Anda di halaman 1dari 19

1 Pertumbuhan Populasi

Pertumbuhan Populasi
Populasi adalah unit biologis yang menunjukkan perubahan dalam ukurannya.
Setiap populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya yaitu:
1) Tumbuh
2) Stabil
3) Menurun

Perubahan itu dipengaruhi oleh :


1) Natalitas (kelahiran)
2) Mortalitas (kematian)
3) Migrasi (perpindahan populasi)
4) Imigrasi
5) Emigrasi

Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode waktu tertentu. Grafik
yang menggambarkan secara aritmatik laju pertumbuhan populasi dN/dt = rN, dikenal sebagai
kurva bentuk J atau kurva laju pertumbuhan eksponensial

Hubungan antara potensi biotik, pertumbuhan logistik dan resistensi lingkungan. Penambahan
jumlah individa ke dalam populasi secara tiba-tiba melebihi daya dukung menyebabkan kurva
bentuk J pada kurva potensi biotik menjadi terputus secara tiba-tiba (overshoot). Jika
kemampuan daya dukung hanya dibatasi oleh persediaan makanan. Pada kenyataannya populasi
organisme berosilasi disekitar daya dukung (K). Sedangkan pada keadaan lingkungan yang
terbatas, dimana populasi dibatasi oleh daya dukung lingkungan, sehingga ukuran populasi
mempengaruhi laju pertumbuhan, dan laju pertumbuhan membentuk kurva sigmoid (S).

Pertumbuhan populasi hewan di alam dibedakan atas golongan yang mempunyai sifat satu kali
berkembang biak dan beberapa kali berkembang biak. Untuk itu maka pertumbuhan populasi
organisme dibedakan atas dua golongan yaitu (a) Organisme dengan satu generasi (discret
generation), dan (b) Organisme dengan generasi lebih dari satu (continous generation).

Kondisi lingkungan terbatas


Tingginya angka kepadatan menyebabkan angka kelahiran berkurang atau akan kematian akan
meningkat dengan berbagai sebab (persaingan, penyakit etc). Model matematika sederhana
turunnya laju pertumbuhan tersebut berbentuk linier, dengan asumsi bahwa adanya satu garis
lurus yang menyatakan hubungan antara kepadatan dan angka perkembangbiakan. Dalam hal ini
dengan bertambahnya kepadatan maka angka perkembangbiakannya akan semakin rendah. Laju
reproduksi bersih (R0) sebagai fungsi linier dari kepadatan populasi (N) pada waktu (t).
Populasi dibandingkan oleh ruang dan waktu, hal ini berkaitan dengan perubahan yang terjadi
ukuran besar dan komposisi populasi karena perubahan faktor-faktor yang bekerja baik internal
maupun eksternal dari populasi. Populasi tidak selalu statis namun dinamis sepanjang perubahan
waktu. Misalnya populasi walang sangit berhubungan dengan areal pertanaman dan musim
tanam padi. Dengan demikian yang menarik perhatian dalam kajian populasi tidak hanya
besarnya populasi pada suatu waktu, namun bagaimana perubahan besarnya populasi serta faktor
yang bekerja dalam perubahan tersebut.

Ukuran besarnya populasi dapat dilakukan dengan menggunakan kerapatan, yang biasa
dinotasikan dengan N, dan waktu dinotasikan dengan t. Karena N selalu beruabah menurut
waktu, maka N disebut variabel tak bebas, yang terpaut waktu.Sedangkan t berubah tidak
tergantung N, sehingga t adalah variabel bebas tak terpaut N.

Proses perubahan suatu populasi dapat digambarkan sebagai trayek tori perubahan suatu titik ke
titik berikutnya, yang bekerja mengikuti kaidah- kaidah berkaitan dengan perubahan alamiah
menurut dimensi waktu.

Jika populasi dianggap sebagai suatu sistem, maka perubahan kerapatan dari wktu ke waktu
berikutnya, maka kecepatan perubahan tersebut disebut sebagai laju (percepatan), yang
disimbolkan sebagai r.

