Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI

DENGAN METODE JOB ORDER COSTING


SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL
(Studi Pada Usaha Ayyim Konfeksi Kelurahan Wundumbatu Kecamatan
Poasia Kota Kendari)

JURNAL

Diajukan Kepada Universitas Haluoleo Untuk Memenuhi


Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1)

OLEH
RISNA SARI
NIM.B1C117108

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

1
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN
METODE JOB ORDER COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN
HARGA JUAL
(Studi Pada Usaha Ayyim Konfeksi Kelurahan Wundumbatu Kecamatan
Poasia Kota Kendari)

Risna Sari Dr. Intihanah, SE., M.Si,QIA


Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Bisnis
Universitas Halu Oleo Universitas Halu Oleo
Sarirhy9@gmail.com

Satira Yusuf, SE., M.Si.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi


dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan harga jual pada Usaha Ayyim
Konfeksi. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dengan memperolah data
biaya produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi sebagai dasar
penentuan harga jual. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
melakukan analisis perhitungan harga pokok yang di gunakann oleh perusahaan
kemudian mambandingkan dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan
harga jual.
Hasil penelitian ini menunjukkan perhitungan harga pokok produksi menurut
perusahaan tidak sepenuhnya memasukkan unsur-unsur biaya produksi seperti biaya
overhead pabrik (biaya bahan penolong, biaya listrik dan biaya transportasi, biaya
penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya
telepon dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Sehingga perhitungan harga pokok
produksi dengan metode job order costing lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok
produksi yang dihitung oleh perusahaan.

Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Job Order Costing, dan Harga Jual

ABSTRACT

This research aimed to know calculation product cost price by using job order
costing method as the basic of determining sale cost in Ayyim Confection. The data
source used is secondary data by obtaining production cost data which is used to
calculate the cost of production as the basis for determining the selling price. Data
analysis method that was used was descriptive analysis by doing analysis of product cost
price used by the confection and then compared it to job order costing method as the
basic to determine sale cost.
The results of this study indicate that the calculation of the cost of production
according to the company does not fully include the elements of production costs such as
factory overhead costs (cost of auxiliary materials, electricity and transportation costs,
depreciation costs for machinery and other costs) and non-production costs (marketing
2
costs, telephone costs and indirect labor costs, so that the calculation of the cost of goods
manufactured using the job order costing method is higher than the cost of goods
manufactured calculated by the company.

Keywords : Cost of Production, Job Order Costing, and Selling Price

I. PENDAHULUAN
Perkembangan perekonomian suatu negara dipengaruhi oleh beberapa sektor baik
itu sektor pertanian, peternakan, industri, jasa, maupun dagang. Dari beberapa sektor
perekonomian tersebut banyak yang mengalami perkembangan yang sangat pesat
sehingga mendukung pula perkembangan perekonomian di Indonesia. Salah satu sektor
perekonomian yang mengalami perkembangan adalah sektor industri, baik itu industri
jasa maupun manufaktur, dengan melihat keadaan tersebut perusahaan dituntut untuk
menciptakan keunggulan produk dengan memiliki kualitas baik, harga murah, dan
diminati oleh konsumen guna mencapai laba yang diinginkan.
Untuk menghasilkan laba yang diinginkan perusahaan dapat melakukan dua cara.
Cara pertama yaitu dengan menaikkan harga jual. Tindakan ini memang dapat
meningkatkan laba, namun dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini, perusahaan
tidak mudah menaikkan harga jual karena dapat menyebabkan konsumen lari ke produk
pesaing yang memiliki harga jual yang murah dengan kualitas yang sama. Cara kedua
dengan menekan biaya produksi secara efisien dan mengendalikan komponen biaya-
biayanya sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin.
Untuk menentukan harga jual yang tepat perusahaan harus terlebih dahulu
mengetahui harga pokok produksi dari produk yang akan dijual (Macpal, Morasa, &
Victorina, 2014). Secara umum, ada dua jenis metode pengumpulan biaya yang
digunakan oleh perusahaan dalam perhitungan harga pokok produski, yaitu metode harga
pokok pesanan (Job Order Costing) dan metode harga pokok proses (Process Costing).
Metode harga pokok pesanan (Job Order Costing) adalah metode perhitungan harga
pokok produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan. Metode harga pokok
proses (Process Costing). Adalah metode pengumpulan biaya berdasarkan proses yang
memproduksi secara masa.
Dengan menggunakan metode job order costing maka perusahaan dapat
menghitung dan mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk suatu pesanan setiap
saat, karena di dalam metode job order costing biaya produksi masing-masing produk
dipisahkan secara jelas sehingga dapat dihitung harga pokok produksi tiap pesanan
dengan mudah.
Usaha konfeksi di Sulawesi Tenggara terkhusus pada wilayah kota Kendari
sangat minim, dengan memanfaatkan potensi serta sumber daya yang ada maka sangat
mudah bagi pengusaha mendapatkan peluang untuk membuka usaha konfeksi. Dengan
melihat peluang usaha yang ada saat ini maka para pelaku usaha berbondong-bondong
untuk membuat ide usaha seperti yang dilakukan oleh pemilik Usaha Ayyim Konfeksi.
Pemilik usaha ini sangat memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ia miliki, hingga
terbentuklah usaha yang bernama “Usaha Ayyim Konfeksi”.
Usaha Ayyim Konfeksi merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang
industri manufaktur yang memproduksi berbagai macam seragam pakaian diantaranya
baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia, kaos olahraga dan Tapak Wali Indonesia, dan
sabuk karate Tapak Wali Indonesia. Usaha Ayyim Konfeksi didirikan pada tahun 2006
oleh Bapak H. Muhammad Basri S. Pd atau yang lebih akrab dipanggil Pak Basri. Usaha
ini beralamat di BTN Batu Marupa, blok E No. 12, Kelurahan Wundumbatu, Kecamatan
Poasia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
3
Berdasakan hasil penelitian, Usaha Ayyim Konfeksi ini berproduksi berdasarkan
pesanan yang diterima dari pelanggan yang telah menjadi pelanggan tetapnya, sehingga
dalam memperhitungkan harga pokok perusahaan menggunakaan perhitungan harga
pokok produksi berdasarkan pesanan. Namun dalam perhitungan harga pokok produksi
yang menjadi unsur biaya produksinya hanya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung saja.
Berikut ini adalah penyajian data harga pokok produksi dan harga jual pada
Usaha Ayyim Konfeksi dari tahun 2018 sampai tahun 2020.
Tabel 1.1
Data Harga Pokok Produksi pada Usaha Ayyim Konfeksi dari
Tahun 2018-2020
Unsur Biaya Produksi Tahun
2018 2019 2020
Biaya bahan baku Rp. 358.972.774 Rp. 496.882.678 Rp. 286.390.000
Biaya tenaga kerja Rp. 154.906.310 Rp. 222.300.000 Rp. 130.861.000
langsung
Total Rp. 513.879.084 Rp. 719.182.678 Rp. 417.251.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Tahun 2018-2020
Tabel 1.2
Data Harga Jual Produk Usaha Ayyim Konfeksi
Tahun 2018-2020
No. Jenis Produk Jumlah Produksi Harga Jual
2018 2019 2020 2018 2019 2020
1. Kaos 9.825 Lbr 16.275 Lbr 6.375 Rp. Rp. 20.712,60 Rp.
Lbr 21.242,68 20.529,05
2. Baju Pangsi 5.644 Lbr 6.625 Lbr 5.008 Rp. Rp. 52.300,26 Rp.
Karate Tapak Lbr 47.950,56 51.375,57
Wali
Indonesia
3. Sabuk Karate 11.310 12.025 Lbr 7.475 Rp. 8.74,55 Rp. 8.891,47 Rp.
Tapak Wali Lbr Lbr 9.469,56
Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Tahun 2018-2020
Dari data di atas menunjukkan untuk menghitung harga pokok produksi dan
menentukan harga jual prouk pada usaha Ayyim Konfeksi masih menggunakan cara
konvensional, yang dimana masih ada kesalahan dalam penggolangan biaya bahan
penolong dan beberapa biaya yang tidak dimasukkan oleh perusahaan seperti biaya
overhead pabrik (biaya bahan penolong, biaya listrik dan biaya transportasi, biaya
penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya
telepon dan biaya tenaga kerja tidak langsung, melainkan menghitung biaya bahan baku
ditambah biaya tenaga kerja. Dalam menentukan harga jual produknya Usaha Ayyim
Konfeksi menambahkan 10% dari harga pokok produksi yang telah dihitung
Berdasarkan fenomena diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing sebagai
dasar penentuan harga jual pada Usaha Ayyim Konfeksi

II. KAJIAN PUSTAKA


Pengertian Biaya
Definisi biaya menurut Mulyadi (2015) “Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Selanjutnya biaya dapat didefinisikan
sebagai “Jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber (ekonomi) yang dikorbankan
4
(terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan suatu atau mencapai tujuan tertentu”
(Harnanto, 2017:22). Sedangkan menurut Siregar et al. (2016:23) “Biaya adalah kos
barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang digunakan untuk memperoleh
pendapatan”. Dari pengertian di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
biaya adalah segala pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang guna
memperoleh barang atau jasa telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi kedepan nya guna memperoleh manfaat atau pendapatan. Sedangkan dalam arti
sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva .
Pengertian Biaya Produksi
Beberapa pendapat para ahli mengemukakan bahwa “biaya produksi merupakan
biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual” Mulyadi (2015) . Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Selanjutnya di definisikan
bahwa menurut L. Gayle R. (2013:32) “Biaya produksi (production cost) termasuk bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk
memproduksi barang atau jasa”. Jadi “Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan
untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi” (Sutrisno, 2012). Dari beberapa
pendapat diatas, nampak bahwa biaya produksi adalah suatu biaya yang didapatkan dari
proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual, adapun biaya
produksi itu sendiri terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik.
Unsur-Unsur Biaya Produksi
Unsur-unsur biaya dalam laporan harga pokok produksi biasanya terbagi ke
dalam tiga golongan yaitu biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
a. Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu
produk yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui proses tertentu untuk
dijadikan wujud yang lain.
b. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga
kerja yang melakukan proses produksi. Pada dasarnya biaya tenaga kerja dibagi 2
yaitu :
1. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada
tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi. Pada umumnya, biaya upah langsung terdiri atas : Gaji
Pokok ( Original Wages ),Uang Lembur ( Over Time ), Bonus ( Incentive )
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan kepada
tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi. Misalnya biaya pengawasan bagian produksi, penjaga
pabrik, pengendalian mutu, inspeksi, pembelian dan penerimaan, penanganan
bahan baku, tenaga kerja bagian kebersihan, waktu jeda pelatihan, dan
kebersihan.
3. Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya dalam proses produksi
kecuali biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

5
Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2015) ”harga pokok produksi dalam pembuatan produk
terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi”. Selanjutnya,
Harga Pokok Produksi menurut Sukrisno A. dan Trisnawati E. (2007) adalah ”mewakili
jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu”. Sedangkan menurut Cecily
dan Michael R. (2011:56) “Harga pokok produksi adalah total produksi biaya barang-
barang yang telah selesai dikerjakan dan di transfer ke dalam persediaan barang jadi
selama sebuah periode.” Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis dapat
menyimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi maupun non
produksi yang dikeluarkan serta diperhitungkan selama proses awal produksi hingga
proses akhir produksi untuk menghasilkan barang jadi dalam suatu waktu periode
tertentu. Dalam perhitungan harga pokok produksi yaitu:

HPP = BBB + BTKL +BOP


Keterangan :
HPP = Harga Pokok Produksi
BBB = Biaya Bahan Baku
BOP = Biaya Overhead Pabrik
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
1. Metode full costing costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi
menurut metode full costing terdiri dari :
Biaya Bahan Baku Rp. xxxx
Biaya Tenaga Kerja Rp. xxxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. xxxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp. xxxx +
Harga Pokok Produksi Rp. xxxx
2. Metode variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Harga pokok produksi menurut
metode full costing terdiri dari :
Biaya Bahan Baku Rp. xxxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. xxxx +
Harga Pokok Produksi Rp. xxxx
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)
Menurut Mulyadi (2015) “Harga pokok produksi pesanan adalah biaya biaya
produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per
satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan
cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan
produk dalam pesanan yang bersangkutan”. Dengan demikian harga pokok
produksi menurut metode job order costing terdiri dari unsur biaya produksi
berikut ini:
Harga Pokok Produksi:
Biaya Bahan Baku Rp. xxx
6
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Rp. xxx +
Harga Pokok Produksi Rp. xxx
2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk di
mana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu, dan biaya
produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tertentu dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Tujuan Harga Pokok Produksi
Tujuan harga pokok produksi menurut Mulyadi (2015) adalah:
a. Biaya produksi merupakan salah satu data yang dipertimbangkan selain data
non produksi dalam penentuan harga jual produk yang dipasarkan.
b. Untuk memantau realisasi biaya produksi.
c. Menghitung laba rugi bruto perusahaan pada periode tertentu.
d. Menentukan harga pokok produk dalam proses dan produk selesai yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan.
Harga Jual
Menurut Krismiaji dan Anni (2011:326) menyatakan bahwa “harga jual
merupakan upaya untuk menyeimbangkan keinginan untuk memperoleh manfaat sebesar-
besarnya dari perolehan pendapatan yang tinggi dan penurunan volume penjualan jika
harga jual yang dibebankan ke konsumen terlalu mahal”.
Garrison dkk. (2013) menjelaskan tentang pendekatan yang umum dalam
penentuan harga adalah mark up biaya. Mark up biaya adalah selisih harga jual dan harga
produk. Mark up biasanya berupa persentase tertentu dari harga produk. Pendekatan ini
disebut cost plus pricing karena persentasi markup yang telah ditentukan dimuka
ditambahkan pada angka harga pokok untuk menentukan harga jual. Pendekatan ini
disebut perhitungan biaya plus (Cost plus pricing) karena persentase mark up yang telah
ditentukan sebelumnya diterapkan pada dasar biaya untuk menentukan harga jual.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual
adalah sebagai berikut.
Harga Jual = Biaya + (Persentase Mark-Up + Biaya)

Menurut Supriyono (2013) “harga jual merupakan jumlah moneter yang


dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa
yang dijul atau diserahkan”. Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa harga jual merupakan jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu
unit usaha kepada konsumen atas produk maupun jasa yang dijual dengan harapan harga
jual yang dibebankan tersebut dapat menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan dan
dapat menghasilkan laba yang diinginkan perusahaan tersebut.
Metode penentuan harga menurut Wiratna (2016), yaitu
1. Metode penetapan harga jual berdasarkan biaya
a. Cost plus pricing method.
b. Mark up pricing method.
c. Penetapan harga BEP (Break Event Point).
2. Metode penetapan harga jual berdasarkan pesaing/kompetitor
3. Penetapan berdasarkan permintaan

7
III. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Objek Penelitian
Tempat dilakukan penelitian ini adalah pada Usaha Ayyim Konveksi, yang
beralamat di BTN Batu Marupa, Blok E No. 12, Kelurahan Wundumbatu, Kecamatan
Poasia, Kota Kendari, Sulawesi tenggara. Sedangkan yang menjadi objek pada penelitian
ini adalah harga pokok produksi dengan metode job order costing sebagai dasar
penentuan harga jual produk yang dihasilkan oleh Usaha Ayyim Konfeksi.
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk angka. Data kuantitatif
dalam penelitian ini berupa data statistik yang meliputi biaya produksi
perhitungan harga pokok produksi dan harga jual suatu produk.
2. Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kalimat. Data Kualitatif
dalam penelitian ini berupa penjelasan mengenai proses produksi seperti,
darimana mengambil bahan baku, bagaimana mekanisme pengolahan bahan baku
hingga menjadi barang jadi.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari perusahaan untuk diolah
kembali, seperti data dari hasil wawancara dan lain-lain yang berhubungan
dengan penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan
atau melalui media perantara, seperti buku, majalah, jurnal, hasil lapangan, dan
internet (artikel) untuk mendukung penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :
1. Wawancara
Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan responden atau
pihak yang berwenang mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini memfokuskan pada wawancara
mengenai semua biaya yang terlibat dalam perhitungan proses produksi tersebut
dan kegiatan apa saja yang ada dalam proses produksi sampai menghasilkan
produk jadi.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu aktivitas pengamatan terhadap sebuah objek secara
langsung dan mendetail guna untuk menemukan informasi mengenai objek yang
diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dan dokumen yang terkait
dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi pada penelitian ini
mengenaipengambilan gambar profil perusahaan, jenis produksi dan sebagainya.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, Melakukan
analisis perhitungan harga pokok yang di gunakann oleh perusahaan dan mambandingkan
dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan harga jual.
Definisi Operasional Variabel
1. Harga Pokok Produksi
8
Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
dilakukan hingga menghasilkan barang jadi yang siap dijual pada suatu waktu
tertentu.
2. Harga Jual
Harga jual adalah suatu biaya tambahan yang diperkirakan sebagai laba yang
diharapkan oleh perusahaan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Menurut
Perusahaan dan Menurut Job Order Costing Harga Pokok Produksi
Tabel 4.1
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim Konfeksi
dan Menurut Job Order Costing
Tahun 2018
HPP Menurut Usaha HPP Menurut Metode
Keterangan Selisih
Ayyim Konfeksi Job Order Costing
Kaos Rp. 19.311,53/ Lbr Rp. 20.824,86/ Lbr Rp. 1.513,33

Baju Pangsi Karate


Rp. 43.591,41/Lbr Rp. 45.986,88/Lbr Rp. 2.395,47
Tapak Wali Indonesia

Sabuk Karate Tapak


Rp. 7.905,83/Lbr Rp. 9,337,04/Lbr Rp. 1.431,21
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah
Berdasarkan tabel diatas menenjukkan perbandingan antara perhitungan harga
pokok produksi yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi dengan menurut metode Job
Order Costing. Sehingga harga pokok prduksi yang dilakukan oleh Usaha Ayyim
Konfeksi lebih rendah dibandingkan dengan Metode Job Order Costing. Selisi yang ada
antara Usaha Ayyim Konfeksi dengan metode Job Order Costing pada tahun 2018 untuk
produk Kaos sebesar Rp. 1.513,33, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia
sebesar Rp. 2.395,47 dan untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 1.431,21.
Tabel 4.2
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim Konfeksi
dan Menurut Job Order Costing
Tahun 2019
HPP Menurut
HPP Menurut Usaha
Keterangan Metode Job Order Selisih
Ayyim Konfeksi
Costing
Kaos Rp. 18.829,64/ Lbr Rp. 19.898,55/ Lbr Rp. 1.068,91

Baju Pangsi Karate


Rp. 47.545,69/Lbr Rp. 49.646,44/Lbr Rp. 2.100,75
Tapak Wali Indonesia

Sabuk Karate Tapak


Rp. 8.128,06/Lbr Rp. 9.524,03/Lbr Rp. 1.395,97
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah
Berdasarkan tabel diatas menenjukkan perbandingan antara perhitungan harga
pokok produksi yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi dengan menurut metode Job
Order Costing. Sehingga harga pokok produksi yang dilakukan oleh Usaha Ayyim
Konfeksi lebih rendah dibandingkan dengan Metode Job Order Costing. Selisi yang ada
antara Usaha Ayyim Konfeksi dengan metode Job Order Costing pada tahun 2019 untuk
produk Kaos sebesar Rp. 1.068,91, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sebesar
Rp. 2.100,75 dan untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 1.395,97.
9
Tabel 4.3
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim Konfeksi
dan Menurut Job Order Costing
Tahun 2020
HPP Menurut Usaha HPP Menurut Metode
Keterangan Selisih
Ayyim Konfeksi Job Order Costing
Kaos Rp. 18.667,01/ Lbr Rp. 20.644,65/ Lbr Rp. 1.997,64

Baju Pangsi Karate


Rp. 46.705,07/Lbr Rp. 49.031,94/Lbr Rp. 2.326,87
Tapak Wali Indonesia

Sabuk Karate Tapak


Rp. 8.608,69/Lbr Rp. 10.354,04/Lbr Rp. 1.745,35
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah
Berdasarkan tabel diatas menenjukkan perbandingan antara perhitungan harga
pokok produksi yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi dengan menurut metode Job
Order Costing. Sehingga harga pokok produksi yang dilakukan oleh Usaha Ayyim
Konfeksi lebih rendah dibandingkan dengan Metode Job Order Costing. Selisi yang ada
antara Usaha Ayyim Konfeksi dengan metode Job Order Costing pada tahun 2020 untuk
produk Kaos sebesar Rp. 1.997,64, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sebesar
Rp. 2.326,87dan untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 1.745,35.
Dengan melihat perbadingan diatas kemudian terdapat selisi antara perhitungan
harga pokok produksi yang dilakukan Usaha Ayyim Konfeksi dengan Job Order Costing,
hal ini disebabkan karena Usaha Ayyim Konfeksi tidak sepenuhnya memasukkan unsur-
unsur biaya produksi biaya overhead pabrik (biaya bahan penolong, biaya listrik dan
biaya transportasi, biaya penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan biaya non produksi
(biaya pemasaran, biaya telepon dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Harga Jual
Tabel 4.4
Perbandingan Perhitungan Harga Jual Menurut Usaha Ayyim Konfeksi dan
Menurut Job Order Costing
Tahun 2018
Harga Jual Menurut Harga Jual Metode
Keterangan Selisih
Usaha Ayyim Konfeksi Job Order Costing
Kaos Rp. 21.242,68/Lb Rp. 22.907,35/Lbr Rp. 1.664,67
Baju Pangsi Tapak
Rp47.950,56/Lbr Rp. 50.585,57/Lbr Rp. 2.635,01
Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak
Rp. 8.742,55/Lbr Rp. 10.270,75/Lbr Rp. 1.528,2
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah
Berdasarkan tabel diatas menenjukkan perbandingan antara perhitungan harga
jualn yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi dengan menurut metode Job Order
Costing. Sehingga jualn yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi lebih rendah
dibandingkan dengan Metode Job Order Costing. Selisi yang ada antara Usaha Ayyim
Konfeksi dengan metode Job Order Costing pada tahun 2018 untuk produk Kaos sebesar
Rp. 1.664,67, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 2.635,01 dan
untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 1.528,2.

10
Tabel 4.5
Perbandingan Perhitungan Harga Jual Menurut Usaha Ayyim Konfeksi dan
Menurut Job Order Costing
Tahun 2019
Harga Jual Menurut
Harga Jual Metode
Keterangan Usaha Ayyim Selisih
Job Order Costing
Konfeksi
Kaos Rp. 20.712,60/Lbr Rp. 21.888,40/Lbr Rp. 1.175,8
Baju Pangsi Tapak Wali
Rp. 52.300,26/Lbr Rp. 54.611,09/Lbr Rp. 2.310,83
Indonesia
Sabuk Karate Tapak Wali
Rp. 8.940,87/Lbr Rp. 10.476,43/Lbr Rp. 1.535,56
Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah
Berdasarkan tabel diatas menenjukkan perbandingan antara perhitungan harga
jual yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi dengan menurut metode Job Order
Costing. Sehingga jual yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi lebih rendah
dibandingkan dengan Metode Job Order Costing. Selisi yang ada antara Usaha Ayyim
Konfeksi dengan metode Job Order Costing pada tahun 2019 untuk produk Kaos sebesar
Rp. 1.175,8, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 2.310,83 dan untuk
sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 1.535,56.
Tabel 4.36
Perbandingan Perhitungan Harga Jual Menurut Usaha Ayyim Konfeksi dan
Menurut Job Order Costing
Tahun 2020
Harga Jual Menurut Harga Jual Metode
Keterangan Selisih
Usaha Ayyim Konfeksi Job Order Costing
Kaos Rp. 20.533,71/Lb Rp. 22.709,12/Lbr Rp. 2.175,41
Baju Pangsi Tapak
Rp. 51.375,57/Lbr Rp. 53.935,14/Lbr Rp. 2.559,57
Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak
Rp. 9.469,56/Lbr Rp. 11.389,45/Lbr Rp. 1.919,89
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah
Berdasarkan tabel diatas menenjukkan perbandingan antara perhitungan harga
jual yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi dengan menurut metode Job Order
Costing. Sehingga jual yang dilakukan oleh Usaha Ayyim Konfeksi lebih rendah
dibandingkan dengan Metode Job Order Costing. Selisi yang ada antara Usaha Ayyim
Konfeksi dengan metode Job Order Costing pada tahun 2020 untuk produk Kaos sebesar
Rp. 2.175,41, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 2.559,57 dan
untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 1.919,89.
Dengan melihat perbadingan diatas kemudian terdapat selisi antara perhitungan
harga pokok produksi yang dilakukan Usaha Ayyim Konfeksi dengan Job Order Costing,
hal ini disebabkan karena Usaha Ayyim Konfeksi tidak sepenuhnya memasukkan unsur-
unsur biaya produksi biaya overhead pabrik (biaya bahan penolong, biaya listrik dan
biaya transportasi, biaya penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan biaya non produksi
(biaya pemasaran, biaya telepon dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Oleh karena itu
sangat perlu dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order
costing.
Perhitungan harga pokok produksi untuk menentukan harga jual karena metode
job order costing itu lebih rinci dalam memperhitungkan biaya yang digunakan selama

11
proses produksi sehingga harga jual yang diterapkan dapat menutupi seluruh biaya
produksi dan dapat memberikan keuntungan yang diharapkan. Maka dengan adanya
perhitungan menggunakan metode job order costing diharapkan akan berguna bagi
perusahaan untuk memperhitungkan dengan baik dan benar biaya yang telah dikeluarkan
sehingga dalam menentukan harga jual menjadi lebih tepat.

V KESIMPULAN, IMPILAKSI, KETERBATSAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan usaha
Ayyim Konfeksi masih menggunakan cara konvensional, yang dimana tidak sepenuhnya
memasukkan unsur-unsur biaya produksi seperti biaya overhead pabrik (biaya bahan
penolong, biaya listrik dan biaya transportasi, biaya penyusutan mesin dan biaya lain-
lain) dan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya telepon dan biaya tenaga kerja tidak
langsung. Sehinggah Dalam menentukan harga jual produknya Usaha Ayyim Konfeksi
menambahkan 10% dari harga pokok produksi yang telah dihitung.
Implikasi
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu sebagai bahan referensi dan acuan bagi
peneliti selanjutnya mengenai penentuan harga pokok produksi dengan metode
job order costing sebagai dasar penentuan harga jual.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktik dari penelitian ini yaitu dapat menjadi sumbangsi pemikiran dan
menjadi bahan masukan bagi pimpinan usaha khususnya tentang perhitungan
harga pokok produksi dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan
harga jual dan memberikan solusi atas permasalahan kepada pimpinan usaha
Ayyim Konfeksi dalam mengembangkan usahanya.
Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah Penggunaan metode perhitungan harga
pokok produksi yang masih menggunakan job order costing memiliki keterbatasan tidak
mampu mengungkapkan biaya dari setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan selama
proses produksi.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan khususnya Usaha Ayyim Konfeksi, disarnkan sebaiknya
dalam perhitungan harga pokok produksi menggnakan metode job order
costing agar bisa memasukkan unsur-unsur biaya produksi dengan lengkap
sehingga informasi biaya yang dihasilkan lebih akurat khusunya pada
perhitungan harga pokok produksi dan harga jual yang diterapkan menjadi
lebih tepat sehingga dapat memperoleh laba yang diharapkan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar dapat melakukan penelitian
mengenai penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing atau
variabel costing yang mungkin dapat memperbandingkan perhitungan
tersebut dengan metode perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Trisnawati Estralita. 2017. Akuntansi Perpajakan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Noreen. dkk. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.

12
Harnanto, A. 2017. Akuntansi biaya: Konsep dan metodologi biaya, elemen biaya, dan
perhitungan harga pokok produksi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Andi
Offset.
Krismiaji & Anni A. 2011. Akuntansi Manajemen. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu ManajemenYKPN. Yogyakarta.
Macpal, B. dkk. 2014. Analisis Perhitungan Harga Pokok Penjualan Barang Produksi
Pada Jepara Meubel Di Kota Bitung. Jurnal EMBA. 2(3). 1495-1503.
Mulyadi. 2019. Akuntansi biaya. Edisi 5. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.
Permatasari, A. E. 2013. Penerapan Full Costing Methode Melalui perhitungan Harga
Pokok Produksi sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Pada UKM Tahu Pak
Dariyo. Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Raiborn, A. Cecily & Michael R. Kinney 2011. Akuntansi Biaya dan Dasar
Perkembangan. Buku Satu. Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.
Reyburn, G. L. 2013. Akuntansi Biaya dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen
Biaya. Jakarta: Erlangga.
Siregar, B. Bambang. S. dkk. 2016. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Sujarweni, V. W. 2016. Akuntansi Manajemen Teori dan Aplikasinya.Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Supriyono. 2013. Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPEF.
Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

13
14

Anda mungkin juga menyukai