KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan atas ke hadirat Tuhan yang mahakuasa karena
buku atau modul “BAHASA INDONESIA ” untuk perguruan tinggi telah rampung dan bisa
pembaca atas memilih dan membaca modul yang akan memberikan informasi sesuai
kebutuhan pembaca, serta memfasilitasi proses belajar dan pembelajaran yang efektif dan
kontekstual untuk terus mengembangkan kemahiran dalam dunia sastra baik dalam
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................I
Daftar Isi....................................................................................................................II
Bab I. Sejarah Bahasa Indonesia.............................................................................1
A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Masa Prakemerdekaan.........1
B. Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia.........................3
C. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan......3
D. Peresmian nama bahasa indonesia...................................................................5
E. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia....7
F. Perkembangan Ejaan......................................................................................10
G. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi........................................12
H. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia......................................................13
A. Keterampilan Membaca..................................................................................41
B. Keterampilan Menyimak................................................................................44
C. Keterampilan Berbicara..................................................................................48
D. Keterampilan Menulis.....................................................................................52
A. Topik....................................................................................................................73
1. Pengertian Topik............................................................................................73
2. Syarat Pembuatan Topik................................................................................73
3. Cara Membatasi Topik...................................................................................74
4. Sumber Topik.................................................................................................75
5. Manfaat Pembatasan Topik............................................................................76
B. Tema......................................................................................................................76
1. Pengertian Tema..............................................................................................76
2. Sumber Tema..................................................................................................77
C. Judul......................................................................................................................77
1. Pengertian Judul.............................................................................................77
2. Faktor-faktor Perumusan Judul......................................................................77
3. Ciri-Ciri Judul................................................................................................78
4. Pembagian Judul............................................................................................79
D. Perbedaan Topik, Tema, dan Judul.......................................................................79
BAB I
SEJARAH BAHASA INDONESIA
A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di
gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-
peninggalan misalnya:
1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari
luar indonesia.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam
di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa
Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar
suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda
indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928).
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu
karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi.
Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung
Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu
(Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini
mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa
Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa
pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa
ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah
Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris
mengadopsi ejaan Wilkinson.
B. Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai
untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para
pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi, sejumlah
sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di
sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini
terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa
Melayu Riau-Johor.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu
:
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal
tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari
“Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan
bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus
1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa
Indonesia,(pasal 36).
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara.
Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
D. Peresmian nama bahasa indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia
tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa
Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa indonesia adalah salah
satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-
19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa kerja
di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan
“Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa
yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari
bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga
Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga
indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa Ibu.
Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya. Meskipun demikian, bahasa
Indonesia di gunakan sangat luas di perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-
menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa
indonesia di gunakan oleh semua warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah
nusantara serta makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang
dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya
daerah. Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan
dialek.Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam
sumpah pemuda 28 Oktober 1928.
Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang
cukup panjang dan penuh dengan tantangan. Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu
dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama
atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu
Kuno. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin,
seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan
yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah
Pemuda tanggal 28 Onktober 1928.Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu
“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”Namun
secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan
Indonesia.
3. Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan
ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai
pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau
menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita
ciptanya dalam bahasa melayu.
b. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri
dalam bahasa melayu.
c. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan
melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
d. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa
melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda.
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun
1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang
tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi
perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari
perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi
Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah
untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih
besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres
pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal
sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa,
dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda. Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan
bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan
bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak
bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi
media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
F. Perkembangan Ejaan
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu
bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan
enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah
diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:
1. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang
dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini
pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu
resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
a. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan
tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
b. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
c. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
d. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’,
pa’, dsb.
2. Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret
1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai
berlaku sejak tahun 1901.
a. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
3. Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei
1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu,
Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan
bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para
ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan
bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian
berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
G. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi
Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):
1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);
2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti
KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat,
makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun
bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru
yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun mencampuradukan
bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
H. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:
1. Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
2. Bahasa nasional;
3. Bahasa resmi
Ragam bahasa yang dianggap memiliki gengsi dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa
orang yang berpendidikan. Karena, ragam orang yang berpendidikan kaidah-kaidahnya paling lengkap
diuraikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Oleh karena itulah sehingga ragam
tersebut dijadikan tolok ukur bagi pemakaian bahasa yang benar atau bahasa yang baku.