Dari ketentuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam suatu sistem waktu t terkandung aspek- aspek tertentu yang mempengaruhi sistem
itu selang atau periode (t-1), t.
2. Pengaruh terhadap sistem saat t tidak berakibat pada saat t tetapi pada arah dan laju
perubahan selanjutnya setelah saat t.

Apabila perubahan populasi tersebut terjadi pada lingkungan tidak terbatas (sumberdaya tidak
terbatas) maka laju pertumbuhan spesifik (laju pertumbuhan per individu) populasi tersebut
konstan untuk saat itu. Asumsi kondisi tidak terbatas ini memang kurang tepat. Keadaan di alam
sumberdaya (ruang dan makanan) tersedia terbatas , disamping itu bekerja pula faktor lain
misalnya kopetisi, baik diantara individu anggota populasi itu sendiri maupun antar populasi.

Dalam keadaan senyatanya, perubahan kerapatan populasi diakibatkan oleh:

1) Natalitas (penambahan jumlah individu karena kelahiran),

2) Masukan individu baru dari luar ke dalam populasi tersebut (imigrasi),

3) Mortalitas (penurunan jumlah individu karena kematian),


4) Keluarnya individu anggota populasi tersebut (emigrasi).

NATALITAS

MORTALITAS EMIGRASI

Gambar 1: faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan kerapatan populasi.

1.1 Model Pertumbuhan Eksponensial

Dalam kajian model pertumbuhan, biasanya dilakukan terhadap satu spesies tertentu dengan
menggunakan asumsi bahwa kondisi lingkungan populasi tersebut tak terbatas. Pada kondisi
yang ideal pertumbuhan bakteriyang berasal dari satu sel diasumsikan sebagai populasi awal
(No= 1), yang diamati perkembangannya selama 10 jam (t= 10). Setiap jam masing- masing
individu membelah menjadi 2 individu baru, sehingga perkembangan cacah individu anggota
populasinya menjadi 4, 8, 16, 32, 64, …. dan seterusnya.

Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas disebut kurva bentuk S (sigmoid).
Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada (a) fase tersendat (lag phase), (b) fase menanjak
naik (accelerating growth phase), (c) fase pertumbuhan melambat (decelerating growth phase)
dan (d) periode keseimbangan (equilibrium period).
Kurva Sigmoid berbeda dengan kurva geometrik (bentuk J) dalam dua hal yaitu: (1) kurva ini
memiliki asimptot atas (kurva tidak melebihi titik maksimal tertentu), (2) kurva ini mendekati
asimptot secara perlahan, tidak secara mendadak atau tajam. Laju pertumbuhan dapat dikurangi
dengan penambaan individu baru dalam populasi, yang mengakibatkan pertambahan menjadi
berkurang.

Dari contoh tersebut di atas terlihat bahwa ada hubungan antara kepadatan populasi dengan laju
pertambahan populasi sampai mencapai daya dukungnya. Semakin besar ukuran populasi (makin
mendekati daya dukung) maka laju pertambahan populasinya semakin kecil walaupun laju
pertambahan intirinsiknya tetap. Jadi laju pertumbuhan populasi pada linkungan yang terbatas
dipengaruhi oleh ukuran populasi.

Tabel perkembangan cacah individu populasi setiap jam dari No= 1

Waktu 0 1 2 3 … 10 … t
Generasi 1 2 3 4 … 11 …
(+)
Populasi No N1 N2 N3 … N10 … Nt
(2 )N0= 1 (2 )N0= 2 (2 )N0= 4 (2 )N0= 8 ….
0 1 2 3
(2 )N0= ….
10
(2t)N0
1024

Secara matematis, model pertumbuhan ini dapat dituliskan

Dn/ dt = rN; maka r = Dn /(N dt)…………………………………………….(1)

Simbol r disebut sebagai koefisien pertumbuhan sesaat, yang dengan manipulasi kalkulus dapat
dituliskan persamaan sebagai

Nt= (2t)N0…………………………………………………………………………………..(2)

Model pertumbuhan di atas didasarkan pada asumsi:

1) Makanan bagi bakteri tersedia dalam jumlah yang cukup

2) Ruang hidup selalu mencukupi untuk perkembangbiakan

3) Keadaan lingkungan seperti suhu dan kelembaban dalam keadaan konstan

4) Bakteri berkembangbiak secara teratur setiap jam sehingga tidak terjadi senjang waktu
5) Kematian individu anggotapopulasi tidak terjadi , sehingga cacah individu anggota
populasi dari waktu ke waktu terus meningkat.

