Anda di halaman 1dari 23

PROSIDING

SEMINAR INTERNASIONAL
dalam Rangka Kegiatan Studi Visit 2019
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam,
Hukum Islam dan Bahasa Melayu di
Era Revolusi 4.0”
KOLABORASI
Pascasarjana UIN STS Jambi-Indonesia,
CIS PSU Pattani Campus - Thailand,
UPSI Malaysia dan Persatuan Penulis Budiman Malaysia

Tempat Penyelenggaraan Seminar:


Kampus CIS PSU Pattani-Thailand, 4 November 2019
Perpustakaan Tuanku Bainun UPSI Malaysia, 6 November 2019

Editor :
Ahmad Husen Ritonga, Risnita, Kasful Anwar Us, Jalaluddin,
Sohiron, Ilyas Idris, Yudo Handoko, Amiruddin, Try Susanti

Penerbit :

Pascasarjana
Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL
Dalam Rangka Kegiatan Studi Visit 2019
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Islam dan
Bahasa Melayu di Era Revolusi 4.0”

KOLABORASI
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
(UIN STS) Jambi - Indonesia
College of Islamic Studies Prince Of Songkla University
(CIS PSU) Pattani Campus - Thailand
Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan
Persatuan Penulis Budiman Malaysia

Tempat Penyelenggaraan Seminar:


Kampus CIS PSU Pattani-Thailand, 4 November 2019
Perpustakaan Tuanku Bainun UPSI Malaysia, 6 November 2019

Penerbit :
PASCASARJANA UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi Telp. (0741) 60731,
email: pascasarjanauinstspres@gmail.com
PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL
Dalam Rangka Kegiatan Studi Visit 2019
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Islam dan Bahasa
Melayu di Era Revolusi 4.0”

Kolaborasi:
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi – Indonesia,
College of Islamic Studies Prince Of Songkla University (CIS PSU) Pattani Campus – Thailand,
Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan Persatuan Penulis Budiman Malaysia

Tempat Penyelenggaraan Seminar:


Kampus CIS PSU Pattani-Thailand, 4 November 2019
Perpustakaan Tuanku Bainun UPSI Malaysia, 6 November 2019

Pelindung : Prof. Dr. H. Suaidi, MA. PhD.


Prof. Dr. Ahmad Syukri, S.S., M.Ag.
Dr. Badarussyamsi, S.Ag., MA.
Panitia Pengarah : Prof. Dr. Ahmad Husen Ritonga, MA.
Dr. Risnita, M.Pd.
Dr. H. Kasful Anwar, Us, M.Pd.
Dr. Jalaluddin, M.Pd.
Panitia Pelaksana : Ilyas Idris
Yudo Handoko
Sohiron
Amiruddin
Reviewer : Prof. Dr. Ahmad Husen Ritonga, MA. (UIN STS Jambi)
Prof. Dr. Muhammad Roflee Waehama (CIS-PSU Pattani Campus
Thailand)
Prof. Dr. Mahzan Arshad (UPSI Malaysia)
Prof. Madya Dr. Abdul Halim (UPSI dan BUDIMAN Malaysia)
Dr. Raja Ahmad Syalaby Bin Raja Hassan (UPSI dan BUDIMAN
Malaysia)
Dr. Makmur Haji Harun, S.Ag. MA. (UPSI dan BUDIMAN Malaysia)
Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd. (UIN STS Jambi)
Editor : Prof. Dr. Ahmad Husen Ritonga, MA.
Dr. Risnita, M.Pd.
Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd.
Dr. Jalaluddin, M.Pd.
Sohiron
Ilyas Idris
Yudo Handoko
Amiruddin
Try Susanti
Desain Sampul : Jonri Kasdi
Tata Letak : Jonri Kasdi
p-ISBN : 978-602-60957-2-5
e-ISBN : 978-602-60957-3-2
Tahun Terbit : 2020
Penerbit : Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

ii
KATA PENGANTAR
Direktur Pascasarjana UIN STS Jambi

Assalamu’alaikum wr. Wb.


Alhamdulillahi rabbil’alamin segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga prosiding ini
dapat terselesaikan dengan baik sebagai tindak lanjut dari rangkaian kegiatan seminar
internasional dalam bingkai Studi Visit Program Pascasarjana UIN STS Jambi tahun
2019.
Prosiding ini berisi kumpulan artikel dari narasumber dan peserta pada
seminar yang berasal dari UIN STS Jambi – Indonesia, CIS PSU Pattani Campus –
Thailand, UPSI Malaysia dan Persatuan Penulis Budiman Malaysia. Kegiatan seminar
dilaksanakan di dua kampus, yaitu Kampus CIS PSU Pattani-Thailand pada tanggal 4
November 2019 dan di Perpustakaan Tuanku Bainun UPSI Malaysia, 6 November 2019
Selanjutnya, atas nama Direktur Pascasarjana UIN STS Jambi, Kami
mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor UIN STS Jambi, Prof. Dr. H. Su’aidi, MA, yang telah memberikan izin dan
dukungan dalam kegiatan ini;
2. Dekan CIS PSU Pattani Campus – Thailand, Prof. Dr. Muhammad Roflee
Waehama, yang telah menerima dan melayani rombongan studi visit serta
memfasilitasi pelaksanaan seminar di CIS PSU Pattani Campus;
3. Dekan Fakulti Bahasa dan Komunikasi (FBK) UPSI Malaysia Profesor Dr. Mahzan
Arshad dan Presiden Persatuan Penulis Budiman Malaysia Profesor Madya Dr.
Abdul Halim yang telah menerima dan melayani rombongan studi visit serta
memfasilitasi pelaksanaan seminar di FBK UPSI Malaysia;
4. Direktur PT. Diva Lookah Multindo Tour & Travel, Ari Budi Pratiwi beserta Tim
yang telah memfasilitasi pelaksanaan studi visit 2019 sehingga kegiatan seminar
internasional dapat terlaksana dengan baik.
5. Seluruh pembicara, reviewer artikel prosiding, penulis artikel dan panitia yang
telah meluangkan waktu, tenaga, serta pemikiran demi kesuksesan acara ini.
Kami menyadari bahwa prosiding ini tentu saja tidak luput dari kekurangan, untuk itu
segala saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan prosiding pada terbitan tahun
yang akan datang. Akhirnya kami berharap prosiding ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca yang budiman.

