TIM PENULIS:
Ketua : H. R. Alpha Amirrachman, M.Phil., Ph.D.
Wakil Ketua : Abdulah Mukti, M.Pd., Dr. H. Teuku Ramli Zakaria, MA.
Sekretaris: Dr. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si., Maulana Ishak, M.Pd.I.,
Muhammad Khoirul Huda, M.Pd. Anggota : Prof. Akhsanul In’am, Ph.D.,
Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc., Dr. Mansur Arsyad, M.Pd.,
Dr. Rohimi Zamzam, S.Psi., S.H., M.Pd., Drs. H. Unang Rahmat, M.M.,
Dra. Fitniwilis, M.Pd., Dr. Iwan Junaidi., Dra. Arbaiyah Yusuf, MA.,
Dr. Ahmad Muhammad, Dr. Mohamad Ali, M.Pd., Mu’arif, S.IP., M.Si.,
Drs. Noor Chozin Agham, M.A., Arif Jamali Muis, M.Pd., Pahri, S.Ag, M.M.,
Bagus Mustakim, S.Ag, M.S.I., Wigatiningsih, M.Pd., Agus Suroyo, M.Pd.I.,
Phonny Aditiawan Mulyana, S.E., M.M., Mas’ad Fachir, M.MT.,
Astajab, S.Pd., M.M., Mohammad Mudzakkir, M.A., Azaki Khoirudin, M.Pd.,
Farid Setiawan, M.Pd.I., Dr. Herwina, M. Ag.
PENYELARAS BAHASA:
David Krisna Alka, M.Si.
DAFTAR TABEL
GLOSSARY v
MT-LDKM : Majelis Tabligh dan Lembaga Dakwah Khusus Muhammadiyah
MTs : Madrasah Tsanawiyah
NA : Nasiyatul ‘Aisyiah
Ortom : Organisasi Otonom
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
PCM : Pimpinan Cabang Muhammadiyah
PDM : Pimpinan Daerah Muhammadiyah
PKBM : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
PPP : Public Private Partnership
PRM : Pimpinan Ranting Muhammadiyah
PTA : Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah
PTM : Perguruan Tinggi Muhammadiyah
PTMA : Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah
PHIWM : Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
PWM : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
RPJP : Rancangan Pembangunan Jangka Panjang
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SNP : Standar Nasional Pendidikan
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SPS : Satuan PAUD Sejenis
STEAM : Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics
TBA : Taman Bina Anak
TK : Taman Kanak-Kanak
TK ABA : Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Busthanul Athfal, lembaga
pendidikan usia dini yang pertama kali dimiliki pribumi di
masa penjajahan Belanda
TPA : Taman Penitipan Anak
TPQ : Taman Pendidikan al-Qur’an
TSPM : Tapak Suci Putera Muhammadiyah
UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 73
KATA PENGANTAR ix
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada :
1. Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat
Muhammadiyah yang telah mendorong terwujudnya RPJP ini dan
memberikan masukan baik secara subtantif ataupun secara naratif.
2. Dr. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si., selaku Ketua Umum
Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah yang juga telah memberikan berbagai masukan
yang penting.
3. Para Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang telah memberikan arahan-
arahan dan masukan pemikirannya.
4. Para narasumber yang telah memberikan masukan melalui Kelompok
Diskusi Terpumpun.
5. Para reviewer pada giat uji publik naskah RPJP Dikdasmen Muhammadiyah
yang telah memberikan catatan kritis bagi penyempurnaan naskah ini.
Selain itu kami tidak lupa menyampaikan terimakasih dan penghargaan
kepada tim pengarah dan tim penulis yang dengan kerja keras penuh dedikasi
berhasil menuntaskan naskah ini semoga RPJP Dikdasmen Muhammadiyah ini
dapat membawa kemajuan dan kemaslahatan yang sebesarbesarnya bagi sekolah/
madrasah dan pesantren Muhammadiyah dalam menyongsong masa depan yang
lebih cerah, berkemajuan dan bermartabat.
RPJP Dikdasmen Muhammadiyah ini juga kami dedikasikan kepada Prof.
Dr. H. Baedhowi, M.Si. (alm) yang telah mengawali penulisan naskah secara
serius dan tidak mengenal lelah sampai pada penghujung penulisan naskah ini.
Ketua, Sekretaris,
Pendidikan Nasional
Indonesia jika ingin bersaing dengan bangsa lain niscaya menjadi negara
dan bangsa yang maju, yang dalam istilah Muhammadiyah disebut “Indonesia
Berkemajuan”. Indonesia Berkemajuan dalam pandangan Muhammadiyah (2009)
meniscayakan dukungan sumberdaya manusia yang cerdas dan berkarakter
utama. Manusia yang cerdas adalah manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki
kekuatan akal budi, moral, dan ilmu pengetahuan yang unggul untuk memahami
realitas persoalan serta mampu membangun kehidupan kebangsaan yang
bermakna bagi terwujudnya cita-cita nasional.
Manusia Indonesia yang cerdas memiliki fondasi iman dan taqwa yang
kokoh, kekuatan intelektual yang berkualitas, kepribadian yang utama, dan
menjadi pelaku kehidupan kebangsaan yang positif sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Sumberdaya manusia Indonesia yang cerdas
dan berkarakter utama hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan yang
“mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagaimana diamanatkan Pembukaan
UUD 1945. Pendidikan tersebut dalam prosesnya tidak hanya menekankan pada
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi sekaligus sebagai proses
aktualisasi diri yang mendorong peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan
tinggi dan berkeadaban mulia.
Karenanya, pendidikan nasional yang selama ini berlaku harus direkonstruksi
menjadi sistem pendidikan yang mencerahkan, dengan visi terbentuknya
manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, dan berkemajuan.
Sedangkan misinya ialah: (1) Mendidik manusia agar memiliki kesadaran
ilahiah, jujur, dan berkepribadian mulia; (2) Membentuk manusia berkemajuan
yang memiliki jiwa pembaruan, berfikir cerdas, kreatif, inovatif, dan berwawasan
luas; (3) Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras,
wira usaha, dan kompetetif; (4) Membina peserta didik agar menjadi manusia
yang memiliki kecakapan hidup dan ketrampilan sosial, teknologi, informasi,
dan komunikasi; (5) Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang
memiliki jiwa, daya-cipta, dan kemampuan mengapresiasi karya seni-budaya;
dan (6) Membentuk kader bangsa yang ikhlas, bermoral, peka, peduli, serta
bertanggungjawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Pendidikan nasional
Pendidikan Muhammadiyah
Khusus dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah telah berkiprah
nyata dan memberi kontribusi strategis yang besar bagi usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa. Kiprah dan
kontribusi Muhammadiyah di bidang pendidikan dalam usaha mncerdaskan
kehidupan bangsa sungguh besar. Muhammadiyah selain ikut aktif mendirikan
Republik ini, juga sepanjang sejarah perjalanannya satu abad lebih berjuang
untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa mewujudkan cita-cita
kemerdekaan. Apalah jadinya bangsa dan negara ini jika tanpa Muhammadiyah
I PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Muhammadiyah sejak awal mempelopori dan
memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan
pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui berbagai terobosan yang diaktualisasikan dalam
bentuk penyelenggarakan pendidikan Islam modern,
mulai dari jenjang prasekolah, sekolah, dan perguruan
tinggi yang hingga kini berjumlah 26.961. Amal Usaha
Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan tersebut
cenderung bertambah jumlahnya dan persebarannyapun
relatif merata di seluruh penjuru tanah air. Jumlah ini belum
termasuk pendidikan nonformal yang diselenggarakan
oleh masing-masing pimpinan wilayah yang belum terdata
jumlah dan sebaran fokusnya.
Secara empirik-historis, kehadiran pendidikan
Muhammadiyah (1912) di negeri ini jauh lebih awal
daripada kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia
(1945). Ketika berada di bawah cengkeraman kolonialis
(Belanda dan dilanjutkan Jepang), yang berlangsung antara
tahun 1912—1945, orientasi pendidikan Muhammadiyah
terarah pada kaum pribumi untuk membebaskan
mereka dari belenggu kolonialisme. Setelah menghirup
kemerdekaan, orientasi pendidikan Muhammadiyah
mengalami pergeseran, dari pembebasan/pemerdekaan
BAB I
PENDAHULUAN 1
bangsa ke pengintegrasian dan pencerdasan kehidupan bangsa. Dengan
demikian, pendidikan Muhammadiyah sebagai salah satu unsur, atau
subsistem pendidikan nasional, turut berpartisipasi aktif dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai subsistem pendidikan nasional, kontribusi pendidikan
Muhammadiyah bukan hanya dalam bentuk jumlah lembaga pendidikan
yang dimiliki dan pemerataan radius persebarannya, tetapi harus juga
dalam bentuk peningkatan kualitasnya. Persebaran pendidikan yang
berkualitas sudah menjadi suatu keniscayaan/kebutuhan, seiring dengan
perubahan kondisi global yang semakin kompetitif, yang memerlukan upaya
peningkatan daya saing bangsa secara berkelanjutan. Di era sekarang ini,
ukuran eksistensi bukan lagi dinilai dari sisi kuantitas, tetapi lebih pada sisi
kualitas. Sebab, hal ini akan menjadi beban nasional dan beban pemerintah
manakala lembaga pendidikan yang dimiliki jumlahnya besar, namun
kualitasnya rendah.
Uraian di atas menunjukkan penting dan perlunya kesadaran untuk terus
berbenah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara terarah,
terpadu, dan sinergis. Kesadaran inilah yang melarbelakangi dan menjadi
dasar pemikiran penyusunan RPJP Dikdasmen Muhammadiyah. Komitmen
ini merupakan nilai keimanan yang dimanifestasikan dalam bentuk tindakan
(a faith in action) kemanusiaan yang terus dituntut relevansinya dengan
arus kebutuhan zaman. Ringkasnya, ekspansi selektif dan pengarusutamaan
mutu merupakan prioritas dan agenda strategis pengembangan pendidikan
Muhammadiyah saat ini dan pada masa mendatang dalam membentuk insan
yang cerdas, terampil, beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Makna pendidikan Muhammadiyah dapat dirumuskan sebagai semua
kegiatan yang dilakukan oleh anggota atau warga Muhammadiyah, baik di
dalam maupun di luar organisasi, terhadap anak-anak sendiri, anak-anak
sesama anggota Muhammadiyah maupun anak-anak pada umumnya untuk
dibimbing perkembangannya agar dapat menjadi manusia muslim yang
bercita-cita menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Rosyidi, 1984; Ali,
2020).