Perkembangan bakteri setiap jam dinyatakan dengan ᵧ, yaitu pembelahan setiap individu pada
setiap generasi yaitu menjadi 2 individu , ᵧ= 2 persatuan waktu (jam).Sehingga secara matematis
ditulis sebagai:

Nt = ᵧ tN0………………………………………………………………………………………………………………………………(3)

Persamaan (3)di atas merupakan persamaan differen yang dimunculkan secara urut:

Nt = ᵧt N0 Nt+1 = ᵧt+1N0

Nt-2 = ᵧt-3 N1= ᵧ t-3N1= ᵧt-2 N0= ᵧt-4 N2

Penulisan ᵧ = 2 dapat pula dinyatakan sebagai

ᵧ = 21 atau 40.5

Bila digunakan bilangan alami(Euler, e= 2.71828…) maka dapat ditulis persamaan sebagai:

ᵧ = er r=ln ᵧ

Jika ᵧ = er = 2 maka ln ᵧ= 0,683 sehingga persamaan (3) dapat diruskan sebagai:

Nt =(er)N0 atau Nt= N0ert………………………………………………….(4)

ln Nt= ln N0 + rt ; maka r= ln Nt – ln N0………………………………………………(5)

Jika diplotkan maka kurva eksponensial pertumbuhan sesaat adalah:

20.0000
Nt

0 t 10

Jika laju imigrasi dan emigrasi seimbang, serta laju kelahiran dan kematian tetap maka
pertumbuhan populasi akan bersifat eksponensial dengan model pertumbuhan populasi Nt = No
ert dan laju pertumbuhan populasi dN/dt = (b-d) No = rNo. Pertumbuhan eksponensial
memperlihatkan potensi biotik (biotic potential) makhluk hidup dengan sumber daya yang tidak
terbatas dan tidak ada musuh alami. Kurva pertumbuhan populasi logistik akan berbentuk huruf
J.

Laju pertumbuhan instrinsik (pertumbuhan spesifik) merupakan interaksi fungsi kerapatan (n),
sifat genetik (g) dan kondisi lingkungan (E), yang secara matematis ditulis sebagai:

R=ᵩ (N, G, E)

R= Laju instrinsik

ᵩ= fungsi

dalam alam, faktor lingkungan (E) akan mengalami perubahan sepanjang waktu, baik langsung
maupun tak langsung akan berpengaruh terhadap perubahan populasi.Apabila faktor G dan E
pada satu saat tidak berubah, maka pertumbuhan populasi instrinsik dapat dituliskan:

Nt + ∆t = Nt (b-d) Nt ∆t

Nt + ∆t = populasi pada saat t + ∆t

Nt= populasi pada saat t

∆t = selang waktu pengamatan


B= laju kelahiran persatuan waktu

D= laju kematian persatuan waktu

R = b-d = laju reproduksi persatuan waktu

Ukuran populasi makhluk hidup di alam dibatasi oleh daya dukung lingkungannya (K), sehingga
populasi makhluk hidup akan menunjukkan suatu pertumbuhan logistik dengan persamaan dN/dt
= rNo (1-No/K). Adapun persamaan model pertumbuhan populasinya adalah Nt = K / (1 + ea-rt).
Kurva pertumbuhan populasi logistik akan berbentuk huruf S.

