Anda di halaman 1dari 123

PEMERINTAH KOTA DEPOK

DINAS PENDIDIKAN

UPTD SD NEGERI KALIMULYA 5


Alamat : Jl. TMP Kebon Duren Kel.Kalimulya Kec.Cilodong Kota Depok
NPSN : 20228759 E-mail : sdn.kalimulya5new@gmail.com
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan 1
Berita acara 2
Surat Keputusan 5
Lampiran Surat Keputusan 7
Kata Pengantar 8

BAB I PENDAHULUAN 11
A. Latar Belakang 11

B. Karakteristik 16

C. Tujuan KTSP 29

D. Landasan (Filosofis, Yuridis, Sosiologis, Psikopedagogis,Teoritis) 29

E. Acuan Konseptual 41

F. Prinsip Pengembangan KTSP 43

G. Prosedur Operasional KTSP 45

BAB II TUJUAN PENDIDIKAN 47

A. Tujuan Pendidikan Nasional 47

B. Tujuan Pendidikan Dasar 47

C. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah 48

D. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti 50

E. Tujuan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti 52

F. Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh 57

G. Gerakan Literasi Sekolah 58

BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM 60


A. Struktur Kurikulum 60
B. Muatan Pelajaran 70
C. Penguatan Profil Pelajar Pancasila 83
D. Pengaturan Beban Belajar 85

i
E. Ketuntasan Belajar Minimal 86
F. Penilaian Kenaikan Kelas dan Kelulusan 89
G. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) 96
H. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global 103

BAB IV KALENDER PENDIDIKAN 106


A. Permulaan Tahun Ajaran 107
B. Pengaturan Waktu Belajar Efektif 110
C. Pengaturan Waktu Hari Libur 114

BAB V PENUTUP 115


A. Simpulan 115
B. Rekomendasi 115

ii
DINAS PENDIDIKAN KOTA DEPOK
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)
SEKOLAH DASAR NEGERI KALIMULYA 5
Jl. TMP Kebon Duren Kalimulya Kec. Cilodong Depok 16471
NPSN. 20228769 Email : sdn.kalimulya5new@gmail.com

LEMBAR PENGESAHAN
KEPALA UPTD SDN KALIMULYA 5 CILODONG
MENETAPKAN DAN MEMBERLAKUKAN
KURIKULUM OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

DITETAPKAN DI : KOTA DEPOK


PADA TANGGAL :15 JULI 2022

Mengetahui Menetapkan
Ketua Komite Kepala UPTD SDN Kalimulya 5

EPI FITRIANI NISAR, S.Pd


NIP. 196607081986101008

Mengesahkan
a.n. Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok

Wawang Buang, S.Pd


NIP. 197508262005011004

1
BERITA ACARA
PENYUSUNAN KURIKULUM KOMPILASI KTSP DAN KOSP
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
UPTD SD NEGERI KALIMULYA 5

            Pada hari ini, Hari Rabu Tanggal Tiga belas Juli Tahun Dua Ribu Dua Puluh Dua.
Telah dilaksanakan Workshop Penyusunan Kurikulum Kompilasi KTSP dan KOSP UPTD
SDN Kalimulya 5 untuk Tahun Pelajaran 2022/2023 yang diikuti oleh :

SUSUNAN TIM PENYUSUN KURIKULUM KOMPILASI KTSP DAN KOSP

No. Nama dan NIP Jabatan Keterangan


Kabul Sucipto, S.Pd. Pengawas
1. Pengawas
NIP. 196108151982041005 Pembina
Nisar , S.Pd. Penanggung
2. Kepala Sekolah
Nip. 196607081986101008 Jawab
Ratna Dewi, S.Pd.I. Ketua
3. Ketua
NUPTK. 6333769670130113 Penyusunan
Sami, S.Pd.
4. Guru Anggota
NIP. 196508042007012008
Siti Aisah, S.Pd.
5. Guru Anggota
NIP. 198304042009022003
Muchlis Solehudin, S.Pd.
6. Guru Anggota
NIP. 199504112019031002
Raudhah, S.Pd.I.
7. Guru Anggota
NIP. 197808252007012010
Hj.Nurhasanah, S.Pd.I.
8. Guru Anggota
NUPTK. 1156756657300063
Marullah, S.Pd.
9 Guru Anggota
NUPTK. 3743747652200002
Eka Apriyani, S.Pd.
10 Guru Anggota
NUPTK. 6758765666130182
Supriyani Sutini, S.Pd.
11 Guru Anggota
NUPTK. 5752775676230022

2
12 Mila Mustikasari Guru Anggota
Tariq Aziz, S.Pd.
13 Guru Anggota
NUPTK. 2834761662130242
Iyus Kurniawan, S.Pd.
14 Operator Anggota
NUPTK. 5546764666110043
15 Ali Santoso Penjaga Anggota

16 Epi Pitriani Komite Anggota

Demikianlah Berita Acara ini dibuat dengan penuh tanggung jawab.

Ketua Komite Depok, 13 Juli 2022


Kepala Sekolah

EPI PITRIANI NISAR, S.Pd.


NIP. 196607081986101008

3
DAFTAR HADIR PENYUSUNAN KURIKULUM KOMPILASI KTSP DAN KOSP
SD NEGERI KALIMULYA 5 TAHUN PELAJARAN 2022/2023

No. Nama dan NIP Jabatan Keterangan


Kabul Sucipto, S.Pd. Pengawas
1. Pengawas
NIP. 196108151982041005 Pembina
Nisar , S.Pd. Penanggung
2. Kepala Sekolah
Nip. 196607081986101008 Jawab
Ratna Dewi, S.Pd.I.
3. Ketua Penyusunan Ketua
NUPTK. 6333769670130113
Sami, S.Pd.
4. Guru Anggota
NIP. 196508042007012008
Siti Aisah, S.Pd.
5. Guru Anggota
NIP. 198304042009022003
Muchlis Solehudin, S.Pd.
6. Guru Anggota
NIP. 199504112019031002
Raudhah, S.Pd.I.
7. Guru Anggota
NIP. 197808252007012010
Hj.Nurhasanah, S.Pd.I.
8. Guru Anggota
NUPTK. 1156756657300063
Marullah, S.Pd.
9 Guru Anggota
NUPTK. 3743747652200002
Eka Apriyani, S.Pd.
10 Guru Anggota
NUPTK. 6758765666130182
Supriyani Sutini, S.Pd.
11 Guru Anggota
NUPTK. 5752775676230022
12 Mila Mustikasari Guru Anggota
Tariq Aziz, S.Pd.
13 Guru Anggota
NUPTK. 2834761662130242
Iyus Kurniawan, S.Pd.
14 Operator Anggota
NUPTK. 5546764666110043
15 Ali Santoso Penjaga Anggota
16 Epi Pitriani Komite Anggota

Depok, 13 Juli 2022


Kepala Sekolah

4
NISAR, S.Pd.
NIP. 196607081986101008
PEMERINTAH KOTA DEPOK
DINAS PENDIDIKAN
UPTD SD NEGERI KALIMULYA 5
Alamat : Jln.TMP Kebon Duren Rt 02/01 Kel.Kalimulya Kec.Cilodong Kota Depok
NPSN : 20228769 Email :sdn.kalimulya5new@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA SD NEGERI KALIMULYA 5
Nomor : 800/ -UPTD.SDNKM5/VII/2022

Tentang
PEMBENTUKAN TIM KURIKULUM KOMPILASI KTSP DAN KOSP

Menimbang : 

1. Bahwa dalam rangka pemenuhan SNP di satuan pendidikan, maka dipandang perlu
sekolah melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu  Internal  secara sistemik dan
berkelanjutan, penerapan dan pengembangan siklus penjaminan mutu secara mandiri
sehingga menghasilkan ekosistem pendidikan pada satuan pendidikan.
2. Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dimaksud, maka dipandang perlu
membentuk  Tim Penjaminan Mutu Sekolah yang ditetapkan dengan surat keputusan.

Mengingat :

1. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional PendidikanPeraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan;
3. Peraturan Mendiknas RI Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
4. Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar
dan Menengah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 tahun 2018 tentang Pemenuhan
beban kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah.

5
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD
Kurikulum 2013 Pendidikan Dasar dan Menengah.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Mengangkat mereka yang namanya tercantum pada lampiran surat

keputusan ini sebagai Tim Penjaminan Mutu Sekolah UPTD SDN Kalimulya 5.

Kedua : Menugaskan kepada Tim untuk memetakan, menganalisis, merencanakan,

melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan Sistem Penjaminan

Mutu Internal di sekolah.

Ketiga :  Semua biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari penetapan ini dibebankan

pada anggaran yang tersedia dalam anggaran BOS APBN.

Keempat : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan

apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan

ini,maka akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di  : Cilodong


                                                                                                 Pada Tanggal : 13 Juli 2022
                                                 Kepala Sekolah,

                                                                                                  NISAR, S.Pd.
                                                                                                  NIP. 19660708 198610 1 008

6
Lampiran : Surat Keputusan Kepala SDN Kalimulya 5
Nomor : 800/ -UPTD.SDNKM5/VII/2022
Tanggal : 13 Juli 2022
DAFTAR NAMA
TIM KURIKULUM KOMPILASI KTSP DAN KOSP
SD NEGERI KALIMULYA 5

No. Nama / NIP Pangkat/ Jabatan Keterangan


Golongan Organik
1 Nisar , S.Pd. Pembina, Kepala sekolah Penanggung jawab
196607081986101008 IV/a
2. Ratna Dewi, S.Pd.I. guru Ketua Tim Penjaminan
Mutu Sekolah (TPMS)
A. Tim Pengembang
1 Sami, S.Pd.  Penata Guru
196508042007012008 Muda, III/a
2 Siti Aisah, S.Pd. Penata Muda Guru
198304042009022003 Tk.I, III/b
3 Muchlis Solehudin, S.Pd. Penata Muda, Guru
199504112019031002 III/a
 4  Raudhah, S.Pd.I. Penata, III/c Guru
197808252007012010
5 Hj.Nurhasanah, S.Pd.I. Guru
6 Marullah, S.Pd. Guru
7 Ratna Dewi, S.Pd.I. Guru
8 Eka Apriyani, S.Pd. Guru
9 Supriyani Sutini, S.Pd. Guru
10 Yohana Rizki, S.Pd.
11 Mila Mustikasari Guru
12 Tariq Aziz, S.Pd. Guru
13 Iyus Kurniawan, S.Pd. Operator
14 Ali Santoso Penjaga
15 Epi Pitriani Komite Sekolah

 16  Noer Hayati Orang Tua Siswa


 17  Zaimun Ulfa Orang Tua Siswa
B Tim Audit/Evaluasi
1 Kabul Sucipto, S.Pd. Pembina, Pengawas
Pembina
19690926 200012 1 001 IV/a
Ditetapkan di  : Cilodong
                                                                                                 Pada Tanggal : 13 Juli 2022
                                                 Kepala Sekolah,,

7
                                                                                                  NISAR, S.Pd.
                                                                                                  NIP. 19660708 198610 1 008

8
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Kami telah menyelesaikan penyusunan kurikulum
SD NEGERI KALIMULYA 5 Tahun pelajaran 2022-2023. Kurikulum ini dimaksudkan
sebagai acuan khususnya bagi para tenaga pendidik dan tenaga pendidikan dilingkungan SD
NEGERI KALIMULYA 5 Kecamatan Cilodong Kota Depok dalam rangka mengembangkan
sekolah kearah yang lebih baik. Sebagaimana dalam ketentuan undang- undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
pengajaran yang bervariasi untuk menghasilkan peserta didik yang sejalan dengan visi misi
yang telah disepakati.
Kami menyadari bahwa penyusunan kurikulum ini masih banyak kekurangan, baik isi
maupun redaksi, semuanya semata-mata karena keterbatasan pemikiran dan wawasan kami.
Oleh karena itu kami mengharapkan tanggapan berupa saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan selanjutnya.
Akhir kata penyusun menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu hingga terwujudnya kurikulum ini. Semoga Allah membalas amal bakti kita semua.

Depok, Juli 2022


Tim pengembang kurikulum

9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 yang berorientasi pada Penguatan Pendidikan Karakter adalah
kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Kurikulum 2013
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan
berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi
serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 mata
pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap
satuan atau jenjang pendidikan.
Di dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bagian Umum dijelaskan bahwa pembaruan pendidikan
memerlukan strategi tertentu, dan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional ini
adalah ... “2. pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.”
Pasal 35 Undang-undang Nomor Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa
... “(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 35 dinyatakan bahwa
“kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.”

Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengem-bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pada dasarnya pendidikan di Indonesia merupakan pendidikan berkarakter yang
unik sesuai dengan budaya Indonesia, tetapi sangat sejalan dengan tuntutan kecakapan
Abad 21 dengan segala tantangannya. Abad 21 merupakan abad yang berlandaskan ilmu

10
pengetahuan dan teknologi, sehingga menuntut sumber daya manusia sebuah negara untuk
menguasai berbagai bentuk keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan
pemecahan masalah dari berbagai permasalahan yang semakin meningkat. Dengan kata
lain, berbagai keterampilan dalam bingkai ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu
dikuasai oleh SDM, menjadi kata kunci bagi sebuah bangsa untuk turut serta dalam
percaturan dunia.
Dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran tersebut
diperlukan suatu kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman bagi para pendidik dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan
dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah
satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

11
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
Pendidikan Nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang
dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pemikiran itu maka
dikembangkanlah apa yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, yang berfungsi
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi
yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus terintegrasi,
serta dapat menggambarkan kesesuaian dankekhasan kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Dengan demikian guru diharapkan menjadi lebih mengenal
dengan baik dan lebih merasa memiliki kurikulum tersebut. Penyempurnaan kurikulum
yang berkelanjutan merupakan keharusan agar kurikulum selalu sesuai dengan tuntutan
kebutuhan.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna

12
untuk orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui
proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Untuk menyikapi harapan itu, SD Negeri Kalimulya 5 dengan sungguh-sungguh
menciptakan pengelolaan pendidikan yang diawali dengan pembuatan atau penyusunan
kurikulum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan SD Negeri Kalimulya
5.
Dengan desentralisasi kurikulum terutama pada pengembangan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang didukung oleh manajemen berbasis sekolah,
memungkinkan tiap-tiap sekolah merancang dan mengembangkan pembelajaran yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah
masing-masing. Atas dasar pemikiran itu dikembangkanlah apa yang dinamakan
Kurikulum SD Negeri Kalimulya 5, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Provinsi Jawa
Barat. Pengembangan Kurikulum ini mengacu pada standar isi yang dikeluarkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD Negeri Kalimulya 5, Kecamatan
Cilodong Kota Depok, dikembangkan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan
dasar dan menengah. Kurikulum ini disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri atas unsur
sekolah, komite sekolah, tokoh masyarakat, dan stakeholder pendidikan lainnya di bawah
koordinasi dan supervisi Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok serta dengan bimbingan
nara sumber dari Tim Bimbingan Teknis Pengembangan KTSP Pendidikan Dasar, Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Jakarta.
Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education).
Oleh karena itu, sudah seharusnya kurikulum, saat ini, memberikan perhatian yang lebih
besar pada pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa
sebelumnya. Pendapat yang dikemukakan para pemuka masyarakat, ahli pendidikan, para
pemerhati pendidikan dan anggota masyarakat lainnya di berbagai media massa, seminar,
dan sarasehan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada awal tahun 2010
menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat akan pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Apalagi jika dikaji, bahwa kebutuhan itu, secara imperatif, adalah sebagai
kualitas manusia Indonesia yang dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional.

13
Kurikulum merupakan acuan dasar pembentukan dan penjaminan tercapainya
kompetensi lulusan dalam setiap program akademik pada tingkat satuan pendidikan.
Dalam hal kebutuhan yang dianggap perlu maka sekolah dasar dapat menetapkan
penyertaan komponen kurikulum tertentu menjadi bagian dari struktur kurikulum yang
disusun oleh masing-masing Tim Pengembang Kurikulum. Melalui Tim Pengembang
Kurikulum di sekolah dasar harus mampu menciptakan pengembangan kurikulum yang
dapat mendorong pemutakhiran kurikulum sesuai dengan perkembangan Ipteks yang
dinamis. Sistem penjaminan mutu di tingkat sekolah dasar harus pula mengikutsertakan
pemantauan pelaksanaan serta evaluasi hasil-hasil yang dicapai sebagai cerminan dari
adanya peningkatan mutu berkelanjutan dalam penyelenggaraan program-program di
sekolah tersebut.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang
dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.

1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan
tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan
yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan
standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk
mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar
yang telah ditetapkan.
Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah
apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang
luar biasa besarnya. Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan
tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang
dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini
dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

14
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan
tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud
apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses
pembelajaran sebagai berikut:
a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
b. Dari satu arah menuju interaktif.
c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan
pendekatan baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam
KBK 2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang
diturunkan dari kebutuhan

15
B. Karakteristik KTSP
Setiap kurikulum memiliki karakteristik masing-masing, demikian halnya
Kurikulum 2013 yang dirancang oleh pemerintah. Adapun kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut ( Kemendikbud, 2013):
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut
dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi
dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Terkait dengan perubahan kurikulum 2013 edisi 2018 maka perlu disampaikan
kerakteristik kurikulum 2013 revisi sebagai berikut :
1. Pilar Pendidikan
Pilar pendidikan merupakan soko guru pendidikan. UNESCO memberikan empat
pilar pendidikan yang terdiri atas learning to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together in peace. Tetapi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
tidak cukup dengan empat pilar tersebut, maka dalam pendidikan di Indonesia ditambah
dengan dengan pilar pendidikan “belajar untuk memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan
akhlak mulia.
Berikut uraian masing-masing pilar pendidikan di Indonesia :

16
a. Belajar untuk Mencari Tahu (Learning to Know)
Belajar untuk mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan
melalui penggunaan media atau alat yang ada. Media bisa berupa buku, orang,
internet, dan teknologi yang lainya. Implementasinya untuk mencari tahu tersebut di
Indonesia sudah berjalan melalui proses belajar membaca, menghafal, dan
mendengarkan, baik yang terjadi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Belajar untuk Mengerjakan (Learning to Do)
Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar
mengetahui karena perbuatan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Belajar untuk
melakukan atau berkarya merupakan upaya untuk senantiasa melakukan dan
berlatih keterampilan untuk keprofesionalan dalam bekerja. Terkait dengan
pembelajaran didalam kelas, maka belajar untuk mengerjakan ini sangat diperlukan
latihan keterampilan bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuan
tentang konsep atau prinsip mata pelajaran tertentu dalam mata pelajaran lainnya
atau dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian peserta didik memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang dapat mempengaruhi kehidupannya dalam
mennetukan pilihan kerja yang ada di masyarakat.
c. Belajar untuk Menjadi Pribadi (Learning to Be)
Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, belajar untuk menjadi atau
berkembang secara utuh berkaitan dengan tuntutan kehidupan yang semakin
kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri individu. Belajar menjadi
pribadi yang berkembang secara optimal yang memiliki kesesuaian dan
keseimbangan pada kepribadianya baik itu moral, intelektual, emosi, spiritual,
maupun sosial, sehingga dalam pembelajaran, guru memiliki kewajiban untuk
mengembangkan potensi peserta sesuai dengan bakat dan minatnya agar peserta
didik tersebut dapat menentukan pilihannya, terlepas dari siapa dan apa pekerjaanya,
tetapi yang penting adalah dia menjadi sosok yang pribadi memiliki keunggulan.

