SEMINAR INTERNASIONAL
dalam Rangka Kegiatan Studi Visit 2019
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam,
Hukum Islam dan Bahasa Melayu di
Era Revolusi 4.0”
KOLABORASI
Pascasarjana UIN STS Jambi-Indonesia,
CIS PSU Pattani Campus - Thailand,
UPSI Malaysia dan Persatuan Penulis Budiman Malaysia
Editor :
Ahmad Husen Ritonga, Risnita, Kasful Anwar Us, Jalaluddin,
Sohiron, Ilyas Idris, Yudo Handoko, Amiruddin, Try Susanti
Penerbit :
Pascasarjana
Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL
Dalam Rangka Kegiatan Studi Visit 2019
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Islam dan
Bahasa Melayu di Era Revolusi 4.0”
KOLABORASI
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
(UIN STS) Jambi - Indonesia
College of Islamic Studies Prince Of Songkla University
(CIS PSU) Pattani Campus - Thailand
Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan
Persatuan Penulis Budiman Malaysia
Penerbit :
PASCASARJANA UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jalan Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi Telp. (0741) 60731,
email: pascasarjanauinstspres@gmail.com
PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL
Dalam Rangka Kegiatan Studi Visit 2019
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Islam dan Bahasa
Melayu di Era Revolusi 4.0”
Kolaborasi:
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi – Indonesia,
College of Islamic Studies Prince Of Songkla University (CIS PSU) Pattani Campus – Thailand,
Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan Persatuan Penulis Budiman Malaysia
ii
KATA PENGANTAR
Direktur Pascasarjana UIN STS Jambi
iii
KATA PENGANTAR
Praise and gratitude I pray to the presence of Allah SWT who has bestowed His mercy
and guidance so that this proceeding can be published. Next I say thank you for being
given the opportunity to give an introduction in this proceeding. Thank you and
congratulations to the Postgraduate UIN Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, Indonesia
for successfully publishing this proceeding which is a collection of papers that have
been presented at an international seminar held at Prince of Songkla University
College of Islamic Studies (CIS PSU) Pattani Campus - Thailand in collaboration with
the Postgraduate State Islamic University (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi -
Indonesia on 4th November 2019.
I hope this proceeding can be used as a scientific source for students, scholars and
investigators in their respective fields. For CIS PSU Pattani Campus hopes that this
activity can be sustainable and can also bring benefits to many parties.
Wasalam.
Sincerely yours
iv
KATA PENGANTAR
DEKAN
FAKULTI BAHASA DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN IDRIS
TANJONG MALIM, PERAK, MALAYSIA
Terlebih dahulu saya merakamkan ucapan terima kasih kerana diberi kesempatan
menyatakan sepatah dua kata dalam buku prosiding ini. Terima kasih dan tahniah
kepada pihak Universitas Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, Indonesia yang berjaya
menerbitkan buku prosiding ini. Saya difahamkan, prosiding ini mengumpulkan
makalah-makalah yang telah dibentangkan dalam beberapa seminar antarabangsa dari
beberapa buah negara di Asia Tenggara, termasuk pemakalah dari Fakulti Bahasa dan
Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia.
Saya berharap prosiding ini dapat dijadikan sumber ilmiah kepada para mahasiswa/i,
sarjana dan juga penyelidik dalam bidang masing-masing. Bagi pihak Fakulti Bahasa
dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia, sekali lagi saya
mengucapkan syabas dan tahniah atas kejayaan menerbitkan buku prosiding ini.