1.2 Model Pertumbuhan Logistik

Model pertumbuhan populasi dan sejarah kehidupan


Model logistik memperkirakan laju pertumbuhan yang berbeda untuk populasi dengan kondisi
kepadatan tinggi dan rendah relatif terhadap daya tampung lingkungan. Pada populasi dengan
kepadatan itnggi, masing-masing individu memiliki sedikit sumberdaya yang tersedia dan
populasi tersebut tumbuh secara lambat, atau bahkan berhenti sama sekali. Pada populasi dengan
kepadatan rendah, keadaan yang berlawanan akan berlaku dimana sumberdaya berlimpah dan
populasi tumbuh secara cepat. Selama akhir tahun 1960-an, ahli ekologi populasi Martin Cody
memperkenalkan konsep bahwa adaptasi sejarah kehidupan yang berbeda akan lebih disukai
pada kondisi-kondisi yang berbeda tersebut. Ia berpendapat bahwa pada kepadatan populasi yang
tinggi, seleksi akan lebih menyukai adaptasi yang organismenya dapat bertahan hidup dan
bereproduksi dengan sedikit sumberdaya.

Dengan demikian, kemampuan bersaing dan efisiensi maksimum penggunaan sumberdaya lebih
disukai pada populasi yang cenderung tetap berada pada atau di dekat daya tampungnya. Pada
kepadatan populasi yang rendah, adaptasi yang meningkatkan reproduksi yang cepat, seperti
peningkatan fekunditas dan kematangan lebih dini menjadi terseleksi. Laju reproduksi yang
tingg, tanpa memperhitungkan efisiensi, lebih disukai pada kasus ini. Karakteristik Populasi
Ideal Terseleksi oleh-r (oportunistik) dan Terseleksi oleh-K (Kesetimbangan).
N K

DN/dt = Rn (K-N)/N

MODEL PERTUMBUHAN LOGISTIK

Bila N kecil maka (K-N)/K akan mendekati 1, sehingga pertumbuhan mendekati eksponensial.
Bila N mendekati K, maka (K-N)/K mendekati 0, berarti pertumbuhan populasi kecil,mendekati
0.

DN/NDt

K
N

Grafik penentu parameter pertumbuhan populasi r dan K

Persamaan logistik ini pertama kali ditemukan oleh Verhuls pada tahun 1839, yang dikenal
dengan nama kurva logistik atau kurva S karena bentuknya seperti huruf S.Asumsi yang berlaku:

 Populasi akan mencapai keseimbangan dengan lingkungan, dengan sebaran umur yang
stabil
 Pertumbuhan akan mengalami pertumbuhan yang berangsur-angsur menurun secara tetap
dengan konstanta r
 Pengaruh r bersifat seketika tanpa penundaan (time tag)
 Sepanjang pertumbuhan lingkungan tidak mengalami perubahan
 Pengaruh kerapatan adalah sama terhadap semua tingkatan umur populasi
 Perkembangan tidak dipengaruhi oleh kerapatan dan rasio jenis kelamin.

Dalam kondisi alami, pertumbuhan populasi dikendalikan baik oleh faktor internal maupun
faktor eksternal yang dominan adalah kerapat populasi itu sendiri.Dalam pertumbuhan populasi
akan terjadi kompetisi antara anggota populasi itu sendiri.Semakin dekat nilai N terhadap K,
maka tekanan (stres) dalam bentuk kompetisi akan semakin kuat.Bekerjanya faktor pengendali
karena peningkatan kerapatan populasi itu sendiri disebut faktor pengendali bergayut (dependent
factor).Sedangkan faktor pengendali eksternal merupakan faktor yang bekerjanya tanpa ada
hubungan dengan peningkatan kerapatan populasi, yang disebut faktor pengendali tak bergayut
(independent factor), misalnya kebakaran, banjir, kebakaran, pencemaran, dan bencana alam
lainnya.

Faktor bergayut dapat merupakan kompetisi intra maupun inter spesies, predasi, dan sumberdaya
yang dibutuhkan untuk kelangsungan hhidup populasi.