Berdasarkan rumusan di atas, secara garis besar praktik pendidikan
Muhammadiyah dapat dikelompokan dalam tiga jalur, yaitu lembaga
pendidikan informal, nonformal, dan formal. Jalur pendidikan informal
BAB I
PENDAHULUAN 3
ditangani beberapa majelis yang berbeda-beda. Dalam perumusan RPJP
ini, tidak semua unsur pendidikan Muhammadiyah dibahas. Pembahasan
difokuskan pada lembaga pendidikan dasar dan menengah, sehingga
dinamakan “RPJP Dikdasmen Muhammadiyah”. Oleh karena itu, secara
ringkas, RPJP Dikdasmen Muhammadiyah dapat dipahami sebagai dokumen
perencanaan pembangunan pendidikan jangka panjang terhitung sejak
tahun 2021 sampai dengan tahun 2045, dengan maksud untuk memberikan
arah sekaligus acuan bagi seluruh penyelenggara dan pengelola pendidikan
Muhammadiyah dalam mewujudkan Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah (MKCHM) dan Kepribadian Muhammadiyah (ideologi
Muhammadiyah), sehingga seluruh upaya yang dilakukannya dapat berjalan
secara sinergis, koordinatif, dan saling komplementer satu dengan lainnya di
dalam satu cara pandang, pola sikap dan pola tindak.
Dalam upaya pengembangan pendidikan Muhammadiyah perlu
juga memperhatikan pendapat/penilaian para pengamat, salah satunya
adalah Harry J. Benda yang mengamati dari dekat keberadaan pendidikan
Muhammadiyah pada tahun 1950-an, dan menyampaikan penilaiannya
bahwa “keberhasilan Muhammadiyah yang luar biasa terletak dalam
kegiatan-kegiatan pendidikan di kalangan orang-orang tua dan pemuda.
Sekolah-sekolahnya mengajarkan silabus modern yang memasukkan
pendidikan umum dan pendidikan gaya Barat maupun pengajaran agama”
(1980: 7). Penilaian atas kepeloporan pendidikan dalam membangun
pendidikan Islam modern patut diapresiasi. Akan tetapi perlu dicatat
bahwa situasi saat ini sudah berubah, zaman berbeda, kebutuhan dan
tuntutan masyarakat terhadap pendidikan berkualitas semakin meningkat.
Pendidikan Muhammadiyah dituntut untuk mampu membuat terobosan dan
menampilkan kepeloporannya kembali sesuai dengan “tuntutan” masyarakat
kontemporer yang menginginkan model pendidikan yang berbeda dengan
model yang dilakukan Muhammadiyah pada saat berdirinya di awal abad
ke-20.
Proses penyusunan RPJP bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal
ini disebabkan keberadaan AUM di bidang pendidikan itu tersebar di seluruh
penjuru tanah air dengan kualitas yang sangat bervariasi, daya dukung
sumber daya atas keberadaan sekolah di setiap wilayah juga berbeda-beda,
kemampuan dan komitmen orang-orang yang duduk di unit pengelola dan
penyelenggara pendidikan Muhammadiyah juga sangat variatif, dan bahkan
B. Fungsi
RPJP merupakan acuan untuk melakukan refleksi pada masa lalu, melihat
di mana posisi kita sekarang berada, ke mana arah tujuan yang dicitakan,
berbagai jalan alternatif yang dapat ditempuh untuk sampai pada tujuan itu
(baca: cita ideal sekolah yang diharapkan), mengevaluasi dan memastikan
keberlanjutan gerak kemajuan. Tentu saja, RPJP pada level nasional perlu
diturunkan (breakdown) pada level operasional di wilayah, daerah, demikian
seterusnya sampai level sekolah/madrasah/pesantren.
RPJPDikdasmen Muhammadiyah ini berdimensi makro-nasional. Dari
kerangka makro ini harus diterjemahkan sesuai kondisi masing-masing
wilayah, daerah, dan pada ujungnya sekolah. Dalam proses penyusunan
RPJP pada level wilayah, daerah, maupun sekolah di satu sisi harus mengacu
pada RPJP pendidikan Muhammadiyah secara nasional ini, tetapi pada saat
bersamaan harus berani memodifikasi sedemikian rupa agar sesuai dengan
karakteristik sekolah/madrasah/pesantren masing-masing.
Dengan memiliki RPJP berarti kita menyadari di mana kita berada,
mau ke mana akan melangkah, dan melalui jalan mana kaki ini dijejakkan.
Ringkasnya, dengan RPJP, arah pengembangan sekolah Muhammadiyah
semakin jelas dan terarah. RPJP merupakan milestone berharga dalam
memajukan dan memberi arah perubahan pendidikan Muhammadiyah
pada masa mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN 5
Secara rinci, rumusan RPJP ini diharapkan dapat berfungsi untuk (1)
Menunjukkan peta situasi mutakhir dan posisi pendidikan Muhammadiyah
secara tepat dan akurat, (2) Memperjelas rencana-rencana pendidikan
Muhammadiyah pada masa depan, (3) Menjadi petunjuk arah ke mana
pendidikan Muhammadiyah melangkah, (4) Untuk mengevaluasi/
mengontrol pendidikan Muhammadiyah agar tidak keluar dari rencana yang
termaktub dalam RPJP.
RPJP Dikdasmen Muhammadiyah merupakan kerangka acuan yang
harus dikembangkan menjadi rencana strategis bagi sekolah, madrasah, dan
pesantren Muhammadiyah agar benar-benar terarah dan terukur dalam
rentang waktu tertentu. Skala prioritas dan target apa yang akan dicapai,
pengoleksian basis data yang diperlukan, dan kecenderungan pengelolaan
dan penataan kelembagaan berbasiskan nilai-nilai Pendidikan ISMUBA,
berkemajuan, holistik-integratif, bertata kelola modern, berdaya saing, dan
berkeunggulan menuju generasi emas Indonesia 2045.
C. Landasan Ideologis
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah, dan gerakan
tajdid memiliki ideologi yang telah dirumuskan secara dinamis. Ada empat
tonggak penting dalam proses perumusan ideologi Muhammadiyah,
yaitu: Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) disahkan
saat Sidang Tanwir 1950, Kepribadian Muhammadiyah disahkan saat
Muktamar 1962, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
(MKCHM) diputuskan saat Sidang Tanwir 1969, dan Pedoman Hidup
Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) disahkan pada Muktamar 2010.
Dengan demikian ideologi Muhammadiyah, sistem keyakinan, cita-cita,
dan perjuangan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ideologi Muhammadiyah memuat
paham agama dalam Muhammadiyah, hakikat Muhammadiyah sebagai
Gerakan Islam, serta misi dan strategi perjuangan Muhammadiyah. Dalam
rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, karakter
umat tengahan (ummatan wasatha) atau moderat secara khusus dapat
dirujuk pada Kepribadian Muhammadiyah.
Ciri khas kepribadian Muhammadiyah harus termanifestasi
dalam cara pandang, sikap, dan tindakan penyelenggara dan pengelola
pendidikan Muhammadiyah. Dengan kata lain, tata kelola sekolah
D. Landasan Historis
Sejarah pendidikan Muhammadiyah dapat dipahami sebagai rekonstruksi
peristiwa masa lalu tentang pemikiran maupun gerakan pendidikan
Muhammadiyah yang terentang sejak berdirinya sekolah Muhammadiyah
yang pertama dan berlangsung sampai saat ini. Jika tonggak awal berdirinya
sekolah Muhammadiyah dihitung sejak K.H. Ahmad Dahlan pertama kali
mendirikan “Sekolah Agama Modern” bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah (MIDI), 1 Desember 1911, maka usia pendidikan Muhammadiyah
sudah lebih dari satu (1) abad. Bila dihitung mundur dari saat sekarang
(baca: 2021), maka pendidikan Muhammadiyah telah berusia 111 tahun.
Bukan hal yang mudah untuk menelusuri jejak langkah, lika-liku,
dan merekonstruksikan masa lalu pendidikan Muhammadiyah, karena
rentang waktu yang demikian panjang, dan juga ruang lingkup sebaran
keberadaannya yang relatif merata di seluruh penjuru tanah air. Untuk
mengurai kompleksitas masalah kesejarahan ini, perlu menggunakan
kerangka analisis sejarah, terutama konsep periodisasi, yakni dengan cara
membagi waktu yang terus-menerus bergerak tanpa henti itu ke dalam unit-
unit waktu, dalam sekat-sekat, dalam babak-babak, dalam periode-periode
yang dapat dipahami (Kuntowijoyo, 2008, p. 19). Berdasarkan telaah atas ciri
BAB I
PENDAHULUAN 7
khas pada suatu kurun sejarah dan identifikasi atas perubahan mendasar
yang terjadi, rentang perjalanan panjang pendidikan Muhammadiyah
dipilah menjadi empat periode, yaitu: masa perintisan (1900—1923), masa
pengembangan (1923—1970), masa pelembagaan (1970—1998), dan masa
transformasi (1998—sekarang). Uraian ringkas tentang ciri khas masing-
masing periode dapat dibaca pada tabel 1.
Perbincangan dimulai dengan masa perintisan, periode pertama yang
merentang dari 1900—1923, yaitu masa di mana K.H. Ahmad Dahlan
berusaha mencari konsepsi baru sistem pendidikan alternatif yang dapat
digunakan untuk memecahkan permasalahan kehidupan kaum pribumi yang
berupa kebodohan, kemelaratan, dan kemunduran. Tonggak awal berdirinya
sekolah Muhammadiyah pada saat K.H. Ahmad Dahlan (1868—1923)
merintis dan membuka Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI), pada
tanggal 1 Desember 1911 di ruang tamu rumah beliau. Setahun kemudian,
tepatnya 18 Nopember 1912 berdiri Persyarikatan Muhammadiyah, yang
pada awalnya dimaksudkan untuk menjamin keberlangsungan lembaga
pendidikan yang baru didirikan itu.
