Bab Iv
Bab Iv
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah sebuah produk berupa media interaktif yang digunakan
dalam PBL dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Media interaktif yang dihasilkan berupa media interaktif Google Slides dengan
materi Pola Bilangan untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII.
Pengembangan media interaktif berbasis Google Slides dalam PBL ini dilakukan
agar pembelajaran lebih efektif dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa sesuai dengan pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
terhadap Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) serta penjabaran
Kompetensi Dasar (KD) menjadi indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang
memungkinkan disajikan dalam media interaktif berbasis Google Slides.
Tahap ini diawali dengan mengumpulkan berbagai informasi dari lapangan yang
dapat digunakan untuk perencanaan pengembangan produk dengan harapan dapat
mengatasi masalah yang ada yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan guru
matematika terkait ketidak-aktifan siswa dalam belajar. Pembelajaran masih
berpusat kepada guru, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru
serta rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Kemudian analisis kurikulum
dilakukan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang mendukung pembelajaran
yang melatih kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu materi Pola Bilangan.
Adapun analisis KD menjadi IPK dalam materi Pola Bilangan disajikan pada
Tabel 4.1.
KD IPK
3.1 Membuat generalisasi 3.1.1 Menentukan suku pada suatu barisan bilangan
dari pola pada barisan 3.1.2 Menentukan letak atau banyaknya angka pada
bilangan dan barisan suatu pola bilangan
konfigurasi objek 3.1.3 Membuat persamaan dari suatu barisan
konfigurasi objek
3.1.4 Menentukan suku ke-n dari pola pada barisan
konfigurasi objek
4.1 Menyelesaikan masalah 4.1.1 Menyelesaikan masalah kontekstual yang
yang berkaitan dengan berkaitan dengan pola pada barisan bilangan
pola pada barisan 4.1.2 Menyelesaikan masalah kontekstual yang
bilangan dan barisan berkaitan dengan pola pada barisan konfigurasi
konfigurasi objek objek
Penilaian produk untuk ahli media meliputi aspek kelayakan grafis dan bahasa.
Penilaian terhadap aspek kelayakan grafis sejumlah dua puluh indikator
ketercapaian dan aspek kelayakan bahasa sejumlah sembilan indikator
ketercapaian, sehingga jumlah pernyataan sebanyak 29 butir. Adapun kisi-kisi
angket penilaian media untuk ahli media dapat dilihat pada Tabel 4.3.
42
Tampilan Halaman
Pembuka
c. Penyusunan Materi
Pada tahap ini disususun materi pembelajaran matematika yang akan ditampilkan
dalam media interaktif sesuai dengan hasil analisis KD. Berdasarkan analisis KD
maka materi yang ditampilkan pada media yaitu materi Pola Bilangan tentang
pola pada barisan bilangan, pola pada barisan konfigurasi objek, dan
menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan pola pada barisan
bilangan dan konfigurasi objek.
44
Setelah memproduksi media interaktif, selanjutnya pada tahap ini dilakukan uji
coba kelayakan kepada ahli materi dan ahli media. Kemudian media interaktif
yang sudah dikembangkan dan mendapat perbaikan atau revisi dan dinyatakan
layak oleh ahli media dan ahli materi selanjutnya diujicobakan kepada siswa kelas
VIII SMP Negeri 45 Bandar Lampung. Tahap pelaksanaan validasi oleh ahli
materi dan ahli media dijelaskan sebagai berikut.
45
diperoleh 93%. Detail penilaian terdapat dalam lampiran B.1.10 halaman 120
sampai dengan halaman 125.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan pretest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pembelajaran pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan 3 kali pertemuan sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan diakhiri pemberian posttest untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Tes kemampuan berpikir kritis siswa
yang akan digunakan berbentuk uraian dengan jumlah 5 soal. Sebelum digunakan
pada uji lapangan produk utama, instrumen tes harus memenuhi kriteria tes yang
baik, yaitu terlebih dahulu dengan melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya beda soal.
a. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dihadiri oleh 26 siswa, dimana satu orang siswa tidak masuk
karena sakit. Sebelum memasuki pertemuan pertama ini, guru telah menjelaskan
kepada siswa terkait pembelajaran yang akan diterapkan, yaitu pembelajaran
menggunakan media interaktif berbasis Google Slides dan seluruh siswa diminta
untuk membawa handphone. Sebelumnya guru telah membagi siswa ke dalam
tujuh kelompok secara heterogen dengan enam kelompok terdiri dari empat orang
siswa dan satu kelompok terdiri dari tiga orang siswa.
