Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PARA PENGUASA DI BUMI SEBELUM ZEINCUNRAA

Legenda dan sejarah tentang zaman Suelin yang tercatat pada masa keempat di zaman
Zeincunraa sebenarnya hanya mencatat sebagian kecil dari kisah-kisah mengagumkan
yang tertinggal dalam ukiran-ukiran batu dan scroll-scroll purba sejak zaman peralihan
dari Suelin menuju pada Zeincunraa. Kisah-kisah legenda dan mitos tersebut tidak
diketahui waktunya sehingga pencatatan waktu tentang kejadian-kejadian yang akan
dipaparkan di bawah ini menjadi sebuah misteri hingga kini, tetapi catatan tentang
sejarah pertama kalinya Permata Agung diciptakan telah ditemukan keotentikannya
dalam sebuah tablet kuno Sindarion yang berusia sekitar 9500 tahun sebelum Zeincunraa,
yaitu pada tahun 4013 sebelum kejatuhan bangsa Sindarion dari Langit Kedua. Ketujuh
bagian Permata-permata Agung tersebut yaitu: Olved, Erid, Rouza, Tinmalad, Acbalan,
Telntarin, dan Terall. Ketujuh permata itu diciptakan berdasarkan petunjuk Penguasa
Semesta oleh Azcraban Perkasa, penguasa pertama bangsa Sindarion dari kaum Azali,
dan ia menamakan permata-permata itu Lornenstone (tentang permata-permata ini
diceritakan di Buku Hitam karya Arianne Vegniore). Pada zaman itu (Suelin), dunia ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Benua-benua (timur, barat, utara dan selatan), Langit
Pertama dan Langit Kedua. Langit Keempat hingga Langit Ketujuh berada pada dimensi
lain, dan Penguasa Semesta bertahta di Singgasana Agung di Langit Ketujuh, yang adalah
Langit dari segala langit. Konon, dari tempat itulah Sang Penguasa menjadikan seluruh
alam semesta ini.
Adalah Azonell agung, Kaisar terhebat dan tokoh Azali yang paling termasyhur dari
seluruh kaisar-kaisar di Langit Kedua pada zaman peralihan atau zaman akhir Suelin.
Dengan kekuatan kaumnya (kaum Azali) yang diberkati Penguasa Semesta, mereka
membangun kekaisaran raya di Armazora dan menamakannya Azaoth. Dengan talenta
kreasi yang diberikan Penguasa Semesta kepadanya, ia mengambil tujuh Permata Agung
yang terbuat dari criezopras dan yang diciptakan pada zaman awal Suelin oleh leluhurnya
dan membentuk mereka ke dalam satu bagian dan menjadikannya sebuah Batu Akik yang
ia namakan Ordeniz – belakangan batu tersebut dinamakan Lunasterall dan kelak menjadi
dasar terjadinya Perang Besar sepanjang masa di zaman Zeincunraa – dimana batu
tersebut terdiri dari gabungan tujuh Permata Agung Lornenstone dan merupakan batu-
batu agung untuk memanggil kuasa dahsyat seraphin paling mematikan untuk
menghukum bumi. Seraphin itu disebut Zebaoth dalam bahasa Sindarion dan Arvenz
dalam bahasa orang-orang di Selatan. Kuasa yang terdapat di dalam Ordeniz-ordeniz ini
sebenarnya bervariasi dan hanya dapat memanggil Zebaoth jika ketujuh Lornenstone
tersebut disatukan di dalam satu kesatuan – belakangan Azonell-lah yang pertama kali
mendapatkan rahasia tersebut setelah permata-permata tersebut ditempa oleh Azcraban
lama berselang. Dengan kekuatan dahsyat yang diberikan Lornenstone tersebut, Azonell
menjadi angkuh dan gila akan kekuasaan di bumi dan melanggar larangan Penguasa
Semesta untuk berlayar mengarungi langit ke Dunia Tanpa Waktu di Heraz atau yang
kini disebut dengan Tanah Mengambang Evenia. Hal tersebut dikarenakan Dazcord
Shedell, seorang penasehat dan penyihir paling berkuasa di Azaoth berhasil membujuk
Azonell untuk melakukan hal itu.
Dazcord memiliki keagungan dan keelokan kaum Azani (ras yang bersaudara
kandung dengan kaum Azali) dan kekuatan dahsyat dari darah bangsawan-bangsawan
agung Sindarion. Ia selalu menasehati Kaisar ke dalam hal-hal yang menimbulkan niat
untuk menjajah seluruh bumi dan menjadi penguasa tunggal dikarenakan pemikirannya
ke depan tentang kuasa yang dapat mereka raih dari penggunaan Lornenstone tersebut
terhadap seluruh dunia. Dan entah mungkin karena kepiawaiannya dalam mengambil hati
raja, ataukah karena memang Dazcord memiliki keagungan bangsawan Sindarion purba
yang tidak dimiliki kaumnya yang lain, ia berhasil membujuk kaisar dan menyusun taktik
perang serta armada besar yang dahsyat luar biasa (armada ini merupakan armada kapal-
kapal angkasa dalam berbagai ukuran dan bersenjatakan meriam-meriam Xenon dalam
berbagai elemen) mengarungi langit menuju keempat penjuru bumi dengan dukungan
penuh dari seluruh rakyat Sindarion. Akan tetapi putra-putra Kaisar, Azbanura dan
Azenell, tidak setuju dengan tindakan tersebut dan mencoba menasihati ayah mereka
untuk mengurungkan niatnya itu. Tetapi Azonell yang merasa layak menjadi Kaisar
Agung penguasa seluruh semesta, dan yang telah termakan oleh bujukan Dazcord,
menolak saran putra-putranya dan tetap pada rencananya semula. Maka pada sekitar
tahun 9012 menjelang akhir zaman Suelin, armada raya Sindarion yaitu Armada
Kekaisaran Raya Azaoth, maju menuju Evenia dan dengan demikian telah menantang
Penguasa Semesta.
