Anda di halaman 1dari 101

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 2
1. Mengapa Modul ini Ditulis? 2
2. Untuk Siapa Modul Ditulis? 2
3. Cara Pandang terhadap Pelatihan 3
4. Agenda Program dan Kajian Pelatihan 3
5. Bagaimana Sistematika Modul? 4
6. Metode 4
7. Fasilitator
8. Panduan Teknis Penggunaan Modul 5

MATRIK SILABUS PELATIHAN 6

MODUL
BAGIAN PERTAMA : ORIENTASI PELATIHAN 7
Sesi 1 Pengenalan Diri 8
Sesi 2 Membangun Suasana latihan 10
Sesi 3 Kontrak Belajar 12

JADWAL PELATIHAN CBDRMNU 15


BAGAN ALIR PROSES PELATIHAN 16

BAGIAN KEDUA: Bencana & Penanggulangannya 17


Sesi 4 Apa Itu Bencana 18
Sesi 5 Perspektif Islam Tentang Bencana 24
Sesi 6 Mengurangi Resiko Bahaya Gempa Bumi 28
Sesi 7 Mengurangi Resiko Bahaya Letusan Gunung Berapi 33
Sesi 8 Mengurangi Resiko Bahaya Tsunami 38
Sesi 9 Mengurangi Resiko Bahaya Banjir 42
Sesi 10 Mengurangi Resiko Bahaya Kebakaran 46
Sesi 11 Mengurangi Resiko Bahaya Tanah Longsor 51
Sesi 12 Mengurangi Resiko Bahaya Angin Puting Beliung 54

BAGIAN KETIGA: Mengelola Resiko Bencana 56


Sesi 13 Pengalaman NU & Pesantren Dalam Pengelolaan Bencana 57
Sesi 14 Mengelola Bencana Berbasis Masyarakat 59
Sesi 15 Mengkaji Bahaya, Kerentanan dan Kapasitas 56
dan Bagaimana Mengurangi Resiko Bahaya Berbasiskan Masyarakat 62

BAGIAN KEEMPAT: Pengorganisasian Masyarakat 76


Modul 1
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 15 Pengorganisasian Masyarakat & Teknik-tekniknya 77
Sesi 16 Tindak Lanjut Paska Pelatihan 82

Lampiran Permainan
KAMUS ISTILAH 89
REFERENSI 92

PENDAHULUAN
Modul 2
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
1. Mengapa Modul Ini Ditulis?

Modul CBDRM NU ini merupakan bagian dari aktivitas program Penanganan Bencana Berbasis
Masyarakat yang dilakukan PMU CDBRM NU. Buku ini merupakan pegangan praktis bagi
penyelenggaraan pelatihan CBDRM di lingkungan pesantren dan warga NU. Di dalamnya
terkandung harapan agar santri atau komunitas NU memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
lebih meningkat dalam pengelolaan bencana alam berbasis masyarakat di lingkungannya.

Mengapa modul ini ditulis? Pertama, secara umum letak geografis dan geologis negeri ini
terletak di daerah yang rentan terhadap bencana alam. Dari 33 provinsi, 25 provinsi diidentifikasi
sebagai daerah rawan bencana. Daerah gempa menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia,
mulai dari ujung Sumatera bagian utara sampai dengan bagian utara Pulau Papua. Sudah pasti,
dengan posisi itu, kerentanan terhadap ancaman bencana sangat tinggi. Tak ada jalan lain,
kecuali selalu bersiap siaga mengantisipasi terjadinya bencana.

Kedua, warga NU sebagian besar hidup dalam wilayah rentan ancaman bencana dan selalu
bergulat dengan ancaman bahaya. Harus diakui, keterlibatan warga NU dalam menangani
bencana belum bersifat integratif satu sama lain dan cenderung masih parsial. Meskipun
demikian, warga NU memiliki semangat yang tinggi dan solidaritas yang kuat. Dengan bekal
ketrampilan serta pengetahuan kebencanaan, warga NU akan lebih mampu terlibat dan
terorganisir dalam setiap upaya untuk mencegah dan menangani ancaman bahaya.

Ketiga, pengalaman warna NU dan atau masyarakat di berbagai daerah untuk hidup bersama
dengan berbagai jenis dan tipe bencana merupakan lesson learnt atau media pembelajaran bagi
semua pihak untuk terus berusaha mengurangi resiko atau dampak akibat bencana. Secara
perlahan-lahan, akan muncul semangat dan perubahan paradigma dari masyarakat korban
bencana, yaitu dari paradigma korban menjadi penyelamat. Hal ini tentunya bukan persoalan
yang mudah dan dapat cepat dicapai. Dibutuhkan keseriusan untuk belajar dan melatih diri terus-
menerus meningkatkan kemampuan dalam menghadapi bencana.

Dengan demikian, jelas bahwa arah yang hendak dicapai bersifat jangka panjang. Kelak
masyarakat memiliki kemampuan untuk bisa bertahan hidup dan beradaptasi di tengah-tengah
ancaman resiko bencana. Secara mandiri mampu mengurangi resiko bencana atau bahkan
menjadi penyelamat di lingkungannya.

2. Untuk Siapa Modul Ditulis?

Modul ini digunakan sebagai pegangan fasilitator dalam pelatihan Penanggulangan Resiko
Bencana Berbasis Komunitas – Nahdlatul Ulama (CBDRM-NU), seperti pesantren dan komunitas
NU lainnya. Namun demikian, modul ini juga dapat digunakan oleh komunitas lain yang ingin
mengembangkan pelatihan pengelolaan bencana berbasis masyarakat.
Modul 3
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Modul ini diharapkan akan melahirkan fasilitator dan organiser NU di tingkat pesantren dan
masyarakat disekitarnya.

3. Cara Pandang Terhadap Pelatihan

Untuk membantu fasilitator mengembangkan pelatihan secara efektif, ada beberapa hal yang
penting untuk menjadi perhatian dan harus dijelaskan di sini. Modul ini dirancang untuk belajar
dari pengalaman. Jadi, pengalaman dan apa yang dimiliki masyarakat baik pengetahuan,
‘keyakinan’ maupun ketrampilan digunakan sebagai bahan utama untuk memperdalam materi
pembelajaran.

Modul ini menggunakan prinsip pelatihan orang dewasa yang pada dasarnya bersifat mandiri,
partisipatif, membebaskan (menurut tokoh pendidikan Paulo Freire) dan memberi pencerahan
(merujuk pendapat Malcolm Knowles) bagi peserta pelatihan. Pencerahan tergantung kepada
kemampuan dasar dan pengalaman setiap orang yang pada dasarnya memang berbeda-beda.
Karena itu situasi belajar perlu dirancang sedemikian rupa untuk menggali segala aspek
persoalan dan pemecahannya.

4. Agenda Program dan Kajian Pelatihan

Program pelatihan penanganan bencana berbasis masyarakat yang disajikan dalam buku ini
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

Modul I Orientasi Pelatihan


Modul II Bencana & Penanggulangannya
Modul III Mengelola Resiko Bencana
Modul IV Pengorganisasian masyarakat

Orientasi Pelatihan. Tahapan ini merupakan proses awal untuk mengkonsolidasi peserta dan
mengkondisikan forum menjadi kondusif. Konsolidasi peserta dilakukan dengan cara perkenalan ,
sedangkan pengkondisian forum dilakukan melalui membangun suasana latihan dan kontrak
forum. Semua tahapan ini berfokus pada pengalaman peserta. Khususnya pengalaman peserta
dalam penanggulangan bencana dan sekaligus hal ini menjadi input serta pra-kondisi
pembahasan materi berikutnya tentang kebencanaan.

Bencana & Penanggulangannya. Bagian ini akan membahas tentang pengertian dasar bencana
dan jenis-jenis bencana. Didalamnya akan ada penjelasan tentang penyebab, tanda-tanda dan
mitigasinya.

Modul 4
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Mengelola Resiko Bencana. Setelah memahami pengertian dasar tentang bencana dan jenisnya,
materi selanjutnya adalah pengetahuan dan ketrampilan tentang pengelolaan resiko bencana.
Disini peserta akan diberi pengetahuan dan ketrampilan sederhana untuk mengenali daerah
rawan bencana (pemetaan bencana) dilingkungannya.

Pengorganisasian Masyarakat. Materi ini sangat penting untuk menjadikan pengetahuan tentang
kebencanaan menjadi tindakan bersama masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi
ancaman bencana. Di dalam materi pengorganisasian masyarakat, peserta akan mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan tentang teknik pengorganisasian, teknik fasilitasi dan perencanaan
strategis penanggulangan bencana.

Secara umum, semua materi diharapkan mampu membekali calon fasilitator dan organiser
tentang pengelolaan bencana, kefasilitasian dan pengorganisasian masyarakat, sehingga
masyarakat NU dapat secara mandiri terlibat dalam upaya pengurangan resiko bencana
didaerahnya.

5. Bagaimana Sistematika Modul?

Modul ini dibagi menjadi empat bagian, yang setiap bagian dibagi menjadi sesi-sesi. Pada tiap
sesi disusun dengan sistematika sebagai berikut: Keterangan tentang tujuan, waktu, bahan dan
alat-alat, proses atau jalannya fasilitasi sesi, dan bahan bacaan penunjang.

Keterangan tentang tujuan. Merupakan penjelasan mengenai hal yang ingin diraih melalui sesi
yang bersangkutan. Pemahaman tentang tujuan kegiatan merupakan pegangan pokok yang
memandu fasilitator untuk memikirkan metode lain, jika oleh karena satu dan lain hal, tujuan sulit
untuk dicapai. Contoh kasus, kegiatan yang seharusnya dilakukan di lapangan terbuka tetapi
karena hujan deras maka tidak bisa dilaksanakan.

Keterangan tentang waktu. Waktu yang digunakan untuk menjalankan setiap item kegiatan
dalam proses fasilitasi setiap sesi. Dalam prakteknya, waktu ini bisa diubah apabila kondisi
pelatihan tidak memungkinkan.

Keterangan bahan dan alat. Merupakan alat bantu yang dibutuhkan untuk membantu proses
pelatihan dalam rangka mencapai tujuan sesi.

Tahapan dan proses fasilitasi. Merupakan urutan kegiatan dalam setiap sesi pelatihan untuk
menyampaikan materi-materi pelatihan.

Bahan bacaan penunjang. Merupakan bahan atau materi yang disampaikan selama pelatihan.
Bahan ini bersifat penunjang sehingga fasilitator atau pelatih diharapkan membekali dirinya
dengan bahan-bahan bacaan lain yang mendukung.

Modul 5
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
6. Metode

Beberapa metode yang dipakai dalam modul dan hand out Pelatihan CBDRM-NU ini adalah:
Curah pendapat. Ditujukan untuk mengetahui kemampuan dan pengalaman peserta pelatihan
dalam kaitannya dengan pokok bahasan.

Ceramah. Ditujukan untuk memberikan uraian substansi materi dari nara sumber kepada peserta
pelatihan. Kemudian peserta mengajukan pertanyaan atau pendapat dan nara sumber menjawab
atau memberi tanggapan.

Diskusi Kelompok. Ditujukan untuk membahas materi tertentu secara berkelompok.

Game. Ditujukan untuk menyampaikan nilai pembelajaran tertentu yang berkaitan dengan pokok
bahasan dengan menggunakan metode permainan

Role playing/permainan peran. Ditujukan untuk memberikan pendalaman pokok bahasan dengan
metode pelibatan peserta untuk memerankan tokoh-tokoh yang terlibat dalam persoalan yang
dibahas.

Sharing pengalaman. Ditujukan untuk menggali pengalaman peserta secara langsung.

Studi kasus. Ditujukan untuk mengaplikasikan materi yang sudah diberikan kepada peserta untuk
mencari pemecahannya.

Praktek lapangan. Ditujukan untuk meningkatkan partisipasi aktif peserta dengan mendekatkan
peserta langsung ke lokasi/persoalan yang dibahas sehingga dapat menganalisa dan mendapat
sumber data secara lebih empiric.

7. Fasilitator

Fasilitator memiliki tugas :


1. Fasilitator wajib menguasai isi modul Pelatihan CBDRM-NU.
2. Fasilitator wajib menguasai, mampu memilih dan menggunakan metode-metode belajar-
mengajar yang tepat bagi peserta.
3. Fasilitator bertugas membuat, membantu dan mendampingi proses belajar mandiri semua
peserta selama pelatihan berlangsung.
4. Fasilitator menjelaskan proses belajar dengan menggunakan modul Pelatihan CBDRM-
NU.
5. Fasilitator menjelaskan apa yang bagi peserta tidak/kurang jelas.
6. Fasilitator wajib menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif selama pelatihan
berlangsung.

Modul 6
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
9. Panduan Teknis Penggunaan Modul

1. Modul ini akan lebih efektif bila dalam pelaksanaan pelatihannya diikuti oleh maksimal 25
peserta. Waktu efektif yang dibutuhkan untuk pelatihan adalah 19 jam atau 3 hari. Namun
dalam pelaksanaannya bisa disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan. Misalnya,
pelatihan dilakukan secara bertahap dan ber-rangkaian atau dengan membagi peserta
menjadi beberapa kelompok apabila tempat pelatihan dianggap terlalu kecil.
2. Fasilitator diperbolehkan untuk memodifikasi materi dan meng-kreasi metode dalam
membawakan materi selama pelatihan berlangsung (membuat alat peraga, presentasi dan
permainan)
3. Ruangan yang dibutuhkan untuk implementasi modul ini adalah 1 (satu) ruangan besar
untuk pleno dan simulasi dengan meja kursi, 2 (dua) ruangan kecil untuk diskusi kelompok.
Apabila tidak memungkinkan, fasilitator bisa mencari tempat diluar yang dianggap
representatif.
4. Berkaitan dengan alat peraga, fasilitator diharapkan memiliki kreatifitas untuk mencari
atau membuat alat peraga sesuai dengan materi yang dibawakan apabila alat peraga di
dalam modul ini tidak ditemukan di daerah yang bersangkutan.

Modul 7
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
5. MATRIK SILABUS PELATIHAN

Pokok Bahasan Topik Waktu Metode

Orientasi Pelatihan Pengenalan diri 30 menit Game, curah pendapat

Membangun Suasana 60 menit Menggambar, diskusi


Latihan kelompok
Kontrak belajar 30 menit Diskusi Kelompok, curah
pendapat, pengisian
lembar kerja
Apa Itu Bencana Apa Itu Bencana? 90 menit Curah pendapat, sharing,
Input fasilitator
Perspektif Islam tentang 90 menit Diskusi kelompok,
Bencana ceramah, Sharing

Mengurangi Resiko Masing- Diskusi kelompok,


Bencana: masing 90 ceramah, simulasi,
(1) Gempa Bumi menit pemutaran film
(2) Letusan Gunung
Berapi
(3) Gelombang Tsunami
(4) Banjir
(5) Kebakaran
(6) Tanah Longsor
(7) Angin puting beliung
(tergantung masing-masing
wilayah pilot project)

Mengelola Pengalaman NU & 60 menit Curah pendapat, diskusi


Bencana Pesantren Dalam kelompok, pleno
Pengelolaan Bencana
Mengelola Bencana 60 menit Diskusi kelompok dan
Berbasis Masyarakat pleno
Mengkaji Bahaya, 240 menit Curah pendapat, Input
Kerentanan & Kapasitas & fasilitator, praktek
Bagaimana Mengurangi lapangan, diskusi
Resiko Bencana kelompok
Berbasiskan Masyarakat
Pengorganisasian Pengorganisasian & 120 menit Curah pendapat,
Masyarakat Teknik-tekniknya ceramah, sharing
pengalaman, pemutaran
Modul 8
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
film
Tindak Lanjut paska 90 menit Curah pendapat, diskusi
pelatihan

Modul 9
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAGIAN PERTAMA

Pokok Bahasan Topik

ORIENTASI PELATIHAN Pengenalan Diri

Membangun Suasana Latihan

Kontrak Belajar

Modul 10
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 1
PENGENALAN DIRI

Tujuan Sesi :

1. Peserta dapat saling mengenal satu sama lain


2. Peserta dapat mengenali kapasitas dan kerentanan dirinya
3. Peserta menyadari bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk membuat perubahan
dan dapat mengembangkan kapasitas dirinya dalam menghadapi ancaman bahaya

Waktu : 30 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan yang akan Permainan Spidol


dicapai dalam sesi ini dan bagaimana Metaplan/kertas
prosesnya. warna
Selotip
2 Fasilitator meminta peserta untuk berpasangan
dan saling menggali informasi sebanyak-
banyaknya tentang pasangannya (misalnya:
nama, pengalaman kerja & organisasi, alamat,
kondisi daerahnya, pengalamannya dalam
menghadapi bencana, dll). Setelah itu fasilitator
secara acak meminta peserta untuk
menjelaskan informasi tentang pasangannya di
depan peserta lain. (Bisa melihat jenis-jenis
permainan di lampiran permainan)

3 Fasilitator membagi metaplan warna putih


(bisa warna lainnya) kepada masing-masing
peserta dan meminta peserta untuk
menuliskan:
Sikap terbaik peserta dalam menghadapi
bencana yang pernah terjadi didaerahnya.

4 Tempelkan metaplan peserta dan


dikelompokkan dalam satu baris apabila ada
sikap yang sama. Kemudian ajak peserta untuk
melakukan permainan posisi diri
menghadapi bencana. Minta peserta untuk
mengambil tempat di tengah ruangan dan
memposisikan diri dalam menghadapi bencana
Modul 11
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
sesuai dengan pandangannya sendiri (yang
telah dituliskan di metaplan). Berilah aba-aba
sesuai dengan jenis ancaman bencana seperti
GEMPA! Atau KEBAKARAN!, dll.

5 Fasilitator membagi metaplan warna kuning


kepada masing-masing peserta dan meminta
peserta untuk menuliskan:
Sikap atau tindakan apa yang paling penting
untuk ditingkatkan oleh peserta agar dapat
lebih siap menghadapi bencana.

6 Tempelkan metaplan peserta dan


dikelompokkan dalam satu baris apabila ada
hal yang sama. Kemudian ajak peserta untuk
melakukan permainan posisi diri
menghadapi bencana. (Mengulangi No.4)

7 Fasilitator mengamati apakah ada perubahan


sikap dan tindakan peserta dari permainan no.
4 dan no. 6. Dan mencatat perubahan yang
terjadi.

8 Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa


peserta sudah belajar tentang kapasitas (sikap
terbaik) dan kerentanan diri (hal yang perlu
diperbaiki). Dan menekankan bahwa setiap
orang memiliki kapasitas untuk membuat
perubahan menjadi lebih baik.

