Interaksi spesies seperti predator, kompetisi, herbivory dan penyakit berdampak terhadap
pertumbuhan pop dan pertumbuhan populasi menghasilkan perubahan dalam struktur
komunitas oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana suatu populasi
tumbuh.
Suatu populasi yang dilepaskan pada suatu lingkungan yang sesuai, akan terus bertambah
jumlahnya. Pertumbuhan yang lengkap tentang dinamika populasi tumbuhan perlu
diketahui,oleh karenanya memerlukan informasi tentang jumlah individu secara genetic,
jumlah individu yang di produksi secara negative, dan jumlah medule pertumbuhan yang
hadir pada individu.
Model pertumbuhan populasi continous time cocok dengan pertumbuhan continue dan
dalam kasus dimana laju kelahiran, laju kematian,dan ukuran berkolerasi dengan umur,
seperti dalam banyak tumbuhan annual dan populasi.
Namun populasi tumbuhan biasa menhgasilkan hanya dalam periode singkat selama
setahun, dan tidak semua tumbuhan mencapai dewasa yang reproduktif.Pertumbuhan
intermediate dalam tumbuhan membuat jumlah individu sebagai suatu indicator tak baik
tentang kebutuhan sumber daya populasi.
Jumlah populasi dari waktu ke waktu dapat meningkat secara tajam dan dapat pula
mengalami peningkatan kecil. Besar dan kecilnya peningkatan anggota suatu populasi dalam
kurun waktu tertentu adalah menunjukkan laju pertumbuhan dari populasi tersebut, yg dlm
perhitungan statistic sering disimbulkan dgn r (rate=laju). Untuk dpt mengetahui seberapa
besar laju pertumbuhan (r) dlm kurun wktu tertentu, maka terlebih dahulu harus diketahui
laju kelahiran (b=birth) dan laju kjematian (d=death). Laju kelahiran dan laju kematian dpt
dicari dgn rumus sbg berikut
Nt+1= Nt + B+I-D-E
Dengan model continous time dapat di tentukan jumlah tumbuhan yang ada
dalam beberapa waktu mendatang(Nt), jumlah yang terbentuk dari biji yang
dihasilkan oleh tumbuhan yang ada( B ), dan yang tersebar pada situs (I),
kemudian dikurangi oleh jumlah yang sudah mati (D), yang jumlah biji yang
tersebar keluar area (E), selama periode waktu t sampai t + 1
r= b – d
dN/dt = rN
= rN
3. Model Matriks
Matriks Kolom
Matriks kolom adalah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom
,sedangkan matriks baris adalah matriks yang hanya terdiri dari satu
baris.Misalnya, jumlah biji (N_ ), dalam bank biji. Jumlah tumbuhan dalam
bentuk roset (N_ ) dan jumlah tumbuhan dalam fase berbunga (N+ )
Matriks Transisi
Suatu matriks transisi untuk tiga stadia pertumbuhan adalah bentuk segi
empat dan terdiri atas grup nilai probabilitas yang menyajikan perubahan di
mana tumbuhan dalam stadia perkembangan tertentu akan sampai stadia
perkembangan berbeda ( tetap tinggal sama ) selama waktu antara tanggal
sensus populasi.
Densitas kotor (Crud density): Jumlah individu suatu popular per satuan
areal seluruhnya
Densitas populasi apabila fluktuasinya kita perhatikan maka akan dapat kita
gunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi.
Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density
independent) dan faktor kepadatan tidak bebas ( density dependent). Density
independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh
terhadap anggauta populasi secara merata.
Kita tahu dari hokum Yield konstan di mana tumbuhan bertanggap terhadap
kelebatan tidak hanya oleh densitas tetapi juga oleh ukuran individu. Hal ini
jelas bahwa keadaan populasi tumbuhan tak dapat diberikan oleh biomas
sendiri, hal ini lebih akurat untuk mengatakan bahwa populasi tumbuhan adalah
lebih bersifat dependen lebat dari pada dependen densitas.
7. Tabel Hidup
v Tabel hidup dinamis yaitu suatu tabel yang digunakan bila pengamat
dapat mengikuti semua perkecambahan semai pada waktu tertentu sampai
semua individu mati.
Tabel ini umumnya di pakai untuk tumbuhan yang hidup dalam periode
waktu pendek di banding lama hidup atau toleransi ekologiwan tertentu.
v Pada tabel hidup statis, struktur umur suatu populasi terdiri atas kohort
berganada untuk memperkirakan pola survival berbagai grup umur.