Perlu ditambahkan bahwa sebelum mendirikan MIDI, sebenarnya pada
tahun 1904—1905 K.H. Ahmad Dahlan berusaha memperbaharui Langgar
Kidul dengan memasukkan kitab-kitab karya pembaharu Islam, seperti
Muhammad Abduh (1849—1905) dan M. Farid Wajdi (1875—1958) sebagai
referensi dan kurikulum (Ali, 2017, h. 178—198). Bahkan, bila dirunut
ke belakang lagi, prakarsa pembaruan berawal ketika beliau mencetuskan
gagasan memperbaiki arah kiblat shalat. Memperhatikan kompleksitas
kesejarahan tersebut, tonggak awal masa perintisan dimulai sejak 1900, yaitu
tatkala K.H. Ahmad Dahlan berusaha mengamalkan dan menerapkan ilmu
yang dimilikinya untuk memperbaiki dan memajukan kehidupan kaum
pribumi. Periode perintisan berakhir saat pendiri Muhammadiyah tersebut
wafat pada 1923.
Permasalahan krusial yang dihadapi kaum pribumi pada perguliran
awal abad ke-20 adalah peminggiran dan penyingkiran kaum pribumi dari
arus kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan sedemikian rupa,
sehingga mereka dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
Melalui Politik Etis, kolonialis Belanda menempatkan pendidikan Barat
sebagai senjata penjajahan baru. Sementara itu, kaum santri tetap bertahan
dengan pesantren serta menolak dan mengharamkan pendidikan Barat. Oleh
BAB I
PENDAHULUAN 9
umum) berhadap-hadapan dengan pendidikan keagamaan (pesantren)
masih menjadi isu penting. Namun demikian, penolakan atas pendidikan
Barat-sekuler mulai mengendor, karena secara pelan, namun pasti kaum
santri yang awalnya menentang lambat laun dapat menerima pembaruan.
Proses penerimaan atas pengintegrasian sistem pendidikan sekuler ke
dalam lembaga pendidikan Islam (pesantren) berupa pengintegrasian ilmu-
ilmu sekuler dengan ilmu-ilmu agama, sebagaimana sekolah Muhammadiyah,
justru memunculkan tantangan baru sebab, sekolah Muhammadiyah bukan
lagi pemain tunggal dalam penyediaan pendidikan yang mengintegrasikan
ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Dengan kata lain, meski masih
dalam skala terbatas, sekolah Muhammadiyah harus berhadapan dengan
tantangan dan kompetitor baru dari sesama lembaga pendidikan Islam.
Periode ketiga, masa pelembagaan berlangsung sepanjang pemerintah
Orde Baru (1966—1998). Suasana politik yang stabil membuat proses
pembangunan (ekonomi) lebih terarah dan terencana, tidak terkecuali
pembangunan di bidang pendidikan. Secara umum, arah kebijakan
pendidikan pemerintah bercorak sentralistik dan menempatkan sekolah
negeri/pemerintah sebagai tolak ukur atau indikator mutu. Sekedar contoh,
akreditasi hanya dilakukan kepada sekolah swasta, dan kualifikasi tertinggi
mutu sekolah swasta adalah “disamakan” mutunya dengan sekolah negeri.
Dalam masa ini, terjadi proses pengembangan dan peluasan sekolah
Muhammadiyah ke seluruh penjuru tanah air, bahkan terjadi di daerah-
daerah di mana pemerintah kesulitan mendirikan sekolah. Muhammadiyah
dengan kekuatan swadaya masyarakat mampu menembus hal tersebut. Proses
peluasan dan penyebaran sekolah Muhammadiyah yang demikian masif ini
kemudian memunculkan problem baru, di mana tata kelola dan pola budaya
sekolah Muhammadiyah mengikuti pola pengembangan sekolah negeri
(pemerintah). Eksperimen “Sekolah Agama Modern” K.H. Ahamad Dahlan
pada awal abad ke-20 dengan formula “sekolah pemerintah plus agama”
telah terlembagakan sedemikian rupa dan semakin dinamis. Dalam situasi
demikian, sekolah Muhammadiyah menjadi alternatif dengan tawaran
sekolah plus agama, dan memperluas akses pendidikan anak bangsa untuk
daerah-daerah di mana sekolah pemerintah belum mampu menjamahnya.
Memasuki periode keempat, masa transformasi, dimulai sejak Orde Baru
berakhir yang segera disusul dengan gerakan reformasi (1998—sekarang).
Berbeda dengan era Orde Baru yang sentralistik, arah kebijakan pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN 11
Tabel 1.
Periodisasi Sejarah Pendidikan Muhammadiyah
No. Periodisasi Tantangan Utama Pola Gerakan Penggerak
1 Perintisan Politik Etis menjadikan Bereksperimen K.H. Ahmad
(1900—1923) pendidikan Barat merintis sistem Dahlan dan
sebagai senjata pendidikan murid-muridnya,
penjajahan baru Islam baru, kyai sekaligus
sedangkan kaum “Sekolah Agama saudagar,
santri bertahan dengan Modern” yang dan kaum
pesantren dan menolak mengintegrasikan professional
pendidikan Barat, ilmu-ilmu sekuler
sehingga berkembang dan ilmu-ilmu
dualisme sistem agama sekaligus,
pendidikan: sekuler vs sebagai senjata
religius; sekolah Barat- pamungkas untuk
Belanda vs pesantren- emansipasi/
pendidikan pribumi. pembebasan dan
pemajuan kaum
pribumi.
2 Pengembangan Perang dan pergolakan Mengkloning dan Kiyai-saudagar,
(1923—1966) sosial membuat mengembangkan kaum
kebijakan pendidikan sistem pendidikan professional,
terbengkalai, dualisme baru “rintisan K.H. militer (Yunus
pendidikan; sekuler x Ahmad Dahlan” ke Anis, Sudirman)
religius masih menjadi berbagai daerah di
isu penting, dan mulai Indonesia.
muncul lembaga
pendidikan Islam yang
mengintegrasikan ilmu-
ilmu sekuler dengan
ilmu-ilmu agama
sebagaimana sekolah
Muhammadiyah
BAB I
PENDAHULUAN 13
E. Tantangan dan Peluang
Sekolah Muhammadiyah merupakan pelopor pendidikan modern
berkemajuan, namun perkembangannya menghadapi dinamika. Berdasarkan
perkembangan mutu hasil akreditasi sekolah dan madrasah Muhammadiyah
dari 5.573 sekolah yang terdata di Dapodik Kemendikbud dan data EMIS
Kemenag, hanya 33,83% (1.859 sekolah/madrasah) yang terakreditasi A.
Sebanyak 53,01% (2.913 sekolah/madrasah) terakreditasi B, dan 12.23% (672
sekolah/madrasah) terakreditasi C, sementara 0.93% tidak/belum mendapat
nilai akreditasi dan 1,40% (78 sekolah/madrasah) belum terakreditasi.
Pada saat ini perkembangan pendidikan Muhammadiyah menghadapi
tantangan dengan banyaknya pertumbuhan pendidikan yang dikelola oleh
berbagai lembaga lain yang begitu agresif dan kreatif. Sekolah Muhammadiyah
belum mampu bersaing, bahkan dari 6.547 baru sebagian kecil yang masuk
dalam sekolah berkualitas terbaik nasional. bahwa tingkat SMA belum ada
satupun yang masuk dalam 100 besar tingkat Nasional
Sejalan dengan tuntutan masyarakat yang menginginkan sekolah-sekolah
unggul, maka sekolah Muhammadiyah ikut terpacu untuk menciptakan
kualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu,
harus ada keberanian untuk merumuskan landasan filosofis pendidikan
yang dapat meletakkan secara tegas posisi lembaga-lembaga pendidikan
Muhammadiyah dalam taman pendidikan nasional, dan kedudukannya
yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
fungsinya sebagai wahana dakwah.
Dengan demikian orientasi baru pendidikan Muhammadiyah harus
mengantisipasi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan
berkualitas tanpa meninggalkan misi pendidikan Muhammadiyah sebagai
sarana dakwah. Bila satu sekolah memilih pengembangan iptek, maka
penyelenggara dan pengelola sekolah tersebut harus berani berpikir lebih
maju dari sekolah negeri meskipun bisa jadi agak berbeda. Misalnya,
pengembangan bahasa dan kebebasan berfikir terbukti mampu
mengantarkan peserta didik menjadi manusia-manusia yang unggul.
Sekolah Muhammadiyah saat ini, dari sisi kurikulum sama persis dengan
sekolah negeri ditambah materi pendidikan Al-Islam, Kemuhammadiyahan,
dan Bahasa Arab ISMUBA. Sudah waktunya Muhammadiyah merumuskan
kembali Pendidikan ISMUBA yang terintegrasi dengan materi-materi umum,
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik; misalnya, evaluasi materi
BAB I
PENDAHULUAN 15
kepentingan berdasarkan aktor dan orientasi diri. Dengan demikian,
berbagai AUM bidang pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk
mempertahankan dan membumikan ideologi di era revolusi industri 4.0
ini. Pertama, secara global era digitalisasi akan menghilangkan berbagai
pekerjaan sepanjang tahun 2015—2025 karena digantikannya posisi manusia
dengan mesin otomatis. Saat ini pembelajaran juga berkembang pesat
misalnya dengan menggunakan augmented reality dan virtual reality (AR-
VR), juga pembelajaran berbasis project yang diintegrasikan dengan internet
of things (IOT). Kedua, diprediksi pada masa yang akan datang, peserta didik
yang saat ini sedang mempuh studi akan bekerja pada pekerjaan yang belum
pernah ada di hari ini. Ini semuanya membutuhkan bukan hanya metode,
tetapi juga pendekatan-pendekatan baru yang out of the box untuk bisa
sejalan dengan arus perubahan teknologi yang juga mengubah peradaban
manusia.
Peluang yang menyertai era revolusi industri 4.0, yakni; pertama, era
digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1
juta pekerjaan baru pada tahun 2025. Peluang ini harus direspon dengan
membangun sumber daya manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.