 Melalui sesi ini peserta diharapkan mampu secara jujur memperlihatkan bahwa secara internal
dirinya memiliki sikap yang mencerminkan kekuatan (kapasitas) dan kerentanan dalam dirinya. Hal itu
dapat mendorong dan sekaligus dapat menghambat dirinya dalam menghadapi ancaman bencana.
 Sikap yang menggambarkan kekuatan dan kerentanan dalam menghadapi ancaman bencana
itu dapat mempengaruhi peserta dalam menghadapi bencana. Sikap yang menggambarkan kekuatan
perlu dikembangkan lebih jauh dan sikap yang menggambarkan kerentanan harus ditransformasi
melalui peningkatan wawasan dan skill dalam menyikapi ancaman bencana.
 Kata kunci penting:
- Sikap manusia menghadapi ancaman bencana yang datang tiba-tiba.
- Kekuatan dan kerentanan diri.
- Memiliki wawasan dan siaga terhadap setiap ancaman bencana merupakan langkah strategis
peningkatan kekuatan dan mengurangi kerentanan.

Modul 12
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 2
MEMBANGUN SUASANA LATIHAN

Tujuan Sesi:

1. Menciptakan suasana terbuka, komunikatif, bersahabat dan menyenangkan bagi setiap


peserta untuk melakukan belajar bersama
2. Menunjukkan kepada peserta bahwa pada dasarnya manusia tidak siap untuk
menghadapi ancaman bahaya yang datangnya mendadak namun sikap tersebut bisa
dirubah secara perlahan.

Waktu : 60 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator membuka sesi dengan menjelaskan Uraian lisan Tali


tujuan acara. Spidol
Plano
2 Kemudian fasilitator meminta peserta untuk
membuat 3 (tiga) kelompok. Setiap kelompok
membentuk lingkaran.

3 Fasilitator mengajak peserta ke halaman/ruangan Permainan


yang luas kemudian membagikan seutas tali
kepada setiap kelompok. Peserta diminta untuk
membuat tali menjadi lingkaran dan berdiri
didalam lingkaran tersebut.

4 Kemudian fasilitator meminta peserta &


lingkarannya untuk bergerak ke kanan apabila ada
aba-aba “Awas Ada Gempa”. Dan bergerak ke kiri
apabila ada aba-aba “Banjir”. Buatlah aba-aba
menjadi semakin cepat dan berganti-ganti
sehingga lingkaran peserta saling bertabrakan.

5 Lingkaran yang saling bertabrakan dan peserta


(didalam lingkarannya sendiri) yang juga saling
bertabrakan menggambarkan ketidaksiapapan
peserta menghadapi bahaya yang datang secara
tiba-tiba.

6 Fasilitator kemudian mengajak berefleksi. Jika Curah

Modul 13
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
permainan tadi adalah betul-betul bencana pendapat
sungguhan, maka lesson learnt/ pembelajaran apa
yang bisa diambil. Minta peserta untuk
mengungkapkan refleksinya dan fasilitator
mencatatnya di atas kertas plano.

7 Fasilitator menegaskan dan memberikan


kesimpulan bahwa pada dasarnya setiap orang
tidak siap untuk menghadapi perubahan yang
mendadak. Demikian halnya saat terjadi bencana.

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


 Kegiatan orientasi pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu mencairkan suasana dan juga
untuk mengidentifikasi sikap dan posisi peserta terhadap peristiwa alam seperti gempa bumi yang
datang secara tiba-tiba.
 Lesson learnt/pembelajaran yang perlu digarisbawahi oleh fasilitator adalah: (1) saat terjadi
ancaman bencana, semua orang cenderung mementingkan keselamatan masing-masing, (2) bahaya
yang datang tiba-tiba membuat orang panik, (3) pada dasarnya setiap orang tidak siap dengan kejadian
atau peristiwa yang datangnya tiba-tiba.

Modul 14
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 3
KONTRAK BELAJAR

Tujuan sesi

1. Peserta memperjelas harapan bersama terhadap proses pelatihan


2. Membuat kesepakatan bersama mengenai proses dan hasil belajar
3. Menyepakati aturan bersama selama pelatihan.

Waktu : 30 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan
1 Fasilitator membuka sesi dengan menjelaskan Uraian lisan
tujuan yang hendak dicapai.

2 Fasilitator membagikan Lembar Kerja kepada Pengisian Lembar Kerja


peserta, membacakannya agar jelas, dan daftar “Harapan &
kemudian meminta peserta untuk mengisinya. pertanyaan Kekawatiran Saya
Setelah selesai mengisi, lembar kerja Pada Pelatihan”
dikumpulkan.

3 Fasilitator kemudian meminta meminta peserta Curah pendapat


untuk menyebutkan apa yang menjadi harapan
& kekhawatiran terbesar selama mengikuti
pelatihan. Hasilnya ditulis dan selalu ditempel
didalam ruang agar semua yang terlibat
didalam pelatihan selalu melihat harapan dan
kekhawatiran dari peserta tersebut.

4 Setelah itu fasilitator membagikan silabus Silabus Pelatihan


pelatihan, jadwal dan bagan alir proses Bagan alir pelatihan
pelatihan kepada peserta. Minta peserta untuk
mengkritisi apa silabus yang disiapkan Kertas plano, spidol
penyelenggara sudah bisa mengakomodasi dan metaplan.
harapan peserta. Setelah mendapat respon
kemudian disimpulkan lalu fasilitator
menjelaskan arah dari kegiatan pelatihan
CBDRM.

5 Proses diteruskan dengan membuat


kesepakatan bersama, tentang apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan selama kegiatan

Modul 15
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
pelatihan untuk menjamin agar proses
pelatihan berjalan sesuai rencana. Peserta
dimintai pendapatnya dan ditulis oleh fasilitator
untuk kemudian menjadi kesepakatan
bersama.

 Fasilitator senantiasa mengingatkan bahwa belajar merupakan mekanisme transformasi


menghadapi setiap ancaman bencana. Semakin kuat kesadaran dan komitmen peserta untuk mencapai
tujuan bersama (bagaimana mengelola ancaman bencana) dapat dicapai secara bersama-sama dengan
menyepakati pola alur proses pelatihan secara partisipatif, maka setangah keberhasilan perjalanan sudah
dicapai, dan selebihnya dalam kehidupan nyata.
 Kata kunci: (a) harapan-harapan ideal, (b) harapan diterjemahkan melalui kontrak belajar, (c)
kontrak belajar sebagai kesepakatan, dan (d) masing-masing pihak saling mendukung dalam proses
belajar.

Modul 16
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Bahan Untuk Peserta

Lembar Kerja:

Harapan dan Kekhawatiran Saya


Terhadap Pelatihan

1. Saya mengikuti pelatihan ini karena

2. Pelatihan akan berhasil jika….

3. Setelah pelatihan selesai saya berbarap memperoleh …

4. Kekuatiran saya terhadap kegiatan pelatihan ini adalah….

Modul 17
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
JADWAL PELATIHAN CBDRM NU

Hari I Hari II Hari III

Sesi (1) Pengalaman NU & Pesantren Dalam Praktek Lapangan


Pembukaan dan Orientasi Pengelolaan Bencana

Mengelola Bencana Berbasis Masyarakat


Break
Apa Itu Bencana Mengkaji Bahaya, Kerentanan & Kapasitas Pengorganisasian
(Sharing pengalaman)
ISHOMA
Perspektif Islam Tentang Mengkaji Bahaya, Kerentanan & Kapasitas Materi
Bencana (lanjutan .......) Pengorganisasian
Mengurangi Resiko
Ancaman Bahaya (1) *
Break
Mengurangi Resiko RTL dan Penutupan
Ancaman Bahaya (2) *
ISHOMA
Mengurangi Resiko Mengkaji Bahaya, Kerentanan & Kapasitas
Ancaman Bahaya (3) * (lanjutan .......)

* Disesuaikan dengan lokasi pelatihan…..

Modul 18
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Bagan Alir Proses Pelatihan

KONSOLIDASI
PENGEMBANGAN
PESERTA DAN KAJIAN UTAMA KETERAMPILAN
PROSES PELATIHAN STRATEGIS
STRATEGI FASILITASI
PELATIHAN

1. Bencana Skill analisis dan


Pengor-
ganisasian Organizer
ORIENTASI 2. Pengelolaan
ROGRAM Bencana Perencanaan
MATERI Berbasis Tindak Lanjut
Perspektif
PELATIHAN Masyarakat
Fiqh

Game, Disko, Game, Disko, Latihan, Disko,


Ceramah, Curah Ceramah, Curah Ceramah, Curah
Gagasan, Gagasan, Gagasan, Membaca
METODE Teks
Membaca Teks Membaca Teks
PELATIHAN

Modul 19
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAGIAN KEDUA

Pokok Bahasan Topik


Apa Itu Bencana?
Bencana dan Perspektif Islam Tentang Bencana
Penanggulangan
Bencana Bagaimana Mengelola Bencana
Mengurangi Resiko Bencana:
(1) Gempa Bumi
(2) Letusan Gunung Berapi
(3) Gelombang Tsunami
(4) Banjir
(5) Kebakaran
(6) Tanah Longsor
(7) Angin Puting Beliung

Modul 20
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 4
APA ITU BENCANA?

Tujuan Sesi:
1 Peserta mampu menjelaskan pengertian dan faktor-faktor penyebab terjadinya bencana.
2 Peserta memahami dan menyadari bahwa secara geografis dan geodinamis negeri ini
rawan bencana.
3 Peserta memiliki kesadaran bahwa ancaman bencana potensial terjadi kapan saja.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan Proses Fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitar membuka sesi dengan menjelaskan tujuan dan Metaplan,


Curah
proses sesi ini. spidol
pendapat
Hand out
2 Fasilitator meminta peserta menulis apa yang mereka Bahan bacaan
ketahui tentang bencana:
(1) metaplan warna putih menjawab apa yang
peserta ketahui tentang bencana.
(2) warna merah menjawab mengapa negeri ini
sering terjadi bencana.

3 Fasilitator mengajak peserta membuat rumusan atau


pengertian bencana. Fasilitator menegaskan kata-kata
kunci setiap gagasan yang muncul dari peserta.

4 Fasilitator kemudian meminta pembicara untuk


Ceramah
menjelaskan apa itu bencana, posisi geografis dan
Dialog
geodinamik negeri ini yang sering kali terjadi bencana,
& bagaimana cara mengelola bencana dengan
menjelaskan siklus dalam pengelolaan bencana dan
tahapan-tahapannya.

5 Sebelum ditutup minta tanggapan peserta sambil


menegaskan beberapa konsep penting yang akan terus
digunakan dalam proses pelatihan.

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


1. Peserta bisa membedakan bahaya & bencana: Bahaya TIDAK SAMA Bencana
2. Resiko bahaya bisa dikurangi apabila mampu mengidentifikasi ancaman, resiko bahaya, kekuatan
dan kerentanan. Mengurangi resiko bahaya dilakukan dengan mengurangi kerentanan.

Modul 21
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGAPA NEGERI INI RAWAN BENCANA?

Indonesia ternyata bukan hanya sebuah negeri yang luas dan kaya akan sumber daya alam
tetapi juga kaya akan sumber bencana. Posisinya yang dikelilingi oleh 4 (empat) lempeng besar
tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia, Australia, Pasifik dan Philipina, menjadikan Indonesia
sebagai wilayah rentan bencana, mulai dari bencana banjir, longsor, angin ribut/badai, tsunami,
kebakaran kota dan hutan, gunung berapi, gempa bumi dan lain-lain. Ditambah lagi dengan
jumlah penduduk Indonesia, yang menempati urutan nomor empat terbanyak di dunia,
menjadikan tingkat kerentanan korban akibat bencana semakin tinggi. Selain itu, harus diakui
bahwa belum banyak masyarakat di negeri ini yang memahami perihal kebencanaan dan cara-
cara untuk mencegah atau minimal mengurangi dampak atau resiko bencananya.

A. Definisi

Bahaya/Ancaman
Adalah suatu fenomena/ gejala alam yang terjadi secara alamiah, karena aktivitas manusia atau
keduanya yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada kehidupan, harta benda serta
lingkungan.

Bencana
Adalah suatu kejadian/gangguan serius terhadap fungsi masyarakat yang melampui kemampuan
masyarakat untuk menghadapinya, yang menyebabkan kerusakan/kerugian dalam skala besar
(baik manusia, infrastruktur/prasarana maupun lingkungan hidup), yang terjadi baik secara
perlahan maupun tiba-tiba.

BAHAYA tidak akan menjadi BENCANA, apabila fenomena atau gejala tersebut tidak
menimbulkan banyak kerugian, baik fisik maupun korban jiwa.

BAHAYA TIDAK SAMA DENGAN BENCANA


Contohnya : Suatu peristiwa gempa bumi di sebuah desa di pedalaman Irian Jaya yang jarang
penduduknya serta rumah-rumahnya tdak terbuat dari tembok. Peristiwa gempa bumi tersebut,
hanya dikatakan BAHAYA. Karena dalam peristiwa tersebut, tidak ada korban jiwa atau
kerusakan infrastruktur/prasarana maupun lingkungan hidup.
Sedangkan gempa bumi di Yogyakarta tahun lalu, dikatakan sebagai suatu BENCANA karena
telah meninbulkan ratusan korban jiwa dan kerusakan fisik yang berat.
Bahaya memiliki kecenderungan untuk menjadi bencana apabila kerentanan di daerah tersebut
tinggi.

Kerentanan
Adalah sekumpulan kondisi yang mengarah dan memberi pengaruh buruk terhadap upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan bencana.

Modul 22
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sumber kerentanan bisa berasal dari:
a. Material/fisik : lingkungan alam yang rusak, kurangnya pelayanan dasar (air bersih,
kesehatan, pendidikan sanitasi, perumahan, jalan, listrik, komunikasi, dll), lingkungan yang
sering berkonflik, rancangan bangunan yang buruk, tata letak (rumah, ladang, infrastruktur)
yang berbahaya.
b. Sosial Kelembagaan : tak ada kepemimpinan/inisiatif atau struktur organisasi untuk
memecahkan masalah/konflik, keluarga/struktur kekerabatan yang lemah, ketidaksetaraan
partisipasi dalam urusan masyarakat, praktek politik yang tidak adil/tidak adanya akses ke
proses politik, rumor, diskriminasi, konflik (suku, ideologi, kelas, kepercayaan), tak
ada/lemahnya organisasi masyarakat.
c. Sikap : pasif, ketergantungan (pada bantuan luar/orang lain), tak ada semangat juang,
fatalistik/pasrah yang berlebihan, tak ada kerja sama/solidaritas
Jadi bencana akan semakin meningkat jika ancaman/bahaya dan kerentanan juga semakin
meningkat.

Membangun sebuah rumah di tepi lereng atau tebing yang terjal, merupakan sebuah
KERENTANAN. Kerentanan ini sangat beresiko menjadi BAHAYA, apabila tanah lereng atau
tebing tersebut longsor. Dan menjadi suatu BENCANA bagi penduduk yang bertempat tinggal di
tepi lereng ataupun di bawah lereng tersebut, yang terkena longsorannya.
Contoh : Bencana Longsor di Puncak & Bencana Longsor Sampah Bantar Gebang.

Bila ada sebuah kondisi yang rentan ditambah dengan bahaya/ancaman, maka akan terjadi suatu
bencana. Resiko bencana dapat dikurangi, apabila kita mampu mengidentifikasi ancaman, resiko
bahaya, kekuatan dan kerentanan.

B. Risiko Bencana
Adalah besarnya kerugian (manusia, lingkungan, ekonomi, sarana/prasarana) yang disebabkan
oleh bahaya tertentu di suatu daerah.

Pengurangan resiko BENCANA adalah dengan mengenal BENCANA.


Kita dapat MENGENAL ANCAMAN dari :
1. Jenis – Jenis Ancaman
 gempa bumi  gunung api meletus
 tsunami/gelombang pasang  angin ribut/puting beliung
 tanah longsor  badai
 banjir/banjir bandang  kebakaran, dll

2. Kelompok – Kelompok Bencana


 bahaya geologi : longsor, gempa bumi/tsunami & gunung api
 bahaya iklim : banjir/banjir bandang, pasang surut & badai/angin ribut
 bahaya lingkungan : tambang, sampah & pembalakan

Modul 23
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
3. Fenomena Sebab Akibat Terjadinya Bencana
Dilihat dari bagaimana & mengapa bahaya itu terjadi. Serta kemungkinan bahaya tersebut
menjadi sumber pemunculan bahaya yang lain.
Contoh : semakin banyak kandungan air pori dan getaran semakin tidak aman lereng.

4. Karakteristik Bahaya
Dilihat dari karakteristik atau ciri umum dan khusus bahaya tersebut:
 Kekuatan (Faktor yang menentukan kekuatan) bahaya.
Contoh : Intensitas & besarnya suatu Gempa Bumi (Skala Richter)
 Kecepatan Terjadinya
Contoh : Kedatangan, kepergian & dampak dari banjir/ banjir bandang atau
 Gelombang Tsunami yang begitu cepat.
 Frekuensi (Pola) Waktu Kejadian
Contoh : Bahaya Angin Puyuh, Angin Puting Beliung dll
 Sebaran Bahaya/Dampak
Contoh : Semburan awan panas dari erupsi Gunung Api

5. Faktor Penyebab
Faktor yang menyebabkan bahaya dan kerentanan komunitas diantaranya:
 Lokasi Komunitas terhadap sumber bahaya
Contoh : Lokasi penduduk di pesisir laut yang rentan dengan Bahaya Tsunami
 Lokasi penduduk di bawah lereng Gunung Api yang rentan dengan Bahaya Semburan
Lava/Lahar (erupsi) & Awan Panas
 Lokasi penduduk di lereng/tebing yang rentan bahaya tanah longsor
 Bahan Struktur & Infrastruktur
Contoh : Rumah yang struktur bangunannya tidak kokoh, akan rusak akibat
goncangan/getaran Gempa
 Kepadatan Penduduk
Contoh : Bahaya Kebakaran dapat merambat dengan cepat di lokasi perumahan
pendudukan yang sangat padat.
 Keterbatasan Akses Informasi
Contoh : Peringatan Dini tentang Gempa yang berpotensi Tsunami dari BMG yang tidak
terinformasikan dengan cepat, menyebabkan penduduk di lokasi yang dekat dengan
bahaya terlambat menyelamatkan diri.