Tekanan karena kerapatan populasi


Biotik potensial

Grafik pertumbuhan logistiklogistik dan keseimbangan populasi

Grafik a Grafik B

a.Plot kurva eksponensial populasi untuk fungsi b-d= r N, Nt= N0epangkat n

b.kurva eksponensial yang ditransformasikan ke sumbu semi logaritma

Populasi burung pheasant yang telah dimasukkan ke lokasi yang belum dihuni

Densitas umum memperlihatkan densitas optimal untuk pertumbuhan populasi


neto(kelahiran- kematian)

Perubahan jumlah sel ragi dalam suatu kultur laboratorium yang baru (data dari pearl 1925,
menurut Kormondy) ket: grafik dari: SJ Mc Naughton 1990:292-295

2.Neraca Kehidupan (Life Tabel)


Populasi di aalam tidaklah tersusun atas umur yang seragam, demikian pula dengan ukuran
badannya, dan kemampuan makan. Contoh paling nyata adalah pada hewan yang mengalami
metamorfosis , baik yang sempurna maupun yang tidak sempurna. Dalam hdupnya mempunyai
fase perkembangan (telur, larva, pupa, imago), yang dalam masing-masing fase perkembangan
masih pula dapat dibedakan pada kelompok umur tertentu, misalnya: larva instar I, II dan
sebagainya.

Untuk memberikan gambaran tentang neraca kehidupan, diberikan contoh kohort/ chohort
nyamuk, yang datanya secara hipotetik menggambarkan pertumbuhan populasi nyamuk pada
kolom percobaan dengan populasi awal 500 telur nyamuk.Terhadap telur tersebut dilakukan
pegamatan setiap hari untuk mengetahui perkembangan populasinya ke 500 telur nyamuk
tersebut merupakan populasi yang terdiri dari suatu gugus individu yang dianggap berasal dari
kelas umur yang sama (chocort).

X (1) ax 1x dx qx

(Hari pengamatan (2) (3) (4) (5)


= kelas umur)
Jumlah individu Proporsi individu Jumlah individu Proporsi individu
yang hidup ysng hidup yang mati yang mati
0 500 1.00 20 0.04
1 480 0.96 30 0.006
2 450 0.90 0 0.07
3 450 0.90 30 0.06
4 420 0.84 110 0.26
5 310 0.62 110 0.35
6 200 0.40 20 0.10
7 180 0.36 30 0.17
8 150 0.30 125 0.83
9 25 0.05 25 1.00
10 0 0 0 0

Angka pada masing-masing kolom tersebut diperoleh dari: jumlah individu yaang hidup di
Kutub Utara.

1x : jumlah individu setelah distandarkan untuk masing-masing umur (10 dapat


dibuat 1, 10, 100, dsb)
Dx = 1x -1x+1 : jumlah individu yang mati (mortalitas ) pada KU (data pengamatan)qx = dx/ax
atau qx= 1x -1x+1 / 1x proporsi individu yang mati pada KUx terhadap jumlah individu yang
hidup pada KUx

Selanjutnya neraca kehidupan chohort nyamuk akan dilengkapi dengan kolom- kolom berikut:

Lx = (1x +1x+1)/ 2 : jumlah rata-rata individu pada KUx dan KU berikutnya x+1
kolom 7 : jumlah individu yang hidup pada Kux= 0…w (X= W adalah kelas umur terakhir)

Cx = Tx/1x :Harapan hidup individu pada setiap Kux (kolom 8 dan 9)

Mx : Keprediksian spesifik individu pada Kux adalah banyaknya anak betina


per kapita yang lahir pada Kux (kolom 9)

1xmx ; Perkalian 1x dengan mx untuk setiap Kux adalah banyaknya anak yang
lahir pada Kux (kolom 10)