Karena wilayah pemakaiannya yang amat luas dan penuturnya yang beragam, bahasa
Indonesia pun mempunyai banyak ragam. Berbagai ragam bahasa itu tetap disebut sebagai bahasa
Indonesia karena semua ragam tersebut memiliki beberapa kesamaan ciri. Ciri dan kaidah tata bunyi,
pembentukan kata, dan tata makna pada umumnya sama. Itulah sebabnya kita dapat saling memahami
orang lain yang berbahasa Indonesia dengan ragam berbeda walaupun kita melihat ada perbedaan
perwujudan bahasa Indonesianya.
Di samping ragam yang berdasar wilayah penuturnya, ada beberapa ragam lain dengan dasar
yang berbeda, dengan demikian kita mengenal bermacam ragam bahasa Indonesia (ragam formal, tulis,
lisan, bidang, dan sebagainya); selain itu ada pula ragam bidang yang lazim disebut sebagai laras
bahasa. Yang menjadi pusat perhatian kita dalam menulis di media masa adalah “bahasa Indonesia
ragam baku”, atau disingkat “bahasa Indonesia baku”. Namun demikian, tidaklah sederhana memerikan
apa yang disebut “ragam baku”
Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan
bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai
tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap
diperikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu:
1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau
standar berarti tidak dapat berubah setiap saat.
2. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa
lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal.
3. Keseragaman. Di sini istilah “baku” dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses
penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras
bahasa, atau variasi bahasa.
Kata adalah suatu unit dari salah satu bahasa yang mengandung arti tertentu. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia pengertian kata didefinisikan menjadi beberapa arti:
1. Elemen paling kecil dalam suatu bahasa yang diucapkan atau pun dituliskan dan merupakan
realisasi kesatuan perasaan dan juga pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
2. konversasi, bahasa.
3. Morfem atau pun kombinasi dari beberapa morfem yang bisa diujarkan sebagai bentuk yang
bebas.
4. Unit bahasa yang bisa berdiri sendiri & terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa
morfem gabungan (contoh perkataan).
Baku dapat diartikan sebagai tolak ukur yang berlaku yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan atau standaR. Jadi, kata baku dapat diartikan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Kata baku digunakan dalam ragam bahasa resmi seperti perundang-
undangan, surat-menyurat, karangan ilmiah, pidato kenegaraan, dan lain-lain.
Pemerintah, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas)
menghimpun ciri-ciri kaidah bahasa Indonesia baku dalam buku berjudul Tata Bahasa Baku bahasa
Indonesia, di samping Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dalam kedua
naskah tersebut terdapat banyak kaidah yang merupakan pewujudan ciri bahasa Indonesia baku.
Pada situasi komunikasi bagaimanakah kita harus menggunkan bahasa Indonesia baku? Kridalaksana
(1978) mengatakan bahwa bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam:
a. Komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan
oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya
(ingat kembali fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi);
b. wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah;
c. pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah; dan
d. pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status
sosialnya dan orang yang baru dikenal.
B. Menentukan Bahasa yang Baku
Bahasa Indonesia sangat kaya kosakatanya. Kekayaan kosakata tersebut didukung oleh adanya
bahasa daerah yang beragam. Keragaman itu tentu akan berpengaruh terhadap artikulasi atau pelafalan
bahasa Indonesia. Pelafalan yang salah tentu akan menimbulkan ketidakbakuan kata yang digunakan
untuk berkomunikasi
Bahasa baku adalah bahasa yang menggunakan kata-kata yang baik dan benar karena sudah
memenuhi aturan-aturan ketatabahasaan. Bahasa baku biasanya digunakan untuk ragam bahasa yang
resmi
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang tidak menggunakan kata-kata yang baku karena masih
banyak faktor ketatabahasaan baku yang tidak dipakai dalam bahasa tersebut
Contoh :
1. Memakai lafal baku yaitu yang tidak dipakai oleh ejaan resmi
2. Memakai ejaan resmi
Contoh :
Contoh :
Banyak orang kurang menyetujui pemakaian bahasa “baku” karena mereka kurang
memahami makna istilah itu. Mereka mengira bahasa yang baku selalu bersifat kaku, tidak lazim
digunakan sehari-hari, atau bahasa yang hanya terdapat di buku. Mereka berpendirian bahwa kita cukup
menggunakan bahasa yang komunikatif, maksudnya mudah dipahami. Mereka beranggapan bahwa
penggunaan ragam baku mengakibatkan bahasa yang kurang komunikatif dan sulit dipahami.
Pemahaman semacam ini harus diluruskan.