Bencana (Ancaman Bahaya) tidak dapat ditolak tetapi dapat diminimalisir/dikurangi resikonya.
Tindakan-tindakan yang dilakukan yang dapat mengurangi atau meminimalisir dampak yang
ditimbulkan akibat bencana disebut MITIGASI.
Ada (2) dua jenis mitigasi:

Modul 24
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
a. Mitigasi struktural (bersifat fisik) : pembuatan bendungan, tanggul sungai, pembangunan
struktur bangunan tahan gempa, menanam pohon, membuat sumur resapan, drainase,
membuat hidran, terasering/sengkedan, pemecah ombak, dll.
b. Mitigasi non struktural (non fisik) : membuat kebijakan penanganan bencana, tata ruang,
pendidikan & pelatihan kebencanaan, dll.
Secara singkat, mitigasi merupakan salah satu tahapan tindakan dalam siklus pengelolaan
bencana (lihat gambar dibawah). Secara lebih lengkap siklus pengelolaan bencana akan dibahas
pada sesi 13 (Bagaimana Mengelola Bencana).

Siklus Pengelolaan Bencana

Sebelum Bencana Terjadi


Tanggap
Darurat
BENCANA
Kesiap-siagaan

Pemulihan

Mitigasi

Pembangunan

Pencegahan

Setelah Bencana Terjadi

Modul 25
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 5
PERSPEKTIF ISLAM TENTANG BENCANA

Tujuan Sesi:

1. Peserta mampu melakukan refleksi dan mengkritisi pandangan serta sikap keagamaan
dimana bencana dianggap sebagai hukuman (uqubah) dan ujian (ibtila) dari Allah.
2. Peserta memiliki pemahaman baru tentang bencana dari sudut pandang agama Islam
yang lebih relevan sesuai konteks mutakhir.
.
Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan sesi dan proses Lembar Kerja


sesi ini. Spidol,
Plano
2 Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan Diskusi Hand out
masing-masing kelompok dibagikan lembar Kelompok LCD
kerja kelompok dan bahan bacaan untuk
didiskusikan dalam kelompoknya.

3 Masing-masing kelompok diminta Presentasi


mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan
diteruskan dengan dialog (masing-masing
kelompok selama 10 menit).

4 Fasilitator mencatat beberapa isu penting, isu


yang banyak diperdebatkan dan problematis
dari hasil kerja kelompok.

5 Fasilitator kemudian meminta kepada nara Ceramah


sumber untuk menjelaskan beberapa isu yang Dialog
diperdebatkan tersebut dan diteruskan dengan
pembahasan materi perspektif Islam tentang
bencana.

6 Fasilitator membuat kesimpulan penting dari


hasil diskusi untuk kemudian menutup sesi.

Modul 26
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
PERSPEKTIF ISLAM TENTANG BENCANA

Masyarakat Indonesia dan NU khususnya memang sudah terbiasa dengan bencana yang terjadi
berulang kali. Ada yang menganggap bencana itu sebagai musibah. Musibah (Ashaaba) adalah
mengenai/membinasakan/setiap keinginan yang tidak diinginkan/kemalangan (baliyyah). Dalam
tafsir Al-Mizan, Musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak
dikehendaki. Bencana merupakan kejadian yang datang atas ketentuan Allah SWT, yang tidak
.dapat ditolak, tidak memilah dan memilih sasarannya

                
     
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah “
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.” (QS. Al-Hadiid : 22)
Namun musibah (bencana) yang dialami manusia tidak lepas dari akibat perbuatan
pelanggaran manusia itu sendiri.
           
   
“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar) “. ( QS. Ar-Rum : 41)

Apapun jenis bencananya, manusia berkewajiban berusaha (berikhtiar) mencegah dan


menanggulangi bencana itu,paling tidak kurangi resikonya (ad-dlarar yuzal).
             
  

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al- Baqarah : 195)

Pada dasarnya, Islam memiliki prinsip dasar hak asasi manusia dan kemanusiaan yang harus
dijaga. Dalam kaitannya dengan kebencanaan, bencana memiliki dampak yang sangat besar
bagi hilangnya atau rusaknya hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Yang termasuk dalam
prinsip dasar tersebut adalah:
1. Hifdh annafs. Siapapun termasuk dirinya dengan alasan apapun terlarang menghilangkan
nyawa seseorang, menganiaya atau menodai kehormatannya.
2. Hifdh al-mal. siapapun dan dengan alasan apapun terlarang merampas harta milik seseorang,
atau mencurinya dan semacamnya. Hak memperoleh kekayaan seseorang harus dilindungi
3. Hifdh an-nasl Siapapun termasuk dirinya dengan alasan apapun terlarang menodai nasab
seseorang. Hak reproduksi dan berketurunan setiap orang harus dilindungi.
Modul 27
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
4. Hifdh ad-din. Siapapun terlarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agama (keyakinan)
yang dipeluknya. Setiap orang memiliki hak beragama dan berkeyakinan dan harus dilindungi.
5. Hifdh al-aql. Siapapun terlarang untuk membekukan akal seseorang. Setiap orang berhak
untuk menjaga akal sehatnya, memiliki kebebasan berpikir dan berpendapat.

Prinsip diatas juga sejalan dengan tujuan pokok agama Islam (maqashid as-syar’i), yakni:
mewujudkan kesejahteraan hidup manusia. Terdapat tiga substansi dalam maqashid as-syar’i,
yaitu:
1. bersifat dlaruriyah (keniscayaan)
2. bersifat hajiyyah (kebutuhan)
3. bersifat tahsiniyyah (kesempurnaan)

Dalam konteks penanggulangan bencana, kita bisa menganut salah satu kaidah fiqh “ Saddu ad-
dza-ri’ah” , yang menyebutkan :
1. Segala upaya dan sarana yang dapat menimbulkan bencana harus dicegah.
2. Segala upaya dan sarana yang dapat menghindarkan bencana harus dilakukan baik yang
bersifat fisik maupun rohani
3. Sesuatu yang tidak dapat dilakukan keseluruhannya, jangan ditinggalkan kesemuanya.
Artinya apabila tidak bisa melakukan seluruhnya minimal ada berapa persen yang bisa
dilakukan.
4. Harus diambil alternatif yang paling sedikit/kecil resikonya .

Hal ini mengajarkan pentingnya upaya mitigasi atau pengurangan dampak bencana, sehingga
kita harus melakukan semua tindakan yang dianggap bisa mengurangi jumlah korban dan
kerugian.

Pada dasarnya bencana adalah hak Allah, namun kita dibekali ilmu untuk melakukan upaya
penanggulangan dan pencegahan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dampak/resiko bencana, antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sebab-sebab, gejala- gejala, dan cara
penanggulangan bencara, agar tidak mengalami resiko tragedi yang sama ( la yuldaghu
al-mu’min marrotaini fi juhrin wahid. Al-hadits )
2. Mengapresiasi tradisi, budaya, dan kearifan lokal, dalam menghadapi bencana
apapun, agar tidak terjadi benturan psikologis dengan masyarakat, karena sikap dan
perilaku masyarakat selalu dipengaruhi oleh : keyakinan, pengalaman, dan
pengetahuannya ( al-’aadah muhakkamah ).
3. Membangun kesabaran dan harapan (untuk bangkit kembali) tanpa mengurangi
kesiapan melakukan koreksi-diri, karena orang-orang yang beriman tidak boleh putus
asa.
          

“ Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh

Modul 28
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
( QS. Huud : 11 )

Beberapa persepsi lain tentang bencana, yang juga berkembang di masyarakat, misalnya:
1. Sebagai ujian (ibtila’). Dalam konteks ini bencana merupakan sebuah ujian/cobaan untuk
melihat sejauh mana kesiapan seseorang/masyarakat untuk mengukur kesabaran dan
harapan (untuk bangkit kembali).
        
    
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar”. (QS. Al-Baqarah : 155)

2. Sebagai peringatan (tadzkirah). Artinya meskipun kita sudah mengetahui letak kesalahan
tetapi kita belum melakukan perubahan akibatnya diturunkan bencana sebagai sebuah
peringatan.
          .........
“ ......... dan kami lipatgandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat disisi kami dan untuk menjadi
peringatan semua yang menyembah Allah” (QS. Al-Anbiyaa’ : 84)

3. Sebagai hukuman (’uqubah). Sesudah kita melakukan kesalahan berkali-kali dan tidak ada
perbaikan maka bencana yang turun merupakan hukuman. Pada dasarnya musibah
(bencana) yang dialami manusia tidak lepas dari akibat perbuatan pelanggaran manusia itu
sendiri .
            ............
  

“ ........ Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah
kepada mereka disebabkan dosa-dosa mereka” (QS. Al- Maa-idah : 49)

Pelbagai persepsi tentang bencana yang ada di masyarakat menjadi kekayaan definisi kita
tentang bencana. Hal ini tentunya tidak menjadi sumber perdebatan yang justru membuat kita
lalai dari upaya pengurangan dampak bencana, melainkan semakin memacu kita untuk semakin
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam penanggulangan bencana yang ada di sekitar
kita.

Modul 29
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Lembar Kerja Kelompok

Sesi Bencana Dalam Perspektif Islam


------------------------------------------------------------------------------------------
Diskusikan beberapa pertanyaan dibawah ini. Tuliskan hasil diskusi dan presentasikan.
------------------------------------------------------------------------------------------

1. Jelaskan mengapa selama ini dikalangan umat Islam berkembang pandangan yang
mengatakan bahwa bencana alam itu bisa merupakan ujian (ibtila) dari Allah, peringatan

Modul 30
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
(tadzkiroh), dan hukuman (uqubah) dari Allah. Apa dasar nash dari masing-masing
pandangan tersebut?
2. Pandangan mana yang lebih dominan berkembang dan menjadi kenyakinan masyarakat,
mengapa bisa demikian? Siapa yang selama ini menebarkan pandanngan itu dan apa
alasannya?
3. Bagaimana dengan bencana alam yang terjadi sekarang ini? Adakah itu merupakan ujian
(ibtila) dari Allah, peringatan (tadzkiroh), dan hukuman (uqubah) dari Allah. Berikan
analisispenjelasannya.
4. Dalam konteks fiqh, hak-hak apa yang harus selalu dilindungi oleh manusia?
5. Apa tugas kekhalifahan manusia dalam mengurangi resiko bencana? Langkah-langkah
apa yang harus dilakukan?

Sesi 6
MENGURANGI RESIKO BENCANA GEMPA BUMI

Tujuan Sesi

1. Peserta memahami ancaman bahaya gempa bumi.


2. Peserta memiliki kemampuan teknis cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi.
3. Peserta memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengurangi resiko ancaman

Modul 31
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
bencana di lingkungan keluarga dan sekitarnya.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi


Spidol
ini kepada peserta.
Plano
Hand Out
2 Fasilitator meminta peserta untuk membuat Simulasi
LCD
tiga lingkaran dengan jumlah anggota yang
Sirene
sama. Buat suasana santai dan kemudian ajak
peserta melakukan simulasi gempa bumi.
Mintalah peserta untuk bersembunyi di bawah
meja atau tempat aman lain jika aba-aba
gempa diteriakkan atau sirene dibunyikan.
Ulangilah beberapa kali.

3 Peseta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-


Diskusi
masing kelompok mendiskusikan apa yang
Kelompok
dilakukan untuk mengurangi resiko bencana
gempa bumi.
1. Kelompok pertama mendiskusikan apa
yang dilakukan jika didalam bangunan
(rumah/kantor, dll).
2. Kelompok kedua: jika ada di tempat
terbuka.
3. Kelompok ketiga: Jika sedang berada
bekerja atau berada di pegunungan.
Presentasi
Dilanjutkan presentasi kelompok.

4 Fasilitator kemudian mengundang narasumber


Ceramah
untuk menjelaskan mengapa gempa terjadi,
ancaman bahaya saat terjadi gempa, dan
bencana susulan yang potensial terjadi setelah
terjadinya gempa bumi. Langkah-langkah
mitigasi untuk mencegah resiko bencana
gempa bumi. (1) dimulai dengan tindakan
sesaat setelah terjadinya gempa, (2)
merencanakan siaga gempa bumi, (3) Prinsip-
prinsip siaga untuk rumah tangga, (4)
menyiapkan rumah tahan gempa.

Modul 32
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
5 Minta tanggapan dari peserta khususnya yang Dialog
berkaitan dengan pengalaman peserta dalam
menghadapi gempa didaerahnya dan
kemampuan lokal yang dimiliki.

6 Fasilitator kemudian menutup sesi ini dengan


memberikan tepuk tangan terhadap semua
yang terlibat dalam proses ini.

Fasilitator menekankan lesson learn sebagai berikut:


1. Pada dasarnya setiap manusia tidak siap dengan peristiwa yang datangnya tiba-tiba.
2. Respon terhadap gempa sering didasarkan pada insting karena itu perlu dilatih.
3. Korban bencana (gempa) bukan karena gempanya tapi karena tertimpa oleh berbagai macam benda
& kepanikan.
4.Macam-macam penyelamatan
5.Konstruksi rumah tahan gempa

BAHAN BACAAN
MENGURANGI RISIKO BENCANA GEMPA BUMI

A. Definisi

Gempa bumi adalah suatu kejadian alam yang umumnya ditandai dengan bergetar atau
berguncangnya bumi yang diakibatkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan akibat
aktivitas gunung api atau reruntuhan batuan. Di Jawa gempa bumi disebut juga lindhu.

Modul 33
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Gempa Bumi merupakan salah satu peristiwa bencana bersejarah, yang pernah terjadi di masa
Nabi Syu’aib As.
            
”            
36. Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu'aib, Maka ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan
kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan".
37. Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah
mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.
(QS. Al- ’Ankabuut : 36 – 37)

Kerusakan yang ditimbulkan gempa bergantung pada :


1. jarak terhadap pusat gempa
2. kedalaman pusat gempa
3. besaran gempa
4. lama getaran gempa
5. banyaknya frekuensi getaran tanah
6. kondisi geologi dan tanah setempat
7. kelenturan, kekuatan dan kesatuan bangunan
Selain itu adanya korban jiwa yang diakibatkan gempa bumi bergantung juga pada fakor
sosiologis yaitu :
1. kepadatan penduduk
2. jam pada saat terjadi gempa
3. kesiapan penduduk

Dalam peristiwa gempa bumi yang sangat berbahaya adalah akibat-akibat yang ditimbulkannya
seperti :
1. goncangan atau getaran yang merupakan penyebab utama kerusakan dapat menyebabkan
banjir akibat runtuhnya bendungan.
2. patahan gempa terjadi dalam bentuk retakan memanjang dan juga dapat menimbulkan
longsor.
3. tsunami pada umumnya timbul karena gerakan mendadak pada dasar samudera.
4. memicu aktivitas gunung api.
5. kebakaran yang biasanya timbul setelah gempa bumi dan itu sulit untuk dipadamkan karena
sumber air tidak ada.
6. kecelakaan industri dan transportasi.
7. penyakit dan kepanikan

B. Macam-macam gempa bumi

a. Berdasarkan kedalaman sumber gempa :

Modul 34
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
- gempa dalam; kedalaman sumber gempa 300-700 km
- gempa sedang; kedalaman sumber gempa 70-300 km
- gempa dangkal; kedalaman sumber gempa ‹ 70 km
b. Berdasarkan penyebab gempa dibagi menjadi :
- gempa bumi runtuhan; keruntuhannya bisa berupa tanah, longsor, salju longsor maupun
jatuhan batu.
- gempa bumi vulkanik; diakibatkan oleh kegiatan gunung berapi.
- gempa bumi indus; disebabkan oleh pelepasan energi pada saat pengisian bendungan.
- gempa bumi tektonik; disebabkan oleh terjadinya pergeseran kulit bumi yang umumnya
terjadi di daerah patahan kulit bumi.
- karena ledakan bom

Ukuran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa ada dua yaitu :
1. Intensitas gempa/tingkat kerusakan pada lokasi terjadinya (skala Modified Mercalli
Intensity/MMI)
2. Magnitudo/parameter gempa berdasar akibat goncangan gempa pada sumbernya (skala
Richter)

C. Tindakan Mengurangi Resiko Bencana Gempa Bumi

Upaya mitigasi/ tindakan mengurangi resiko bencana :


1. simulasi situasi dan kondisi terburuk pada saat gempa-detik/menit pertama, beberapa jam
paska gempa, 1-3 hari paska gempa.
2. persiapkan rencana tindak penyelamatan diri berdasarkan kebutuhan untuk situasi dan
kondisi bencana
3. lakukan latihan dan sosialisasi tentang gempa di forum pesantren dan atau NU (pengajian,
istighosah)
4. tentukan rencana tindak pertemuan keluarga atau warga pesantren
5. selalu persiapkan ‘tas bencana’ (berisi: obat-obatan, makanan kering, air minum, senter,
pakaian bersih, mukena/sarung, al-Qur’an, Tasbih, surat penting, uang tunai), yang mudah
diraih.
6. selalu membawa peta rute tempat evakuasi dan menempelkan peta rute evakuasi di
pesantren atau kantor-kantor NU
7. membuat tata ruang (model pintu) rumah yang sedikit resiko gempanya dan memberi
pemahaman terhadap keluarga tentang tempat berkumpul.

D. Tips Penyelamatan Diri Saat Terjadi Gempa

Tips penyelamatan diri saat terjadi gempa bumi yang utama JANGAN PANIK, kemudian jika:
a. dalam rumah : masuk ke bawah meja untuk melindungi tubuh dari runtuhan,
melindungi kepala dengan bantal, matikan kompor, dll.

Modul 35
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
b. luar rumah : lindungi kepala dengan tangan/tas/helm/apapun yang dibawa, hindari
papan reklame.
c. mall, bioskop, lantai dasar mall : berjalan tenang, ikuti petunjuk pegawai/satpam
d. lift : jangan menggunakan lift, jika terlanjur dalam lift tekanlah semua tombol, jika pintu
lift terbuka segera keluar. jika terjebak dalam lift gunakan interphone yang tersedia.
e. kereta api : berpegang erat pada tiang agar tidak jatuh, jauhi kaca jendela
f. mobil : jauhi persimpangan/pom bensin/kabel listrik, pinggirkan mobil dan hentikan,
keluar dari mobil agar tidak terkunci, tidak berhenti di jembatan.
g. gunung/pantai : menjauhlah dari pesisir pantai ke tempat tinggi, menjauhlah ke tempat
yang tidak rawan longsor jika digunung.