Wassalamualaikum wr. wb.

Jambi, 26 November 2019


Direktur

Prof. Dr. Ahmad Husen Ritonga, MA.

iii
KATA PENGANTAR

College of Islamic Studies


Prince of Songkla University
Pattani Kampus, Thailand
Tel: + 66 82 825 4465
Fax: + 66 7334 8726
E-mail: s-yaumu@gmail.com

Assalamualaikum Wrt. Wbt.

Praise and gratitude I pray to the presence of Allah SWT who has bestowed His mercy
and guidance so that this proceeding can be published. Next I say thank you for being
given the opportunity to give an introduction in this proceeding. Thank you and
congratulations to the Postgraduate UIN Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, Indonesia
for successfully publishing this proceeding which is a collection of papers that have
been presented at an international seminar held at Prince of Songkla University
College of Islamic Studies (CIS PSU) Pattani Campus - Thailand in collaboration with
the Postgraduate State Islamic University (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi -
Indonesia on 4th November 2019.

I hope this proceeding can be used as a scientific source for students, scholars and
investigators in their respective fields. For CIS PSU Pattani Campus hopes that this
activity can be sustainable and can also bring benefits to many parties.

Wasalam.
Sincerely yours

Asst. Prof. Muhammad Roflee Waehama


Dean, College Islamis Studies
Prince of Songkla University Pattani Campas

iv
KATA PENGANTAR

DEKAN
FAKULTI BAHASA DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN IDRIS
TANJONG MALIM, PERAK, MALAYSIA

Terlebih dahulu saya merakamkan ucapan terima kasih kerana diberi kesempatan
menyatakan sepatah dua kata dalam buku prosiding ini. Terima kasih dan tahniah
kepada pihak Universitas Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, Indonesia yang berjaya
menerbitkan buku prosiding ini. Saya difahamkan, prosiding ini mengumpulkan
makalah-makalah yang telah dibentangkan dalam beberapa seminar antarabangsa dari
beberapa buah negara di Asia Tenggara, termasuk pemakalah dari Fakulti Bahasa dan
Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia.

Saya berharap prosiding ini dapat dijadikan sumber ilmiah kepada para mahasiswa/i,
sarjana dan juga penyelidik dalam bidang masing-masing. Bagi pihak Fakulti Bahasa
dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia, sekali lagi saya
mengucapkan syabas dan tahniah atas kejayaan menerbitkan buku prosiding ini.
Semoga usaha ini berterusan dan dapat pula mendatangkan manfaat kepada banyak
pihak.

Sekian dan terima kasih.

PROFESOR DR. MAHZAN ARSHAD.

v
KATA PENGANTAR

PRESIDEN
PERSATUAN PENULIS BUDIMAN MALAYSIA

Alhamdulillah, syukur ke hadrat Allah SWT kerana dengan limpah kurnia-Nya, maka
terhasil sebuah prosiding yang mengumpulkan makalah-makalah hasil Seminar
Antarabangsa Pascasiswazah yang berlangsung di Universiti Pendidikan Sultan Idris,
Tanjong Malim, Perak, Malaysia. Makalah yang termuat dalam prosiding ini tentunya
dapat dijadikan sumber rujukan ilmiah kepada para mahasiswa/i, sarjana dan juga
penyelidik. Bagi pihak Persatuan Penulis Budiman Malaysia (BUDIMAN) saya
mengucapkan syabas dan tahniah atas kejayaan menerbitkan prosiding ini. Dengan
penerbitan prosiding ini bermakna usaha mengandakan seminar atau konferen di
peringkat antarabangsa akan terus dilaksanakan. Semoga prosiding dan segala isi yang
terkandung di dalamnya dapat memberi manfaat untuk pengembangan ilmu pada
masa hadapan.

Sekian dan terima kasih.

PROFESOR MADYA DR. ABDUL HALIM ALI

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................... i


Halaman Identitas ............................................................................................................. ii
Kata Pengantar Direktur Pascasarjana UIN STS Jambi ............................................... iii
Kata Pengantar Dekan CIS PSU Pattani Campus .................................................... iv
Kata Pengantar Dekan FBK UPSI Malaysia .............................................................. v
Kata Pengantar Persatuan Penulis Budiman Malaysia ........................................... vi
Daftar Isi ........................................................................................................................ vii

Artikel dari FBK UPSI Malaysia dan


Persatuan Penulis Budiman Malaysia

1. Pengembangan Pengajian Melayu Memperkukuhkan Bahasa


Ilmu Nusantara
Profesor Madya Dr. Azhar Hj. Wahid .................................................................... 1 -14

2. Teori-Teori Sastera Malaysia Alternatif Kepada Teori-Teori Sastera


Barat dalam Kritik Sastera
Abdul Halim Ali ....................................................................................................... 15 - 28

3. Readiness of Islamic Education in The Digital Era (Kesiapan Pendidikan


Islam dalam Era Digital)
Makmur Haji Harun, Sitti Rachmawati Yahya ........................................................ 29 - 52

4. Wanita dan Hijab (Tantangan Bagi Era Globalisasi)


Rizky Hafiz Chaniago ............................................................................................... 53 - 58

5. Instrument Construction for Analyzing Errors of German Language


Writing by The Students of Universiti Pendidikan Sultan Idris
Robe’ah Yusuf, Khairul Bahri Abd Samad, Norjietta Julita Taisin (Phd),
Zarima Mohd Zakaria (Phd) ............................................................................ 59 -68

Artikel dari CIS PSU Pattani Campus

6. Peranan Mikro Kewangan Bank Islam Thailand dalam Memberantaskan


Kemiskinan: Satu Kajian di 3 Provinsi Selatan Thailand
Abdullah Hayeesaid, Dr. Maroning Salaeming ........................................................ 69 - 78

7. Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand


Siska Pratiwi ............................................................................................................. 79 - 84

Artikel dari Pascasarjana UIN STS Jambi

8. Hukum Islam dan Tantangan Modernisasi


Prof. Dr. H. Ahmad Husein Ritonga, MA. .............................................................. 85 - 94

vii
9. Strategi Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Sumber Daya
Manusia Yang Berdaya Saing di Era Revolusi
Dr. Risnita, M.Pd., Sohiron ..................................................................................... 95 - 104

