Disusun Oleh:
Firgina Presirina Linthin I1011161044
Salsabila Zahra I1011191017
Rafif Ibtsa Yasri I1011191021
Orlana Devina Siambaton Munthe I1011191031
Wayan Adelia Putri I1011191040
Naufal Nur Habibi I1011191041
Shafiyyah Fitri Annisa I1011191043
An-Nissa Aulia Rahmi I1011191047
Dheo Volente Sagala I1011191057
Reyqal Izaldy Anwarifaie I1011191079
Tiara Fika Fardila I1011191089
Aditya Rivaldi I1011191097
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Seorang wanita berusia 57 tahun berperawakan gemuk datang ke poliklinik
dengan wajah kesakitan dan berjalan pincang. Dia mengeluhkan lutut kanannya yang
terasa sangat nyeri dan bengkak sejak 2 minggu terakhir. Nyeri lutut kanannya
sebenarnya sudah mulai dirasakan hilang timbul sejak satu tahun terakhir, terutama jika
dia berdiri lama atau sering naik turun tangga. Biasanya dengan minum obat yang di beli
di apotek keluhan tersebut hilang, tetapi kali ini nyerinya hanya sedikit berkurang dan
bengkak semakin bertambah. Gerakan lutut juga menjadi terbatas karena nyeri
bertambah saat lutut ditekuk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan krepitasi dan tanda efusi
sendi. Riwayat jatuh atau trauma disangkal.
Wanita 57 tahun
Perawakan gemuk
ANAMNESIS: PEMFIS:
Osteoarthritis
DD:
LABORATORIUM
• Rheumatoid arthritis
• Gout
RADIOLOGI • Septic arthritis
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
1.6 Hipotesis
Wanita 57 tahun mengalami osteoarthirits (OA) yang kemungkinan disebabkan
oleh faktor predisposisi dari kegemukan dan jenis kelamin yang dimana usia >50 tahun,
perempuan lebih berisiko OA daripada laki-laki. Diperlukan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan diagnosis dan penyebab pastinya.
1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Anatomi dari ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
2. Jelaskan klasifikasi struktural dan fungsional sendi!
3. Junctura synovial
a. Struktur
b. Fisiologi
c. Komposisi cairan synovial
d. Jenis/subtipenya
4. Jelaskan faktor yg mempengaruhi jenis gerakan & rentang gerak yg mungkin terjadi
pada junctura synovalis!
5. Bagaimana melakukan penilaian klinis terhadap krepitasi dan efusi sendi?
6. Mengapa nyeri memberat dengan berdiri lama?
7. Osteoarthritis
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patogenesis
e. Faktor Risiko
f. Manifestasi Klinis
g. Diagnosis
h. Pemeriksaan diagnostik
i. Tata Laksana
8. Septic arthritis
a. Definisi
b. Etiologi
c. Diagnosis
d. Manifestasi klinis
e. Pemeriksaan diagnostik
9. Gout
a. Definisi
b. Etiologi
c. Diagnosis
d. Manifestasi klinis
e. Pemeriksaan diagnostik
10. Rheumatoid Arthritis
a. Definisi
b. Etiologi
c. Diagnosis
d. Manifestasi klinis
e. Pemeriksaan diagnostik
11. Jelaskan tentang hasil lab dan radiologi dengan pemicu!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Ekstremitas atas sisi kanan a. dilihat dari ventral; b. dilihat dari dorsal.1
Skeleton ekstremitas atas terdiri atas gelang bahu dan lengan yang merupakan
anggota gerak yang bebas bergerak. Gelang bahu (Clavicula dan Scapula)
menghubungkan lengan dengan tubuh: melalui Articulatio sternoclavicularis, dengan
Thorax; dan melalui sendi bahu, dengan anggota gerak (ekstremitas) bebas, yaitu lengan.
Ekstremitas atas dapat dibedakan menjadi:1
1) Lengan atas ( Brachium)
2) Lengan bawah (Antebrachium) dan
3) Tangan (Manus)
2.1.1.2 Titik-titik tulang pada ekstremitas atas sisi kanan yang dapat diraba
Kecuali Os lunatum dan Os trapezoideum, bagian-bagian tertentu pada semua
tulang ekstremitas atas dapat diraba melalui kulit. Untuk mengukur panjang bagian-
bagian lengan yang menggantung (dengan telapak tangan menghadap ke depan),
digunakan titik-titik pengukuran tertentu. Berdasarkan konvensi, pengukuran dilakukan
dengan bantuan titik patokan sbb:1
1) Acromion – Epicondylus lateralis = panjang lengan atas
2) Epicondylus lateralis – Proc.styloideus radii = panjang lengan bawah;
3) Proc.styloideus radii - ujung jari ke-3 = panjang tangan
Pengukuran panjang-panjang bagian itu diperlukan, salah satu contohnya untuk
dapat mengukur dengan pasti dan tepat gangguan-gangguan pertumbuhan yang
mengenai tulang tertentu pada anak-anak.1
Gambar 2.2. Titik-titik tulang pada ekstremitas atas sisi kanan yang dapat diraba
a. dilihat dari ventral; b. dilihat dari dorsal.1
Tulang bahu terdiri dari 2 yaitu Os Clavicula dan Os Scapula. Kedua tulang ini
menghubungkan lengan dengan tubuh yaitu melalui Articulatio Sternoclavicularis yang
dimana menghubungkan facies articularis sternalis pada Os Clavicula dengan Incisura
Clavicularis pada Os Sternum. Lalu melalui Articulatio Acromioclavicularis yang dimana
menghubungkan facies articularis acromialis dari Os Clavicula dengan Acromion dari Os
Scapula.18
Gambar 2.5. Humerus, kanan, ventral.18 Gambar 2.6. Ulna, kanan, ventral.18
Gambar 2.7. Radius, kanan, ventral.18
Bagian lengan dibagi menjadi 2 regio yaitu regio brachii dan antebrachii. Untuk
regio brachii terdapat Os Humerus. Pada bagian proximal, Os Humerus bertemu dengan
Os Scapulae dengan pertemuan antara caput humeri dengan cavitas glenoidalis dan
membentuk articulatio humeri. Di bagian distal akan bertemu dengan dua tulang yaitu Os
Ulna dan Os Radius. Os Humeri akan bertemu dengan Ulna dengan pertemuan antara
trochlea humeri dengan incisura trochlearis dan membentuk articulatio humeroulnaris.