Kedua, sebagaimana disinyalir oleh World Economic Forum, terdapat potensi
pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar metrik ton dari tiga industri:
elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar), dan otomotif (540 miliar)
dari tahun 2015—2025 sehingga membuat lingkungan menjadi semakin
bersih dan hidup menjadi mudah dan murah. Ketiga, sekolah, madrasah,
dan pesantren Muhammadiyah dapat mengembangkan pendidikan jarak
jauh (PJJ) baik berbasis internet ataupun berbasis modul untuk menjangkau
rakyat di pelosok tanah air yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan
akses ke pendidikan.
Untuk merespon tantangan dan peluang pendidikan di era revolusi
industri 4.0 tersebut Muhammadiyah perlu menerapkan strategi antara lain:
(1) berkomitmen meningkatkan investasi pengembangan digital skills, (2)
terus mencoba dan mengaplikasikan prototype teknologi terbaru dengan
metode learning by doing, (3) menggali bentuk-bentuk kolaborasi baru
dalam mengembangkan model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah
peningkatan digital skill, (4) melakukan kolaborasi dengan dunia usaha dan
dunia industri (DUDI) untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan
skill di era digital pada masa depan, (5) memasukan materi terkait human-
BAB I
PENDAHULUAN 17
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)
18 PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MUHAMMADIYAH
BAB
II KONDISI PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 19
Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah mampu terus dikembangkan
dan dioptimalkan di sekolah/madrasah Muhammadiyah. Selain itu, ideologi
juga harus terus dikuatkan agar gerak yang dilakukan sekolah/madrasah
Muhammadiyah senada dan seirama dengan maksud tujuan Persyarikatan dan
pendidikan Muhammadiyah.
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 21
Tabel 3.
Data Sekolah, Siswa, dan Guru Muhammadiyah
Satuan
Siswa Guru
Pendidikan
SD 236.254 16.691
MI 173.822 13.734
SMP 198.677 14.894
MTs 82.826 7.786
SMA 100.805 8.314
MA 22.422 2.782
SMK 230.765 11.478
SLB 540 55
Total 1.046.111 75.734
(Sumber : Kemendikbud 2020)
*Belum termasuk data siswa dan guru ‘Aisyiyah
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 23
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 32% sudah termasuk
kategori unggul dengan peringkat akreditasi A, 50% masuk kategori
sedang dengan peringkat akreditasi B, 12% tergolong rendah dengan
peringkat akreditasi C, 4% tidak terakreditasi, dan 2% belum diakreditasi.
Data mutu sekolah baik berdasarkan Kemendikbud RI Mei 2019
dari dapodik Kemendikbud menunjukan SD Muhammadiyah yang
termasuk kategori mutu baik berjumlah 553 sekolah (43,4%), SMP
(22,8%), SMA (23,3%) dan SMK (17,1%) (Mukti, 2020). Di samping
itu, Muhammadiyah juga memiliki 388 pesantren yang sampai saat ini
belum ada yang diakreditasi.
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 25
• Santri pilihan
PROSES • Profile lulusan
pesantren (Kader
• Madrasah/sekolah Ulama, Pemimpin,
• Holistik-integratif Pendidik)
• Budaya pesantren
Muhammadiyah
INPUT OUTPUT
Bagan 1
Sistem Pendidikan Pesantren Muhammadiyah
Bagan 2
Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan Pesantren Muhammadiyah
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 27
Tantangan bagi pesantren Muhammadiyah :
a. Undang-undang No. 18 tahun 2019 tentang Pesantren, belum
mengakomodir jenis pesantren yang dimiliki Persyarikatan
Muhammadiyah secara memadai, sehingga tidak memberikan
legalitas yang kuat bagi keberadaan dan pengembangannya ke
depan. Oleh karena itu, perlu upaya untuk menyempurnakan UU
No. 18 tahun 2019 tentang Pesantren.
b. Persaingan kompetitif, artinya pesantren Muhammadiyah
berhadapan dengan pesantren-pesantren lain yang juga menawarkan
model pendidikan yang diminati masyarakat, sehingga memiliki
daya jual tinggi dibanding pesantren lainnya.
c. Tuntutan kepuasan pelanggan tinggi, artinya pesantren
Muhammadiyah berhadapan dengan tuntutan masyarakat yang
menginginkan pengelolaan pesantren yang modern dan profesional.
d. Kaderisasi dan regenerasi mendesak, artinya kebutuhan terhadap
ustadz/ustadzah, pamong, musyrif yang memiliki ideologi
Muhammadiyah siap berkhidmat terhadap Persyarikatan dan
pesantren Muhammadiyah sudah mendesak.
Bagan 3
Solusi Pesantren Muhammadiyah
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 29
kontekstualisasi pembentukan generasi Islam berkemajuan yang
memahami nilai-nilai pluralisme Islam dan pembelajaran yang mindful,
meaningful, dan joyful (Mu’ti, 2020). Kedua, belum ada pemetaan
orientasi pendidikan ISMUBA di pesantren, sekolah, dan madrasah.
Di sisi lain, adanya regulasi pemerintah dalam pengelolaan ketiga
Lembaga Pendidikan ini, sehingga secara operasional penyelenggaraan
pendidikan ISMUBA perlu beradaptasi.
Ketiga, pendidikan ISMUBA belum mampu beradaptasi secara
optimal dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan social budaya
yang berubah sangat cepat. Hal ini terjadi antara karena masih
kurangnya budaya literasi, pembinaan, pendampingan, pembimbingan
dan pelatihan guru pendidikan ISMUBA, sehingga Pendidikan ISMUBA
kurang kontekstual dan cenderung bersifat kognitivistik. Keempat,
adanya aspek perbedaan pendidikan Muhammadiyah dalam pembinaan
profesionalisme guru pendidikan ISMUBA, sehingga memerlukan
adanya kebijakan khusus pendidikan Muhammadiyah.
2. Manajemen Lembaga
a) Sering terjadi konflik kepentingan internal Muhammadiyah baik di
tingkat PDM, PWM, PCM, dan PRM maupun Sekolah.
b) Peraturan, pedoman atau ketentuan pendidikan dasar dan
menengah yang ada sering tidak dilakukan sebagaimana mestinya
oleh Persyarikatan/majelis di tingkat wilayah, daerah, cabang
maupun sekolah.
c) Kurangnya komitmen/kompetensi pengelola sekolah/madrasah/
pesantren untuk meningkatkan manajemen sekolah/madrasah/
pesantren.
d) Manajemen sekolah/madrasah/pesantren sebagian besar kurang
tertib.
e) Kurangnya koordinasi antara Majelis Dikdasmen dengan Majelis
Dikti dan majelis/lembaga yang lainnya.
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 31
c) Pelaksanaan kurikulum pada era digital menuntut pembaharuan
buku ajar yang berupa buku digital.
d) Sistem monitoring, evaluasi, dan pengawasan untuk sekolah
Muhammadiyah perlu disiapkan.
2. Peluang
a) Penetapan sekolah berkemajuan di setiap provinsi dimulai dari
PAUD.
b) Pemanfaatan kemajuan tehnologi untuk peningkatan layanan dan
media promosi.
c) Penguatan karakter melalui ISMUBA.
3. Tantangan
a) Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
b) Beragamnya kondisi dan permasalahan sekolah Muhammadiyah.
c) Kompetisi dan kompetensi SDM di luar sekolah Muhammadiyah.
d) Strategi kemandirian sekolah.
e) Tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup guru dan tenaga
kependidikan.
f) Tuntutan masyarakat yang tinggi terhadap Pendidikan
Muhammadiyah.
g) Revitalisasi pengelola dan pembina sekolah/madrasah/pesantren.
h) Pengembangan penyelenggaraan full day school
i) Sinergi antar AUM mewujudkan sekolah unggul skala nasional dan
Internasional
BAB II
KONDISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH 33
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)
34 PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MUHAMMADIYAH
BAB
KARAKTER, VISI, MISI,
III KEBIJAKAN, DAN
STRATEGI
A. Karakter
Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharu
dan modern. Dalam kontek pendidikan, Muhammadiyah
melahirkan pendidikan islam modern yang holistik,
berwatak modernis, berjiwa pembaharuan dan kemajuan.
Manifestasi ideologi Muhammadiyah tercermin dalam
kepribadian Muhammadiyah karena menjadi karakter warga
Muhammadiyah. Ciri khas pendidikan Muhammadiyah
mengembangkan peserta didik berpikiran maju, sehingga
lulusannya memiliki kemampuan beradaptasi dan mampu
menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta
perubahan zaman.
B. Tujuan
Terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa,
berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) sebagai
perwujudan tajdid dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
C. Visi
1. Terwujudnya transformasi pendidikan dasar dan
menengah berbasis Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
sebagai karakter utama.
BAB III
KARAKTER, VISI, MISI, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI 35
2. Holistik dan integratif.
3. Menghasilkan lulusan berkemajuan.
4. Etos pembelajar sepanjang hayat.
5. Mampu menjawab kebutuhan zaman.
6. Tata kelola pendidikan unggul yang berdaya saing global dan inklusif.
Maka visi rumusan Pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah
adalah “Terwujudnya tranformasi pendidikan dasar dan menengah berbasis
Al-Islam Kemuhammadiyahan sebagai karakter utama, holistik dan
integratif, serta menghasilkan lulusan berkemajuan dengan etos pembelajar
sepanjang hayat yang mampu menjawab kebutuhan zaman dengan tata
kelola pendidikan unggul yang berdaya saing global dan inklusif ”.
D. Misi
1. Menerapkan karakter utama pendidikan ISMUBA yang berkemajuan.
2. Menerapkan pendidikan holistik dan integratif.
3. Menghasilkan lulusan berkemajuan yang kreatif, inovatif, imajinatif,
unggul, kompetitif dan mampu menjawab kebutuhan zaman.
4. Melakukan transformasi, berdaya saing global, dan berbasis teknologi
informasi.
5. Mengimplementasikan tata kelola modern yang transparan dan
akuntabel
6. Mengimplementasikan penyelenggaraan pendidikan yang inklusif
7. Meningkatkan kolaborasi antar Lembaga Pendidikan baik internal dan
eksternal
E. Kebijakan
1. Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah dengan
berlandaskan karakter utama Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan
berkemajuan.
2. Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang bertata kelola
unggul, berdaya saing global, berbasis teknologi informasi, kreatif,
inovatif, imajinatif, dan mampu menjawab kebutuhan zaman.