10. Membangun Pendidikan Karakter di Era Digital


Dr. H. Kasful Anwar, Us, M.Pd. ............................................................................. 105 - 118

11. Inovasi Manajemen Pendidikan : Pemikiran, Lingkungan, Budaya,


dan Perilaku dalam Menghadapi Revolusi 4.0
Abu Bakar ................................................................................................................. 119 - 130

12. Urgensi Manajemen Kepemimpinan Berbasis Al-Qur’an


di Perguruan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0
Ahmad Hariandi ....................................................................................................... 131 - 142

13. Manajemen Pendidikan Tinggi Yang Efektif, Efesien Dan Produktif:


Studi Di Universitas Sriwijaya
Ahmad Sopian .......................................................................................................... 143 - 152

14. Strategi Marketing Mix Lembaga Pendidikan Tinggi


di Era Industri 4.0
Amiruddin ................................................................................................................ 153 - 166

15. Kepemimpinan Kepala Sekolah Pada Era Revolusi Industri 4.0


di Sekolah Menengah Pertama (SMP) As-Sulthon Kecamatan
Mersam Batanghari
Ardiyansyah ............................................................................................................. 167 - 176

16. Urgendsi dan Model Perencanaan Dalam Manajemen Pendidikan Islam


Dedi Irama Silalahi .................................................................................................. 177 - 190

17. Management of Education Development Hall of Early Childhood


(PAUD) Jambi Province in Developing Children's Education
Institutions Early Childhood (PAUD) for Education Quality
Assurance in Jambi Province
Duyardin .................................................................................................................. 191 - 196

18. Unsur Dinamika Dalam Sistem Manajemen Perguruan Tinggi


Islam Era Revolusi Industri 4.0
Edi Putra Jaya ........................................................................................................... 197 - 208

19. Profesionalitas Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah


Edi Wardani .............................................................................................................. 209 - 220

20. Mangement of University Evaluation System in Dealing With


Revolusion 4.0
Epi Hardita ............................................................................................................... 221 - 228

viii
21. Kolb’s Learning Cycle: An Alternative Strategy for Entrepreneurship
Student Islamic at Pondok Pesantren in Dealing with Revolution 4.0
Esen Pramudya Utama, Junianto Sitorus ................................................................ 229 - 238

22. Manajemen Mutu Lembaga Pendidikan Islam Unggulan


Fahrina Yustiasari Liriwati ...................................................................................... 239 - 248

23. Strategi Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Era Revolusi 4.0


Hairul Fauzi ............................................................................................................. 249 - 260

24. Model of Development of Integrated Islamic Quality Standards


in Facing Challenges and Opportunities in The Industrial
Revolution 4.0
Iffah Pohan ................................................................................................................ 261 - 268

25. Peningkatan Kemampuan Literasi Baru bagi Dosen Perguruan


Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Era Revolusi Industry 4.0
Irjus Indrawan .......................................................................................................... 269 - 280

26. Manajemen Perubahan Paradigma Pendidikan Tinggi di Era


Revolusi 4.0
Iwan Aprianto .......................................................................................................... 281 - 286

27. Aspek Dan Perspektif Perguruan Tinggi dalam Mempersiapkan


SDM Dalam Menghadapi Revolusi 4.0
Lutfi .......................................................................................................................... 287 - 300

28. Meneguhkan Jatidiri Pendidikan Islam dalam Menghadapi


Era Revolusi Industri 4.0
Muhamamd Padli ..................................................................................................... 301 - 310

29. Isu-Isu Global : E-Learning, E-Book E-Journal dan Sistem


Informasi Pendidikan
Mahdayeni ............................................................................................................... 311 - 326

30. Strategi Kepemimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta


(PTAIS) dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0
Maryam .................................................................................................................... 327 - 340

31. Higher Education Management in Preparing Character Education


for Millennial Generation in The Industrial Revolution 4.0
Mona Novita, Annisa Pertiwi .................................................................................. 341 - 350

32. Konsep Dasar dan Evolusi Pemikiran Manajemen


M. Kamal .................................................................................................................. 351 - 362

33. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam


Menghadapi Era 4.0
Muhammad Roihan Alhaddad .................................................................................. 363 - 370

ix
34. Kepemimpinan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an
dan Al-Hadits
Muhammad Syukron Maksum ................................................................................. 371 - 382

35. The Process of New Lecturers’ E-Recruitment


Muttaqin ................................................................................................................... 383 - 392

36. Kepemimpinan Visioner dalam Pendidikan di Era Revolusi 4.0


Qalka Sandi .............................................................................................................. 393 - 398

37. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kegiatan


Ekstrakurikuler di Era Revolusi 4.0
Rulitawati, Zulhimma .............................................................................................. 399 - 404

38. Formulasi Pendidikan Akhlak Perspektif Al-Qur’an


(Ikhtiar Membangun Bangsa Yang Berkakter)
Saipullah Rasyidi, Hayatul Islami, M. Ramli ........................................................ 405 - 414

39. Manajemen Strategik dalam Penilaian Kinerja


Soni Yuda Ariyanto .................................................................................................. 415 - 422

40. Pengorganisasian dalam Perspektif Al-Quran Dan Al-Hadits


Suhairi ...................................................................................................................... 423 - 432

41. Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menghadapi


Tantangan Revolusi Industri di Provinsi Jambi
Syarifuddin K ........................................................................................................... 433 - 442

42. Manajemen Mutu UIN STS Jambi: Implementasi ISO 9001:2008


di Era Revolusi 4.0
Try Susanti, Darma Putra, Jamaluddin, Ilyas Idris ................................................ 433 - 442

43. Manajemen Layanan Lembaga Pendidikan Tinggi di Era Revolusi 4.0


Zulkarnain ................................................................................................................ 443 - 462

44. Fenomena Guru Profesional Abad 21


Adiati ........................................................................................................................ 463 - 472

45. Kebijakan Politik Pemerintah dan Posisi Pendidikan Islam


di Indonesia
M. Syahran Jailani, Kasful Anwar Us ..................................................................... 473 - 484

