Anda di halaman 1dari 1

Biografi Sutan Takdir Alisjahbana

Sutan Takdir Alishjahbana terlahir dari seorang ibu keturunan Minang kabau yakni Puti
Samiah, seorang keturunan salah satu raja Kesultanan Indrapura yakni Rajo Putih. Ayahnya adalah
seorang guru bernama Raden Alisyahbana dengan gelar Sutan Arbi. Walaupun memiliki ayah
seorang guru, hal tersebut tidak membuatnya menjadi seorang kutu buku pada saat masih kanan
kanan, ia seperti layaknya anak anak pada umumnya yang suka bermain main di luar.

Ia menempuh pendidikan sekolah dasar di HIS (Hollandsch Inlandsche School), kudian ia


melanjutkan pendidikannya ke Kweekschooll, Bukittinggi. Setelah itu ia melanjutkan ke HKS (Hogere
Kweekschool), pernah mengikuti Hoofdacte Cursus Jakarta pada tahun 1933. Kemudian di tahun
1937 ia melanjutkan kuliah di Universitas van Indonesia mengambil program studi Ilmu Bahasa
Umum, Filsafat Asia Timur dan lulus pada 1942. Pada tahun 1979 ia mendapatkan gelar Doctor
Horisom Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia dan Doctor Horison Causa untuk Ilmu
Sastra dari Universitas Sains Malaysia.

Perjalanan karirnya cukup panjang, dimulai dari menjadi guru sekolah dasar HIS di
Palembang (1928-1929), redaktur kepala penerbit Balai Pustaka dan pemimpin majalah Panji
Poestaka (1930-1942), pada 1942 ia bertugas sebagai penulis ahli dan anggota Komisi Bahasa
Indonesia, Jakarta. Tahun 1945 – 1950 ia menjabat sebagai Ketua Komisi Bahasa Indonesia. Ditahun
tersebut pula ia menjabat sebagai Ketua Yayasan Memajemukan Ilmu dan Kebudayaan. Kemudian,
diangkat sebagai guru dan direktur SMA Yayasan Memajemukan Ilmu dan Kebudayaan.pada tahun
1946 – 1948 ia bertugas sebagai dosen di Universitas Indonesia. Menjabat sebagai rektor di
Universitas Nasional. Ia juga menjadi guru besar luar biasa di Universiitas Sndalas, guru besar di
Akademii Jurnalistik, guru besar di University malay, kuala lumpur, dosen fakultas Pascasarjana IAIN
sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan dosen di fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat,
Jakarta.

Pada tahun 1933 Sutan alisjahbana mendirikan dan menerbitkan mendirikan dan
menerbitkan majalah Poejangga baroe bersama sama dengan Amir Hamzah dan Armijn pane. Ia
telah menulis novel yang berjudul Tak Poetus Diroendoeng Malang 1929 yang diterbitkan oleh Balai
Pustaka. Karya lainnya seperti Dian Tak Kunjung padam (1932), lajay Terkembang (1936), Grota
Azzura (1970 & 1971), kalah dan menang (1978). Adapun puisi yang ia buat, antara lain: Tebarab
Mega (kumpulan puisi) dan esai sastra, diantaranya, Kebangkitan Puisi Baru Indonesia. Banyak juga
tulisannya yang berhubungan dengan bahasa, seperti Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia dan Dari
Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Modern (Kumpulan karangan
tentang bahasa Indonesia). Selain itu juga menulis tentang masalah kebudayaan,seperti tulisannya
dalam Polemik Kebudayaan (Balai Pustaka, Edisi III, 1977) dan Perkembangan Sejarah Kebudayaan
Dilihat dari Jurusan Nilai-Nilai (Indayu, Edisi II,1977).

Referensia:

Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 979-685-308-6.

Kelaskaryawanun.untara.ac.id

Anda mungkin juga menyukai