Adalah Armaguz Mahaiel, seorang tokoh Aradinraa yang paling hebat dan mulia dari
seluruh bangsa Pengembara Langit atau Voith dalam bahasa kuno kaum Aradinraa dan
mereka adalah bangsa Langit Pertama. Mahaiel adalah Kaisar Agung dari Heraz yang
terletak persis di tenggara Evenia, dan kekaisarannya adalah Voithron. Ia maju
menantang Azonell Agung di perbatasan Langit Kedua dengan Langit Arung Waktu
(istilah dari Evenia) bersama armada-armada perangnya yang tidak kalah hebatnya
dengan armada perang Azonell – karena dengan keagungan kekaisarannya ia hendak
menantang Azonell Agung dalam memperebutkan permata-permata Lornenstone tersebut
dan sebagai wujud kesetiaannya kepada Penguasa Semesta – maka terjadilah
pertempuran besar antara kaum Azali dengan kaum Aradinraa di tempat tersebut. Azonell
dengan angkuhnya memanggil Zebaoth ke dalam pertempuran itu dan
menunggangbalikkan tidak hanya para pasukan kaum Aradinraa tetapi juga pasukan dari
kaum Azali sendiri. Korban dari kedua belah pihak lebih banyak jatuh dalam summon
tersebut ketimbang korban yang jatuh akibat pertempuran. Langit Pertama dan Langit
Kedua pun runtuh dan menyatu dengan benua-benua selama kurun waktu yang tidak
dapat dihitung. Kini hanya sedikit saja sisa-sisa daratan Langit Pertama dan Kedua yang
tertinggal di bumi yang belakangan dikenal dengan sebutan Armadeza atau daratan yang
mengambang di atas tanah (tentang daratan-daratan ini diceritakan dengan lengkap
mitologinya pada buku pertama yang diterbitkan dalam Legend of Zeincunraa). Maka
dengan demikian kaum Aradinraa jatuh dari Langit Pertama dan menjadi bangsa
Pengembara Bumi sebelum mereka akhirnya menetap di Benua Utara bumi. Evenia
dipisahkan dari lingkungan bumi dan semua manusia dilarang memasuki Dunia Tanpa
Waktu tersebut selamanya. Demikianlah, maka berakhirlah zaman Suelin dan zaman baru
pada tahun 1 masa pertama Zeincunraa dimulai. Keturunan pangeran-pangeran agung
dari rumah Mahaiel yang selamat dari pertempuran akbar itu kemudian menemukan
belahan bumi permai di utara dan berdiam di sana, sementara kabar kejatuhan Armaguz
Mahaiel tidak pernah tercatat lagi ke dalam mitos-mitos purba dan kisahnya hanya
menjadi legenda-legenda yang sudah terlupakan oleh waktu. Di Bumi Utara tersebut
itulah, putra mahkota Mahaiel yang bernama Arvhiel kemudian membangun kekaisaran
raya Voith Oll’rinia, yang belakangan dikenal dengan sebutan Votronia.
Sementara itu, Azonell sendiri jatuh dalam kemunculan Zebaoth tersebut bersama
hampir sepertiga dari keluarga-keluarganya. Awalnya karena salah satu dari tujuh batu
Permata Agung terjatuh saat Azonell terlempar dari hexanoznya ketika getaran dahsayat
kemunculan Zebaoth merobohkan seluruh armada baik kawan maupun lawan. Zebaoth
pun jadi tidak terkontrol dan sapuan keenam sayapnya yang perkasa menghancurkan
sepertiga dari dataran Evenia. Saat itu Mahaiel yang sudah dapat menguasai dirinya dan
hexanoznya berteriak dari kereta perangnya dan mengejek Azonell. “Kekuatanmu tidak
sepadan dengan kebesaran makhluk yang kau panggil. Apakah ini suatu lelucon
perangmu?” katanya. Murka oleh ejekan Mahaiel yang terang-terangan merendahkan
derajatnya sebagai Kaisar Agung Penguasa Zebaoth, Azonell memerintahkan Zebaoth
melepaskan serangan akhirnya dan perangpun berubah menjadi bencana yang paling
mengerikan dalam sejarah bumi pada zaman itu, yaitu kehancuran kedua Langit dan
jatuhnya dataran-dataran mengambang ke bumi. Armada Azali pun terbuang dari Langit
Kedua dan jatuh ke pegunungan tinggi Zarkhana dan sampai di Benua Selatan hingga
zaman Zeincunraa dimulai. Azonell tewas tertindih reruntuhan batu bersama seluruh
pengawalnya ketika ia mencoba menerobos batu-batu yang berjatuhan akibat serangan
Zebaoth tadi. Tempat di mana Azonell tewas dan terkubur didirikan tugu peringatan oleh
rakyatnya sebelum mereka melarikan diri dari Evenia, dan sisa-sisa situs purbakala yang
tertinggal dari perang tersebut disebut Gradanovahd, yang terletak kini di Benua Timur,
tandus dan mengerikan. Putra-putra mahkota Azonell, Azbanura dan Azenell, berhasil
meloloskan diri dari kehancuran Langit Kedua oleh karena pertolongan Ziron, salah satu
pengawal kepercayaan Azonell yang menyelamatkan mereka tepat pada waktunya dari
kehancuran fatal yang diakibatkan kemurkaan dan kegilaan Azonell ketika
memerintahkan Zebaoth untuk melakukan evzagarell, yang artinya Penghancuran
Terakhir, dan mereka berhasil mengunci kembali seraphin dahsyat tersebut ke dalam
Lornenston dan membawanya ke Benua Selatan (tentang hal ini diceritakan lebih banyak
dalam kisah dongeng terkenal dari kerajaan Celionia purba yang sering diceritakan oleh
para orang tua kepada anak-anak dan cucu-cucu) – dan sesudahnya, mereka membangun
kerajaan Azdalnar Purba pada masa pertama Zeincunraa dimulai. Azbanura menjadi Raja
Tertinggi sedangkan Azenell memilih menjadi Pangeran Arventica dan menetap bersama
keluarganya di utara tanah Arventiana (dinamakan Arventiana karena di lokasi dataran
tersebut itulah sang Arvenz atau Zebaoth muncul pertamakalinya).