17
d. Belajar untuk Hidup Berdampingan dalam Kedamaian (Learning to Live
Together in Peace)
Belajar hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang beragam,
baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau pendidikan. Pada
pembelajaran, peserta didik harus memahami bahwa keberagaman tersebut bukan
untuk dibeda-bedakan, akan tetapi dipahamkan bahwa keberagaman tersebut
tergabung dalam suatu lingkungan masyarakat. Oleh karena itu saling membantu
dan menghargai satu dengan yang lainya sangat diperlukan agar tercipta masyarakat
yang tertib dan aman, sehingga setiap individu dapat belajar dan hidup dalam
kebersamaan dan kedamaian.
e. Belajar untuk Memperkuat Keimanan, Ketaqwaan, dan Akhlak Mulia
Pilar ini secara tersirat terdapat dalam pendidikan di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa
salah satu tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Implementasi dari pilar tersebut diwujudkan secara langsung dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan mata pelajaran PPKn, dan dalam
mata pelajaran lain sebagai hasil pembelajaran tidak langsung melalui pencapaian
KI-1 (Kompetensi Spiritual).
2. Pendidikan Abad 21
Pendidikan di Indonesia memiliki kelebihan dibanding negara-negara tersebut
atau negara maju lainnya dengan dasar pendidikan Pancasila dan UUD 1945 yang
berakar pada budaya bangsa yang mengedepankan karakter yang sangat diperlukan
dalam menghadapi tantangan Abad 21. Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran
yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan
sikap, serta penguasaan terhadap teknologi.
Literasi menjadi bagian terpenting dalam sebuah proses pendidikan, peserta didik
yang dapat melaksanakan kegiatan literasi dengan maksimal tentunya akan
mendapatkan pengalaman belajar lebih dibanding dengan peserta didik lainnya.

18
Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara
kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK.
Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis
aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran.
Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih
tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang sangat diperlukan dalam
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.
a. Kualitas Karakter Kecakapan Abad 21
Salah satu karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah harus
dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami potensi, minat dan bakatnya
dalam rangka pengembangan karir, baik di jenjang pendidikan yang lebih tinggi
maupun karir di masyarakat. Oleh sebab itu, maka peserta didik harus
dipersiapkankan untuk memiliki kualitas karakter yang sesuai dengan tuntutan
kecakapan Abad 21 sebagai berikut:
1) Iman & taqwa;
Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” Oleh sebab itu, maka pengembangan
karakter iman dan dan taqwa menjadi tuntutan utama dalam proses pendidikan.
2) Cinta tanah air;
Memiliki rasa cinta tanah air yaitu rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa
menghargai, rasa menghormati dan loyalitas pada negara tempat ia tinggal yang
tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah
airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat
atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan
alam dan lingkungan. (self patriotism)

19
3) Rasa ingin tahu;
Mampu meningkatkan kualitas dirinya melalui berbagai aktivitas dan
pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dengan penuh rasa ingin tahu untuk
meningkatkan kualitas dirinya (personal productivity and curiosities).
4) Inisiatif;
Memiliki sejumlah keahlian dasar yang diperlukan untuk menjalankan
fungsi sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat menginisiasi
orang lain untuk berbuat kebaikan (initiative skills).
5) Gigih;
Memiliki sikap bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan yang
dilakukan sebagai seorang individu mandiri (personal responsibility), serta
menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan etika dalam menjalankan
kehidupan sosial bersama (ethics).
6) Kemampuan Beradaptasi;
Memiliki kemampuan dalam beradaptasi dan beradopsi dengan berbagai
perubahan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan (adaptability).

7) Kepemimpinan;
Memiliki sikap dan kemampuan untuk menjadi pemimpin dan menjadi
yang terdepan dalam berinisiatif demi menghasilkan berbagai terobosan-
terobosan (leadership).
8) Memiliki rasa bertanggung jawab terhadap lingkungan kehidupan maupun
komunitas yang ada di sekitarnya, serta mencintai adat atau budaya yang ada
dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan
(sosial and cultural responsibility).
9) Memiliki alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan tindakan yang
dilakukan (accountability).
Untuk mewujudkan kualitas karakter abad 21, maka diupayakan adanya
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk mengembangkan nilai karakter
religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreativ, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

20
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, tanggung jawab dan lain-lain. Nilai nilai tersebut dapat dikristalisasikan
menjadi 5 nilai utama yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan
integritas.
b. Kompetensi Kecakapan Abad 21
1) Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and
Problem Solving Skill
Berpikir kritis bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor diri,
memperbaiki proses berpikir sendiri. Hal itu dipandang sebagai aset penting
terstandar dari cara kerja dan cara berpikir dalam praktek. Hal itu memerlukan
komunikasi efektif dan pemecahan masalah dan juga komitmen untuk mengatasi
sikap egosentris dan sosiosentris bawaan (Paul and Elder, 2006:xviii ).
Berpikir kritis menurut Beyer (1985) adalah: 1) menentukan kredibilitas
suatu sumber, 2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, 3)
membedakan fakta dari penilaian, 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi
yang tidak terucapkan, 5) mengidentifikasi bias yang ada, 6) mengidentifikasi
sudut pandang, dan 7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung
pengakuan.
2) Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)
Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta
keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis,
angka, dsb.
Raymond Ross (1996) mengatakan bahwa “Komunikasi adalah proses
menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar
membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang
serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”.
3) Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)
Creativity is “the achievement of something remarkable and new,
something which transforms and changes a field of endeavor in a significant
way . . . the kinds of things that people do that change the world.”

21
Guilford (1976) mengemukakan kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang
divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir
lateral.
4) Kolaborasi (Collaboration)
Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama
dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-
tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan.
Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran antara lain
sebagai berikut.
a) Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.
b) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
c) Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.

c. Literasi
Gerakan literasi di sekolah tidak lagi menjadi bagian terpisah/berdiri sendiri
dalam pelaksanaannya. Pada tahun ini literasi sekolah menjadi bagian yang tidak
terpisah dari proses pembelajaran. Aktivitas peserta didik di kelas bersama guru
melakukan aktivitas ini guna memperkaya dan memperdalam wawasan serta
penguasaan materi, sehingga siswa terlibat langsung tidak lagi hanya bergantung
pada guru.
Menurut Abidin (dalam Pangesti 2017), multiliterasi dimaknai sebagai
keterampilan menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan memahami ide-
ide dan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun
bentuk-bentuk teks inovatif, simbol, dan multimedia. beragam teks yang digunakan
dalam satu konteks ini disebut multimoda (multimoda teks).
Pangesti (2017) menyatakan bahwa ada 6 (enam) literasi dasar, yaitu; literasi
baca-tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan
komunikasi, literasi keuangan, dan literasi budaya dan kewarga-negaraan. Literasi

22
lain yang juga harus dikuasai adalah literasi kesehatan, literasi keselamatan (jalan,
mitigasi bencana), dan literasi kriminal (bagi siswa SD disebut “sekolah aman”).
Salah satu tahapan gerakan literasi sekolah adalah “Meningkatkan
kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan
strategi membaca di semua mata pelajaran”. Dengan demikian semua guru wajib
melaksanakan gerakan literasi tersebut dalam pembelajarannya disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran masing-masing.

d. Kecakapan Hidup dalam Berkarir


Salah satu karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah harus
dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami potensi, minat dan bakatnya
dalam rangka pengembangan karir, baik di jenjang pendidikan yang lebih tinggi
maupun karir di masyarakat. Oleh sebab itu, maka peserta didik harus dipersiapkan
untuk memiliki kecakapan-kecakapan yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan di
Abad 21 antara lain sebagai berikut.
1) Memiliki sikap dan kemampuan untuk menjadi pemimpin dan menjadi yang
terdepan dalam berinisiatif demi menghasilkan berbagai terobosan‐terobosan
(Leadership).
2) Memiliki sikap bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan yang dilakukan
sebagai seorang individu mandiri (Personal Responsibility).
3) Menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan etika dalam menjalankan
kehidupan sosial bersama (Ethics).
4) Memiliki sejumlah keahlian dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
sebagai mahluk individu dan mahluk social (People Skills)
5) Memiliki kemampuan dalam beradaptasi dan beradopsi dengan berbagai
perubahan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan (Adaptability)
6) Mampu meningkatkan kualitas dirinya melalui berbagai aktivitas dan pekerjaan
yang dilakukan sehari-hari. (Personal Productivity)
7) Memiliki alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan tindakan yang
dilakukan (Accountability).

23
8) Memiliki rasa bertanggung jawab terhadap lingkungan kehidupan maupun
komunitas yang ada di sekitarnya (Social Responsibility).

3. Karakteristik Aktivitas Pembelajaran Abad 21


Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan
kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi
memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang
diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar
Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)
yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta
mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu
mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning)
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum
sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor.
Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara
adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun

24
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk
rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh
melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Untuk mewujudkan kualitas karakter abad 21, maka diupayakan adanya
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk mengembangkan nilai karakter religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreativ, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab dan
lain-lain. Nilai nilai tersebut dapat dikristalisasikan menjadi 5 nilai utama yaitu:
religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas.
Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang harus mempersiapkan
generasi Abad 21 dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK atau ICT)
yang berkembang begitu cepat. Perkembangan Teknologi tersebut mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan termasuk pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu
Kurikulum 2013 terus diperbaiki sesuai dengan tuntutan kemajuan TIK tetapi harus
tetap mengakar pada budaya bangsa sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan UUD
RI Tahun 1945. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran
berbasis aktivitas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi, minat, dan bakatnya, termasuk dalam penguasaan terhadap
TIK, khususnya komputer.
Sejalan dengan karateristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 seperti yang
tertuang dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2015, maka karakteristik
pembelajaran Abad 21 dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut.
a) Berpusat pada peserta didik; guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya
saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari
pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi peserta didik.
b) Mekanisme pembelajaran harus terdapat interaksi multi-arah yang cukup dalam
berbagai bentuk komunikasi serta menggunakan berbagai sumber belajar yang

25
kontekstual sesuai dengan materi pembelajaran. Guru harus berusaha menciptakan
pembelajaran melalui berbagai pendekatan atau metode atau model pembelajaran,
termasuk penggunaan TIK.
c) Peserta didik disarankan untuk lebih lebih aktif dengan cara memberikan berbagai
pertanyaan dan melakukan penyelidikan, serta menuangkan ide-ide, baik lisan,
tulisan, dan perbuatan.
d) Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi peserta didik
untuk dapat bekerjasama antar sesamanya (kolaboratif dan kooperatif).
e) Semua kompetensi (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4) harus dibelajarkan secara
terintegrasi dalam suatu mata pelajaran, sehingga peserta didik memiliki kompetensi
yang utuh.
f) Pembelajaran harus memperhatikan karakteristik tiap individu dengan kenikannya
masing-masing, sehingga dalam perencana pembelajaran harus sudah diprogramkan
pelayanan untuk peserta didik dengan karakteristik masing-masing (normal,
remedial, dan pengayaan).
g) Guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk memahami interkoneksi antar
konsep, baik dalam mata pelajarannya dan antar mata pelajaran, serta aplikasinya
dalam dunia nyata.
h) Sesuai dengan karakter pendidikan Abad 21 (4K atau 4C), maka pembelajaran yang
dikembangkan harus dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills = HOTS).
i) Pembelajaran yang dilaksanakan mengacu kepada RPP yang telah dikembangkan
sebelumnya

4. Karakteristik Profesionalisme Guru Abad 21


Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, salah satu
kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi profesional yang mencakup;
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

26
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Berdasarkan kompetensi profesional guru tersebut di atas, maka tugas guru dalam
mengembangkan kacakapan peserta didik sesuai dengan tuntutan abad 21 adalah
sebagai berikut.
a. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan penilaian secara manual
dan digital dengan mengintegrasikan berbagai alat dan sumber belajar yang relevan
untuk mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan berpikir lebih tinggi dan
lebih kratif.
b. Memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik sesuai karakter
kacakapan yang diperlukan (4K = 4C), yang dapat dilaksanakan antara lain dengan
melibatkan peserta didik dalam menggali interkoneksi antara pengetahuan yang
diperolehnya dengan isu dunia nyata (real world), termasuk dalam penggunaan
teknologi.
c. Merancang dan menyediakan alat evaluasi yang bervariasi sesuai tuntutan
kompetensi, dan mengolahnya sehingga dapat memberikan informasi yang berguna
bagi peserta didik maupun pembelajaran secara umum.
d. Menjadi model cara belajar dan bekerja antara lain dengan menunjukkan kemahiran
dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke teknologi dan situasi yang
baru, dan berkolaborasi dengan peserta didik, teman sejawat, dan komunitas dalam
menggunakan berbagai alat dan sumber yang relevan untuk mendorong
keberhasilan dan inovasi, termasuk penggunaan teknologi.
e. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan professional antara lain
dengan berpartisipasi dalam masyarakat lokal dan global untuk meningkatkan
pembelajaran, dan menunjukkan kepemimpinan melalui partisipasi dalam
pengambilan keputusan bersama dan penggabungan komunitas, serta berkontribusi

27
terhadap efektifitas dan pembaharuan diri terkait dengan profesi guru baik di
sekolah maupun dalam masyarakat.

C. Tujuan KTSP
1. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan atau satuan pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
2. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.

D. Landasan (Filosofis, Yuridis, Sosiologis, Psikopedagogis,Teoritis)


Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan landasan yuridis, landasan filosofis,
landasan empirik, dan landasan teoretis. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum
yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum. Landasan filosofis adalah landasan
yang mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum.
Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang
berlaku di lapangan. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan
kurikulum sebagai dokumen dan proses.
1. Landasan Filosofis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan
masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi bangsa di
masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa
depan. Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan
datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan

28
pretasi bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu
sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk
membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan
masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warga negara di masa mendatang.
Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut, kurikulum selalu menempatkan peserta didik
dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik
sebagai warga negara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan
masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik
lagi.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
mempersembahkan dasar bagi pengembangan seluruh potensi penerima didik menjadi
insan Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang sanggup dipakai
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang sanggup menghasilkan insan
yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan memakai
filosofi sebagai berikut :
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
sekarang dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013
dikembangkan menurut budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan
bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan penerima didik untuk
kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum yaitu rancangan pendidikan untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda bangsa. Kurikulum 2013 menyebarkan pengalaman
berguru yang mempersembahkan waktu yang sempurna luas bagi penerima didik
untuk menguasai kompetensi yang diharapkan bagi kehidupan di masa sekarang
dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap menyebarkan kemampuan
mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik yaitu pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di banyak sekali bidang kehidupan di masa lampau

29
yaitu sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari penerima
didik. Proses pendidikan yaitu suatu proses yang memberi waktu yang sempurna
kepada penerima didik untuk menyebarkan potensi dirinya menjadi kemampuan
berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan mempersembahkan makna
terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya menurut
makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat
kematangan psikologis serta kematangan fisik penerima didik. Selain menyebarkan
kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menjadikan rasa
bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam
interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa
kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk menyebarkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini memilih
bahwa isi kurikulum yaitu disiplin ilmu dan pembelajaran yaitu pembelajaran
disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk menyebarkan kemampuan
intelektual dan kecemerlangan akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa sekarang dan masa depan yang
lebih baik dari masa kemudian dengan banyak sekali kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, perilaku sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism
and social reconstructivism). melalui atau bersama ini filosofi ini, Kurikulum 2013
bermaksud untuk menyebarkan potensi penerima didik menjadi kemampuan dalam
berpikir reflektif bagi penyelesaian persoalan sosial di masyarakat, dan untuk
membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai sebuah perencanaan yang
disusun oleh satuan pendidikan tentunya merujuk pada peraturan perundang-undangan

30
yang telah dikeluarkan. Peraturan yang terkait dengan pengembangan KTSP di SD
Negeri Kalimulya 5, adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
1) Pasal 36 Ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
2) Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan
akhlakmulia;( c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d)
keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah
dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j)
persatuan nasional dan nilai- nilai kebangsaan.
3) Pasal 38 Ayat (2)mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
a) Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi dengan maksud agar
memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan
dengankondisi dan kekhasan potensi yang adadi daerah serta peserta didik;
dan
b) Kurikulum dikembangkan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan.
Kurikulum operasional yangdikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan
pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
b. Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
c. Peraturan Pemerintah No.19/2005, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013
Tentang SNP pengganti PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 77 menyatakan:
1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan Kurikulum operasional

31
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
2) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum, dan pedoman implementasi Kurikulum.
3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikanditetapkan oleh kepala satuan
pendidikan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diatur
dengan Peraturan Menteri.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan
Dasar Dan Pendidikan Menengah.
e. Permendikbud No. 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
f. Permendikbud No.63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
g. Permendikbud No. 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013
h. Permendikbud No 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah
i. Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan
Menengah
j. Permendikbud No 22 Tahun 2016 Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
k. Permendikbud No 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
l. Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar
Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
m. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2016, tentang Pengenalan
Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru;
n. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2016, tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah;
o. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2017, tentang Hari
Sekolah;

32
p. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter;
q. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Upacara Bendera
r. Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014, tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006
dan Kurikulum 2013.
s. PP 17 Tahun 2010 PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyenggaraan Pendidikan
t. Permendikbud No 4 tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan dan Penilaian Hasil belajar oleh Pemerintah.
u. Permendikbud No. 37 Tahun 2018 Tentang KI / KD
v. SE Mendikbud No. 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan RPP.
w. Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019 tentang Satuan Pendidikan Aman Bencana
x. SE Mendikbud No. 1 Tahun 2020 Tentang Merdeka Belajar, Penentuan Kelulusan,
dan PPDB
y. Peraturan Gubernur No. 69 Tahun 2013 Tentang Pembelajaran Mulok Bahasa dan
Sastra Daerah
z. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.01.07/MENKES/ 328/2020 tentang
Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19
aa. Permendikbud No. 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.
bb. Permendikbud No. 7 Tahun 2022 tentang Standar isi pada pendidikan anak usia
dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah.
cc. Permendikbud No. 9 Tahun 2022 tentang evaluasi system pendidikan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
dd. Permendikbud No. 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses pada pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
ee. Permendikbud No. 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada
pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan
menengah.