46. Dinamika Hukum Islam Era-Reformasi di Indonesia


Bahrum ..................................................................................................................... 485 - 490

47. Kekuasaan Kehakiman


Maulana Yusuf ......................................................................................................... 491 - 500

x
48. Penegakan Hukum terhadap Pelaku Pembakaran Hutan dan
Lahan Ditinjau Dari Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana
Islam (Studi di Wilayah Hukum Polres Muaro Jambi)
Maryani .................................................................................................................... 501 - 512

49. Pengelolaan Keluarga Sakinah dalam Mendukung Pendidikan


Agama Islam bagi Anak
Nurhayati ................................................................................................................. 513 - 532

50. Jaringan Islam Liberal dalam Pergumulan Reformasi Hukum Islam


di Indonesia
Rudik Noor Rohmad ................................................................................................. 533 - 542

51. Perlindungan Hukum bagi Saksi Pelapor Penyalahgunaan Narkotika


Menurut Undang-Ndang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
di Wilayah Hukum Polisi Resor Tebo Provinsi Jambi
Zainal Arifin ............................................................................................................. 543 - 552

52. Pengaruh Persepsi dan Layanan Terhadap Tingkat Kepuasan


Nasabah Gadai Emas di Kantor Cabang Utama Pegadaian
Syariah Handil Jaya
Rohana ...................................................................................................................... 553 - 562

53. Penguatan Moral Anak di Lembaga Pendidikan Islam pada


Era Generasi Millineal.
Yudo Handoko, Sodiah ............................................................................................. 563 - 572

Lampiran:
Foto Dokumentasi Kegiatan Seminar Internasional ............................................... 573 - 578

xi
PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Islam dan Bahasa
Melayu di Era Revolusi 4.0”
Seminar Kolaborasi Pascasarjana UIN STS Jambi - CIS PSU Pattani Campus –
UPSI Malaysia dan Persatuan Penulis Budiman Malaysia

p-ISBN: 978-602-60957-2-5, e-ISBN: 978-602-60957-3-2, Februari 2020, Hal. 491 - 500

KEKUASAAN KEHAKIMAN

Maulana Yusuf
Mahasiswa Program Doktoral Prodi Ilmu Syariah UIN STS Jambi dan Dosen UIN STS Jambi
Email: emye1963@gmail.com

Abstrak
Kekuasaan kehakiman merupakan lembaga Yudikatif yang kedudukannya dalam urutan
ke-3 setelah Lembaga Eksekutif dan Legistatif. Pada Kekuasaan Kehakiman juga telah di
atur sendiri susunan organisasinya serta fungsinya. Yang tugas & kewenanganya sudah
di atur dalam UUD 1945 ataupun UU NO.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman. Dalam melaksanakan pengadilan hakim mempunyai kode etik yang di
jadikan pedoman yaitu Prinsip, untuk menjamin keamanan & kesejahteraan hakim telah
di atur kedalam UU NO.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pada Bab VIII
pasal 48 & 49.

A. PENDAHULUAN
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia, begitulah bunyi yang
disebutkan dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman. Kekuasaan kehakiman menurut Pasal 24 Ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
kekuasaan yang merdeka yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan
Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. Prinsip kekuasaan kehakiman yang
merdeka menghendaki agar hakim terbebas dari campur tangan, tekanan atau
paksaan, baik langsung maupun tidak langsung dari kekuasaan lembaga lain, teman
sejawat, atasan, serta pihak-pihak lain di luar peradilan. Sehingga hakim dalam
memutus perkara hanya demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani.
Hakim sebagai pejabat peradilan negara yang berwewenang untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara yang dihadapkan kepadanya. Pada hakikatnya
tugas hakim untuk mengadili mengandung dua pengertian, yakni menegakkan
keadilan dan menegakkan hukum. (Sudikno Mertokusumo, 2007 : 78)

491
Peranan hakim sebagai aparat kekuasaan kehakiman pasca Undang- Undang
nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, pada prinsipnya tugas Hakim adalah
melaksanakan fungsi peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Dalam menjalankan fungsi peradilan ini tugas hakim menegakkan hukum dan
keadilan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menjatuhkan putusan Hakim harus
memperhatikan tiga hal yang sangat esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit),
kemanfaatan (zwachmatigheit) dan kepastian (rechsecherheit). (Abdul Manan, 2012 :
291). Sebagaimana pendapat Sudikno Mertokusumo, (1993 : 2) ketiga asas tersebut
harus dilaksanakan secara kompromi, yaitu dengan cara menerapkan ketiga-tiganya
secara berimbang atau proposional. Sehingga putusan tidak menimbulkan kekacauan
atau keresahan bagi masyarakat, terutama bagi pencari keadilan.

B. PEMBAHASAN
1. Kekuasaan Kehakiman (Pengertian, Ruang Lingkup, tujuan serta kekuasaan
kehakiman menurut UUD NRI Tahun 1945)
Di antara aparat penegak hukum yang paling dominan dalam melaksanakan
penegakan hukum ialah hakim. Hakimlah yang pada akhirnya menentukan putusan
terhadap suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim
terhadap nilai-nilai keadilan.
a. Pengertian Hakim
Pengertian hakim terdapat dalam Pasal 1 butir 8 KUHAP yang
menyebutkan bahwa : “Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili.”
Selain di dalam KUHAP, pengertian hakim juga terdapat dalam Pasal 1
ayat (5) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman, dalam pasal tersebut disebutkan bahwa : “Hakim adalah hakim pada
Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada
pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.”
b. Pengertian Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, seperti yang
dinyatakan dalam penjelasan Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu bahwa : “Kekuasaan Kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk
diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang- undang”.
Hal ini berarti bahwa kedudukan para hakim harus dijamin oleh Undang-
Undang. Salah satu ciri dari Negara hukum adalah terdapat suatu kemerdekaan
hakim yang bebas, tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh Kekuasaan
Legislatif dan Eksekutif. Kebebasan hakim tersebut tidak dapat diartikan bahwa
hakim dapat melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap suatu perkara yang
sedang ditanganinya, akan tetapi hakim tetap terikat pada peraturan hukum yang
ada.
Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim yang memimpin jalannya
persidangan harus aktif bertanya dan memberi kesempatan kepada pihak
terdakwa yang diwakili oleh penasihat hukumnya untuk bertanya kepada saksi-
saksi, begitu pula kepada penuntut umum. Dengan demikian diharapkan

492
kebenaran materil akan terungkap, dan hakimlah yang bertanggung jawab atas
segala yang diputuskannya.

