https://www.mongabay.co.id/2021/08/26/kapur-barus-pohon-kamper-dan-kejayaan-nusantara/
Pohon kapur kamper ini eksotik, bernilai tinggi dan endemik di Indonesia.
Tanaman yang masuk dalam golongan tanaman meranti pada keluarga tanaman
Dipterocarpaceae. Kapur ini menghasilkan
Lima dari tujuh jenis pohon
produk khas nonkayu berupa kristal yang kapur kamper yang ada di
populer dengan sebutan kapur atau Indonesia adalah tanaman
kamper, serta minyak kapur atau ombil. endemik di Kalimantan, namun
Spesies ini juga menyebar ke jazirah atau kondisinya kategori IUCN
semenanjung Malaya dan Kalimantan. Redlist : hampir punah dan
Penyebarannya pada elevasi di bawah 400 langka
meter di atas permukaan laut (mdpl). Di
Sumatera, jenis ini banyak tersebar di sepanjang pantai barat, khususnya di daerah
Subulussalam yaitu pada Ibu Kota Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam hingga ke Barus dan Kecamatan Natal di Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatera Utara. Yaitu jenis Dryobalanops aromatica Gaertn di sebut barus
atau singkel, yang tumbuh di Pulau Sumatera, khususnya dari daerah Tapanuli Utara
1
yang sangat terkenal di dunia, khususnya dari daerah Barus, hingga namanya
menjadi Kapur Barus. Adapun jenis Dryobalanops beccarii tumbuh di Semenanjung
Malaya, Serawak dan Brunei. Sedangkan lima spesies lagi tanaman kapur endemik di
Pulau Kalimantan, dari Genus Dryobalanops berdasarkan Klasidikasi Den Berger &
Enderat (1925) yang berpembuluh kecil adalah yaitu Dryobalanops rappa Becc.
(Kapur kayat), Dryobalanops keithii Symington (kapur gumpait), sedangkan lainnya
berpembuluh besar adalah Dryobalanops lanceolata Burck (Kapur tanduk),
Dryobalanops oblongifolia Dyer (kapur keladan) dan Dryobalanops fusca V.Sl. (kapur
empedu). Semua masuk dalam keluarga Dipterocarpaceae, yang banyak di
manfaatkan dari bagian dalam batang pohon berupa kristal atau minyak kapur. Hal
yang sama di ungkapkan oleh Heyne, 1987, sedangkan menurut Tong Shaoquan &
Tao Gouda (1990), Dryobalanops memiliki 16 spesies1.
Apakah orang Banjar masih mengenali Kapur Kamper sebagai tatamba atau
komoditas kayu?
Kapur kamper sebagai tanaman yang tertulis di dalam Al Quran sudah masuk
dalam kategori daftar merah atau IUCN Redlist, dengan status critically endangered
alias terancam punah lantaran kondisinya sangat kritis dan langka, demikian laporan
Lembaga Konservasi Internasional atau IUCN (International Union for Conservation
of Nature). Beberapa nama pernah sangat terkenal berupa jenis-jenis kayu kapur
kamper seperti Kamper Samarinda, Kamper Singkil, Kamper Kapur, dan Kamper
Banjar. Kayu kamper walaupun yang terkenal berasal dari Sumatera, kayu kamper
Samarinda justru dikenal kehalusannya. Kristil putih Kayu ini dijuluki kayu Rosewood-
nya Indonesia karena memiliki warna dan corak yang indah dan eksotis. Kamper
Banjar terkenal dengan berbagai fungsi untuk tatamba atau pengobatan, terutama
senyawa Borneol sangat bermanfaat sebagai biomedicine untuk mencegah
pengentalan dan pembekuan darah (Duke, 2005). Ibnu Masawayh dalam Guillot
(2002) menyebutkan bahwa kamper merupakan salah satu dari lima rempah
wewangian dasar. Kelima rempah tersebut adalah kesturi, ambar abu - abu, kayu
gaharu, kamper dan safran. Di Arab, hanya sulthan dan keluarganya yang memakai
Kamfer sebagai parfum yang halal dan memberikan aromaterapi yang kuat dan misik.
.