E. Kegiatan pembangunan pasca bencana meliputi hal-hal sebagai berikut :


1. bangunan darurat : dibuat segera setelah bencana terjadi dan bersifat sementara.
2. bangunan sementara : dibuat setelah semua korban mendapat tempat tinggal darurat (1-6
bulan pasca bencana) dan bersifat semi permanen.
3. bangunan permanen : dibuat setelah semua korban mendapat tempat tinggal sementara
(1-5 tahun pasca bencana) dan bersifat permanent.

Bangunan tahan gempa di Indonesia, dibedakan :


1. bangunan sederhana meliputi bangunan tradisional (kayu, bambu) dan sebagian besar
bangunan rumah tinggal berlantai satu atau dua, dari bata/batako.
2. bangunan terekayasa antara lain gedung bertingkat dan sebagian besar bangunan penting
atau fasilitas umum (rumah, sakit, sekolah dll)

Kriteria dasar dalam perencanaan bangunan tahan gempa dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. bangunan dapat menjamin keamanan dan kenyamanan pengguna
2. sesuai dengan fungsi/kepentingan bangunan
3. bangunan dikerjakan dengan rancangan banguanan tahan gempa

Sesi 7
MENGURANGI RESIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI

Tujuan Sesi

1. Peserta memahami ancaman bahaya gunung berapi (gas vulkanik, lava, lahar, awan
panas) dan mampu merumuskan langkah untuk menyelematkan diri.
2. Peserta memiliki kemampuan membuat peta bahaya dan menentukan lokasi yang aman
untuk menghindari ancaman bahaya gunung berapi.
3. Peserta mampu merumuskan langkah-langkah baik persiapan, saat terjadi dan hal yang
sebaiknya dilakukan setelah terjadi letusan gunung berapi.

Modul 36
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi Curah Spidol


ini kepada peserta. Pendapat Metaplan
Plano
2 Fasilitator membagi metaplan kepada peserta. LCD
(1) Metaplan warna hijau untuk menjawab
pertanyaan persiapan apa yang
dilakukan masyarakat dalam
menghadapi ancaman letusan gunung
berapi di daerahnya.
(2) Metaplan warna putih untuk menjawab
pertanyaan apa yang sebaiknya
dilakukan jika terjadi letusan gunung
berapi.

3 Metaplan ditempel di dinding dikelompokkan


apabila ada pendapat yang sama. Fasilitator
meminta pendapat dari peserta jika ada
jawaban peserta yang perlu diklarifiaksi.

4 Kemudian peserta dibagi menjadi tiga (3) Diskusi


kelompok untuk mendiskusikan: Kelompok
(1) Kebiasaan apa yang muncul di
masyarakat sebelum dan saat gunung
meletus.
(2) Apakah masyarakat mengenali
tanda-tandanya? Apakah masyarakat
mengadakan pertemuan untuk membaca
tanda-tanda itu dan mempersiapkan
langkah-langkah tertentu?
(3) Apa yang dilakukan
masyarakat saat gunung meletus?
Bagaimana masyarakat saling bekerja
sama untuk menyelamatkan diri?

5 Setelah selesai, hasil diskusi kelompok Presentasi


dipresentasikan. Fasilitator mencatat hal-hal
penting. Dan dilanjutkan dengan input
pembicara tentang gunung berapi.

Modul 37
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
6 Narasumber menjelaskan mengapa terjadi Ceramah
letusan gunung berapi, tanda-tanda akan
terjadinya letusan, ancaman bahaya saat
terjadi letusan gunung berapi, dan bencana
susulan yang potensial terjadi setelah
terjadinya letusan gunung berapi. Persiapan
yang harus dilakukan menghadapi letusan,
langkah yang harus dilakukan jika terjadi
letusan gunung berapi dan apa yang sebaiknya
dilakukan saat terjadi letusan gunung berapi.

7 Minta tanggapan peserta atas maetri yang


disampaikan pembicara. Dialog

8 Fasilitator kemudian menutup sesi ini dengan


memberikan applause/tepuk tangan terhadap
semua yang terlibat dalam proses ini.

Fasilitator harus menegaskan lesson learnt sebagai berikut:


1. Indonesia berada di Ring of fire (lingkaran api) gunung berapi. Hal ini menyebabkan Indonesia
rawan dan rentan terhadp bahaya gunung berapi.
2. Resep aman tinggal di sekitar Merapi (pengetahuan lokal dan ilmiah)
3. Bagaimana cara mengurangi resiko jatuhnya korban.

Modul 38
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGURANGI RESIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI

A. Definisi

Gunung api adalah rekahan pada kerak bumi/lubang kepundan tempat keluarnya lelehan batuan
cair/magma dan gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi.

1. Berdasarkan bentuknya (morfologi), gunung api dikelompokkan menjadi beberapa tipe


sebagai berikut;
1. Gunung api strato: berbentuk kerucut dengan kemiringan lereng sangat curam yang
dibentuk oleh letusan eksplosif lava kental, tephra (bahan jatuhan) dan material
piroklastik. Contoh: Gunung Gede, Gunung Merapi
2. Gunung api kaldera: berbentuk cekungan atau depresi yang terdapat pada puncak
gunung api yang sangat besar, kaldera ini terbentuk akibat letusan atau keluarnya magma
dari kantung magma dangkal. Contoh: Gunung Krakatau, Gunung Bromo
3. Gunung api perisai: berbentuk melebar dengan lereng landai yang dibentuk oleh batuan
aliran lava basalt (dengan sedikit kandungan gas) dan bersifat encer (viskositas rendah).
4. Gunung api cinder cone: merupakan gunung api yang abu dan pecahan kecil batuan
vulkaniknya menyebar di sekeliling gunung. Puncaknya berbentuk mangkok dan tingginya
jarang diatas 500m dari tanah.
5. Gunung api basalt: terbentuk karena aliran atau keluarnya magma ke permukaan bumi
melalui rekahan memanjang.
6. Gunung api kubah lava: terbentuk dari lava dengan viskositas tinggi sehingga tidak bias
mengalir dan terkonsentrasi di sekitar lubang kawah.

2. Tipe letusan gunung api


1. Erupsi hawaian; ditandai oleh keluarnya lava basalt (dengan sedikit kandungan gas)
dalam jumlah banyak.
2. Erupsi strombolian; ditandai oleh lontaran lava/piroklastik pijar menyerupai kembang api
sampai ketinggian kurang dari 100m dari puncak/kawah dan berlangsung singkat.
3. Erupsi vulkanik; terjadi jika dalam proses erupsi lava yang cukup kental menjadi dingin
secara tiba-tiba.
4. Erupsi pele’ean; tipe ini melontarkan gas dan abu serta fragmen lava pijar dalam jumlah
sangat banyak.
5. Erupsi plinian/vesuvian; tipe ini termasuk erupsi yang paling eksplosif yang berasosiasi
dengan lava dasitik sampai riolitik dari suatu gunung api strato.
6. Erupsi hidrovolkani; pada erupsi tipe ini kontak magma dengan air yang tiba-tiba
menyebabkan air menjadi uap.

3. Ancaman bahaya gunung berapi

Modul 39
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
1. Aliran piroklastik/wedhus gembel. Adalah campuran fragmen batuan, abu, gas, volkanik
dan udara bersuhu tinggi (200-700), yang mengalir menuruni lereng dengan kecepatan
tinggi (lebih dari 70 km/jam).
2. Lahar. Adalah istilah yang diadopsi dari bahasa Indonesia untuk aliran Lumpur volkanik.
3. Longsor. Adalah gerakan masa batuan dan tanah yang terjadi ketika lereng gunungapi
runtuh dan meluncur ke bawah.
4. Tephra. Terbentuk jika erupsi volkanik yang eksplosif melontarkan fragmen batuan dan
lava ke udara dengan kekuatan yang sangat besar.
5. Gas volkanik, gas racun. Terlarut dalam magma terlepas ke udara saat terjadi erupsi.
Dapat keluar melalui rongga-rongga/rekahan yang terdapat di rengkahan gunung berapi.
Bisa menyebabkan kematian (mis: gas CO2). Contoh: gunung api Dieng, Tangkuban
Perahu.
6. Aliran lava. Adalah batuan cair bersuhu tinggi (700 – 12000 C) yang mengalir dari lubang
erupsi. Lava membakar apa saja yang dilaluinya. Apabila sudah dingin berubah menjadi
batuan beku.
7. Awan Panas. Adalah campuran material antara gas dan bebatuan (segala ukuran)
bersuhu tinggi.
8. Hujan abu. Hádala campuran halus abu dan pasir halus yang diterbangkan angin.
Berbahaya bagi mata, pernafasan, pencemaran air tanah, merusak tumbuhan, unsur
kimia asamnya mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin.
9. Gempa bumi; proses naiknya magma dari dapur magma ke lubang kawah selama
aktivitas erupsi sering disertai dengan terjadinya gempa bumi volkanik.
10. Tsunami. Tsunami volkanik dapat timbul jika tanah longsor, aliran piroklastik dan lahar
masuk ke laut atau danau besar yang menghasilkan energi besar dan mendorong air laut
ke pantai. Contoh: Krakatau tahun 1883.

B. Upaya-Upaya Yang Bisa Dilakukan Untuk Memperkecil Dampak Bencana Gunung Berapi

1. Pemantauan. Pesantren membuat kerja sama dengan Posko Pemantauan Gunung Berapi
di daerahnya agar bisa mendapat informasi secara cepat dan akurat perkembangan
aktivitas gunung berapi.
2. Membentuk tim khusus. Untuk melakukan pemeriksaan terpadu atas aktifitas gunung
berapi.
3. Pemetaan. Membuat dan mensosialisasikan peta rawan bencana yang menjelaskan jenis
dan sifat bahaya, titik-titik rawan bencana, arah penyelamatan, lokasi pengungsian dan
pos penanggulangan bencana.
4. Mempersiapkan tas bencana (individu) dan posko bencana yang mempersiapkan
kebutuhan dasar.
5. Sosialisasi dan penyuluhan. Memberi informasi dan pendidikan kebencanaan kepada
masyarakat secara langsung.
6. Membentuk tim siaga/tanggap darurat di tingkat lokal

Modul 40
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Seringkali informasi yang disiarkan oleh posko pemantauan dengan menggunakan istilah
sehingga masyarakat tidak segera mengetahui makna dan tindakan yang harus diambil. Berikut
ini adalah makna dari isyarat-isyarat tersebut:

Status/Tingkat Makna Tindakan


AWAS - gunung berapi segera atau - mengosongkan wilayah yang
kritis atau sedang meletus terancam bahaya
- letusan pembukaan dimulai - melakukan koordinasi harian/
dengan abu dan asap jam
- letusan berpeluang terjadi - memberlakukan sistem piket
dalam 24 jam
SIAGA - gunung berapi sedang - sosialisasi di wilayah rawan
mengarah untuk - menyiapkan sarana darurat
meletus/menimbulkan bencana melakukan koordinasi harian
- data menunjukkan aktifitas - memberlakukan sistem piket
mengarah pada letusan/bencana
letudan dapat terjadi dalam 2
minggu
WASPADA - ada aktifitas dalam bentuk - penyuluhan/sosialisasi
apapun dan cenderung naik - melakukan penilaian bahaya
- aktifitas seismik naik, - mengecek sarana
begitupun aktifitas vulkanis, yang - melakukan piket berkala
diakibatkan magma, tektonik dan
hidrotermal.

NORMAL - tidak ada gejala aktifitas magma - pengamatan rutin


- survey

C. Yang seharusnya dilakukan masyarakat di daerah sekitar gunung berapi saat terjadi
bencana gunung berapi, adalah:
1. Menghindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran
lahar.
2. Melindungi diri dari abu dan awan panas, misalnya dengan masker, baju lengan panjang
dan celana panjang, topi atau penutup lainnya.

D. Yang harus dilakukan setelah Letusan gunung berapi, diantaranya:


1. Menjauhi wilayah yang terkena hujan abu.
2. Membersihkan atap dari timbunan abu agar beratnya tidak merusak atap atau
meruntuhkan bangunan.
3. Menghindarkan mesin-mesin dan peralatan mudah korosi dari hujan abu.

Modul 41
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 8
MENGURANGI RESIKO BENCANA TSUNAMI

Tujuan Sesi

1. Peserta memiliki pengetahuan tentang gelombang tsunami dan kemampuan mengenali


gejala-gejala yang bisa menjadi penanda terjadinya ancaman gelombang tsunami.
2. Peserta mengenali ancaman resiko bencana dan dampak terjadinya gelombang tsunami.
3. Peserta memiliki kemampuan untuk menyelamatkan diri, dan mengurangi dampak resiko
dari tsunami.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi ini kepada Spidol


peserta. Metaplan
Hand Out
2 LCD
Fasilitator mengajak peserta untuk bersama-sama Pemutaran
menyaksikan film dokumenter bencana tsunami (Aceh) Film
Film
tentang
3 Setelah itu fasilitator mengajak peserta untuk mencatat : Curah tsunami
(1) Apa yang peserta ketahui tentang tsunami? Kapan Pendapat
tsunami itu terjadi dan apa tanda-tandanya?
(2) Resiko bahaya apa saja yang mengancam pada saat dan
setelah terjadinya tsunami?
(3) Langkah apa saja yang dilakukan untuk menyelematkan
diri dan mengurangi resiko ancaman bencana tsunami.

Ceramah
4 Fasilitator meminta nara sumber menjelaskan catatan peserta
tentang tsunami, dilanjutkan menjelaskan langkah-langkah
penurunan resiko dari ancaman bencana yang bisa dilakukan
pada saat dan setelah terjadinya gelombang tsunami.

5 Persilakan peserta untuk memberi tanggapan atas langkah- Dialog


langkah mitigasi yang dijelaskan pembicara.

Fasilitator kemudian menutup sesi dengan memberi


6
penekanan tentang pembelajaran yang bisa diambil peserta
dari bahaya tsunami yang pernah terjadi.

Modul 42
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:
1. Tsunami itu bukan bahaya yang berdiri sendiri
2. Ada tanda-tanda yang bisa dikenali, sebagaimana pengamalan masyarakat di Pulau Simeuleu
saat terjadi tsunami di Aceh.
3. Dengan mengenali tanda-tanda, ada tenggang waktu untuk melakukan penyelamatan (maksimal
30 menit)
4. Anda mungkin selamat jika anda sigap dan tahu cara menyelamatkan diri saat tsunami terjadi.

Modul 43
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGURANGI RESIKO BENCANA TSUNAMI

A. Definisi

Tsunami adalah gelombang panjang yang terjadi karena adanya perubahan dasar laut atau
perubahan badan air yang terjadi secara tiba-tiba dan impulsive, akibat gempabumi, erupsi
vulkanik, letusan gunung berapi laut, longsoran bawah laut, atau runtuhan gunung es bahkan
akibat terjangan benda-benda angkasa ke permukaan laut.

Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang, Tsu, yang artinya pelabuhan dan nami yang artinya
gelombang laut. Awalnya tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan.
Bencana Tsunami juga telah digambarkan Allah dalam ayat Al-Qur’an, yaitu :

1.
   
“Dan apabila lautan menjadikan meluap” (QS Al Infithaar : 3)

2.
            
 
11. ”Sesungguhnya Kami, ketika air (banjir) melampaui hadnya (serta menenggelamkan gunung-
gunung), telah mengangkut (serta menyelamatkan nenek moyang) kamu ke dalam bahtera Nabi
Nuh (yang bergerak laju pelayarannya)….
12. ”Agar kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga
yang mau mendengar”. (QS. Al-Haqqah:11-12)

Kejadian tsunami yang signifikan di Indonesia (data Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana
Geologi)
No. Tahun Tempat Magnituda Korban
1. 1883 G. Krakatau - 36.000
2. 1883 Sumbar, Bengkulu, Lampung 8,8 Tak tercatat
3. 1938 Kep. Kai – Banda 8, 5 Tak tercatat
4. 1967 Tinambung - 58
5. 1968 Tambu, Sulteng 6 200
6. 1977 Sumbawa 6,1 161
7. 1992 Flores 6,8 2080
8. 1994 Banyuwangi 7,2 377
9. 1996 Toil-toli 7 9
10. 1996 Biak 8,2 166
Modul 44
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
11. 2000 Banggai 7,3 50
12. 2004 NAD 9 250.000
13. 2006 Selatan Jawa - > 500

B. Tanda-tanda sebelum tsunami


1. gerakan tanah/ guncangan
2. riakan air laut
3. penarikan/surutnya muka air laut
4. pembentukan dinding muka air di tengah laut
5. muncul suara yang lain dari biasanya dari arah laut

C. Upaya perlindungan diri dari ancaman tsunami


1. mengetahui perihal tsunami dan sosialisasi tentang bencana tsunami
2. saling berbagi pengetahuan dengan lingkungan sekitar
3. mengenal area di mana kita berada dan menyiapkan alur penyelamatan
4. membangun batu-batu pemecah gelombang dan menghijaukan hutan bakau
5. membangun bangunan tempat menyelamatkan diri di dekat wilayah bencana
6. membangun dinding penahan laju tsunami yang benar-benar kokoh
7. membangun rumah dengan tiang kokoh di atas batas tinggi bangunan tsunami
8. membuat peraturan daerah dan nasional yang menjelaskan koordinasi penanganan
bencana secara cepat dan efisien.
9. secara berkala melakukan simulasi
10. membuat early warning system/sistem peringatan dini tsunami.

D. Yang harus dilakukan saat terjadinya tsunami, diantaranya:


a. jika berada di sekitar pantai, segera berlarilah ke tempat yang tinggi sambil memberitahu
teman-teman yang lain
b. jika ada gedung bertingkat dan kokoh di sekitar pantai, larilah ke tingkat tertinggi gedung
c. jika berada di perahu/kapal di tengah laut, arahkan perahu ke laut menjauhi pantai.
d. jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan mendekat pantai karena
akan ada gelombang susulan.
e. jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan kepada korban

Sesi 9
MENGURANGI RESIKO BENCANA BANJIR

Modul 45
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Tujuan Sesi
1. Peserta memahami berbagai jenis potensi ancaman bahaya pada saat dan setelah
terjadi banjir.
2. Peserta mampu menganalisis akar masalah terjadinya banjir dan mampu merumuskan
langkah-langkah baik persiapan, langkah saat terjadi ancaman bahaya banjir dan hal
yang sebaiknya dilakukan setelah terjadi banjir.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi Spidol


ini kepada peserta. Metaplan
Hand Out
2 Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan Simulasi LCD
simulasi menghadapi bahaya banjir. Peserta
dibagi menjadi lima kelompok. Apabila
fasilitator berteriak “banjir”, peserta diharuskan
untuk membawa barang yang dianggap
penting dan mengungsi ke tempat yang
dianggap peserta paling aman.

