Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan Bab 3 Tentang Komunikasi Lintas budaya

 Komunikasi Lintas budaya, Meliputi :


1. Pentingnya komunikasi Lintas budaya
2. Memahami Budaya Dan perbedaanya
3. Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing
1.1 Pentingnya Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang di gunakan dalam dunia bisnis baik
komunikasi verbal mau pun non verbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu
daerah, wilayah atau negara.

Alasan mempelajari komunikasi lintas budaya menurut “Livtin”menjelaskan bahwa dunia


sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat di perlukan,
semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut
meskipun nilai-nilainya berbeda,nilai-nilai setiap individu atau budaya berhak menggunakan
nilainya sendiri, pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk
mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain dengan mengatsi hambatan-hambatan
budaya untuk berhubungan dengan orang lain,memperoleh pemahman dan penghargaan bagi
kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia.

Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang
memerlukan keberanian dan kepekaan .keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh
memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi
manusia kepandang monikultural. Perbedaa-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan
penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut arbitrer tidaklah
menyusahkan atau memudahkan, situasi-situasi komunikasi antarbudaya tidaklah statik dan
buka pula stereotip.

Itulah mengapa komunikasi lintas budaya sangat penting bagi seseorang untuk membantu
mengetahui apa yang tidak pernah mereka ketahui. karena, tanpa adanya pengetahuan tentang
komunikasi lintas budaya seseorang sangat sulit berinteraksi dan bekerjasama memahami apa
keinginan dan maksud tujuan orang lain.

Beberapa pola kerjasama ekonomi didunia:


 AFTA – Asean free trade area
 APEC – Untuk kawasan asia pasifik
 NAFTA – North american free trade area
 CFTA – Canada free trade area
 CEFTA - Central european free trade agreement
 EFTA – Europe free trade agreement
 LAFTA – Latin american free trade association

 AFTA

AFTA adalah bentuk kerja sama perdagangan dan ekonomi di wilayah ASEAN, berupa
kesepakatan agar tercipta situasi perdagangan yang seimbang, dengan penurunan tarif
barang dagang serta pajak bagi negara-negara di Asia Tenggara, Afta memiliki enam anggota
Negara ASEAN yaitu Brunei Darrusallam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand.
 APEC

Apec yaitu Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik adalah forum ekonomi 21 negara di Lingkar
Pasifik yang bertujuan untuk mengukuhkan pertumbuhan ekonomi, mempererat
komunitas dan mendorong perdagangan bebas di seluruh kawasan Asia-Pasifik.

 NAFTA
North American Free Trade Area (NAFTA) merupakan perjanjian perdagangan bebas
yang dibentuk oleh tiga negara di kawasan Amerika Utara. Negara tersebut adalah
Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Dalam Modul Buku Ekonomi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan
bahwa NAFTA dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memajukan dan meningkatkan
perdagangan di kawasan Amerika Utara. NAFTA diterapkan dengan cara menghilangkan
atau mengurangi hambatan-hambatan di bidang perdagangan, baik dalam bentuk
hambatan tarif maupun nontarif.

 CFTA
Di Terjemahkan Dari Wikipedia Dalam bahasa ingggris yaitu Area Perdagangan Bebas
Kontinental Afrika adalah area perdagangan bebas yang didirikan pada tahun 2018,
dengan perdagangan dimulai pada 1 Januari 2021. Area tersebut dibuat oleh Perjanjian
Perdagangan Bebas Kontinental Afrika di antara 54 dari 55 negara Uni Afrika.

 CEFTA

adalah sebuah perjanjian dagang antara negara non-UE di Eropa Tengah dan Tenggara.

 EFTA
Efta yaitu Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa didirikan pada 3 Mei 1960 sebagai sebuah
blok dagang alternatif untuk negara Eropa yang tidak mampu / memilih untuk tidak
bergabung dengan Komunitas Ekonomi Eropa. EFTA Convention ditandatangani tanggal
4 Januari 1960 di Stockholm oleh tujuh negara.

 LAFTA
LAFTA kemudian diubah menjadi Asosiasi Integrasi Amerika Latin, Spanyol: Asociación
Latinoamericana de Integración, Portugis: Associação Latino-Americana de Integração)
dibuat dalam Perjanjian Montevideo tahun 1960 oleh Argentina, Brasil, Chili, Meksiko,
Paraguay, Peru, dan Uruguay. Para penandatangan berharap untuk menciptakan pasar
bersama di Amerika Latin dan menawarkan potongan tarif di antara negara-negara
anggota. Pada tahun 1980, LAFTA direorganisasi menjadi Latin American Integration
Association (ALADI) yang kini memiliki 13 anggota: Argentina, Bolivia, Brasil, Chili,
Kolombia, Kuba, Ekuador, Meksiko, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela.