Ada puluhan sebutan untuk kayu mahal ini, yaitu: Ampadu, Amplang, Awing
Tanet, Bayau, Bindeneri, Belakan, Empedu, Kayatan, Keladan, Melampit, Kalampait,
Kapur Kademba, Kapur Merah, Kapur Hitam, Keladan2, Kayu Kademba, Kapur Naga,
Kapur Tanduk, Kapur Tulang, Kayatan, Kapur Sintuk, Mengkayat, Mohoi, Muri,
Serapan, Tulai dan Wahai. Di Sumatera sendiri selain dikenal dengan nama Kapur
atau Barus, Kaberun, Kamfer, Kuras3 tanaman
ini juga dikenal dengan nama Haburuan atau
Kaberun. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini
dikenal dengan nama Borneo Camphor,
Camphor Tree, Malay camphor atau
Indonesian Kapur.
Presiden Joko Widodo telah dua kali
membuat simbolisasi penanaman Kamper
yang asli endemik tanaman Kalimantan ini4,
pertama bersama Perdana Menteri Tiongkok Jokowi bersama PM Tiongkiok Li Keqiang
menanam pohon Kamper Kalimantan
1
Wikipedia dan http://www.gwannon.com
2
https://bpdasbarito.or.id/pohon-kamper-kaltim/
3
https://www.greeners.co/flora-fauna/kapur-barus/
4
https://www.antaranews.com/berita/707635/pohon-kamper-ditanam-jokowi-dan-li
2
Li Keqiang pada bulan Mei 2018 dan. Sedangkan pada bulan Juni melalu tayangan
kembali di Kebun Raya Bogor, Presiden Jokowi mengajak Perdana Menteri Australia
Anthony Albenase5 untuk menanam pohon kamper atau yang memiliki nama latin
Dryobalanops lanceolata. Sinyal ini sangat jelas: Indonesia memiliki Kamper yang
sangat berkualitas, tapi China yang menanam masif dan menguasai perdagangannya,
yaitu kamper dari Cina yang berasal dari jenis Cinnamomum champora dari tanaman
keluarga Lauraceae, sedang di Indonesia masuk keluarga tanaman Diptorocarpaceae,
yang mampu memberikan kualitasnya Kamper barus lebih premium. Begitu juga
Australia sebagai tujuan perdagangan. Namun sayang pemerintah Kalimantan
Selatan, seakan tak peduli pada emas kristal putih ini, padahal salah satu tanaman
endemiknya.
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Plantae
Filum: Tracheophyta;
Kelas: Magnoliopsida;
Ordo: Malvales
Famili:
Dipterocarpaceae
Genus: Dryobalanops
Spesies: Dryobalanops
lanceolata Burck (Kapur
tanduk)
Menurut data dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, kayu
Dryobalanops lanceolata Burck memiliki sifat kelas kuat II-(I) dan kelas awet III
yang dapat dimanfaatkan untuk membuat perahu, serta tiang konstruksi atap
bangunan rumah. Kayu kamper juga memiliki nilai ekonomis lain yaitu sebagai bahan
kapur barus dan getahnya juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan medis dan
kosmetik serta bahan kapur barus. Cara pengambilan kristal kapur terbaik adalah
dengan mengambil langsung dari batang pohon kapur yang keluar secara alami dari
pori-pori kulitnya. Hingga cara terbaik mendapatkan kristal barus tidak dengan
5
https://www.tvonenews.com/berita/nasional/45121-presiden-jokowi-ajak-pm-australia-naik-sepeda-bambu
3
menebang pohon, cukup menyadap dari batang pohon. Hasilnya menunjukkan
bahwa teknik pemanfaatan minyak Dryobalanops untuk kosmetik adalah melalui
teknik formulasi lilin aromaterapi dan sabun antijerawat6.
Formulasi lilin aromaterapi yang dibuat berupa parafin, stearin, odoran,
pewarna minyak Dryobalanops dan nilam. Terdapat perbedaan yang sangat nyata
tentang kesukaan sebelum lilin dibakar antar formulasi yang dibuat. Selain itu
memiliki bahan aktif utama minyak kamper berupa borneol. Hasilidentifikasi Pasaribu
et al. (2014) D. lanceolata memiliki senyawa borneol sebanyak 0,37% sedangkan D.
aromatica memiliki 0,21%. Borneol mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dan
sangat dibutuhkan dalam pengembangan produk kosmetik dan obat untuk
mencegah pengentalan dan pembekuan darah (Duke 2005). Sebenarnya Borneol
atau (C10H18O) banyak tersebar di alam sebagai komponen minyak atsiri. Di bidang
industri borneol murni bersama juga isoborneol digunakan sebagai bahan baku
penyusun parfum dan bahan pengester. Borneol murni bersifat racun yang dapat
mengakibatkan kekacauan mental.
