 2000
6 Padang Rumput Iklim Sedang 200 – 1500
7 Tundra dan Alvin 10 – 400
8 Gurun dan Semak Gurun 10 – 250

Sumber : Whittaker & Likens (1975) dalam Wiharto (2007)

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem


Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan produktivitas pada berbagai ekosistem
dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling
penting dalam pembatasan produktivitas bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim
dalam lingkungan. Produktivitas pada ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Suhu

Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari
wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu bukanlah menjadi faktor dominan
yang menentukan produktivitas, tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang tinggi dan konstan
hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan berlangsung lama,
yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas.

Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara
langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga
tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung,
misalnya suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat
mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.

b. Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran yang
sangat vital dalam produktivitas primer karena hanya dengan energi cahaya tumbuhan dan
fitoplankton dapat melakukan fotosintesis. Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima lebih
banyak dan lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan
berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer.

Pada ekosistem terestrial seperti hutan hujan tropis memiliki produktivitas primer yang
paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang
tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang (Wiharto, 2007). Sedangkan pada
eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya
dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan
berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.

c. Air, curah hujan, dan kelembaban


Produktivitas pada ekosistem terestrial berkorelasi dengan ketersediaan air. Air merupakan
bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas
terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiawi air berperan sebagai pelarut universal, keberadaan
air memungkinkan membawa serta nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam bentuk air
tanah, perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di atmosfer dapat mengalami
kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara suhu dan air hujan yang banyak yang
berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembaban yang sangat ideal tumbuhan
terutama pada hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas.

Menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya kelembaban pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi proses
ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat yang menyebabkan lepasnya unsur hara yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Terjadinya petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya
nitrogen yang terfiksasi di udara, dan turun ke bumi bersama air hujan.

Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan akan menyebabkan tanah-tanah yang tidak
tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah. Pencucian
adalah penyebab utama hilangnya zat hara dalam ekosistem.

d. Nutrien

Tumbuhan membutuhkan beragam nutrient anorganik, beberapa dalam jumlah yang relatif
besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada beberapa
ekosistem terestrial, nutrient organik merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas.
Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak
lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian disebut nutrient
pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrient
pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2 kadang-kadang membatasi
produktivitas.

e. Tanah

Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh
diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan oleh
mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka karbon
dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3 ) yang
kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion hidrogen bermuatan
positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara yang ada pada koloid tanah,
kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat
tercuci ke bawah melalui profil tanah (Wiharto, 2007).

Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan bereaksi dengan liat
silikat dan membebaskan aluminium. Karena aluminium merupakan unsur yang terdapat dimana-
mana di daerah hutan hujan tropis, maka aluminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan
tanah asam di daerah ini. Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini
dapat masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme
mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas
penguraian serasah (Jordan, 1985 dalam Wiharto, 2007 ).

f. Herbivora

Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas vegetasi. Sekitar 10 % dari
produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivor biofag. Persentase ini bervariasi
menurut tipe ekosistem darat (Barbour at al., 1987). Namun demikian, menurut McNaughton dan
Wolf (1998) bahwa akibat yang ditimbulkan oleh herbivora pada produktivitas primer sangat sedikit
sekali diketahui. Bahkan hubungan antara herbivora dan produktivitas primer bersih kemungkinan
bersifat kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga
meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian dapat menurun jika intensitasnya optimum.

Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) menyatakan, bahwa walaupun defoliasi pada individu
pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di
daerah hutan hujan tropis. Selain itu, banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap
herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek
yang kurang baik bagi herbivora.

2.3. Pengukuran Produktivitas Ekosistem

Cara yang ideal untuk mengukur produktivitas adalah dengan jalan mengukur arus energi
yang melalui sistem, tetapi dalam kenyataannya cara ini sulit untuk dilaksanakan. Pengukuran
produktivitas yang sering dilakukan berdasarkan kuantitas tidak langsung antara lain dengan
mengukur :

1. Jumlah senyawa yang dihasilkan

2. Bahan mentah yang diperlukan

3. Hasil samping

Beberapa metode pengukuran produktivitas antara lain :

1. Metode panen

Dilakukan dengan menimbang hasil panen. Metode ini kurang teliti jika sebagian hasil dimakan oleh
herbivora. Metode ini digunakan pada tanaman budidaya. Metode ini digunakan untuk mengukur
produksi komunitas bersih.

2. Pengukuran oksigen

Oksigen yang dikeluarkan atau diproduksi dapat dipakai sebagai dasar pengukuran produktivatas
suatu komunitas. Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur produktivitas perairan.

3. Metode karbondioksida

Digunakan untuk tanaman atau organisme darat. Pada siang hari terdapat fotosintesis dan respirasi,
sedangkan pada malam hari hanya terjadi respirasi. Produktivutas primer adalah jumlah
karbondioksida pada siang hari ditambah karbondioksida pada malam hari.

4. Metode pH

Metode ini digunakan pada ekosistem periaran. Pada ekosistem perairan, pH air merupakan fungsi
dari kadar karbodioksida terlarut. Metode ini baik dilakukan di laboratorium karena mudah
dikontrol.

5. Pengukuran berkurangnya bahan mentah

Berkurangnya kandungan bahan – bahan mentah yang tersedia menggambarkan tingkat


produktivitas. Metode ini baik dilakukan pada ekosistem peraiaran. Metode ini mengukur produksi
bersih komunitas.
6. Metode radioaktivitas

Dengan adanya unsur – unsur radioaktif dapat digunakan dalam pengukuran produktivitas, yaitu
dengan menggunakan C, O, atau P radioaktif. Metode ini digunakan untuk mengukur produktivitas
bersih,

7. Metode klorofil

Metode ini berdasar pada kandungan klorofil per area dalam suatu komunitas. Metode ini digunakan
untuk mengukur produktivitas kotor.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari banyak
proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem antara lain, suhu, cahaya, Air, curah
hujan, dan kelembaban, nutrient, tanah, herbivora.

3. Metode pengukuran produktivitas ekosistem antara lain, metode panen, metode pengukuran
oksigen, metode karbondioksida, metode pH, metode pengukuran berkurangnya bahan mentah,
metode radioaktivitas, metode klorofil.

Anda mungkin juga menyukai