Namun rupanya Dazcord selamat dari kehancuran mengerikan dalam pertempuran
tersebut dan lari bersembunyi bersama sisa-sisa kaum Azani di pegunungan Gravuna
sebelah tenggara dari Armazora. Kekaisaran Azaoth sendiri telah menjadi puing-puing
setelah sisa-sisa dari kaum-kaum terakhir bangsa Sindarion melarikan diri ke Benua
Selatan bersama kaum Azali dan putra-putra Azonell Agung. Di puncak gunung tersebut,
Dazcord menambah kembali kekuatannya yang dashyat dan mengangkat dirinya menjadi
Penguasa Benua Timur. Tetapi dataran Langit Kedua di Armazora diratakan dengan
tanah oleh Penguasa Semesta dan dikutuk selamanya tandus dan kelam. Seiring
berkembangnya waktu, Dazcord lalu menemukan satu dari tujuh permata Ordeniz yang
tertinggal sejak pertempuran terakhir (Batu Erid) di Armazora dan mempergunakan
kekuatannya untuk memanggil kekuatan-kekuatan kegelapan dari bawah bumi, yang
telah sekian lama dikunci oleh kekuatan bumi dibawah dunia terang, dan membangun
kembali reruntuhan kota Azaoth dan sekaligus menjadikannya Kekaisaran Baru di bawah
pimpinannya. Ia menjadi Kaisar Agung dari kaum-kaum Azani Hitam dan memberikan
nama baru kepada kekaisarannya (Amnunaoth) kira-kira pada tahun 14 masa pertama
Zeincunraa dimulai dan menjadikan Benua Timur sebuah tempat paling ditakuti oleh
seluruh penduduk bumi pada zaman Zeincunraa. Menjelang tahun 191 masa pertama
zaman Zeincunraa, kekaisaran Amnunaoth telah berkembang pesat menjadi kekaisaran
raya yang luar biasa, tetapi Dazcord hanya berdiam diri dan mempelajari dua kerajaan
lain yang telah berdiri di benua utara dan benua selatan (Votronia dan Azdalnar).

TENTANG PERTEMPURAN GRADANOVAHD

Dalam sejarah pertempuran Gradanovahd, kami telah mengumpulkan data-data


paling lengkap dari perpustakaan-perpustakaan besar di Andrhomidean beserta sisa-sisa
tablet yang telah mencatat kisah perang akbar itu pada tahun 695 masa pertama
Zeincunraa (pada zaman itu, pergantian masa dimulai setelah 1000 tahun). Beberapa
sejarah yang lebih otentik tentang pertempuran tersebut telah ditulis sendiri oleh Putri
Zentarien Edenia dari kerajaan Celionia setelah petualangan menegangkannya di
Armazora pada tahun 2415 masa kedua Zeincunraa dan penemuan tujuh bagian dari
Permata Agung Lornenstone yang kemudian dikenal dengan Permata-permata Bulan atau
Lunasteral. Buku catatan tersebut masih tersimpan dengan rapi dan tidak kurang suatu
apapun di perpustakaan kota Nemez di Votronia, dan di salah satu bab-nya mengisahkan
tentang bagaimana Edenia berhasil menemukan teknik pengontrolan Zebaoth yang lebih
terarah sehingga tidak menimbulkan kerusakan menyeluruh dalam perintah Serangan
evzagarell. Rahasia itu disimpan Edenia hingga kematiannya pada tahun 2419 dan
dengan kepergiannya ke Rumah Abadi, rahasia tentang Zebaoth pun terkubur.
Sekitar tahun 190 ketika masa pertama baru dimulai, Azbanura dan Arvhiel
membangun hubungan diplomasi pertama antara kerajaan Azdalnar dengan kekaisaran
Votronia. Mereka berjanji untuk melupakan pertikaian antara leluhur mereka dan
bertekad membangun kejayaan baru bagi bangsa mereka masing-masing. Hal ini
dipandang baik oleh seluruh sisa-sisa kaum terakhir dari bangsa Voith dan Azali, tetapi
banyak dari bangsa Sindarion menolak keputusan ini dan meninggalkan kaum Azali.
Sejak saat itu, tidak pernah lagi terdengar kabar tentang kaum-kaum lain dari bangsa
Sindarion. Mereka pergi dan lenyap entah ke mana. Kaum Azali sangat terpukul ketika
ditinggalkan oleh saudara-saudara sebangsa mereka, tetapi Azbaruna tidak dapat berbuat
apa-apa. Demikianlah, sejak perjalanan tahun sedang mencapai masa ketiga pada zaman
Zeincunraa, bangsa Sindarion yang tersisa (yang dikenal) di bumi ini hanyalah kaum
Azali dari Azdalnar dan kaum Azani dari Amnunaoth.