A ax 1x dx qx Lx Tx ex mx 1xmx X1xmx Px
0 5001 20 0,04 0,98 5,13 5,83 0 0 0 0,95
1 4800,96 30 0,06 0,93 4,85 5,05 0 0 0 0,97
2 4500,9 0 0,07 0,9 3,92 4,37 0 0 0 0,97
3 4500,9 30 0,06 0,87 3,02 3,36 0 0 0 0,84
4 4200,84 110 0.26 0,73 2,15 2,56 0 0 0 0,7
5 3100,62 110 0.35 0,51 1,42 2,29 0 0 0 0,5
6 2000,4 20 0.10 0,38 0,91 2,27 8 3,2 19,2 0,87
7 1800,36 30 0.17 0,33 0,53 1,47 2 0,72 5,04 0,53
8 1500,3 125 0.83 0,17 0,2 0,67 2 0,6 4,8 0,14
9 250,05 25 1.00 0,02 0,02 0,5 1 0,05 0,45 0
10 00 0 0 0 0 0 0 0 0
∑ 5,82 4,57 29,49

Jumlah pada kolom 10 merupakan proporsi banyaknya anak betina dilahirkan oleh semua
individu betina sepanjang generasi chohort nyamuk dan disebut laju reproduksi netto (Ro)
1xmx : perkaliana Xx1x dan mx untuk setiap KUX (KOLOM 11) digunakan untuk
mengaprokmasikan lamanya generasi (To)

Px: peluang survival : proporsi individu yang hidup pada Kux dan dapat mencapai KU (X+1)
Parameter ini digunakan dalam metric proyeksi Lestie untuk memprediksi pertumbuhan
populasi secara diskrit.

1. Strategi Pertumbuhan Populasi

Strategi sejarah kehidupan yang berbeda tersebut kadang masing-masing disebut sebagai sifat-
sifat yang terseleksi oleh K dan terseleksi oleh r. Populasi terseleksi ole K (K-selected
population) yang disebut juga populasi kesetimbangan (equilibrial population), adalah populasi
yang cenderung akan hidup pada kepadatan populasi yang mendekati batas sumberdayanya (K
atau daya tampung). Populasi terseleksi oleh-r (r-selected population), yang juga disebut
populasi oportunistik (opportunistic population), kemungkinan besar akan ditemukan dalam
lingkungan yang bervariasi, di mana kepadatan populasi berubah-ubah, atau dalam habitat
terbuka di mana individu kemungkinan besar menghadapi sedikit persaingan.

Kemampuan berkembang suatu populasi hingga ini merupakan hasil proses adaptasi yang
panjang (ababtasi).Populasi selalu merespon perubahan lingkungan untuk mempertahankan
keturunannya dengan berbagai cara.Oleh karenanya seringkali kita temukan di dalam spesies
yang telah mengalami spesifikasi (spesies lokal), dan sub spesies lainnya.

Mengacu pada model pertumbuhan populasi yaitu dn/ Ndt = r (K-N)/ K dapat memberikan
gambaran secara teoritis strategi pertumbuhan suatu yang dikembangkan oleh Mac Arthur
(1972), yaitu strategi r dan K.

Pertumbuhan suatu populasi pada kondisi tertentu berada didekat daya dukung lingkungan (K),
Maka strategi yang dikembangkan adalah strategi K. Sebaliknya jika populasi mempunyai laju
yang optimal pada kondisi dibawah daya dukung lingkunngan, maka stategi yang dikembangkan
adalah strategi r.Hal ini mempunyai pengertian bahwa strategi r akan dikembangkan oleh suatu
populasi jika kondisi lingkugannya ideal, sedangkan strategi Kakan dikembangkan pada saat
populasi mendapatkan stress lingkungan (kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan) .
Baik strategi K maupun r bukan merupakan sesuatu yang mutlak, sehingga keduanya dapat
terjadi dalam proses perkembangan populasi.Demikian pula dengan pembagian kedua strategi
tersebut, hanya merupakan alternatif, yang tidak menutup kemungkinan melakukan klasifikasi
atau pengelompokan bentuk strategi yang lain berdasarkan karakter populasi yang
dominan.Yang perlu diperhatikan, bahwa strategi r mapun K bukan merupakan kkarakter
spesies, namun spesifik karakter populasi. Didaerah tropik pada umumnya cenderung
mengembangkan strategi K, sedangkan di daerah kutub cenderung pada stategi r.