3 Setelah simulasi berakhir, fasilitator mengajak Curah pendapat


peserta untuk mengevaluasi hasil simulasi
dengan memberi pertanyaan:
(1) Barang apa saja yang penting untuk
dibawa mengungsi?
(2) Bagaimana cara menentukan tempat
evakuasi atau tempat yang dianggap
paling aman untuk mengungsi? Apa
saja yang harus dipersiapkan?
(3) Apa yang bisa dilakukan masyarakat
korban banjir untuk bertahan hidup
selama masa banjir?

4 Dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Peserta Diskusi


dibagi menjadi tiga kelompok untuk Kelompok
mendiskusikan:
(1) Mengapa banjir terjadi di daerah anda?
Apa yang bisa anda lakukan untuk
mengurangi dampak banjir?
(2) Siapa saja yang memiliki peran dalam
Modul 46
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
mencegah dan mengurangi dampak
banjir di daerah anda?
(3) Bagaimana anda bisa mengajak semua
pihak yang berperan untuk bekerja
sama mencegah atau mengurangi
dampak banjir?

5 Fasilitator kemudian meminta setiap kelompok Presentasi


untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

6 Fasilitator meminta narasumber untuk Ceramah


menjelaskan mengapa terjadi banjir, tanda-
tanda akan terjadinya banjir, ancaman bahaya
saat terjadi banjir, dan bencana susulan yang
potensial terjadi setelah terjadinya banjir.
Persiapan yang harus dilakukan menghadapi
banjir, langkah yang harus dilakukan jika terjadi
banjir dan apa yang sebaiknya dilakukan saat
terjadi banjir.

7 Minta tanggapan/respon peserta atas Dialog


penjelasan narasumber.
Kemudian menutup sesi ini dengan
memberikan aplause terhadap semua yang
terlibat dalam proses.

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


1. Konsep hidup dengan banjir “Living with the floods”
2. Pada dasarnya manusia bisa hidup dengan banjir bila mampu mengelola resiko bencananya.
3. Banjir terjadi karena ada sumber persoalan di luar kemampuan masyarakat, misalnya kebijakan
pemerintah, dll.

Modul 47
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGURANGI RESIKO BENCANA BANJIR

A. Definisi

Banjir terjadi apabila terdapat sejumlah besar air (bisa berasal dari hujan, jebolnya
bendungan/sungai, dll) melimpah dan malampaui kapasitas daya tampung sungai, menggenangi
daerah di sekitarnya yang biasanya tidak tergenang dan bersifat merugikan kehidupan manusia.

Bencana banjir mengingatkan kita kepada sebuah peristiwa bencana bersejarah di masa Nabi
Nuh As. Dimana pada masa itu, kemunculan air banjir bermula dengan limpahan air dari At-
Tannur. Dan menelan semua penghuni pelosok bumi pada masa itu.

            
 
” Sesungguhnya Kami, ketika air (banjir) melampaui hadnya (serta menenggelamkan gunung-
gunung), telah mengangkut (serta menyelamatkan nenek moyang) kamu ke dalam bahtera Nabi
Nuh (yang bergerak laju pelayarannya)......................... (QS. Al-Haqqah : 11-12)

          
     
16. Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar [*] dan
Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah
pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (QS. Saba : 16)
[*] Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma'rib.

B. Penyebab Banjir
1. hujan yang turun dalam jangka waktu yang lama dengan curah hujan yang besar.
2. erosi tanah atau buruknya penanganan sampah. erosi tanah dan menumpuknya sampah
menutup saluran air (sungai, got, dll), mengakibatkan luapan air.
3. bendungan dan saluran air yang rusak. akibat tidak mampu menampung air
mengakibatkan bendungan/saluran air jebol sehingga menjadi banjir di daerah sekitarnya.
4. keadaan tanah dan tanaman. tanah yang tidak memiliki tanaman yang berdaya serap air
tinggi dan tidak memiliki tampungan air/ sumur serapan akan lebih mudah terkena banjir
5. bebatuan (alami atau semen dan paving) akan susah menyerap air sehingga rawan banjir.

C. Upaya pencegahan kemungkinan banjir di daerah yang rawan banjir (Mitigasi)


1. mengatur aliran air ke luar daerah pada pemukiman yang beresiko banjir
2. memastikan sistem pembuangan air kotor berfungsi baik
3. melakukan penyuluhan-penyuluahan di forum-forum nu
4. memasang tanda bahaya pada jembatan yang rendah
Modul 48
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
5. melakukan persiapan mengungsi dengan selalu siap peta/rute evakuasi dan tas bencana.
6. aktif mengikuti sosialisasi informasi perkembangan kenaikan air dari rt/rw atau pusat
bencana di daerah tersebut
7. membuat sistem peringatan dini
8. deteksi dini

D. Penyakit yang sering diderita korban banjir (Dampak Banjir)


1. Jenis Penyakit
1. penyakit diare. masa inkubasinya antara 1-7 hari.
2. penyakit kulit
3. penyakit yang disebarkan oleh nyamuk (db, malaria)
4. leptospirosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh urin hewan, terutama tikus)
5. ISPA
6. depresi

2. Untuk mencegah penyakit-penyakit bawaan banjir


1. tidak menggunakan air yang telah tercemar untuk minum, mencuci, mandi, dsb.
2. mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan atau memasak
3. merebus air sampai mendidih sebelum digunakan
4. tidak minum air mentah
5. apabila harus berada selama beberapa waktu dalam kubangan banjir, gunakan sepatu
boot, untuk mencegah kulit/kaki luka. Hal ini Untuk menghindari penyakit Leptospirosis.

3. Pembersihan rumah setelah banjir


1. untuk dinding, lantai, bersihkan dengan sabun dan diberi obat pembasmi kuman dengan
campuran 1 cangkir pemutih per 20 liter air.
2. tempat-tempat bermain anak dan tempat makan harus diberi perhatian khusus untuk
membersihkannya.
3. untuk barang yang sulit dibersihkan seperti kasur, sofa harus dijemur di luar rumah.
4. untuk kebersihan lingkungan, harus ada upaya bersama dalam bentuk kerja bakti secara
rutin.

Modul 49
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 10
MENGURANGI RESIKO BENCANA KEBAKARAN

Tujuan Sesi
1. Peserta memahami ancaman bahaya kebakaran.
2. Peserta mampu memetakan potensi dan akar masalah yang menyebabkan terjadinya
kebakaran di daerahnya dan merumuskan langkah-langkah baik persiapan, langkah saat
terjadi kebakaran dan hal yang sebaiknya dilakukan setelah terjadi kebakaran.
3. Peserta memiliki kecakapan teknis bagaimana cara mengurangi resiko bencana saat
terjadi kebakaran dan memiliki kemampuan teknis untuk menyelematkan diri, keluarga
dan anggota komunitasnya saat terjadi kebakaran.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi Plano


ini kepada peserta. Spidol
Hand Out
2 Ajak peserta untuk membaca kliping berita Membaca teks LCD
kebakaran. Setelah itu setiap peserta diminta Kliping Koran tentang
untuk mengemukakan pengetahuan yang Curah pendapat kebakaran
dimilikinya, seputar:
(1) Mengapa sering terjadi kebakaran? Dan
apa penyebabnya?
(2) Bagaimana kesiapsiagaan masyarakat dan
aparat terkait menghadapi ancaman bahaya
kebakaran yang terjadi selama ini?
(4) Problem apa yang paling mendasar yang
menyebabkan setiap kali terjadi kebararan
selalu susah diatasi secara cepat dan segera?
(5) Problem sosial apa yang kemudian terjadi
setelah terjadi kebakaran?

3 Setelah selesai, fasilitator menegaskan dan


menjelaskan konsep mitigasi bencana
kebakaran baik yang sifatnya struktural
maupun non struktural. Diteruskan langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk
menyelamatkan diri pada saat terjadi
kebakaran, langkah setelah terjadinya
kebakaran, dan langkah-langkah untuk
Modul 50
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
menangani jika jatuh korban.

4 Minta umpan balik peserta atas presentasi dan Curah pendapat


bagaimana mengimplementasikannya dengan
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki
oleh warga sekarang ini.

5 Setelah selesai tutup sesi ini dengan


menekanan bahwa dengan segala
keterbatasan yang dimiliki selalu ada cara
untuk mencegah bahaya kebakaran.

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


1. Intensitas dan frekuensi kebakaran cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
2. Kebakaran terjadi di kawasan pinggiran yang padat penduduk dan rentan secara ekonomi, sosial
dan politik.
3. Pemicu kebakaran sering terjadi karena masalah keteledoran dan sikap yang acuh terhadap
ancaman bencana kebakaran baik oleh individu maupun perusahaan dan industri.
4. Tata ruang selalu menjadi penghambat dalam mengatasi bencana kebakaran yang terjadi.
5. Sebagian masyarakat tidak memiliki fasilitas untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
kebakaran.

Modul 51
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGURANGI RESIKO BENCANA KEBAKARAN

A. Definisi

Kebakaran akan terjadi jika ada 3 komponen penting penyebab kebakaran, yaitu: oksigen, panas
(yang cukup menaikkan temperatur ke titik bakar) dan bahan bakar (material yang mudah
terbakar, seperti bensin, dll).
Ada empat tipe api berdasar bahan bakarnya:
1. Api kelas A (bahan bakar yang mudah terbakar); kayu, kertas, pakaian, sampah, plastik.
2. Api kelas B (bahan baker non logam dan cair); bensin, oli, minyak, aseton.
3. Api kelas C (bahan bakarnya alat-alat listrik yang masih beraliran dan masih terpasang di
socket inlet listrik).
4. Api kelas D (bahan bakarnya berada di laboratorium); logam seperti potassium, sodium,
alumunium, magnesium.

B. Jenis Kebakaran

Kebakaran yang paling sering terjadi dibedakan menjadi dua (2), yaitu kebakaran kota (rumah,
kantor, pabrik) dan kebakaran lahan/hutan.

I. Kebakaran Kota

 Penyebab kebakaran rumah yang paling sering adalah:


a. ceroboh mengisi kompor minyak tanah pada saat masih menyala
b. api lilin atau obat nyamuk
c. konsleting/hubungan arus pendek
d. api petasan
e. membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat sampah yang banyak
kertas, plastik atau benda kering lainnya
f. api pembakaran sampah kota
g. bencana alam (gunung api, gempa)
h. tidak ada sistem deteksi dini (alarm, dll)

 Penyebab kebakaran kantor/pabrik:


a. steker menumpuk
b. membuang puntung rokok sembarangan
c. ceroboh/tidak peduli kepentingan umum
d. tidak ada sistem deteksi dini (alarm, dll)

 Upaya pencegahan kebakaran yang bisa dilakukan:


a) mensosialisaikan mitigasi kebakaran melalui forum-forum NU
Modul 52
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
b) memeriksa instalasi listrik
c) kerja bakti rutin untuk menjauhkan bahan mudah terbakar dari pemukiman
d) memastikan tersedianya hidran di lingkungan pemukiman
e) menetapkan sistem informasi dan deteksi dini (misalnya dengan kentongan, sms
yang dikoordinasikan oleh RW/RT)
f) melakukan simulasi secara berkala
g) menata ruang pemukiman tidak terlalu padat

 Saat kebakaran terjadi, beberapa hal yang harus dilakukan:


a. kenali bahan bakar penyebab kebakaran
b. jangan panik, bila kompor yang terbakar gunakan karung basah untuk menutup kompor
yang masih menyala
c. jangan menyiran air ke atas kompor yang masih terbakar
d. jika kebakaran listrik, cepat putuskan aliran listriknya
e. bila api tak bisa dipadamkan segera menyelamatkan diri dan menghubungi petugas
pemadam kebakaran.
f. apabila sudah diluar bangunan jangan sekali-kali masuk ke dalamnya untuk alasan
apapun
g. jangan bersembunyi di kamar mandi untuk beremdam karena airnya bisa mendidih/kering
h. bila terkurung asap berjalanlah pelan dan merangkak dengan menutup mulut dan hidung
dengan kain
i. jika terbakar segera dinginkan dengan es atau disiram air mengalir (ditambah garam)

Setelah kebakaran segera obati luka dengan pertolongan medis, mengevakuasi korban ke lokasi
yang aman, mendampingi korban yang mengalami trauma dan mencari bantuan berupa air,
makanan dan pakaian.

II. Kebakaran Lahan/Hutan

 Kebanyakan kebakaran lahan/hutan terjadi karena faktor kesengajaan manusia dan kesalahan
kebijakan, seperti:
a. pembukaan lahan pertanian baru baik oleh perseorangan atau perusahaan perkebunan
b. pembakaran hutan untuk alasan penghijauan atau yang lainnya
c. perusakan hutan akibat pertambangan atau industri yang tidak aman
d. api unggun
e. land clearing/ pembukaan hutan oleh perkebunan besar

 Selain itu, kebekaran lahan/hutan yang terjadi karena faktor bukan manusia, diantaranya:
a. topografi. Lahan dengan kemiringan tinggi, kebakaran akan lebih cepat meluas.
b. angin yang besar juga akan memperluas penyebaran api. Dalam kasus kebakaran
hutan/lahan biasanya yang menjadi bahan bakarnya adalah tanaman, mulai dari rumput
tinggi, semak dan pepohonan

Modul 53
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
c. cuaca. Musim kemarau dengan udara kering membuat lahan mudan terbakar
d. letusan gunung berapi.
e. petir
f. kandungan tanah seperti batubara akan juga menjadi penyebab kebakaran

 Akibat dari kebakaran adalah:


a. asap tebal yang mengganggu kesehatan dan keselamaatn
b. terancamnya kehidupan hewan dan tumbuhan
c. membahayakan jiwa

 Untuk pencegahan terjadinya kebakaran lahan/hutan, diantaranya:


a. sosialisasi pentingnya kelestarian lingkungan
              

Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 205)

b. membuat kebijakan yang tegas dan bersanksi hukum untuk pengelolaan kawasan hutan
dan pelaku pengrusakan hutan
c. melengkapi polisi hutan dengan peralatan yang lengkap dan bagus
d. melibatkan penduduk sekitar untuk menjaga kelestarian hutan
e. dilarang membakar sampah/api unggun di hutan dan membangun hidran di titik-tik
strategis hutan/lahan
f. membuat hujan buatan di musim kemarau

 Tindakan yang harus diambil pada saat terjadinya kebakaran, diantaranya adalah:
a. segera memadamkan api dan menghubungi petugas hutan
b. apabila api membesar segera menjauh dan menyampaikan informasi kebakaran ke pihak
terkait seperti polisi, petugas pemadam kebakaran hutan, rumah sakit, radio, dan lain-lain,
untuk menyiarkan sehingga menjadi peringatan bagi yang lain

 Tindakan yang bisa dilakukan setelah kebakaran:


a. tidak memasuki kawasan hutan/lahan terbakarr sebelum dinyatakan benar-benar aman
b. untuk menghindari efek asap/kabut gunakan masker.
c. menghindari keluar rumah saat kabut masih tebal dan memperbanya makan buah dan
minum air
d. segera ke puskesmas/dokter jika mengalami gangguan nafas.

Modul 54
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 11
MENGURANGI RESIKO
BENCANA TANAH LONGSOR

Tujuan Sesi

1. Peserta memahami ancaman bahaya tanah longsor


2. Peserta mampu mengenali gejala-gejala umum dan penyebab terjadinya tanah longsor.
3. Peserta mampu memetakan wilayah-wilayah yang rawan tanah longsor dan
merumuskan tindakan untuk mengurangi ancaman resiko bencananya.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi ini Kliping


kepada peserta.

2 Peserta dibagi menjadi tiga (3) kelompok. Masing- Diskusi Plano


masing kelompok mendiskusikan tentang: Kelompok Spidol
(1) Mengapa longsor terjadi di Hand out
daerah anda? Apa sebabnya? LCD
(2) Apa saja yang dilakukan oleh
pesantren dan warga masyarakat saat longsor
terjadi?
(3) Tindakan apa yang sudah
dilakukan pesantren dan masyarakat mencegah
atau mengurangi resiko ancaman bahaya
3 longsor? Curah pendapat
Presentasi
Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Dan Power point
fasilitator membuat catatan penting dari presentasi
peserta. Untuk kemudian memberi penjelasan lebih
lanjut tentang konsep mitigasi bencana tanah longsor
dan langkah-langkah praktis pencegahan agar tidak
4 terjadi longsor.

Fasilitator menutup sesi dengan membuat kesimpulan


kesimpulan penting tentang ancaman bahaya longsor.

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


1. Ancaman bahaya longsor bisa dikenali tanda-tandanya.
2. Ancaman bahaya longsor bisa dikurangi resikonya.
Modul 55
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGURANGI RESIKO BENCANA TANAH LONGSOR

A. Definisi

Longsor terjadi bila gaya tarik material penyusun lereng menuju ke bawah (beban tidak dapat
ditahan oleh gaya penahan sehingga kondisi keseimbangannya tidak tercapai). Tanah longsor
dapat terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba.

Faktor yang mempengaruhi longsor diantaranya adalah lereng yang gundul, kondisi batuan atau
tanah tidak stabil dan biasanya dipicu oleh hujan. Beberapa tempat yang biasanya terkena tanah
longsor sebagai berikut:

 lereng sungai atau lereng pantai


 lereng batuan dan tanah lunak
 daerah dengan intensitas gempa bumi yang tinggi
 longsoran di kawasan pegunungan dan gunung api
 lereng jalan akibat getaran
 daerah bekas tanah longsor lama
 daerah tempat pembuangan sampah

B. Beberapa tanda-tanda umum yang harus diwaspadai akan terjadinya tanah longsor

 lapisan tanah yang searah kemiringan lereng


 curah hujan yang tinggi
 curah hujan tidak tinggi tetapi terus menerus dalam waktu lama
 rembesan air pada lereng atau munculnya mata air baru secara tiba-tiba
 tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
 muncul retakan di lereng yang sejajar arah tebing
 air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
 gempa

C. Yang ditimbulkan akibat bencana longsor


 kerusakan fisik
 korban manusia

D. Untuk mencegah bahaya tanah longsor yang harus dilakukan adalah :


 memelihara hutan-hutan yang ada atau menghijaukan kembali hutan-hutan yang gundul
dengan jenis tanaman yang berakar kuat.
 pembuatan drainage atau saluran pengering di daerah rawan tanah longsor (terutama
pada musim hujan)
Modul 56
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
 membangun dinding penahan di lereng yang terjal
 pengaturan lokasi perkampungan atau pedesaan.
 memeriksa keadaan tanah secara berkala dan melakukan deteksi dini
 membuat peta bahaya

E. Tidak semua longsor dapat dicegah maka dari itu tindakan yang harus dilakukan untuk
menguranginya adalah :
1. Pemetaan; memberikan informasi dalam bentuk peta atau film mengenai daerah yang
rawan lonsor kepada masyarakat.
2. Penyelidikan; mempelajari apa penyebab dan akibat dari bencana tanah longsor supaya
dapat merencanakan penanggulangan bencana dan pembangunan wilayah.
3. Pemeriksaan; dilakukan pada saat dan sesudah terjadi bencana tanah longsor untuk
mengetahui penyebab, kondisi bencana dan cara menanggulanginya.
4. Pemantauan; dilakukan pada daerah rawan tanah longsor dan daerah strategis secara
ekonomi.
5. Sosialisasi; memberikan pemahaman pada pemerintah dan masyarakat umum tentang
bencana tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya.

