Anda di halaman 1dari 3

BAHASA INDONESIA

Nama : Olivia Feolin Ch

Kelas : X MIPA 1 / 21

TUGAS
STA: Pembaru Bahasa Indonesia

Sutan Takdir Alishahbana (STA) adalah seorang budayawan, sastrawan dan ahli tata bahasa Indonesia. STA
dilahirkan di natal, Sumatera Utara, pada tanggal 11 Februari 1908. Ibunya bernama Puti Samiah yang merupakan
orang Minagkabau keturunan Rajo Putih (salah seorang pendiri kerajaan Lingga Pura di Natal). Ayah STA bernama
Raden Alisyahbana dengan gelar Sutan Arbi yang merupakan seorang guru. Kakek STA dari garis ayah bernama
Sutan Mohamad Zahab. Berbeda dengan kakeknya yang dikenal memiliki pengtahuan agama dan hukum yang luas,
STA kecil tidak suka membaca.

Setelah menamatkan sekolah HIS di Bengkulu pada tahun 1921, STA melanjutkan pendidikannya ke
Kweekschool, Bukitinggi. Lalu, ia meneruskan pendidikan di Hogere Kweekschool (HKS) Bandung pada tahun 1928.
Setelah lulus dari Hogere Kweekschool, STA melanjutkan ke  Hoofdacte Cursus di Jakarta (Batavia) yang merupakan
sumber kualifikasi tertinggi bagi guru di Hindia Belanda pada saat itu dengan meraih Mr. Selanjutnya, STA
menerima Dr. Honoris Causa dari Universitas Indonesia (1979) dan Universitas Sains Malaysia, Penang, malaysia
(1987).

STA berkarier di berbagai bidang meliputi bidang sastra, bahasa, dan kesenian. Karier STA diawali dengan
menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka (1930-1933). Setelah itu, STA mendirikan dan memimpin
majalah Poedjangga Baroe (1933-1942 dan 1948-1953), Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi
(1954-1962). STA pun pernah berprofesi sebagai pengajar di HKS Palembang (1928-1929); dosen Bahasa Indonesia,
Sejarah, dan Kebudayaan di Universitas Indonesia (1946-1948); guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan
dan Kebudayaan di Universitas Nasional (1950-1958); guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas
(1956-1958); serta guru besar dan Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya (1963-1968). Selain aktif
menulis dan mengajar, STA juga aktif dalam organisasi. Dia juga pernah menjadi Rektor Universitas Nasional,
Jakarta, Ketuau Akademi Jakarta (1970-1994), pemimpin umum majalah Ilmu dan Budaya (1979-1994), serta
Direktur Balai Seni Toyabungkah, Bali (1994).

Selama pendudukn Jepang STA dinobatkan seaabagai ketua Komisi Bahasa. Pda saat itu, sebagai seiorang ahli
bahasa, STA melakukan modernisasi bahasa Indonesia sehingga menjadi bahasa nasional yang dapat menjadi
pemersatu bangsa. Sta merupakanorang pertama yang menulis  Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia pada tahun
1936. Selain iteu, STA juga menulis Kamus Istilah yang berisi istilah-istilah baru yang dibutuhkan oleh negara baru
yang ingin mengejar modernisasi dalam berbagai bindang. STA terus mengembangkan bahasa Indonesia melali
majalah Pwmvina Bahasa yang dipimpinnya meskipun kantor bahasa ditutup saat Perang Dunia Kedua. Sebelum
kemerdekkaan, STA mencetuskan diselenggarkannya Kongres Bahasa Indonesia pertama di /solo. Pda tahun 1970,
STA menjadi Ketua Gerakan Pembina Bahasa Indonesia dan inisiator konferensi pertama bahasa-bahasa Asia
tentang The Modernization of The Languages in Asia (29 September – 1 Oktober 1967).

Sebagai sastrawan dan bahasawan Indonesia, STA merupakan salah satu tokoh pembaru Indonesia yang
berpandangan liberal. Pandangan dan pemikirannya yang condong ke Barat dan promodernisasi membuatnya
sering berselisih paham dengan cendekiawan Indonesia lainnya. STA merasa prihatinn dengan pandangan
cendekiawan Indonesia yang antimaterialisme, antimodernisasi, dan antibarat. STA berpendapat bahwa bangsa
Indonesia haru mengejar ketertinggalan terseabut dengan mencari materi, memodernisasi pemikiran, dan belajr
ilmu-ilmu Barat.

Sumber: badanbahasa.kemdikbud.go.id dalam Buku Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia


1. Tentukan struktur teks biografi di atas dengan menlengkapi table di bawah!

Bagian Teks Kutipan


a. orientasi Sutan Takdir Alishahbana (STA) adalah seorang budayawan,
sastrawan dan ahli tata bahasa Indonesia. STA dilahirkan di natal, Sumatera
Utara, pada tanggal 11 Februari 1908. Ibunya bernama Puti Samiah yang
merupakan orang Minagkabau keturunan Rajo Putih (salah seorang pendiri
kerajaan Lingga Pura di Natal). Ayah STA bernama Raden Alisyahbana
dengan gelar Sutan Arbi yang merupakan seorang guru. Kakek STA dari
garis ayah bernama Sutan Mohamad Zahab. Berbeda dengan kakeknya
yang dikenal memiliki pengtahuan agama dan hukum yang luas, STA kecil
tidak suka membaca.

b. kejadian penting Setelah menamatkan sekolah HIS di Bengkulu pada tahun 1921, STA
melanjutkan pendidikannya ke Kweekschool, Bukitinggi. Lalu, ia
meneruskan pendidikan di Hogere Kweekschool (HKS) Bandung pada tahun
1928. Setelah lulus dari Hogere Kweekschool, STA melanjutkan ke
Hoofdacte Cursus di Jakarta (Batavia) yang merupakan sumber kualifikasi
tertinggi bagi guru di Hindia Belanda pada saat itu dengan meraih Mr.
Selanjutnya, STA menerima Dr. Honoris Causa dari Universitas Indonesia
(1979) dan Universitas Sains Malaysia, Penang, malaysia (1987).