Tipe III adalah tipikal organism yang mempunyai laju mortalitas muda
tinggi diikuti dengan mortalitas biji karena adanya pemakan buah dan pemakan
biji.
9. Fekunditas
Fekunditas biasa disebut umur spesifik laju kelahiran individu atau natalitas
dan di ukur dengan menghitung jumlah total biji yang dihasilkan oleh kohort
selama tiap interval umur dan dibagi dengan jumlah individu yang hidup dalam
kohort.
EKOLOGI POPULASI
EKOLOGI POPULASI
Setiap populasi makhluk hidup mengalami proses yang sama. Antara lain dia mengemukakan
tingkat fertilitas suatu organisme mungkin sangat tinggi, tetapi bahaya yang mengancam
populasinya juga besar.
Tarumingkeng (1994), Populasi adalah sehimpunan individu atau kelompok individu dalam
satu spesies (atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis
yang bersangkutan), dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang
tertentu. Smith (1990) mendefinisikan populasi sebagai kelompok organisme spesies yang
sama yang mengalami interbreeding . Krebs (2001) populasi adalah sekelompok organisme
sejenis yang menempati ruang tertentu pada waktu tertentu.
Populasi memiliki karakterisitik kelompok – statistical measure – yang tidak dapat diterapkan
pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan
(density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas (
telur, biji, produksi spora, kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi
Karakteristik Populasi
Kepadatan
Kepadatan populasi ialah besarnya populasi dalam hubungannya dengan suatu unit atau
satuan ruangan. Perlu diingat bahwa perhitungan jumlah terlalu mementingkan arti organisme
kecil, sedangkan biomassa terlalu membesarkan arti organisme besar, sedangkan komponen
arus energi memberikan indeks yang lebih baik untuk membandingkan populasi mana saja
dalam ekosistem.
Kepadatan Absolut: Para ekologiwan menentukan kepadatan absolut dengan dua cara yaitu
dengan penghitungan total dan dengan menggunakan sampel.
Natalitas
Salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan kepadatan populasi adalah natalitas,
yaitu produksi individu-individu baru di dalam populasi melalui kelahiran, haching,
germinasi atau pembelahan. Fekunditas: kondisi fisiologis yang mengacu pada kapasitas
reproduksi organism. Fertilitas : konsep ekologi yang didasarkan pada kemampuan
organisme menghasilkan anak pada periode tertentu.
Laju kelahiran
Laju kelahiran adalah jumlah organisme yang dihasilkan individu betina per unit waktu.
Besar laju kelahiran sangat dipengaruhi oleh tipe organisme yang sedang dipelajari. Beberapa
spesies melakkukan perkawinan setahun sekali, spesies lain beberapa kali dalam satu tahun,
ada yang sepanjang tahun. Beberapa spesies menghasilkan banyak biji atau telur sedang yang
lain hanya beberapa telur atau biji. Laju kelahiran populasi disebut angka kelahiran kotor
(crude natality). Laju kelahiran individu disebut laju kelahiran spesifik (specific natality)
karena setiap individu akan mempunyai angka kelahiran yang berbeda. Dalam perhitungan
laju kelahiran, harus dibedakan antara Nn dengan N.
Mortalitas (Kematian)
Mortalitas adalah jumlah individu dalam populasi yang mati selama periode waktu tertentu.
Dalam studi populasi biologiwan lebih tertarik pada mengapa organisme mati pada usia
tertentu. Mortalitas atau kebalikannya survival, bisa dilihat dari berbagai aspek. Longitivitas
difokuskan pada usia kematian dari individu dalam populasi. Dua tipe longitivitas yaitu: (a)
Longitivitas potensial (potential longitivity), dan (b) Longitivitas nyata (realized longitivity).