Sementara itu, ketika didengar oleh Dazcord bahwa putra-putra Azonell telah berhasil
meloloskan diri dari kehancuran Langit Kedua lalu mendirikan kerajaan baru di wilayah
Benua Selatan, dan tentang hubungan diplomasi yang telah diikrarkan Azdalnar dan
Votronia di kota Nemez, maka ia segera mengumpulkan kekuatan pasukan elitnya pada
tahun 192 untuk berencana menghancurkan kerajaan Azdalnar dan Votronia. Apalagi ia
masih memendam kebencian ketika kedua bersaudara putra-putra Azonell itu pernah
menolak usulnya menyerang Evenia dan sempat hampir membujuk Azonell untuk
mengurungkan niat tersebut. Maka dengan kekuatan penuh, kaum Amnunaoth (atau yang
dahulu dikenal dengan sebutan Azanian) segera maju melintasi Zoraclysta menuju
perbatasan sebelah timur kerajaan Azdalnar dan menduduki pulau Talviz (saat itu
Dazcord bertekad menaklukkan Azdalnar terlebih dahulu sebelum ia menyerang
Votronia). Dalam serangan pertama ke pantai timur Azali, mereka mengalami kesulitan
yang teramat sangat, karena tempat itu merupakan daerah tebing berkarang yang sulit
dilalui dan para pemanah Azdalnar sangat piawai dalam menjaga tebing karang tersebut.
Tebing karang setinggi kira-kira 10000 kaki itu dinamakan Geliad oleh orang-orang di
Selatan. Tebing Geliad tersebut memanjang dalam bentuk barisan tebing-tebing karang
tak terputus (berbentuk seperti tembok raksasa) hingga sampai di bagian utara tempat
Kota Arventica berdiri. Di sana, tebing karang itu memiliki sebuah celah sempit dan
disebut Genila oleh kaum Arventiana. Ketika Dazcord tidak menemukan lagi taktik
perang yang dapat menundukkan tebing karang Geliad, maka ia mengubah jalur
penyerangannya ke arah barat laut dari Geliad, yaitu pantai-pantai Azali yang berdekatan
dengan kerajaan Goram dan tidak terlindungi oleh tembok-tembok karang tersebut.
Azbanura yang melihat kemungkinan berbahaya tersebut segera menugaskan dua
Kapten terhebatnya, Kapten Elziro dan kapten Evrael, untuk menghadang pasukan
Amnunaoth di sana. Serangan gencar dari Amnunaoth (yang dipimpin oleh salah satu
Kapten Penyihir milik Dazcord yang bernama Valluna) berhasil gemilang. Mereka
merebut pantai-pantai Geliad sebelah barat laut setelah memukul mundur Elziro dan
Evrael, dan membangun basis militer Amnunaoth di sana. Azbanura sangat gusar dan
mengerahkan armada besarnya ke pantai Geliad dengan maksud merebut kembali pantai-
pantai tersebut. Pasukan besar Azdalnar yang dipimpin langsung oleh Azbaruna segera
terlibat pertempuran seru selama lebih dari dua bulan. Akan tetapi Azdalnar berhasil
merebut kembali pantai tersebut setelah Kapten Penyihir Amnunaoth dibunuh oleh
kapten wanita Azbanura yang bernama Evera Milda dari keturunan terakhir kaum Azani
yang masih setia pada Azbaruna dan kekaisaran Azdalnar (dalam sebuah silsilah tertua
tentang keluarga-keluarga ningrat kaum Azani, ditemukan bahwa Evera Milda ternyata
adalah cucu dari Kaisar Dazcord Shedell). Milda maju bersama sepasukan kavaleri
berhexanoz dari Azdalnar dan menantang Kapten Penyihir itu dalam duel lalu
mengalahkannya. Dengan demikian, pasukan Amnunaoth terpukul mundur kembali ke
benua timur dan berkemah di Zoraclysta.
Dazcord saat itu sedang memusatkan perhatiannya pada pemanggilan kembali
kekuatan kaum Penjaga Bumi yang ditugaskan Penguasa Semesta untuk menjaga alam di
bumi sejak ia diciptakan di zaman dahulu kala (tentang kaum ini akan diceritakan di
dalam buku ini di bab yang lain). Ia berhasil mengaktifkan Ophalia, satu dari Tujuh
Cermin Masa Depan yang berada di kuil tertua bekas kekaisaran Azaoth di sebuah
dataran mengambang sebelah tenggara Zoraclysta (tentang ketujuh cermin ini akan
dijelaskan dalam buku yang lain, karya dari penyihir wanita terkenal bernama Edelvien).
Armadeza tersebut adalah salah satu dari Armadeza-armadeza yang tidak diratakan
Penguasa Semesta dengan tanah sejak pertempuran terakhir. Armadeza itu bernama
Armain dan kuil tempat Ophalia tersebut berada telah dibangun lama sejak dinasti
pertama sebelum Azonell Agung dan sebelum kaum Azali berkuasa di Langit Kedua
pada masa lampau. Ketujuh cermin tersebut adalah buatan kaisar-kaisar tertua dari zaman
Suelin dan memiliki kemampuan untuk membawa mereka yang bisa mengaktifkannya ke
dimensi lain selain dimensi bumi ini, dan ke tempat-tempat paling rahasia di semesta.