33
ff. di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan
Usaha Pada Situasi Pandemi.
gg. Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan no 4 tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid 19
hh. Surat Edaran Kemendikbud nomor 15 tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Covid 19.
ii. Peraturan Bersama Dirjendikdas Nomor 5497/C/KR/2014 dan Dirjendikmen
Nomor 7915/D/Kp/2014, tentang Petunjuk Teknis Pemberlakuan Kurikulum Tahun
2006 dan Kurikulum 2014 Pada Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
jj. Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan
Dalam Kondisi Khusus
kk. Keputusan Ka. Balitbangbuk Nomor 018/H/KR/2020 tentang KI dan KD Pelajaran pada
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah Berbentuk Sekolah Menengah Atas untuk Kondisi Khusus
ll. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Seni dan Sastra
Sunda;
mm. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Kota
Layak Anak;
nn. Peraturan Walikota Depok Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pembudayaan Gemar Membaca

3. Landasan Pengembangan Kurikulum


Landasan yuridis dalam penyusunan kurikulum operasional di satuan pendidikan
SD Negeri Kalimulya 5. mengacu pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
sebagai arah tujuan pendidikan sekolah. Dan standar Kompetensi Lulusan mengacu
pada peraturan mentri Pendidikan, kebudayaan, riset dan tekhnologi Republik Indonesia
nomor 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi lulusan pada Pendidikan anak
usia dini, jenjang Pendidikan dasar, dan jenjang Pendidikan menengah
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah

34
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
Mengingat :
1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762);
5. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 156);
6. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Tahun
2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 963);
(Landasan hukum penyusunan Kurikulum Operasional)
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR
Pasal 5
(1) Standar Kompetensi Lulusan pada Jenjang Pendidikan dasar terdiri atas:

35
a. Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar
luar biasa/ paket A/bentuk lain yang sederajat; dan
b. Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah/sekolah menengah pertama luar biasa/paket B/bentuk lain yang sederajat.
(2) Standar Kompetensi Lulusan pada Jenjang Pendidikan dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) difokuskan pada:
a. persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia;
b. penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan
c. penumbuhan kompetensi literasi dan numerasi Peserta Didik untuk mengikuti
pendidikan lebih lanjut.

Pasal 6
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar luar
biasa/paket A/bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf
a dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi kompetensi yang terdiri atas:
a. mengenal Tuhan Yang Maha Esa melalui sifat-sifatNya, memahami ajaran pokok
agama/kepercayaan, melaksanakan ibadah dengan bimbingan, bersikap jujur,
menunjukkan perilaku hidup sehat dan bersih, menyayangi dirinya, sesama manusia
serta alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, serta taat pada aturan;
b. mengenal dan mengekspresikan identitas diri dan budayanya, mengenal dan
menghargai keragaman budaya di lingkungannya, melakukan interaksi antarbudaya,
dan mengklarifikasi prasangka dan stereotip, serta berpartisipasi untuk menjaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. menunjukkan sikap peduli dan perilaku berbagi serta berkolaborasi antarsesama
dengan bimbingan di lingkungan sekitar;
d. menunjukkan sikap bertanggung jawab sederhana, kemampuan mengelola pikiran
dan perasaan, serta tak bergantung pada orang lain dalam pembelajaran dan
pengembangan diri; e. menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan, membuat

36
tindakan atau karya kreatif sederhana, dan mencari alternatif tindakan untuk
menghadapi tantangan, termasuk melalui kearifan lokal;
f. menunjukkan kemampuan menanya, menjelaskan dan menyampaikan kembali
informasi yang didapat atau masalah yang dihadapi;
g. menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa mencari dan
menemukan teks, menyampaikan tanggapan atas bacaannya, dan mampu menulis
pengalaman dan perasaan sendiri; dan
h. menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan konsep, prosedur,
fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan diri
dan lingkungan terdekat.
Landasan filosofis sebagai dasar penyusunan kurikulum operasional di satuan
pendidikan SDN Kalimulya 5 adalah dengan mempertimbangkan budaya bangsa
sebagai akar penopang pendidikan yang akan tumbuh membentuk pendidikan
berkelanjutan. Generasi penerus tetaplah menjadi generasi penjaga kelestarian budaya
namun peka terhadap perkembangan zaman. Pengalaman belajar menjadi poin utama
dalam menguasai kompetensi.
Peserta didik merupakan pewaris budaya bangsa yang kreatif, mandiri dan inovatif.
Proses pendidikan sebagai suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat memiliki kecakapan hidup yang
sesuai minat bakat yang mengembangkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan
kinestetik.
Berdasarkan landasan tersebut, SDN Kalimulya 5 dengan kekuatan, kemampuan dan
keinginan untuk selalu ingin berkembang, berharap akan menjawab tantangan
pendidikan dalam memfasilitasi suatu suasana belajar penuh aktivitas, berkarya dan
menyenangkan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan membentuk peserta didik sebagai agen Profil Pelajar Pancasila
yang memiliki kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa
yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).

37
4. Landasan Sosiologis
Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi.
Norma dan adat kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu
masing-masing dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan sebuah kurikulum, termasuk
perubahan tatanan masyarakat akibat perkembangan IPTEK. Sehingga masyarakat
dijadikan salah satu asas dalam pengembangan kurikulum
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan
rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, sesuai dengan yang termaktub dalam tujuan
pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Perubahan ini dimungkinkan sebab berkembangnya tuntutan gres dalam
masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan
perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan supaya pendidikan
selalu sanggup menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. melalui atau
bersama ini demikian keluaran pendidikan akan bisa mempersembahkan donasi secara
optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based
society).
Dinamisasi dalam lingkup perkembangan satuan pendidikan di Kota Depok,
Jawa Barat terus meningkat terutama private school adalah bukti besarnya peran serta
masyarakat dalam menyukseskan tujuan pendidikan nasional. Kondisi ini perlu dibina
dan dilayani secara terus menerus, agar sejalan dengan dinamika kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan
nasional.
Dinamika terutama didorong oleh berkembangnya tuntutan baru dalam
masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan
penyusunan kurikulum. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu memberikan
jawaban terhadap kebutuhan masyarakat dalam menciptakan kehidupan harmoni dalam
keragaman sosial budaya yang disemangati pengamalan nilai kehidupan.

38
5. Landasan Psikopedagogis
Dalam konvensi hak anak tahun 1990 (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
FIP-UPI, 2007:54) dijelaskan bahwa perspektif psikopedagogis anak yang paling logis
adalah sampai sejauh mana seorang anak mampu mengubah dirinya sesuai dengan
kondisi di sekitarnya. Kemampuan mengubah kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan pengaruh-pengaruh di sekitarnya. Agar proses perkembangannya
optimal, anak memerlukan berbagai kegiatan dan latihan yang sesuai dengan
keberadaannya dan sesuai dengan kebutuhan psikologisnya. Kegiatan dan latihan dapat
diperoleh anak melalui proses pendidikan. Namun yang perlu diperhatikan dalam
mendidik yaitu setiap kegiatan dan tugas yang dibebankan kepada anak sebagai siswa
harus sesuai dengan tingkat kemampuannya. Jika hal tersebut terabaikan, maka
ketidakberhasilan peserta didik dalam mencapai tugas-tugas di sekolah akan terjadi.
Implementasi kurikulum dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan pendidikan
yang berpusat pada perkembangan dan kebutuhan peserta didik beserta konteks
kehidupannya. Kurikulum harus menjadi wahana pendewasaan peserta didik sesuai
perkembangan psikologis dan perlakuan pedagogis sesuai konteks lingkungan dan
zamannya dalam rangka mempersiapkan manajemen pendidikan yang meliputi
pendidik, administrasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan prosedur penilaian.
Bagi satuan pendidikan, pendewasaan dan pencapaian kompetensi peserta didik
melalui pendidikan sejalan dengan tingkat perkembangan psikologis diutamakan untuk
mencapai keunggulan keberagamaan peserta didik yang melekat pada aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan uraian di atas, maka landasan psikopedagogis (dalam
Kemendikbud, 2013) adalah sebagai berikut:
a. Relevansi Kesesuaian program pembelajaran dengan tingkat perkembangan
kemampuan anak, tingkat unsur mentalnya (aspek kesesuaian) dan tingkat
kebutuhan anak (aspek kecukupan).
b. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Pembelajaran yang dikembangkan berbasis
kompetensi (sikap, keterampilan dan pengetahuan) sehingga dapat memenuhi aspek
kesesuaian dan kecukupan.

39
6. Landasan Teoritis
Landasan teoritis merupakan landasan yang menjadi arahan dalam
pengembangan kurikulum 2013. Adapun landasan teoritis kurikulum 2013 menurut
Permendikbud No 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
(dalam Kemendikbud, 2013) adalah sebagai berikut: Kurikulum 2013 dikembangkan
atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan
berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya
bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1)
pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang
dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan
(2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar
belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

E. Acuan Konseptual
Dalam pengembangan Buku I KTSP diharapkan mengacu pada acuan konseptul
berikut ini:
1. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia, Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi
dasar pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh. KTSP disusun agar
semua mata pelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia.
2. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama, kurikulum dikembangkan untuk memelihara
dan meningkatkan toleransi dan kerukunan interumat dan antarumat beragama.
3. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan, kurikulum diarahkan untuk membangun
karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi

40
upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena
itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta
persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
4. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat
Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik, pendidikan merupakan proses
holistik/sistemik dan sistematik untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
memungkinkan potensi diri (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) berkembang secara
optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, bakat,
minat, serta tingkat perkembangan kecerdasan; intelektual, emosional, sosial, spritual,
dan kinestetik peserta didik.
5. Kesetaraan Warga Negara memperoleh pendidikan bermutu, kurikulum diarahkan
kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang holistik dan
berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan
bermutu.
6. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan, kompetensi peserta didik yang diperlukan antara
lain berpikir kritis dan membuat keputusan, memecahkan masalah yang kompleks
secara lintas bidang keilmuan, berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi dan
berkolaborasi, menggunakan pengetahuan kesempatan secara inovatif, mengelola
keuangan, kesehatan, dan tanggung jawab warga negara.
7. Tuntutan Dunia Kerja, kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh
kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan
dan kecakapan hidup untuk membekali peserta didik dalam melanjutkan studi dan/atau
memasuki dunia kerja. Terlebih bagi peserta didik pada satuan pendidikan kejuruan dan
peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
8. Perkembangan Ipteks, pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan di mana Iptek sangat berperan sebagai penggerak
utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan penyesuaian terhadap
perkembangan Ipteks sehingga tetap relevan dankontekstual dengan perubahan. Oleh
karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan
dengan perkembangan Ipteks.

41
9. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan, daerah memiliki
keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-masing
daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman
hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlumemuat keragaman tersebut untuk
menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah dan
lingkungan.
10. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional, dalam era otonomidan desentralisasi,
kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang
dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan
nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
daerah dan nasional.
11. Dinamika Perkembangan Global, kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan
kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia
digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan
individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk
hidupberdampingan dengan bangsa lain.
12. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat, kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat
ditumbuh kembangkan terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan
bangsa lain.
13. Karakteristik Satuan Pendidikan, kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan
ciri khas satuan pendidikan.

F. Prinsip Pengembangan KTSP


Pengembangan Kurikulum SD Negeri Kalibaru 1 Kecamatan Cilodong Kota Depok
didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut ;
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

42
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan
dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan

43
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

G. Prosedur Operasional KTSP


Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kinerja Tim Pengembang Kurikulum SD
Negeri Kalimulya 5 Kota Depok. Untuk menyusun Kurikulum diperlukan prosedur
operasional pengembangan KTSP SD Negeri Kalimulya 5 sebagai berikut :
1. Kepala sekolah membentuk Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah dan memberi
pengarahan teknis untuk melakukan pengembangan Kurikulum. Arahan sekurang-
kurangnya berisi: 1) dasar pelaksanaan pengembangan Kurikulum,; 2) tujuan yang ingin
dicapai dalam pengembangan Kurikulum. 3) manfaat pengembangan Kurikulum; 4)
hasil yang diharapkan dari kegiatan pengembangan Kurikulum; dan 5) unsur-unsur
yang terlibat dan uraian tugasnya dalam pelaksanaan pengembangan Kurikulum.
2. TPK menyusun draf rencana dan jadwal pengembangan Kurikulum, sekurang-
kurangnya berisi uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, dan jadwal pelaksanaan.
Uraian kegiatan pengembangan kurikulum meliputi: 1) pengumpulan data dan
informasi yang berkaitan dengan analisis konteks; 2) pembuatan analisis konteks; 3)
penyusunan, reviu, dan revisi draf kurikulum; 4) finalisasi dokumen I kurikulum; 5)
penyusunan, reviu, dan revisi draf silabus mata pelajaran dan muatan lokal; dan 6)
finalisasi silabus mata pelajaran dan muatan lokal (dokumen II Kurikulum).
3. Kepala sekolah, komite sekolah, dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah
membahas rencana dan jadwal kegiatan. 
4. TPK merevisi dan melakukan finalisasi rencana dan jadwal kegiatan. 
5. Kepala sekolah menandatangani rencana dan jadwal kegiatan. 
6. TPK menyusun draft kurikulum menggunakan hasil analisis konteks sebagai salah satu
acuan. 
7. Guru menyusun silabus yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum
menggunakan hasil analisis konteks sebagai salah satu acuan. 

44
8. Kepala sekolah, komite sekolah, TPK dan guru mereviu draft kurikulum, berdasarkan
hasil reviu, TPK dan guru melakukan revisi dan finalisasi dokumen I dan II kurikulum
9. Kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah menandatangani kurikulum, kemudian
divalidasi dan disetujui oleh pengawas sekolah. 
10.  Dinas Pendidikan Provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenagannya mengesahkan
dan menetapkan pemberlakuan dokumen kurikulum.
11. Kepala sekolah menyosialisasikan kepada semua warga sekolah dan pemangku
kepentingan (stakeholders). 
12. TPK menggandakan dan mendistribusikan dokumen Kurikulum kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.

45
BAB II
VISI MISI DAN TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat
membuat peserta didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut,
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan diatas, harus mencakup
kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dijelaskan
dalam penjalasan pasal 35 undang-undang tersebut.
B. Tujuan Pendidikan Dasar
Berpedoman kepada Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, sebagaimana landaasannya,
maka tujuan pendidikan dasar sendiri dapat diuraikan meliputi beberapa hal yaitu, (1).
Beriman dan bertakwa terhadap Tuhannya. (2). Mengarahkan dan membimbing siswa
kearah situasi yang berpotensi positif, berjiwa besar, kritis, cerdas dan berakhlak mulia. (3)
Memiliki rasa cinta tanah air, bangga dan mampu mengisi hal yang bertujuan membangun
diri sendiri bangsa dan negara, (4) Membawa siswa sekolah dasar mampu berprestasi
kejenjang selanjutnya.
Inti pokok pendidikan sekolah dasar, berupaya menanamkan keimanan terhadap Tuhan
sesuai dengan agama masing-masing yang dianutnya. Dengan harapan tentunya siswa
dapat menanamkan sikap yang berakhlak, sopan dan santun antar sesame umat manusia
tanpa membedakan ras, suku dan agama. Sehingga pada akhirnya siswa dapat menjadi
individu yang bertanggungjawab, cakap, berdedikasi tinggi terhadap bangsa dan negara.
Pengertian pendidikan di sekolah dasar benar-benar mendidik dan menumbuh kembangkan
ilmu pengetahuan pada siswa di sekolah dasar untuk memiliki sikap kebersamaan dalam
upaya mencetak generasi muda yang bertanggungjawab. Dengan kata lain tujuan

46
pendidikan dasar adalah “Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
C. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
1. Visi SD Negeri Kalimulya 5
Visi SD Negeri Kalimulya 5 tahun 2022/2023 dirumuskan sebagai berikut:
TERWUJUDNYA SUMBERDAYA MANUSIA YANG RELIGIUS, CERDAS
DALAM BERTINDAK, TERAMPIL DALAM BERPIKIR DENGAN
BERLANDASKAN KARAKTER BANGSA.
Pada kalimat visi tersebut ada beberapa kata esensial yang perlu mendapat
kejelasan yaitu:
a. Religius
Siswa memiliki keyakinan teguh dan mengamalkan sesuai ajaran agamanya
masing-masing secara benar dan konsekuen berdasarkan iman dan taqwa.
b. Cerdas
Peserta didik memiliki keseimbangan kecerdasan yang meliputi kecerdasan
spiritual (SQ), Cerdas Intelektual (IQ), Cerdas Emosional (EQ) menguasai ilmu
pengetahuan secara luas dan berprestasi dalam banyak bidang.
c. Terampil
Peserta didik yang cakap dan cekatan melakukan unjuk kerja dengan segala
kemampuannya terutama dalam menerapkan ilmu pengetahuan.
d. Berkarakter
Siswa memiliki pribadi yang mandiri, kreatif, dan bernalar kritis.

2. Misi SD Negeri Kalimulya 5


Dalam upaya mewujudkan visi di atas, misi yang akan diemban oleh SD Negeri
Kalimulya 5, adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan iman dan taqwa serta berakhlak mulia sebagai dasar kepribadian
peserta didik.
b. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mengembangkan model Pembelajaran PAIKEM.
d. Meningkatkan pembinaan bakat dan minat siswa.

47
e. Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja keras, budaya prestasi dan tanggung jawab.
f. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
g. Meningkatkan kegiatan peserta didik untuk membiasakan nilai budaya (5 S)
senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

3. Tujuan Sekolah SD Negeri Kalimulya 5


a. Tujuan Umum
1) Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
2) Membekali peserta didik dengan pengetahuan yang memadai agar dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3) Siswa memiliki kecerdasan intelektual sesuai dengan disiplin ilmu yang
terpadu.
4) Meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
5) Mendorong peserta didik agar mampu bersaing secara global sehingga dapat
hidup berdampingan dengan anggota masyarakat bangsa lain.
6) Mengembangkan keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberi kontribusi bagi
pengembangan daerah.
7) Meningkatkan kecakapan, keterampilan hidup, sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya.
8) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.
9) Mendukung peningkatan rasa toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
10) Tumbuh kembangnya karakter yang unggul sebagai pribadi yang mandiri,
peduli, bertanggung jawab dan berintegritas tinggi bagi kemajuan diri, keluarga,
masyarakat dan bangsa Indonesia.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan target daya serap kurikulum dari 75/60% menjadi 90/65%
2) Meningkatkan pencapaian target penugasan mandiri terpadu dari dari 65%
menjadi 75%
3) Meningkatnya prestasi lomba akademik dari 15% menjadi 25%

48
4) Meningkatnya disiplin guru dan siswa dari 65% menjadi 85%
5) Meningkatnya kualitas kegiatan pembiasaan, ekstrakurikuler dari 60% menjadi
75%
6) Meningkatnya kemampuan profesional guru dari 70% menjadi 90%
7) Meningkatnya efektifitas pembelajaran yang didukung dengan Program Gerakan
Literasi Sekolah dari 50% menjadi 75%
8) Meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan sumber belajar
dari 50% menjadi 80%
9) Tumbuhnya budaya mutu sekolah dari 50% menjadi 90%

4. Tujuan Sekolah SD Negeri Kalimulya 5


a. Mampu membiasakan warga sekolah menerapkan budaya 5 S (senyum, salam, sapa,
sopan, santun).
b. Melaksanakan layanan pendidikan yang bermutu, unggul, terpercaya.
c. Menjalin kerjasama dan komunikasi yang efektif antara sekolah, masyarakat dan
pemangku kebijakan yang terkait.
d. Memberikan penghargaan atas prestasi yang diraih oleh peserta didik maupun
pendidik dan tenaga kependidikan.
e. Menerapkan sistem informasi yang jelas, transparan dan dapat dipertanggung
jawabkan.

5. Program Unggulan SD Negeri Kalimulya 5


a. Pengembangan seni dan budaya PAI (Pendidikan Agama Islam).
b. Pengembangan bidang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
c. Pengembangan program kewirausahaan dan pembudidayaan tanaman alpukat.
d. Pengembangan dibidang olahraga.

D. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) telah menerbitkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. Pembudayaan Budi Pekerti yang selanjutnya disingkat PBP
adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai berjenjang.

49
Pembiasaan yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa, guru, dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan yang
baik dan membentuk generasi berkarakter positif.
Dasar pelaksanaan PBP didasarkan pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya
implementasi nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih
terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai mewujud pada
nilai aktual dengan cara yang menyenangkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar kebangsaan dan kemanusiaan
yang meliputi pembiasaan untuk menumbuhkan:
(1) internalisasi sikap moral dan spiritual, yaitu mampu menghayati hubungan spiritual
dengan Sang Pencipta yang diwujudkan dengan sikap moral untuk menghormati sesama
mahluk hidup dan alam sekitar;
(2) keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan
persatuan bangsa, yaitu mampu terbuka terhadap perbedaan bahasa, suku bangsa,
agama, dan golongan, dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan tindakan
bersama sebagai satu bangsa, satu tanah air dan berbahasa bersama bahasa Indonesia;
(3) interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di lingkungan
sekolah dan rumah, yaitu mampu dan mau menghormati guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, warga masyarakat di lingkungan sekolah, dan orangtua;
(4) interaksi sosial positif antar peserta didik, yaitu kepedulian terhadap kondisi fisik dan
psikologis antar teman sebaya, adik kelas, dan kakak kelas;
(5) memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan gotong-royong untuk menjaga
keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah;
(6) penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu
mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang sesuai
dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam
mengembangkan dirinya sendiri;
(7) penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat yang terkait, yaitu melibatkan peran
aktif orangtua dan unsur masyarakat untuk ikut bertanggung jawab mengawal kegiatan
pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah.

50
1. Tujuan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti
a. menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru,
dan tenaga
b. kependidikan;
c. menumbuh kembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter
sejak di keluarga, sekolah, dan masyarakat;
d. menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan keluarga; dan/atau
e. menumbuh kembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga,
sekolah, dan masyarakat.

2. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang pendidikan sekolah dasar masih
merupakan masa transisi dari masa bermain di pendidikan anak usia dini (taman kanak-
kanak akhir) memasuki situasi sekolah formal. Metode pelaksanaan dilakukan dengan
mengamati dan meniru perilaku positif guru dan kepala sekolah sebagai contoh
langsung di dalam membiasakan keteraturan dan pengulangan. Guru berperan juga
sebagai pendamping untuk mendorong peserta didik belajar mandiri sekaligus
memimpin teman dalam aktivitas kelompok, yaitu: bermain, bernyanyi, menari,
mendongeng, melakukan simulasi, bermain peran di dalam kelompok.

3. Kegiatan Pembiasaan
Jenis kegiatan PBP didasarkan pada tujuh nilai-nilai dasar kemanusiaan yang
tercantum, yaitu jenis kegiatan yang mengandung nilai-nilai internalisasi sikap moral
dan spiritual; keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk
merekatkan persatuan bangsa; memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan
gotong-royong untuk menjaga keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan
lingkungan sekolah; interaksi sosial positif antar peserta didik; interaksi sosial positif
antara peserta didik dengan figur orang dewasa; penghargaan terhadap keunikan potensi
peserta didik untuk dikembangkan; Penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat
yang terkait.

51
a. PBP dilaksanakan sejak hari pertama masuk sekolah untuk jenjang sekolah dasar
atau sejak hari pertama masuk sekolah pada MPLS.
b. PBP dilaksanakan melalui kegiatan pada MPLS, pembiasaan, interaksi dan
komunikasi, serta kegiatan saat kelulusan.
c. PBP dilaksanakan:
1) dalam bentuk kegiatan umum, harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan,
dan/atau tahunan;
2) melalui interaksi dan komunikasi antara sekolah, keluarga, dan/atau masyarakat.
d. Pelaksanaan PBP yang melibatkan pihak terkait di luar sekolah disesuaikan dengan
kondisi sekolah.
Seluruh pelaksanaan kegiatan PBP bersifat konstekstual, yaitu disesuaikan
dengan nilai-nilai muatan lokal daerah pada peserta didik sebagai upaya untuk
memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan PBP yang melibatkan peserta didik dipimpin
oleh seorang peserta didik secara bergantian sebagai bagian dari penumbuhan
karakter kepemimpinan.
Waktu pelaksanaan kegiatan PBP dapat dilakukan berdasarkan aktivitas
harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan, dan akhir tahun; dan penentuan
waktunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan konteks lokal di daerah masing-
masing.
Kegiatan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah melalui
pembiasaan-pembiasaan:

a. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual


Mewujudkan nilai-nilai moral dalam perilaku sehari-hari. Nilai moral
diajarkan pada siswa, lalu guru dan siswa mempraktekkannya secara rutin hingga
menjadi kebiasaan dan akhirnya bisa membudaya.
1) Kegiatan wajib
Guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-
masing, sebelum dan sesudah hari pembelajaran, dipimpin oleh seorang peserta
didik secara bergantian di bawah bimbingan guru.

52
2) Pembiasaan Umum
Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan
kepercayaannya baik dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat
3) Pembiasaan Periodik
Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana
dan hikmat.

b. Menumbuh kembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinekaan


Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menerima keberagaman sebagai
anugerah untuk bangsa Indonesia. Anugerah yang harus dirasakan dan disyukuri
sehingga manfaatnya bisa terasa dalam kehidupan sehari-hari.
1) Kegiatan wajib
(a) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan
seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah.
(b) Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib
nasional atau satu lagu terkini yang menggambarkan semangat patriotisme
dan cinta tanah air.
(c) Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik
menyanyikan satu lagu daerah (lagu-lagu daerah seluruh Nusantara).
2) Pembiasaan Umum
Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah asal siswa melalui berbagai
media dan kegiatan.
3) Pembiasaan Periodik
Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau
mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui berbagai
media dan kegiatan.

53
c. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik dengan Guru dan
Orangtua
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, peserta didik dan
orangtua. Interaksi positif antara tiga pihak tersebut dibutuhkan untuk membangun
persepsi positif, saling pengertian dan saling dukung demi terwujudnya pendidikan
yang efektif.
1) Kegiatan wajib:
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun
ajaran baru untuk mensosialisasikan: (a) visi; (b) aturan; (c) materi; dan (d)
rencana capaian belajar siswa agar orangtua turut mendukung keempat poin
tersebut.
2) Pembiasaan Umum
(a) Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas
sekolah.
(b) Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut
kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.
3) Pembiasaan Periodik
(a) Membiasakan peserta didik untuk berpamitan dengan orangtua/wali/anggota
keluarga saat pergi dan lapor saat pulang, sesuai kebiasaan/adat yang
dibangun masing-masing keluarga;
(b) Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru
sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang peserta didik secara
bergantian.

d. Mengembangkan Interaksi Positif Antar Peserta Didik


Peserta didik hadir di sekolah bukan hanya belajar akademik semata, tapi juga
belajar bersosialisasi. Interaksi positif antar peserta didik akan mewujudkan
pembelajaran dari rekan (peer learning) sekaligus membantu siswa untuk belajar
bersosialisasi.

54
1) Kegiatan wajib:
Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah untuk belajar
kelompok yang diketahui oleh guru dan/atau orangtua.
2) Pembiasaan Umum:
(a) Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga
sekolah yang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan
lainnya.
3) Pembiasaan Periodik:
(a) Membiasakan siswa saling membantu bila ada siswa yang sedang
mengalami musibah atau kesusahan.

e. Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah


Lingkungan sekolah akan mempengaruhi warga sekolah baik dari aspek fisik,
emosi, maupun kesehatannya. Karena itu penting bagi warga sekolah untuk menjaga
keamanan, kenyamanan, ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah
serta diri.
1) Kegiatan wajib:
(a) Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dengan
membentuk kelompok lintas kelas dan berbagi tugas sesuai usia dan
kemampuan siswa.
2) Pembiasaan Umum
(a) Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb)
secara efisien melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh siswa.
(b) Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan di
bangkunya
(c) Point a dan b merupakan bentuk tanggung jawab individu sebagai realisasi
bentuk tanggung jawab bersama.
3) Pembiasaan Periodik
(a) Mengajarkan simulasi antri melalui baris sebelum masuk kelas, dan pada
saat bergantian memakai fasilitas sekolah.

55
(b) Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian
regu.
(c) Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah, bergilir antar kelas.
(d) Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan
setempat.

f. Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh


Setiap siswa mempunyai potensi yang beragam. Sekolah hendaknya
memfasilitasi secara optimal agar siswa bisa menemukan dan mengembangkan
potensinya.
1) Kegiatan wajib:
(a) Menggunakan waktu 15 menit sebelum memulai pembelajaran untuk
membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari).
(b) Seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) memanfaatkan
waktu sebelum memulai hari pembelajaran pada hari-hari tertentu untuk
kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani dan pembacaan surat juz
amma yang dilaksanakan secara berkala dan rutin, sekurang-kurangnya satu
kali dalam seminggu.
2) Pembiasaan Umum
(a) Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai
bentuk (rekening bank, celengan, dan lainnya).
(b) Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan
pertanyaan kritis dan membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai isyarat
akan mengajukan pertanyaan;
(c) Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin
dengan cara memberikan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk
memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok;
3) Pembiasaan Periodik
(a) Siswa melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan potensi
dirinya.

56
g. Pelibatan Orangtua dan Masyarakat di Sekolah
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Karena itu, sekolah hendaknya
melibatkan orangtua dan masyarakat dalam proses belajar. Keterlibatan ini
diharapkan akan berbuah dukungan dalam berbagai bentuk dari orangtua dan
masyarakat.
1) Kegiatan wajib:
(a) Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan
mengundang orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa.
2) Pembiasaan Umum:
(a) Orangtua membiasakan untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam
untuk bercengkerama dengan anak mengenai kegiatan di sekolah
3) Pembiasaan Periodik:
(a) Masyarakat bekerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan
kerelawanan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang
ada di lingkungan sekitar sekolah.
(b) Masyarakat dari berbagai profesi terlibat berbagi ilmu dan pengalaman
kepada siswa di dalam sekolah.

H. Gerakan Literasi Sekolah


GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan
sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui
pelibatan publik.
GLS merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif
dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik),
akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat
merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah
koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya
yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik.

57
Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku
dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target
sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap
pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi
kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen
agar dampak keberadaan GLS dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. GLS
diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat
untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian
penting dalam kehidupan.
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara.

1. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah


a. Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar
mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

2. Ruang Lingkup
a. Lingkungan fisik sekolah (fasilitas dan sarana prasarana literasi).
b. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif seluruh warga
sekolah).

58
c. Lingkungan akademik (program literasi yang menumbuhkan minat baca dan
menunjang kegiatan pembelajaran di SD).

3. Sasaran GLS
Sasaran Panduan GLS adalah pendidik, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan
di SD.

4. Target Pencapaian Pelaksanaan GLS di SD Kalimulya 5


GLS di SD menciptakan ekosistem pendidikan di SD yang literat. Ekosistem
pendidikan yang literat adalah lingkungan yang:
a. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat
warganya dalam belajar;
b. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
c. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
d. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada
lingkungan sosialnya; dan
e. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal SD.

5. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah


GLS di SD dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan
masing-masing sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik sekolah
(ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah (peserta
didik, tenaga guru, orang tua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem
pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat
kebijakan yang relevan).
Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS SD
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran, sebagai berikut :

59
Pembiasaan Pengembangan Pembelajaran
1. Apa kecakapan literasi 1. Menyediakan beragam 1. Menyediakan
yang ditumbuhkan pengalaman membaca pembelajaran terpandu
pada tahap 2. Warga sekolah gemar berbasis literasi
pembiasaan? membaca 2. Menata kelas berbasis
2. Apa fokus dan prinsip 3. Warga sekolah gemar literasi
kegiatan di tahap menulis 3. Mengorganisasikan
pembiasaan? 4. Memilih buku material
3. Apa prinsip-prinsip pengayaan fiksi dan 4. Melaksanakan literasi
kegiatan membaca di nonfiksi terpadu sesuai dengan
tahap pembiasaan? 5. Langkah-langkah tema dan mata
4. Kegiatan membaca dan kegiatan: pelajaran
penataan lingkungan a. Membaca terpandu 5. Membuat jadwal
kaya literasi di tahap b. Membaca bersama 6. Asesmen dan Evaluasi
pembiasaan. Aneka karya 7. Konferensi literasi
5. Langkah-langkah kreativitas seperti warga sekolah
kegiatan: Workbook, Skill
a. Membaca 15 menit c. Sheets (Triarama,
sebelum pelajaran Easy slit book,One
dimulai sheet book, Flip
b. Menata sarana dan flop book)
lingkungan kaya d. Mari berdiskusi
literasi tentang buku
c. Menciptakan e. Story-map outline
lingkungan kaya 6. Indikator pencapaian di
teks tahap pengembangan
d. Memilih buku
bacaan di SD
e. Pelibatan publik
6. Indikator pencapaian di
tahap pembiasaan
7. Ekosistem sekolah
yang literat menjadikan
guru literat.

60
BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Struktur Kurikulum
1. Standar Kompetensi Lulusan
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada
tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan
a. Dimensi Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2) berkarakter, jujur, dan peduli,
3) bertanggungjawab,
4) pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5) sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
b. Dimensi Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat dasar berkenaan dengan:
1) ilmu pengetahuan,
2) teknologi,
3) seni, dan
4) budaya.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif pada
masing-masing satuan pendidikan dijelaskan pada matriks berikut :

61
Tabel 3.1. Tabel Dimensi Pengetahuan
Aspek Uraian
Faktual Pengetahuan dasar berkenaan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan
negara.
Konseptual Terminologi/ istilah yang digunakan,
klasifikasi, kategori, prinsip, dan
generalisasi berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya terkait dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan
negara.
Prosedural Pengetahuan tentang cara melakukan
sesuatu atau kegiatan yang berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan diri
sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa
dan negara.
Metakognitif Pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari
ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya terkait dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa dan
negara.

c. Dimensi Keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1) kreatif,
2) produktif,
3) kritis,
4) mandiri,
5) kolaboratif, dan
6) komunikatif

62
Melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap perkembangan anak yang
relevan dengan tugas yang diberikan. Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan antar jenjang pendidikan memperhatikan:
1) perkembangan psikologis anak;
2) lingkup dan kedalaman;
3) kesinambungan;
4) fungsi satuan pendidikan; dan
5) lingkungan.

2. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar
pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi
sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Kompetensi Inti SD adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kompetensi Inti Sekolah Dasar


KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI
Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab dalam
berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangga, dan
negara.
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual,

63
KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI
konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar
dengan cara :
a. mengamati,
b. menanya, dan
c. mencoba berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di
sekolah, dan tempat bermain.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir
dan bertindak:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif dalam bahasa yang
jelas, sistematis, logis dan kritis,
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
sesuai dengan tahap
perkembangannya.

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap


kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau
kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada
kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari
suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai
kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu
yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata
pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin
ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial,
progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah
eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama mata pelajaran dan

64
isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada
kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti.

3. Mata Pelajaran
Pada struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah berisi sejumlah mata
pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu
sudah barang tentu keluasan dan kedalamannya akan berpengaruh terhadap peserta
didik pada setiap satuan pendidikan.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam
bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi
konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran
dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga
merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten
dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem
semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, dan II masing-masing 30, 32
sedangkan untuk kelas IV, dan V, masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar
SD/MI adalah 35 menit.
Berikut disajikan Struktur Kurikulum SD Negeri Kalimulya 5 Kecamatan
Cilodong Kota Depok.

65
Tabel 3.3 Struktur Kurikulum SD Negeri Kalimulya 5

ALOKASI WAKTU BELAJAR


PER MINGGU
MATA PELAJARAN I P5 II III IV P5 V VI
Kelas Kelas
I IV
Kelompok A
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 1 4 4 3 1 4 4
.
2 Pendidikan Pancasila dan 4 1 5 6 4 1 5 5
. Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 7 1 9 10 6 1 7 7
.
4 Matematika 5 - 6 6 5 - 6 6
.
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - - 3 3 3
.
6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - - 3 - 3 3
.
Kelompok B
1 Seni Budaya dan Prakarya 3/ 1 4/ 4/ 3/ 1 4/ 4/
.
2 Bahasa dan Sastra Daerah 2 - 2 2 2 - 2 2
.
3 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan 3 1 4 4 3 1 4 4
. Kesehatan
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 27 5 34 36 33 5 38 38

Mata pelajaran Kelompok A adalah mata pelajaran kontennya dikembangkan oleh


pemerintah pusat yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif
dan afektif sedangkan kelompok B yang kontennya dikembangkan oelh pusat dan
dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah merupakan
mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dikurangi satu jam untuk muatan
Pelajaran Bahasa dan sastra Sunda sebagai muatan lokal juga dapat diajarkan
terintegrasi dengan Seni Budaya dan prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila
daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambahkan
jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.

66
Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD Negeri Kalimulya 5 dilakukan dengan
pendekatan Tematik-Terpadu dari Kelas I sampai dengan Kelas VI. Pembelajaran
Tematik Terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Adapun Daftar Tema
di SD (terlampir). Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikecualikan
untuk tidak menggunakan pembelajaran Tematik Terpadu.
Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per minggu
untuk tiap mata pelajaran adalah relatif. Guru dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan
peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.
Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna
dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI,
Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam
tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI.
Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP adalah
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan: untuk SD/MI mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013.
Muatan kurikulum SD Negeri Kalimulya 5 meliputi sejumlah mata pelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai
dengan Kelas VI. Materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan
bagian dari muatan kurikulum.
Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi Dasar yang terkecil. Untuk
kurikulum SD/MI organisasi Kompetensi Dasar kurikulum dilakukan melalui
pendekatan terintegrasi (integrated curriculum). Berdasarkan pendekatan ini maka
terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang mengintegrasikan konten
mata pelajaran IPA dan IPS di kelas I, II, dan III ke dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan pendekatan ini maka struktur Kurikulum
SD/MI menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran berkurang.

67
Prinsip pengintegrasian IPA dan IPS di kelas I, II, dan III di atas dapat diterapkan
dalam pengintegrasian muatan lokal. Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan
dengan seni, budaya dan keterampilan, serta bahasa daerah diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi Dasar muatan lokal yang
berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Selain melalui penyederhanaan jumlah mata pelajaran, penyederhanaan
dilakukan juga terhadap Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran. Penyederhanaan
dilakukan dengan menghilangkan Kompetensi Dasar yang tumpang tindih dalam satu
mata pelajaran dan antarmata pelajaran, serta Kompetensi Dasar yang dianggap tidak
sesuai dengan usia perkembangan psikologis peserta didik.
Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran IPA dan IPS tercantum dan memiliki
Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses pembelajaran Kompetensi Dasar IPA
dan IPS, sebagaimana Kompetensi Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam
berbagai tema. Oleh karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari
semua mata pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema. Adapun untuk kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar, ruang lingkup materi pelajaran, Pada Kurikulum 2013 terlampir.

4. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
a) Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dinyatakan dalam jam
pembelajaran per minggu.
1) Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 32 jam pembelajaran.

2) Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 34 jam pembelajaran.

3) Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 36 jam pembelajaran.

4) Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 38 jam pembelajaran.
Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
b) Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.

68
c) Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling
banyak 20 minggu.

d) Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling
banyak 16 minggu.

e) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling
banyak 40 minggu.

5. Muatan Pembelajaran
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan
melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI.
Mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikecualikan untuk tidak
menggunakan pembelajaran tematik-terpadu, demikian juga halnya dengan mata
pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan VI.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai
tema seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini.
Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari
berbagai matapelajaran yaitu intra-disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner, dan trans-
disipliner.
Integrasi intra-disipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap
matapelajaran.
Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-
kompetensi dasar beberapa matapelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya,
sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan
menjaga keselarasan pembelajaran.
Integrasi multi-disipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar tiap
matapelajaran sehingga tiap matapelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri.

69
Integrasi trans-disipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai matapelajaran
yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga
pembelajaran menjadi kontekstual.
Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar
konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna
yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di
atas sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada
kurikulum sebelumnya.
Selain itu, pembelajaran tematik-terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan
matapelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan III sebagai penghela matapelajaran
lain. Melalui perumusan Kompetensi Inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran
dalam satu kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan
matapelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela matapelajaran lain menjadi sangat
memungkinkan.
Penguatan peran mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui
penggabungan kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu
Pengetahuan Alam ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan
tersebut menyebabkan pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kontekstual, sehingga
pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik.
Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas I, II, dan III menyebabkan semua
mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk kemudahan pengorganisasiannya,
kompetensi-kompetensi dasar kedua mata pelajaran ini diintegrasikan ke matapelajaran
lain (integrasi inter-disipliner).
Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke
kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan kompetensi dasar mata pelajaran
Matematika.
Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke
kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke kompetensi dasar mata pelajaran

70
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke kompetensi dasar mata pelajaran
Matematika.
Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, kompetensi dasar matapelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri,
sehingga pendekatan integrasinya adalah multi-disipliner, walaupun pembelajarannya
tetap menggunakan tematik terpadu.
Prinsip pengintegrasian inter-disipliner untuk matapelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di atas dapat juga diterapkan dalam
pengintegrasian muatan lokal.

6. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi
empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
a. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan
KI-1;
b. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan
KI-2;
c. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan
KI-3; dan
d. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan
KI-4.
Pengelompokkan kompetensi dasar seperti tersebut di atas dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan SD Negeri Kalimulya 5 (terlampir dan merupakan satu
kesatuan tek terpisahkan dari kurikulum SD Negeri Kalimulya 5) sesuai dengan
Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar
Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.

B. Muatan Pelajaran
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar Negeri Kalimulya 5 Kecamatan
Cilodong dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I

71
sampai Kelas VI. Matapelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dikecualikan
untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik-terpadu.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai
tema seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.4. Daftar Tema dan Alokasi Waktu Setiap Kelas


Tema Alokasi
No Kelas
Waktu
1 1 1 Diri Sendiri 4 Minggu
2 Kegemaranku 4 Minggu
3 Kegiatanku 4 Minggu
4 Keluargaku 4 Minggu
5 Pengalamanku 4 Minggu
6 Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri 4 Minggu
7 Benda, Binatang, dan Tanaman di sekitarku 4 Minggu
8 Peristiwa Alam 4 Minggu

2 2 1 Hidup Rukun 4 Minggu


2 Bermain di Lingkunganku 4 Minggu
3 Tugasku Sehari-hari 4 Minggu
4 .Aku dan Sekolahku 4 Minggu
5 Hidup Bersih dan Sehat 4 Minggu
6 Air, Bumi, dan Matahari 4 Minggu
7 Merawat Hewan dan Tumbuhan 4 Minggu
8 Keselamatan di Rumah dan Perjalanan 4 Minggu

3 3 1 Sayangi Hewan dan Tumbuhan di Sekitar 4 Minggu


2 Pengalaman yang Mengesankan 4 Minggu
3 Mengenal Cuaca dan Musim 4 Minggu
4 Ringan Sama Dijinjing Berat Sama Dipikul 4 Minggu
5 Mari Kita Bermain dan Berolahraga 4 Minggu
6 Indahnya Persahabatan 4 Minggu
7 Mari Kita Hemat Energi untuk Masa Depan 4 Minggu
8 Berperilaku Baik dalam Kehidupan Sehari-hari 4 Minggu
9 Menjaga Kelestarian Lingkungan 4 Minggu

4 4 1 Indahnya Kebersamaan 3 Minggu


2 Selalu Berhemat Energi 3 Minggu
3 Peduli terhadap Makhluk Hidup 3 Minggu
4 Berbagai Pekerjaan 3 Minggu
5 Menghargai Jasa Pahlawan 3 Minggu

72
Tema Alokasi
No Kelas
Waktu
6 Indahnya Negeriku 3 Minggu
7 Cita-citaku 3 Minggu
8 Daerah Tempat Tinggalku 3 Minggu
9 Makanan Sehat dan bergizi 3 Minggu

5 5 1 Bermain dengan Benda-benda di sekitar 3 Minggu


2 Peristiwa dalam Kehidupan 3 Minggu
3 Hidup Rukun 3 Minggu
4 Sehat itu Penting 3 Minggu
5 Bangga Sebagai Bangsa Indonesia 3 Minggu
6 Panas dan Perpindahannya 3 Minggu
7 Peristiwa dalam kehidupan 3 Minggu
8 Lingkungan Sahabat Kita 3 Minggu
9 Benda-benda di sekitar kita 3 Minggu

6 6 1 Selamatkan Makhluk Hidup 3 Minggu


2 Persatuan Dalam Perbedaan 3 Minggu
3 Tokoh Dan Penemuan 3 Minggu
4 Globalisasi 3 Minggu
5 Wirausaha 3 Minggu
6 Menuju Masyarakat Sehat 3 Minggu
7 Kepemimpinan 3 Minggu
8 Bumiku 3 Minggu
9 Menjelajah Angkasa Luar 3 Minggu

Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai


mata pelajaran yaitu intra-disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner, dan trans-disipliner.
Integrasi intra-disipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran.
Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-kompetensi dasar
beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling
memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga keselarasan
pembelajaran. Integrasi multi-disipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar
tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya
sendiri. Integrasi trans-disipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran

73
yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga
pembelajaran menjadi kontekstual.
Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar
konsep dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang
utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tematik
terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas sehingga
berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada kurikulum
sebelumnya.
Selain itu, pembelajaran tematik-terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan mata
pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II, dan III sebagai penghela mata pelajaran lain.
Melalui perumusan Kompetensi Inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu
kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan.
Penguatan peran mata pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui
penggabungan kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu
Pengetahuan Alam ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan
tersebut menyebabkan pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kontekstual, sehingga
pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik.
Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas I, II, dan III menyebabkan semua mata
pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk kemudahan pengorganisasiannya, kompetensi-kompetensi
dasar kedua mata pelajaran ini diintegrasikan ke mata pelajaran lain (integrasi inter-
disipliner).
Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke
kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan kompetensi dasar mata pelajaran
Matematika.
Kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke
kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke kompetensi dasar mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke kompetensi dasar mata pelajaran
Matematika.

74
Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI, kompetensi dasar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing berdiri sendiri, sehingga
pendekatan integrasinya adalah multi-disipliner, walaupun pembelajarannya tetap
menggunakan tematik terpadu.
Prinsip pengintegrasian inter-disipliner untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di atas dapat juga diterapkan dalam
pengintegrasian muatan lokal.
Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan seni, budaya, keterampilan,
dan bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya.
Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

1. Mata Pelajaran
Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi Dasar yang terkecil. Untuk
kurikulum SD/MI organisasi Kompetensi Dasar kurikulum dilakukan melalui
pendekatan terintegrasi (integrated curriculum). Berdasarkan pendekatan ini maka
terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang mengintegrasikan konten
mata pelajaran IPA dan IPS di kelas I, II, dan III ke dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan pendekatan ini maka struktur Kurikulum
SD/MI menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran berkurang.
Prinsip pengintegrasian IPA dan IPS di kelas I, II, dan III di atas dapat diterapkan
dalam pengintegrasian muatan lokal. Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan
dengan seni, budaya dan keterampilan, serta bahasa daerah diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi Dasar muatan lokal yang
berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Selain melalui penyederhanaan jumlah mata pelajaran, penyederhanaan dilakukan
juga terhadap Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran. Penyederhanaan dilakukan
dengan menghilangkan Kompetensi Dasar yang tumpang tindih dalam satu mata

75
pelajaran dan antarmata pelajaran, serta Kompetensi Dasar yang dianggap tidak sesuai
dengan usia perkembangan psikologis peserta didik.
Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran IPA dan IPS tercantum dan memiliki
Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses pembelajaran Kompetensi Dasar IPA
dan IPS, sebagaimana Kompetensi Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam
berbagai tema. Oleh karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari
semua mata pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.
Kurikulum 2013 memiliki tujuan khusus untuk mempersiapkan generasi baru dan
penerus bangsa yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Untuk itu,
perancangan kurikulum 2013 perlu memperhatikan kebutuhan peserta didik saat ini dan
di masa depan yang dimasi ditengah pengaruh globalisasi dan kemajemukan masyarakat
Indonesia.
Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia itu, misi
dan orientasi kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan dengan tujuan
khusus agar peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan
masyarakat di masa kini dan di masa mendatang. Kompetensi yang dimaksud meliputi
tiga kompetensi, yaitu: (1) menguasai pengetahuan; (2) memiliki keterampilan atau
kemampuan menerapkan pengetahuan; (3) menumbuhkan sikap spiritual dan etika
sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak
langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah,
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta
didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Mata pelajaran yang diajarkan
secara tematik di SD adalah:

a. Pendidikan Pancasial dan Kewarganegaraan (PPKn)

76
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai
oleh 4 substansi inti kebangsaan yaitu (1) Pancasila, sebagai dasar negara; (2)
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum
dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara; (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai bentuk final
Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah
darah Indonesia; (4) Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud komitmen keberagaman
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan kohesif secara
nasional. Pembelajaran PPKn dilakukan dalam rangka mencapai kompetensi sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran
langsung (direct teaching).

b. Bahasa Indonesia
Ruang lingkup bahasa Indonesia di SD adalah menggunakan bahasa secara
efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan. Selain itu di peserta didik di SD dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti,
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Pembelajaran bahasa
Indonesia dilakukan dalam rangka mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching)

c. Matematika
Ruang Lingkup Matematika SD ada tiga yaitu bilangan (bilangan cacah,
bulat, prima, pecahan, kelipatan dan faktor, pangkat dan akar sederhana), geometri
dan pengukuran (bangun datar dan bangun ruang, hubungan antar garis,

77
pengukuran (berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, dan debit, letak
dan koordinat suatu benda), serta statistika (menyajikan dan menafsirkan data
tunggal) dalam penyeleaian masalah kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di SD diarahkan untuk mendorong peserta didik
mencari tahu dari berbagai sumber, mampu merumuskan masalah bukan hanya
menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu,
pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta didik berpikir logis dan kreatif bukan
sekedar berpikir mekanistis serta mampu bekerja sama dan berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah. Pembelajaran matematika dilakukan dalam rangka
mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Pengembangan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui
kegiatan pembelajaran tidak langsung (indirect teaching).

d. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA SD mencakup enam lingkup sains
yaitu kerja ilmiah dan keselamatan kerja, makhluk hidup dan sistem kehidupan
(bagian tubuh manusia dan perawatannya, makhluk hidup di sekitarnya, tumbuhan,
hewan, dan manusia), energi dan perubahannya (gaya dan gerak, sumber energi,
bunyi, cahaya, sumber daya alam, suhu dan kalor, rangkaian listrik dan magnet),
materi dan perubahannya (ciri benda, penggolongan materi perubahan wujud), bumi
dan alam semesta (rorasi dan revolusi bumi, cuaca dan musim, dan sistem tata
surya), serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (dampak perubahan
musim terhadap kegiatan sehari-hari, lingkungan dan kesehatan, dan sumber daya
alam). Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI kelas I, II, dan III (kelas rendah) muatan
sains diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan di Kelas IV,
V, dan VI (kelas tinggi) Ilmu Alam menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri
tetapi pembelajarannya menerapkan pembelajaran tematik terpadu.
Pembelajaran di SD dilakukan secara terpadu antar mata pelajaran yang diikat
oleh tema tertentu. Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan
budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta

78
kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi
sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan
sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut

e. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Ruang lingkup materi IPS di Sekolah Dasar, diawali dari pengenalan
lingkungan dan masyarakat terdekat, mulai kabupaten, provinsi, nasional dan
internasional. Antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki koneksi.
Lingkungan internasional di lingkup SD dibatasi pada pengenalan lingkungan
ASEAN. Mata pelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan warganegara yang
religius, jujur, demokratis, kreatif, kritis, senang membaca, memiliki kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi
terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi secara
produktif. Ruang lingkup IPS terdiri atas pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang dikembangkan dari masyarakat dan disiplin ilmu sosial. Penguasaan
keempat konten ini dilakukan dalam proses belajar yang terintegrasi melalui proses
kajian terhadap konten pengetahuan.
Pada jenjang Sekolah Dasar kelas I, II dan III muatan IPS diintegrasikan pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI, IPS
menjadi mata pelajaran tersendiri tetapi pembelajarannya dilakukan secara tematik
terpadu dengan mata pelajaran lainnya. Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial,
dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

f. Seni Budaya dan Prakarya (SBdP)


Di Sekolah Dasar pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya bersifat rekreatif

79
melalui eksperimentasi, keberanian mengutarakan pendapat serta dapat dilaksanakan
secara terpadu maupun single subject. Terpadu dalam bentuk mencipta karya seni
yang dikaitkan dengan pengetahuan lain dan rasionalisasi penciptaannya, di
dalamnya memuat sikap (perilaku, apresiatif, toleransi dan bertanggungjawab
penuh), keterampilan (bersifat fragmatis, aplicable, dan teknologis-sistemis),
pengetahuan (kemampuan merekronstruksi dan mengungkapkan kembali ide dan
gagasan secara sistematis).

Ruang lingkup SBdP di SD meliputi dinamika gerak, karya dekoratif,


menampilkan pola irama dan membuat karya dari bahan alam, berkarya seni estetis
melalui kegiatan apresiasi dan kreasi berupa gambar cerita dan reklame, interval
nada, tari kreasi daerah, membuat kolase, topeng dan patung dengan memperhatikan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.
Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran
tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.

g. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)


Pembelajaran berbagai aktivitas di dalam PJOK pada satuan pendidikan SD
diarahkan untuk mencapai kompetensi dalam penyempurnaan dan pemantapan pola
gerak dasar, pengembangan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat pada kelas
rendah (kelas I-III) melalui berbagai permainan sederhana dan tradisional, aktivitas
senam, aktivitas gerak berirama, aktivitas air, dan materi kesehatan, sedangkan pada
kelas tinggi (kelas Iv-VI) pengembangan pola gerak dasar menuju kesiapan gerak
spesifik, pengembangan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui
permainan bola besar, permainan bola kecil, atletik, beladiri, senam, gerak berirama,
aktivitas air, dan materi kesehatan.
Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran
tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya

80
sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.

2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah
dalam hal ini Jawa Barat, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan membina
bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman
pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013
ditetapkan Pendidikan Bahasa Daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah.
Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk Pendidikan Bahasa Daerah dan
Pendidikan Seni Budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan
pengembangan diri. Oleh karena itu, Mata Pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan
nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No.
423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa
Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/ MA). Kedudukan Mata Pelajaran
Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur Kurikulum Nasional adalah sebagai
berikut.
Muatan Lokal yang dipilih SD Negeri Kalimulya 5ditetapkan berdasarkan ciri
khas, potensi dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan
tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah pengembangan jiwa
kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai
kewirausahaan yang dikembangkan antara lain inovasi, kreatif, berfikir kritis,
eksplorasi, komunikasi, kemandirian, dan memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya yang

81
dimaksud antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepekaan terhadap
lingkungan, dan kerjasama.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut diintegrasikan di dalam
proses pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai tersebut dapat menjadi sikap
dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehinggga satuan pendidikan harus
mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk setiap
muatan lokal yang diselenggarakan.
Muatan lokal wajib yang dilaksanakan di SD Negeri Kalimulya 5 Kota Depok
adalah Bahasa Sunda dan muatan lokal pilihan Bahasa Inggris dengan meliputi aspek
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
Standar kompetensi kulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek yang terurai seperti berikut.
a. Menyimak (ngaregepkeun)
Mampu memahami dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan sastra
maupun nonsastra, yang berupa pengucapan bunyi bahasa, kata, kalimat sederhana
dan luas, pengumuman, penjelasan, nasihat, perintah, tuturan, berita, dikte,
pelantunan puisi (sajak, guguritan, kakawihan), dan pembacaan cerita (dongeng,
cerita pendek).
b. Berbicara (nyarita)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan, yang
berupa percakapan, wawancara, bercerita menceritakan, mengumumkan, menelpon,
menjelaskan, menyampaikan (sanggahan, pujian, usul, laporan) diskusi, pidato,
bermain peran, dan musikalisasi/dramatisasi puisi.
c. Membaca (maca)
Mampu memahami dan menanggapi beragam teks yang berupa aksara, kata-
kata lepas, kalimat lepas, prosa (pengumuman, surat, bahasan, dongeng, cerita
pendek, artikel, pidato), percakapan, dan puisi (sajak, guguritan).
d. Menulis (nulis)
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan dalam beragam
tulisan yang berupa suku kata, kata-kata, bentuk kalimat (kalimat sederhana dan

82
luas), fungsi kalimat (berita, tanya, perintah), prosa (wacana pendek, surat, berita,
biografi, narasi,deskripsi, eksposisi, pidato, laporan), puisi (sajak, guguritan), serta
penggunaan ejaan dan tanda baca.
Untuk mewadahi keragaman lokalitas perlu dipertimbangkan bahasa dan budaya
yang berkembang di lingkungan belajar peserta didik. Kenyataan menunjukkan bahwa
selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang
wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintah. Misalnya,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah bahwa yang dimaksud dengan
bahasa daerah di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu-
Betawi. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta didiknya berbahasa ibu
bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan
kebahasaan dan budaya daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua
kompetensi dasar, tetapi dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.
Nilai-nilai yang ditanamkan di dalam muatan lokal :
Tabel 3.5. Nilai yang ditanamkan pada Muatan Lokal

No. Mata Pelajaran Nilai-nilai Indikator


1 Bahasa Sunda  Kejujuran  Berterus terang
 Keramahan  Sesuai antara
 Disiplin perkataan dengan
 Menghargai perbuatan
orang lain  Memberikan layanan
 Konsisten pada yang terbaik
aturan  Mentaati aturan atau
 Keberanian konsisten
2 Budaya Daerah  Etos kerja  Semangat
 Mandiri  Mengenal potensi diri
 Kreatif dan  Menciptakan peluang
inovatif 
3 Budidaya Tanaman  Mencintai  Perbuatan/tindakan
lingkungan  Menciptakan peluang
 Berpikir positif
 Tanggung jawab
4 Bahasa Inggris  Cermin  Tutur kata

83
No. Mata Pelajaran Nilai-nilai Indikator
kepribadian  Komunikasi
 Cinta tanah air  Menghargai
 Kesantunan

C. Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Dalam kurikulum operasional di satuan pendidikan SDN Kalimulya 5 dirancang
pembelajaran berbasis proyek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila. Pembelajaran ini
masuk ke dalam ko-kurikuler yang dirancang dalam sesuai tema besar yang telah
ditentukan dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran sebagai bentuk proyek
implementasi Profil Pelajar Pancasila di satuan pendidikan.
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dikemas dalam dua proyek utama yang dapat
ditampilkan secara terpadu mulai dari kelas 1 sampai 6. Pengalokasian waktu untuk
kegiatan ini terpisah dari alokasi waktu kegiatan intrakurikuler sehingga tidak mengurangi
kegiatan regular mingguan. Selain kedua proyek besar tersebut, dimensi Profil Pelajar
Pancasila pun dikembangkan dalam proses pembelajaran intrakurikuler dalam
pembelajaran tema dan mata pelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler. Pembelajaran
berbasis proyek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila diselaraskan dengan potensi
Lokal yang menjadi ciri khas satuan pendidikan, capaian operasional
pembelajaran, dapat mengakomodir keragaman minat bakat peserta didik dan mampu
mengembangkan kecakapan hidup peserta didik. Penguatan Profil Pelajar Pancasila terdiri
dari enam dimensi yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

84
Dalam membuat rancangan pembelajaran berbasis proyek terdapat langkah-
langkah yang harus disusun secara bertahap mulai dari mengidentifikasi masalah dengan
pertanyaan pemicu yang diambil dari permasalahan kontekstual implementasi Profil
Pelajar Pancasila kemudian merancang proyek secara kolaboratif antara guru dan peserta
didik disertai program penjadwalan yang disepakati, setelah itu dilanjut ke tahap
pelaksanaan. Di bagian akhir ada presentasi hasil yang akan dievaluasi dan kemudian
menjadi refleksi untuk perbaikan.

Gambar 4. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek


Pada tahun pelajaran 2022/2023, pembelajaran berbasis proyek penguatan Profil
Pelajar Pancasila mengusung implemetasi nilai-nilai Pancasila. Diawali dengan
menganalisis permasalahan kontekstual yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
kemudian menentukan proyek dalam bentuk hasil karya tulis, gerak dan seni, jiwa
kewirausahaan dan potensi sumber daya alam dan budaya lokal di sekitar satuan
pendidikan. Proyek ini dikembangkan per jenjang kelas dengan bimbingan guru kelas dan
guru mata pelajaran yang kemudian digabungkan dalam satu event di akhir proyek di tiap-
tiap akhir semester. Proyek pertama yang akan dilaksanakan pada bulan Desember 2022
dengan mengambil tema kewirausahaan yang mengasah bakat dan kemampuan dalam
bidang kewirausahaan, tujuannya untuk melatih siswa dapat berinteraksi dalam melakukan
kegiatan transaksi jual beli. Proyek kedua dilaksanakan pada bulan Juni bertema
Pembudidayaan Tanaman Alpukat. Proyek ini pun sebagai bentuk pemeliharaan,
pelestarian, dan penanaman rasa cinta terhadap lingkungan yang asri sehingga
menghasilkan nilai jual yang tinggi.

85
Tahap terakhir adalah tercapainya tujuan akhir dari pembelajaran berbasis proyek
ini, yaitu selain untuk mengimplementasikan dalam keseharian sebagai agen Profil Pelajar
Pancasila, juga untuk merancang pembelajaran ko-kurikuler yang inovatif, menarik dan
capaian pembelajaran yang terkemas berbeda. Pembelajaran ini juga bentuk penguatan
karakter yang membudaya pada satuan pendidikan.

D. Pengaturan Beban Belajar


1. Kegiatan Tatap Muka
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD Negeri Kalimulya 5, kelas I, II, dan III
masing-masing 32, 34, 36 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 38 jam
setiap minggu. Jam belajar SD Negeri Kalimulya 5adalah 35 menit. Kompetensi Dasar
Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Dengan adanya tambahan jam belajar
ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif. Proses
pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses
pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk
mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang
dikembangkan menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga
mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka
pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Selain itu bertambahnya jam
belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
Tabel 3.7. Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan
SDN Kalimulya 5
Satu jam Minggu
Jumlah jam
pembelajaran Efektif per Waktu pembelajaran per
Kelas pembelajaran
tatap tahun tahun
Per Minggu
muka/menit ajaran
1140 jam pembelajaran
1 35 32 38
(39900 menit)
1216 jam pembelajaran
2 35 34 38
(41230 menit)

86
Satu jam Minggu
Jumlah jam
pembelajaran Efektif per Waktu pembelajaran per
Kelas pembelajaran
tatap tahun tahun
Per Minggu
muka/menit ajaran
1292 jam pembelajaran
3 35 36 38
(42560 menit)
1368 jam pembelajaran
4 35 38 38
(47880 menit)
1368 jam pembelajaran
5 35 38 38
(47880 menit)
1368 jam pembelajaran
6 35 38 38
(47880 menit)

2. Kegiatan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur


Beban belajar penugasan tersetruktur dan kegiatan mandiri tidak berstruktur
maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan. Contoh mata pelajaran IPA dalam satu minggu 4 jam pelajaran Untuk
tatap muka 60 % .
Contoh perhitungan pemberian tugas. 4 x 35 menit = 140 menit maka 40%
penugasan yaitu 40% x 140 menit = 56 menit jadi untuk pemberian tugas hanya 56
menit per minggu.
Alokasi waktu untuk praktek, dua jam kegiatan praktek di sekolah stara dengan
satu jam tatap muka. Empat jam praktek di luar sekolah stara dengan dua jam tatap
muka. Alokasi untuk pengembangan ekspresi dan potensi disesuaikan dengan jenis
pengembangan yang dipilih.

E. Ketuntasan Belajar Minimal


Ketuntasan Belajar Minimal yang selanjutnya disebut KBM adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada standar
kompetensi lulusan, mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Dalam menetapkan KBM, satuan pendidikan
harus merumuskannya secara bersama antara Kepala Sekolah, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya. KBM dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek:
karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran (kompleksitas

87
materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung) pada proses pencapaian
kompetensi.
Secara teknis prosedur penentuan KBM mata pelajaran pada Satuan Pendidikan
dapat dilakukan antara lain dengan cara berikut:
a) Menghitung jumlah KD setiap mata pelajaran pada masing-masing tingkat kelas dalam
satu tahun pelajaran.
b) Menentukan nilai aspek karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata
pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya
dukung) dengan memperhatikan komponen-komponen berikut :
(1) Aspek karakteristik materi/kompetensi yaitu memperhatikan kompleksitas KD
dengan mencermati kata kerja yang terdapat pada KD tersebut dan berdasarkan
data empiris dari pengalaman guru dalam membelajarkan KD tersebut pada waktu
sebelumnya. Semakin tinggi aspek kompleksitas materi/kompetensi, semakin
menantang guru untuk meningkatkan kompetensinya.
(2) Aspek intake yaitu memperhatikan kualitas peserta didik yang dapat diidentifikasi
antara lain berdasarkan hasil ujian jenjang sebelumnya, hasil tes awal yang
dilakukan oleh sekolah, atau nilai rapor sebelumnya. Semakin tinggi aspek intake,
semakin tinggi pula nilai KBMnya.
(3) Aspek guru dan daya dukung antara lain memperhatikan ketersediaan guru,
kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu,
kompetensi guru (misalnya hasil Uji Kompetensi Guru), rasio jumlah peserta didik
dalam satu kelas, sarana prasarana pembelajaran, dukungan dana, dan kebijakan
sekolah. Semakin tinggi aspek guru dan daya dukung, semakin tinggi pula nilai
KBMnya.
Dalam menetapkan KBM, satuan pendidikan harus merumuskannya secara
bersama-sama kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya. KBM
dicantumkan dalam Dokumen I KTSP dan bersifat dinamis, artinya memungkinkan
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan proses pembelajaran. KBM
dituliskan dalam bentuk angka (bilangan bulat) dengan rentang 0 – 100. Dengan
demikian, penentuan KBM muatan pelajaran merupakan kewenangan pendidik yang
disetujui di tingkat Satuan Pendidikan melalui rapat dewan guru. KBM dapat dibuat

88
berbeda untuk setiap mata pelajaran dan dapat juga dibuat sama untuk semua mata
pelajaran pada suatu sekolah. Apabila sekolah menentukan KBM yang berbeda untuk
setiap mata pelajaran, sekolah harus mempertimbangkan panjang interval setiap mata
pelajaran. KBM yang berbeda akan mengakibatkan interval predikat dan penentuan
predikat yang berbeda. Misalnya, muatan pelajaran dengan KBM 75 maka predikat C
(Cukup) dimulai dari nilai 75, sedangkan KBM 60 maka predikat C (Cukup) dimulai
dari nilai 60. Hal ini berimplikasi antara lain pada format dan pengisisan rapor. Apabila
sekolah menentukan KBM yang sama untuk semua mata pelajaran, misalnya dengan
menjadikan KBM mata pelajaran paling rendah sebagai KBM satuan pendidikan. Hal
ini akan menyederhanakan penentuan interval predikat serta format dan pengisian
rapor. Nilai KBM ditulis dalam dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan disosialisasikan kepada semua warga sekolah.

Tabel 3. 8. Rentang Predikat sesuai dengan KBM

Di bawah ini disajikan Ketuntasan Belajar Minimal SD Negeri Kalimulya


5Kecamatan Cilodong Kota Depok sebagai Berikut ;
Tabel 3.9. Ketuntasan Belajar Minimal SD Negeri Kalimulya 5
KBM Kelas Rata-Rata
MATA PELAJARAN
I II III IV V VI KBM
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan 70 70 70 75 75 75 72,5
Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan 70 70 70 75 75 75 72,5
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 70 70 70 75 75 75 72,5
4. Matematika 68 68 68 70 70 70 69
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 70 70 70 70

89
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 70 70 70 70
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 70 70 70 70 70 70 70
2. Pendidikan Jasmani, Olah 70 70 70 75 75 75 72,5
Raga dan Kesehatan
3 Bahasa dan Sastra Daerah 60 60 60 65 65 65 62,5

F. Penilaian Kenaikan Kelas dan Kelulusan


1. Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, pendidik dan satuan pendidikan harus mengacu
pada Standar Penilaian Pendidikan. Mengelola pembelajaran dan penilaian dengan
bermutu adalah tugas pendidik dan satuan pendidikan. Dengan melakukan pembelajaran
dan penilaian, pendidik akan mampu menjalankan fungsi sumatif penilaian yakni
mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi peserta didik serta
mendeskripsikan capaian hasil pembelajaran peserta didik, dan fungsi formatif yakni
mendiagnostik kesulitan belajar peserta didik dalam pembelajaran, memberi petunjuk
bagi pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan mutu pembelajaran, mengetahui
kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar
untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Penilaian sebagai fungsi sumatif saat ini dikenal dengan istilah penilaian atas
pembelajaran (assessment of learning) sedangkan penilaian sebagai fungsi formatif saat
ini lebih dikenal sebagai penilaian sebagai pembelajaran ( assessment as learning) dan
penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning).
Berikut ini pengertian-pengertian terkait penilaian yang ada dalam kurikulum SD
Negeri Kalimulya 5 Kecamatan Cilodong Kota Depok, sebagai berikut ;
a. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,
prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik
yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik.

90
b. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.
c. Pembelajaran adalah proses interaksi yang direncanakan antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya, dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
d. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/ data
tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan,
dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang
dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.
e. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan
dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam
bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah.
f. Penilaian harian (PH) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi dasar.
g. Penilaian tengah semester (PTS) adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar peserta didik setelah melaksanakan
kegiatan pembelajaran selama 8-9 minggu. Cakupan penilaian tengah semester
meliput seluruh KD pada periode tersebut.
h. Penilaian akhir semester (PAS) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester ganjil. Cakupan PAS
meliputi seluruh KD pada semester ganjil.
i. Penilaian akhir tahun (PAT) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap. Cakupan PAT
meliputi seluruh KD pada semester genap.
j. Ujian Sekolah/Madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
k. Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi
deskriptif mengenai perilaku peserta didik di dalam dan di luar pembelajaran.

91
l. Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
penguasaan pengetahuan peserta didik.
m. Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu.
n. Prinsip penilaian adalah asas yang mendasari penilaian dalam pembelajaran.
o. Mekanisme penilaian adalah prosedur dan metode penilaian yang dilakukan oleh
pendidik.
p. Prosedur penilaian adalah langkah-langkah penilaian yang dilakukan oleh pendidik.
q. Teknik penilaian adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk melakukan
penilaian dengan menggunakan berbagai bentuk instrumen penilaian.
r. Instrumen penilaian adalah alat yang disusun dan digunakan untuk mengumpulkan
dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
s. Ketuntasan Belajar Minimal yang selanjutnya disebut KBM adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada
standar kompetensi lulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

2. Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas peserta didik ditetapkan melalui rapat dewan guru dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang telah disepakati oleh seluruh warga satuan
pendidikan, seperti minimal kehadiran, ketaatan pada tata tertib, dan peraturan lainnya
yang berlaku di satuan pendidikan tersebut.
Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil belajar dari paling sedikit
3 (tiga) mata pelajaran pada kompetensi pengetahuan keterampilan belum tuntas
dan/atau sikap belum baik.
Peserta didik diupayakan mengikuti proses pembelajaran dan penilaian yang
maksimal. Oleh karena itu apabila ada peserta didik yang terpaksa harus tidak naik
kelas, maka hal ini harus menjadi umpan balik bagi pendidik, satuan pendidikan, dan
orangtua sehingga diharapkan semua peserta didik pada akhirnya dapat naik kelas.

92
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran berdasarkan
kriteria kenaikan kelas sebagai berikut :
1) Siswa dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran
pada dua semester di kelas yang diikuti.
2) Tidak terdapat nilai di bawah Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) pada seluruh
mata pelajaran yang diajarkan.
3) Nilai sikap/perilaku minimal Baik.
Kriteria kenaikan kelas berdasarkan ketuntasan hasil belajar pada setiap mata
pelajaran baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Ketuntasan belajar pada
kenaikan kelas adalah ketuntasan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Jika terdapat aspek
pengetahuan dan keterampilan, mata pelajaran yang tidak mencapai KKM pada
semester ganjil atau genap, maka:
a. dihitung rerata nilai berdasarkan aspek mata pelajaran semester ganjil dan genap.
b. nilai rerata setiap aspek dibandingkan dengan KKM pada mata pelajaran tersebut.
Jika hasil pada nilai rerata lebih dari nilai KKM, maka aspek mata pelajaran tersebut
dinyatakan Tuntas, dan sebaliknya jika nilai rerata kurang dari nilai KKM, maka
aspek mata pelajaran tersebut dinyatakan Belum Tuntas. Selanjutnya jika rerata
kedua aspek tuntas dan nilai sikap baik maka mata pelajaran tersebut dikatakan
Tuntas, dan sebaliknya minimal 1 (satu) aspek tidak tuntas maka mata pelajaran
tersebut dikatakan Belum Tuntas.
c. Kriteria kenaikan kelas pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket.
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam (dua) semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
2) Predikat sikap minimal BAIK yaitu memenuhi indikator kompetensi sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
3) Predikat kegiatan ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan minimal
BAIK sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
4) Tidak memiliki lebih dari 2 (dua) mata pelajaran yang masing-masing capaian
pengetahuan dan/atau keterampilan di bawah KKM. Apabila ada mata pelajaran
yang tidak mencapai KKM pada semester ganjil dan/atau semester genap, maka

93
ketuntasan mata pelajaran diambil dari rata-rata nilai setiap aspek mata pelajaran
pada semester ganjil dan genap.
5) Satuan pendidikan dapat menambahkan kriteria sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.

Berikut contoh analisis ketuntasan untuk kenaikan kelas.

Berdasarkan data pada tabel diperoleh data untuk bahan penentuan keputusan
sebagai berikut :
1) Dengan memperhatikan KKM pada semester 1, terdapat 3 mata pelajaran tidak
tuntas terdiri atas Bahasa Indonesia, Matematika, dan PJOK.
2) Pada semester 2, terdapat 2 mata pelajaran tidak tuntas yaitu Bahasa Indonesia dan
PJOK.
3) Untuk mengetahui banyaknya ketuntasan yaitu merata-ratakan nilai setiap aspek
pada mata pelajaran yang sama. Pada contoh kasus di atas,

94
a) Nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 1 pada aspek pengetahuan = 60
dan semester 2 aspek pengetahuan = 60, rerata =60 (belum tuntas). Semester 1
pada aspek keterampilan = 65 dan semester 2= 65, reratanya= 65 (tuntas). Maka
mata pelajaran Bahasa Indonesia belum tuntas.
b) Nilai mata pelajaran Matematika semester 1 pada aspek pengetahuan = 58 dan
semester 2 aspek pengetahuan = 65, reratanya =62 (belum tuntas). Semester 1
pada aspek keterampilan = 65 dan semester 2= 65, reratanya= 65 (tuntas). Maka
mata pelajaran Matematika belum tuntas.
c) Nilai mata pelajaran PJOK semester 1 pada aspek pengetahuan= 64 dan
semester 2 aspek pengetahuan= 70, reratanya =67 (tuntas). Semester 1 pada
aspek keterampilan= 63 dan semester 2= 65, reratanya= 64 (belum tuntas).
Maka mata pelajaran PJOK belum tuntas.
d) Kesimpulan: jumlah mata pelajaran yang tidak tuntas adalah 3 (tiga) yaitu
Bahasa Indonesia, Matematika, dan PJOK. Nilai aspek Sikap adalah Baik, maka
peserta didik yang bersangkutan diputuskan Tidak Naik Kelas.
Catatan:
(a) Keputusan kenaikan kelas bagi peserta didik dilakukan berdasarkan hasil rapat
pleno dewan guru dengan mempertimbangkan kebijakan satuan pendidikan, seperti
minimal kehadiran, tata tertib, dan peraturan lainnya yang berlaku di satuan
pendidikan tersebut.
(b) Kriteria kenaikan kelas dari satuan pendidikan harus tersurat dalam dokumen KTSP.
(c) Bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem SKS, tidak ada kenaikan kelas
bagi peserta didik.
(d) Lembar kriteria kenaikan kelas dilampirkan pada rapor peserta didik.

3. Kelulusan Satuan Pendidikan

Sesuai dengan ketentuan permendikbud No 23 tahun 2016 pasal 10 bagian e maka


peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

95
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan lulus Ujian Nasional.
d. Dalam pelaksanaan Ujian Sekolah, satuan pendidikan wajib membuat Prosedur
Operasional Standar (POS) sebagai rujukan teknis dalam pelaksanaan Ujian
Sekolah. Tujuan penyusunan POS untuk mengorganisasikan pelaksanaan Ujian
Sekolah yang efektif dan profesional, mewujudkan pelayanan yang berkualitas,
memuaskan, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
e. Berikut dijelaskan kriteria kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar
Nasional serta kriteria kelulusan dari Satuan Pendidikan.
f. Kriteria Kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional
g. Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah (US) dan Ujian Sekolah Berstandar
Nasional (USBN) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Kelulusan US dan USBN ditentukan berdasarkan nilai Ujian Sekolah (NUS).
2) NUS ditentukan berdasarkan batas minimal rata-rata semua mata pelajaran
dan/atau batas minimal untuk setiap mata pelajaran yang diuji. Contoh : rata-rata
semua mata pelajaran yang di-US-kan paling rendah 70 dan nilai US setiap mata
pelajaran paling rendah 65.
Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan Pendidikan setelah memenuhi kriteria:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. lulus ujian sekolah dan ujian sekolah berstandar nasional.
Berikut penjelasan mengenai ketiga kriteria tersebut:
a. Penyelesaian seluruh program pembelajaran untuk peserta didik SD apabila telah
menyelesaikan pembelajaran dari kelas I sampai dengan kelas VI.
b. Nilai sikap/perilaku minimal baik ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan hasil penilaian sikap oleh pendidik.

96
c. Kriteria kelulusan peserta didik dari Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah Berstandar
Nasional untuk semua mata pelajaran ditetapkan oleh Satuan Pendidikan
berdasarkan perolehan nilai US dan USBN.
d. Kelulusan peserta didik ditetapkan oleh setiap Satuan Pendidikan yang
bersangkutan melalui rapat dewan guru.

Penanganan siswa yang tidak naik kelas dan yang tidak lulus
Siswa dinyatakan tinggal kelas, apabila :
1) Memiliki 3 nilai Mapel yang KBM-nya tidak TUNTAS.
2) Untuk nilai Pengetahuan Ki.3 harus Tuntas.
3) Untuk nilai Ketrampilan Ki.4 harus Tuntas.
4) Dan untuk Ki.1 dan Ki.2 harus BAIK.
5) Bagi siswa yang tidak naik kelas mengulang di kelas yang bersangkutan dengan
penanganan khusus.
6) Bagi yang tidak lulus diikutsertakan program paket A atau mengulang kembali di
tingkat yang sama.

G. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education)


Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis
dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan
kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya
termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan
akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam
kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan
intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan
karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya
menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran
kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar peserta didik
mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan
bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara
struktur tidak berdiri sendiri.

97
Pendidikan kecakapan hidup dalam pengembangannya terintegrasi dengan semua
mata pelajaran. Aspek kecakapan hidup yang dikembangkan meliputi kecakapan pribadi,
kecakapan sosial, kecakapan akademik.
Konsep pendidikan kecakapan hidup atau life skill education dalam kurun waktu 3-4
tahun menjadi wacana yang gencar dikumandangkan jajaran Departemen Pendidikan
Nasional yang bahkan sampai hari ini telah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan. Tidak kalah pentingnya, dalam rancangan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) secara tersirat telah mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang mengarah
kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Hal ini diperkuat dengan
terbitnya PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 13 dan Panduan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh BSNP, bahwa pada tingkat pendidikan dasar
dan menengah atau sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Baik PP
maupun dalam panduan BSNP tersebut tidak memberikan ketegasan bahwa sekolah
diharuskan memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Namun demikian, apabila sekolah
akan mengimplementasikan pendidikan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran, hal
ini berimplikasi terhadap perlunya sekolah menyiapkan seperangkat pendukung
pelaksanaan pembelajaran yang mengembangkan kegiatan-kegiatan yang berorientasi
kepada kecakapan hidup.
Pengembangan tersebut menyangkut pengembagan dimensi manusia seutuhnya
yaitu pada aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan,
seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta
didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan. Oleh
karena itu, pendidikan kecakapan hidup dalam KTSP terintegrasi melalui kegiatan-
kegiatan pembelajaran yang ada pada setiap mata pelajaran, sehingga tidak berdampak
pada alokasi waktu yang ditetapkan.
Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan
berlakunya Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi dan standar
kompetensi lulusan tersebut menjadi acuan daerah/sekolah dalam mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada masing-masing jenjang pendidikan.
Oleh karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu

98
kepada standar-standar yang telah ditetapkan pemerintah. Standar isi dan standar
kompetensi lulusan merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan.
Standar isi terdiri dari: ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Dokumen
standar isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur kurikulum, (3) standar
kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (5) kalender pendidikan.
Muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum adalah: pendidikan agama;
pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu
pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan;
keterampilan/kejuruan; muatan lokal; dan pengembangan diri. Masing-masing muatan
memiliki tujuan pendidikan yang berbeda dan berpeluang untuk memasukkan kecakapan
hidup secara terintegratif. Berikut ini disajikan format tabel analisis untuk
mengintegrasikan kecakapan hidup dalam materi muatan wajib yang mengacu pada tujuan
pendidikan.
Tabel 3.10. Analisis Pengintegrasian Kecakapan Hidup dalam Muatan Wajib

Pengembangan Kecakapan Hidup *)


Mata
No Tujuan Pendidikan
Pelajaran Kecakapan Kecakapan Kecakapan Kecakapan
Personal Sosial Akademik Vokasional
1 Pendidikan Membentuk peserta
agama didik menjadi manusia
yang beriman dan v v v v
bertakwa kepada
Tuhan YME
2 Pendidikan Membentuk peserta
Kewargane- didik menjadi warga
garaan negara yang memiliki
wawasan dan rasa
kebersamaan, cinta v v v v
tanah air, serta
bersikap dan
berperilaku
demokratis
3 Bahasa Membentuk peserta v v v v
didik mampu
berkomunikasi secara
efektif dan efisien
sesuai dengan etika

99
Pengembangan Kecakapan Hidup *)
Mata
No Tujuan Pendidikan
Pelajaran Kecakapan Kecakapan Kecakapan Kecakapan
Personal Sosial Akademik Vokasional
yang berlaku, baik
secara lisan maupun
tulisan
4 Matematika Mengembangkan
logika dan
v v v v
kemampuan berpikir
peserta didik
5 Ilmu Mengembangkan
Pengetahua pengetahuan, dan
n Alam kemampuan analisis
v v v v
peserta didik terhadap
lingkungan alam dan
sekitarnya
6 Ilmu Mengembangkan
Pengetahua pengetahuan,
n Sosial pemahaman, dan
kemampuan analisis v v v v
peserta didik terhadap
kondisi sosial
masyarakat
7 Seni dan Membentuk karakter
Budaya peserta didik menjadi
manusia yang v v v v
memiliki rasa seni dan
pemahaman budaya
8 Pendidikan Membentuk karakter
Jasmani, peserta didik agar
Olahraga, sehat jasmani dan
v v v v
dan rohani, serta
Kesehatan menumbuhkan rasa
sportivitas
9 Keterampila Membentuk peserta
n/ didik menjadi manusia
v v v v
Bahasa yang memiliki
Asing/TIK keterampilan
10 Muatan Membentuk
Lokal pemahaman terhadap
potensi sesuai dengan v v v v
ciri khas di daerah
tempat tinggalnya
11 Pengemban Memberikan v v v v
gan Diri kesempatan kepada
peserta didik untuk
mengembangkan dan

100
Pengembangan Kecakapan Hidup *)
Mata
No Tujuan Pendidikan
Pelajaran Kecakapan Kecakapan Kecakapan Kecakapan
Personal Sosial Akademik Vokasional
mengekspresikan diri
sesuai dengan
kebutuhan, minat, dan
bakat

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sangat ditentukan oleh


program/rancangan yang disusun sekolah dan kreativitas guru dalam merumuskan dan
menentukan metode pembelajarannya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan
program pembelajaran sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
b) Mengidentifikasi bahan kajian/materi pembelajaran
c) Mengembangkan indikator
d) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermuatan kecakapan hidup
e) Menentukan bahan/alat/sumber yang digunakan
f) Mengembangkan alat penilaian yang sesuai dengan aspek kecakapan hidup
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan
peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Kriteria dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1) kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada guru, agar
mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai
dengan tuntutan kurikulum
2) kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara
utuh
3) kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar
4) kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered)
5) mengandung kegiatan-kegiatan yang mendorong peserta didik mencapai kompetensi
6) materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan
7) perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas materi/konten yang ingin dikuasai
peserta didik

101
8) penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang
memerlukan prasyarat tertentu
9) pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat spiral (mudah-sukar; konkret-
abstrak; dekat-jauh) dan juga memerlukan urutan pembelajaran yang terstruktur
10) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur
penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembelajaran peserta didik, yaitu
kegiatan peserta didik dan materi.

Dalam memilih kegiatan peserta didik perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(a) memberikan peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah dan menemukan
sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru
(b) mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran.
(c) disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan sarana yang tersedia
(d) bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu atau perorangan, berpasangan,
kelompok, dan klasikal
(e) memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti: bakat,
minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi dan budaya serta masalah
khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan.
Rincian aspek kecakapan hidup yang dikembangkan antara lain:
1. Kecakapan Pribadi (Personal)
a. Memberi salam dan bersalaman kepada teman, dan guru
b. Membaca doa sebelum dan sesudah belajar
c. Opsih setiap hari sebelum masuk sekolah
2. Kecakapan Sosial
a. Menjenguk teman yang sedang sakit
b. Mengadakan kerja bakti membersihkan sampah
c. Menghargai pendapat teman dalam kegiatan belajar di kelas
3. Kecakapan Akademik
a. Meningkatkan pembinaan lomba siswa berprestasi
b. Mengikuti PORSENI
c. Mengadakan wajib membaca buku

102
d. Menerapkan pembelajaran aktif dan bermakna.
Pendidikan kecakapan hidup di SDN Kalimulya 5 adalah Pendidikan Teknologi
Informatika Komunikasi (TIK) komputer.

Tabel 3.11. Program Pembelajaran Komputer


SD Negeri Kalimulya 5
KELA
STANDAR KOMPETENSI / MATERI
S
I 1. Pengetahuan dan Operasi Dasar
SK : Menunjukan perangkat – perangkat keras komputer
2. Pengolahan informasi untuk produktivitas
SK : Menggunakan ikon menggambar
3. Pemecahan masalah, eksplorasi, dan komunikasi
SK : Memilih dan mewarnai dengan menggunakan komputer serta
mengomunikasikannya
II. 1. Pengetahuan dan operasi dasar
SK : Menunjukan perangkat – perangkat lunak menggambar
2. Pengolahan informasi untuk produktivitas
SK : Mendemonstrasikan ikon menggambar
3. Pemecahan masalah, eksplorasi, dan komunikasi
SK : Merancang dan menggambar secara kreatif
III. 1. Pengetahuan dan operasi dasar
SK : Menunjukan ikon pengolahan gambar
2. Pengolahan informasi untuk produktivitas
SK : Mendemonstrasikan ikon pengolah gambar
3. Pemecahan masalah, eksplorasi, dan komunikasi
SK : Mengolah gambar secara kreatif
IV. 1. Pengetahuan dan operasi dasar
SK : Menunjukkan perangkat lunak pengolah kata
2. Pengolahan informasi untuk produktivitas

103
KELA
STANDAR KOMPETENSI / MATERI
S
SK : Mendemonstrasikan perangkat lunak pengiolah kata
3. Pemecahan masalah, eksplorasi, dan komunikasi
SK : Mengolah dokumen secara kreatif
V. 1. Membuat dan mengetik surat.
2. Membuat kolom/tabel jadwal mata pelajaran
VI. 1. Membuat surat
2. Menghitung
3. Pengenalan internet

H. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global


1. Pendidikan Berbasis Keunggulan Global
Menyikapi tantangan era globalisasi yang makin besar, arus informasi makin
cepat dan persaingan makin kuat, sekolah perlu mempersiapkan berbagai kegiatan yang
ikut bersaing dalam era tersebut sejak dini. Kegiatan tersebut antara lain:
a. meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris
b. meningkatkan Pembelajaran keterampilan komputer
c. memperkenalkan internet kepada siswa kelas 5 dan 6
d. meningkatkan pemahaman kitab suci masing-masing agama kepada siswa kelas 1
sampai dengan kelas 6
e. memberikan pemahaman dampak informasi dari media
f. menanamkan dan meningkatkan rasa kebangsaan yang berwawasan nasional.
2. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek

104
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-
lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
b. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global.
c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari
semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
SD Negeri Kalimulya 5termasuk daerah perkotaan. Untuk menyikapi tantangan
yang dihadapi saat ini serta untuk melestarikan keunggulan daerah terutama pada icon
kota belimbing, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan pendidikan
berwawasan lokal sebagai berikut :
Keterampilan lokal dan global SD Negeri Kalimulya 5 adalah Holtikultura /
Tanaman Hias dan Pemanfaatan Barang Barang Bekas.

Tabel 3.12. Kompetensi Keterampilan Keunggulan Lokal


SD Negeri Kalimulya 5
KELAS MATERI SEMESTER 1 MATERI SEMESTER 2
I  Memperkenalkan macam-macam  Memperkenalkan cara
tanaman hortikultura dan tanaman penanaman dan pemeliharaan
hias tanaman holtikultura dan
 Mengenal bahan-bahan atau material tanaman hias
yang digunakan untuk menanam
tanaman holtikultura dan tanaman
hias
II  Memperkenalkan macam-macam  Memperkenalkan cara
tanaman holtikultura dan tanaman penanaman dan pemeliharaan
hias tanaman holtikultura dan
 Mengenal bahan-bahan atau material tanaman hias
yang digunakan untuk menanam
tanaman holtikultura dan tanaman
hias
III  Memperkenalkan macam-macam  Memperkenalkan cara
tanaman hortikultura dan tanaman penanaman dan pemeliharaan

105
KELAS MATERI SEMESTER 1 MATERI SEMESTER 2
hias tanaman hortikultura dan
 Mengenal bahan-bahan atau material tanaman hias
yang digunakan untuk menanam
tanaman holtikultura dan tanaman
hias
IV  Mengidentifikasi jenis-jenis tanaman  Mengidentifikasi jenis-jenis
holtikultura dan tanaman hias tanaman holtikultura dan
 Menceritakan cara menanam, tanaman hias
memelihara dan memanfaatkan  Menanam, memelihara dan
tanaman holtikultura dan tanaman memanfaatkan jenis tanaman
hias holtikultura dan tanaman hias
V  Mengidentifikasi jenis-jenis tanaman  Mengidentifikasi jenis-jenis
holtikultura dan tanaman hias tanaman holtikultura dan
 Menceritakan cara menanam, tanaman hias
memelihara dan memanfaatkan  Menanam, memelihara dan
tanaman holtikultura dan tanaman memanfaatkan jenis tanaman
hias holtikultura dan tanaman hias
VI  Mengidentifikasi jenis-jenis tanaman  Mengidentifikasi jenis-jenis
holtikultura dan tanaman hias tanaman holtikultura dan
 Menceritakan cara menanam, tanaman hias
memelihara dan memanfaatkan  Menanam, memelihara dan
tanaman holtikultura dan tanaman memanfaatkan jenis tanaman
hias holtikultura dan tanaman hias

Tabel 3.13. Materi Keterampilan Keunggulan Lokal


SD Negeri Kalimulya 5

KELAS MATERI
 Memperkenalkan bahan-bahan organik dan non organik
I  Mengumpulkan barang-barang bekas dan memilihnya berdasarkan
jenis bahannya
 Mengumpulkan barang-barang bekas dan memilihnya berdasarkan
II jenis bahannya.
 Membuat karya dari barang bekas berupa tempat peralatan tulis
secara sederhana
 Mengumpulkan barang-barang bekas dan memilihnya berdasarkan
III jenis bahannya.
 Membuat karya dari barang bekas berupa tempat peralatan tulis.
 Memberi hiasan pada hasil karya

106
KELAS MATERI
 Mengumpulkan kertas-kertas bekas
IV  Membuat bubur kertas
 Memberikan pewarnaan pada bubur kertas
 Mencetak bubur kertas menjadi kertas daur ulang
 Mengumpulkan kertas-kertas bekas
V  Membuat bubur kertas
 Memberikan pewarnaan pada bubur kertas
 Mencetak bubur kertas menjadi kertas daur ulang
 Mengumpulkan kertas-kertas bekas
VI  Membuat bubur kertas dengan pewarnaan
 Mencetak bubur kertas menjadi kertas daur ulang
 Membuat hasil karya dari bahan kertas daur ulang
 Mengemas hasil karya
 Berlatih memasarkan hasil karya

Dengan adanya program perintisan sekolah hijau, SD Negeri Kalimulya 5, akan


memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai potensi ekonomi dan kesehatan dengan
membudidayakan tanaman, seperti apotek hidup, dapur hidup, taman buah. Sedangkan
keunggulan global melaksanakan pelatihan berkomunikasi dalam bentuk penggunaan
internet, English For Tourist.

107
BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada setiap jenjang diselenggarakan
dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah
pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun pengajaran
yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif,
dan hari libur.
Pengembangan Kalender Pendidikan di sekolah adalah merupakan bagian terintegrasi
terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Sesuai dengan prinsip
penerapan otonomi dalam rangka pengembangan sekolah, maka SD Negeri Kalimulya 5
mencoba mengembangkan kalender pendidikan yang mengacu pada berbagai peraturan yang
berlaku. Induk utama pengembangan kalender pendidikan SD Negeri Kalimulya 5 adalah
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 125/U/2017 tentang kalender Pendidikan
dan Jumlah Jam Belajar Efektif di Sekolah karena meskipun sudah diwarnai dengan nuansa
otonomi Pemerintah masih tetap mempunyai kewenangan menetapkan kalender pendidikan dan
jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar dan menengah.
Seiring dengan pergantian tahun pelajaran, setiap satuan pendidikan perlu segera
mempersiapkan agenda kegiatan yang disusun dalam kalender pendidikan. Sehubungan dengan
hal itu, kami sampaikan pedoman penyusunan kalender pendidikan Tahun Pelajaran
2022/2023 bagi satuan pendidikan TK, SD, SMP, SMA, SMK dan SLB baik negeri maupun
swasta di Provinsi Jawa Barat. Pedoman ini disusun dengan mengacu pada Keputusan
Mendiknas nomor 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Efektif di
Sekolah, Permendikbud No. 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
pada Pendidikan Dasar dan Menengah, Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri
Ketenagakerjaan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 617 Tahun 2018, Nomor 262 Tahun 2018, Nomor 16 Tahun 2018 tentang Hari Libur
Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2019, serta peraturan lain yang relevan.

108
A. Permulaan Tahun Ajaran
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada
awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Tahun Pelajaran 2022/2023 dimulai
dengan Penerimaaan Peserta Didik Baru dimulai pada tanggal 4 Juli sd 8 Juli 2022.
Hari Pertama Masuk Sekolah dimulai pada tanggal 18 Juli 2022. Kegiatan yang
dillakukan pada hari pertama masuk sekolah adalah Pengenalan Lingkungan Sekolah yang
dilaksanakan secara Luring.
Beberapa kegiatan dalam kalender pendidikan, dipandang perlu untuk dilaksanakan
secara serempak, guna mewujudkan kebersamaan dan kemaslahatan bagi banyak pihak.
Kegiatan dimaksud antara lain:
No. Kegiatan Tanggal
1. Hari pertama masuk sekolah semester 1 18 Juli 2022
2. Pengenalan Lingkungan Sekolah ( MPLS) 18 – 20 Juli 2022
3. Menyambut bulan Muharam 1444 H 30 Juli 2022
4. Santunan Yatim 10 Agustus 2022
5. Upacara hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2022
6. Pembuatan soal Penilaian Tengah Semester 5-9 September 2022
Ganjil
7. Perkiraan Penilaian Tengah Semester Ganjil 19-24 September 2022
8. Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2022
9. Maulid Nabi Muhammad SAW 8 Oktober 2022
10. Kegiatan AKM kelas V 11-14 Oktober 2022
11. Upacara Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022
12. Hari Pahlawan 10 November 2022
13. Lomba-lomba Guru 14-18 November 2022
14. HUT PGRI 25 November 2022
15. HUT Korpri 29 November 2022
16. Perkiraan Penilaian Akhir Semester 5-9 Desember 20222
17. Kegiatan JAMRAN 19-21 Desember 2022
18. Hari Ibu 22 Desember 2022
19. Tanggal penetapan rapor semester 1 23 Desember 2022
20. Pembagian rapor semester 1 23-24 Desember 2022
21. Libur semester 1 26 Des 2022 – 08 Januari 2023
22. Hari pertama masuk sekolah semester 2 9 Januari 2023
23. Pembuatan soal Penilaian Tengah Semester 20-25 Februari 2023
Genap
24. Prakiraan Penilaian Tengah Semester Genap 6-11 Maret 2023
25. Prakiraan libur awal Ramadan 1444 H.*) 23 – 25 Maret 2023

109
26. Kegiatan Penumbuhan Budi Pekerti 10-13 April 2023
27. Libur Iedul Fitri 1444 H 17 – 29 April 2023
28. Hari Kartini 21 April 2023
29. HUT Kota Depok 27 April 2023
30. Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2023
31. Penyusunan Soal Ujian 3-5 Mei 2023
32. Prakiraan Ujian Sekolah SD 15-20 Mei 2023
33. Upacara Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2023
34. Penyusunan Soal Penilaian Akhir Tahun 22-25 Mei 2023
35. Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2023
36. Prakiraan Penilaian Akhir Tahun 5-10 Juni 2023
37. Tanggal penetapan rapor semester 2 **) 24 Juni 2023
38. Pembagian rapor semester 2 23-24 Juni 2023
39. Libur akhir tahun pelajaran ***) 26 Juni – 15 Juli 20223
*) Kepastian libur awal Ramadan menyesuaikan dengan penetapan awal Ramadan 1444 H.
oleh pemerintah.
**) Khusus bagi peserta didik kelas terakhir, tanggal penetapan rapor semester 2 adalah
tanggal rapat penentuan kelulusan dari satuan pendidikan.
***) Libur akhir tahun pelajaran digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir
dan awal tahun pelajaran.

Hal-hal lain seperti jeda tengah semester (pekan kreativitas), penilaian akhir
semester, penilaian akhir tahun, dan lain-lain disajikan dalam matriks kalender terlampir
sebagai jadwal prakiraan. SD Negeri Kalimulya 5 mengatur lebih lanjut jadwal pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut pada kalender pendidikan sesuai dengan karakteristik dan
kondisi serta kepentingan sekolah, dengan tetap mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Jadwal ujian disajikan pula sebagai prakiraan sementara, sambil menunggu kebijakan lebih
lanjut dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang penyelenggaraan ujian
nasional dan ujian sekolah.
Terkait dengan adanya pedoman penyusunan kalender Pendidikan bagi SD Negeri
Kalimulya 5 berikut ini diatur hal-hal sebagai berikut :
1. Alokasi Waktu
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran. Sekolah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan.

110
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pelajaran setiap minggu, meliputi
jumlah jam pelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal ditambah jumlah
jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat
berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
dan / atau Keputusan Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan.
Kepala Daerah Tingkat Kabupaten / Kota dan / atau organisasi penyelenggara pendidikan
dapat menetapkan hari libur khusus.
Sekolah Negeri Kalimulya 5 bila memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat
mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif. Demikian juga bila memerlukan kegiatan khusus dapat
mengalokasikan waktu secara khusus tanpa mengurangi jumlah minggu efektif dan waktu
pembelajaran efektif.
Hari libur umum / nasional atau penetapan libur serentak untuk jenjang dan jenis
pendidikan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Pusat / Provinsi / Kabupaten / Kota.
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal
tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

2. Penetapan Kalender Pendidikan


a. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni
tahun berikutnya.
b. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
dan / atau Keputusan Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan. Kepala Daerah Tingkat Kabupaten / Kota dan / atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
c. Pemerintah pusat / provinsi / kabupaten / kota dapat menetapkan hari libur serempak
untuk satuan-satuan pendidikan.

111
d. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing
satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen
standar isi dengan memerhatikan ketentuan dari pemerintah / pemerintah daerah.
e. Hari belajar efektif adalah hari belajar yang betul-betul digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, sesuai dengan ketentuan kurikulum.
f. Jumlah hari belajar efektif dalam 1 (satu) tahun pelajaran adalah 210 (dua ratus
sepuluh) hari, sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
g. Jam belajar efektif adalah jam belajar yang betul-betul digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Jumlah jam belajar efektif setiap
minggu untuk kelas I – II (dengan model pembelajaran tematik) adalah 30 jam
pelajaran, kelas III 32 jam pelajaran sedangkan untuk kelas IV – VI adalah 36 jam
pelajaran.
B. Pengaturan Waktu Belajar Efektif
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam
pembelajaran perminggu, meliputi jumlah jam pembelajaran seluruh mata pelajaran,
ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting, yang pengaturannya
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerah.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kalender pendidikan SD Negeri Kalimulya 5
adalah seperti berikut :
1. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

112
KALENDER PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
ANALISIS HARI BELAJAR EFEKTIF
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2022/2023

BULAN SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU JUMLAH


JULI 1 1 1 1 1 0 5
AGUSTUS 5 5 4 4 4 4 26
SEPTEMBER 3 2 2 3 3 3 16
OKTOBER 5 3 3 3 3 4 21
NOPEMBER 4 4 5 4 3 4 24
DESEMBER 2 2 2 3 2 2 13
JANUARI 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 20 16 17 18 16 17 105

ANALISIS HARI BELAJAR EFEKTIF

113
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2021/2022

BULAN SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU JUMLAH


JANUARI 4 3 3 3 3 3 19
FEBRUARI 3 4 4 4 4 4 23
MARET 4 5 5 4 4 4 26
APRIL 3 3 3 3 2 3 17
MEI 3 4 3 2 3 3 18
JUNI 3 3 3 4 4 4 21
JULI 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 20 22 21 20 20 21 124

Kalender Pendidikan SD Negeri Kalimulya 5


Tahun Pelajaran 2021/2022

114
SEMESTER 1

Kalender Pendidikan SD Negeri Kalimulya 5


Tahun Pelajaran 2022/2023
SEMESTER 2

115
3. Pengaturan Waktu Hari Libur
(Lihat Kalender Pendidikan)
Depok, 19 Juni 2022
Kepala SD Negeri Kalimulya 5

NISAR, S. Pd.
NIP. 196607081986101008

116
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
Pendidikan Nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang
ada di daerah. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang
dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pemikiran itu maka
dikembangkanlah apa yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum merupakan acuan dasar pembentukan dan penjaminan tercapainya
kompetensi lulusan dalam setiap program akademik pada tingkat satuan pendidikan. Dalam
hal kebutuhan yang dianggap perlu maka sekolah menetapkan penyertaan komponen
kurikulum tertentu menjadi bagian dari struktur kurikulum yang disusun oleh masing-
masing Tim Pengembang Kurikulum. Melalui Tim Pengembang Kurikulum SD Negeri
Kalimulya 5 Kecamatan Cilodong Kota Depok mampu menciptakan pengembangan
kurikulum yang dapat mendorong pemutakhiran kurikulum sesuai dengan perkembangan
Iptek yang dinamis. Sistem penjaminan mutu di tingkat sekolah dasar harus pula
mengikutsertakan pemantauan pelaksanaan serta evaluasi hasil-hasil yang dicapai sebagai
cerminan dari adanya peningkatan mutu berkelanjutan dalam penyelenggaraan program-
program di sekolah tersebut.
Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi
Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. 
Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah

117
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran
KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. 
Buku I Kurikulum 2013 ini dilengkapi dengan Buku 2 dan Buku 3 serta Instrumen
kelengkapan pendukung Kurikulum SD Negeri Kalimulya 5 yang dikembangkan oleh Tim
Pengembang Kurikulum.

B. Rekomendasi

1. Untuk mengembangkan kurikulum yang bersifat operasional dan sesuai dengan situasi
dan kondisi satuan pendidikan, setiap satuan pendidikan perlu melakukan penyusunan
Buku I KTSP sesuai dengan langkah-langkah yang diperlukan. Dengan melakukan
penyusunan sesuai dengan langkah-langkah yang diperlukan diharapkan Buku I KTSP
yang disusun menggambarkan visi, misi dan tujuan sekolah sehingga menjadi acuan
dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
2. Dalam Pengembangan Kurikulum baik dalam menyusun, merevisi/review hendaknya
memperhatikan Evaluasi Diri Sekolah dan Analisis Konteks untuk menelaah dan
menggambarkan setiap konteks yang berada dan menjadi bagian dari suatu lembaga
dalam menyelenggarakan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu. Konteks
berhubungan dengan kondisi internal dan eksternal sekolah. Konteks internal ini
berkaitan dengan daya dukung yang berkaitan langsung dengan peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana. Sedangkan konteks eksternal yang
dianalisis adalah konteks orang tua peserta didik dan dinas pendidikan. Hasil dari
analisis konteks ini merupakan hal-hal yang dipertimbangkan dalam menyusun Buku I
KTSP
3. Dalam Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2022/2023,
Tim Pengembang Kurikulum sekurang-kurangnya harus memperhatikan prinsi-prinsip
pengembangan kurikulum dan tiga agenda utama atau fokus utama kegiatan dalam
implementasi K-13, yaitu; (1) penguatan pendidikan karakter, (2) penguatan literasi,
dan (3) pembelajaran abad 21.
4. Keberhasilan Pengembangan Kurikulum 2013,ditentukan oleh mekanisme
pengembangan kurikulum yang ditempuh oleh Tim Pengembang Kurikulum pada setiap
satuan Pendidikan. Oleh karena itu diperlukan komitmen TPK untuk bekerja sesuai

118
dengan mekanisme pengembangan kurikulum dengan mengacu kepada pedoman
Pengembangan Kurikulum 2013.
5. Dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum merdeka level 1 tahun pelajaran
2022/2023, tim pengembang kurikulum sekurang-kurangnya harus memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tentang profil pelajar pancasila yang terdiri
dari enam dimensi karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu beriman,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkhebinekaan global,
bergotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis.
6. Dengan disusunnya Kurikulum SD Negeri Kalimulya 5 Proses Belajar Mengajar akan
jauh lebih meningkat sesuai dengan harapan yang telah diprogramkan dan juga sebagai
pedoman bagi sekolah dalam menyusun rencana kerja tahunan. Namun demikian,
karena kurikulum ini merupakan kerangka dasar, maka tidak menutup kemungkinan
dalam pelaksanaannya mengalami penyesuaian, bahkan bila mungkin dilakukan revisi.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan Kurikulum SD Negeri Kalimulya 5
ini masih jauh memenuhi harapan, namun demikian sebagai konsekuensinya kami akan
berusaha untuk melaksanakannya, tegur sapa untuk memperbaiki kinerja yang akan kami
laksanakan, kami terima dengan lapang dada dan hati yang ikhlas.
Akhir kata, dengan penuh rasa hormat kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak atas kepercayaan, kerja sama dan bantuan pemikiran,
tenaga, serta material guna merealisasi dan ikut memajukan mutu pendidikan khususnya di
SD Negeri Kalimulya 5.
Depok, 15 Juli 2022
Tim Pengembang Kurikulum
SD Negeri kalimulya 5
Ketua, Sekretaris,

RATNA DEWI, S.Pd SUPRIYANI SUTINI, S.Pd


NUPTK. 6333769670130113 NUPTK. 5752775676230022
Menyetujui,
Kepala SD Negeri Kalimulya 5,

NISAR, S. Pd.
NIP . 19660708 198610 1 008
119
Lampiran
- SK Kepala UPTD SD tentang Penetapan Tim Pengembang Kurikulum
- Undangan Penyusunan Kurikulum
- Berita Acara Rapat Pembahasan Penyusunan Kurikulum
- Daftar Hadir Pembahasan Penyusunan Kurkulum
- Berita Acara Review Kurikulum
- Daftar Hadir
- Berita Acara Finalisasi Kurikulum
- Daftar Hadir Finalisasi
- Verifikasi Pengawas
- Rekomendasi Pengawas
- Kalender Pendidikan
- Program BDR
- Lampiran Permendikbud 57 2014
- Lampiran Permendikbud 61 2014
- Contoh RPP
- Jadwal Pelajaran
- Foto-foto Kegiatan
- Peraturan Akademik dan Non Akademik

120

Anda mungkin juga menyukai