Longitivitas potensial adalah usia hidup maksimum suatu spesies yang semata-mata dibatasi
oleh faktor fisiologi organisme tersebut, angka kematian akan konstan (kemampuan hidup
organisme pada kondisi optimum). Longitivitas potensial adalah usia hidup nyata organisme
di alam. Sebgaian besar organisme yang hidup di alam jarang pada kondisi optimum,
sebagian besar hewan atau tumbuhan mati karena penyakit, predator, atau ancaman alamiah
lain. Laju kematian populasi adalah jumlah individu dari suatu populasi yang mati dalam
periode waktu tertentu (jumlah yang mati per satuan waktu). Laju kematian populasi nilainya
negatif, karena merupakan kebalikan dari angka kelahiran. Nisbah antara angka kelahiran dan
kematian disebut vital indeks yang dirumuskan dalam bentuk persentase (%)
Kurva Kehidupan
Di dalam populasi yang penting dipelajari bukan angka kematian, tetapi bagaimana populasi
tersebut dapat menghindari kematian (survival). Jika angka kematian dilambangkan dengan
M, maka laju kehidupan populasi (survival rate) = 1 – M. Angka kehidupan atau laju
kehidupan organisme secara umum digambarkan dalam bentuk kurva kehidupan. Ada tiga
tipe kurva kehidupan yaitu (a) kurva cembung, (b) kurva cekung, (c) kurva diagonal.
Distribusi umur
Individu di dalam populasi mencakup berbagai tingkat umur. Proporsi individu dalam setiap
kelompok umur disebut distribusi umur. Keadaan distribusi umur berpengaruh terhadap
tingkat kematian dan kelahiran. Rasio dari kelompok-kelompok umur dari populasi
menentukan status reproduktif yang sedang berlangsung dari populasi tersebut, sehingga
menentukan pertumbuhan populasi untuk waktu berikutnya. Dari distribusi umur dapat
diramalkan tingkat kelahiran dan kematian sehingga dapat diperkirakan keadaan populasi
masa yang akan datang, karena distribusi umur sangat besar pengaruhnya perhadap
pertumbuhan populasi dan dinamika populasi. (a) Populasi yang berkembang dengan cepat,
sebagian besar individu muda, (b) Populasi stasioner memiliki pembagian kelas umur lebih
merata, (c) Populasi menurun, sebagian besar individunya berusia tua.
Distribusi populasi
Kemampuan untuk menyebar merupakan salah satu siklus hidup yang sangat penting dalam
organisme, merupakan proses ekologis yang menghasilkan aliran gen (gen flow) diantara
populasi lokal dan membantu untuk menghindari terjadinya inbreeding. Penyebaran individu
dalam populasi dapat dibatasi oleh halangan geofrafis, dan berpengaruh terhadap komposisi
komunitas.
Dalam kaitannya dengan ruang (skala kecil), individu-individu di dalam populasi menyebar
dengan tiga pola yaitu acak (random), seragam (uniform) dan mengelompok (clumped).
(a) Penyebran acak adalah jika individu-individu dalam populasi dapat hidup dimana saja di
dalam area yang ditempati oleh populasi tersebut
(b) Penyebaran seragam jika individu-individu tersebar secara seragam dalam area, dan
(c) Penyebaran mengelompok jika individu di dalam populasi lebih mudah ditemukan pada
area tertentu dibandingkan pada areal yang lain
Distribusi spasial
Di alam penyebaran secara acak jarang terjadi, penyebaran secara acak akan terjadi jika
lingkungan homogen. Penyebaran individu di dalam populasi seragam terjadi bilamana
terjadi persaingan yang keras diantara individu-individu di dalam populasi sehingga timbul
kompetisi (pertentangan) yang positif, yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
Penyebaran individu menggerombol umum terjadi di alam, individu-individu dalam populasi
menunjukkan derajad pengelompokan karena adanya kebutuhan yang bersamaan akan faktor-
faktor lingkungan.
Laju kelahiran dan laju kematian dependent pada kepadatan populasi, populasi akan
mencapai titik keseimbangan jika laju kelahiran lebih besar dari laju kematian. Fluktuasi laju
kelahiran dan laju kematian menjaga populasi pada atau sekitar titik keseimbangan dan
dipengaruhi oleh kepadatan populasi. Jika laju kelahiran meningkat, maka laju kematian juga
meningkat.
Saat kepadatan populasi meningkat, kompetisi diantara anggota populasi dan kelangkaan
sumberdaya menyebabkan laju kematian meningkat, laju kelahiran menurun atau keduanya
Jika kepadatan populasi turun pada level terendah dan kemelimpahan sumberdaya kembali
meningkat maka kepadatan populasi kembali meningkat dengan penurunan laju kematian dan
peningkatan laju kelahiran atau kombinasi keduanya
Pertumbuhan Populasi
Populasi adalah unit biologis yang menunjukkan perubahan dalam ukurannya.