Dengan kemampuan cermin itu, Dazcord dapat membangun sebuah Gerbang Mistis
bernama Aereth dan membangunkan Centraluna Minestrall yang Agung dan Anggun dari
tidurnya – yang oleh bahasa kuno Sindarion Purba, ia disebut Zemirana – di alam mistis
Armazora (tentang Centraluna, tidak ada sejarah manapun yang pernah menuliskan kisah
tentangnya). Sang Anggun (Centraluna) ternyata tidak bersedia membantu Dazcord
dalam perangnya melawan Azdalnar, tetapi ia memberikan kepada Dazcord sebuah
rahasia yang terkandung dalam salah satu Permata Agung yang saat itu dikuasai oleh
Dazcord yaitu Batu Erid. Dengan rahasia kekuatan Erid itulah maka Dazcord dapat
dengan mudah menambah jumlah tentara-tentara mautnya dan menciptakan untuk dirinya
sendiri sepasukan tentara elit paling mematikan dalam sejarah Zeincunraa. Pasukan elit
tersebut hanya berjumlah seratus prajurit dengan berkendara hexanoz-hexanoz keturunan
Geion, yang lebih perkasa dari kebanyakan hexanoz, dan mereka dinamakan Zeiroth
karena bentuk armor mereka menyerupai bentuk Zebaoth purba dalam ukiran-ukiran
kuno di puing-puing kekaisaran Azaoth. Para Zeiroth itu hanya tunduk kepada mereka
yang memegang Batu Erid. Banyak kota yang ditaklukkan Amnunaoth setelah itu di
perbatasan negeri mereka, dan masyarakatnya dijadikan tawanan. Para tawanan perang ia
jadikan budak-budak untuk rakyatnya dan mereka dipakai untuk mendirikan sebuah ibu
kota kekaisarannya di Armazora yang bernama Iziroth.
Menjelang tahun 200, Dazcord maju kembali ke Geliad dan menantang Azbanura
dalam pertempuran. Armada Azdalnar kembali dikerahkan memperkuat pantai-pantai
Geliad sementara Pangeran Arventica juga maju mendukung kakaknya bersama pasukan
kavaleri hexanoz dari Arventiana dikarenakan ia melihat begitu besar armada yang
dikirim Dazcord untuk melawan kakaknya ketika mereka tiba di pantai-pantai Geliad.
Kerajaan yang bertetangga dengan Azdalnar yaitu kerajaan Goram pun maju membantu
Azdalnar dalam pertempuran tersebut karena mereka juga merasa terancam oleh serangan
itu. Perang kembali berkecamuk di pantai-pantai Geliad, tetapi Azbanura tidak menyadari
kalau Dazcord sedang mengincar Arventica (saat itu Dazcord belum mau melepaskan
para Zeiroth-nya). Melalui celah sempit di sekitar tebing-tebing Genira, pasukan bersayap
Amnunaoth menyerang Arventica secara tiba-tiba dan merebutnya dalam waktu sehari
saja, karena semua pasukan Arventica saat itu sedang dikerahkan ke pantai-pantai Geliad
dan Arventica ditinggal tanpa penjagaan. Rakyat Arventiana melarikan diri menuju
dataran Atrava, sebelah barat negeri Azal, dengan gerakan mundur yang kacau-balau dan
menimbulkan korban yang tidak sedikit. Kabar kejatuhan Arventica sampai di telinga
Azenell empat hari sesudahnya, dan dengan penuh amarah ia menarik kembali seluruh
kavalerinya menuju Arventiana. Walaupun telah dinasehati oleh kakaknya dan Gazna,
Raja Goram, bahwa keadaan mereka tidak siap untuk suatu serangan balik, Azenell tetap
bertekad merebut kembali Arventica secara paksa dengan menyusuri tebing karang
selama tujuh hari perjalanan berhexanoz, karena kecintaanya kepada putrinya yang baru
berusia delapan tahun (Putri Armian) dan permaisurinya (Ratu Elma) mengalahkan
ketakutannya kepada pasukan Amnunaoth yang bengis. Maka akibat perjalanan siang
malam tanpa henti dan kemerosotan moral para prajurit Arventiana akibat beban
pemikiran terhadap keluarga mereka yang mungkin sudah mati atau masih selamat,
Azenell beserta seluruh kavaleri hexanoznya mengalami kekalahan di lembah Avix
dengan sebuah serangan yang tiba-tiba dari tentara Amnunaoth. Azenell jatuh dalam
penyergapan itu, tetapi dua pengawalnya berhasil melarikan diri dan membawa
jenazahnya kembali kepada kakaknya.
Azbanura begitu berduka dengan kematian Azenell dan pertahanan pantai-pantai
Geliad mengalami kegoyahan. Evera Milda kemudian ditugaskan menjaga perbatasan
antara Zentrapolis (ibu kota kerajaan Azdalnar) dengan Avix untuk mengantisipasi
serangan musuh dari arah Arventiana, sementara Elziro dan Evrael tetap bertahan di
sekitar Geliad bersama kapten-kapten dari kerajaan Goram yang membuahkan sebuah
pertahanan solid selama hampir dua bulan lamanya yang sempat menggusarkan Dazcord.
Selama itu, raja yang dirundung duka selalu mengunci diri di kemahnya dan menangisi
adiknya siang dan malam. Hal ini sangat meresahkan pasukan Azali dan semangat
bertempur pasukan Azdalnar dan sekutu mereka jadi menurun.