Struktur Kimiawi
Kandungan Borneol (C10H18O) yang sangat di cari, Borneol
dalam jumlah yang relatif sedikit saja sangat (C10H18O)
efektif untuk mencairkan darah beku pada kasus
pembekuan darah/ penyumbatan pembuluh
darah pada jantung maupun otak manusia.
Namun Borneol murni bersifat racun bisa
membuat kekacauan mental
Akhir-akhir ini Borneol asal Dryobalanops banyak dicari oleh periset, herbalist
maupun pedagang. Karena penggunaan Borneol dalam jumlah yang relatif sedikit
saja sangat efektif untuk mencairkan darah beku pada kasus pembekuan
darah/ penyumbatan pembuluh darah pada
jantung maupun otak manusia
(Dharmananda, 2003). saat ini minyak
borneol juga menjadi anti kuman pada
pembalut perempuan (bio panty) dan
mengurangi kesakitan.
Namun dunia seakan jungkir balik,
trend sejak abad ke-20, sejak langkanya
kamper dari tumbuhan, saat ini telah jamak
Kamper sintetik dari bahan kimia untuk dijual kamper yang terbuat bahan sintetik
penghilang bau busuk, namun tetap atau senyawa kimia. Sedikitnya ada 2 zat
sangat berbahaya bagi kesehatan kimia berbahaya terkandung di dalamnya,
yaitu naftalen dan para-diclorobenzema.Kamper sering digunakan untuk
menghilangkan bau, mencegah jamur, mencegah kelembapan, sampai mengusir
6
https://adoc.pub/teknologi-pengolahan-dan-pemanfaatan-dryobalanops-sp-untuk-p.html
4
ngengat. Kamper yang diletakkan di dalam lemari pakaian, juga dapat membuat baju
lebih awet dan tetap harum walau disimpan cukup lama. Kamper juga berfungsi
menjaga aksesori tetap awet dari kerusakan. Alasannya murah dan mudah di
dapatkan di pasaran.
Mengapa kapur barus kamper ini sangat penting dan tertulis dalam Al Qur’an
bahkan sebagai campuran minuman?
Jauh sebelum Islam yang diajarkan oleh Muhammad Rasulullah hadir yaitu
pada abad ke-8 Masehi, dalam literatur di sebutkan kapur kamper sudah di gunakan
sejak zaman Kerajaan Mesir yaitu rajanya Fir’aun pada tahun 3150 Sebelum Masehi,
berguna untuk mengawetkan tubuh mati atau mayat, selain wangi yang khas juga
kamper ini anti rayap. Kapur kamper menjadi terkenal, terutama yang berasal dari
dari wilayah Asia, terutama Kapur dari Baru, Tapanuli, Sumatera dan Kapur di
Kalimantan. Dalam perjalanan Silk Road, pedagang China sejak abad ke-4 Masehi
telah membawa ke benua Afrika, Asia dan Eropa, maka komoditas kapur ini menjadi
primadona dan bernilai sangat tinggi. Hal ini berasal tulisan seorang dokter Yunani
yang tinggal di Mesopotamia, bernama Actius (502-578 M). Sementara itu, kronik
Dinasti Liang (502-557) di Cina mengaitkan kamper dengan satu daerah yang nanti
dikenal dengan Barus. Namun barus sendiri telah diyakini di bawa oleh orang
Nusantara sendiri ke Afrika melalu pelayaran, sebab terkenal sebagai bangsa bahari
yang sudah berlayar dengan kapal bercadik sejak 242 sebelum Masehi, apalagi
terbukti adanya jejak Orang Borneo/Banjar/Dayak di Madagaskar, Afrika. Istilah
kamper sendiri berasal dari berbagai bahasa, namun di yakin, berdasar catatan
tertua tentang Barus ditulis oleh Ptolomaeos, seorang filsur Alexandria abad pertama
M. Jika benar bahwa Barus yang disebut Ptolomaeos adalah daerah penghasil kapur
atau kamper, bisa dipastikan bahwa kapur (dari) Barus sudah dikenal setidaknya
sejak abad pertama Masehi, bahkan di Afrika sana. Selain itu terutama dari tulisan
para ilmuwan Arab (Muslim) abad ke-8-9 M, diketahui bahwa kapur digunakan juga
untuk obat-obatan dan wewangian. Ibnu Sina, misalnya, menguraikan secara rinci
tentang bagaimana kapur barus digunakan sebagai obat dan wewangian, lengkap
dengan cara menyuling kapur barus itu sendiri (Claude Guillot dkk., 2000). Uraian
para ilmuwan Muslim ini tentu saja menunjukkan arti penting dan kegunaan kapur
barus, yang membuatnya jadi barang komoditas paling dicari di dunia pada masa itu.