2. Kekuasaan kehakiman menurut UUD NRI Tahun 1945


UUD 1945, baik yang asli maupun setelah diamandemen, tidak memberikan
penjelasan mengenai kekuasan kehakiman (dalam istilah Inggris disebut ”judicial
power” atau ”judiciary”). Penjelasan UUD 1945 Asli, dalam penjelasan Pasal 24 dan 25
menguraikan: ”Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas
dari pengaruh kekuasaan Pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan
dalam undang-undang tentang kedudukannya para hakim”. Dalam Penjelasan UU
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
ditegaskan bahwa Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia”.
Ada beberapa makna yang dapat disimpulkan dari penjelasan-penjelasan
tersebut:

a. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara.


Kekuasaan kehakiman (judicial power) merupakan salah satu aspek dari
kekuasaan-kekuasaan yang ada dalam negara. Bila mengacu kepada teori Trias
Politica, maka seperti halnya kekuasaan legislatif (legislative power) dan kekuasaan
eksekutif (executive power), kekuasaan kehakiman merupakan salah satu cabang
kekuasaan negara. Pengertian kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara,
harus pula diartikan bahwa kekuasaan atau kewenangan mengadili hanya dimiliki
oleh negara. Artinya, pihak swasta tidak memiliki kekuasaan atau kewenangan
untuk melakukan kekuasaan kehakiman. Dengan kata lain fungsi mengadili adalah
fungsi publik, karena hanya negara yang dapat membentuk pengadilan dan
melakukan peradilan. (Jimly Asshiddiqie, 2007 : 509). Penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman, seperti diuraikan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 Amandemen ke..
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingklungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, Lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. UUD 1945 Asli tidak mengenal lembaga peradilan
yang bernama Mahkamah Konstitusi. Kemudian, Pasal 24 ayat (3) menyatakan:
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur
dalam undang-undang”. Dari ketentuan rumusan pasal-pasal tersebut ternyata
bahwa yang menyelenggarakan kekuasaan kehakiman terdiri dari:
1) Mahkamah Agung;
2) Mahkamah Konstitusi;
3) Badan Perdilan Umum;
4) Badan Peradilan Agama;
5) Badan Peradilan Militer;
6) Badan Peradilan Tata Usaha Negara;
7) Badan-badan peradilan lain yang diatur dengan Undang-undang. (Jimly
Asshiddiqie, 2007 : 527-528).

493
b. Kekuasaan kehakiman harus merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
Pemerintah (dalam arti luas).
Menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka
(independence) terpengaruh oleh teori Trias Politica, yang mendudukan kekuasaan
kehakiman bebas dari intervensi kekuasaan-kekuasaan lain yang ada dalam negara.
Sebenarnya, pengertian ”kekuasaan yang merdeka” tersebut bukan hanya terbebas
dari pengaruh kekuasaan Pemerintah, tetapi harus bebas pula dari kekuasaan
pihak lain, seperti pengaruh-pengaruh dari kelompok-kelompok yang ada dalam
masyarakat, baik berupa kelompok penekan (pressure groups), kelompok
kepentingan (interest groups), partai politik, tokoh politik (political figure), dan alat
komunikasi politik (media political comunication).
Prinsip atau asas peradilan yang bebas (independence principle) dan tidak
memihak (impartiality principle), merupakan salah satu elemen dari syarat-syarat
”representative government under the rule of law”, sebagaimana ditentukan dalam
konperensi International Commission of Jurist di Bangkok tahun 1965. Prinsip
peradilan yang bebas yang dimiliki peradilan dijalankan oleh hakim dalam
mengadili (menerima, memeriksa dan memutus suatu perkara yang dilakukan oleh
(majelis) hakim). Hakim dalam mengadili harus bebas dari segala bentuk intervensi
yang datang dari luar, guna mempengaruhi putusan yang akan dijatuhkan. Pada
umumnya intervensi datang dari pihak pemegang kekuasaan (terutama eksekutif)
dan legislatif. Mungkin pula datang dari pihak-pihak yang ada kepentingan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan perkara yang sedang ditangani.
Pengaruh tersebut tidak selalu berupa ancaman, tekanan, paksaan, dsb.; tetapi
dapat pula berupa ”iming-iming” dengan imbalan, jasa, janji menguntungkan
jabatan hakim, secara ekonomis maupun fasilitas yang menyenangkan hati nurani.
Dengan ”iming-iming” tersebut keputusan yang akan dijatuhkan menjadi lain dari
yang seharusnya. Jadi pada ujungnya kemandirian hakim akan bermuara pada
sikap moral dan mental hakim itu sendiri. Walaupun demikian ”sistem” dalam
peradilan harus juga mencerminkan kelahiran kebebasan hakim yang sejati.
Pendek kata independensi hakim jaminan bagi tegaknya hukum dan keadilan, dan
prasyarat bagi terwujudnya cita-cita negara hukum. (Sri Soemantri, 1983 : 15).

c. Kekuasaan kehakiman menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum


dan keadilan.
Ada dua tugas utama kekuasaan kehakiman, yaitu menegakkan hukum dan
menegakkan keadilan. Menegakkan hukum artinya agar hukum, baik hukum
perundang-undang (hukum tertulis) maupun hukum tidak tertulis yang hidup dan
berlaku dalam masyarakat, khususnya yang telah ditetapkan dalam putusan-
putusan hakim terdahulu sebagai yurisprudensi wajib dijaga dan ditegakkan
keberadaannya. Selain menegakkan hukum, hakim hendaknya memperhatikan
rasa keadilan yang ada dan hidup di masyarakat. Kadang kala hukum yang
dibentuk tidak menjangkau atau menyentuh rasa keadilan dalam masyarakat.
Hukum masih dirasakan tumpul ke atas, tetapi sangat tajam ke bawah.
Menegakkan hukum dan keadilan adalah tugas utama badan peradilan yang
dibebankan kepada hakim sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman.
Menegakkan hukum dan keadilan, sebagai suatu implementasi dari prinsip
Negara hukum demokratis yang berkeadilan. Penyelenggaraan peradilan adalah
pengejawantahan dari prinsip atau paham kedaulatan hukum. Hukum harus tegak
berbanding lurus dengan rasa keadilan dalam masyarakat. Hukum tidak boleh

494
pandang bulu (equality before the law), tanpa harus melihat status(kedudukan),
golongan, ras seseorang.