Beberapa karakter strategi r dan K yang telah dikembangkan oleh Pianka(1970 dalam Krebs,
1978) adalah sbb:

Kondisi Strategi r Strategi K


Iklim Beragam dan menentu Konstan dapat diprediksi

Kurva Kehidupan Bentuk III Bentuk II

Kerapatan Populasi Berfluktuasi dibawah K, tidak Konstan dalam keseimbangan


seimbang , dekat K

Umunya kurang kuat Umumnya sangat ketat


Persaingan intra dan
interspesies

Arah seleksi Perkembangan cepat, r tinggi, Perkembangan lambat, r


daya saing lemah, ukuran rendah, daya saing kuat,
tubuh kecil, reproduksi per ukuran tubuh lebih besar,
generasi satu kali reproduksi berulang.

Pendek

Panjang lebih dari 1 tahun

Produksi
Jangkauan hidup
Efisiensi

Strategi
4.Interaksi populasi

Di dalam organisme tidak hidup sendirian , melainkan berdampingan dengan organism lainnya.
Bila suatu populasi hidup bersama dengan populasi yang lain, maka boleh jadi keduanya saling
mempengaruhi atau bisa jadi keduanya saling mempengaruhi atau bisa jadi tidak sama sekali.

Interaksi biasa terjadi diantara sesama individu dalam suatu populasi, yang dikenal dengan istilah
interaksi intra spesifik. Biasanya interaksi ini terjadi dalam memperebutkan sumberdaya sejenis
yang keberadaannya terbatas. Kompetisi ini sangat ketat dikareanakan kebutuhan sumberdaya
yang diperebutkan diantara individu tersebut sama, dan tidak dapat digantikan dengan yang
lainnya.

Interaksi yang terjadi antara dua populasi yang berbeda disebut sebagai interaksi intra spesifik.
Secara teoritik dapat dikatakan bahwa populasi dua spesies dapat berinteraksi yang pengaruhnya
dapat menguntungkan (+), merugikan (-) atau populasi tersebut tidak berpengaruh (0). Ketiga
efek interaksi tersebut dapat saling berkombinasi satu sama lain, sehingga efek dari interaksi
tersebut dapat menimbulkan berabagai tipe interaksi. Dengan berpedoman pada efek yang
muncul, maka tipe interaksi dialam dapat dikenali, bahkan dalam suatu komunitas yang majemuk
(kompleks). Berbagai tipe interaksi dialam tersebut adalah :

no Tipe Spesies Sifat umum


1 2
1 Neuralisme 0 0 Keduanya saling tidak mempengaruhi

2 Kompetisi – – Hambatan yang saling merugikan

3 Parasitisme – + Populasi 1 dirugikan, populasi 2 untung

4 Predasi – + Populasi 1 dirugikan, populasi 2 untung

5 Komensalisme 0 + Populasi 1 tidak terpengaruh, populasi 2 untung

6 Amensalisme 0 – Populasi 1 tidak terpengaruh populasi 2

7 Protokoperasi + + Populasi 1 dan 2 untung, tetapi tidak obligat

8 Mutualisme + + Populasi 2 dan 2 untung, tetapi obligat

Tabel 4.1 tipe interaksi – interaksi yang ada di alam.

 Tipe interaksi-interaksi tersebut diatas menunujukkan bahwa komensalisme,


protokoperasi dan mutualisme digolongkan pada tipe interaksi “ positif ”.
sedangkankompetisi, parasitisme, predasi, danamensalismeadalahtipeinteraksi “ negative
“. Menurut piankaj (1983), bahwaneutralisme yang benar – benar jarang dijumpai di
alam, halinimungkinadainteraksitidaklangsungantarsemuapopulasi yang terdapat didalam
suatu ekosistem. Dua spesies dapat menunjukkan parasitisme pada suawaktu dan dapat
pula merupakan komensalisme pada waktu yang lain. Dapat pula merupakan neutralisme
pada suatu waktu dan berubah pada waktu yang lain. Fenomena tumpang tindih sering
kali kita dijumpai dialam. (Syafei,edhensurasa. 1990. Pengantar ekologi tumbuhan.
Bandung: ITB)

Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan


antarkomunitas.

A. Interaksi antar organisme


Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan
selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu
populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di
sekitar kita.

Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak
menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara
capung dan sapi.

b. Predasi

Termasuk interaksi populasi yang antagonis yaitu interaksi antara 2 organisme dimana jenis
populasi yang stu memakan yang lain.Populasi pemangsa disebut pemangsa (predator), populasi
yang dimangsa disebut mangsa (Prey)
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat
sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung
hantu dengan tikus.

Peranan predasi dalam ekosistem

1. pemangsaan berperan penting pada aliran energidalam rangkaian rantai makanan dalam
komunitas
2. pemangsaan menyebabkan terjadinya evolusi populasi pemangsa dan mangsa
1. pemangsaan mengakibatkan kepunahan beberapa jenis hewan dan tumbuhan. (Setiadi,
1989:91)

c. Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat
merugikan inangnya.

contoh : Plasmodium dengan manusia, Taenia saginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon
inang.

d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies
lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.

Asosiasi binatang sessil dan organisme karang di laut.

e. Prorokoperasi (+ +)

Kedua jenis individu populasi yang berinteraksi mendapatkan keuntungan tetapi bukan
merupakan keharusan bagi kedua populasi untuk selalu saling berhubungan agar dapat hidup.

Contoh: assosiasi lumut dengan keong air tawar (lumut menggunakan zat hara dari keong).
Keong ditumbuhi lumut menjadi perlindungan terhadap musuh-musuhnya.

Burung pemakan kutu dengan kerbau

f. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak.Keberadaan kedua spesies merupakan keharusan. Contoh,
bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

B. Interaksi Antarpopulasi

Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak
langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut.

Amansalisme/ Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu


menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon
walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang
bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur
Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
tertentu.(ektumb)

Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara
populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.

C. Interaksi Antar Komunitas


Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah
disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma.
Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer.
Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air
sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.

Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga
aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur
karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.

D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik


Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara
organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain
aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman
biotik, serta siklus materi.

Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan


keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas
suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.

Dalam sistem interaksi populasi antar spesies dikenal 3 tipe perubahan kerapatan terhadap
perubahan waktu yang dialami oleh spesies- spesies yang berinteraksi seperti predator dan
mangsa, atau parasitoid dan inang, yaitu:
ü interaksi yang menyebabkan pertumbuhan tak stabil, yaitu jika salah satu populasi
menunjukkan osilasi divergen.

ü interaksi yang menyebabkan pertumbuhan stabil, yaitu osilasi kerapatan populasi cenderung
semakin kecil amplitudonya(konvergen)

ü interaksi yang menuju kepada pertumbuhan stabil netral, jika kurva kerapatan populasi
menjadi tidak berubah (osilasi dengan amplitude yang tak berubah)

DAFTAR PUSTAKA

Syafei,edhensurasa. 1990. Pengantar ekologi tumbuhan. Bandung: ITB

Setiadi, dede.dkk. 1989. Dasar- dasar Ekologi.Bogor : ITB

Darmawan, agus, dkk. 2005.Ekologi Hewan.Malang: Universitas Negeri Malang Press.

S. J Mc Naughton, dkk. Alih bahasa Sunaryo dkk.1990. Ekologi Umum Edisi ke 2.Yogyakarta:
UGM Press.

http://elfisuir.blogspot.com/2010/03/ekologi-populasi.html diacces tanggal 19 Maret 2012

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0031%20Bio%201-7b.htm diacces tanggal 19 Maret 2012

Iklan

Share this:

 Twitter
 Facebook

Terkait

PETUNJUK PRAKTIKUM Pertumbuhan Populasi (predasi dan kompetisi)

EKOLOGI HEWAN

Anda mungkin juga menyukai