Sementara, os humeri akan bertemu dengan os radialis dengan pertemuan antara
capitulum humeri dengan caput radii dan membentuk articulatio humeroradialis. Kedua
articulatio itu merupakah 2 diantara 3 articulatio pembentuk articulatio cubiti atau siku.
Regio antebrachii terdapat os ulna dan radialis. Dibagian proksimal, os ulna dan
os radialis bertemu melalui pertemuan antara caput radii dengan incisura radialis dan
membentuk articulatio radioulnaris proximal yang merupakan salah satu dari articulatio
cubiti. Dibagian distal kedua tulang bertemu melalui pertemuan antara incisura ulnaris
dengan caput ulnae dan membentuk articulatio radioulnaris distal. Dibagian distal, os
radialis bertemu dengan os carpal memlaui pertemuan antara facies articularis carpalis
dengan os scapoideum dan membentuk articulatio radiocarpalis.
a. Tulang scapula
Skapula ialah tulang pipih segitiga dengan:2
1) Tiga angulus (lateral, superior, inferior)
2) Tiga margo (superior, lateral, medial)
3) Dua facies (costal dan posterior)
4) Tiga processus (acromion, spina, dan processus coracoideus)
b. Tulang clavicula
Merupakan tulang berbentuk lengkung yang menghubungkan lengan atas
dengan batang tubuh. Ujung medial clavicula berartikulasi dengan tulang dada
sedangkan uujung lateral-nya berartikulasi dengan scapula.2
c. Tulang humerus
Pada bagian proximal terdapat caput humeri berbentuk separuh bola,
mengarah kemedial untuk berartikulasi dengan scapula. Pada distal terdapat capitulum
yang bersendi dengan radius dan trochlea bersendi dengan ulna. Terdapat tiga fossa
yaitu fossa radialis, fossa coronoidea dan yang terbesar fossa olecrani.2
d. Tulang ulna
Pada ujung proximal ulna terdapat olecranon dan processus coronoideus. Pada
corpus ulna ada tiga margo yaitu anterior, posterior dan interossea dan tiga facies yaitu,
anterior, posterior dan medialis). Ujung distal ulna kecil dtandai oleh capitulum yang
membulat serta processus styloideus ulnae.2
e. Tulang radius
Pada ujung proximal terdapat capitulum (struktur seperti cakram tebal dengan
orientasi pad bidang hori0ontal), struktur ini bersendi dengan uujung proximal ulna;
collum radii dan tuberositas radii. Pada bagian corpus ad tiga margo yaitu anterior,
posterior dan interossea dan tiga facies yaitu anterior posterior dan interossea. Pada
uujung distal radius lebar dan agak mendatar secara anteroposterior. 2
f. Tulang carpal
Tulang kecil yang disusun dalam "baris yaitu proximal dan distal. Tulang
proximal terdiri dari schapoideum (berbentuk perahu), Lunatum (bulan sabit), triquetum
(segitiga), dan pisiforme (kacang). Dan bagian distal yaitu trapezium (segi tidak
beraturan), trapezoid (sisi), capitatu (memiliki caput), hamatum (memiliki kait).2
g. Tulang metacarpi
Masing-masing tulang metacarpi berhubungan dengan satu digitus seperti
metacarpal 1 berhubungan dengan pollex, metacarpi II sampai IV berhubungan
dengan digitus index, medius, anularis dan minimus.2
h. Tulang phalanges
Tulang ini ialah tulang-tulang digiti
1) Pollex punya dua yaitu phalanx proximal dan distal
2) Digiti lain punya tiga yaitu phalanx proximal, medial dan distal.2
2.1.2 Ekstremitas Bawah
2.1.2.1 Sinopsis skeleton ekstremitas bawah
Gambar 2.8. a. Tungkai kanan, dilihat dari depan; b. Tungkai kanan, dilihat dari
belakang (di kedua perpektif), kaki di plantar fleksi dengan maksimal.1
Skeleton ekstremitas bawah, seperti pada ekstremitas atas, dibedakan antara
gelang panggul (“pelvic girdle”) dan anggota gerak bebas.1
1) Gelang panggul (Cingulum pelvicum/Cingulum membri inferioris):
Pada orang dewasa dibentuk oleh kedua Ossa coxae, berbeda dengan
gelang bahu (”shoulder girdle”), difiksasi dengan kuat ke dalam skeleton sumbu
tubuh melalui sendi iliosakral. Bersama-sama dengan Os sacrum dan Symphysis
pubica, kedua tulang panggul tersebut membentuk apa yang disebut sebagai
rongga pelvis (”pelvic ring”).1
2) Bagian anggota gerak bawah yang bebas (Pars libera membri inferioris):
Terdiri dari paha (Femur), tungkai bawah (Crus) dan kaki (Pes). Bagian ini
terhubung dengan gelang panggul melalui sendi panggul (Art.coxae).1
3) Berdasarkan alasan-alasan filogenetis, istilah yang digunakan pada manusia
dalam kaitannya dengan ekstremitas bawah adalah posterior dan anterior, bukan
“dorsal” dan “ventral”.1
2.1.2.2 Titik-titik tulang ekstremitas bawah yang teraba
Gambar 2.9. Titik-titk tulang ekstremitas bawah yang teraba a. dilihat dari depan;
b. dilihat dari belakang.1
Hampir semua elemen skeleton ekstremitas bawah dapat diraba melalui kulit atau
melalui jaringan lunak tonjolan-tonjolan tulang, kontur pinggir, atau permukaan parsial
tulang-tulang (mis. Facies medialis tibiae). Elemen-elemen tulang tersebut adalah Collum
femoris dan Corpus femoris serta Sebagian besar Corpus fibulae, kecuali struktur, yang
hampir sempurna tertutup oleh otot-otot seperti Articulatio coxae. Sesuai kesepakatan
bersama, digunakan titik-titik pengukuran yang dapat ditentukan dengan baik untuk
pengukuran panjang tungkai dan pengukuran panjang setiap elemen skeleton: Spina
iliaca anterior superior, Trochanter major, celah sendi lutut medial (pinggir atas Condylus
tibia medial) serta Malleolus medialis. Penilaian perbedaan panjang tungkai bermakna
penting secara klinis karena pemendekan tungkai yang “sebenarnya” (perbedaan panjang
tungkai anatomis) dan pemendekan tungkai fungsional (mis., karena kontraktur otot)
dapat menyebabkan pelvis yang miring (“pelvic obliquity/misalignment”) serta skoliosis.1
2.1.2.3 Anatomi tulang ekstremitas bawah
Gambar 2.10. Sendi lutut, kanan, dengan kapsul sendi dan tanpa kapsul sendi.18
Ligamen dari sendi lutut terdiri atas ligamen eksternal yang menopang dari
bagian sendi dan ligamen internal yang terletal di capsula fibrosa. Ligamen eksternal