Sesudah Al Quran menyebut nama kapur barus, maka menjadi sesuatu yang
istemwa dan kemewahan, bagi orang-orang di Timur Tengah. Tidaklah
mengherankan kalau Al-Qur’an menggunakan istilah (kâfûr) tersebut untuk
menggambarkan keistimewaan dan kemewahan minuman orang-orang shaleh di
akhirat. Di sini, Al-Qur’an tidak menggunakan istilah kâfûr dalam kegunaan
praktisnya, melainkan dalam nilai simboliknya. Berkat kapur inilah, Barus jadi daerah
terkenal, setidaknya sejak abad ke-4 dan terutama pada abad ke-7. Barus bahkan
tetap terkenal hinggga beberapa abad kemudian ketika daerah itu merosot sebagai
pusat niaga dunia, dan mungkin merosot pula sebagai daerah penghasil kapur. Di
akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, ketika Barus mengalami kemunduran
sebagai pusat niaga dunia, dan tampaknya kapur bukan lagi salah satu komuditas
utama dunia, pujangga Hamzah Fansuri menyebut-nyebut kapur dan barus dalam
beberapa syairnya: Hamzah Fansuri di dalam Makkah/ Mencari Tuhan di Bayt al-
Ka’bah/ Dari Barus ke Qudus terlalu payah/ Akhirnya dapat di dalam rumah. Syair
lain adalah: Hamzah Syahr Nawi terlalu hapus/ Seperti kayu sekalian hangus/
Asalnya laut tiada berharus/ Menjadi kapur di dalam Barus.
5
Guru besar antropologi kesehatan dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Rusmin Tumanggor, menuturkan kapur barus pun disebut dalam kitab
suci Alquran surat Al-Insan ayat 5. "Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan
akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu)
mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat
memancarkannya dengan sebaik-baiknya."
Hingga peneliti farmasi dari Prancis Nouha Stephan dalam artikel "Kamper
dalam Sumber Arab dan Persia" yang menyebut istilah kafur juga terdapat dalam
syair-syair yang dipercayai ditulis sebelum munculnya agama Islam. Di sini kafur
dibandingkan dengan minyak kasturi untuk melambangan kontras warna putih dan
hitam. Kamper pun masuk dalam daftar obat-obatan peradaban Sassanid pada abad
ke-6 M. Tercatat dalam buku tertua ilmu kedokteran yang ditulis dalam bahasa
Persia abad ke-10 M, kamper digunakan untuk menghentikan mimisan dengan
dicampur dengan air kurma hijau dan kemangi. Begitu juga dengan buku-buku
kedokteran berbahasa Arab menunjukkan kamper dipakai dokter-dokter terkenal
dalam abad ke-9 dan 10 M. Dulu kala, menurut Marco Polo, saat itu harga jualnya
setara dengan logam mulia. Namun kini pohon barus yang menghasilkan kamper
sangat jarang ditemui. Tak banyak orang yang tahu keberadaannya. "Sekarang yang
masih ada itu sisa-sisa banyak yang habis karena pembalakan dan alih fungsi hutan,"
ujar peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Aek Nauli, Aswandi.
6
persemaian jenis Dryobalanops lanceolata Burck (Kapur tanduk), bahkan Presiden
Jokowi pun sudah melakukannya di Istana dan Kebun Raya Bogor. Demi Allah,
penulis mengetuk hati, seluruh pelaku kebijakan, masyarakat, urang awam, urang
sugih serta urang alim di Kalimantan Selatan khususnya serta Indonesia umumnya
untuk melakukan aksi penyelamatan tanaman para ahli sorga dan menyelamatkan
manusia di dunia. Seperti peribahasa urang bahari yang artinya kesulitan yang
diciptakan sendiri: Seperti cecak makan kapur.
Referensi:
Duke S. 2005. Plants containing Borneol. Phytochemical and Ethnobotanical Databases.
Institute for Traditional Medicine, Portland, Oregon.
Simarangkir B.D.A.S, 2000. Analisis Riap Dryobalanops lanceolata Burck pada Lebar Jalur
yang Berbeda di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Lempake. Frontir Nomor 32.
Kalimantan Timur.
Gusmalina, et al, ANALISIS SENYAWA KIMIA Dryobalanops aromatica’, yang di publikasikan
di Jurnal Penelitian Hasil Hutan
http://forpro.org/index.php/detail/590/analisis-senyawa-kimia-kamper#.YyNYt0xBxdg