3. Menghasilkan lulusan berkarakter utama yang berkemajuan, memiliki
akhlak mulia, ber-Islam yang moderat, berjiwa pembaharuan, memiliki
etos pembelajar sepanjang hayat, cerdas, kreatif dan inovatif sesuai
paham Muhammadiyah berkemajuan.
F. Strategi
1. Revitalisasi ISMUBA
Pendidikan ISMUBA merupakan ciri khas dan keunggulan sekolah,
Madrasah dan Pesantren Muhammadiyah. Karakter utama Pendidikan
ISMUBA menjadi episentrum ideologi Persyarikatan Muhammadiyah
dalam konteks pendidikan. Karakter utama akan muncul melalui
keteladanan. Al-Islam Kemuhammadiyahan merupakan core values
yang menginternalisasi civitas akademika sekolah, madrasah, dan
pesantren Muhammadiyah. Untuk itu, manifestasi perwujudan karakter
utama tersebut tumbuh dan dikembangkan secara kontekstual, aplikatif
dan mengkristasl menjadi katalisator dalam kehidupan.
Karakter utama akan bermakna jika aspek nilai, sikap, dan
keterampilan menjadikan karakter tersebut hidup serta dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Diperlukan keberanian diri
melakukan terobosan penguatan karakter utama secara aplikatif. Kultur
sekolah, komitmen mengarusutamakan karakter utama menjadi way of
life satuan pendidikan dan mampu menghadirkan secara kontekstual
proses pembelajaran yang tidak lagi menekankan aspek materi dan
penguatan yang jauh dari pemaknaan yang hakiki.
Keberadaan infrastruktur ideologi dan kaderisasi Persyarikatan
Muhammadiyah melalui ortom Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM),
Tapak Suci, dan Kepanduan Hizbul Wathan perlu menjadi salah satu
terobosan mengarusutamakan karakter utama tersebut. Selain wujud
penguatan ideologi berbalut kaderisasi juga lebih mengena dan tepat
sasaran. Bahkan, sangat dimungkinkan melalui optimalisasi ketiga ortom
fundamental di satuan pendidikan dan pesantren Muhammadiyah
dan keterlibatan Persyarikatan di tingkatan Ranting, Cabang, Daerah,
dan Wilayah serta Pimpinan Pusat, keteladanan spirit perjuangan di
Persyarikatan Muhammadiyah berlangsung secara nyata.
Ketiga organisasi otonom Muhammadiyah (IPM, TSPM, dan
BAB III
KARAKTER, VISI, MISI, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI 37
HW) menjadi alternatif internalisasi karakter utama lebih artikulatif
mengasah olah rasa, jiwa, karsa, dan raga Kemuhammadiyahan siswa
sekolah madrasah dan pesantren Muhammadiyah. Inovasi kreatifitas
Kemuhammadiyahan ini menjadikan penguatan ideologi dan kaderisasi
Persyarikatan Muhammadiyah lebih mengena dan praksis, karena
internalisasinya mendalam. Proses kegiatannya langsung mengena
karena berinteraksi langsung dengan para pelaku. Juga kegiatannya
berlangsung rekreatif, mengasyikkan, menyenangkan dan mencerahkan.
Sehingga proses penguatan ideologi dan kaderisasi Persyarikatan
Muhammadiyah tepat sasaran dan efektif.
BAB III
KARAKTER, VISI, MISI, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI 39
5. Transformasi Kapasitas dan Kinerja GTK
Kualitas amal usaha pendidikan Muhammadiyah sangat ditentukan
oleh kapasitas dan kinerja para guru dan kepala sekolah. Untuk itu,
diperlukan transformasi yang fundamental dalam mengembangkan
kompetensi dan kinerja bagi guru dan kepala sekolah di sekolah/
madrasah/pesantren agar mereka kompeten dan profesional memiliki
kepekaan sosial dalam memberikan perhatian bagi peserta didik
berkebutuhan khusus. Kunci utama untuk peningkatan mutu sekolah/
madrasah/pesantren dimilikinya SDM yang berkompeten yang mampu
mendorong perubahan ekosistem.
IV PROGRAM STRATEGIS
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 41
menyongsong tantangan pendidikan global. Salah satu kriteria adalah
bersifat inklusif, nyaman dan ramah kepada siswa-siswa berkebutuhan
khusus dengan didukung keberpihakan yang tegas melalui affirmative
policy. Adapun target pengembangan sekolah/madrasah/pesantren
mandiri dan berstandar Internasional adalah sebagai berikut:
1) Lima tahun pertama diupayakan minimal 20 persen sekolah/
madrasah/pesantren mandiri per provinsi dan kabupaten/kota
diupayakan penambahan sekolah berstandar Internasional setiap
provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kapasitas masing-
masing provinsi.
2) Lima tahun kedua diupayakan masing-masing provinsi dan
kabupaten/kota memiliki minimal 20 persen sekolah/madrasah/
pesantren mandiri sesuai dengan kapasitas masing-masing provinsi
dan kabupaten/kota.
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 43
dunia pendidikan. Para pimimpin Persyarikatan di setiap tingkatan
melalui Majelis Dikdasmen masing-masing perlu memprogramkan
pembinaan transformasi pembelajaran bagi guru dari pembelajaran
konvensional menuju pembelajaran yang berorientasi high order
thinking skills. Pimpinan Pusat melalui Dikdasmen PPM melakukan
fasilitasi dan pendampingan ekspertis yang diperlukan.
6) Pengembangan Pendidikan Jarak Jauh
Muhammadiyah perlu merumuskan kebijakan pendidikan
jarak jauh (PJJ) untuk turut menjawab tantangan akses pendidikan
bagi siswa-siswa yang terkendala karena geografis dan kendala
lainnya. Pendidikan jarak jauh merupakan sistem pendidikan di
mana siswa dan guru berada dalam tempat yang berbeda dengan
pembelajaran menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi informasi dan komunikasi atau media lainnya. PJJ juga
bukan hanya sekedar menjawab persoalan akses, tapi juga membuat
pembelajaran menjadi lebih terindividualisasi.
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 45
kritis, menumbuhkan kreativitas, berkolaborasi, berkomunikasi dengan
paham Muhammadiyah yang berorientasi pada tajdid. Pendidikan
ISMUBA harus mampu menstimulasi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik yang diperkaya dengan High Order Thinking
Skills (HOTS) dan secara kongkrit dikembangkan melalui intrakulikuler,
kokulikuler, ekstrakulikuler, dan proses pembudayaan.
a. Intrakurikurikuler
Pendidikan ISMUBA sebagai mata pelajaran diredesain
menjadi Al-Islam (Al-Qur’an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Ibadah
Muamalah dan Bahasa Arab,) dan Kemuhammadiyahan. Konten
isi/muatan mata pelajaran disusun berdasarkan ajaran dan nilai-
nilai Al-Islam serta Kemuhammadiyahan dengan memperhatikan
kurikulum nasional.
b. Kokurikuler
Pendidikan ISMUBA sebagai kokurikuler memperkaya
dan memperkuat materi dan kompetensi yang tersusun
dalam mata pelajaran. Misalnya, mata pelajaran pendidikan
Kemuhammadiyahan diperkaya dengan kunjungan siswa ke kantor
pimpinan Muhammadiyah, museum Muhammadiyah; muatan Al-
Quran-Hadits diperkuat dengan pembiasaan jam ke nol dengan
membaca Al-Qur’an, maupun mempelajari hadits-hadits Nabi SAW.
c. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dalam tiga rumpun
kegiatan, yakni rumpun Pendidikan Al-Islam, Pendidikan
Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab. Rumpun Al-Islam
dikembangkan sesuai dengan kekhasan dan sumber daya masing-
masing sekolah/madrasah. Beberapa program ekstrakurikuler yang
masuk ke dalam rumpun Al-Islam di antaranya tahsin, tarjamah,
tafsir, tilawah, tahfiz, dan sebagainya.
Adapun rumpun Kemuhammadiyahan dikembangkan menjadi
program ekstrakurikuler wajib melalui berbagai kegiatan wajib
seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Hizbul Wathan dan Tapak
Suci. Sementara, rumpun Bahasa Arab bisa dikembangkan dalam
dua pendekatan. Pertama, kursus bahasa yang diselenggarakan
dengan menggunakan struktur kurikulum dan standar isi yang
dikembangkan secara mandiri oleh masing-masing sekolah atau
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 47
C. Penguatan Ideologi dan Kaderisasi
1. Pendidikan Muhammadiyah Wahana Penguatan Ideologi dan
Kaderisasi
Upaya penguatan ideologi dan kaderisasi Muhammadiyah melalui
proses pembelajaran ISMUBA dengan pendekatan kreatif, inovatif,
menyenangkan, dan mencerahkan, contextual teaching and learning.
Di samping itu juga dilakukan penguatan internalisasi ideologi dan
kaderisasi melalui ortom IPM, Tapak Suci, dan kepanduan Hizbul
Wathan. Penguatan pembelajaran Kemuhammadiyahan akan dilakukan
melalui pendekatan kognitif, afektif dan psikomotorik mengingat urgensi
Kemuhammadiyahan sebagai ciri khas atau icon sekolah madrasah
pesantren Muhammadiyah.
IPM akan menjadi sarana mendekatkan siswa sekolah, madrasah,
dan pesantren Muhammadiyah dengan Persyarikatan Muhammadiyah
melalui IPM, mengenalkan siswa dengan Pimpinan Ranting, Cabang,
Daerah bahkan hingga Wilayah dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
dan ‘Aisyiyah. Bisa ditempuh dengan model program live in secara rutin
atau kontinyu dan simultan bahkan berkolaborasi dengan pimpinan
Persyarikatan dan ‘Aisyiyah di tempat sekolah, madrasah, dan pesantren
masing-masing.
Kepanduan Hizbul Wathan dalam hal kemandirian (survival
adventure) serta penempaan kepemimpinan kepeloporan spirit Jenderal
Besar Soedirman dan kebangsaan patriotik kecintaan kepada tanah air
Indonesia mampu ditumbuhkembangkan dengan optimal.
Tapak Suci Putera Muhammadiyah dari sisi penguataan karakter
olahraga dan fisik juga menanamkan jiwa kesatria pemberani yang
dengan nilai-nilai Tapak Suci dimaknai dalam bingkai iman dan akhlak
sebagaimana tercermin dalam spirit/motto Tapak Suci “dengan iman dan
akhlak saya menjadi kuat, tanpa iman dan akhlak saya menjadi lemah.”