Pada pertengahan bulan ketiga sejak kematian Azenell, dua penyihir wanita (yang
menurut bahasa Atrava kuno mereka disebut Vanida) dan seorang petualang dari dataran
Havila di utara jauh, datang ke kemah Raja setelah melewati hutan-hutan emas dari barat
menuju Azal – menurut bahasa Atrava kuno, hutan tersebut dinamakan Hutan Emas
Heptea. Para penyihir itu sendiri bernama Edelvien dan Edelia (saudara Edelvien) dan
sang petualang legendaris itu bernama Hazayell dari kaum Vrenno di barat Atrava.
Mereka datang ke kemah Raja dan membawa dengan selamat Putri Armian dan Ratu
Elma dalam keadaan tidak kurang suatu apapun. Juga dalam rombongan mereka, ikut
juga 339 orang yang tersisa dari rakyat Arventiana yang selamat, termasuk beberapa
orang tua dan anak-anak. Dan walaupun Raja masih bersedih hati, ia merasa terhibur dan
lega melihat putri saudaranya selamat bersama Ratu Arventica. Hazayell lalu
memberitakan kepada Raja bahwa rakyat Atrava bersedia membantu Azdalnar dalam
memerangi Dazcord, dan sepuluh ribu penunggang hexanoz dari Atrava sedang dikirim
oleh Raja Zao, pemimpin kaum Vrenno dari Kerajaan Atracalia, menuju Arventiana
untuk membalas dendam terhadap pasukan Amnunaoth yang berada di sana.
Akan tetapi, walaupun dibantu oleh dua kerajaan tetangganya, Azdalnar tidak mampu
meredam kekuatan pasukan Amnunaoth, apalagi ketika Dazcord akhirnya melepaskan
keseratus tentara Zeirothnya. Dalam waktu dua tahun saja, pasukan Azdalnar terpukul
mundur ke arah Sungai Besar Glerion, sebelah timur dari Heptea. Atrava dan Goram pun
terpukul mundur ke daerah mereka masing-masing dan tidak lagi memusatkan
perhatiannya kepada Azdalnar dikarenakan mereka pun mulai diserang di wilayah-
wilayah kerajaan mereka masing-masing. Dengan demikian, dengan penyesalan yang
mendalam, Raja Goram dan Raja Atracalia terpaksa menarik mundur tentara-tentara
mereka kembali ke wilayah masing-masing. Walaupun demikian, Edelvien dan Edelia
bersama Hazayell tetap berada di sekitar Raja Azdalnar dan membantunya sebisa mereka.
Azbaruna sendiri akhirnya gugur dalam pertempuran mempertahankan Zentrapolis
bersama Evera Milda dan kapten-kapten lainnya, kecuali kapten Evrael yang tetap
selamat dan membawa lari putra-putra Azbaruna dan putri Armian ditemani Edelvien dan
Edelia, para penyihir, sedangkan Hazayell tidak terdengar kabarnya lagi setelah
Zentrapolis ditaklukkan. Terakhir ia terlihat berperang bersama-sama dengan Raja
Azdalnar di luar tembok-tembok Zentrapolis hingga saat-saat terakhir, dan ia merupakan
satu-satunya pejuang yang bertahan lama dalam menghadapi kekuatan teror para Zeiroth.
Zentrapolis direbut Amnunaoth dalam waktu dua hari saja pada tahun 293, sementara
putra Azbaruna, Erdizon, berhasil lolos bersama sepupunya, Armian dan ibunya, Elma,
berkat pertolongan Evrael dan Edelvien. Sementara Ratu Irana (ibunda Erdizon) telah
wafat karena sakit, setahun sebelum kematian Azbaruna. Dengan demikian, Erdizon yang
adalah putra satu-satunya Azbaruna diangkat menjadi Raja baru Azdalnar.
Sementara itu di Glerion, Raja Erdizon bersama pasukan terakhir Azdalnar mencoba
bertahan dengan membangun kota benteng kuat yang dinamakan Ithporeon. Selama
setahun ke depan Azdalnar akhirnya dapat sedikit bernapas lega ketika Dazcord
mengalihkan serangannya ke Votronia melewati pantai-pantai Genira dan perbatasan
Heraz purba dengan Azal. Kekaisaran Votronia pun terdesak mundur ke pegunungan Iriel
yang berdekatan dengan kerajaan utara Giralza, dan selama hampir empat tahun tanah
Voith Oll’rinia dijajah oleh Amnunaoth. Rupanya Dazcord hendak melanjutkan misinya
yang dahulu gagal karena Azonell. Ia ingin menguasai seluruh wilayah dan benua-benua
di bumi serta menjadikannya Kaisar Agung seluruh bumi serta memerintah segala
makhluk. Tentang sejarah pertempuran di utara dan tentang munculnya kerajaan
Andrhomidean yang bersekutu dengan Votronia, semuanya tercatat di buku sejarah karya
kaisar kelima Votronia setelah Arvhiel (Ardamoz) yang dicatatnya sendiri setelah
melewati pertempuran Gradanovahd yang terjadi 690 tahun ke depan. Saat ini kita akan
menyimak tentang keturunan Azbaruna setelah kejatuhannya dan perjuangan tiada henti
rakyat Azdalnar untuk tetap bertahan hidup dalam pertempuran demi pertempuran
mempertahankan tanah mereka dari penjajahan Amnunaoth hingga sampai pada
pertemputan terdahsyat sepanjang masa di Gradanovahd.

Raja-raja dan Ratu setelah Azbaruna.


Azbaruna II (294 – 309)†
Erdizon menggantikan posisi ayahnya pada tahun 293 setelah kejatuhan kota Zentrapolis.