Modul 57
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 12
MENGURANGI RESIKO
BENCANA ANGIN PUTING BELIUNG/ LESUS

Tujuan Sesi

1. Peserta mampu mengenali ancaman bahaya badai atau angin puting beliung dan bisa
mengenali kawasan yang rentan terhadap ancaman bencana angin puting beliung.
2. Peserta memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan guna mengurangi ancaman
bahaya angin puting beliung.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi


ini kepada peserta.

2 Fasilitator membagi peserta menjadi delapan Praktek Gelas plastic


(8) kelompok. Setiap kelompok diberi satu (1) Alat pengaduk
gelas plastik yang diisi dengan: Air
(1) air penuh satu gelas, pasir dan kerikil Kerikil
(2) air setengah gelas, pasir dan kerikil Pasir
(3) air seperempat gelas, pasir dan kerikil Plano
(4) air sedikit dan kerikil satu gelas penuh. Spidol
Hand out
3 Mintalah peserta untuk mengaduk (dengan arah LCD
memutar searah jarum jam) semakin lama
semakin cepat. Ajak peserta untuk
memperhatikan apa yang terjadi dengan air,
pasir dan kerikil yang diaduk tersebut.

4 Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa


peserta telah memvisualisasikan angin lesus
dan terjadinya angin lesus/puting beliung.

5 Ajaklah peserta untuk mencurahkan Curah pendapat


pengalaman dan pengetahuannya tentang
badai dan atau angin puting beliung, misalnya
dengan menanyakan:
(1) Kerusakan apa saja yang terjadi saat terjadi
angin puting beliung

Modul 58
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
(2) mengapa kerusakan itu terjadi
(3) dampak ikutan apa saja yang terjadi sebagai
akibat dari angin puting beliung yang terjadi
selama ini.

6 Fasilitator kemudian mengundang narasumber Ceramah


untuk menjelaskan apa itu angin ribut? Sebab Dialog
dan tanda-tanda terjadinya? Dan upaya apa
saja yang harus dilakukan untuk mengurangi
resiko bencana angin ribut, serta hal-hal praktis
apa saja yang bisa dilakukan atau disiapkan
jika terjadi ancaman angin ribut.

7 Fasilitator menutup sesi dengan menggaris


bawahi beberapa langkah yang harus dilakukan
jika terjadi ancaman bencana angin ribut.

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


Menurut penelitian, bangunan akan lebih bisa bertahan apa bila tidak ada angin yang masuk. Angin
rebut/lesus sering merusak infrastruktur dan instalasi publik.

Modul 59
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGURANGI RESIKO BENCANA ANGIN PUTING BELIUNG

A. Definisi

Angin adalah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin
yang amat kuat disebut badai. Badai yang cukup berbahaya dikenal dengan nama tornado di
Indonesia, berbentuk cerobong udara yang bergulung-gulung dan membumbung tinggi di bawah
awan badai. Tornado di atas air yang terbentuk jika air terserap ke cerobong udara di sebut
puting beliung.

Bahkan dalam Al Qur’an terdapat gambaran betapa dasyatnya angina taupan atau badai yang
mengingatkan kepada kita untuk selalu waspada dan mawas diri.
           
           
Atau Apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia
meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. dan
kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) kami.
(Al Isra: 69)

B. Akibat yang bisa ditimbulkan oleh angin ribut/badai adalah:


b) keselamatan jiwa
c) kerusakan bangunan
d) banjir/erosi
e) kerusakan jaringan listrik/telekomunikasi

C. Tindakan mitigasi yang bisa dilakukan diantaranya adalah:


1. menyadari resiko yang ditimbulkan dan membuat rencana dan peta pengungsian
2. melakukan simulasi
3. menyiapkan tas bencana, yang berisi: lilin/senter, makanan, air (minimal 3 hari)
4. membangun tanggul karung pasir untuk menghindari air masuk rumah jika badai disertai
banjir

D. Persiapan Saat Bahaya


Pada saat badai dan angin topan terjadi, jika berada di rumah harus tetap waspada dan siap jika
harus mengungsi. Persiapan yang harus diperhatikan adalah:
 menutup jendela dan pintu kaca dengan papan
 bawa semua persediaan yang sudah disiapkan (tas bencana)
 jika diperlukan, tingal di suatu ruangan yang paling aman di dalam rumah
 terus mendengarkan radio agar mengetahui perubahan kondisi
Modul 60
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
E. Setelah badai atau angin ribut berlalu usahakan untuk:
a. tidak menyalakan listrik/ mendekati kabel listrik yang jatuh di tanah sebelum dinyatakan
aman.
b. mematikan semua gas dan mencabut sekering listrik
c. pergunakan telepon (jika berfungsi) hanya pada saat darurat
d. mendengarkan radio atau informasi lokal yang dapat di dapat

BAGIAN KETIGA

Modul 61
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Pokok Bahasan Topik
Pengalaman NU & Pesantren Dalam Pengelolaan
Mengelola Resiko Bencana Bencana
Mengelola Bencana Berbasis Komunitas
Mengkaji Bahaya, Kerentanan & Kapasitas

Sesi 13
PENGALAMAN NU & PESANTREN DALAM PENGELOLAAN BENCANA

Modul 62
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Tujuan Sesi
1 Menggali pengalaman masyararat NU dan pesantren dalam melakukan pengelolaan
bencana yang terjadi di daerah sekitarnya.
2 Memetakan posisi dan peran Organisasi NU dan peserta dalam melakukan pengelolaan
bencana.
3 Mengidentifikasi berbagai persoalan yang dialami masyarakat NU dan pesantren dalam
melakukan pengelolaan bencana.

Waktu : 60 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi Plano


ini kepada peserta. Spidol

2 Fasilitator membagi peserta ke dalam lima (5) Diskusi


kelompok berdasarkan daerah asal untuk kelompok
mendiskusikan beberapa hal dibawah ini:
(1) Bencana apa saja yang terjadi di daerah
anda? Kapan bencana itu terjadi?
(2) Faktor apa sajakah yang menyebabkan
bencana itu terjadi?
(3) Apa yang dilakukan masyarakat NU dan
Pesantren dalam menangani bencana itu baik
saat bencana maupun setelah terjadinya
bencana?
(4) Masalah/kendala apa saja yang dihadapi
masyarakat NU dan Pesantren dalam
melakukan pengorganisasian saat terjadi
bencana?
(5) Apa kritik dan saran untuk NU dan
pesantren dalam melakukan pengorganisasian
di daerah rawan bencana?

3 Mintalah setiap kelompok untuk Presentasi


mempresentasikan hasil diskusinya secara Dialog
bergantian. Beri kesempatan kepada
kelompok lain untuk memberi tanggapan
terhadap presentasi.

Modul 63
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
4 Fasilitator mencatat hal-hal penting dan isu
strategis yang muncul untuk disimpulkan di
akhir sesi.

Sesi 14
MENGELOLA BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

Modul 64
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Tujuan Sesi
1. Peserta memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
pengelolaan bencana secara umum untuk kemudian diterapkan dalam pengelolaan
bencana di daerahnya
2. Peserta memiliki kemampuan dalam mengurangi resiko bencana
yang terjadi di sekelilingnya.

Waktu : 60 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator mengajak peserta bersama-sama Pemutaran film Plano


menyimak film pendek tentang bencana dan Spidol
cara masyarakat menghadapi bencana Hand out
tersebut (bisa tsunami, banjir, gunung LCD
meletus, atau apa saja sesuai konteks lokasi). Film pendek tentang
bencana
2 Ajak peserta untuk mencurahkan pendapatnya Curah
tentang apa saja yang bisa dipelajari dari film Pendapat
yang sudah diputar .

3 Setelah itu peserta dibagi menjadi 3 (tiga) Diskusi


kelompok untuk mendiskusikan tentang: Kelompok
(1) Apakah mungkin jika terjadi lagi
bencana, masyarakat akan lebih siap?
Bagaimana caranya?
(2) Jelaskan apa saja yang
dilakukan oleh masyarakat untuk
mengurangi dampak (korban dan
kerugian) atau resiko bencana di
daerahnya?
(3) Bagaimana masyarakat
mengelola sumber daya yang dimilikinya
untuk menanggulangi bencana
didaerahnya?
4 Presentasi

Setiap kelompok mempresentasikan hasil


diskusinya. Fasilitator mencatat setiap hal
penting yang muncul dan menjadikan setiap
masukan peserta sebagai pijakan untuk
menjelaskan siklus pengelolaan bencana.
Modul 65
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
5 Curah
Pendapat
Fasilitator melanjutkan dengan meminta
pendapat peserta tentang pentingnya
melibatkan masyarakat dalam pengelolaan
bencana di daerah masing-masing.
6

Fasilitator menyimpulkan hasil curah pendapat


peserta dan menegaskan beberapa kata kunci
dari pengelolaan bencana berbasis
masyarakat.

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


1. Peserta paham siklus pengelolaan bencana
2. Bencana bisa dikelola bukan hanya saat terjadi, tetapi juga sebelum & sesudah.
3. Apabila bencana dikelola terbukti dapat mengurangi resiko bencana.

Modul 66
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGELOLA BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

A. Konsep Mengelola Bencana

Pengelolaan bencana adalah sebuah upaya yang direncanakan untuk menyiapkan tindakan-
tindakan yang tepat dalam menghadapi bencana baik dalam proses pencegahan, mitigasi,
kesiapan, tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan (lihat siklus Pengelolaan Bencana)

Tujuan dan sasaran program pengelolaan bencana dan khususnya bagi pesantren adalah dalam
rangka pengurangan resiko bencana dengan membangun kepedulian komunitas pesantren dan
lingkungan sekitarnya. Untuk itu perlu adanya kelembagaan komunitas yang berkelanjutan, serta
menerapkan prinsip pembangunan yang partisipatif dalam meningkatkan pengembangan
kemampuan komunitas.

Tahap-tahap dalam Siklus Pengelolaan Bencana, adalah:


a. Pencegahan. Hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah: membuat upaya
pencegahan terjadinya bencana (apabila memungkinkan).
b. Mitigasi. Hal-hal yang diperlukan dalam upaya untuk mengurangi resiko atau dampak
kerugian akibat bencana. Contoh: peraturan tentang lingkungan, pelatihan kebencanaan,
membangun rumah tahan gempa, dll.
c. Kesiapan-siagaan. Hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah mengantisipasi,
mencegah atau meredam terjadinya bencana agar tidak menimbulkan dampak kerugian.
Contoh: sistim peringatan dini, membuat peta evakuasi, pelatihan skill kebencanaan.
d. Tanggap darurat. Tindakan mendesak yang diperlukan saat terjadinya bencana.
Contoh : bantuan evakuasi, makanan, pengobatan darurat, dll.
e. Pemulihan. Tindakan yang dibutuhkan disini adalah melakukan upaya pemulihan pelayanan
dasar masyarakat.
Contoh: memperbaiki sarana listrik, komunikasi, air bersih, puskesmas, dll.
f. Pembangunan/rekonstruksi. Merupakan program jangka menengah dan panjang untuk
perbaikan fisik, sosial dan ekonomi.
Contoh: pembangunan tempat tinggal korban dengan lebih tahan bencana gempa, dll

B. Mengelola Bencana Berbasis Komunitas

Pegelolaan bencana harus berbasis komunitas karena masyarakat adalah korban pertama dari
dampak dari bencana yang terjadi dan seringkali tidak bisa mengharapkan bantuan pihak luar
yang sering terlambat datangnya. Diharapkan masyarakat akan memiliki sistem peringatan
bencana komunitas sesuai dengan hasil kajian resiko dan kapasitas yang dimilikinya. Diharapkan
baik perorangan maupun komunitas yang tengah terancam bahaya dapat mengambil tindakan
secara tepat dan cepat untuk mengurangi resiko bencana.

Modul 67
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Dalam pengelolaan bencana berbasis masyarakat berarti masyakarat terlibat secara aktif dalam
proses pengelolaan bencana. Masyarakat menjadi pengambil keputusan dan pelaksanaan dari
kegiatan Pengelolaan Risiko Bencana. Disini, masyarakat yang rentan dilibatkan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan risiko bencana bersama-sama dengan pemerintah
lokal, propinsi, dan nasional melalui suatu jaringan kerjasama, sehingga mengurangi kerentanan
dan meminimalisir resiko bencana
Proses Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas/Masyarakat memungkinkan
keterlibatan semua pihak (komunitas, pemda, pusat, dll) dalam membuat satu sistem bersama
manajemen bencana.

Monitoring & Evaluasi

Pelaksanaan oleh Komunitas

Pembentukan & Pelatihan Organisasi Pengelola Bencana Daerah

Perencanaan Komunitas Manajemen Risiko

Kajian Komunitas Resiko Bencana

Membangun jaringan dengan Komunitas lain dan melakukan


penyadaran

Memilih Komunitas
Komunitas dan

Modul 68
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 15
MENGKAJI BAHAYA, KERENTANAN & KAPASITAS

1. Peserta memahami prinsip dan metode analisis resiko bencana (dari berbagai jenis
bencana) dan mampu menyusun langkah-langkah guna mengurangi resiko bencana di
komunitasnya.
2. Peserta mampu melakukan kajian kerentanan dan kapasitas di lingkungan
masyarakatnya, serta mampu merumuskan langkah untuk mengurangi atau
menghilangkan kerentanan bahaya yang terjadi di lingkungannya.
3. Peserta memiliki pengetahuan praksis untuk melakukan analisis ancaman bahaya dan
menyiapkan langkah-langkah untuk menghindari ancaman bahaya yang terjadi atau
mengurangi resiko bencana

Waktu: 240 menit


No Tahapan dan Proses fasilitasi metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi Plano


ini kepada peserta. Spidol
Kertas kerja
2 Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang Uraian lisan
proses mengenali bahaya, kerentanan, Dialog
kapasitas dan resiko bencana. Peserta
diperbolehkan untuk bertanya apabila terdapat
penjelasan yang belum dimengerti.

3 Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok Diskusi


sesuai dengan asal daerahnya untuk kelompok
menganalisis kerentanan, resiko dan tindakan
terhadap bencana ancaman bahaya yang
terjadi dilingkungannya. Dengan menggunakan
table (g.1), (g.2) dan (g.3).

4 Dilanjutkan presentasi tiap kelompok. Presentasi


Fasilitator mencatat dan memberi masukan
terhadap hasil presentasi tiap kelompok.

5 Fasilitator melanjutkan penjelasan tentang Uraian lisan


metode-metode Participatory Risk Dialog
Assesment/PRA atau analisis resiko bencana
secara partisipatif. Fasilitator memberi

Modul 69
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
kesempatan kepada peserta untuk bertanya
apabila terdapat penjelasan tentang metode
PRA dan kemanfaatannya yang belum jelas.

6 Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan Praktek


mempraktekkan metode-metode di dalam PRA. lapangan
Peserta diharapkan melihat tabel ( 9.4 s/d 9.11)
sebagai contoh analisis.

7 Setelah melakukan kajian bencana dengan Diskusi


metode PRA, peserta melanjutkan membuat kelompok
perencanaan partisipatoris (g.12).

8 Setiap kelompok mempresentasikan hasil Presentasi


praktek lapangan dan perencanaan
partisipatifnya.

9 Pada akhir sesi, fasilitator memberi catatan- Pleno dan


catatan terhadap hasil kerja kelompok diskusi

Fasilitator menekankan lesson learnt sebagai berikut:


- Perbedaan dalam analisa kerentanan mempengaruhi prediksi resiko bencana
- Resiko bencana bisa dikurangi dengan meningkatkan kapasitas & mengurangi kerentanan

Modul 70
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MENGKAJI BAHAYA, KERENTANAN & KAPASITAS

Mengenali resiko bencana merupakan proses yang melibatkan partisipasi masyarakat/komunitas


untuk mengidentifikasi unsur-unsur apa saja yang memiliki resiko pada setiap jenis bahaya
sampai akar penyebab kenapa unsur tersebut memiliki resiko bencana. Setelah mengenali resiko
bencana selanjutnya diharapkan masyarakat akan mudah merencanakan upaya pengurangan
resiko bencana tersebut. Mengenali resiko bencana pada dasarnya tergantung dari persepsi dan
hasil analisis komunitas terhadap resiko bencana atau kemungkinan dampak bencana yang
timbul. Bisa jadi satu unsur yang sama dianggap akan beresiko oleh komunitas tertentu dan tidak
oleh komunitas yang lain.
Persepsi yang berbeda ini dikarenakan faktor pengalaman , kondisi sosial ekonomi dan budaya di
daerah setempat. Sebagai contoh: apabila masyarakat diminta untk membuat tabel bencana,
resiko bencana dan tindakan yang akan diambil, maka akan menghasilkan isian yang berbeda
meskipun berada di daerah yang sama.

Bahaya/ Ancaman Kerentanan Bencana

g.1. tabel bencana

Bahaya/ Persepsi akan resiko Bobot resiko Resiko yang Tindakan


ancaman dapat diterima
Banjir Tidak berbahaya, gatal-gatal selama Gatal 3 hari tidak mencebur
1meter (sudah seminggu di air
terbiasa)

g.2. contoh tabel resiko bencana

B. Prinsip-Prinsip Dasar

Karenanya penting untuk mengenali resiko bencana secara partisipatif, melibatkan seluruh
elemen masyarakat agar terrumuskan tindakan yang tepat dan efisien.
Prinsip-prinsip dasar pendekatan kajian resiko:
1. belajar dari komunitas
2. orang luar (peneliti, tenaga ahli, petugas) sebagai fasilitator yang memudahkan proses,
fasilitator bukanlah guru atau tutor yang mengajari tetapi mendengar dan berbagi
pengetahuan dengan komunitas
3. saling belajar, saling bebagi pengalaman antara komunitas dan fasilitator
4. santai dan informal
Modul 71
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
5. keterlibatan semua kelompok komunitas
6. menghargai perbedaan

C. Mengenali Kerentanan

Sekumpulan kondisi yang mengarah dan memberi pengaruh buruk terhadap upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan bencana.