terdiri dari ligamen patella, retinacula patella medial dan lateral, dan ligamen collateral
tibia dan fibula. Ligamen patella dan retinacula patella merupakan lanjutan tendon dari
muskulus quadriceps femoris. Dibagian medial dan lateral, terdapat ligamen collateral
tibial dan fibular.18
a. Pelvis
Pelvis terdiri dari sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang
pipih. Tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium
terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium
terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-
medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara
pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu
cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya
adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.2
b. Femur
Pada bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal
berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus
yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, yang dihubungkan oleh garis
intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial
untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal
posterior terdapat fossa intercondylar. 2
c. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding
dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana
keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga
facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki
tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi
dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.2
d. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding
dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di
bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan
tulang-tulang tarsal.2
e. Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan di
proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus
(berperan sebagai tulang penyanggah berdiri), talus, cuboid, navicular, dan cuneiform
(1, 2, 3).2
f. Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal
dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat
2 tulang sesamoid.2
g. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari
dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu
jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.2
Capsula Articularis
Serat pada beberapa membrana fibrosa tersusun sebagai berkas sejajar jaringan
ikat teratur padat yang sangat disesuaikan untuk menahan regangan. Kekuatan berkas
serat ini, yang disebut ligamen, adalah salah satu faktor mekanis utama yang menyatukan
tulang dalam sendi synovialis. Ligamen sering dirancang sesuai namanya sendiri-sendiri.
Lapisan dalam capsula articularis, membrana synovialis, terdiri dari jaringan ikat areolar
dengan serat-serat elastik. Di banyak junctura synovialis, membrana synovialis meliputi
tumpukan jaringan adiposa, disebut bantalan lemak artikular. Suatu contoh adalah
bantalan lemak infrapatellar pada lutut.5
2.3.2 Fisiologi
Facies articularis tulang-tulang diliputi oleh selapis tipis cartilago hialin dan
ujungnya dipisahkan oleh rongga sendi. Susunan seperti ini memungkinkan pergerakan
yang luas. Rongga sendi dibatasi oleh membrana synovialis, yang terbentang dari pinggir
facies aticularis yang satu ke facies articularis yang lain. Membrana sinovialis dilindungi
permukaan luarnya oleh membrane fibrosa yang kuat disebut capsula articularis. Facies
articularis mendapatkan pelumas dari cairan kental yang disebut synovia (cairan synovial),
yang dihasilkan oleh membrana synovialis. Pada juncture synovialis tertentu, seperti
articulatio genus, diantara facies arcularisnya terdapat discus atau potongan fibrocartilago,
disebut discus articularis.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Jenis Gerakan dan Rentang Gerak pada Junctura
Synovalis
Facies articularis junctura synovialis saling bersentuhan satu sama lain dan
menentukan jenis dan rentang gerak yang mungkin. Rentang gerak (ROM, range of
motion) menunjukkan rentang, diukur dalam derajat lingkaran yang dapat dilalui gerakan
tulang suatu sendi. Faktor berikut berperan untuk menjaga facies articularis dalam
bersentuhan dan mempengaruhi rentang gerak:10
1. Struktur atau bentuk tulang yang bersendi
Struktur atau bentuk tulang yang bersendi menentukan seberapa erat
kesesuaian bersama antartulang. Facies articularis beberapa tulang memiliki
hubungan yang komplementer. Hubungan spasial ini sangat jelas pada articulatio
coxae, tempat caput femoris bersendi dengan acetabulum coxae, tempat kaput femoris
bersendi dengan acetabulum os coxae. Kecocokan yang saling mengikat
memungkinkan gerakan rotasional.
2. Kekuatan dan ketegangan ligamen sendi
Komponen yang berbeda ada pada capsula fibrosa menegang hanya ketika
sendi berada pada posisi tertentu. Ligamen tegang tidak hanya membatasi rentang
gerak, tetapi juga mengarahkan gerakan tulang yang bersendi ke tulang lain. Pada
articulatio genus, misalnya, ligamentum cruciatum anterius menjadi tegang dan
ligamentum cruciatum posterius menjadi longgar bila lutut diluruskan, dan
kebalikannya terjadi bila lutut dibengkokkan. Pada articulatio coxae, ligamentum
tertentu menjadi tegang ketika berdiri dan melekatkan caput femoris ke acetabulum
lebih kuat.
3. Susunan dan tegangan otot
Tegangan otot memperkuat pembatasan (restraint) pada sendi melalui
ligamennya sehingga membatasi gerakan. Contoh yang baik dari efek tegangan otot
pada sendi terlihat pada articulatio coxae. Ketika paha fleksii dengan lutut ekstensi,
fleksi articulatio coxae dibatasi oleh tegangan otot hamstring pada permukaan posterior
paha sehingga sebagian besar dari kita tidak dapat mengangkat tungkai yang lurus
lebih dari 90 derajat dari lantai. Namun, jika lutut juga difleksikan, tegangan pada otot
hamstring berkurang, dan paha dapat diangkat lebih jauh lagi, memungkinkan Anda
mengangkat paha anda menyentuh dada.