1.2 Memahami budaya dan perbedaanya


Setiap negara memiliki keanekaragaman budaya setiao negara berbeda beda budaya,
Budaya dapat di definisikan oleh Edward T.Hall ( 1976 )
DEFINISI TENTANG BUDAYA
Menurut Edward T. Hall, mendefinisikan budaya sebagai dasar dari proses komunikasi yang
menciptakan iklim bagi studi komunikasi antar budaya dalam ranah komunikasi bukan ranah
antropologi.
Menurut Geert Hofstede (1997) menyatakan bahwa terdapat dua macam budaya, yaitu budaya
organisasi dan budaya bangsa yang memiliki perbedaan dalam tataran nilai serta praktis. Nilai
diperoleh dari pengalaman kehidupan seperti keluarga dan sekolah di awal kehidupan
seseorang. Ssedangkan praktis diperoleh dari pengalaman sosial misalnya bekerja. Dalam
tingkatan organisasi, perbedaan budaya tampil sebagian besar dalam tataran praktis
dibandingkan dengan nilai
Untuk memahami perbedaan budaya berikut di ulas secara singkat mengenai budaya konteks
rendah,konsep wajah, serta dimensi- dimensi budaya.

1. Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah

Satu konsep yang sangat berguna untuk memahami perbedaan budaya dalam komunikasi bisnis
adalah dengan konsep yang dikenalkan oleh Edward T. Hall (1976) yang membedakan budaya
konteks rendah dengan budaya konteks tinggi. Budaya dengan makna lebih kecil ditentukan oleh
konteks karena sebagian besar pesan di-encode dalam bahasa sendiri dinamakan konteks
rendah. Dalam budaya konteks rendah pesan-pesan verbal dinilai tinggi serta memiliki spesifikasi
yang tinggi serta rinci.

Sementara itu, budaya dengan lebih sedikit dikatakan atau ditulis karena banyaknya makan
dalam sebuah lingkungan atau telah dibagikan oleh orang dinamakan dengan konteks tinggi.
Dalam budaya konteks tinggi, sangat sedikit pesan-pesan yang dikode secara eksplisit. Budaya
konteks tinggi lebih sensitif terhadap pesan-pesan nonverbal dan lebih seperti menyajikan
sebuah konteks dan latar belakang. Dalam budaya konteks tinggi, orang membawa lebih dekat
dengan pentingnya konteks yang dibagi. Pesan bisa jadi hilang dalam budaya konteks rendah.
(Baca : Komunikasi Nonverbal)

2. Konsep wajah

Terkait dengan konsep budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah adalah konsep wajah.
Wajah dapat dipahami dalam dua cara. Pertama, wajah merujuk pada rasa percaya diri terhadap
orang lain dalam hal karakter moral. Dan kedua, wajah merujuk pada prestise atau reputasi
seseorang yang dicapai dalam hidup. Dalam budaya konteks tinggi seperti China, komunikasi
terjalin secara tidak langsung atau implisit dan lebih seperti menggunakan perantara karena
harmoni sosial dan pengelolaan wajah adalah krusial.

Komunikasi yang dilakukan melalui perantara dapat mengeliminasi terjadinya konfrontasi tatap
muka dan mengurangi resiko kehilangan muka. Terdapat lebih dari negosiasi wajah dan
kesamaan wajah atau pengelolaan wajah lainnya. Dalam konteks budaya rendah seperti Amerika
Serikat, terdapat lebih dari negosiasi wajah secara langsung dan lebih mengelola wajah sendiri.

3. Dimensi-dimensi Budaya

Dimensi lintas budaya telah menjadi salah satu faktor penting untuk memahami berbagai
macam lingkungan ekomoni dan bisnis. Geert Hofstede (1980) mempublikasikan hasil studinya
mengenai berbagai macam dimensi budaya yaitu individualisme, maskulinitas, kekuatan jarak,
dan penghindaran ketidakpastian. Konsep ini telah diterapkan ke berbagai macam bidang seperti
psikologi lintas budaya, manajemen internasional dan bisnis, komunikasi lintas budaya, dan lain-
lain.
1.3 Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing

Ketika merencanakan untuk melakukanbisnis dengan orang yang memiliki budaya berbeda,
seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah mempelajari budayanya.
Lagipula, ketika merencanakan untuk tinggal di negara lain, ia tentunya juga sudah
mempersiapkan bahasa yang harus dikuasainya.

Di samping itu, ketika tinggal di negara lain alangkah baiknya orang tersebut juga sedikit banyak
mengenal budaya maupun adat istiadat yang berlaku di negara tersebut. Bahasa asing tentunya
tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat. Namun, memulai mengenal beberapa kata bahasa
asing untuk suatu pergaulan di lingkungan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu
dikembangkan.

Selain belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang budaya asing tersebut,
dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada mitra bisnis Anda. Usahakan agar Anda
berkonsentrasi belajar pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sejarah budaya, agama,
politik, nilai-nilai, dan adat istiadat.

Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan ke suatu
negara:
1. Jangan memberikan hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara Arab.
2. Di Pakistan atau negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, jangan heran kalau di
tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta izin keluar untuk menunaikan ibadah
sholat karena setiap Muslim wajib sholat lima kali sehari.
3.Anda dianggap menghina tuan rumah jika Anda menolak tawaran makanan, minuman atau
setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab. Namun, anda juga jangan cepat-cepat menerima
segala bentuk tawaran tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara-cara
sopan.
4.Tekankan usia perusahaan Anda ketika berhubungan bisnis dengan pengusaha di Jerman,
Belanda, dan Swiss.

Anda mungkin juga menyukai