Saat itu umurnya telah mencapai 44 tahun (ia dilahirkan pada tahun 249) dan ia dijuluki
Azbaruna oleh rakyatnya karena sifatnya sama persis dengan ayahnya. Oleh sebab itu, ia
kemudian dikenal dengan sebutan Azbaruna II. Dua tahun setelah pengangkatannya
sebagai raja, dengan menolak nasehat dari Edelvien, ia mencoba merebut kembali
Zentrapolis dari tangan Amnunaoth, tetapi gagal. Selama pemerintahannya, rakyat
Azdalnar dilanda wabah sampar yang hebat di perbatasan sepanjang Sungai Besar dengan
Avina, namun mereka selamat. Ia mencoba mengaktifkan Zebaoth, tetapi Lornenstone
tersebut tidak merespon. Dalam sebuah serangan tiba-tiba di sekitar hutan Heptea,
Azbaruna II tewas bersama satu peleton kavaleri hexanoznya yang saat itu sedang dalam
perjalanan ke Avix untuk merebut gudang makanan pasukan Amnunaoth.
Azonell II (310 – 313)†
Nama aslinya adalah Pratnell. Ia menggantikan posisi ayahnya setahun setelah kematian
Azbaruna II dikarenakan selama hampir setahun tidak ada berita tentang ayahnya dan
para pejabat istana masih menunggu. Edelvien-lah yang kemudian pertama kali
mengetahui kematian Azbaruna II setelah perjalanannya menyelidiki hilangnya sang Raja
membawanya ke tempat kejadian dimana Azbaruna II jatuh. Pada masa pemerintahan
Azonell II, yaitu sekitar tahun 311, Azdalnar hampir saja hancur ketika dengan nekat,
Azonell II memerintahkan tentaranya yang berjumlah kurang dari lima ribu orang
menyerang Avix yang saat itu sedang dijaga oleh para Zeitorh. Penyerangan tersebut
gagal dan para Zeitorh mengejar mereka dalam gerakan mundur. Seluruh rakyat
Azdalnar, tua dan muda, maju ke perbatasan menolong Raja mereka dan mencoba
menghalangi Zeiroth-zeiroth yang perkasa itu. Korban jatuh sangat banyak di pihak
Azdalnar, dan mereka tertolong karena Edelvien dan Edelia yang menunjukkan
Lornenstone kepada para Zeiroth dan menyebabkan murka tentara-tentara ajal itu reda
dan mereka berbalik kembali ke Avix. Tetapi dalam pertempuran itu, Azonell II terluka
parah dan meninggal dua tahun sesudahnya. Selama ia sakit, Edelvien ditunjuk sebagai
penasehat perang sementara dalam menjaga perbatasan Glerion. Saat kematiannya,
Azonell tidak memiliki anak laki-laki sehingga putrinya kemudian diangkat rakyat
sebagai Ratu Pertama Azdalnar.
Azonelia (313 – 329)
Ia menggantikan ayahnya dan menjadi Ratu Azdalnar termuda pada zaman Zeincunraa
(saat ia dinobatkan, umurnya baru berusia 15 tahun). Tetapi ternyata, Azonelia adalah
Ratu yang bijaksana, sebab ia berguru kepada Edelvien dan tidak menutup hatinya
terhadap nasihat-nasihat para pejabat istana. Dua tahun setelah penobatannya, Hazayell
Perkasa tiba-tiba muncul lagi. Edelvien sangat senang bertemu sahabat lamanya itu. Pada
masa pemerintahan Azonelia, pasukan Azdalnar berhasil merebut Avix dan
menjadikannya kota pertahanan terhadap Arventica dan Zentrapolis. Ketentaraan
Azdalnar pun mulai berkembang ketika Azonelia mendengarkan nasihat Edelvien yang
meminta Ratu untuk melipatgandakan perekrutan pemuda-pemuda Azal untuk masuk
dalam ketentaraan. Edelvien telah membaca situasi Dazcord yang saat itu memusatkan
pasukannya memerangi Votronia sementara Zeiroth-nya tidak ia aktifkan, sehingga
kekuatan Amnunaoth yang berada di benua selatan tidak sekuat dulu. Ratu Azonelia
sendiri pernah dikunjungi oleh Ratu Maut Centraluna Minestrall, pada tahun 325 sejak
masa pemerintahannya, dan ditawari rahasia untuk mengaktifkan Lornenstone, tetapi
Ratu menolaknya atas saran dari Hazayell. Pilihan itu dinilai bijaksana oleh seluruh
rakyat Azdalnar mengingat kejadian mengerikan di masa lalu yang hampir saja
menghancurkan peradaban Azal dikarenakan kekuatan batu Permata Agung tersebut.
Apalagi Lornenstone saat itu tidak utuh dikarenakan permata Erid yang tidak berada di
antara enam Permata yang lainnya. Sayang sekali, Azonelia menderita sakit di usianya
yang ke 38 sejak menjadi Ratu dan meninggal pada tahun 329. Adik sepupunya dari
rumah Azenell yaitu Putra Mahkota Ratu Armian dari Arventiana yang bernama
Azprazan kemudian dipilih sebagai penerus sah kerajaan Azdalnar. Dengan demikian,
garis keturunan Raja-raja Azdalnar dari Azbaruna diteruskan oleh keturunan dari
Azenell.