Kerentanan terbagi pada tiga kategori, yaitu;


a. Fisik/Materi :
- kerusakan infrastruktur
- eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan
- kekurangan makanan
- hilangnya pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, komunikasi dll.
b. Sosial/ Organisasi
- struktur keluarga yang lemah
- lemahnya kepemimpinan
- keputusan yang tidak efektif
- hilangnya akses dalam proses politik
- terisolasi dari dunia luar
c. Motivasi/ Perilaku
- sikap negatif (pasif, putus asa, ketergantungan)
- hilangnya inisiatif
- lemahnya pengetahuan mengenai bencana

Penyebab terjadinya kerentanan di Indonesia antara lain adalah:


a. letak geografis dan lingkungan
b. kepadatan penduduk
c. kemiskinan
d. kekurangan gizi
e. kelemahan infrastruktur
f. perusakan hutan
g. pembangunan yang melanggar tata ruang, dll.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kerentanan:


a. memetakan lokasi-lokasi dan jumlah penduduk pada daerah rawan bencana
b. memetakan kondisi bangunan dan prasarana yang ada
c. sumber air yang terganggu
d. ada tidaknya jalur dan tempat evakuasi
e. kemampuan ekonomi masyarakat, dll.

Modul 72
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Jenis Ancaman Bahaya Kondisi Tidak Tekanan Dinamik Akar Masalah
Aman

g.3. contoh tabel analisis kerentanan

C. Mengenali Kapasitas (kemampuan)

Kekuatan dan sumberdaya yang terdapat di dalam setiap individu, rumahtangga dan masyarakat,
yang mampu dikenali, dikendalikan, dan dipersiapkan untuk proses pencegahan, mitigasi atau
pemulihan secara cepat dari bencana.
Kapasitas dapat dibagi menjadi :
a. Fisik atau material :
Uang, tempat tinggal,air bersih, makanan, sanitasi, MCK, dll.
b. Sosial atau organisasi :
Keluarga yang tinggal jauh yang dapat memberi tumpangan, dll.
c. Perilaku atau motivasi :
Sadar akan kemampuannya dan percaya diri dalam mengenali krisis atau bencana, dll.
Untuk membaca ancaman, kerentanan dan resiko bencana dapat digunakan metode PRA
(Participatory Risk Assesment/ pengkajian komunitas secara partisipatif )

D. Metode PRA

Berikut ini adalah tekhnik-tekhnik yang biasa digunakan dalam metode PRA, antara lain:

1. Alur Sejarah digunakan untuk memperoleh informasi mengenai apa yang terjadi di masa
lalu untuk memahami keadaan di saat ini. Hal ini berhubungan dengan bagaimana orang
menghadapi bencana di masa lalu.

Modul 73
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
No Bencana Tahun Korban
yang terjadi Manusia jumah Bangunan jumlah Lain- Jumlah
lain
1
2
g.4. contoh tabel alur sejarah

2. Pemetaan adalah pembuatan peta tingkat desa atau komunitas yang menggambarkan
keadaan wilayah komunitas tersebut beserta lingkungannya. Dilakukan untuk mengenali
keadaan atau kondisi dari wilayah tersebut. Peta sketsa ada 2 peta, yaitu: peta fisik
(tentang batas desa, sungai, rumah penduduk, dll.) & Peta evakuasi dan Pengamanan
dari bahaya (gempa dll.) dengan pemberian keterangan tentang kondisi jalur evakuasi,
tata cara pengamanan yang dilakukan dan sumberdaya yang berisiko terkena dampak
bencana.

g.5. contoh peta daerah rawan bahaya

3. Transek adalah penggalian informasi secara langsung ke lapangan dengan cara berjalan
menelusuri wilayah tersebut dan menuangkan hasil pengamatan tersebut ke dalam bagan
atau gambar (transek). Contoh:

Modul 74
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Contoh:
TRANSEK
Dusun Babadan

Lahan kebun Pemukiman Lahan Pemukiman Saluran Lahan sawah


& Tegalan & irigasi irigasi desa
pekarangan 1 pekarangan 2
Tekstur Liat berpasir Liat berpasir Gembur Liat berpasir Pasir Liat berpasir
tanah berpasir bebatuan
Luas lahan ± 5 ha ± 25 ha ± 9 ha ± 6 ha ± 0,5 ha ± 30 ha
(ha)
Kesuburan Tinggi Tinggi tinggi tinggi tinggi Tinggi
tanah
Jenis Pinus Nangka Jagung Sayuran Tanaman Padi
tanaman Sengor/akasia Pisang Ketela pohon Jagung keras Sayuran
bambu Cabai wortel Bawang daun
Jenis ternak Sapi Ayam - Sapi - -
Kambing Merpati Kerbau
Kelinci Sapi kambing
Pola usaha Tumpang sari Pemeliharaan Tumpang sari Pemeliharaan - Padi
tani dengan pakan ternak kurang ternak intensif 3kali/tahun
ternak intensif Sayuran
6kali/tahun
Satus lahan Lahan milik Lahan milik Lahan milik Lahan milik Tanah umum Lahan milik
petani perhutani Bengkok desa
Respon Kurang baik Baik baik Kurang baik - Sangat baik
petani
terhadap
inovasi
Masalah Pemupukan Penyakit Digannggu Kurangnya Sering banjir, Lahan rusak
teknologi kurang busuk buah hewan hutan mineral pada saluran karena factor
optimal sukar ternak kurang kimia
ditanggulangi terawat
Masalah Keterbatasan Penduduk Harga Sulit - Harga
sosial dan modal untuk relative miskin dipermainkan kekompakan dipermainkan
kelembagaan pemupukan tengkulak antar petani tengkulak
agrobisnis

g.6. contoh tabel transek

Modul 75
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Ada dua tahapan dalam melakukan transek. Yaitu (1) perjalanan dan observasi dan (2)
pembuatan gambar transek.
(1) Perjalanan dan observasi.
 Sepakati lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topic-topik kajian yang akan
dilakukan pada setiap lokasi yang akan dituju.
 Sepakati lintasan penelusuran awal dan lintasan akhir lokasi yang akan dikunjunngi (bias
memanfaatkan peta yang sudah ada, misalnya peta desa),
 Lakukan perjalanan sambil mengamati keadaan sesuai dengan topic-topik yang telah
disepakati.
 Buatlah catatan hasil diskusi disetiap lokasi.

(2) Pembuatan Gambar Transek.


 Sepakati simbol-simbol yang akan digunakan dan mencatat simbol dan artinya.
 Gambarlah bagan transek berdasarkan hasil lintasan
 Untuk memfasilitasi penggambaran, masyarakat diarahkan untuk mengenalisa dan
mengamati : (a) perkiraan ketinggian, (b) jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain, (c)
mengisi hasil diskusi tentang topik2 dalam bentuk bagan.
 Kalau gambar sudah selesai, diskusikan dan jika perlu dilakukan perbaikan.
 Setelah itu diskusikan permasalahan yang dan potensi yang ada dalam setiap lokasi
dalam menghadapi ancaman bahaya/bencana,

4. Kalender musim digunakan untuk menggali informasi tentang keadaan dan


permasalahan yang terulang dalam suatu kurun waktu. Hal ini penting karena daur
kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi siklus musim.

No Uraian Ket
Keadaan
Mrt Ap Mei Jn Jl Agt Spt Okt N D Jan Feb
1 Kondisi alam
a. hujan
b. kemarau
c. M angina
Timur
d. M. angina
barat

2. Bahaya
a. Banjir
b. Angin
kencang
C. dll.

Modul 76
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
3. Bercocok
tanam

4 Dll.
g.7. contoh tabel kalender musim

5. Pertemuan Kelompok/warga adalah kegiatan yang melibatkan masyarakat secara


terbatas sesuai dengan pokok bahasan yang didiskusikan

6. Analisis aktifitas harian adalah kegiatan untuk mengenali pemanfaatan waktu dalam
sehari dari berbagai kelompok komunitas (kaya , menengah, miskin).

No Waktu Kegiatan
Ayah Ibu Anak
1 06.00-08.00
2 08.00-12.00
3 12.00-14.00
4 14.00-16.00
5 16.00-17.00
6 17.00-18.00
7 18.00-19.00
8 19.00-20.00
9 20.00-22.00
10 22.00-06.00
g.8. contoh tabel analisis harian

7. Analisis Mata Pencaharian adalah kegiatan untuk mengenali kondisi hidup komunitas
atau masyarakat dari aspek mata pencahariannya dan pengaruh bencana terhadap
kondisi hidup masyarakat.

Modul 77
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Contoh:
ANALISIS MATA PENCAHARIAN TAHUN 2006 – 2007
MASYARAKAT Desa Dukun Selatan

NO Jenis mata Pendapatan Pengeluaran Jenis bencana Kerugian Catatan


pencaharian Rata-rata`` rumah Durasi Durasi Durasi (pengaruh
tangga rata- angin Tanah Gunung bencana terhadap
rata kencang Longsor Meletus (Rp) kesejahteraan
(Rp) (hari) (hari) (tahun) keluarga)
(Rp)
Tahun 2006
1. Petani 333.000,- 200.000,- 5 hari - 9/tahun 333.000,- Gagal total
2. Buruh 600.000,- 450.000,- - - - 600.000,- Lapangan
kerja
berkurang
3. Pedagang 750.000,- 525.000,- - - - 600.000,- Penmbeli
berkurang
4. Penambang 1.050.000,- 600.000,- - - - 1.050.000,- Semua lokasi
pasir penambangan
dituutp
Tahun 2007
1. Petani Tanah subur,
hasil panen
membaik
2. Buruh Lapangan
kerja terbuka
3. Pedagang Keadaan
ekonomi
membaik
4. Penambang Lahan
pasi penambangan
dibuka karena
lahar dingin
g.9. contoh tabel analisis mata pencaharian

Modul 78
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
8. Analisis Pohon Masalah

Contoh:
Rendahnya
pendapatan

Akibat yang
ditimbulkan
Rendahnya
produktifitas
Jual gabah murah

Lahan yg ditanami Irigasi buruk


terbatas Jual gabah
Krisis (bencana) sebelum waktunya

Tak ada alat Menunda masa Bendungan


semprot tanam rusak Tengkulak

Tidak ada
Modal Kecil Tidak ada bibit pemeliharaan Tak ada modal
Sebab

g.10. contoh analisis pohon masalah

8. Analisis Kelembagaan/ Diagram Venn.


Analisis ini bermanfaat untuk melihat hubungan pesantren dengan lembaga yang terdapat
di lingkungannya. Diagram ini dihasilkan dari diskusi, analisis dan kajian tentang peran
dan kepentingan pihak/lembaga-lembaga lain terhadap pesantren. Diagram ini harus bisa
menunjukkan mana yang akan menambah kerentanan dan mana yang akan
meningkatkan kapasitas dalam pengurangan resiko bencana atau mana yang memberi
nilai positif dan mana yang memberi nilai negatif.

Modul 79
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BR
I
PK Petani
Koperasi Warun
K
T Tani g
Balai
desa PLN
PESANTREN
madrasah
6 km

2 km Polse
k
Pasar

10
2 km km
LSM Pusat
Penelitia
n

g.11. contoh analisis kelembagaan/ diagram venn

Modul 80
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
E. Melakukan Perencanaan Partisitif Untuk Mengurangi Ancaman Bahaya

Lokasi dan Jenis Sumber /Ancaman Upaya Yang Dapat Sumber Kerentanan
Bahaya. Bahaya Dilakukan Masyarakat
Untuk menguranngi
Ancaman
(1) (2) (3) (4)

Tindakan Masyarakat Untuk Kapasitas Upaya yang bisa


Mengurangi Kerentanan dilakukan masyarakat
untuk meningkatkan
kapasitas
(5) (6) (7)

Modul 81
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
g.12. contoh tabel perencanaan partisipatif

Modul 82
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAGIAN KEEMPAT

Pokok Bahasan Topik


Pengorganisasian Masyarakat & Teknik-
Pengorganisasian Masyarakat Dan Tindak tekniknya
Lanjut Tindak Lanjut Paska Pelatihan

Modul 83
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 15
Pengorganisasian Masyarakat & Teknik-tekniknya

Tujuan Sesi
1. Peserta memahami dan mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar, peran dan fungsi
organiser dalam mengembangkan komunitasnya agar sadar bencana.
2. Peserta memiliki kemampuan teknis untuk mengembangkan masyarakat sadar bencana
di komunitasnya.

Waktu : 120 menit


No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator menjelaskan tujuan dan proses sesi Curah pendapat Film tentang
kepada peserta. pengorganisasian
Spidol
2 Fasilitator mengundang seorang narasumber Presentasi Plano
yang selama ini melakukan pengorganisasian/ Dialog
pendampingan masyarakat untuk berbagi
pengalaman tentang mengorganisir Pemutaran film
masyarakat untuk sadar atau peduli bencana ‘Burning season’
dengan peserta. tentang
pengorganisasian
3 Peserta dipersilakan untuk memberikan di Brazil atau ‘the
tanggapan, pertanyaan dan masukan Bug’ tentang
terhadap materi yang disampaikan nara siapa pun yang
sumber. bias menjadi CO
dan menjalin
4 Peserta dibagi menjadi 5 (lima) kelompok networking
untuk mendiskusikan tentang:
(1) Mengapa dalam suatu komunitas
diperlukan seorang
organizer/pendamping untuk
melakukan upaya
menyebarluaskan/transformasi agar
masyarakat sadar bencana?
(2) Apa saja yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk menjadi organiser
atau pendamping?
(3) Dan apa saja yang seharusnya
dilakukan oleh seorang organiser?

Modul 84
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
5 Minta peserta untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya. Ajak peserta untuk
mengkritisi bersama-sama hal-hal penting
yang muncul selama diskusi kelompok.

6 Fasilitator menegaskan nilai-nilai dasar dalam


al-Qur’an, yang relevan dengan masalah
penggorganisasian. Dimulai dengan konsep
taaruf, tafahum, tasyawur, taawun, taghyir,
adalah dan mashlahah mursalah.

7 Fasilitator mengundang narasumber untuk


menjelaskan tentang (1) apa itu
pengorganisasian, (2) bagaimana caranya, (3)
prinsip-prinsip dalam melakukan
pengorganisaian, (4) Pendekatan dan
langkah-langkah, (5) peran dan fungsi
seorang organizer.

8 Setelah selesai kemudian fasilitator menutup


sesi.

Modul 85
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
PENGORGANISASIAN MASYARAKAT & TEKNIK-TEKNIKNYA

A. Deskripsi

Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing) adalah serangkaian upaya membangun


masyarakat dengan menggali dan memanfaatkan segenap sumber daya (SDM, SDA, dll) yang
dimiliki masyarakat untuk mencapai tujuan pengorganisasian. Pada dasarnya pengorganisasian
masyarakat bertujuan untuk membuka ruang kesadaran masyarakat khususnya dalam bidang
bencana sehingga masyarakat memiliki kemandirian untuk mencapai tujuannya.

Dengan semangat dasar untuk mengembalikan harkat dan martabat manusia seutuhnya, strategi
dasar pengorganisasian adalah:
1. Menempatkan masyarakat sebagai subyek utama.
2. Mengacu pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri
3. Bertumpu pada potensi dan kemampuan masyarakat.
4. Mendorong pemanfaatan sumber daya lokal

Pengorganisasian masyarakat yang benar harus mampu memberikan pencerahan dan


penyadaran kepada komunitas bahwa mereka harus mampu melepaskan diri dari proses
ketergantungan, pembodohan dan pemiskinan yang sudah terjadi secara sistematis dan
terstruktur. Dengan kata lain masyarakat harus memiliki daya kritis, kreasi dan kemandirian dalam
menjalani dan mensikapi kehidupan ini.

         
 
”Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka” ( QS As
Syuraa : 38).

            
         
”Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS Al Hujuraat :13).

Modul 86
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Penanggulangan Bencana tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah. Melainkan dilakukan
bersama-sama antara pemerintah baik pusat maupun daerah dengan organisasi-organisasi
terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana.

Masyarakat diharapkan tidak lagi menunggu bantuan yang ‘kadang-kadang’ tidak segera datang.
Hal ini karena masyarakat pada umumnya belum mampu untuk menanganinya sendiri, padahal
detik-detik pertama saat terjadinya bencana terjadi, sangat menentukan bagi dampak bencana
tersebut kemudian. (KONTRADIKTIF) Untuk itu Pengorganisasian Masyarakat mutlak diperlukan
agar masyarakat mampu membuat perencanaan untuk persiapan dalam pencegahan bencana,
penanganan pada waktu terjadinya dan pemulihan setelah bencana.

B. Prinsip-prinsip Pengorganisasian Masyarakat

Prinsip yang harus dipegang dan dijadikan pedoman dalam pengorganisasian masyarakat
adalah:
1. Membangun pertemanan/persahabatan dengan komunitas atau masyarakat.
2. Bersedia belajar dari kehidupan komunitas bersangkutan
3. Membangun komunitas atau masyarakat dengan berangkat dari apa yang ada atau
dimiliki komunitas tersebut.
4. Tidak berpretensi untuk menjadi pemimpin dan “tetua” dari komunitas tersebut.
5. Mempercayai bahwa komunitas memiliki potensi dan kemampuan untuk membangun
dirinya sendiri hingga tuntas.
6. Tidak sebagai guru atau nara sumber

Dalam tehnik pengorganisasian masyarakat dapat dilakukan alur sebagai berikut :

1. PENGENALAN MASALAH
BERSAMA

4. AKSI PENYELESAIAN 2. PENGENALAN


BERSAMA KEBUTUHAN POTENSI &
SUMBER DAYA

3. PENGGALANGAN POTENSI
DAN SUMBERDAYA

C. Tahap-tahap Pengorganisasian Masyarakat

Beberapa tahap dalam proses pengorganisasian masyarakat yang bisa dilakukan :

Modul 87
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
1. Pertemanan
Dalam proses ini ada tiga agenda utama kegiatan yaitu :
a) Membangun kontak person
b) Memperluas/mempererat pertemanan
c) Pengumpulan informasi awal
Dalam proses pertemanan ada dua pendekatan yang biasa dilakukan yaitu:
a) Kunjungan rutin
b) Tinggal bersama

2. Analisa Sosial
Secara garis besar ada dua agenda pokok dalam tahap ini yaitu :
a) Identifikasi masalah-masalah yang ada
b) Diskusi bersama masalah-masalah yang ada

3. Perancangan Kegiatan Awal


Dalam hal ini ada dua hal pokok yaitu :
a) Penguatan komunitas dan penyebaran masalah bersama
b) Proses perencanaan ( pembagian tugas dan peran)

4. Implementasi Kegiatan
Faktor penting dalam implementasi kegiatan adalah :
a) Pembagian tugas dan peran dalam kelompok
b) Tanggung Jawab yang diambil oleh organisasi

5. Refleksi - aksi
Refleksi aksi harus dilakukan pada :
a) Refleksi-aksi terhadap komunitas
b) Refleksi-aksi terhadap pengorganisir

Modul 88
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Sesi 16
Tindak Lanjut Paska Pelatihan

Tujuan Sesi

1. Peserta memiliki keterampilan perencanaan program pengurangan resiko bencana di


komunitasnya.
2. Peserta menyepakati sistem dan mekanisme monitoring dan evaluasi rencana tindak
lanjut.