Ketiga organisasi otonom Muhammadiyah menjadi alternasi
internalisasi pelajaran Kemuhammadiyahan lebih artikulatif
mengasah olah rasa, jiwa, karsa, dan raga Kemuhammadiyahan siswa
sekolah madrasah dan pesantren Muhammadiyah. Inovasi kreatifitas
Kemuhammadiyahan ini menjadikan penguatan ideologi dan kaderisasi
Persyarikatan Muhammadiyah lebih mengena dan praksis, karena
internalisasinya mendalam.
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 49
‘Aisyiyah dan Lembaga Pemberdayaan Cabang dan Ranting. Sebagai
tindak lanjut dari program tersebut bisa dilakukan dengan melibatkan
diri dalam aktivitas ortom, persyarikatan Ranting, Cabang, dan Daerah.
3. Bentuk Penguatan Ideologi dan Kaderisasi
Bentuk penguatan ideologi dan kaderisasi di antaranya:
1) Baitul Arqam kepala sekolah, madrasah, mudir, guru, dan karyawan.
2) Kaderisasi Siswa Taruna Melati melalui IPM, juga Kepanduan
Hizbul Wathan, dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
3) Pengajian atau kajian keislaman rutin di kalangan guru, karyawan,
siswa, orangtua /wali murid siswa.
4) Goes to School bagi PRM/PRA, PCM/PCA, PDM/PDA, PWM/
PWA, PP Muhammadiyah/’Aisyiyah dan Ortom dalam bingkai
“Kelas Inspirasi” berbasis ideologi dan kaderisasi Persyarikatan.
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 51
Fokus dari penguatan budaya organisasi adalah:
1. Peningkatan kualitas koordinasi dan komunikasi pimpinan majelis,
antar majelis, dan persyarikatan,
2. Peningkatan kualitas koordinasi dan komunikasi pimpinan majelis
dengan organisasi otonom dan AUM di berbagai tingkatan,
3. Peningkatan tata kelola dan kinerja majelis yang efektif, efisien dan
akuntabel, dengan menitikberatkan perhatian pada upaya fungsionalisasi
seluruh jajaran,
4. Pengembangan organisasi penjaminan mutu pendidikan
Muhammadiyah, dan
5. Pengembangan pusat-pusat unggulan pendidikan Muhammadiyah.
6. Peningkatan kualitas koordinasi, komunikasi, dan kunjungan pimpinan
majelis, antar majelis, dan persyarikatan.
7. Peningkatan kualitas koordinasi, komunikasi, dan kunjungan pimpinan
majelis dengan organisasi otonom dan AUM di berbagai tingkatan.
8. Peningkatan tata kelola dan kinerja majelis yang efektif, efisien dan
akuntabel, dengan menitikberatkan perhatian pada upaya fungsionalisasi
seluruh jajaran.
9. Pengembangan organisasi penjaminan mutu pendidikan
Muhammadiyah,
10. Pengembangan pusat-pusat unggulan pendidikan Muhammadiyah.
Bagan 4
Program Strategis
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 53
ini mengembangkan muatan kurikulum pendidikan agama Islam untuk
menghasilkan ustadz/ustadzah pesantrenMu Perhammadiyah. Santri
Pesantren/Ma’had Al-Jamiah ini kader terbaik yang diutus dari pesantren
Muhammadiyah seluruh Indonesia yang lulusannya wajib kembali ke
pesantren yang mengutus untuk menjadi ustadz/ustadzah dan ikut serta
mengembangkan dan memajukan pesantren tersebut.
Kelemahan dan Tantangan pesantren Muhammadiyah perlu dicarikan
jalan keluarnya:
1. Perlu mengembangkan pesantren Muhammadiyah dan Ma’had al-Jamiah
yang menghasilkan: kepemimpinan Persyerikatan, kepemimpinan
nasional, kepemimpinan pesantren, kepemimpinan sekolah/madrasa,
ustadz/ustadzah, pamong, musyrif/ musyrifah, dan tenaga kependidikan.
2. Perlu penyiapan mudir pesantren melalui pendidikan dan pelatihan
khusus calon mudir, sehingga regenerasi mudir tidak mengalami kendala
dan kesulitan. Perlu pelatihan musyrif/musyrifah melalui pelatihan
khusus strategi dan tehnik membimbing santri, sehingga santri nyaman
dan senang belajar di pesantren
3. Pengelolaan pesantren Muhammadiyah perlu dilakukan secara modern
dan professional;
4. Perlu Pusat Bahasa untuk penguatan kemampuan berbahasa asing
terutama Bahasa Arab dan Inggris serta bahasa asing lainnya bagi mudir/
ustadz/ustadzah/pamong/musyrif yang saat ini menjadi kelemahan
pesatren Muhammadiyah;
5. Kelembagaan pembina pesantren Muhammadiyah perlu diperluas tugas
dan fungsinya, sehingga dapat membina dan mengembangkan pesantren
secara maksimal.
6. Perlu penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait pesantren,
sehingga pesantren Muhammadiyah memiliki peluang yang sama untuk
tumbuh dan berkembang dengan pesantren lain dalam koridor hukum
di Indonesia.
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 55
untuk menambah biaya investasi. Untuk mendapatkan bantuan/
hibah pemerintah pusat dan daerah perlu adanya pendekatan
secara kelembagaan antara pemerintah pusat dan daerah serta
persyarikatan pada masing-masing tingkatannya.
7) Bantuan Organisasi Luar Negeri
Persyarikatan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak di
luar negeri untuk memperoleh peluang melalui lembaga funding,
yayasan internasional yang memiliki perhatian terhadap dunia
pendidikan dasar dan menengah.
8) Biaya Sekolah
a. SPP Siswa
Sumber pendanaan utama untuk membiayai kegiatan
operasional sekolah berasal dari SPP siswa. Sekolah/madrasah/
pesantren yang siswanya kurang mampu menyediakan SPP
maka peran Majelis Dikdasmen tingkat cabang, daerah dan
wilayah sangat diperlukan.
b. Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah merupakan bantuan biaya
operasional dari Pemerintah yang bersumber dari APBN
maupun APBD. BOS merupakan salah satu sumber keuangan
sekolah yang dapat membantu pengelolaan sekolah.
c. Kewirausahaan Sekolah
Kewirausahaan sekolah perlu diciptakan agar mampu
menopang pembiayaan di sekolah. Untuk itu kemampuan
entrepreneurship kepala sekolah atau pimpinan Persyarikatan
sangat diperlukan. Kemampuan ini juga harus dilembagakan
di sekolah dalam berbagai bentuk program dan aktivitas.
Potensi wirausaha di sekolah yang bisa dikembangkan antara
lain koperasi sekolah, kantin dan unit usaha lainnya.
d. LazisMu
LazisMu dapat berperan dalam mendukung kegiatan
sekolah berupa beasiswa bagi siswa yang kurang mampu,
penambahan honorarium guru-guru, penambahan sarana
dan prasarana dan lain-lain sesuai dengan ketentuan. Melalui
kerjasama dengan LazisMu permasalahan tersebut bisa
diatasi bersama. Di sisi lain, Majelis Dikdasmen dan sekolah/
3. Optimalisasi Sarana/Prasarana
Sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah perlu memiliki
master plan sebagai dasar untuk pengembangan sarana prasarana
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 57
yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan. Sedapat mungkin
pengembangan sarana prasarana sekolah berbasis lingkungan yang
sehat. Pengembangan sarana/prasarana sekolah dimasa yang akan
datang perhatiannya kepada optimalisasi sarana prasarana yang berbasis
teknologi dan informasi.
Pendidikan dalam pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan
melalui luring secara penuh, blended/hybrid (kombinasi daring dan
luring), daring secara penuh memanfaatkan beragam platform daring,
Massive Open Online Course (MOOC) yang mengandalkan Learning
Management System (LMS). Pembelajaran jarak jauh pada derajat tertentu
menuntut kemandirian siswa dan penghantaran materi yang sesuai
dengan kondisi yang ada. Dalam praktiknya, pembelajaran jarak jauh
dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu belajar mandiri dan belajar
terbimbing/terstruktur. Metode pembelajaran yang dapat dilakukan,
antara lain problem solving, problem possing, experience learning, project-
based learning, dan lain-lain. Muhammadiyah dapat memanfaatkan
pembelajaran jarak jauh untuk merekrut lebih banyak siswa dan pada
saat yang sama membantu memberikan akses pendidikan yang lebih
luas serta memperluas dakwah Muhammadiyah.