4. Kontak pada bagian-bagian lunak
Titik tempat suatu permukaan tubuh saling bersentuhan dapat membatasi
mobilitas. Misalnya, jika anda membengkokkan lengan pada siku, lengan tidak dapat
bergerak lebih jauh lagi setelah permukaan anterior lengan bawah
bertemu dengan dan menekan muskulus biceps brachii. Gerakan sendi juga dapat
dibatasi oleh adanya jaringan adiposa.
5. Hormon
Fleksibilitas sendi juga dapat dipengaruhi hormon. Misalnya, relaksin, hormon
yang dihasilkan oleh plasenta dan ovarium, meningkatkan fleksibilitas fibrokartilago
simfisis pubis dan melonggarkan ligamen diantara sacrum, os coxae, dan coccygis
menuju Akhir kehamilan. Perubahan-perubahan ini memungkinkan pengembangan
apertura pelvis inferior, yang membantu kelahiran bayi.
6. Tidak digunakan
Gerakan sendi dapat terbatas jika sendi tidak digunakan untuk waktu yang
lama. Misalnya, jika articulatio cubiti diimobilisasi dengan gips, rentang gerak pada
sendi mungkin terbatas untuk suatu waktu setelah gips dilepas. Tidak digunakan juga
dapat menyebabkan pengurangan jumlah cairan synovial, berkurangnya fleksibilitas
ligamen dan tendon serta atrofi otot, pengurangan ukuran dan pengurusan otot. 10
Tes Palpasi untuk Efusi Sendi Lutut menerapkan tiga tes untuk mendeteksi cairan
di sendi lutut: tanda penonjolan (bulge sign), tanda balon (balloon sign), dan ballotement
patela.12
Berdasarkan aspek biomekanik, perbedaan nyeri tungkai akibat berdiri statis dan
dinamis diakibatkan oleh peregangan otot. Nyeri tungkai bawah diakibatkan oleh
peregangan pada otot medial dan lateral gastrocnemius, peroneals, dan tibialis anterior
akibat berdiri statis. Peregangan otot menyebabkan aliran darah menjadi terhambat.
Apabila hal tersebut ditambah dengan pengaruh gravitasi bumi yang menyebabkan
gangguan aliran darah ke jantung, dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri tungkai lebih
sering ditemukan pada postur berdiri statis karena peregangan otot yang lebih sulit untuk
dilakukan. Nyeri tungkai bawah lebih banyak dirasakan pada kedua kaki (65%)
dikarenakan foot-rest pada tempat kerja yang tidak bisa dimanfaatkan. Akibatnya, tidak
terdapat kesempatan untuk mengistirahatkan kaki secara bergantian.14
2.7 Osteoarthritis
2.7.1 Definisi
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang kartilago sendinya
secara bertahap hilang. Osteoarthritis disebabkan oleh kombinasi penuaan, obesitas,
iritasi sendi, kelemahan otot, dan aus serta abrasi. Sering dikenal sebagai artritis “aus dan
robek”, osteoarthritis merupakan jenis artritis yang paling sering terjadi. 5
2.7.2 Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua
per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan
70,5% pada wanita. Seiring bertambahnya jumlah kelahiran yang mencapai usia
pertengahan dan obesitas serta peningkatannya dalam populasi masyarakat
osteoarthritis akan berdampak lebih buruk di kemudian hari. Karena sifatnya yang kronik
progresif, osteoarthritis berdampak sosio ekonomik yang besar di Negara maju dan di
Negara berkembang.15
2.7.3 Etiologi
Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matriks yang
berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan
dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi
permukan artikuler pada OA tidak bersifat progresif, dan kecepatan degenerasi sendi
bergantung pada tiap individu dan sendi.19
2.7.4 Patogenesis
Dua keluarga enzim yang penting dalam degradasi matriks, baik dalam tulang
rawan yang sehat ataupun pada osteoarthritis adalah metaloproteinase dan
aggrecanases. Metaloproteinase (stromelysin, collagenase, gelatinase) akan memecah
kolagen, gelatin, dan komponen protein lain dari matriks. Enzim ini disekresi oleh sinovial
sel dan khondrosit. Aggrecanases (ADAMTS) akan dasi aggrecan. Peningkatan
degradasi aggrecans oleh enzimn adalah salah satu indikasi dari osteoarthritis awal, dan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hilangnya struktur tulang rawan dan
fungsi.17,21,22
Pada tulang rawan yang sehat, aktivitas degradasi enzim diseimbangkan dan
diregulasi oleh faktor pertumbuhan dan inhibitor degradasi enzim. Faktor pertumbuhan ini
menginduksi khondrosit untuk mensistesis DNA dan protein seperti kolagen dan
proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah insulin-like growth factor
(IGF-1), growth hormone, transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating
factors (CSFs). Tetapi pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap efek
IGF-1. Tissue inhibitor of metalloproteinase (TIMP) dan plasminogen activator inhibitor
(PAI-1) adalah inhibitor-inhibitor enzim yang berfungsi untuk mendegradasi collagenase
dan aggrecanase.17,21
Nyeri pada lutut dapat berkembang secra perlahan dan paling sering memburuk
seiring waktu, atau rasa nyerinya juga dapat langsung terasa dengan onset yang cepat.
Rasa nyeri dan kekakuan di saat pagi, setelah duduk, ataupun setelah istirahat dalam
waktu lama sering terjadi. Seiring waktu rasa nyeri dapat terjadi lebih sering, termasuk
selama istirahat dan di malam hari. Biasanya, rasa nyeri muncul langsung setelah
melakukan aktivitas yang berat. Nyeri sendi dan kekakuan setelah duduk atau istirahat
yang lama biasanya mereda dalam waktu kurang dari 30 menit.26
2.7.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Dari anamnesis, pasien biasanya akan mengeluhkan gejala sebagai berikut
sebagai tanda dari serangan osteoartritis: 17,21,22
1) Persendiaan terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan. Pada mulanya hanya terjadi
pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan bertambah buruk dan menimbulkan rasa sakit
setiap melakuka gerakan tertentu, terutama pada waktu menopang berat badan,
namun bisa membaik bila diistirahatkan. Pada beberapa pasien, nyeri sendi dapat
timbul setelah istirahat lama, misalnya duduk dikursi atau di jok mobil dalam
perjalanan jauh. Kaku sendi pada OA tidak lebih dari 15-30 menit dan timbul istirahat
beberapa saat misalnya setelah bangun tidur.
