Buah mangga kasturi, maskot Kalimantan Selatan yang berstatus ‘punah in situ’ Ada
3 varietas kasturi yaitu kasturi, cuban, dan asem pelipisan. Kasturi mempunyai buah
membulat telur seperti mangga kecil, kulit buah tipis berwarna hijau bertotol hitam
ketika muda dan menjadi kehitaman ketika tua. Daging buah berwarna oranye
gelap. Varietas ini mempunyai aroma yang lebih harum dibandingkan varietas
lainnya. Varietas kedua, cuban (kastuba) memiliki buah membulat telur, dengan
kulit buah berwarna kemerahan, tidak menjadi hitam ketika tua, kulit buahnya
sangat mudah dipisahkan dari daging buahnya. Daging buah berwarna kuning
oranye.
Sedang varietas ketiga, asem pilipisan atau palipisan mempunyai buah menjorong,
datar berwarna hijau pucat dengan totol hitam, bila tua tetap hijau. Daging buahnya
berwarna hijau oranye kuning, berserat banyak. Spesies mangga yang ditetapkan
sebagai flora identitas provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan keputusan Menteri Dalam
Negeri No. 48 tahun 1989 ini merupakan tanaman endemik yang hanya tumbuh di
Kalimantan Selatan saja. Kasturi dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah pada
tanah aluvial dan lateral yang cukup air.
Kasturi Punah In Situ. Kasturi (Mangifera casturi) oleh IUCN Redlist dimasukkan
dalam daftar tumbuhan berstatus konservasi Extinct in the Wild atau punah di alam
liar (punah in situ) sejak 1998. Kepunahan spesies ini diakibatkan oleh rusaknya
habitat akibat deforestasi hutan dan perambahan hutan. Untungnya masih ada yang
membudidayakan tanaman ini di kebun-kebun dan pekarangan rumah. Budidaya
oleh penduduk ini banyak dilakukan di kecamatan Mataraman kabupaten Banjar,
provinsi Kalimantan Selatan. Bahkan mangga ini juga telah ditanam dibeberapa
daerah lainnya. Meskipun masih belum punah dan masih dibudidayakan tetapi
status Extinct in the Wild tentunya menjadi kerugian yang besar bagi
keanekaragaman genetis flora Indonesia. Semoga status kasturi ini tidak disusul
tumbuhan (dan satwa) lainnya.
Klasifikasi Ilmiah
Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau
Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera
yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut
berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut (Nasalis
larvatus). Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang
dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di
negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan
(Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri
memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera
Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau. Bekantan yang merupakan
satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua
subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis
larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan
sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau
Kalimantan.
Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam”
(Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan
maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur
Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi
maskot Dunia Fantasi Ancol. Ciri-ciri dan Habitat Bekantan. Hidung panjang dan
besar pada Bekantan (Nasalis larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi
dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin
disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung
besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga
sebagai Monyet Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75
cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm
dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit
ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain
mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang
menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.
Konservasi Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun
2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam
Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain
itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh
diperdagangkan secara internasional)
Klasifikasi Ilmiah