Anda di halaman 1dari 3

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 dan belum berakhir hingga kini

membuat proses pembelajaran tatap muka tidak dapat berlangsung. Pembelajaran beralih

melalui platform digital mulai dari pendidikan sekolah, majelis ilmu agama dan berbagai

bentuk kegiatan keilmuan lainnya. Pembelajaran daring sendiri memiliki kelebihan dengan

jangkauannya yang lebih luas. Proses belajar melalui kegiatan seperti diskusi dan seminar

keilmuan yang sebelumnya hanya dilaksanakan di satu tempat, kini bisa diikuti dari berbagai

tempat. Pembelajaran daring juga dapat diakses kembali setelah acara selesai bagi mereka

yang belum sempat mengikuti.

Pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 sendiri tidak lepas dari berbagai

tantangan. Pertama,  kenyataannya tidak semua anak memiliki gawai maupun laptop dan

didukung akses internet yang memadai untuk mengikuti pembelajaran daring. Indonesia

sendiri masih terjerat dalam masalah kesenjangan digital. Hal tersebut dibuktikan dengan

Laporan Network Readiness Index (NRI) tahun 2019 yang menunjukan bahwa Indonesia

masih memiliki kelemahan dalam partisipasi digital, ketersediaan internet dan kebijakan

Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Badan Pusat Statistik Tahun 2018 juga

menemukan bahwa hanya 20,05% rumah tangga di perkotaan yang memiliki komputer.

Kedua, kegiatan pembelajaran sekolah secara daring dihadapkan pula pada kerentanan

masalah kesehatan mental yang diderita anak. Komunikasi anak dengan teman-temannya

yang dilakukan secara daring tidak mampu menghilangkan rasa kesepian mereka. Akses

internet yang terbatas juga membuat anak-anak kehilangan kesempatan untuk bermain

dengan teman. Orang tua yang bekerja dari rumah juga rentan berkonflik dengan anak,

sehingga dapat menganggu proses belajarnya. Anak tidak hanya kehilangan belajar materi

dari sekolah, tetapi rentan kehilangan kesempatan mempelajari kemampuan sosial dari

lingkungan sekitarnya.
Anak bahkan rentan menjadi korban kekerasan di dalam rumah tangga selama pandemi

Covid-19. Hal tersebut terbukti dari Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia tahun 2020

terhadap 25.164 responden anak dan 14.169 orang tua menunjukan bahwa selama pandemi

ibu menjadi pelaku kekerasan anak paling banyak selama pandemi. Padahal, kajian yang

dilakukan oleh Ikatan Psikilogi Klinis Indonesia bersama Kemendikbud di 12 provinsi tahun

2020 terhadap siswa SD-SMA/K menunjukan bahwa peran penting orang tua menunjang

keberhasilan proses belajar daring anak selama masa pandemi Covid-19.

Kalangan masyarakat mulai berharap pembelajaran secara tatap muka segera diselenggarakan

baik di sekolah maupun kegiatan keilmuan lainnya. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset

dan Teknologi, Nadiem Makariem pada kegiatan Peluncuran Seri Webinar Guru Belajar

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas pada 28 Mei 2021 menyampaikan bahwa para siswa dan

mahasiswa sudah merindukan proses pembelajaran di lingkungan masing-masing. Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 13 Juli 2021 juga menjelaskan dukungan para

orang tua dalam percepatan vaksinasi bagi para pelajar, agar kegiatan pembelajaran tatap

muka segera dapat berlangsung. Kalangan ulama juga berharap pembelajaran di pesantren

dan pengajian tatap muka dapat segera dilaksanakan, kala pemerintah sedang berusaha

meningkatkan vaksinasi kepada masyarakat.

Harapan dari kalangan masyarakat menunjukan adanya kerinduan terhadap proses

pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka. Apalagi proses pembelajaran secara daring

jelas tidak memungkinkan untuk berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, demi mendapatkan

hikmah dari kehidupan masa lalu. Pengendalian pandemi menjadi penting untuk memastikan

mobilitas orang yang ingin belajar dengan mengunjungi berbagai tempat dapat dilakukan

secara aman dan kita dapat mengambil hikmah dari perjalanan itu. Firman Allah dalam Surah

Ar-Rum ayat 42 yang memiliki arti,"Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan

perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka


itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". Pesan dari firman Allah Swt

menunjukan dorongan bagi umat-Nya untuk menjelajahi berbagai tempat peradaban manusia

terdahulu untuk mengambil hikmah dari kehidupan mereka. Penanganan pandemi Covid-19

menjadi penting untuk menunjang proses pembelajaran yang diperintahkan oleh Allah SWT

tersebut.

Proses pembelajaran secara tatap muka baik di sekolah maupun kegiatan lainnya pasca

pandemi menjadi penting untuk melatih kemampuan sosial anak yang belum terfasilitasi

selama pandemi. Pembelajaran tatap muka dapat menjadi sarana silaturahmi bagi siswa

maupun orang yang sudah lama tidak bertemu dalam forum keilmuan. Pembelajaran tatap

muka pasca pandemi juga menjadi momentum bagi siswa-siswa baru yang belum pernah

saling bertemu untuk membangun sosialiasi, sehingga terbentuk interaksi sosial yang intim di

antara mereka. Kemampuan sosial menjadi penting lagi kembali diasah disebabkan anak

maupun orang-orang yang sudah lama tidak berjumpa secara langsung akan merasa canggung

satu sama lain.

Pembelajaran tatap muka setelah pandemi dapat dikendalikan tetap harus mengikuti protokol

kesehatan untuk memastikan virus Covid-19 tidak kembali menyebar luas. Hal tersebut

menuntut adanya penyesuaian dengan kondisi transisi dari pandemi ke endemi, sehingga

protokol kesehatan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Keuntungan dari

penerapan protokol kesehatan dalam berbagai kegiatan keilmuan mendorong masyarakat

untuk memiliki perilaku hidup sehat dan bersih dengan terbiasa mencuci tangan,

menggunakan masker, dan membawa sapu tangan. Dengan demikian, proses pembelajaran

juga berkontribusi terhadap pencegahan penularan penyakit lainnya.

Anda mungkin juga menyukai