Pada pertemuan pertama ini, guru memberikan salam dan mengecek kesiapan
siswa mengikuti pembelajaran. Guru mengawali dengan memberi salam,
mengecek kehadiran dan kesiapan siswa serta memastikan siswa duduk sesuai
dengan kelompok yang telah ditentukan. Selanjutnya siswa diminta untuk
membuka media interaktif pada handphone masing-masing dan memastikan
bahwa media interaktif tersebut dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, garis besar cakupan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan, memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa untuk
mengawali pembelajaran. Guru mendemonstrasikan kepada siswa cara
menggunakan media interaktif berbasis Google Slide yang ditampilkan melalui
LCD. Siswa membuka media interaktif melalui link yang dibagikan oleh guru dan
diarahkan untuk menekan tombol petunjuk pada bagian menu utama. Setelah
siswa selesai membaca dan memahami petunjuk penggunaan media interaktif,
selanjutnya siswa diminta kembali ke menu utama dan memilih pertemuan satu.
48
a. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dihadiri oleh seluruh siswa, yaitu sebanyak 27 orang siswa.
Pertemuan kedua dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
dirancang. Pada pertemuan kedua ini, seperti biasa guru mengawali dengan
mengecek kesiapan siswa dan memastikan siswa duduk sesuai dengan
kelompoknya. Guru menyampaikan materi, tujuan, dan manfaat dalam
mempelajari materi pola barisan konfigurasi objek serta memberikan motivasi
kepada siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk membuka media interaktif pada
link yang telah diberikan dan memilih pertemuan kedua.
Kegiatan pada pertemuan kedua ini, siswa sudah mulai lebih aktif dan terbiasa
menggunakan media interaktif berbasis Google Slides. Alur kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam PBL, yaitu diawal siswa diberikan
permasalahan melalui tayangan video pada media interaktif berbasis Google
Slides. Selanjutnya siswa memahami konsep dan contoh persoalan yang diberikan
dengan saling berdiskusi. Sama seperti pada pertemuan pertama, setelah siswa
memahami konsep pola konfigurasi objek, bersama teman kelompoknya siswa
50
c. Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga merupakan pertemuan terakhir dalam mempelajari materi Pola
Bilangan menggunakan media interaktif berbasis Google Slides. Sama seperti
pertemuan kedua, pada pertemuan ketiga ini, seluruh siswa hadir yaitu sebanyak
27 orang. Langkah-langkah dalam pembelajaran ini juga sama seperti pada
pertemuan pertama dan kedua. Sebelum memasuki kegiatan pembelajaran,
terlebih dahulu guru mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan
memastikan duduk sesuai dengan kelompoknya. Pada kegiatan pendahuluan guru
tetap menyampaian apersepsi, materi dan bentuk kegiatan yang akan dipelajari.
Guru tetap mengingatkan siswa bahwa kegiatan belajar menggunakan media
interaktif sesuai dengan langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan pertama
dan kedua. Sehingga pada pertemuan ketiga ini, seluruh siswa sudah tidak ada
yang mengalami kesulitan dalam belajarnya, baik itu mengakses materi dari link
yang diberikan maupun dalam menjawab soal pada Google Slides.
51
Materi pada pertemuan ketiga ini merupakan materi terakhir. Kegiatan siswa yaitu
mengamati contoh masalah kontekstual melalui media interaktif dan diskusi
kelompok, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan pola pada barisan bilangan dan konfigurasi objek dengan baik
dan benar. Langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam PBL. Di
awal siswa diberikan permasalahan kontekstual melalui tayangan video yang ada
pada Google Slides. Selanjutnya melalui organisasi belajar, melakukan
penyelidikan dan penyajian hasil serta evaluasi, siswa dapat belajar dengan baik.
Hal ini dapat terlihat dari antusias siswa dalam belajar dan kemudahan dalam
menggunakan media interaktif berbasis Google Slides. Setelah tahap inti dalam
kegiatan pembelajaran yang diakhiri dengan proses menyimpulkan jawaban-
jawaban permasalahan yang diberikan di awal, selanjutnya yaitu melakukan
refleksi dan umpan balik serta evaluasi selama kegiatan belajar dari pertemuan
pertama hingga pertemuan ketiga. Kemudian guru mengingatkan kepada siswa,
bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan posttest untuk menguji pemahaman
siswa terhadap materi Pola Bilangan.
Sebelum siswa melakukan posttest, guru memberikan angket kepada siswa, terkait
respon siswa dalam menggunakan media interaktif berbasis Google Slides. Selain
siswa, guru juga diberikan angket tanggapan/ respon guru terhadap media
interaktif berbasis Google Slides yang telah dikembangkan. Berikut hasil respon
guru dan siswa terhadap media interaktif berbasis Google Slides.
pengembangan media dan kemampuan berpikir siswa. Data hasil respon guru
dapat dilihat pada Lampiran C.2 Halaman 151.