Pengembangan Pengembangan
Peningkatan Guru Edumu
dan Kepala Sekolah Olympicad (Digitalisasi
Berbasis Kemitraan Pengelolaan dan
& Best Prcatices Pembelajaran)
Program Waktu
Panduan Indonesia Belajar &
Penanganan Pendidikan Webinar Inovasi dan
Sekolah Al-Maun pada masa Kreativitas Sekolah
Pandemi Muhammadiyah
Bagan 5
Kondisi Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Saat ini
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 59
60
2025-2029
15. Implementasi RPJP Dikdasmen PP
2030-2034
16. Tata Kelola Majelis Integratif & 29. Majelis Dikdasmen Skala
Interkoneksi (Majelis Lembaga Pusat, Internasional
Wilayah dan Daerah) 30. Tata Kelola Majelis Mandiri (Majelis 2035-2039
17 Otomatisasi Pusat Data & Informasi Lembaga Pusat, Wilayah dan Daerah)
sebagai Resources Kebijakan 31. Otomatisasi Pusat Data & Informasi 43. Majelis Dikdasmen Skala 2040-2045
18. Sekolah Muhammadiyah menjadi sekolah Integratif Internasional Berkelanjutan
pilihan utama 32. Sekolah Muhammadiyah menjadi
44. Tata Kelola Majelis Integrasi Menghasilkan pendidikan
19. Ketersediaan Teknologi & Informasi trensetter (rujukan) (seluruh Majelis Lembaga Pusat, dasar dan menengah berbasis
Pembelajaran ISMUBA Inovatif & Kreatif Wilayah dan Daerah) berkelanjutan
33. Ketersediaan Teknologi & Informasi 45. Otomatisasi Pusat Data & Informasi Al-Islam dan
20. Capaian Prestasi Olimpiade & 60 Sekolah Pembelajaran ISMUBA Billingual
Muhammadiyah 100 Sekolah Terbaik Integratif berkelanjutan
34. Capaian Prestasi Olimpiade & 200 46. Sekolah Muhammadiyah Menjadi Kemuhammadiyahan sebagai
Nasional Sekolah Muhammadiyah 50 Sekolah Sekolah Terdepan Mutu & Kualitas karakter utama, holistik dan
21. 10 Pesantren Muhammadiyah Masuk 100 Terbaik Nasional
47. Kreasi Teknologi dan Informasi
Pesantren Terbaik Nasional 35. 50 Pesantren Muhammadiyah Masuk integratif, serta menghasilkan
Pembelajaran ISMUBA
22. Optimalisasi Pusdiklat Lembaga 100 Pesantren Terbaik Nasional 48. Capaian Prestasi Olimpiade &
Penjaminan Mutu Sekolah 36. Keunggulan Pusdiklat Lembaga Sekolah Muhammadiyah masuk 10
lulusan berkemajuan dengan
23. Konektivitas Sekolah Muhammadiyah al- Penjaminan Mutu (Wilayah dan Daerah) Sekolah Terbaik Nasional etos pembelajar sepanjang
Maun & Outstanding Sekolah 37. Capaian Sekolah Muhamadiyah 49. Pesantren Muhamamdiyah masuk 10
24. Sekolah Muhammadiyah Berjejaring mandiri dan Outstanding Pesantren Terbaik Nasional hayat yang mampu menjawab
Internasional berkolaborasi dan bersinergi 38. Sekolah Muhammadiyah Berjejaring 50. Keunggulan Pusdiklat Lembaga kebutuhan zaman dan
dengan PTM di Jawa & Sumatera Internasional berkolaborasi dan Penjaminan Mutu (Wilayah dan Daerah)
2021-2024 25. Pengembangan Pusat Pendidikan bersinergi dengan PTM di Jawa, berkelanjutan menghadirkan tata kelola
Ustadz/Ustadzah Pesantren Muhammadiyah di Sumatera , kalimantan & Sulawesi 51. Capaian Sekolah Muhamadiyah
1. Tersusunnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Dikdasmen PP PTM Mandiri dan Outstanding berkelanjutan
pendidikan unggul yang
39. Peningkatan Pusat Pendidikan
2. Revitalisasi Majelis Dikdasmen 26. Pengembangan Pusat Bahasa Ustadz/Ustadzah Pesantren 52. Di seluruh Wilayah Indonesia mampu mentransformasikan
Muhammadiyah di PTM Sekolah Muhammadiyah Berjejaring
3. Penyusunan Pusat Data & Informasi Sekolah Muhammadiyah 27. Pengembangan Program Beasiswa Internasional daya saing global dan inklusif.
4. Karakter Kebanggaan dan Percaya Diri Pelahar Sekolah Muhammadiyah melalui Santri/Ustadz/Ustadzah di dalam dan luar 40. Peningkatan Pusat Bahasa
53.Penguatan Pusat Pendidikan
implementasi ISMUBA melalui IPM, HW & TS negeri (lanjutan) 41. Peningkatan Program Beasiswa Ustadz/Ustadzah Pesantren
5. Pembelajaran ISMUBA Berbasis Teknologi & Informasi 28. Pengembangan Pesantren Model Santri/Ustadz/Ustadzah di dalam dan luar Muhammadiyah di PTM
negeri (lanjutan) 54.Penguatan Pusat Bahasa
6. 30 Sekolah Muhammadiyah di Jenjang SD, SMP, SMA dan SMK masuk 100 Sekolah (Trensain,Tafaqquh Fiddin, Laboratorium PTM,
Terbaik Nasional Agribisnis, Entreprenuer) 42. PeningKatan Pesantren Model 55. Penguatan Program Beasiswa
7. Tersusunnya Kompetensi Keunggulan Lulusan Pesantren Muhammadiyah dibidang Al- (Trensain,Tafaqquh Fiddin, Laboratorium Santri/Ustadz/Ustadzah di dalam dan
Qur'an, Bahasa Asing. Wirausaha & Kepemimpinan, Mubaligh dan Khazanah Islam PTM, Agribisnis, Entreprenuer) luar negeri (lanjutan)
Holistik & Integratif 56. Penguatan Pesantren Model
8. Pembinaan Guru Olimpiade berkolaborasi bersinergi dengan PTM (Trensain,Tafaqquh Fiddin,
Laboratorium PTM, Agribisnis,
9. Pembinaan Kepala Sekolah Transformatif Entreprenuer)
10. Penanganan Sekolah Muhammadiyah (Al-Maun & Outstanding) berkolaborasi dan
bersinergi dengan PTM dan Lembaga dan Majelis di PP Muhammadiyah dan Sekolah
Muhammadiyah Berjejaring Internasional berkolaborasi dan bersinergi dengan PTM .
Proritas di Pulau Jawa
11. Pendirian Pusat Pendidikan Ustadz/Ustadzah Pesantren Muhammadiyah di PTM
12. Pendirian Pusat Bahasa
Bagan 6
Milestone Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah
G. Pola-pola Kerjasama Pendidikan Muhammadiyah
1. Kerjasama dengan Pemerintah
Kerjasama dengan pemerintah dikembangkan berdasarkan prinsip
kemitraan pemerintah dan Muhammadiyah dalam memberikan
pelayanan pendidikan kepada masyarakat dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Muhammadiyah memiliki sejarah panjang kemitraan dengan
pemerintah dalam menyediakan layanan pendidikan untuk masyarakat.
Sejak sebelum kemerdekaan, Muhammadiyah secara aktif telah
berpartisipasi sebagai penyelenggara pendidikan untuk memberikan
layanan pendidikan yang merata dan berkualitas. Muhammadiyah
bahkan berhasil hadir di kantong-kantong masyarakat yang tidak
terlayani secara baik oleh pemerintah. Muhammadiyah juga mampu
memberikan layanan pendidikan berkualitas sesuai dengan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan, tidak
sedikit sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah yang melebihi
standar tersebut.
Oleh karena itu, praktik kemitraan antara Muhammadiyah dan
pemerintah perlu dikembangkan dalam rangka memberikan layanan
pendidikan yang merata dan berkualitas bagi masyarakat. Beberapa
program yang dapat dikembangkan berdasarkan kemitraan pemerintah
dan Muhammadiyah di antaranya; pembangunan infrastruktur
pendidikan; pengadaan sarana/prasarana penunjang kualitas pendidikan;
penyaluran dana operasional pendidikan; penyaluran tunjangan profesi
pendidik; pembinaan pendidik dan tenaga pendidikan; peningkatan
mutu pendidikan; dan peningkatan kualitas managerial dan akademik.
Kerjasama kemitraan dengan pemerintah ini dapat didorong ke
arah public private partnership (PPP), yakni kesepakatan kerjasama
antara dua atau lebih sektor publik dan swasta, biasanya bersifat jangka
panjang. Kerjasama ini melibatkan pemerintah dan sektor swasta yang
bekerjasama untuk menyelesaikan proyek dan/atau memberikan layanan
kepada masyarakat. Kemitraan PPP telah diterapkan di banyak negara,
terutama digunakan untuk proyek infrastruktur, seperti pembangunan
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 61
dan perlengkapan sekolah, rumah sakit, sistem transportasi, serta sistem
air, dan saluran pembuangan (Hodge, 2007, h. 545).
Dengan aset yang sangat besar dan jejaring yang sangat luas
menjangkau seluruh wilayah Indonesia, serta pengalaman dalam
mengelola pendidikan sejak sebelum kemerdekaan, Muhammadiyah
memiliki modal, baik ekonomi, sosial, maupun kultural (Bourdieu,
1986:16) untuk bermitra dengan pemerintah dalam mencapai tujuan
nasional melalui kemitraan model PPP. Model kemitraan ini perlu
dikonsep secara matang, dalam satu kesatuan manajemen pendidikan
Muhammadiyah di bawah kendali Majelis Dikdasmen.
Model kemitraan PPP bisa dikembangkan di luar kerangka
kemitraan dalam bidang pembiayaan infrastruktur saja. Kemitraan ini
juga bisa dikembangkan sebagai instrumen pembiayaan pada program
yang lebih luas dan sangat dibutuhkan Muhammadiyah. Misalnya,
pembiayaan tunjangan profesi atau tunjangan-tunjangan lainnya.
Selain itu, juga bisa dikembangkan sebagai instrumen pembiayaan
dalam bentuk kerjasama peningkatan dan penjaminan mutu melalui
berbagai kegiatan pelatihan dan pendampingan guru. Berbekal modal
yang dimiliki, Muhammadiyah dapat mengajukan program kerjasama
dalam kerangka PPP dengan pemerintah berupa pembiayaan program
pelatihan dan pendampingan guru sekolah Muhammadiyah untuk
menunjang layanan pendidikan yang berkualitas bagi Masyarakat.
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 63
kader. Maka, Muhammadiyah bisa bekerjasama dengan pusat-pusat
keunggulan Muhammadiyah yang berasal dari internal dan eksternal.
1) Kerjasama Internal
Kerjasama internal diawali dengan pemetaan pusat keunggulan
pendidikan Muhammadiyah di setiap wilayah, daerah, atau kawasan
tertentu. Pusat keunggulan ini bisa berperan sebagai konsultan dan
pembina bagi sekolah-sekolah yang berada di kawasan itu. Dalam hal
ini, Majelis Dikdasmen bisa membangun kerjasama dengan majelis/
lembaga terkait, khususnya Majelis Dikti, yang memiliki amal usaha
perguruan tinggi unggul di suatu kawasan untuk mendampingi
dan membina sekolah/madrasah/pesantren di kawasan itu. Jika di
suatu kawasan belum ada pusat keunggulan pendidikan, Majelis
Dikdasmen dapat aberkoordinasi dengan majelis/lembaga terkait
agar dapat mengembangkan pusat keunggulan pendidikan di
kawasan itu.
