Anda di halaman 1dari 3

LEGAL OPINION

A. Pada dasarnya perubahan terhadap badan hukum Yayasan menjadi Perseroan dapat dilakukan
dengan ketentuan:

1. Pasal 62 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan:

“Melakukan pembubaran terhadap Yayasan”

2. Pasal 68 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang


Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan:

“Kekayaan hasil likuidasi (pembubaran Yayasan) tersebut sebagaiama dimaksud di atas


dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang memiliki kegiatan yang sama dengan
Yayasan yang akan dibubarkan, dengan cacatan bahwa hal tersebut di atur di dalam
Undang-Undang Mengenai badan hukum tersebut”

3. Hal tersebut juga dikuatkan dengan fakta, bahwa banyak ditemui perseroan terbatas yang
dalam akta pendiriannya dinyatakan bahwa perseroan terbatas tersebut, merupakan
kelanjutan dari Yayasan.

B. Dalam konteks persoalan terhadap perubahan badan hukum Yayasan menjadi PT yang
menaungi unit usaha rumah sakit, sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang pada pokoknya menjelaskan:

1. Pasal 7 ayat (2):

“Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta”

2. Pasal 20:

1. Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik
dan Rumah Sakit privat.
2. Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
3. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
Pasal 21

“Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero”.

Berdasarkan ketiga pasal tersebut sebagaimana di atas, dapat dimaknai bahwa secara eksplisit
tidak dijelaskan bahwa adanya larangan bagi rumah sakit publik yang di Kelola oleh badan
hukum Yayasan (bersifat nirlaba) mengalihkan rumah sakit yang dikelolanya menjadi rumah
Sakit Privat. Larangan tersebut hanya berlaku terhdap rumah sakit publik yang dikelola
pemerintah dan pemerintah daerah. Yang Justru secara implisit penjelasan tersebut memiliki
tafsiran bahwa Yayasan yang dimiliki oleh pihak swasta di luar pemerintah dan pemda, dapat
merubah dan mengalihkan rumah sakit publik menjadi rumah sakit privat.

Dimana dalam rumusan terakhir pada pasal 21 di atas, “rumah sakit privat dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero”, Secara
sederhana dapat dimaknai dengan telah dirubah/dialihkannya suatu rumah sakit, dari rumah
sakit publik menjadi rumah sakit privat, maka badan hukum yang menaungi rumah sakit
tersebut juga otomatis berubah, atau tidak ada larangan untuk merubah badan hukumnya.

C. Hal lain yang juga perlu dicermati dalam perubahan badan hukum Yayasan menjadi badan
hukum perseroan dalam menjalankan unit usaha rumah sakitnya adalah bunyi pada pasal 7 ayat
(4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang pada pokoknya
menerangkan:

“Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) harus
berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang
perumahsakitan”.

Badan hukum perseroan merupakan kategori dalam kelompok badan usaha swasta dengan
lingkup bidang usaha yang sangat luas, maka Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit membatasi hal tersebut dengan tidak diperbolehkan dan tidak perkenankan untuk
mencampuradukkan bidang kegiatan usaha lain dengan rumah sakitnya.

Artinya perubahan badan usaha dari yayasan menjadi perseroan, nantinya hanya
diperkenankan untuk unit usaha rumah sakit saja dan tidak boleh di campur dengan unit usaha
lainnya, alasan tidak diperbolehkannya mencampuradukkan unit usaha rumah sakit dengan unit
usaha lainnya secara tegas dituangkan dalam penjelasan pasal 7 ayat (4) undang-undang nomor
44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut:
“kegiatan usaha hanya bergerak di bidang perumahsakitan dimaksudkan untuk melindungi
usaha rumah sakit agar terhindar dari risiko akibat kegiatan usaha lain yang dimiliki oleh
badan hukum pemilik rumah sakit”.

Anda mungkin juga menyukai