STA berkarier di berbagai bidang meliputi bidang sastra, bahasa, dan


kesenian. Karier STA diawali dengan menjadi redaktur Panji Pustaka dan
Balai Pustaka (1930-1933). Setelah itu, STA mendirikan dan memimpin
majalah Poedjangga Baroe (1933-1942 dan 1948-1953), Pembina Bahasa
Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). STA pun pernah
berprofesi sebagai pengajar di HKS Palembang (1928-1929); dosen Bahasa
Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di Universitas Indonesia (1946-1948);
guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di
Universitas Nasional (1950-1958); guru besar Tata Bahasa Indonesia di
Universitas Andalas (1956-1958); serta guru besar dan Ketua Departemen
Studi Melayu Universitas Malaya (1963-1968). Selain aktif menulis dan
mengajar, STA juga aktif dalam organisasi. Dia juga pernah menjadi Rektor
Universitas Nasional, Jakarta, Ketuau Akademi Jakarta (1970-1994),
pemimpin umum majalah Ilmu dan Budaya (1979-1994), serta Direktur
Balai Seni Toyabungkah, Bali (1994).

Selama pendudukn Jepang STA dinobatkan seaabagai ketua Komisi


Bahasa. Pda saat itu, sebagai seiorang ahli bahasa, STA melakukan
modernisasi bahasa Indonesia sehingga menjadi bahasa nasional yang
dapat menjadi pemersatu bangsa. Sta merupakanorang pertama yang
menulis  Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia pada tahun 1936. Selain iteu,
STA juga menulis Kamus Istilah yang berisi istilah-istilah baru yang
dibutuhkan oleh negara baru yang ingin mengejar modernisasi dalam
berbagai bindang. STA terus mengembangkan bahasa Indonesia melali
majalah Pwmvina Bahasa yang dipimpinnya meskipun kantor bahasa
ditutup saat Perang Dunia Kedua. Sebelum kemerdekkaan, STA
mencetuskan diselenggarkannya Kongres Bahasa Indonesia pertama di
/solo. Pda tahun 1970, STA menjadi Ketua Gerakan Pembina Bahasa
Indonesia dan inisiator konferensi pertama bahasa-bahasa Asia tentang
The Modernization of The Languages in Asia (29 September – 1 Oktober
1967).

c. reorientasi Sebagai sastrawan dan bahasawan Indonesia, STA merupakan salah


satu tokoh pembaru Indonesia yang berpandangan liberal. Pandangan dan
pemikirannya yang condong ke Barat dan promodernisasi membuatnya
sering berselisih paham dengan cendekiawan Indonesia lainnya. STA
merasa prihatinn dengan pandangan cendekiawan Indonesia yang
antimaterialisme, antimodernisasi, dan antibarat. STA berpendapat bahwa
bangsa Indonesia haru mengejar ketertinggalan terseabut dengan mencari
materi, memodernisasi pemikiran, dan belajr ilmu-ilmu Barat.

2. Tentukan cara penyajian karakter unggul dari tokoh dalam kutipan teks tersebut!
a. Secara langsung
o Sultan Takdir Alishahbana (STA) adalah seorang budayawan, sastawan dan ahli tahta
bahasa Indonesia
o STA berkarier di berbagai bidang termasuk bidang sastra, bahasa, dan kesenian.
Karier STA diawali dengan menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka (1930-
1933)
o STA merupakan salah satu tokoh pembaru Indonesia yang berpandang liberal
o STA mencetuskannya Kongres Bahasa Indonesia pertama di / Solo
b. Secara tidak langsung
o Setelah menamatkan sekolah HIS di Bengkulu pada tahun 1921, STA melanjutkan
pendidikannya ke Kweekschool, bukitinggi. Lalu, ia belajar pendidikan di Hongere
Kweekschool (HKS) Bandung pada tahun 1928. Setelah lulus dari Hogere
Kweekschool, STA melanjutkan ke Hoofdacte Cursus di Jakarta (Batavia) yang
merupakan sumber kualifikasi tertinggi bagi guru di Hindia Belanda pada saat itu
dengan meraih Mr.
o Pandangan dan pemikiran yang condong ke barat dan pra modernisasi laporan
sering berselisih paham dengan cendekiawan Indonesia lainnya. STA merasa
prihatin dengan pandangan cendekiawan Indonesia yang antimaterialisme, anti
moderenisasi dan anti barat
o STA memimpin majalah Poedjangga Baroe (1933-1942 dan 1948-19530), Pembina
Bahasa Indonesia di Universitas Indonesia (1946-1952) dan Konfrontasi (1954-1962).
STA pun pernah berprofesi sebagai pengajar di HKS Palembang (1928-1929); dosen
Bahasa Indonesia, sejarah dan kebudayaan di Universitas Indonesia (1956-1958);
guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas ANdalas (1956-1958); serta guru
besar dsn ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malay (1963-1968). Selain
aktif menulis dan mengajar, STA juga aktif dalam organisasi

Anda mungkin juga menyukai