Pusat keunggulan ini dapat berperan dalam banyak program
kerjasama. Misalnya, pengadaan infrastruktur dan sarana/
prasarana pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan kompetensi
guru/ustadz, beasiswa pendidikan, penyediaan sumber belajar,
pendampingan mutu pendidikan, dan lain-lain. Program-program
ini dapat direncanakan bersama antara Majelis Dikdasmen, majelis
terkait, dan pimpinan amal usaha pusat keunggulan pendidikan
Muhammadiyah.
Muhammadiyah memiliki aset sosial maupun material yang
sangat besar. Aset-aset ini bisa menjadi modal, baik ekonomi,
sosial, maupun budaya untuk mencapai tujuan sosial yang
diharapkan (Bourdieu, 1986: 16). Dalam konteks penyelenggaraan
pendidikan, aset-aset Muhammadiyah belum bisa menjadi modal
untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan merata.
Disparitas antar sekolah Muhammadiyah menjadi persoalan laten
yang masih belum menemukan jalan keluarnya. Jika aset-aset
Muhammadiyah bisa dijadikan modal sebagaimana teori Bourdieu
sebagai media perjuangan di ranah pendidikan, dakwah, dan sosial,
bisa jadi Muhammadiyah akan mampu menciptakan habitus sebagai
budaya alternatif dalam berkontestasi dengan budaya kapitalis-
sekularistik yang mendominasi sejak era modern.
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 65
Tabel 5
Contoh-contoh Kerjasama
No Majelis/Lembaga Program Kerjasama
1 Majelis Tarjih dan Tajdid Pentashihan buku atau modul Al-Islam
2 Majelis Tabligh Praktik tabligh di masyarakat
3 Majelis Pendidikan Tinggi Beasiswa prestasi
4 Majelis Pendidikan Kader Praktik pembelajaran Kemuhammadiyahan
5 Majelis Pelayanan Sosial Praktik pelayanan sosial di masyarakat
6 Majelis Ekonomi dan Pengadaan barang dan jasa di sekolah
Kewirausahaan Muhammadiyah
7 Majelis Pemberdayaan Masyarakat Program pemberdayaan masyarakat
8 Majelis Pembina Kesehatan Umum Penilaian sekolah sehat Muhammadiyah
9 Majelis Pustaka dan Informasi Pengadaan sumber belajar digital dan
penerbitan buku
10 Majelis Lingkungan Hidup Penilaian sekolah adiwiyata Muhammadiyah
11 Majelis Hukum dan Hak Asasi Advokasi guru dan peserta didik
Manusia
12 Majelis Waqah dan Pemanfaatan harta wakaf
Kehartabendaan
13 Lembaga Pengembangan Cabang
dan Ranting
14 Lembaga Pembina dan
Pengawasan Keuangan
15 Lembaga Penelitian dan Penerbitan jurnal
Pengembangan
16 Lembaga Penanganan Bencana Penilaian sekolah tanggap bencana
17 Lembaga Zakat Infaq dan Gerakan ZIS
Shadaqah
18 Lembaga Hikmah dan Kebijakan
Publik
19 Lembaga Seni Budaya dan Olah Kompetisi olah raga
Raga
20 Lembaga Hubungan dan Kerjasama eksternal
Kerjasama Internasional
BAB IV
PROGRAM STRATEGIS 67
Kelima, penempatan lulusan berbakat, mampu berbahasa
asing (Inggris, Japan, China, dll.) dan memiliki life skill, difasilitasi
bekerja pada perusahaan asing seperti Pabrik Otomotif JK Where
Malaysia, Auto 2000 dan Astra International. Program ini selain
memfasilitasi peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi,
juga dapat meningkatkan kelas lembaga. Dengan demikian, dapat
memperkuat kelembagaan sekolah/madrasah Muhammadiyah
Selain kerjasama internasional, Majelis Dikdasmen beserta
sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah juga dapat
mengembangkan program-program tersebut di dalam negeri.
Dalam hal ini Majelis Dikdasmen beserta sekolah/madrasah/
pesantren Muhammadiyah perlu merintis kerjasama dengan partner
dalam negeri, baik lembaga pendidikan maupun perusahaan agar
program-program kerjasama luar negeri itu dapat diterapkan di
dalam negeri.
Ada dua pola yang dapat dikembangkan untuk kerjasama
seperti ini. Pertama, Majelis Dikdasmen merintis kerjasama dengan
sekolah-sekolah dan lembaga partner di luar negeri maupun dalam
negeri dan mengembangkannya menjadi program kerjasama.
Selanjutnya, Majelis Dikdasmen memberikan kesempatan kepada
peserta didik di sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah di
seluruh Indonesia untuk mengikuti program ini melalui seleksi
terbuka. Kedua, kerjasama yang dirintis secara mandiri oleh sekolah/
madrasah/pesantren untuk peserta didik di lembaganya sendiri.
Kerjasama dengan pihak eksternal tidak hanya terkait dengan
pendidikan, tetapi juga bisa terkait dengan pembiayaan atau
kegiatan lain yang dapat menunjang dan disinergikan dengan
Majelis Dikdasmen. Kerjasama juga bisa dilakukan dengan beberapa
lembaga di dalam negeri maupun luar negeri yang terkait langsung
menangani pendidikan.
V PENUTUP
BAB V
PENUTUP 69
memenangkan persaingan adalah mengambil langkah berani keluar dari zona
“pelembagaan”, “pemapanan” dan bertransformasi menjadi sekolah berkemajuan
(the improving school) yang menjanjikan masa depan.
Saat ini di era Revolusi Industri 4.0, merupakan keniscayaan bagi
Muhammadiyah untuk menyegarkan kembali jati diri sebagai gerakan pendidikan
yang konsisten mencerdaskan kehidupan bangsa dan berorientasi pada mutu.
Dalam aspek filosofis, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar
pendidikan Muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang
tercermin dalam kesalehan dan akhlak. Secara luas, amal-amal usaha pendidikan
Muhammadiyah yang merupakan bagian dari pendidikan nasional perlu ditata-
ulang menuju terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak
mulia, dan berkemajuan. Muhammadiyah sebagai salah satu ormas dengan
orientasi dakwah menempatkan pendidikan sebagai strategi utama membangun
masyarakat berkeadaban dan berkemajuan.
Berkaitan dengan pendidikan ISMUBA, muncul tantangan mendasar
yang perlu pembenahan segera. Pertama, pendidikan ISMUBA belum mampu
menjiwai dan menjadi ruh dalam pengembangan kultur lembaga pendidikan
Muhammadiyah. Kedua, belum ada pemetaan orientasi pendidikan ISMUBA
di pesantren, sekolah, dan madrasah. Ketiga, pendidikan ISMUBA belum
beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial budaya. Keempat,
profesionalisme guru pendidikan ISMUBA atau guru/ustadz ISMUBARIS untuk
pesantren yang masih belum memenuhi harapan. Dari keempat tantangan
tersebut, sumber daya manusia (SDM) yang handal menjadi kekuatan utama
dalam melakukan perubahan sekolah/madrasah/pesantren, karena recovery
begins with teachers.
Selain itu, perlu dipahami bahwa keberadaan sekolah/madrasah/pesantren
Muhammadiyah sebagai Amal Usaha Muhamamdiyah adalah juga sebagai
perwujudan dakwah dan eksistensi serta sarana kaderisasi ideologis Persyarikatan
Muhammadiyah. Pimpinan sekolah Muhammadiyah pun harus turut serta
dan memberikan ruang secara optimal untuk keberlangsungan kaderisasi dan
memberikan ruang bagi aktifnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan
ortom lainnya.
Seiring dengan dinamika perkembangan zaman, maka rumusan visi Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah
“Mengembangakan pendidikan dasar dan menengah (sekolah, madrasah, dan
pesantren) berbasis pendidikan sebagai karakter utama, menghadirkan tata
BAB V
PENUTUP 71
PWM, dan PDM berkewajiban menggunakan RPJP ini untuk menyusun rencana
strategis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah lima tahunan sebagai
acuan selanjutnya yang lebih rinci dan terukur.
DAFTAR PUSTAKA 73
behavioral Sciences 115(258-268).
Gebauer, A. (2013). “Mindful organizing as a paradigm to develop managers.”
Journal of Education Management 37(2): 203-228.
Hasyim, N. (2015) Tantangan pendidikan Muhammadiyah.
Hillmann, J., et al. (2018). “Educating future managers for developing resilient
organizations: The role of scenario planning.” Journal of Management
Education 42(4): 461-495.
Kasali, R. (2017). Disruprtion: tak ada yang tak bisa diubah sebelum dihadapi,
motivasi saja tidak cukup. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Kasali, R. (2018). The great shifting. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Kemenag (2020). EMIS. Jakarta, Kemenag.
Kemendikbud (2020). Dapodik. Jakarta, Kemendikbud.
Kuntowijoyo (2008). Penjelasan sejarah. Yogyakarta, Tiara Wacana.
Majelis Dikdasmen PP ‘Aisyiyah (2019). Pendidikan anak berkemajuan dan
berkualitas. Yogyakarta, Telaga Mas.
Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah (2011). Naskah akademik pendidikan
Muhammadiyah yang holistik. Rakernas Majelis Dikdasmen PP
Muhammadiyah. Sawangan Kemendiknas, Majelis Dikdasmen PP
Muhammadiyah.
Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah (2020). Perguruan Tinggi
Muhammadiyah. Jakarta, Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah.
Maskuri (2020). Profil akreditasi sekolah/madrasah Muhammadiyah. Jakarta,
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah.
Mu’ti, A. (2020). Pidato Pengukuhan Guru Besar — Pendidikan agama Islam yang
pluralistis: Basis nilai dan arah pembaruan. Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah.
Mukti, A. (2020). Potret permasalahan sekolah Muhammadiyah, identifikasi
awal penyusunan RPJP Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah. FGD
Rancangan RPJP dan Rencana Strategis Pendidikan Dasar dan Menengah
Muhammadiyah. Jakarta, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah.
Nashir, H. (2014). Pendidikan yang mencerahkan menuju Indonesia berkemajuan.
Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Nashir, H. (2015). Memahami ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah.
Nashir, H. (2016). Muhammmadiyah gerakan pembaruan, Suara Muhammadiyah.
Nashir, H. (2019). Perubahan sosial, kebudayaan, dan transformasi pendidikan di
Indonesia. Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA 75