Pelaksanaan uji posttest kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Agustus 2022 yang diikuti oleh 27 orang siswa.
Begitu juga pada kelas kontrol, pelaksanaan uji posttest juga dilakukan pada hari
yang sama, namun dilakukan di waktu yang berbeda sesuai dengan jadwal mata
pelajaran matematika. Siswa yang mengikuti posttest pada kelas kontrol sebanyak
27 orang siswa. Data dari hasil pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui
rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Selanjutnya, dilakukan analisis data dengan uji statistik terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang menggunakan uji Independent Sample T-Test (uji t) dengan
menggunakan program SPPS versi 21.
Sebelum melakukan uji-t, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan
homogenitas untuk hasil pretest dan posttest. Berikut hasil uji normalitas untuk
kemampuan awal (pretest) dan akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan SPSS 21 dapat dilihat pada tabel 4.7.
53
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal (Pretest) dan Akhir
(Posttest)
Kolmogorov-Smirnova
Nilai Kelas
Statistic df Sig.
Eksperimen 0,151 27 0,117
Pretest
Kontrol 0,160 27 0,074
Eksperimen 0,160 27 0,076
Posttest
Kontrol 0,130 27 0,200
Berdasarkan Tabel 4.6, untuk pretest diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki
nilai sig. = 0,117 > 0,05 dan kelas kontrol memiliki nilai sig. = 0,074 > 0,05.
Begitu juga untuk posttest pada kelas eksperimen diperoleh nilai sig. = 0,076 >
0,05 dan kelas kontrol diperoleh nilai sig. = 0,200¿ 0,05. Ini berarti bahwa kedua
kelas berasal dari populasi berdistribusi normal (Lampiran C.10 Halaman 161).
Uji selanjutnya yang dilakukan pada kemampuan awal dan akhir yaitu uji
homogenitas. Berikut hasil uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan SPSS 21 dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal (Pretest) dan Akhir
(Posttest)
Levene
Nilai df1 df2 Sig.
Statistic
Pretest 0,032 1 52 0,859
Posttest 2,945 1 52 0,092
Hasil uji homogenitas untuk hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh nilai sig. = 0,859 > 0,05 dan hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh nilai sig. = 0,092 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok atau kelas memiliki varians yang sama atau homogen
(Lampiran C.11 Halaman 162).
Setelah dilakukan uji prasyarat, analisis selanjutnya dilakukan uji statistik untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
di awal (pretest) dan akhir (posttest). Dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh
hasil perhitungan uji Independent Sample T-Test untuk skor awal kemampuan
berpikir kritis siswa seperti pada Tabel 4.8 berikut.
54
Tabel 4.8 Hasil Uji-t Skor Awal Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai sig. (2-tailed) = 0,848 > 0,05, maka
hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan skor pretest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol (Lampiran C.12 Halaman 163). Selanjutnya yaitu hasil perhitungan
uji Independent Sample T-Test untuk skor akhir kemampuan berpikir kritis siswa
seperti pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Hasil Uji-t Skor Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai sig. (2-tailed) = 0,000 < 0,05, maka
hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan
skor posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
(Lampiran C.13 Halaman 164).
topik dengan media interaktif, kelayakan hasil penelitian awal untuk memastikan
kecocokan produk media interaktif sebagai solusi mengatasi masalah
pembelajaran, serta ketepatan antara KD dengan IPK untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Pada tahap design dilakukan evaluasi terhadap
dokumen multimedia yaitu outline konten, flowchart, storyboad dan tampilan
interface. Pada tahap develop dilakukan evaluasi terhadap elemen-elemen media
interaktif yaitu gambar, animasi, audio dan video. Pada tahap implementation
dilakukan evaluasi dengan membandingkan hasil yang didapatkan pada tahap uji
coba. Selain memperbandingkan hasil yang diperoleh dari ahli materi, ahli media
dan praktisi pembelajaran, juga dilakukan analisis data yang diperoleh dari siswa
untuk mengetahui pendapat/ respon mengenai produk yang telah dibuat. Umpan
balik yang diperoleh rubrik penilaian dijadikan acuan untuk merevisi luaran dari
setiap tahap.
B. Pembahasan
gambar, materi, suara dan lain-lain. Untuk menghadirkan video dalam media
interaktif, pengembang memilih sparkol dan canva sebagai sarana pendukung
yang baik.