3. Konfigurasi politik dan pengaruhnya terhadap kekuasaan kehakiman di


Indonesia (era orde lama, orde baru dan era reformasi)
Pada masa demokrasi terpimpin telah terjadi penyelewengan-penyelewengan
terhadap asas kebebasan badan yudikatif seperti yang ditetapkan oleh Undang-
Undang Dasar 1945 yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 19 Tahun 1964
tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, yang dalam pasal 19 undang-undang
itu dinyatakan :
“Demi kepentingan revolusi, kehormatan negara dan bangsa atau kepentingan
masyarakat yang mendesak, presiden dapat ikut turut campur tangan dalam soal pengadilan”.
Di dalam penjelasan umum undang undang itu dinyatakan bahwa Trias Politica
tidak mempunyai tempat sama sekali dalam hukum nasional Indonesia karena kita
berada dalam revolusi, dan dikatakan selanjutnya bahwa pengadilan adalah tidak
bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif dan kekuasaan membuat undang-undang.
Nyatalah disini bahwa isi undang-undang itu bertentangan sekali dengan isi dan jiwa
Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu tepatlah bahwa MPRS sebagai lembaga
negara tertinggi dalam sidangnya yang ke-4 antara lain telah mengeluarkan ketetapan
MPRS No.XIX Tahun 1966, tentang peninjauan kembali produk - produk legislatif
negara di luar produk MPRS yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Sesuai dengan asas kebebasan badan yudikatif seperti tercantum dalam Undang-
Undang No. 14 Tahun 1970 pasal 4 ayat 3 menentukan bahwa :
“Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak-pihak lain diluar kekuasaan
kehakiman dilarang, kecuali dalam hal tersebut dalam Undang-Undang Dasar”.
Pada masa Orde Lama proses pengangkatan (rekrutmen) Hakim Agung
melibatkan ketiga lembaga tinggi negara yaitu eksekutif (Presiden) dan Menteri
Kehakiman, yudikatif (MA) dan legislatif (DPR). Aturan ini khusus ditetapkan bagi
pemilihan Hakim Agung, sedangkan dalam pemilihan hakim biasa hanya melibatkan
pihak yudikatif dan eksekutif. Dalam Pasal 4-11 Ayat (2) KRIS ditetapkan bahwa
Ketua, Wakil Ketua dan hakim Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden atas anjuran
DPR dari sekurang-kurangnya 2 (dua) calon bagi tiap-tiap pengangkatan.
Pengangkatan (pemilihan) Hakim Agung pada masa Orde Lama meski melibatkan
lembaga negara lainnya yakni DPR, namun keputusan akhir tetaplah berada di tangan
eksekutif (Presiden).
Salah satu penyimpangan dan politisasi dalam pemilihan Hakim Agung yang
sekaligus memperlihatkan begitu berkuasanya eksekutif (Kepala Negara) saat itu
adalah dengan diangkat dan ditetapkannya Ketua MA sebagai penasehat hukum
Presiden dengan pangkat Menteri berdasarkan Per. Pres. 4/1962, LN 38). Meskipun
Ketua MA pada saat itu berkilah bahwa ia tidak akan menjadi pejabat eksekutif dan
menjadi alat dari pemerintah, namun dalam kenyataannya MA telah kehilangan
kebebasannya dan kemandiriannya.

a. Orde Lama (Demokrasi Terpimpin)


Demokrasi terpimpin selalu diasosiasikan dengan kepemimpinan Sukarno
yang otoriter. Hal itu berawal dari gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945
dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa politik yang
mencapai klimaksnya dalam bulan Juni 1959 yang akhirnya mendorong Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Dekrit itu

495
dikeluarkan dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka, mengumumkan Dekrit
Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945
dalam kerangka sebuah sistem demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin. Dekrit
yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mendapatkan
sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu sangat
menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit tersebut bukan
hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat Indonesia,
tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting negara
lainnya, seperti Mahkamah Agung dan KSAD. Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959, diganti
dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno bertindak sebagai
perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai menteri pertama.
Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk
melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol
ditentukan oleh presiden (10 parpol yang diakui). Tidak ada kebebasan
mengeluarkan pendapat. Semua lembaga yang pernah ada dibubarkan oleh
Presiden dan diganti dengan orang-orang pilihan Presiden sendiri. Presiden
Soekarno mendeklarasikan diri sebagai presiden seumur hidup, berkembangnya
ideologi NASAKOM, dan Indonesia keluar dari organisasi dunia yaitu PBB.
Sebagai akhir dari masa demokrasi terpimpin adalah dengan adanya
pemberontakan PKI pada tahun 1965.

b. Orde Baru
Pada saat Orde Baru Soeharto menjabat sebagai Presiden ditandai dengan
adanya Supersemar. Saat orde baru pemerintah ORBA bertekat untuk menjalankan
UUD 1945 dan pancasila secara murni dan konsekuen. Pada saat orde baru
mEenggunakan sistem demokrasi Pancasila yang di bawah kepemimpinan
Soeharto dan menganut sistem presidensial. Pada saat kepemimpinan Soeharto
begitu kuatnya kepemimpinan atau kekuasaan presiden dalam menopang dan
mengatur seluruh proses politik, dan itu semua mengakibatkan terjadinya
sentralistik kekuasaan pada presiden.
Akibat dari kuatnya kekuasaan Presiden atas pemerintahan maka indikator
dari demokrasi tidak terlaksana, yaitu rotasi kekuasaan eksekutif tidak ada,
rekruitmen politik di batasi, KKN merajalela.
Kepemimpinan Soeharto banyak sekali diwarnai dengan adanya lobi politik
yang tidak sehat. Maka dapat disimpulkan bahwa memang benar hubungan
komunikasi pribadi lebih menentukan dibandingkan dengan saluran komunikasi
formal. Kemacetan yang dialami sistem politik Indonesia saat itu menunjukkan
bahwa pada akhirnya komunikasi antar partai politik yang mendudukkan
wakilnya di DPR/MPR tak lagi bisa menampung aspirasi rakyat. Contoh yang
paling lengkap adalah bagaimana kekuasaan politik Indonesia pada masa terakhir
Orde Baru berpusat pada presiden. Seluruh proses komunikasi sistem politik
Indonesia akhirnya tergantung pada satu tangan, presiden. Badan legislatif tidak
lagi berfungsi sebagai suara rakyat tetapi tak lain hanya mendukung presiden.
Kritik yang terlalu keras dilontarkan oleh anggota DPR/MPR akan berakhir
dengan pemberhentikan tidak hormat. Kasus Sri Bintang Pamungkas
menunjukkan bagaimana monopoli komunikasi itu tidak boleh lepas sedikitpun
ketika anggota DPR itu sangat vokal dan kritis.

