Anda di halaman 1dari 2

Nama : Winda Nurhalizah Wijaya

Kelas : Manajemen 1-F

NIM : 1229240271

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Angga Ahman Hasim, M.Pd

Kala itu Jumat ke tiga di bulan Oktober, bertepatan dengan jadwal mentoring kelompok
orientasi fakultas yang akan diadakan di kampus. Sore itu bumi tengah diguyur hujan yang cukup
besar membuatku hanya ingin bermalas-malasan di rumah, mengingat aku harus mengendarai
sepeda motor selama tiga puluh menit agar bisa sampai ke kampus, jangan lupakan hujan yang tak
kunjung reda membuatku terpaksa menerobos hujan dengan menggunakan jas hujan yang aku
miliki. Sesampainya di kampus aku langsung berkumpul dengan anggota kelompok lain di tempat
yang sudah ditentukan. Aku terlambat sepuluh menit, biasanya anggota kelompok yang terlambat
akan dikenai hukuman, tetapi karena rintikan air hujan yang turun kala itu mentor yang membimbing
kami memberi keringanan sehingga tidak ada hukuman.

Ketika kegiatan mentoring berlangsung, biasanya mentor akan memaparkan materi yang
telah disiapkan. Tetapi dikarenakan kami akan mengikuti perlombaan debat antar kelompok, kami
memutuskan untuk membahas materi mengenai mosi yang akan digunakan ketika debat nanti. Kami
dibagi menjadi dua bagian, yaitu pihak pro dan juga kontra, aku mendapatkan bagian sebagai pihak
kontra.

Debat dimulai dengan penyampaian pendapat dari pihak pro, lalu pihak kontra menyanggah
pendapat yang diutarakan pihak pro. Awalnya pihak kontra sedikit mengalami kesulitan untuk
menyanggah pernyataan pihak pro, tapi kami berhasil mengatasinya dengan baik. Suasana semakin
panas, kedua pihak tidak ada yang mau mengalah. Interupsi demi interupsi terus terdengar diiringi
dengan sanggahan yang dilontarkan oleh kedua pihak. Hasil akhirnya adalah pihak kontra yang
menang, aku yang sedikit banyaknya berkontribusi dalam debat tersebut merasa sangat senang
sekaligus tertarik ingin menjadi perwakilan kelompok yang akan mengikuti debat tetapi sudah tidak
ada kursi kosong untuk aku tempati.

Sebenarnya temanku sudah menawarkan agar aku menjadi partner debatnya, tetapi aku
menolak, karena menurutku itu akan sangat melelahkan. Aku merasa sudah cukup lelah hanya
dengan aktivitas normalku, dimulai dari pergi kuliah ketika matahari baru terbit lalu pulang kuliah
Ketika matahari sudah terbenam. Belum lagi tugas mandiri juga tugas kelompok yang dosen berikan
harus diselesaikan se-segera mungkin, ditambah kegiatan mentoring juga ospek jurusan di setiap
minggunya. Tapi kalau boleh jujur aku menyesal tidak menerima ajakan temanku untuk menjadi
partner debatnya.

Tibalah pada hari diselenggarakannya perlombaan debat antar kelompok, kami


mendapatkan giliran pada sesi pertama di urutan kedua. Meskipun aku iri kepada mereka, aku harus
tetap menjadi teman yang suportif dengan mendukung temanku yang menjadi perwakilan
kelompok. Kami mendapat bagian pihak kontra, walaupun aku bukan perwakilan kelompok tetapi
aku merasa tenang karena mendapatkan pihak kontra. Seperti pada umumnya, debat diawali
dengan penyampaian pendapat dari pihak pro, lalu disanggah oleh pihak konta. Kami berfikir bahwa
teknis perlombaan debat ini akan berjalan seperti ketika latihan kami tempo hari, tapi ternyata kami
salah. Dalam perlombaan debat berjalan dikendalikan oleh moderator, kesempatan untuk berbicara
juga menyanggah sangat sedikit. Rasa kecewa tidak dapat dipungkiri, kami bahkan merasa bahwa
tadi bukanlah sebuah debat atau bahkan tidak bisa disebut sebagai debat. Kami semua sepakat
bahwa perlombaan debat tadi lebih diskusi.

Anda mungkin juga menyukai