Setiap populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya yaitu:
1) Tumbuh
2) Stabil
3) Menurun
Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode waktu tertentu. Grafik
yang menggambarkan secara aritmatik laju pertumbuhan populasi dN/dt = rN, dikenal
sebagai kurva bentuk J atau kurva laju pertumbuhan eksponensial
Kurva pertumbuhan eksponensial. Secara teoritik, pada keadaan lingkungan yang ideal
dimana tidak ada faktor lingkungan fisik atau biotik yang membatasi laju pertumbuhan
intrinsik yang maksimum maka populasi tumbuh secara eksponensial Kemampuan populasi
tumbuh membentuk kurva eksponensial disebut dengan potensi biotik. Potensi biotik
menunjukkan laju pertumbuhan teoritis yang tidak sesuai dengan kenyataan di alam. Pada
kenyataannya, potensi biotik selalu dekendalikan oleh faktor lingkungan yang saling
berinteraksi sehingga membatasi pertumbuhan. Faktor lingkungan yang membatasi
pertumbuhan populasi dengan cara menurunkan laju kelahiran atau menaikkan laju kematian
atau keduanya disebut dengan resistensi lingkungan. Batas resistensi lingkungan terhadap
kemampuan potensi biotik suatu populasi diberi lambang K (daya dukung lingkungan).
Dengan menukarkan nilai K pada persamaan laju pertumbuhan populasi maka persamaan
akan berkembang dan memberikan kurva pertumbuhan model logistik sederhana. Selanjutnya
nilai K disebut dengan carriying capacity (daya dukung lingkungan). Yaitu jumlah kepadatan
populasi yang dapat didukung oleh faktor lingkungan terbatas akibat adanya resistensi
lingkungan.
Pertumbuhan populasi hewan di alam dibedakan atas golongan yang mempunyai sifat satu
kali berkembang biak dan beberapa kali berkembang biak. Untuk itu maka pertumbuhan
populasi organisme dibedakan atas dua golongan yaitu (a) Organisme dengan satu generasi
(discret generation), dan (b) Organisme dengan generasi lebih dari satu (continous
generation).
Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas disebut kurva bentuk S
(sigmoid).
Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada (a) fase tersendat (lag phase), (b) fase
menanjak naik (accelerating growth phase), (c) fase pertumbuhan melambat (decelerating
growth phase) dan (d) periode keseimbangan (equilibrium period).
Kurva Sigmoid berbeda dengan kurva geometrik (bentuk J) dalam dua hal yaitu: (1) kurva ini
memiliki asimptot atas (kurva tidak melebihi titik maksimal tertentu), (2) kurva ini mendekati
asimptot secara perlahan, tidak secara mendadak atau tajam. Laju pertumbuhan dapat
dikurangi dengan penambaan individu baru dalam populasi, yang mengakibatkan
pertambahan menjadi berkurang.
Dari contoh tersebut di atas terlihat bahwa ada hubungan antara kepadatan populasi dengan
laju pertambahan populasi sampai mencapai daya dukungnya. Semakin besar ukuran populasi
(makin mendekati daya dukung) maka laju pertambahan populasinya semakin kecil walaupun
laju pertambahan intirinsiknya tetap. Jadi laju pertumbuhan populasi pada linkungan yang
terbatas dipengaruhi oleh ukuran populasi.
Model pertumbuhan populasi dan sejarah kehidupan
Model logistik memperkirakan laju pertumbuhan yang berbeda untuk populasi dengan
kondisi kepadatan tinggi dan rendah relatif terhadap daya tampung lingkungan. Pada populasi
dengan kepadatan itnggi, masing-masing individu memiliki sedikit sumberdaya yang tersedia
dan populasi tersebut tumbuh secara lambat, atau bahkan berhenti sama sekali. Pada populasi
dengan kepadatan rendah, keadaan yang berlawanan akan berlaku dimana sumberdaya
berlimpah dan populasi tumbuh secara cepat. Selama akhir tahun 1960-an, ahli ekologi
populasi Martin Cody memperkenalkan konsep bahwa adaptasi sejarah kehidupan yang
berbeda akan lebih disukai pada kondisi-kondisi yang berbeda tersebut. Ia berpendapat bahwa
pada kepadatan populasi yang tinggi, seleksi akan lebih menyukai adaptasi yang
organismenya dapat bertahan hidup dan bereproduksi dengan sedikit sumberdaya.