Keterpautan bahasa baku dengan materi di media massa ialah bahwa ragam ini yang paling
tepat digunakan supaya bahasa Indonesia berkembang dan dapat menjadi bahasa iptek, bahasa sosial,
atau pun bahasa pergaulan yang moderen. Bahasa yang baku tidak akan menimbulkan ketaksaan pada
pemahaman pembacanya. Ragam bahasa baku akan menuntun pembacanya ke arah cara berpikir yang
bernalar, jernih, dan masuk akal. Bahasa Inggris, dan bahasa-bahasa lain di Eropa, bisa menjadi bahasa
dunia dan bahasa komunikasi dalam ilmu pengetahuan karena tingginya sifat kebakuan bahasa-bahasa
tersebut.
Di samping itu, bahasa baku dapat menuntun baik pembaca maupun penulisnya ke arah
penggunaan bahasa yang efisien dan efektif. Bahasa yang efisien ialah bahasa yg mengikuti kaidah
yang dibakukan atau yang dianggap baku dengan mempertimbangkan kehematan kata dan ungkapan.
Bahasa yang efektif ialah bahasa yang mencapai sasaran yang dimaksudkan (Moeliono, 2002).
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan kalimat, antara
lain:
1. Pelesapan imbuhan, misalnya “Kita harus hati-hati dalam menentukan sample penelitian ini”
(seharusnya “berhati-hati”).
2. Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan struktur kalimat,
misalnya “Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan susunan pengurus baru” (kata dalam
dapat dibuang).
3. Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosakata bahasa daerah yang belum
dibakukan. Contoh, “Percobaan yang dilakukan cuma menemukan sedikit temuan” (Cuma
diganti hanya).
4. Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda, misalnya ”Meskipun
beberapa ruang sedang diperbaiki, tetapi kegiatan sekolah berjalan terus.” (konjungsi tetapi
sebaiknya dihilangkan karena sudah ada konjungsi meskipun).
5. Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
6. Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya ”Setelah dibahas secara mendalam, peserta rapat
menerima usul tersebut” (subjek anak kalimat ‘usul tersebut’ tidak boleh dilesapkan).
Ragam bahasa baku adalah ragam yang diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakai
bahasan sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya.
Sedangkan Ragam bahasa tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak
memenuhi kaidah – kaidah umum tersebut. Adapun fungsi Bahasa Indonesia baku mempunyai empat
fungsi, yaitu:1.pemersatubahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu.
Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek
bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia
baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan
mangatasi batas-batas kedaerahan.
Bahasa Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional
yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah satu
syarat atau ciri manusia Indonesia modern.2. penanda kepribadianbahasa Indonesia baku berfungsi
sebagai penanda kepribadian. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya
dengan bahasa-bahasa lainnya.
Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa
Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. Bahasa Indonesia baku
berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa
Indonesia baku dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya.
Penambah wibawapembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khotbah. Kerangka acuan di
dalam konteks pertama dan kedua didukung oleh bahasa Indonesia baku tulis. Konteks kedua dan
ketiga didukung oleh bahasa Indonesia baku lisan. Di luar konteks itu dipergunakan bahasa Indonesia
nonbaku atau bahasa Indonesia nonstandar.
D. Kata Tidak Baku
Kata yang tidak menjadi standar dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Internasional. kata tidak baku sudah pasti tidak ada dalam KBBI. kata baku dan tidak baku juga
digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi.
Berdasarkan dengan KBBI berikut beberapa kata tidak baku
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o,
dan u.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Keterangan:
* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada posisi
awal kata diucapkan [s].
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf
vokal ai, au, ei, dan oi.
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna
‗anak dari‘, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan
3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.
"Besok pagi," kata dia, "mereka akan berangkat."
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Alquran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang
mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam
Malik Perdana Menteri
Nehru Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Papua Barat
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani bahasa
Bali
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan
tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau
hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi bulan
Agustus bulan Maulid hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta Asia Tenggara
Pulau Miangas Amerika Serikat
Bukit Barisan Jawa Barat
Dataran Tinggi Dieng Danau Toba
Jalan Sulawesi Gunung Semeru
Ngarai Sianok Jazirah Arab
Selat Lombok Lembah Baliem
Sungai Musi Pegunungan Himalaya
Teluk Benggala Tanjung Harapan
Terusan Suez Kecamatan Cicadas
Gang Kelinci Kelurahan Rawamangun
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula
aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan
batik Madura.
Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.
Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian
Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk
ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau do- kumen, kecuali
kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan
surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak
terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau
sapaan.
Misalnya:
S.H. sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.S. sarjana sastra
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
Hj. hajah
Mgr. monseigneur
Pdt. pendeta
Dg. daeng
Dt. datuk
R.A. raden ayu
St. sutan
Tb. tubagus
Dr. doktor
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam
penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan.
Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?"