2) Adanya pembengkakan/peradangan pada persendiaan. Pembengkakan bisa pada
salah satu tulang sendi atau lebih. Hal ini disebabkan karena reaksi radang yang
menyebabkan pengumpulan cairan dalam ruang sendi, biasanya teraba panas tanpa
ada kemerahan.
3) Nyeri sendi terus-menerus atau hilang timbul, terutama apabila bergerak atau
menanggung beban.
4) Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.
5) Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendiaan
6) Kesulitan menggunakan persendiaan
7) Bunyi pada setiap persendiaan (krepitus). Gejala ini tidak menimbulkan rasa nyeri,
hanya rasa tidak nyaman pada setiap persendiaan (umumnya tulang lutut).
8) Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang rawan yang semakin rusak, tulang
mulai berubah bentuk dan meradang, menimbulakan rasa sakit yang amat sangat.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dari osteoartritis dapat ditemukan ketegangan lokal dan
pembengkakan jaringan tulang atau jaringan lunak. Krepitus tulang (sensasi tulang
bergesekan dengan tulang, yang ditimbulkan gerakan sendi) merupakan karakteristik
osteoartritis. Pada perabaan dapat dirasakan peningkatan suhu pada sendi. Otot-otot
sekitar sendi yang atrofi dapat terjadi karena tidak digunakan atau karena hambatan reflek
dari kontraksi otot. Pada tingkat lanjut osteoartritis, dapat terjadi deformitas berat (misal
pada osteoartritis lutut, kaki menjadi berbentuk O atau X), hipertrofi (pembesaran) tulang,
subluksasi, dan kehilangan pergerakan sendi (Range of Motion, ROM). Pada saat
melakukan gerakan aktif atau digerakkan secara pasif. Adapun predileksi osteoartritis
adalah pada sendi-sendi tertentu seperti carpometacarpal I, matatarsophalangeal I, sendi
apofiseal tulang belakang, lutut (tersering) dan paha.17,21,22
1. Terapi non-farmakologis
a) Edukasi atau penjelasan kepada pasien
Hal ini perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta memahami tetang
penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah,
dan agar persediannya tetap terpakai.27
Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai
dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit, Penurunan berat badan, Berat
badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat osteoartritis. Oleh karena itu,
berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan
penurunan berat badan apabila berat badan berlebih.27
2. Terapi farmakologis
Karena tujuan utama terapi ini untuk mengurangi nyeri secara efektif dengan
toksisitas yang rendah, obat topikal sering digunakan sebelum medikasi oral. Di Amerika
Serikat, krim capsaicin terbukti ampuh dalam penanganan nyeri OA yang bekerja lokal
dengan deplesi neurotransmiter substansi P. Ketika menggunakan obat topikal atau
hasilnya kurang baik, analgesik murni biasanya dibutuhkan.Asetaminofen adalah terapi
farmakologi ssistemik pertama yang direkomendasikan untuk OA lutut dan pinggul oleh
The American College of Rheumatology, European League Against Rheumatism,
American Academy of Orthopaedic Surgeons dan organisasi lainnya. Sejumlah besar
literatur yang membandingkan asetaminofen dengan plasebo dan dengan NSAID pada
jangka lama menunjukkan asetaminofen inferior terhadap NSAID dan secara klinis tidak
superior terhadap plasebo untuk mengurangi nyeri OA dalam jangka panjang. Analgesik
murni lainnya telah efektif yaitu tramadol, analgesik yang bekerja di sentral, dan analgesik
opioid. Namun, keduanya memiliki insidensi yang tinggi terhadap efek samping yang tidak
bisa ditoleransi.27
Meski ada kekhawatiran terhadap keamanan dan publisitas terbaru tentang risiko
kardiovaskular, NSAID dan inhibitor siklo-oksigenase-2(COX-2) tetap menjadi terapi OA;
obat ini adalah satu-satunya obat yang secara konsisten telah menunjukkan efek
mengurangi nyeri OA dalam jangka panjang. Glukosamin maupun kondroitin sulfat tidak
ada yang lebih baik dibandingkan plasebo, COX-2 meringankan nyeri lebih baik dalam 2
tahun. Pemilihan dalam menggunakan NSAID untuk OA harus didasarkan pada beberapa
faktor, seperti kecocokan dosis, kenyamanan dokter dan pasien, dan harga. Ketika NSAID
digunakan pada pasien risiko kejadian gastrointestinalnya meningkat, dapat ditambahkan
proton pumpinhibitor atau misoprositol.27
a. Hialuronan
Injeksi intra-artikular hialuronan ditujukan sebagai suplementasi viskous karena
dimaksudkan untuk meningkatkan viskositas cairan sinovial pada OA untuk
mengembalikan keadaan mendekati normal. Namun, karena waktu paruh hialuronan
secara in vivo pendek, efek mengurangi nyerinya mungkin hasil dari mekanisme yang
dihubungkan dengan nonviskositas. Beberapa hialuronan tersedia untuk penggunaan
pada OA lutut. Masing-masing telah bermanfaat mengurangi rasa nyeri yang
merupakan hasil dari penggunaan obat ini dalam 6 bulan atau lebih lama. Meskipun
kontroversi tetap ada mengenai batasan pengurangan rasa nyeri yang merupakan
hasil penggunaan obat ini, agak aman dan ditoleransi baik.27
b. Operasi
Pasien dengan gejala tidak terkontrol secara adekuat dengan terapi medis dan
dengan derajat sedang sampai berat dan gangguan fungsional harus dipertimbangkan
menjalani operasi, terutama pada lutut atau pinggul yang sendinya bergejala. Implan
modern mengurangi nyeri dan telah terbukti dapat tahan lama dan memeperbaiki
fungsional.