Strategi sejarah kehidupan yang berbeda tersebut kadang masing-masing disebut sebagai
sifat-sifat yang terseleksi oleh K dan terseleksi oleh r. Populasi terseleksi ole K (K-selected
population) yang disebut juga populasi kesetimbangan (equilibrial population), adalah
populasi yang cenderung akan hidup pada kepadatan populasi yang mendekati batas
sumberdayanya (K atau daya tampung). Populasi terseleksi oleh-r (r-selected population),
yang juga disebut populasi oportunistik (opportunistic population), kemungkinan besar akan
ditemukan dalam lingkungan yang bervariasi, di mana kepadatan populasi berubah-ubah, atau
dalam habitat terbuka di mana individu kemungkinan besar menghadapi sedikit persaingan.
Produktivitas Ekosistem
BAB I
PENDAHULUAN
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik
antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan antara makhluk hidup dengan lingkungan
abiotik (habitat). Interaksi dalam ekosistem didasari adanya hubungan saling membutuhkan antara
sesama makhluk hidup dan adanya eksploitasi lingkungan abiotik untuk kebutuhan dasar hidup bagi
makhluk hidup.
Jumlah total energi yang terbentuk melalui proses fotosintesis perunit area perunit waktu di
sebut produktivitas primer kotor, namun demikian tidak semua energy yang dihasilkan melalui
fotosintesis ini diubah menjadi biomassa, tetapi sebagian dibebaskan lagi melalui proses respirasi.
Produktivitas primer bersih dengan demikian adalah hasil fotosintesis dikurangi dengan respirasi
(Barbour et al., 1987).
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem. Produksi bagi ekosistem
merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam
ekosistem yang dimaksud adalah pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen.
Sedangkan penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energi oleh konsumen dan
mikroorganisme.
Produktivitas primer merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh produsen.
Menurut Campbell (2002), produktivitas primer menunjukkan jumlah energi cahaya yang diubah
menjadi energi kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu tertentu. Total
produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas primer kotor (gross primary productivity, GPP).
Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan organik pada tubuh organisme produsen
atau pada tumbuhan yang sedang tumbuh, karena organisme tersebut menggunakan sebagian
molekul tersebut sebagai bahan bakar organic dalam respirasinya. Dengan demikian, Produktivitas
primer bersih (net primary productivity, NPP) sama dengan produktivitas primer kotor dikurangi
energi yang digunakan oleh produsen untuk respirasi (Rs):
NPP = GPP – Rs
Dalam sebuah ekosistem, produktivitas primer menunjukkan simpanan energi kimia yang
tersedia bagi konsumen. Pada sebagian besar produsen primer, produktivitas primer bersih dapat
mencapai 50% – 90% dari produktivitas primer kotor. Menurut Campbell et al (2002), Rasio NPP
terhadap GPP umumnya lebih kecil bagi produsen besar dengan struktur nonfotosintetik yang rumit,
seperti pohon yang mendukung sistem batang dan akar yang besar dan secara metabolik aktif.
Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energi persatuan luas persatuan waktu
(J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem
persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Namun demikian, produktivitas primer suatu
ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof fotosintetik yang
terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman tegakan (standing crop
biomass). Produktivitas primer menunjukkan laju di mana organisme-organisme mensintesis
biomassa baru. Meskipun sebuah hutan memiliki biomassa tanaman tegakan yang sangat besar,
produktivitas primernya mungkin sesungguhnya kurang dari produktivitas primer beberapa padang
rumput yang tidak mengakumulasi vegetasi (Campbell et al., 2002).
600 – 2500
4 Hutan Boreal 400 – 2000
5 Savana 200 – 2000
6 Padang Rumput Iklim Sedang 200 – 1500
7 Tundra dan Alvin 10 – 400
8 Gurun dan Semak Gurun 10 – 250
a. Suhu
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari
wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu bukanlah menjadi faktor dominan
yang menentukan produktivitas, tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang tinggi dan konstan
hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan berlangsung lama,
yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas.
Suhu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara
langsung suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga
tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung,
misalnya suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat
mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
b. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran yang
sangat vital dalam produktivitas primer karena hanya dengan energi cahaya tumbuhan dan
fitoplankton dapat melakukan fotosintesis. Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima lebih
banyak dan lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan
berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan produktivitas primer.
Pada ekosistem terestrial seperti hutan hujan tropis memiliki produktivitas primer yang
paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari tahunan yang
tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang (Wiharto, 2007). Sedangkan pada
eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya
dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan jika perairan
berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam bentuk air
tanah, perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di atmosfer dapat mengalami
kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara suhu dan air hujan yang banyak yang
berlangsung sepanjang tahun menghasilkan kondisi kelembaban yang sangat ideal tumbuhan
terutama pada hutan hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas.
Menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya kelembaban pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang sangat dipengaruhi proses
ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat yang menyebabkan lepasnya unsur hara yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Terjadinya petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya
nitrogen yang terfiksasi di udara, dan turun ke bumi bersama air hujan.
Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan akan menyebabkan tanah-tanah yang tidak
tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan mengurangi kesuburan tanah. Pencucian
adalah penyebab utama hilangnya zat hara dalam ekosistem.
d. Nutrien
Tumbuhan membutuhkan beragam nutrient anorganik, beberapa dalam jumlah yang relatif
besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada beberapa
ekosistem terestrial, nutrient organik merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas.
Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak
lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian disebut nutrient
pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan nutrient
pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2 kadang-kadang membatasi
produktivitas.
e. Tanah
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh
diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan oleh
mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka karbon
dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3 ) yang
kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion hidrogen bermuatan
positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara yang ada pada koloid tanah,
kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh koloid, dan hasil reaksi ini dapat
tercuci ke bawah melalui profil tanah (Wiharto, 2007).
Hidrogen yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan bereaksi dengan liat
silikat dan membebaskan aluminium. Karena aluminium merupakan unsur yang terdapat dimana-
mana di daerah hutan hujan tropis, maka aluminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan
tanah asam di daerah ini. Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini
dapat masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme
mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas
penguraian serasah (Jordan, 1985 dalam Wiharto, 2007 ).
f. Herbivora
Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas vegetasi. Sekitar 10 % dari
produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivor biofag. Persentase ini bervariasi
menurut tipe ekosistem darat (Barbour at al., 1987). Namun demikian, menurut McNaughton dan
Wolf (1998) bahwa akibat yang ditimbulkan oleh herbivora pada produktivitas primer sangat sedikit
sekali diketahui. Bahkan hubungan antara herbivora dan produktivitas primer bersih kemungkinan
bersifat kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga
meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian dapat menurun jika intensitasnya optimum.
Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) menyatakan, bahwa walaupun defoliasi pada individu
pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di
daerah hutan hujan tropis. Selain itu, banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap
herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek
yang kurang baik bagi herbivora.
Cara yang ideal untuk mengukur produktivitas adalah dengan jalan mengukur arus energi
yang melalui sistem, tetapi dalam kenyataannya cara ini sulit untuk dilaksanakan. Pengukuran
produktivitas yang sering dilakukan berdasarkan kuantitas tidak langsung antara lain dengan
mengukur :
3. Hasil samping
1. Metode panen
Dilakukan dengan menimbang hasil panen. Metode ini kurang teliti jika sebagian hasil dimakan oleh
herbivora. Metode ini digunakan pada tanaman budidaya. Metode ini digunakan untuk mengukur
produksi komunitas bersih.
2. Pengukuran oksigen
Oksigen yang dikeluarkan atau diproduksi dapat dipakai sebagai dasar pengukuran produktivatas
suatu komunitas. Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur produktivitas perairan.
3. Metode karbondioksida
Digunakan untuk tanaman atau organisme darat. Pada siang hari terdapat fotosintesis dan respirasi,
sedangkan pada malam hari hanya terjadi respirasi. Produktivutas primer adalah jumlah
karbondioksida pada siang hari ditambah karbondioksida pada malam hari.
4. Metode pH
Metode ini digunakan pada ekosistem periaran. Pada ekosistem perairan, pH air merupakan fungsi
dari kadar karbodioksida terlarut. Metode ini baik dilakukan di laboratorium karena mudah
dikontrol.
Dengan adanya unsur – unsur radioaktif dapat digunakan dalam pengukuran produktivitas, yaitu
dengan menggunakan C, O, atau P radioaktif. Metode ini digunakan untuk mengukur produktivitas
bersih,
7. Metode klorofil
Metode ini berdasar pada kandungan klorofil per area dalam suatu komunitas. Metode ini digunakan
untuk mengukur produktivitas kotor.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari banyak
proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem antara lain, suhu, cahaya, Air, curah
hujan, dan kelembaban, nutrient, tanah, herbivora.
3. Metode pengukuran produktivitas ekosistem antara lain, metode panen, metode pengukuran
oksigen, metode karbondioksida, metode pH, metode pengukuran berkurangnya bahan mentah,
metode radioaktivitas, metode klorofil.