1
I Gede Agus Kurniawan, “Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Undang-Undang Cipta Kerja Dalam
Perspektif Filsafat Utilitarianisme,” Jurnal USM Law Review 5, no. 1 (2022): hlm. 282-298
2
Ima Mayasari, “Kebijakan Reformasi Regulasi Melalui Implementasi Omnibus Law Di Indonesia,” Jurnal
Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 9, no. 1 (2020): 1.
3
Muhammad Faiz Aziz and Nunuk Febriananingsih, “Mewujudkan Perseroan Terbatas (PT) Perseorangan Bagi
Usaha Mikro Kecil (UMK) Melalui Rancangan Undang-Undang Tentang Cipta Kerja,” Jurnal Rechts Vinding:
Media Pembinaan Hukum Nasional 9, no. 1 (2020): 91.
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.” 4
Perbedaan dari bunyi pasal terlihat dari adanya perluasan makna pada Pasal 109
(Pasal 1) UU Cipta kerja dengan adanya penambahan kalimat “Badan Hukum
Perseorangan yang memenuhi kriteria Usaha Milro dan Kecil sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan mengenai Usaha Mikro dan Kecil.”5
4
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
5
Pasal 109 Angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
2. Perbedaan Mekanisme Status Badan Hukum antara UU PT dengan UU Ciptaker
Dari ketentuan Pasal 7 Ayat (4) dapat diartikan bahwa sebelum adanya UU
Ciptaker suatu PT baru akan mendapatkan status badan hukum ketika Menteri Hukum
dan HAM mengeluarkan Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan tersebut,
namun hal tersebut diubah dengan adanya ketentuan pada Pasal 109 Angka 2 UU
Ciptaker yang merubah ketentuan pada Pasal 7 Ayat (4) UU PT. Ketentuan Pasal 109
Angka 2 (Pasal 7 Ayat (4)) berbunyi:
“Perseroan memperoleh status badan hukum setelah didaftarkan kepada Menteri dan
mendapatkan bukti pendaftaran.”7
Perubahan yang selanjutnya timbul dari adanya UU Ciptaker adalah terkait dengan
ketentuan modal dasar pada pendirian PT, pada kedua peraturan baik UU Ciptaker dan
UU PT keduanya mewajibkan adanya modal dasar dengan perbedaan pada besaran
jumlahnya. Besaran modal sebelumnya yang diatur dalam UU PT terdapat pada Pasal 32
Ayat (1) yang menyebutkan bahwa:
“Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”8
6
Pasal 7 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
7
Pasal 109 Angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Batasan minimum modal yang sebelumnya tertuang dalam Pasal 32 Ayat (1) UU PT
sekarang dibuah dengan Pasal 109 Angka 3 UU Cipta Kerja yang menyatakan bahwa:
Lebih lanjut modal dasar tersebut berdasarkan Pasal 4 Ayat (2) huruf b PP 8/2021
disebutkan bahwa modal dasar Perseroan harus ditempatkan dan disetor paling sedikit
25% (dua puluh lima persen) yang dibuktikan dengan bukti penyetoran sah. Bukti
penyetoran yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan secara
elektronik kepacla Menteri dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) Hari terhitung
sejak tanggal:
a. akta pendirian Perseroan untuk Perseroan; atau
b. pengisian Pernyataan Pendirian untuk Perseroan perorangan.10
Sehingga pada dasarnya modal dasar masih tetap diberlakukan, hanya saja pada
UU Ciptaker tidak ditentukan kualifikasi besarannya, tetapi Besaran modal PT
persekutuan modal ditentukan berdasarkan keputusan pendiri PT, dengan kewajiban
menempatkan dan menyetor penuh 25% dari modal dasarnya.
8
Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
9
Pasal 109 Angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
10
Pasal 4 Ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021
“Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat (5), serta ayat (6) tidak
berlaku bagi :
a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau
b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang Pasar Modal.”11
11
Pasal 7 Ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
DAFTAR PUSTAKA
I Gede Agus Kurniawan, “Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Undang-Undang Cipta Kerja
Dalam Perspektif Filsafat Utilitarianisme,” Jurnal USM Law Review 5, no. 1 (2022)
Ima Mayasari, “Kebijakan Reformasi Regulasi Melalui Implementasi Omnibus Law Di Indonesia,”
Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 9, no. 1 (2020)
Muhammad Faiz Aziz and Nunuk Febriananingsih, “Mewujudkan Perseroan Terbatas (PT)
Perseorangan Bagi Usaha Mikro Kecil (UMK) Melalui Rancangan Undang-Undang Tentang
Cipta Kerja,” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 9, no. 1 (2020)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021