5. Terapi Okupasi
Hal ini sering digunakan unutk pasien yang mengalami arthritis inflamasi untuk
menyedia-kan penilaian yang dapat membantu aktivitas sehari-hari, berguna pada OA.
Terapi okupasi dapat menilai kemampuan fungsional pasien, menyediakan peralatan
yang dapat membantu sesuai kebutuhan dan mengajarkan cara melindungi sendi dan
kemampuan menjaga energi. Fisioterapist akan menilai kekuatan otot, stabilitas sendi dan
keterbatasan fungsi: memberikan rekomendasi penggunaan berbagai modalitas, seperti
pemanasan, memberikan program latihan untuk mempertahankan atau memperbaiki luas
gerak sendi.meningkatkan kekuatan otot dan menyarankan penggunaan alat bantu
seperti cane, crutches, walker untuk meningkatkan mobilitas.27
Pendekatan terbaru pada terapi osteoarthritis (OA) terus dicari termasuk usaha
untuk mengenali Disease Modifying OA drugs (DMOADs), teknik memperbaiki jaringan
untuk rekonstitusi kartilgo dan jaringan sendi, sasaran terapi DMOAD termasuk langkah
pada jalur degradasi kartilago dan pada remodelling tulang yang terkena OA, beragam
inhibitor aggrecanase dan protease terlibat pada degradasi tahap awal matriks kartilago
pada segala tingkatan perkembangan. Chondroprotective Agent adalah obatobatan yang
dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien osteoartritis,
sebagaimana penelitian menggolongkan obat-obatan ini dalam Slow Acting Osteoarthritis
Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Drugs (DMOADs). Obat-obatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah: asam hialuronat, konroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide dismutase dan sebagainya. 27
Septic arthritis adalah peradangan sendi akibat infeksi, biasanya bakteri, tetapi
kadang-kadang jamur, mikobakteri, virus, atau patogen lain yang tidak umum. Septic
arthritis merupakan salah satu diagnosis kasus arthritis akut monoartikuler. Kegagalan
memberikan terapi antibiotik yang tepat dalam 24 sampai 48 jam dapat menyebabkan
kerusakan tulang subkondral dan disfungsi sendi menetap. Diagnosis disertai
penanganan dini yang tepat diharapkan dapat menurunkan kehilangan fungsi sendi yang
permanen.28,29
2.8.2 Etiologi
a. Etiologi pada anak-anak
Artritis atau radang sendi memiliki banyak etiologi pada kelompok usia anak.
Staphylococcus aureus adalah patogen bakteri yang paling umum dijumpai. Beberapa
patogen penyebab septic arthritis dikaitkan dengan kelompok usia tertentu dan kondisi
medis yang mendasarinya. Kingella kingae adalah bakteri gram negatif penyebab septic
arthritis yang umum pada anak-anak dibawah usia 2-3 tahun. Grup B Streptococcus,
Staphylococcus aureus, Neisseria gonorrhea, dan basil gram negatif sering ditemukan
pada neonatus.30
b. Etiologi pada orang dewasa
Infeksi sendi polimikroba terjadi pada sekitar 5% pasien akibat trauma atau infeksi
perut. Infeksi sendi sternoklavikularis dan sakroiliaka sering terjadi pada pasien
penyalahgunaan obat IV dan biasanya melibatkan serratia dan pseudomonas. Orang
dengan leukemia sangat rentan terhadap infeksi Aeromonas. Sendi yang sebelumnya
rusak terutama pada penderita rheumatoid arthritis sangat mudah terkena infeksi.
Organisme merusak tulang rawan artikular di sepanjang tepi lateral sendi. Efusi sering
terjadi dan sering dikaitkan dengan nyeri.30
2.8.3 Diagosis
a. Anamnesis
Keluhan septic arthritis berupa keluhan lokal dan sistemik. Gejala klasik adalah
demam dan nyeri lokal pada sendi yang terinfeksi. Demam merupakan gejala sistemik
paling sering pada 60-80% kasus, biasanya ringan; demam tinggi lebih dari 39 oC pada
30-40% kasus. Nyeri pada septic arthritis berupa nyeri berat terus-menerus saat istirahat
ataupun gerakan aktif. Nyeri lokal sendi disertai tanda-tanda peradangan (tumor, kalor,
dolor, rubor, functio laesa).
Evaluasi teliti meliputi anamnesis detail mencakup faktor risiko (Tabel 2.1), faktor
predisposisi, mencari sumber bakteremia transien ataupun menetap (infeksi kulit,
pneumonia, infeksi saluran kemih, tindakan invasif, pemakai obat suntik, dll) atau trauma
sendi mengingat patogenesis penyakit ini dapat melalui penyebaran lokal, inokulasi
langsung, ataupun hematogen.29,31
Tabel 2.1. Faktor risiko septic arthritis.29
b. Pemeriksaan Fisik
Gejala klasik artritis septik adalah demam yang mendadak, malaise, nyeri lokal
pada sendi yang terinfeksi, pembengkakan sendi, dan penurunan kemampuan ruang
lingkup gerak sendi. Sejumlah pasien hanya mengeluh demam ringan saja. Demam
dilaporkan 60-80% kasus, biasanya demam ringan, dan demam tinggi terjadi pada 30-40%
kasus sampai lebih dari 390C.Nyeri pada artritis septik khasnya adalah nyeri berat
danterjadi saat istirahat maupun dengan gerakan aktif maupun pasif.
Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering terkena pada dewasa maupun
anak-anak berkisar 45%-56%, diikuti oleh sendi panggul 16-38%. Artritis septik
poliartikular, yang khasnya melibatkan dua atau tiga sendi terjadi pada 10%-20% kasus
dan sering dihubungkan dengan artritis reumatoid. Bila terjadi demam dan flare pada
artritis reumatoid maka perlu dipikirkan kemungkinan artritis septik.