Media interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Google Slides yang
merupakan program presentasi untuk menghadirkan gambar, video, dan materi
dengan baik melalui media digital. Guru hanya menghadirkan bahan ajar melalui
media interaktif berbasis Google Slides dengan cukup membagikan link kepada
siswa. Program presentasi yang dihadirkan oleh Google Slides ini dipilih karena
masih sedikit guru yang mengembangkannya sebagai media pembelajaran yang
menarik. Padahal media Google Slides mudah digunakan oleh guru dan siswa juga
dapat dengan mudah menjalankannya. Google Slides hampir sama dengan power
point, hanya saja diperlukan jaringan internet atau kuota dalam menjalankan
programnya. Kelebihannya yaitu guru dan siswa dapat menggunakannya
kapanpun dan dimanapun berada tanpa harus membawa peralatan berat. Dengan
menggunakan handphone atau membuka pada komputer/ leptop lain, semua dapat
mengakses materi yang dihadirkan oleh Google Slides dari tempat lain. Selain itu,
guru tidak perlu menyimpan file materi pada flesdisk ataupun hardisk lainnya,
karena Google Slides merupakan fitur dari google yang secara otomatis
menyimpan file atau data yang telah dibuat atau diedit.
Pelaksanaan validasi oleh ahli materi dilakukan untuk menguji kevalidan materi/
isi, bahasa, dan bentuk penyajian yang digunakan dalam PBL. Ahli materi yang
melakukan validasi adalah Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. yang merupakan
dosen di Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
58
Pengetahuan Alam. Selain Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., ahli materi lainnya
yaitu Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd. Beliau adalah ahli materi
matematika yang bertugas menjadi dosen di Universitas Raden Intan Lampung
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Produk yang dinilai
oleh validator adalah Silabus, RPP, Media Interaktif berbasis Google Slides, dan
instrumen tes kemampuan berpikir kritis. Begitu juga untuk ahli media yang
melakukan validasi adalah Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. dan Bapak Dr.
Bambang Sri Anggoro, M.Pd.
Berdasarkan penilaian kedua validator terkait silabus, RPP, media interaktif, dan
instrument tes, secara keseluruhan dinyatakan valid dan layak digunakan di
lapangan dengan revisi sedikit. Adapun revisi terkait dengan saran dosen yaitu
pada silabus perlu perbaikan kalimat atau penggunaan bahasa yang tepat. Terkait
RPP yang menjadi saran perbaikan adalah penggunaan bahasa yang sesuai EYD
dan kegiatan pada langkah-langkah PBL. Selanjutnya untuk media interaktif yaitu
terkait tampilan warna dan kesesuaian format. Kemudian untuk instrumen tes
yang menjadi saran perbaikan yaitu terkait penggunaan bahasa atau EYD, soal
nomor dua diubah sesuai dengan kognitif siswa, serta soal nomor 3a dan 3b
menjadi soal nomor 3 dan 4.
Selanjutnya adalah validasi media. Media interaktif yang dinilai adalah media
interaktif berbasis Google Slides. Saran perbaikan terkait media interaktif berbasis
Google Slides adalah tampilan warna, bahasa atau penggunaan kalimat yang
efektif. Secara keseluruhan kedua validator menilai media interaktif berbasis
Google Slides dinyatakan valid dan layak digunakan di lapangan. Penilaian oleh
validator diperoleh skor 96% dan 94% dengan seluruh indikator mendapat nilai
minimal tiga dengan katagori baik dan sangat baik.
posttest untuk mengukur hasil akhir setelah siswa mempelajari materi Pola
Bilangan. Materi pada pertemuan pertama membahas tentang pola pada barisan
bilangan, pertemuan kedua membahas tentang pola pada barisan konfigurasi
objek, dan pertemuan ketiga membahas materi tentang menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan pola pada barisan bilangan dan konfigurasi
objek.
Setelah dilakukan uji-t terhadap hasil pretest untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol didapatkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan awal siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini berarti rata-rata kemampuan
berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum mengikuti
pembelajaran pada materi Pola Bilangan adalah sama. Karena skor kemampuan
berpikir kritis siswa di awal adalah sama, maka tidak diperlukan uji N-Gain. Hal
yang dilakukan selanjutnya yaitu melakukan uji-t terhadap hasil posttest untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan
uji-t, didapatkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis
60
proses pembelajarannya akan memberikan nilai yang baik pada hasil belajarnya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyuni dkk (: 164) yang menyatakan
bahwa dalam pembelajaran matematika yang menerapkan model PBL dapat
meningkatkan keaktifan siswa, sehingga memberikan peningkatan yang baik pada
hasil belajar siswa. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, siswa belajar secara
kelompok dan mengeksplorasi ide serta gagasan yang mereka miliki. Siswa
diarahkan dalam mengambil kesimpulan terhadap solusi dari permasalahan yang
diberikan di awal. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan media
interaktif berbasis Google Slides dalam PBL dapat melatih keterampilan berpikir
kritis siswa dengan baik.