Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 10

Nama Kelompok :
1. Finka Eka Ningtyas (20040284038)
2. Icha Yuniarti (20040284052)

Resume Seminar A.B. Lapian Memorial Lecture “A.B. Lapian : Nahkoda Kajian
Maritim Indonesia”

A.B. Lapian adalah tokoh yang sering kali disebut sebagai nahkoda kajian maritim di
Indonesia bahkan Asia Tenggara. Beliau adalah seorang peneliti dan juga pengajar yang sangat
tekun dan sederhana namun telah berhasil membangun fondasi bagi perkembangan kajian
maritim di Indonesia. Karya-karya penting beliau yang cukup mempengaruhi perkembangan
kajian sejarah maritim di Indonesia di antaranya adalah disertasinya yaitu “Orang Laut, Bajak
Laut, Raja Laut”, “Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad Ke-19”. Naskah orasi guru besarnya
berjudul “Sejarah Nusantara Sejarah Bahari”. Karirnya sebagai nahkoda kajian maritim
dikembangkan dalam dua ranah kelembagaan, yaitu di lembaga penelitian dan perguruan
tinggi. Beliau adalah peneliti di pusat kemasyarakatan dan kebudayaan (puslitbang) yang
kemudian berubah menjadi pusat penelitian masyarakat dan budaya lembaga ilmu pengetahuan
Idonesia, dan sekarang menjadi pusat riset masyarakat dan budaya. Beliau juga pernah menjadi
kapus pertama dari PMB tahun 80-an. Ketika di PMB, Prof. Lapian mendirikan kelompok studi
maritim masyarakat maritim, yang sekarang menjadi kelompok kajian maritim di pusat riset
masyarakat dan budaya. Melalui kelompok studi maritim yang beliau dirikan, perhatian beliau
tidak hanya sekedar melakukan kajian dan penelitian, namun juga untuk membantu secara riil
komunitas-komunitas maritim seperti orang bajo, masyarakat pesisir, dan nelayan melalui
kegiatan riset aksi. Di antara warisan dari Prof. A. B. Lapian adalah mengajak kita untuk
menghargai bangsa Indonesia sebagai negara bahari dan mengajak kita semua untuk tidak
mengbumbungi laut.
Karya-karya utama Prof. A. B. Lapian yang sejalan dengan karirnya tentang sejarah
maritim Indonesia diantaranya adalah salah satunya skripsinya yang mengenai “Jalan
Perdagangan Maritim Ke Maluku Pada Awal Abad Ke-16”, yang kemudian dilanjutkan dengan
disertasi beliau yaitu “Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut”, “Sejarah Kawasan Laut Sulawesi
Abad Ke-19”, serta naskah orasi pada saat beliau menjadi guru besar yang berjudul “Sejarah
NusantaraSejarah Bahari”. Selain melengkapi isu maritim pada kajian sejarah yang
sebelumnya lebih banyak bernuansa darat, perspektif yang Prof. A. B. Lapian kembangkan
pada disertasi dan banyak tulisannya berkontribusi pada perhatian terhadap orang-orang yang
sering kali dianggap marginal, baik pada realitas masa lalu maupun dalam kajian sejarah. Jika
di jalur perguruan tinggi beliau mengembangkan kajian sejarah saja, maka di kelompok studi
masyarakat maritim beliau memimpin riset-riset yang bersifat multidisiplin yang juga
melibatkan peneliti-peneliti dari sosiologi, antropologi dan ilmu lingkungan. Dengan demikian,
kajian-kajian beliau melebar pada isu-isu yang lebih luas seperti hak wilayah laut, pengelolaan
pesisir berbasis komunitas, serta tradisi dan lain sebagainya. Prof. A. B. Lapian dapat dikatakan
sebagai sarjana Indonesia pertama yang berdedikasi dan mengingatkan bahwa lautan adalah
panggung sejarah penting yang tidak dapat diabaikan. Tak berlebihan bila sejarawan Malaysia
Syaharil Talib kemudian menunjuknya sebagai “Nahkoda Pertama Sejarawan Maritim di Asia
Tenggara”. Di LIPI, tempat beliau menghabiskan sebagian besar karirnya, beliau membentuk
tim kajian masyarakat maritim yang solid. Tim yng mewarisi semangat dan kinerja
akademiknya untuk lebih memahami realitas masyarakat pesisir, kenelayanan, serta suku
maritim dan hak ulayat laut.
Menurut Alex John Ulaen, pengalaman belajar, menekuni masalah maritim/bahari
membuat A. B. Lapian cukup risau melihat keadaan di Indonesia. Sampai ia pernah menulis
dan itu dapat kita baca di harian kompas tahun 1883, aspek-aspek sejarah yang kurang dapat
perhatian adalah masalah kelautan dan betapa pentingnya laut dalam sejarah terbaca juga dalam
karyanya yang berjudul “Laut dan Sejarah Indonesia” dan dua karya yang berbahasa Inggris.
Lalu, hal-hal yang menjadi perhatian utama dalam penulisan sejarah kelautan yaitu, aktivitas
pelayaran dan perdagangan. Tidak hanya laut di kawasan timur Indonesia yang ia pelajari,
tetapi juga kawasan barat dan pada masa-masa Sriwijaya. Dari tonggak awal ini, kemudian
Alex John Ulaen melihat bahwa titik puncak kembara kelana kajian maritim terbaca dalam
“Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut”. Kalau kita mau menelusuri karya-karya A. B. Lapian,
tampaknya mulai dari pilihan atas kawasan laut itu sudah ia komunikasikan dalam makalahnya
yang berjudul “Perebutan Samudera Laut Sulawesi Pada Abad 16 dan 17”. Bahkan dengan
bajak laut ini, dia bersama dengan seorang muridnya menerbitkan jurnal berjudul sama. Prof.
A. B. Lapian yang memusatkan kajiannya pada kawasan Laut Sulawesi memaparkan adanya
relasi dan kontestasi kekuasaan antara “Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut” pada abad 19.

Anda mungkin juga menyukai