496
Setelah masyarakat Indonesia bosan tentang sistem politik yang dijalankan
pada saat ORBA maka puncaknya atas tuntutan seluruh masa (dimotori oleh
Mahasiswa maka tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dan
diganti oleh Wapres Prof.B.J Habibie.
Diharapkan bahwa dengan adanya wewenang judical review ini, dijamin
tidak terulang kembali penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh Ir.
Soekarno pada masa demokrasi terpimpin. Akan tetapi rupanya pemerintah
berpendapat lain, seperti terbukti dari Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman yang menggantikan Undang-
Undang No.19 Tahun 1964. Melihat pasal 26 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970
yang mengatur hak Mahkamah Agung untuk menguji dan menyatakan tidak sah
semua peraturan perundangan dari tingkat yang lebih rendah dari undang-
undang, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pedoman kita dalam hal ini adalah
sesuai dengan pasal 130 Undang-Undang Dasar RIS dan pasal 95 Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 bahwa :
“Undang-Undang tidak dapat di ganggu gugat”.
Berarti hanya Undang-Undang Dasar dan Ketetapan MPR(S) yang dapat
memberi ketentuan apakah Mahkamah Agung berhak menguji undang-undang
atau tidak. Tidak disebut hak menguji ini dalam Undang Undang dasar 1945 dan
dalam ketetapan MPR(S) yang dapat mengaturnya sebagai suatu perwujudan dari
hubungan hukum antara alat perlengkapan Negara yang ada dalam negara, berarti
bahwa undang-undang ini (undang – undang pokok ketentuan kehakiman) tidak
dapat memberikan kepada mahkamah agung kewenangan hak menguji, apalagi
secara materiil undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Hanya Undang-
Undang Dasar ataupun ketetapan MPR(S) yang dapat memberikan ketentuan.
Pemilihan anggota Yudikatif dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
Mahdep. Status Ketua Mahkamah Agung sudah tidak menjadi menteri. Hakim
Agung yang berhasil dipilih umumnya didasarkan pada kualitas yang tidak jelas.
Adanya indikasi praktek dropping nama dengan cara Hakim Agung biasanya akan
memberikan usulan nama kepada Ketua Mahkamah Agung dengan harapan Ketua
Mahkamah Agung akan memberikan perhatian kepada kandidat dan memasukkan
namanya dalam daftar. Adanya indikasi jaringan, pertemanan, hubungan keluarga
dan sebagainya yang mengakibatkan pemilihan dilakuakan tidak secara objektif.
Beberapa hakim yang ada yang memiliki hubungan satu sama lain, misalnya
memiliki latar belakang sosial atau keluarga yang sama. Hubungan seperti ini
seringkali mempengaruhi proses penentuan daftar nama yang disusun Ketua
Mahkamah Agung. Adanya Indikasi praktik-praktik suap dengan cara
memberikan hadiah atau membayar sejumlah uang yang dikeluarkan oleh
seseorang yang ingin dicalonkan. dalam prakteknya yudikatif masih didominasi
oleh eksekutif, dibuktikan dengan setiap mempresentasikan calon hakim harus
disertai memasukkan nama-nama dari militer maupun kejaksaan. Sehingga dalam
prakteknya pun masih didominasi eksekutif. Kekuasaan yudikatif tidak bisa
memeriksa eksekutif, masalnya kasus – kasus yang menyangkut presiden,
prakteknya presiden diatas lembaga yudikatif.
Adanya asas judicial review, sekalipun diakui adanya hak menguji untuk
aturan yang lebih rendah dari UU (Pasal 26 UU Nomor 14 Tahun 1970).

497
c. Masa Reformasi
Kekuasaan kehakiman di Indonesia banyak mengalami perubahan sejak
masa reformasi. Amandemen ketiga UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 10
November 2001, mengenai bab kekuasaan kehakiman BAB IX memuat beberapa
perubahan ( Pasal 24A, 24B, 24C ) amandemen menyebutkan penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman terdiri atas Mahkamah agung dan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung bertugas untuk menguji peraturan perundangan dibawah UU
terhadap UU. Sedangkan Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan menguji
UU terhadap UUD „45.
Setelah masa ORBA telah runtuh maka kemudian munculah masa
reformasi, pada saat masa reformasi masih menggunakan demokrasi pancasila dan
menganut sitem pemerintahan presidensial. Pelaksanaan demokrasi pancasila
pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada parpol maupun
DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa.
Saat masa reformasi kemerdekaan dan kebebasan pers sebagai media
komunikasi politik yang efektif di sahkan, tidak seperti pada saat ORBA yang
diliput pers hanya kebaikannya pemerintah saja yang diberitakan.
Dalam era reformasi ini upaya untuk meningkatkan partisipasi rakyat
dalam kegiatan pemerintah semakin terbuka, sehingga sosialisasi politik pun
berjalan dengan baik. Pemerintahan era reformasi merupakan awal untuk menjadi
negara yang demokratis, yang sesuai dengan Amandemen UUD 1945 untuk
mengatur kekuasaan dalam negara agar lebih demokratis. Dengan tumbuhnya
keterbukaan dalam komunikasi politik, masyarakat semakin tahu hak dan
kewajibannya. Bahkan aksi-aksi protes sebagai sebuah masukan kedalam sistem
politik menjadi sebuah hal yang tidak aneh. Salah satu manifestasi itu adalah
keberanian umat Islam untuk mendirikan partai, sesuatu yang tabu dalam kurun
waktu 32 tahun Soeharto berkuasa. Puncak pengekangan itu terlihat dari paket UU
Politik dimana asas tunggal partai adalah Pancasila. Dalam tempo singkat partai-
partai berbasiskan Islam bermunculan mulai dari kalangan pendukungnya
Nahdhatul Ulama sampai dengan Muhammadiyah. Apakah mereka mampu
menampilkan sebuah format komunikasi politik yang bisa memikat umat dalam
pemilu mendatang? Pertanyaan ini sangat menentukan karena pemilu mendatang
akan cenderung mengutamakan sifat-sifat distrik dibandingkan proporsional.
Konsekuensinya, partai harus memiliki orang-orang yang mampu
mengkomunikasikan gagasan-gagasan partainya kehadapan masyarakat.
Jika pemerintah sudah berangsur-angsur membuka diri dan memberikan
banyak isyarat tentang keterbukaannya, maka partai-partai pun sudah seyogyanya
menampilkan sebuah aksi yang lebih dewasa dan bukannya emosional. Persaingan
memperebutkan suara akan lebih ketat karena puluhan partai akan terjun dalam
kampanye untuk meraih kursi sebanyak-banyaknya di DPR tingkat daerah atau
pusat.