Aspirasi cairan sendi harus dilakukan segera bila kecurigaan terhadap artritis
septik, bila sulit dijangkau seperti pada sendi panggul dan bahu maka gunakan alat
pemandu radiologi. Cairan sendi tampak keruh, atau purulen, leukosit cairan sendi lebih
dari 50.000 sel/mm3 predominan PMN, sering mencapai 75%-80%. Pada penderita
dengan malignansi, mendapatkan terapi kortikosteroid, dan pemakai obat suntik sering
dengan leukosit kurang dari 30.000 sel/mm 3. Leukosit cairan sendi yang lebih dari 50.000
sel/mm3 juga terjadi pada inflamasi akibat penumpukan kristal atau inflamasi lainnya
seperti artritis rheumatoid. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan cairan sendi dengan
menggunakan mikroskop cahaya terpolarisasi untuk mencari adanya kristal.
Ditemukannya kristal pada cairan sendi juga tidak menyingkirkan adanya artritis septik
yang terjadi bersamaan.35,36
Pengecatan gram cairan sinovial harus dilakukan, dan menunjukkan hasil positif
pada 75% kasus artritis positif kultur stafilokokus dan 50% pada artritis positif kultur basil
gram negatif. Pengecatan gram ini dapat menuntun dalam terapi antibiotika awal sambil
menunggu hasil kultur dan tessensitivitas. Kultur cairan sendi dilakukan terhadap kuman
aerobik, anaerobik, dan bila ada indikasi untuk jamur dan mikobakterium. Kultur cairan
sinovial positif pada 90% pada artritis septik nongonokokal.37,38
d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan lain yang digunakan pada artritis septik dimana sendi sulit dievaluasi
secara klinik atau untuk menentukan luasnya tulang dan jaringan mengalami infeksi yaitu
mengunakan CT, MRI, atau radio nuklead.43
Diagnosis klinis artritis septik bila ditemukan adanya sendi yang mengalami nyeri,
pembengkakan, hangat disertai demam yang terjadi secara akut disertai dengan
pemeriksaan cairan sendi dengan jumlah lekosit >50.000 sel/mm 3 dan dipastikan dengan
ditemukannya kuman patogen dalam cairan sendi.35
2.9 Gout
2.9.1 Definisi
Gout adalah peradangan sendi yang terjadi akibat deposit monosodium urat pada
persendian, cairan ekstraseluler, kartilago, tendon dan bursa sehingga penyakit ini sering
dikenal dengan arthritis gout. Gout ditandai dengan peradangan berulang yang biasanya
terjadi pada sendi metatarsal jari pertama, tumit kaki, sendi lutut, dan sendi siku.52,53,54
2.9.2 Etiologi
Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi, obesitas,
konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat lebih tinggi daripada
wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis
gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun
angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60
tahun. Prevalensi artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan
mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun.
Obesitas dan indeks massa tubuh berkontribusi secara signifikan dengan resiko
artritis gout. Resiko artritis gout sangat rendah untuk pria dengan indeks massa tubuh
antara 21 dan 22 tetapi meningkat tiga kali lipat untuk pria yang indeks massa tubuh 35
atau lebih besar. Obesitas berkaitan dengan terjadinya resistensi insulin. Insulin diduga
meningkatkan reabsorpsi asam urat pada ginjal melalui urate anion exchanger
transporter-1 (URAT1) atau melalui sodium dependent anion cotransporter pada brush
border yang terletak pada membran ginjal bagian tubulus proksimal. Dengan adanya
resistensi insulin akan mengakibatkan gangguan pada proses fosforilasi oksidatif
sehingga kadar adenosin tubuh meningkat. Peningkatan konsentrasi adenosin
mengakibatkan terjadinya retensi sodium, asam urat dan air oleh ginjal.55
Konsumsi tinggi alkohol dan diet kaya daging serta makanan laut (terutama kerang
dan beberapa ikan laut lain) meningkatkan resiko artritis gout. Sayuran yang banyak
mengandung purin, yang sebelumnya dieliminasi dalam diet rendah purin, tidak
ditemukan memiliki hubungan terjadinya hiperurisemia dan tidak meningkatkan resiko
artritis gout. Mekanisme biologi yang menjelaskan hubungan antara konsumsi alkohol
dengan resiko terjadinya serangan gout yakni, alkohol dapat mempercepat proses
pemecahan adenosin trifosfat dan produksi asam urat. Metabolisme etanol menjadi acetyl
CoA menjadi adenin nukleotida meningkatkan terbentuknya adenosin monofosfat yang
merupakan prekursor pembentuk asam urat. Alkohol juga dapat meningkatkan asam
laktat pada darah yang menghambat eksresi asam urat. Alasan lain yang menjelaskan
hubungan alkohol dengan artritis gout adalah alkohol memiliki kandungan purin yang
tinggi sehingga mengakibatkan over produksi asam urat dalam tubuh.