Semoga usaha ini berterusan dan dapat pula mendatangkan manfaat kepada banyak
pihak.
v
KATA PENGANTAR
PRESIDEN
PERSATUAN PENULIS BUDIMAN MALAYSIA
Alhamdulillah, syukur ke hadrat Allah SWT kerana dengan limpah kurnia-Nya, maka
terhasil sebuah prosiding yang mengumpulkan makalah-makalah hasil Seminar
Antarabangsa Pascasiswazah yang berlangsung di Universiti Pendidikan Sultan Idris,
Tanjong Malim, Perak, Malaysia. Makalah yang termuat dalam prosiding ini tentunya
dapat dijadikan sumber rujukan ilmiah kepada para mahasiswa/i, sarjana dan juga
penyelidik. Bagi pihak Persatuan Penulis Budiman Malaysia (BUDIMAN) saya
mengucapkan syabas dan tahniah atas kejayaan menerbitkan prosiding ini. Dengan
penerbitan prosiding ini bermakna usaha mengandakan seminar atau konferen di
peringkat antarabangsa akan terus dilaksanakan. Semoga prosiding dan segala isi yang
terkandung di dalamnya dapat memberi manfaat untuk pengembangan ilmu pada
masa hadapan.
vi
DAFTAR ISI
vii
9. Strategi Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Sumber Daya
Manusia Yang Berdaya Saing di Era Revolusi
Dr. Risnita, M.Pd., Sohiron ..................................................................................... 95 - 104
viii
21. Kolb’s Learning Cycle: An Alternative Strategy for Entrepreneurship
Student Islamic at Pondok Pesantren in Dealing with Revolution 4.0
Esen Pramudya Utama, Junianto Sitorus ................................................................ 229 - 238
ix
34. Kepemimpinan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an
dan Al-Hadits
Muhammad Syukron Maksum ................................................................................. 371 - 382
x
PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL
“Tantangan Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Islam dan Bahasa
Melayu di Era Revolusi 4.0”
Seminar Kolaborasi Pascasarjana UIN STS Jambi - CIS PSU Pattani Campus –
UPSI Malaysia dan Persatuan Penulis Budiman Malaysia
Abstrak
Era millinial muncul sebagai respon terhadap era modern yang lebih mengutamakan akal, empirik,
dan hal-hal yang bersifat materialistik, sekularistik, hedonistik, fragmatik, dan transaksional.
Yaitu pandangan yang memisahkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Kehidupan yang
demikian didasarkan pada assumsi, bahwa dengan akal, panca indera, dan materi yang didukung
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi canggih semua masalah dapat dipecahkan. Ingin bepergian
jauh tinggal pesan tiket pesawat; ingin tidur nyenyak dan makan nikmat tinggal pergi ke hotel
dan restoran, ingin senang-senang, tinggal pergi ke tempat hiburan; ingin sehat tinggal panggil
dokter, dan ingin pandai tinggal panggil guru atau nara sumber; ingin memperoleh informasi
tingggal lihat Google. Sayangnya era millineal juga dibarengi dengan Degradasi moral. Faktanya,
dapat kita lihat dari masa ke masa generasi milenial justru semakin memprihatinkan, virus
pemikiran dan budaya Barat, suskes mengantarkannya ke gerbang kehancuran. Aktivitas pacaran,
gaul bebas, free sex, aborsi, narkoba, buyling, kejahatan fisik, dan LGBT, turut mewarnai
kehidupan generasi milenial. Hal ini membawa pada keterpurukan krisis moral dan lemahnya
iman. Lembaga pendidikan Islam, pesantren, sebagai salah satu system pendidikan nasional
berkontribusi dalam penguatan moral sebagai jawaban dari degradasi moral yang terjadi era
millineal. Penguatan moral yang diberikan adalah penguatan nilai moral ketuhanan, moral social
dan moral individu yang dibiasakan kepada peserta didik dengan pola pembiasaan, uswah dan
proses pengawasan 24 jam.
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman perubahan dititik beratkan
pada pundak generasi muda. Harapannya akan lebih membawa perubahan yang jauh
dari sebelumnya. Baik dari segi moral, akademik, intelektual, ilmu agama, sopan
santun, akhlak, dan karya cipta. Sepanjang sejarah generasi selalu menjadi garda
terdepan dalam perubahan bangsa. Sayangnya semua harapan yang disematkan
tampaknya kini pudar, justru meningalkan jejak-jejak kerusakan yang tidak
mencerminkan pembawa perubahan. Generasi yang bersikap amoral, apakah mampu
mewujudkan perubahan?
Faktanya, dapat kita lihat dari masa ke masa generasi milenial justru semakin
memprihatinkan, virus pemikiran dan budaya Barat, suskes mengantarkannya ke
gerbang kehancuran. Aktivitas pacaran, gaul bebas, free sex, aborsi, narkoba, buyling,
kejahatan fisik, dan LGBT, turut mewarnai kehidupan generasi milenial. Hal ini
membawa pada keterpurukan krisis moral dan lemahnya iman.
563
Beberapa waktu lalu jagad maya dihebohkan oleh video perkelahian siswa
berseragam SMPN 1 Kota Jambi beredar luas di media social. Dalam potongan video
terlihat dua siswa itu berduel satu lawan satu saling pukul dan ditonton oleh rekannya
yang lain. Miris, bukannya melerai, teman yang berada di sekitar malah menjadikan
kejadian itu tontonan menarik. Mirisnya lagi, Kepala sekolah melakukan tindakan
setelah video tersebut viral di media social
(www.news.okezone.com/read/2019/10/15).
Tidak berhenti hanya pada kasus, tawuran, kekerasan fisik, rentetan kasus
demoralisasi lain juga terjadi. Tren pacaran para remaja rata-rata dimulai pada usia 15-
17 tahun. Perilaku pacaran yang tidak sehat dapat menjadi awal perilaku seksual yang
menyimpang, misalnya hubungan seksual pranikah yang bisa mengakibatkan
konsekuensi pada masalah kesehatan seperti penularan IMS (Infeksi Menular Seksual),
kehamilan remaja, dan masalah sosial lainnya (www.healtdetik.com 9/10/2019).
Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mengungkap
sekitar 2 persen remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8 persen remaja pria di rentang
usia yang sama, telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Alhasil, dari
kasus free sex menyusul tingkat aborsi yang cukup tinggi di Indonesia. WHO merilis
data aborsi Indonesia pertahunnya sebanyak 2 juta kasus aborsi. Jika dipilah
pelakunya adalah remaja dengan rentang umur terbilang muda.
(www.kompasiana.com 8/1/2019).
Peran tekonologi pun tak bisa dipungkiri, kemudahan akses sosial media
maupun media cetak memungkinkan pornografi, pornoaksi, game, film amoral dan
hoax bebas merajalela, beragam aplikasi baru turut menjadi pendukung rusaknya
moral generasi, seperti tik-tok yang banyak menjerumuskan sebagian besar muslimah
bebas bergaya di depan publik, dengan mengindahkan rasa malu aurat mereka
terlihat.
Pendidikan Islam dengan beragam jenis dan jenjangnya, mulai dari pesantren
tradisional yang bersifat non-formal, hingga pesantren modern dengan berbagai
programnya, mulai dari Taman Kanak-kanak hingga perguruan tinggi, secara
institusional merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Dengan posisinya
yang demikian itu, pendidikan Islam mau tidak mau harus ikut berkontribusi, bahkan
bertanggung jawab dalam menyiapkan manusia dalam menghadapi era millennial.
Yaitu manusia yang mampu merubah tantang menjadi peluang, serta dapat
memanfaatkannya guna kesejahteraan hidunya secara material dan spiritual.
Ditengah era millenial posisi lembaga pendidikan Islam sangat strategis dalam
memberikan penguatan moral. Proses pendidikan pada lembaga pendidikan Islam
diharapkan mampu memberikan penguatan dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan tersebut, yang mana pendidikan islam tersebut dapat diajarkan melalui
pendidikan formal maupun informal. Dengan adanya pendidikan Islam tersebut
diharapkan manusia dapat menghadapi segala jenis tantangan amoral di era
millennial.
Tulisan ini mengungkapkan beberapa penguatan nilai moral anak yang terjadi
di lembaga pendidikan Islam. Tulisan ini juga berupaya menggali potensi yang
terdapat dalam lembaga pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan di era
millennial.
564
B. PEMBAHASAN
1. Moral Dalam Islam
Ada beberapa persamaan antara moral dan akhlak yaitu: Pertama, sama-sama
mengaju kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan
perangai yang baik. Kedua, merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk
menakar martabat dan harkat kemanusiaan sebaliknya semakin rendah kualitas moral,
akhlak, seseorang atau kelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas
kemanusiaanya. Ketiga, akhlak adalah istilah lain dari kata moral yang bersumber dari
Al Qur‟an dan As Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau
tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, bersumber dari ajaran Allah. Sifat-sifat
mulia akan membentuk karakter yang mulia karena semua itu adalah bagian dari
nilai-nilai moral yang tinggi (Nurdin: 2009: 243).
Rasulullahpun diutus untuk menyempurnakan akhlak. Seperti disebutkan di
dalam hadits:
ِ ِإنَّ َما بُ ِعثْتُ ألُت َ ِ ّم َم َم َك
ِ ار َم األ َ ْخال
ق
Artinya: Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. (HR Al-
Baihaqi dari Abu Hurairah).
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak umat
manusia, sekaligus sebagai contoh teladan yang baik. Hal ini, seperti firman Allah:
ٌ۬
َّ ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو َم ۡٱۡل َ ِخ َر َوذَ َك َر
ٌ۬ ًِ۬ٱَّللَ َك
يرا َ ٱَّلل أ ُ ۡس َوة ٌ َح
َ َّ ْسنَةٌ ِلّ َمن َكانَ َي ۡر ُجوا ُ لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُك ۡم فِى َر
ِ َّ سو ِل
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.
Namun demikian haruslah dipahami bahwa pembicaraan mengenai akhlak
tidak semata-mata merujuk kepada masalah kesopanan belaka, melainkan merujuk
kepada pengertiannya yang lebih mendasar berkaitan dengan pandangan hidup
tentang baik dan buruk, benar dan salah. Pandangan yang demikian terlihat dalam
batasan akhlak yang diberikan oleh Muqit. Ia menegaskan bahwa akhlak ialah suatu
ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia dalam perbuatan itu, dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang harus diperbuatnya (Abd. Muqit: 2018: 107)
Pandangan yang lain dikemukakan oleh Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Gazali
atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Gazali. Dalam kitabnya yang berjudul
Ihya’ Ulumuddin dikatakan bahwa akhlak berarti mengubah bentuk jiwa dari sifat-sifat
yang buruk kepada sifat-sifat yang baik. Akhlak yang baik dapat mengadakan
perimbangan antara tiga kekuatan dalam diri manusia, yaitu kekuatan berpikir,
kekuatan hawa nafsu, dan kekuatan amarah. (Gazali: 2008: 223).
Dengan demikian, nilai moral dapat diartikan sama saja dengan nilai akhlak,
manakala sumber ataupun produk budaya sesuai dengan prinsip-prinsip akhlak. Akan
tetapi, moral bisa juga bertentangan dengan akhlak manakala produk budaya itu
menyimpang dari fitra agama Islam. Perbuatan atau perilaku baik buruk seseorang
berasal dari akhlak yang dimiliki orang tersebut. Jika seseorang memiliki akhlak yang
baik, maka moral orang tersebut akan baik. Sehingga moral dapat disebut juga akhlak
karena sama-sama tentang baik buruk perilaku yang terbentuk dari kebiasaan yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
565
Terlepas dari konsep-konsep dan pendekatan tersebut di atas, sesungguhnya
ada bahan rujukan yang dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam moral islam,
yaitu adanya success story yang dicapai oleh Nabi Muhammad SAW. Moral dalam
Islam identik dengan akhlak, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari
sanubarinya, sehingga dia berfikir bahwa perbuatan yang akan dia lakukan adalah
baik, dan dia mau melakukan perbuatan itu. Moral yang baik tentunya dilakukan
dengan cara mengendalikan hawa nafsunya. Bentuk konkrit dari moral yang diajarkan
dalam Islam adalah Rasulullah Saw.
566
media sosial, mereka menjadi pribadi yang malas, tidak mendalam, tidak membumi,
atau tidak bersosialisasi; (13) cenderung lemah dalam nilai-nilai kebersamaan,
kegotong-royongan, kehangatan lingkungan dan kepedulian sosial; (14) cenderung
bebas, kebarat-baratan dan tidak memperhatikan etik dan aturan formal, adat istiadat,
serta tata krama.
Dari empat belas sikap yang ditimbulkan di era millennial itu, nampaknya
hanya butir 12, 13 dan 14 yang menyangkut dengan etos kerja, etika dan moral, yakni
malas, tidak mendalam, tidak membumi, kurang peduli pada lingkungan, cenderung
bebas, kebarat-baratan, dan melanggar etika. Semua masalah moral inilah yang
menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan Islam.
Tanggung jawab lembaga pendidikan Islam dalam memberikan bimbingan
pada manusia dalam menghadapi era millennial juga dapat dilihat dari perhatian
pendidikan Islam terhadap pendidikan atau perbaikan moral. Mohammad Athiyah al-
Abrasyi misalnya mengatakan: Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan
Islam, dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak
adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan
sebenarnya dari pendidikan. Tapi ini tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan
pendidikan jasmani atau akal atau ilmu ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi
artinya ialah bahwa kita memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti juga segi-
segi lainnya itu. (Mohd.„Athitah: 1974: 15)
567
berdoa‟a, berdzikir di waktu siang ataupun malam, baik dalam keadaan berdiri,
duduk ataupun berbaring dan bertawakal kepada-Nya (Hidayat: 2016: 47).
Setidaknya terdapat 2 nilai moral berketuhanan yang tercermin dari seorang
muslim dalam berhubungan dengan Sang Pencipta.
1) Bertakwa
Bertakwah kepada Allah adalah melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah
dan meninggalkan apa yang dilarangNya Ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah
sebagai berikut: (1) Orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, serta hal-
hal ghaib seperti malaikat, hari kiamat, dan alam kubur. Yang tercakup dalam rukun
iman. (2) Orang-orang yang mengerjakan amal ibadah yang diperintahkan, seperti
sholat, puasa, zakat dan shadaqah yang tercakup dalam rukun Islam. (3) Orang-orang
yang menerapkan akhlak mulia, baik dalam hubungannya dengan Khaliq maupun
dengan sesama makhluk. (4) Orang-orang yang hidupnya tenang dalam menghadapi
segala macam problema dan gejolak kehidupan (Ahmad Yani: 2007: 142).
2) Berserah diri
Berserah diri kepada Tuhan atau bertawakal adalah menyerahkan, menyandarkan
diri kepada Allah setelah melakukan usaha atau ikhtiar dan mengharapkan
pertolongan-Nya. Tawakal menurut Masan Alfat sebagaimana yang dikutip Yatimin
Abdullah adalah menyerahkan segala sesuatu kepada Allah setelah berusaha
(Abdullah: 2007:54). Apabila sudah berusaha dengan sekuat tenaga tapi masih juga
mengalami kegagalan, maka harus bersabar. Bersabar bukan berarti diam, melainkan
berusaha terus-menerus dengan caracara yang benar disertai dengan doa.
568
menurut syariat dan adat. Bentuk-bentuk silahturahmi dapat diringkas dalam kata
ihsan, yaitu berbuat kebajikan. Ihsan adalah bertutur kata yang baik, berkunjung,
memberi hadiah, membesuk orang sakit, membantu disaat krisis, dan bernbagai
bentuk pergaulan yang bisa menimbulkan kasih sayang (Az Zuhaili: 2014: 218).
4) Memberi nasihat
Kapasitas keilmuan, pengetahuan, dan konsistensi manusia secara umum
beragam. Sebagian ada yang tidak mengerti (bodoh), ada pula yang nakal, dan ada
yang baik hati. Mereka semua butuh bantuan dan dukungan dari sesama. Arahan atau
peringatan bagi yang lalai, atau bahkan ancaman bagi yang membangkang merupakan
suiatu keharusan. Meluruskan yang salah adalah suatu keniscayaan (Az Zuhaili, 2013:
381). Sebagaimana firman Allah surah Al a‟raf ayat 62, yang berbunyi:
Artinya: Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat
kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui"
Rasulullah SAW menjadikan nasihat dalam kebaikan kepada seorang muslim sebagai
bagian dari hak-haknya yang harus ditunaikannya oleh saudaranya sesama muslim
lainnya, sebagaimana sabdanya: “Hak Muslim atas Muslim lainnya ada enam: jika engkau
bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya; jika ia mengundangmu, maka
penuhilah undangannya; jika ia meminta nasihat kepadamu, maka nasihatilah ia…”
569
3) Adil
Untuk dapat bersikap adil, seseorang harus memperlakukan orang lain dengan
sikaptidak memihak dan memperlakukannya secara wajar. Orang yang adil biasanya
mempunyai pandangan jujur di dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam situasi
khusus (Pam Schiller: 2002:41). Berlaku adil harus diterapkan kepada siapa saja tanpa
membedakan suku, agama, atau status sosial. Bersikap adil berarti tindakan keputusan
yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah atau merugikan satu pihak tetapi
saling menguntungkan (Abdullah: 2007:41).
4) Sabar
Sabar menurut Imam Gazali adalah menerima dengan lapang dada hal-hal yang
menyakitkan dan menyusahkan serta menahan amarah atas perlakuan kasar.
Barangsiapa masih mengeluh bila diperlakukan buruk oleh orang lain, maka hal itu
menunjukkan masih buruknya akhlak orang tersebut, karena akhlak yang mulia
adalah menerima secara lapang dada semua bentuk perlakuan yang menyakitkan
(Gazali, 2008: 201).
570
penyelenggaraan pendidikannya betul-betul memperhatikan dengan maksimal yang
didukung dengan kegiatan pembelajaran yang sepenuhnya waktu 24 jam, siang dan
malam. Bukan hanya berupa teori tetapi juga praktek secara langsung.
Dalam menghadapi era millineal sudah banyak pesantren yang berkembang
dari pola tradisional menuju pesantren yang memberikan layanan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan era millineal. Sudah banyak pesantren yang bermetaformosis dan
terintegrasi dengan manajemen modern. Pesantren saat ini tidak hanya mengajarkan
pendidikan agama dengan cara klasik. Ada pesantren yang mengajarkan jiwa
kewirausahaan yang sejalan dengan jiwa generasi millennial. Ada pesantren yang
menyediakan jenjang pendidikan lengkap dari taman kanak-kanak hingga perguruan
tinggi yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lengkap. Namun dalam proses
pendidikannya, pesantren tidak terlepas dari tujuan pendidikan Islam yakni menjadi
hamba Allah yang kaffah yang dapat menyeimbangi kehidupan ukhrowi dan
kehidupan duniawi. Hamba Allah yang dapat menyeimbangi hubungannya dengan
Tuhannya dan sesamanya. Dalam bahasa keseharian kita lebih dikenal dengan istilah
selamat dunia akhirat.
C. KESIMPULAN
1. Era millennial adalah era yang ditandai antara lain oleh lahirnya generasi yang
memiliki cirri-ciri: (1) suka dengan kebebasan; (2) senang melakukan personalisasi;
(3) mengandalkan kecepatan informasi yang instant; (4) suka belajar; (5) bekerja
dengan lingkungan inovatif, (6) aktif berkolaborasi, dan (7) hyper technology
(Tapscott, 2008). (8) critivcal, yakni terbiasa berfikir out of the box, kaya ide dan
gagasan; (9) Confidence, yakni mereka sangat percaya diri dan berani
mengungkapkan pendapat tanpa ragu-ragu; (10) Connected, yakni merupakan
generasi yang pandai bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang mereka ikuti;
(11) berselancar di social media dan internet (Farouk, 2017, 7). (12) sebagai akibat
dari ketergantungan yang tinggi terhadap internet dan media sosial, mereka
menjadi pribadi yang malas, tidak mendalam, tidak membumi, atau tidak
bersosialisasi; (13) cenderung lemah dalam nilai-nilai kebersamaan, kegotong-
royongan, kehangatan lingkungan dan kepedulian sosial; (14) cenderung bebas,
kebarat-baratan dan tidak
2. Masalah degradasi moral anak pada masa era millineal ikut dipengaruhi oleh
perkembangan digitalisasi yang tersambung tanpa batas, sehingga terpengaruh
dengan nilai dan budaya luar yang mudah diakses melalui internet.
3. Lembaga pendidikan Islam, pesantren, merupakan solusi utama untuk memfilter
nilai dan budaya luar yang mempengaruhi moral anak
4. Penguatan moral di pesantren adalah dengan membiasakan nilai-nilai moral moral
ketuhanan, moral social, moral individu yang dilakukan dengan pola pembiasaan
dan dan uswah selama 24 jam.
571
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Muslim dkk. 2009. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.
Abd. Muqit. 2018. Potret Kompetensi Dasar Santri. Malang: Polinema Press.
Gazali, 2008. Mutiara Ihya Ulumuddin (terj) Iwan Kurniawan dari judul asli,
Mukhtashar Ihya' Ulumuddin. Bandung: Mizan.
Hasbi Indra, 2016. Pendidikan Islam Tantangan & Peluang di Era Globalisasi, Yogyakarta,
Depublish.
Joseph P. Natoli, 1998. Speeding to the Millennium: Film and Culture 1993-1995. New
York, Albany.
Tapscott, D, 2008. Grown Up Digital. Boston: McGraw-Hill Education.
Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah, 1974. Dasar-dasar Pokok Pendidika Islam, (terj.) Bustami A.
Gani dan Djohar Bahry L.I.S., dari judul asli, al-Tarbiyah al-Islamiyah,
Jakarta:Bulan Bintang. cet. II.
Nata, Abuddin, 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. I.
Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Hidayat Arief, 2016. Al-Islam Studi Al-Qur’an Kajian Tafsir Tarbawi. Yogyakarta
Depublish
Yani Ahmad, 2007. Be Excellent Menjadi Pribadi Terpuji. Bandung: Gema Insani.
Abdullah, M. Y. 2007. Studi akhlak dalam perspektif Alquran. Jakarta: Amzah.
Sulistyarini, Dwi. 2011. Nilai Moral dalam Cerita Rakyat Sebagai Sarana Pendidikan Budi
Pekerti. Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Schiller, Pam dan Bryant Tamera. 2002. The value Book for Children: 16 Moral Dasar Bagi
Anak Disertai Kegiatan yang Bisa Dilakukan Orang Tua Bersama Anak. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Az Zuhaili, Wahbah. 2014. Ensiklopedia Akhlak Muslim: Berakhlak Terhadap Sesama dan
Alam Semesta, terj Ahmad Dzulfikar & Muhammad Sholeh Asri. Jakarta: Noura
Books.
Samsul Nizar, 2013. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara.
Jakarta, Kencana
Hasbi Indra, 2018. Pendidikan Pesantren dan Perkembangan Sosial-Kemasyarakatan.
Yogyakarta: Depublish
572