B. KESIMPULAN
Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah. Kekuasaan kehakiman dari Orde Lama (masa
terpimpin) dan OrBa masih dikuasai oleh lembaga eksekutif. Ini dibuktikan dengan
rekuitmen pemilihan anggota masih dilakukan oleh lembaga eksekutif, dan
kebanyakan calon yang diajukan adalah dari kerabat dekat presiden. Pada saat Orde
Baru memang ketua Mahkamah Agung sudah tidak menjadi menteri tetapi dalam

498
perekrutan hakim harus diselingi oleh nama militer maupun kejaksaan, jadi pemilihan
anggota yudikatif tidak objektif sesuai dengan kemampuanya. Dan pada era Orde
Baru badan yudikatif pada prakteknya tidak bisa memeriksa Presiden atau lembaga
eksekutif. Jadi saat era demokrasi terpimpin, dan Orde Lama masih dikuasai oleh
badan eksekutif. Ini juga disimpulkan bahwa lembaga yudikatif pada era orde lama
dan era orde baru belum independen. Pada saat era Reformasi penetapan calon hakim
dilakukan oleh mahkamah agung dan hakim agung dipilih berdasarkan kualitasnya.
Pada era reformasi lembaga yudikatif terlepas dari kekuasaan presiden dan yudikatif
bisa memeriksa badan eksekutif, karena badan yudikatif dalam prakteknya sama
dengan lembaga eksekutif dan legislatif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Peradilan Agama, (Jakarta:Kencana,


2012)
Abdul Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, (Malang: In-Trans, 2003);
Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Bandung, 2008
A.V Dicey, Introduction to The Study of The Law and Constitutions, (London:
Macmillan And Co Limited, 1952);
Alexis de Tocqueville, Democracy in America, (London: David Campbel Publishers,
1994)
Andi Muhammad Asrun, Krisis Peradilan Mahkamah Agung di Bawah Soeharto,
Azhary di dalam disertasinya yang telah dibukukan berjudul Negara Hukum
Indonesia: Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-Unsurnya, (Jakarta: UI-
Press, 1995);
Bahder Johan, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, (Bandung: Mandar Maju, 2011)
Brian Barry, Justice as Impartiality, (Oxford: Clarendon Press, 1995)
Brian Z. Tamanaha, On The Rule of Law, History, Politics, Theory, (London: Cambridge
University Press, 2006);
Baskara T. Wardaya, et. al, Menelusuri Akar Otoritarianisme di Indonesia, (Jakarta: Elsam,
2007)
Christoper M. Larkins, "Judicial Indepence and Democratization: A Theoritical and
Conceptual Analysis", (The American Journal of Comparative Law 4, Vo. XLIV,
1996)
Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia: Kesinambungan dan Perubahan,
(Jakarta: LP3ES, 1990)
F. Andres Hanssen, The Effect of Judicial Institutions on Uncertain and The Rate of
Litigation: The Election versus Appoinment of States Judges, (New York: Journal
Legal Studies, Vo. XXVIII, Januari, 1999)
Hans Kelsen, General Theory of Law and State (New York: Russel & Russel, 1961),
Herbert Jacob, et. al, Courts, Law and Politics In Comparative Perspective,
(London: Yale University Press, 1996)
Ismail Sunny, Pembagian Kekuasaan Negara, (Jakarta: Aksara Baru, 1985)
Ibnu Sina Chandranegara, Kewenangan Mahkamah Konstitusi Perihal Memutus Sengketa
Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara: Studi Terhadap Politik Hukum Pasal 65
UU No. 24 Tahun 2003, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Jakarta, 2011)

499
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Pasca Reformasi, PT
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2007
Moh. Kusnardi dan Harmaily, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Jakarta: Universitas Indonesia Press
Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Gama Media, 1999) Mahfud
MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Gama Media, 1999)
Montesqiueu, The Sprit of Laws, (Canada: Batoche Books, 2001);
Muhammad Busyro Muqaddas, Kasus Komando Jihad Ditinjau Dari Perspektif
Independensi dan Transpransi Kekuasaan Kehakiman, Ringkasan Disertasi Program
Doktor (S-3) Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum UII,
Yogyakarta, 2010
Muchsin. Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka dan Kebijakan Asasi. STIH IBLAM, Jakarta,
2004
Sudikno Mertokusumo, 2007, Hati Nurani Hakim dan Putusannya, dalam Antonius
Sudirman, Ed. , 2007, Bandung: Citra Aditya Bakti
Sudikno Mertokusumo dan A.Pilto, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum (Jakarta:Citra
Adiya Bakti, 1993)
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2003

500
ISBN Cetak ISBN E-book
ISBN 978 602 60957 2 5 ISBN 978 602 60957 3 2

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi
9 786 026 09 572 5 9 786026 095732
Telp. (0741) 60731,
email: pascasarjanauinstspres@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai