Anda di halaman 1dari 8

Penyebab Cacat Dominan Pengecoran Logam Produk Bollard Type… (Syafrudin dan Chirzun)

PENYEBAB CACAT DOMINAN PENGECORAN LOGAM PRODUK BOLLARD TYPE


BITT MENGGUNAKAN METODE DMAIC DI PT. FAJAR METALINDO ABADI

Maulana Hassan Syafrudin* dan Ahmad Chirzun


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta 12110.
*
Email: maahsaan23@gmail.com

Abstrak
Peningkatan kualitas atau mutu merupakan kunci yang harus terus dijaga oleh suatu industri
atau perusahaan untuk dapat memberikan kepuasan pelayanan kepada pelanggan serta
bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Peningkatan kualitas tersebut diperlukan pula
bagi produk coran logam yaitu bollard type bitt 150 Ton atau alat penambat tali kapal yang
diproduksi oleh PT. Fajar Metalindo Abadi. Pada peningkatan mutu yang dilakukan adalah
pada proses produksi menggunakan beberapa tahapan dalam Six Sigma atau yang dikenal
sebagai DMAIC (Define-Measure-Analyze-Imporove-Control), dimana dalam tiap tahapannya
memiliki kombinasi metode atau tools yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Berdasarkan
hasil penelitian, produk coran logam yang dihasilkan dari perancangan cetakan hingga
pengecoran logam diketahui beberapa cacat dominan yang timbul seperti cacat ekor tikus, pin
hole, penyusutan udara, rongga udara, dst. Selain itu banyaknya jumlah kejadian cacat yang
ditemukan pada proses pengecoran logam tersebut, umumnya disebabkan oleh permasalahan
metode dan human error. Melalui penerapan metodologi Six Sigma-DMAIC seperti dalam
penelitian ini, diharapkan akan mampu memberikan rekomendasi atau usulan peningkatan
kualitas dalam proses produksi coran logam yang dilakukan oleh PT. Fajar Metalindo Abadi.

Kata kunci : dmaic, kualitas, pengecoran logam.

1. PENDAHULUAN
Saat ini dunia industri manufaktur memegang peran penting dalam era pembangunan di
Indonesia. Hal tersebut menyebabkan timbulnya berbagai persaingan dalam bidang bisnis oleh
perusahaan manufaktur yang semakin ketat dan kompetitif demi meraih keuntungan dan menjadi
tonggak dalam memajukan bangsa. Kualitas atau mutu produk dan produktivitas merupakan kunci
keberhasilan bagi sistem produksi dalam industri (Parwati dan Sakti, 2012). Pada saat ini berbagai
industri merancang dan mengimplementasikan sistem pengendalian kualitas untuk mengantisipasi
tuntutan persaingan yang semakin kompetitif serta dapat mengurangi kerugian dari biaya kualitas
yang disebabkan oleh ketidaksesuaian produk. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah untuk
menghasilkan produk yang seragam dengan melakukan identifikasi terhadap faktor penyebab
kecacatan produk, meningkatkan hubungan dengan pelanggan, kenaikan prodfit serta mengurangi
biaya pengendalian kualitas (Gunawan, 2014).
PT. Fajar Metalindo Abadi adalah perusahaan yang bergerak di industri pengecoran logam
dan permesinan di daerah kota Jakarta. Barang yang diproduksi adalah berdasarkan pesanan
perusahaan industri-industri baja dan besi dimana hasil produknya merupakan part/bagian untuk
mesin manufaktur. Setelah berdiri cukup lama sejak tahun 1989 atau 28 tahun lalu, perusahaan ini
sebenarnya sudah memiliki proses pemeriksaan produk yang cukup baik dan hal itu dibuktikan
dengan banyaknya perusahaan ternama yang sudah menjadi pelanggan perusahaan ini namun
masih terdapat kendala terhadap hasil kualitas produk (cacat) yang dibuat setelah melalui tahapan
proses produksi. Produk yang cacat itu tentunya menjadi suatu kerugian bagi perusahaan karena
mengakibatkan terjadinya pemborosan dalam produksi, terlebih apabila produk yang rusak (cacat)
tersebut jumlahnya tidak sedikit. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dari data jumlah
produksi yang dihasilkan terdapat kecacatan hasil produksi rata-rata sebesar 30 persen.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui penyebab-penyebab
apa saja yang mempengaruhi terjadinya kecacatan hasil produksi coran logam dan penyebab cacat
dominan pada Bollard Type Bitt 150 Ton di PT. Fajar Metalindo Abadi menggunakan metode
DMAIC. Selain itu, penulis juga ingin memberikan rekomendasi atau usulan bagi perusahaan agar
dapat meningkatkan kualitas produk coran.

ISBN 978-602-99334-9-9
140
E.25

2. METODOLOGI

Mulai

Studi Lapangan

Identifikasi Masalah

Data Jumlah Jenis-Jenis


Produksi dan Cacat dalam
Cacat 1 Periode

Rekapitulasi Jenis
Cacat dalam 1
periode

Analisa Cacat
Dominan
menggunakan
Pareto Diagram

Analisa Faktor
Penyebab Cacat
menggunakan
Fishbone Diagram

Usulan Peningkatan
Kualitas
menggunakan
Solution Tree
Diagram

Kesimpulan dan
Saran

Selesai

Gambar 1. Flowchart penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasi dan wawancara ke bagian operasional produksi dan
beberapa manajamen terkait mengenai aliran proses produksi pengecoran logam di PT. Fajar
Metalindo Abadi. Setelah itu, peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dan memilih salah satu
produk coran logam bollard type bitt karena merupakan produk yang paling tinggi jumlah
permintaannya dan hal ini menjadi konsentrasi untuk dijadikan studi kasus dalam praktik kerja
lapangan yang dilakukan peneliti.
Pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan terhitung
mulai dari September 2017 sampai dengan Oktober 2017. Setelah mengetahui permasalahan
kualitas pada produk coran logam bollard type bitt, diperlukan suatu alat bantu yang dapat
dipergunakan secara tepat dalam menganalisis masalah dengan sebaik-baiknya. Hal ini bertujuan
untuk mengidentifikasi masalah dan memvalidasi kemungkinan penyebab masalah tersebut
sehingga dapat dikurangi dan diselesaikan dari akarnya (Arini dan Wahyu, 2004). Adapun alat
bantu yang digunakan oleh peneliti adalah seven tools karena merupakan metode grafik paling
sederhana dibandingkan dengan metode yang lainnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh produksi yang di mana dalam penelitian ini diantaranya menggunakan pareto diagram,
fishbone diagram dan solution tree diagram.
Pada tahap pembuatan diagram pareto digunakan untuk menentukan masalah yang paling
dominan dan urutan terhadap terjadinya jenis-jenis cacat (defect), lalu diagram sebab-akibat
(fishbone diagram) digunakan untuk mencari faktor-faktor akar penyebab terjadinya masalah
kegagalan pada produk dan tahap peningkatan kualitas dengan memberikan usulan menggunakan
metode solution tree diagram.

Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 141
Penyebab Cacat Dominan Pengecoran Logam Produk Bollard Type… (Syafrudin dan Chirzun)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Gambar produk

Gambar 2. Produk bollard type bitt

Produk bollard type bitt seperti yang terlihat pada gambar 2 merupakan salah satu produk
coran logam yang di produksi oleh PT. Fajar Metalindo Abadi yang berfungsi sebagai penambat
tali kapal laut dengan kekuatan tahan seberat 150 ton. Adapun spesifikasi produk tersebut adalah
tinggi badan 650 mm, diameter atas 750 mm, diameter badan 60 mm dan diamter kaki 850 mm.

3.2 Data jumlah produksi dan cacat produk

Tabel 1. Data produksi dan cacat periode bulanan


Periode Bulanan Produksi Produk Cacat
Bulan Agustus 2016 15 5
Bulan September 2016 21 2
Bulan Oktober 2016 26 6
Bulan November 2016 12 4
Bulan Desember 2016 16 6
Bulan Januari 2017 37 8
Bulan Februari 2017 13 4
Bulan Maret 2017 16 3
Bulan April 2017 10 2
Bulan Mei 2017 34 7
Bulan Juni 2017 23 2
Bulan Juli 2017 11 3
234 52

Tabel 1 memperlihatkan data jumlah produksi dan cacat produk dalam kurun waktu 1 tahun
dimana data historis tersebut kemudian di plot menjadi histogram data. Berdasarkan pola grafik
pada histogram, PT. Fajar Metalindo Abadi adalah perusahaan yang melakukan produksi make to
order dimana permintaan jumlah produksi tiap bulannya dari periode agustus 2016 hingga juli
2017 selalu berubah-ubah. Disamping itu, kegiatan produksi yang dilakukan juga menghasilkan
produk akhir cacat dimana kecacatan terbesar terjadi pada bulan januari 2017 dengan jumlah cacat
sebanyak 8 unit dan produksi sebanyak 37 unit, sedangkan jumlah cacat terendah terjadi pada bulan
september 2016, april 2017 dan juni 2017 dengan masing-masing 2 unit dan jumlah produksi
sebesar 21 unit, 10 unit dan 23 unit.Untuk total jumlah produksi yang telah dilakukan PT. Fajar
Metalindo Abadi selama kurun waktu 1 tahun yaitu sebanyak 234 unit dengan jumlah kecacatan
sebanyak 52 unit.

ISBN 978-602-99334-9-9
142
E.25

Tabel 2. Rekapitulasi jenis cacat produksi dalam 1 tahun


Jenis Cacat Jumlah Persen Cacat (%) Akumulasi Cacat (%)
Ekor tikus 52 27,8074866 27,8074866
Pin hole 44 23,5294118 51,3368984
Penyusutan luar 29 15,5080214 66,8449198
Rongga udara 23 12,2994652 79,1443850
Permukaan 14 7,4866310 86,6310160
Retak melintang di permukaan bagian atas 10 5,3475936 91,9786096
Retak melintang di sudut bagian bawah 8 4,2780749 96,2566845
Retak melintang di sudut bagian atas 3 1,6042781 97,8609626
Cembung > 4mm 2 1,0695187 98,9304813
Retak memanjang di sudut bagian atas 2 1,0695187
187

Berdasarkan hasil rekapitulasi jenis cacat produk selama satu periode (tahun) pada tabel 2,
diketahui bahwa jenis cacat yang sering terjadi adalah cacat ekor tikus dengan jumlah kecacatan
sebanyak 52 kali terjadi, kemudian diikuti dengan cacat yang paling jarang terjadi yaitu retak
memanjang di sudut (bagian atas) sebanyak 2 kali terjadi dengan total jumlah cacat yang terjadi
adalah sebanyak 187 kali.

3.3 Pareto diagram

Gambar 3. Hasil pareto diagram data jumlah produksi dan cacat

Gambar 3 memperlihatkan hasil pareto dari rekapitulasi jenis cacat yang terjadi pada bollard
type bitt, diketahui hasil akumulasi cacat coran pada produk memiliki empat nilai akumulasi
tertinggi adalah cacat ekor tikus, cacat lubang jarum/pin hole, cacat penyusutan luar dan cacat
rongga udara. Karena jenis cacat tersebut memiliki nilai akumulasi hampir 80% dimana
berdasarkan konsep pareto diagram bahwa 80 % ini merupakan permasalahan prioritas yang harus
diselesaikan.
Dari kesepuluh jenis cacat yang terjadi pada produk bollard type bitt, posisi pertama diduduki
oleh jenis cacat coran ekor tikus dengan 52 kali terjadi. Untuk itu, peneliti memfokuskan
permasalahan jenis cacat ekor tikus sebagai masalah cacat coran produk yang harus segera
diselesaikan agar kualitas produk dapat meningkat dan biaya proses produksi dapat dimaksimalkan.
Berikut ini merupakan diagram penyebab terjadinya cacat coran ekor tikus (cause-effect
diagram) yang telah peneliti temukan.

Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 143
Penyebab Cacat Dominan Pengecoran Logam Produk Bollard Type… (Syafrudin dan Chirzun)

3.4 Fishbone diagram

MESIN MANUSIA LINGKUNGAN

area pouring
Settingan mesin kurang rapih
tidak standar Kurang maintenance
berkala
kurang terlatih saat
menuang
kurang konsentrasi

CACAT EKOR
TIKUS

Cara penuangan ke
cetakan terlalu
lambat Pasir terlalu lembab
Temperatur penuangan Lubang angin pada
terlalu tinggi cetakan tidak cukup

METODE MATERIAL

Gambar 4. Fishbone diagram produksi bollard type bitt

Gambar 4 di atas merupakan diagram sebab-akibat terjadinya cacat coran ekor tikus
yang meliputi faktor manusia, mesin, lingkungan, metode dan material dimana analisa secara
umum sebagai berikut.

1. Faktor Manusia
Teknik penuangan merupakan teknik yang harus dikuasai oleh operator pengecoran logam
dalam menghasilkan coran yang diinginkan. Apabila coran dilakukan secara tidak benar atau
penuangan terlalu lambat akan menyebabkan fluiditas yang buruk dan cairan logam akan
beroksidasi dengan udara, sehingga produk mengalami kegagalan cor. Selain itu, konsentrasi
pekerja juga diperlukan untuk meminimalisir kegagalan cor akibat kedisiplinan yang buruk,
kecerobohan saat menjalankan mesin serta potensi bahaya diri yang dapat terjadi.

2. Faktor Mesin
Tanur induksi (induction furnance) merupakan alat vital dalam proses produksi
melting/peleburan dimana memiliki kapasitas sekitar 1 ton atau 1000 kg. Dalam menjalankan
prinsip pemanasan dan pencairan, mesin ini harus disetting sesuai prosedur dan sesuai
spesifikasi mesinnya. Hal ini dikarenakan untuk mengatur perubahan temperatur fluktuatif
yang dihasilkan dari peleburan. Selain itu, kurangnya pemeliharaan mesin membuat
ketidaktepatan mesin (error) dalam memberi informasi temperatur pemanasan sehingga suhu
cairan logam tidak dapat dikontrol.

3. Faktor Lingkungan
Penyebab cacat coran yang disebabkan faktor lingkungan adalah karena area pouring yang
kurang rapih. Area penuangan ke dalam cetakan pasir merupakan aspek yang harus
diperhatikan karena hal ini sangat mempengaruhi konsentrasi para operator/pekerja dalam
melakukan pouring. Apabila keadaan area tidak rapih, proses penuangan akan menjadi
terhambat dan metode penuangan secara cepat tidak bisa dilakukan serta menyebabkan
kegagalan cor yang membuat produk menjadi cacat.

4. Faktor Metode
Melakukan penuangan/pouring pada suhu penuangan yang tepat yaitu kira-kira 1250°–1450° C.
Proses pembekuan besi cor dimulai dari bagian cairan logam yang bersentuhan dengan cetakan,
ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan
cetakan mengalami penurunan suhu sampai pada titik beku, selanjutnya inti-inti kristal akan

ISBN 978-602-99334-9-9
144
E.25

tumbuh. Bagian dalam besicor akan membeku lebih lambat daripada bagian luar besi cor sehingga
kristal-kristal akan tumbuh dari inti asal mengarah pada bagian dalam benda cor. Oleh karena itu,
dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur penuangan, kecepatan penuangan dan
cara-cara penuangan yang sesuai dengan jenis coran. Temperatur penuangan logam berubah
menurut kadar karbon yang terkandung dalam cairan besi. Kecepatan penuangan umumnya diambil
sedemikian sehingga terjadi penuangan yang tenang agar dapat mencegah terjadinya kegagalan cor.
Kecepatan penuangan yang terlalu lambat atau rendah dapat menyebabkan fluiditas yang buruk,
kandungan gas dalam cairan logam bertambah, oksidasi oleh udara luar dan ketelitian permukaan
yang buruk. Dan semakin meningkatnya temperatur penuangan akan menghasilkan bentuk struktur
dan sifat mekanis yang berbeda. Sebab semakin tinggi temperatur penuangan menyebabkan
terjebaknya gas hidrogen semakin banyak sehingga nilai kekerasan mengalami penurunan.

5. Faktor Material
Pasir cetak merupakan elemen yang sangat penting dalam proses pengecoran logam. Apabila
kondisi dari pasir cetak tidak sesuai dengan standar akan menyebabkan kegagalan dari benda yang
dicetak, misalkan pasir telalu lembab akan menyebabkan kerusakan pada permukaan yang
disebabkan oleh udara yang terjebak diantara cairan dan pasir, namun bila pasir cetak terlalu kering
akan mudah bagi udara melakukan sirkulasi sehingga suhu logam cair cepat mengalami penurunan
sehingga terjadi pendinginan cepat pada logam. Selain itu, cetakan pasir yang digunakan tidak
memiliki cukup lubang untuk mengeluarkan udara dari dalam coran, sehingga udara tidak dapat
keluar dengan cepat dari dalam coran sehingga terjebak di dalam coran dan hal ini menyebabkan
timbulnya cacat.

3.5 Rekomendasi
Menyusun standar
operasi kerja dari
proses loading hingga
proses akhir

Membuat Instruction
Manual
Metode Membuat Standarisasi pengaturan dan
penggunaan mesin

Membuat standar Mendefinisikan jenis-


kualitas produk jenis cacat

Jadwal maintenance
Mesin Membuat penjadwalan
berkala

Memberikan penutup/
pengaman pada mesin

Mengadakan program-
program pelatihan

Meningkatkan
Manusia kemampuan/keahlian
operator Memberikan masukan
dan pengarahan pada
operator yang kurang
teliti
Melakukan penilaian
kinerja pada setiap
operator

Mengurangi cacat Setiap operator wajib


coran ekor tikus, pin bekerja berdasarkan
hole, penyusutan luar standar prosedur dan
dan rongga udara instruksi kerja yang ada

Menjalankan konsep 5S
Lingkungan (Seiri, Seiton, Seiso,
Seiketsu, Shitsuke)

Melakukan inspeksi
saat penerimaan
consumable material

Material
Melakukan pengukuran
dan uji spesifikasi
bahan baku

Gambar 5. Diagram solution tree produksi bollard type bitt

Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 145
Penyebab Cacat Dominan Pengecoran Logam Produk Bollard Type… (Syafrudin dan Chirzun)

Dalam gambar 5 diagram di atas dapat dilihat bahwa usulan penulis dalam merancang
peningkatan kualitas hasil produk cor bollard type bitt 150 ton meliputi beberapa aspek seperti
metode, mesin, manusia, lingkungan, dan material menggunakan diagram solution tree diagram
dengan analisa sebagai berikut.

• Segi Metode.
Perlunya membuat standarisasi dimana terdiri dari menyusun SOP (Standar Operasting of
Procedure) dari proses loading bahan baku, processing produk hingga menjadi produk akhir.
Membuat instruction manual bagi para operator produksi dalam kegiatan operasionalnya agar
sesuai SOP dan meminimalisir kecelakaan kerja dan membuat standar kualitas produk melalui
pengecekan kualitas (QC) secara menyeluruh pada tiap proses produk dan mendeskripsikan
jenis-jenis defect yang berpotensi terjadi pada produk bollard sehingga manajemen perusahaan
khususnya bagian produksi dapat meningkatakan kinerja produk dan efisiensi biaya
operasional produksi dapat dilakukan.
• Segi Mesin
Perusahaan perlu menjadwalkan kegiatan pemeliharaan mesin secara berkala agar mesin selalu
dalam performa baik dalam digunakan, selain itu manajemen perusahaan juga harus
memperhatikan keselamatan, kesehatan dan keamanan (K3) dalam bekerja dengan memberikan
alat pengaman/safety kepada para operator produksi.
• Segi Manusia
Dibutuhkan program-program pelatihan kerja bagi para operator produksi agar mereka siap
dalam menjalankan operasional produksi secara fisik dan mental serta kemampuan operator
dapat meningkat sehingga menjadi ahli dalam tiap pekerjaan produksi yang ditugaskan oleh
perusahaan. Selain itu, perusahaan juga perlu melakukan penilaian kinerja dan masukan kepada
operator produksi bila kecacatan produk terjadi karena operator yang kurang teliti atau tidak
menjalankan SOP secara benar.
• Segi Lingkungan
Manajemen produksi perlu melakukan konsep 5S seperti yang diterapkan oleh perusahaan
mobil Toyota, dimana manajemen harus merencanakan dan mengimplementasikan peningkatan
kinerja produksi dengan cara memisahkan barang – barang produksi yang memiliki nilai value
added dan non-value added sehingga area pouring/penuangan lebih rapih dan SOP kerja
produksi dapat dijalankan makssimal.
• Segi Material
Perlu ditingkatkan bagian quality control dalam memeriksa kualitas bahan baku saat
kedatangan bahan baku dari supplier agar bahan baku terhindar dari bahan-bahan yang dapat
merusak kualitas produk saat pemasakan/melting, dan melakukan pengukuran dan uji
spesifikasi bahan-bahan cor untuk meminimalisir kecacatan produk akhir.

4. KESIMPULAN
Dari data-data yang diperoleh dan analisa penyebab terjadinya kecacatan pada produk bollard
type bitt 150 ton menggunakan metode six sigma disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab
terjadinya cacat pada produk bollard type bitt 150 ton dengan beberapa aspek yang meliputi,
seperti aspek metode, mesin, manusia, lingkungan dan material yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan cor. Adapun kegagalan cor terbesar atau dominasi defect coran produk adalah cacat ekor
tikus.
Kemudian bentuk rancangan peningkatan kualitas hasil produk bollard type bitt 150 ton yang
peneliti rekomendasikan berdasarkan penyebab masalah yang terjadi pada aspek metode, mesin,
manusia, lingkungan dan material dalam proses produksi dapat menggunakan diagram solution
tree.

DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Dorothea Wahyu. (2004). Pengendalian Kualitas Statistik(Pendekatan Kuantitatif
dalamManajemen Kualitas. Yogyakarta: Andi.

ISBN 978-602-99334-9-9
146
E.25

Gunawan, C. (2014). Implementasi Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistik


pada Pabrik Cat CV. X Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya.
Parwati, C., I., & Sakti, R., M. (2012). Pengendalian Kualitas Produk Cacat dengan Pendekatan
Kaizen dan Analisis Masalah dengan Seven Tools. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Sains & Teknologi Periode III, A-16 – A-24

Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 147

Anda mungkin juga menyukai