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Dalam keadaan
normalnya, 90% dari hasil metabolit nukleotida adenine, guanine, dan hipoxantin akan
digunakan kembali sehingga akan terbentuk kembali masing-masing menjadi adenosine
monophosphate (AMP), inosine monophosphate (IMP), dan guanine monophosphate
(GMP) oleh adenine phosphoribosyl transferase (APRT) dan hipoxantin guanine
phosphoribosyl transferase (HGPRT). Hanya sisanya yang akan diubah menjadi xantin
dan selanjutnya akan diubah menjadi asam urat oleh enzim xantin oksidase.55
2.9.3 Diagnosis
Diagnosis artritis gout dilakukan sesuai dengan kriteria dari The American College
of Rheumatology (ACR) yaitu terdapat kristal urat dalam cairan sendi atau tofus dan/atau
bila ditemukan 6 dari 12 kriteria yaitu, Inflamasi maksimum pada hari pertama, serangan
akut lebih dari satu kali, artritis monoartikuler, sendi yang terkena berwarna kemerahan,
pembengkakan dan nyeri pada sendi metatarsofalangeal, serangan pada sendi
metatarsofalangeal unilateral, adanya tofus, hiperurisemia, pada foto sinar-X tampak
pembengkakan sendi asimetris dan kista subkortikal tanpa erosi, dan kultur bakteri cairan
sendi negatif.56
Sedangkan menurut Fauci et al, diagnosis artritis gout meliputi kriteria analisis
cairan sinovial, terdapat kristal-kristal asam urat berbentuk jarum baik di cairan
eksraseluler maupun intraseluler, asam urat serum, asam urat urin, ekskresi >800 mg/dl
dalam diet normal tanpa pengaruh obat, yang menunjukkan overproduksi, skrining untuk
menemukan faktor resiko, seperti urinalisis, serum kreatinin, tes fungsi hati, kadar glukosa
dan lemak, dan hitung darah lengkap, jika terbukti karena overproduksi, konsentrasi
eritrosit hypoxantine guanine phosporibosyl transferase (HGPRT) dan 5-phosphoribosyl-
1-pyrophosphate (PRPP) terbukti meningkat, foto sinar-X, menunjukkan perubahan kistik,
erosi dengan garis tepi bersklerosi pada artritis gout kronis.56
Artritis gout memiliki diagnosis banding seperti artritis septik, psoriasis, calcium
pyrophosphate deposition disease (CPPD), dan artritis rematik. Untuk diagnosis definitif
artritis gout dikonfirmasikan dengan analisis cairan sendi dimana pada penderita artritis
gout mengandung monosodium urat yang negatif birefringent (refraktif ganda) yang juga
ditelan oleh neutrofil (dilihat dengan mikroskop sinar terpolarisasi). Analisis cairan sinovial
dan kultur sangat penting untuk membedakan artritis septik dengan artritis gout. Artritis
gout cenderung tidak simetris dan faktor reumatoid negatif, sedangkan pada artritis
rematik cenderung terjadi simetris dan lebih dari 60% kasus memiliki faktor reumatoid
positif. Hiperurisemia juga sering terjadi pada penderita psoriasis dan adanya lesi kulit
membedakan kasus ini dengan artritis gout.56
Gambar 2.23. Tangan pasien yang memasuki stadium gout tahap lanjut.57
2.9.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat menunjukan:59
1) Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
2) Tofi dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.
3) Laporan episode serangan gout
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi. 59
2) Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm 3 selama seranga
nakut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000–10.000/mm3.59
3) Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat
dipersendian.59
4) Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan
asamurat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di
dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat.
Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien
dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua
urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin
normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada
waktu itu diindikasikan.59
5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
materialaspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam,
memberikan diagnosis definitif gout.59
6) Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang
progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah
sinavial sendi.59
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan “itis”
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada sendi. Arthritis
Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun, keadaan sistem imun tubuh menyerang
jaringannya sendiri, pada kasus ini, kartilago dan lapisannya sendiri. Sehingga ditandai
dengan peradangan sendi, yang menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan hilangnya
fungsi.10,61
2.10.2 Etiologi
a. Genetik
Berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka kepekaan
dan ekspresi penyakit sebesar 60%.62
b. Hormon Sex
Perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental Corticotraonin Releasing
Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat
penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada
respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon
TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini.62
c. Faktor Infeksi
Beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host) dan
merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit RA.62
d. Faktor Lingkungan
Salah satu contohnya adalah merokok dan aktifitas yang berat sehari-harinya.63
2.10.3 Diagnosis
Selama ini diagnosis AR memakai kriteria ACR tahun 1987 dengan sensitivitas
77-95 % dan spesifitas 85-98%. Tapi kriteria ini mulai dipertanyakan kesahihannya dalam
mendiagnosis AR dini sehingga dipandang perlu untuk menyusun kriteria baru yang
tingkat kesahihannya lebih baik. Saat ini diagnosis AR di Indonesia mengacu pada kriteria
diagnosis menurut American College of Rheumatology/European League Against
Rheumatism 2010, yaitu:60
Terkenanya sendi adalah adanya bengkak atau nyeri sendi pada pemeriksaan
yang dapat didukung oleh adanya bukti sinovitis secara pencitraan. Sendi DIP, CMC I,
dan MTP I tidak termasuk dalam kriteria. Penggolongan distribusi sendi diklasifikasikan
berdasarkan lokasi dan jumlah sendi yang terkena, dengan penematan kedalam kategori
yang tertinggi yang dapat dimungkinkan. Sendi besar adalah bahu, siku, lutut, pangkal
paha dan pergelangan kaki. Sendi kecil adalah MCP, PIP, MTP II-V, IP ibu jari dan
pergelangan tangan.60
Hasil laboratorium negatif adalah nilai yang kurang atau sama dengan batas atas
ambang batas normal; positif rendah adalah nilai yang lebih tinggi dari batas atas normal
tapi sama atau kurang dari 3 kali nilai tersebut; positif tinggi adalah nilai yang lebih tinggi
dari 3 kali batas atas. Jika RF hanya diketahui positif atau negatif, maka positif harus
dianggap sebagai positif rendah.
Lamanya sakit adalah keluhan pasien tentang lamanya keluhan atau tanda
sinovitis (nyeri, bengkak atau nyeri pada perabaan). Dalam menegakkan diagnosis AR
sangatlah penting untuk mengelompokkannya berdasarkan waktu dimana dikatakan
recent onset jika sudah menderita kurang dari 2 tahun.60
Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau bulan.
Sering pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan tersebut dapat
berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar sendi.65
1) Keluhan umum Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan
menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2) Kelainan sendi Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan
tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi
siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki. Kelainan tulang belakang
terbatas pada leher. Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan
dan nyeri sendi.
3) Kelainan diluar sendi
a. Kulit: nodul subukutan (nodul rematoid)
b. Jantung: kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun 40% pada
autopsi RA didapatkan kelainan perikard
c. Paru: kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan kelainan pleura
(efusi pleura, nodul subpleura)
d. Saraf: berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering terjadi berupa
keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop
e. Mata: terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa kekeringan mata,
skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans
f. Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali, limpadenopati,
anemia, trombositopeni, dan neutropenia.65
Diagnosis ditegakkan melalui gejala dan pemeriksaan fisik oleh dokter, seperti
rasa panas, bengkak, dan nyeri pada sendi yang terlibat, pemeriksaan fisik juga berguna
memeriksa refleks dan kekuatan otot.66
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
2) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3) Kista tulang
4) Osteofit pada pinggir sendi
5) Perubahan struktur anatomi sendi.