Azbaruna III Sang Penakluk (329 – 359)†


Azprazan menggantikan kakaknya sebagai Raja Azdalnar ketika berumur 30 tahun dan ia
disebut Azbaruna III Sang Penakluk, karena pada masa kekuasaannya, rakyat Azdalnar
berhasil merebut kembali Zentrapolis dari cengkeraman Amnunaoth. Ia pun mengirim
armadanya ke Advina dipimpin oleh Hazayell dan Edelia untuk membantu kerajaan
Atracalia memerangi pasukan musuh di perbatasan Atrava dengan Arventica, dimana
mereka berhasil menghalau musuh ke daerah Arventica. Mendengar itu, Votronia pun
meminta bantuan kepada Azbaruna III untuk membantu merebut Kota Benteng Voith di
barat laut Benua Selatan dan mereka berhasil merebut kota benteng tersebut. Masa itulah
dimana Hazayell kemudian dikenal sebagai Sang Perkasa dari Azali. Demikianlah, maka
sepak terjang Azbaruna III menyebabkan ia dikenal sebagai Sang Raja Penakluk dari
Azali. Hingga kematiannya karena luka-luka akibat perang pada tahun 359, ia menjadi
Raja Azdalnar yang paling dibenci di Amnunaoth.

Aztalon (359 – 368)†


Pada masa pemerintahannya, Dazcord melancarkan kembali agresinya ke selatan karena
mendengar kabar-kabar keberhasilan Raja Azbaruna III. Malang bagi Aztalon karena
pada masa menggantikan posisi ayahnya itu, Dazcord mengirim para Zeiroth-nya ke
Selatan dan berencana menuntaskan pertempuran di wilayah itu selamanya. Atas nasihat
Edelvien, armada Azdalnar dibagi menjadi dua bagian. Sebagian bergabung dengan
Atracalia mempertahankan Zentrapolis sedangkan sebagian lagi bergabung dengan
kerajaan Goram menyerang Zoraclysta secara tak terduga. Edelvien mengirimkan berita
kepada Votronia untuk melakukan cara yang sama dalam melawan kekuatan Amnunaoth
di Utara. Kaisar Votronia (yang saat itu merupakan kaisar ke-5 yang bernama Paruvell)
mengikuti nasihat Edelvien dengan mengirim kurir ke seluruh kerajaan di utara untuk
bersatu. Kerajaan-kerajaan di utara yang terdiri dari Giralza, Andrhomidean dan Votronia
kemudian bergabung dan memukul mundur pasukan Amnunaoth hingga sampai ke
perairan Edeniz. Dazcord yang terkejut dengan taktik perang ini sempat kewalahan ketika
seluruh kekuatan di bumi bersatu melawannya. Para Zeiroth memang berhasil merebut
dinding terluar Zentrapolis, walaupun tertahan selama dua minggu akibat kehebatan
Hazayell, tetapi Dazcord sendiri kehilangan Zoraclysta dan pasukannya di Gerbang
Aereth hancur lebur. Merasa murka dengan kejadian ini, Dazcord mengirim Zeiroth-nya
langsung ke Zoraclysta untuk merebutnya kembali dari tangan pasukan Azdalnar yang
bergabung dengan Goram. Edelvien dan Edelia dengan sihir mereka berhasil menahan
Zeiroth selama sebelas hari, tetapi rupanya kekuatan-kekuatan dari para tentara maut
tersebut di luar kemampuan mereka sehingga mereka terpukul kalah di Zoraclysta.
Demikianlah, maka Edelvien menarik mundur pasukan di Zoraclysta menuju pantai
Geliad dengan maksud bergabung kembali dengan pasukan yang berada di Zentrapolis.
Akan tetapi Dazcord yang sedang marah cepat-cepat mengirim kembali pasukan Zeiroth-
nya melewati lautan dan sampai ke Zentrapolis sebelum Edelvien. Di Zentrapolis, Zeiroth
menunggangbalikkan kota tersebut dalam semalam saja dan membunuh Aztalon beserta
seluruh keluarga kerajaan. Hazayell terluka parah dalam penyelamatan rakyat Azdalnar
dari amukan Zeiroth, tetapi ia berhasil menyelamatkan jutaan orang dari dalam tembok
kota Zentrapolis. Rakyat Azdalnar-pun tercerai-berai dan terpukul ke segala penjuru
Benua Selatan, sementara Edelvien dan pasukannya terpukul kalah di pantai Geliad pada
hari yang sama. Dan walaupun Putra Raja yang bernama Azarez berhasil diselamatkan
Edelia dan melarikan diri ke Atrava, rakyat Azdalnar mengalami kehancuran pada tahun
itu juga. Kejadian itu menyebabkan Votronia dan sekutunya mulai memandang waspada
kepada kekuatan Zeiroth yang menakutkan itu. Votronia lalu menarik mundur
pasukannya dari pantai-pantai Heraz dan memperkuat benteng-benteng perlindungan di
wilayah masing-masing, demikian pula Andrhomidean dan Giralza. Atracalia sendiri
menarik mundur pasukannya tetapi membuka pintu untuk sisa-sisa rakyat Azdalnar dan
keluarga-keluarga Raja Azdalnar yang melarikan diri ke wilayah mereka. Dan pada tahun
itu juga (368), kerajaan Azdalnar secara resmi runtuh sebelum akhirnya berdiri lagi pada
tahun 695 setelah pertempuran Gradanovahd. Sekitar tahun itu juga, Hazayell
menghilang lagi dan tidak terdengar kabarnya hingga kini.

Para Pangeran Azdalnar


Berikut ini daftar pangeran-pangeran dari rumah Aztalon, Raja terakhir di Azdalnar dan
sejarah berdirinya kembali Kerajaan Azdalnar sebelum pertempuran Gradanovahd pecah.

Anda mungkin juga menyukai