Waktu : 90 menit
No Tahapan dan proses fasilitasi Metode Bahan

1 Fasilitator membuka sesi dengan menjelaskan Curah pendapat Kertas Plano


topik dan tujuan sesi. Spidol
Rembug warga
2 Fasilitator meminta masing-masing peserta
untuk mempresentasikan apa yang akan
dilakukan setelah kegiatan pelatihan ini.
Program tindak lanjut apa yang akan dilakukan
komunitasnya.

3 Fasilitator memfasilitasi (1) diskusi pendalaman


dan klarifikasi rencana aksi komunitas, (2)
menyepakati sistem dan mekanisme
monitoring dan evaluasi rencana aksi
komunitas (3) memperjelas posisi dan peran,
alur komunikasi dan koordinasi antara
pesantren, community leader/koordinator
komunitas , community organizer/organiser
komunitas dalam sistem pengorganisasian

4 Fasilitator memberi catatan rencana tindak


lanjut peserta dengan dengan mengacu
kepada prinsip-prinsip perencanaan
partisipatoris. Untuk kemudian menutup sessi.

Modul 89
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
BAHAN BACAAN
MEMBUAT PERENCANAAN PARTISIPATORIS

A. Definisi Perencanaan

Perencanaan adalah usaha yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi (atau
mewujudkan impian) agar mencapai kondisi yang diinginkan atau ideal.
Perencanaan partisipatoris harus mengikuti standar SMART (specific, measurable, achievable,
realistic, time bound).
Spesific adalah rumusan masalah yang direncanakan harus kongkrit, khusus, spesifik dan jelas.
Measurable adalah rumusan yang direncanakan harus terukur, ada indicator hasil yang jelas,
bias dipantau dan bias diketahui.
Achievable adalah bahwa perencanaan itu bisa diwujudkan, bukan angan-angan, mimpi atau
mustahil.
Realistic adalah bahwa perencanaan itu bisa dilakukan baik menyangkut pertimbangan
sumberdaya, akses dan sumber dana).
Time bound adalah ada batas waktu pelaksanaan yang jelas sebagai rujukan.

B. Langkah Membuat Perencanaan.

Setidaknya ada 9 langkah dalam membuat perencanaan strategis, yaitu:

1. Analisis Kelompok
Mengaitkan hubungan-hubungan antar kelompok untuk memetakan posisi kelembagaan agar
bisa membaca kemungkinan siapa yang bisa menjadi mitra atau tidak.

Apa yang
Yang diberikan
ditawarkan
kepada Pihak yang Pihak yang
Kelompok kepada
kelompok dirugikan diuntungkan
kelompok
mayoritas
mayoritas
Politisi Janji-janji Tidak ada masyarakat Partai politik
Masyarakat
Pejabat perubahan Tidak ada Elit politik
kecil
Program
Pemkab Jalan raya masyarakat Kontraktor
pembangunan
Satlak
LSM
Desa
Dst

Modul 90
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
2. Merumuskan Visi Program
Visi adalah harapan ke depan yang menjadi angan-angan yang dimungkinkan bisa tercapai.
Membangun visi harus didasarkan pada kebutuhan yang dimiliki. Membangun visi harus
didasarkan pada fakta yang terjadi, dengan mempertimbangkan aspek-aspek kekuatan
internal dan eksternal. Aspek internal misalnya menyangkut sumberdaya, sumberdana,
akses, waktu, tempat, masalah dan lain sebagainya.

3. Menganalisis Masalah
Adalah kondsisi yang tidak diharapkan tetapi terjadi (masalah), dan selanjutnya dicari
hubungan sebab akibat.

Akibat Kesiapsiagaan pesantren terhadap bencana rendah

Sebab Santri pesantren tidak perduli terhadap bencana

4. Analisis Tujuan
Adalah merumuskan kondisi-kondisi yang diinginkan (tujuan) berdasar pada rumusan analisis
masalah yang ada.

Antisipasi santri terhadap Antisipasi santri terhadap


bencana rendah bencana tinggi

Hasil Antisipasi santri terhadap


bencana tinggi

Tindakan Santri pesantren perduli


terhadap bencana

5. Analisis Alternatif
Adalah sejumlah rumusan tujuan yang perlu diwujudkan dalam waktu tertentu karena adanya
keterbatasan sumberdaya dan hambatan yang dimiliki.

Modul 91
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Antisipasi Perbaikan Penyediaan
Kriteria yang Ada tim
bencana barak alat informasi
digunakan bencana
6. Matrik Program meningkat pengungsi bencana
Peluang Berhasil 3 4 4 3
Dampak Sosial
3 4 3 4
Kegiatan
Ketersediaan
3 2 2 2
Dana
Ketersediaan
2 2 2 2
Fasilitas
Ketersediaan
1 1 2 1
Tehnologi
Ketersediaan
3 5 4 4
SDM
dst……. - - - -
Jumlah 15 18 17 16
Adalah penjelasan dan penjabaran singkat program yang disusun berdasar cara berpikir logis
yang menjelaskan mengapa ingin membuat kegiatan, apa maksud yang hendak dicapai, apa
yang ingin dihasilkan, bagaimana cara bekerja untuk mencapai hasil itu, faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang di luar kemampuan
pengelola, dan apa indikator keberhasilan.

Faktor luar yang


Strategi Tanda keberhasilan Sumber bukti
berpengaruh
Cita-cita
 Laporan
Pesantren
masyarakat
mempunyai Resiko korban Tidak ada penolakan
 Berita acara
kemampuan Bencana turun 50% masyarakat
pengelolaan
mengelola resiko
bencana
bencana
Maksud
Meningkatnya  Santri
kemampuan melakukan  Database
 Tidak ada
santri mengelola pengorganisasian anggota CSO
penolakan dari
bencana masyarakat bencana
masyarakat
 Santri &  Laporan
 Komitmen NU &
masyarakat masyarakat
pesantren
mengadakan  Berita acara
membantu santri.
latihan praktek kegiatan
penanganan
bencana.
Hasil
Modul 92
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
1. Adanya 1.1. 60 orang 1.1. Daftar Hadir 1.1. Dana untuk
pelatihan mengikuti training 1.2. Handout kegiatan tersedia
organizer pengelolaan materi 1.2. Pengelola
bencana resiko bencana 1.3. Jadwal pesantren tidak
untuk santri 1.2. Rumusan acara boikot
Rencana tindak 1.4. matrik 1.3. Aparat
lanjut program pemerintah tidak
membubarkan
2. adanya 2.1. aktifitas 2.1. aparat
Lembaga pengelolaan pemerintah
peduli resiko bencana mengijinkan
bencana 2.2. Kantor 2.1. Struktur adanya organisasi
secretariat pengurus ini.
lembaga 2.2. SOP 2.2. NU dan
2.3. Anggota 2.3. Program kerja pesantren tidak
organizer 2.4. Database menolak adanya
anggota lembaga ini
Kegiatan-kegiatan Partisipan lokasi Biaya P. Jawab
Pelatihan Santri Analisis (analisis no.8) (analisis no.7)

Maka Cita-cita
tercapai
Maka
Tujuan-tujuan
Maka proyek tercapai
Hasil-hasil
kegiatan terwujud Jika
Kegiatan-kegiatan
dilakukan Jika
Jika

7. Analisis Peran dan Menyusun Organisasi Pelaksana.


Adalah mengenal kemampuan setiap orang yang akan terlibat dalam program. Agar
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan setiap orang dapat berperan sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya, sehingga tersusun organisaisi pelaksana secara efektif.

Modul 93
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Harapan
Kemampuan/potensi
Apa/Siapa Sumbangan/peran terhadap
yang dimiliki
program
Pemetaan lokasi Peta bencana
Layla Hobby naik gunung
bencana harus dimiliki.
CSO tim
Aktifis Organisasi Mengorganisir
Rozak bencana bisa
Karang Taruna pemuda
terwujud
Kegiatan yang
Mengkonsolidasi
Ibu Fatimah Ketua PKK direncanakan
kegiatan
bisa diwujudkan

8. Analisis Kebutuhan dan Biaya

Adalah kebutuhan dan biaya yang diperlukan untuk memastikan apa saja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan.

Cara memenuhi Dana yang


Kegiatan Yang dibutuhkan
kebutuhan harus keluar
 Sumbangan
Pelatihan CSO Masyarakat
Rp. 150.000 145.000
Bencana  Kas Desa
 Donor

9. Menyusun Jadwal

Adalah merinci pekerjaan agar kegiatan berjalan sesuai rencana sekaligus menentukan
kapan pekerjaan tersebut harus dilaksanakan

Kegiatan Minggu1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11

Pelatihan
Bencana
 meru 
muskan
TOR dan
Modul 94
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
jadwal
 Menc

ari tempat
 Undan
gan 
peserta
 dst…
……….

Modul 95
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
PERMAINAN-PERMAINAN

1. BESAR – KECIL
Tujuan dari permainan ini adalah untuk memberikan gambaran betapa susahnya merubah
paradigma atau pikiran seseorang yang sudah lama dipercayainya. Namun dengan
kebiasaan, contoh dan pengetahuan baru, pikiran dan paradigma tersebut secara
perlahan bisa dirubah.
Deskripsi permainan:
Ajak semua peserta berdiri dan membentuk lingkaran. Fasilitator berdiri di antara peserta
dan memberi contoh membuat lingkaran besar dengan menggunakan dua tangan namun
menyebut lingkaran itu KECIL. Kemudian membuat lingkaran kecil dan menyebutnya
BESAR. Setelah peserta memahaminya, fasilitator memberi aba-aba: Besar, kecil, dst.
Semakin lama semakin cepat. Sehingga kita bisa melihat peserta tidak membuat lingkaran
besar ketika aba-aba kecil diserukan.

2. BALIK KARPET
Tujuan dari permainan ini adalah untuk memberikan gambaran kerja sama menjalin kerja
sama dan menunjukkan bahwa kekompakkan akan mempercepat penyelesaian
persoalan.
Deskripsi permainan:
a. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok. Minta seluruh anggota kelompok berdiri
di atas karpet kecil (atau bisa apa saja) tanpa ada yang menginjak lantai.
b. Balikkan karpet tersebut dengan kaki tetap berada di atas karpet
c. Jika ada anggota kelompok yang menginjak lantai, maka kelompok tersebut
dinyatakan kalah
d. Kelompok yang berhasil membalik karpetnya adalah pemenangnya.

3. KAKI SERIBU
Tujuan dari permainan ini adalah membangun kepemimpinan dan pembagian peran.
Deskripsi permainan:
a. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok. Minta setiap kelompok untuk
memilih ketua kelompoknya.
b. Semua mata anggota kelompok ditutup kecuali ketua kelompok. Setiap
kaki kiri peserta saling dihubungkan dengan tali (diikat).
c. Beri tanda garis start dan finish di ruangan yang disediakan. Diantara
garis start dan finish dibuat ‘hutan rintangan’ dengan menaruh rintangan berupa
kayu, pohon-pohonan atau benda lainnya.

Modul 96
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
d. Saat melintasi hutan rintangan tidak diperbolehkan membuka ikatan kaki
dan tutup mata.
e. Dengan aba-aba ketua kelompok, setiap kelompok berlomba untuk
mencapai finish tanpa menyentuh rintangan apapun.
f. Kelompok yang menyentuh rintangan dinyatakan kalah.

4. SELAMAT DARI BENCANA


Tujuan dari permainan ini adalah membangun kekompakkan, strategi, kepemimpinan dan
kecepatan.
Deskripsi permainan:
a. Buatlah kotak permainan selebar kurang lebih 3 x 3 meter. Kota permainan
tersebut dibagi menjadi 25 kotak.
b. Setiap kelompok peserta memilih ketua kelompoknya. Dan ketua kelompok akan
mendapat peta pelarian diatas selembar kertas. Ketua kelompok dilarang
berbicara dengan anggota kelompoknya untuk menjelaskan peta bencana
tersebut, hanya boleh menggunakan kedua tangan dan matanya untuk memberi
petunjuk kepada anggota kelompoknya.
c. Jalur penyelamatan hanya bisa dilewati oleh satu orang. Dan apabila terdapat
anggota kelompok yang salah langkah maka kesempatan diberikan kepada
kelompok lain. dengan yang digaris menjadi 25 kotak yang sama lebar jalur hanya
cukup untuk lewat satu orang.
d. Kelompok dianggap menang apabila berhasil membawa anggota kelompoknya
keluar dari kota permainan.

Contoh: kotak permainan


Garis biru : peta penyelamatan diri
FINISH
8 9 12 13

7 10 11

5 6

4 3
2

START

Modul 97
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
KAMUS ISTILAH

Analisa Menguraikan suatu masalah atau keadaan untuk


menentukan penyebab dan mengambil
kesimpulan atau keputusan
Ancaman Bahaya Fenomena/ gejala alam yang terjadi secara
alamiah, karena aktivitas manusia atau
keduanya yang berpotensi menimbulkan
kerusakan pada kehidupan, harta benda serta
lingkungan.

Bencana Suatu kejadian/gangguan serius terhadap fungsi


masyarakat yang melampui kemampuan
masyarakat untuk menghadapinya, yang
menyebabkan kerusakan/kerugian dalam skala
besar (baik manusia, infrastruktur/prasarana
maupun lingkungan hidup), yang terjadi baik
secara perlahan maupun tiba-tiba.

Daerah Rawan Bencana Daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap


ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi
geografis, geologis, demografis, dan sosial
karena ulah manusia

Early Warning System/Sistim Peringatan Sistem (rangkaian proses) pengumpulan dan


Dini analisis data serta diseminasi informasi bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang
menjangkau masyarakat (accessible), segera
(immediate), tegas tidak membingungkan
(coherent), dan resmi (official)
Kapasitas Kekuatan dan sumberdaya yang terdapat di
dalam setiap individu, rumahtangga dan
masyarakat, yang dapat dikenali, dikendalikan,
dipersiapkan untuk pencegahan, mitigasi atau
pemulihan secara cepat dari bencana.

Kerentanan Sekumpulan kondisi yang mengarah dan


memberi pengaruh buruk terhadap upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan bencana

Modul 98
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
Kesiapsiagaan Tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi
ancaman bencana untuk memastikan bahwa
akan dilakukan tindakan yang tepat dan efektif
pada saat dan setelah terjadi bencana tersebut.
MITIGASI Tindakan-tindakan yang dilakukan yang dapat
mengurangi atau meminimalisir dampak yang
ditimbulkan akibat bencana
MMI (Modified Mercally Intensity) Satuan ukuran kekuatan gempa, dimana
besarnya efek yang dirasakan oleh pengamat
dimana dia berada tanpa memperhatikan
sumbernya. (sumber: BMG)
Penanggulangan Bencana Suatu proses yang dinamis, terpadu dan
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas
langkah-langkah yang berhubungan dengan
penanganan, merupakan rangkaian kegiatan
yang meliputi pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan
pembangunan kembali

Pencegahan Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk


mencegah agar tidak terjadi bencana, bila
memungkinkan (meredam bahaya agar tidak
menimbulkan dampak yang merugikan)

Pengorganisasian Masyarakat Serangkaian upaya membangun masyarakat


(Community Organizing) untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik,
lebih sejahtera dan adil dari sebelumnya, dengan
mengacu pada harkat dan martabat
kemanusiaan seutuhnya
Pembangunan Suatu kegiatan yang berkelanjutan yang
ditujukan untuk meningkatkan atau menjaga
kesejahtraan sosial dan ekonomi dari suatu
masyarakat

Peta Bahaya Peta yang menggambarkan keadaaan suatu


wilayah dan kerawanannya terhadap bencana
serta panduan tindakan saat terjadinya bencana

PRA(Participatory Risk Assesment/ Metode untuk membaca ancaman, kerentanan


pengkajian komunitas secara partisipatif) dan resiko bencana dapat digunakan metode
Rekonstruksi Program jangka menengah dan panjang meliputi
perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada

Modul 99
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
kondisi yang sama atau lebih baik dari
sebelumnya
Resiko bencana Besarnya kerugian (manusia, lingkungan,
ekonomi, sarana/prasarana) yang disebabkan
oleh bahaya tertentu di suatu daerah.

Sanitasi Kebersihan suatu sarana umum/pribadi


SATKORLAK Satuan Koordinasi Pelaksana

SATLAK Satuan Pelaksana

Skala Richter Satuan ukuran kekuatan gempa, dimana


besarnya efek yang dirasakan oleh pengamat
dimana dia berada tanpa memperhatikan
sumbernya. (sumber: BMG)
Tanggap Darurat Kegiatan yang dilakukan segera setelah terjadi
bencana & bila diperlukan tindakan-tindakan luar
biasa untuk memenuhi kebutuhan dasar korban
bencana yang selamat

Modul100
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)
REFERENSI

1. Implementasi PAR & PRA Untuk Aksi Perubahan Sosial. Abdullah Faishol, dkk. P3M
STAIN Surakarta & LPTP Surakarta. 2006
2. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Ali Yafie. Yayasan Amanah. 2006
3. Modul Training of Trainers PBDRM-NU. PMU CBDRMNU. 2007
4. Pelatihan Manajemen Bencana. UNDP-UPN-Veteran. 2006
5. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. IDEP. 2005
6. Pengorganisasian Aksi Komunitas, & Kuliah Kerja Nyata. Ellyasa KH Darwis.
DITPERTAIS DEPAG RI. 2004

Modul101
Pelatihan Penanganan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PPRBBK-NU)

Anda mungkin juga menyukai