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
―Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?‖
―Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.‖
Catatan:
(1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua
kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar
yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat
(Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang
berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan, seperti judul buku,
bab, atau subbab.
Misalnya:
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam
terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap
bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap
bahasa Indonesia.
Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat Kalimantan
terhadap ketiga bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan
digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat
Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa Indonesia, bahasa
daerah, dan bahasa asing.
BAB IV
EJAAN BAHASA INDONESIA
(PENULISAN KATA)
A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Saya pergi ke sekolah.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
kemauan
perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
n
o
kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
n
Misalnya:
-
non-Indonesia
A
pan-Afrikanisme
S
EAN anti-infrastruktur
adibusana proaktif
aerodina inkonvensional purnawirawan Catatan:
PKI
mika antarkota kontraindikasi saptakrida Bentuk
(1)
antibiotik awahama kosponsor semiprofesional
bikarbonat mancanegara subbagian terikat yang
biokimia dekameter multilateral swadaya
demoralisasi narapidana telewicara diikuti oleh
dwiwarna nonkolaborasi transmigrasi kata yang
ekabahasa paripurna tunakarya
ekstrakurikuler pascasarjana tritunggal berhuruf
pramusaji tansuara awal kapital
prasejarah ultramodern
atau
singkatan
yang
berupa
huruf
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan
ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Kita
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan,
kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
surat kabar surat-surat kabar
kapal barang kapal-kapal barang
rak buku rak-rak buku
kereta api cepat kereta-kereta api cepat
D. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear
kambing hitam persegi panjang
orang tua rumah sakit jiwa
simpang empat meja tulis
mata acara cendera mata
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau
akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali hulubalang radioaktif
adakalanya kacamata saptamarga
apalagi kasatmata saputangan
bagaimana kilometer saripati
barangkali manasuka sediakala
beasiswa matahari segitiga
belasungkawa olahraga sukacita
bilamana padahal sukarela
bumiputra peribahasa syahbandar
darmabakti perilaku wiraswata
dukacita puspawarna
E. Pemenggalan Kata
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf kon- sonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing- masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur
pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
kekuat-an
Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-
cat pe-mi-
kir pe-no-
long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap
unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu ―Indonesia Raya‖ digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL-
AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng.
Rangga Warsita.
F. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
Cincin itu terbuat dari emas.
G. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
2. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
NIP nomor induk pegawai
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan di atas
ybs. yang bersangkutan
yth. yang terhormat
ttd. tertanda
dkk. dan kawan-kawan
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-
masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
s.d. sampai dengan
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
Misalnya:
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelijen Negara
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Kalteng Kalimantan Tengah
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),
_ _
V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
abstain.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan
250 sedan.
2. a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta. Di
lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
250 orang peserta diundang panitia.
25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta
(b) nilai uang.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 hektare
10 liter
2 tahun 6 bulan 5 hari
1 jam 20 menit
Rp5.000,00
US$3,50
£5,10
¥100
5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
Jalan Tanah Abang I/15
Jalan Wijaya No. 14
Hotel Mahameru, Kamar 169
Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 16: 15—16
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah atau seperdua (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (2/10)
tiga dua-pertiga (3 2/3)
satu persen (1%)
satu permil (1o/oo)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
abad XX
abad ke-20
Perang Dunia II
Perang Dunia Ke-2
Perang Dunia Kedua
9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu
rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti
berikut.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus
rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, - mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. Rumahnya
sedang diperbaiki.
K. Kata Sandang si dan sang
Catatan:
Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
BAB V
EJAAN BAHASA INDONESIA
(TANDA BACA)
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Dia akan datang pada pertemuan itu.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
a.
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
b. 1. Patokan Umum
Isi Karangan
Ilustrasi
Gambar Tangan
Tabel
Grafik
2. Patokan Khusus
…
...
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam
suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ….
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka
(seperti pada Misalnya 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran
deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau
gambar.
Misalnya:
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum
Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
Gambar 1 Gedung Cakrawala
Gambar 1.1 Ruang Rapat
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
00.00.30 jam (30 detik)
4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Jakarta.
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau. Penduduk
kota itu lebih dari 7.000.000 orang. Anggaran lembaga itu
mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
halaman 1305.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Gambar 3 Alat Ucap Manusia
Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta
(b) tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
21 April 2013
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi
sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat
tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
―Wow, indahnya pantai ini!‖ seru wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan
Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim,
Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah,
M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, Misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan
suara.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah. Atas
perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1)berkewarganegaraan Indonesia;
(2)berijazah sarjana S-1;
(3)berbadan sehat; dan
(4)bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat
yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan.
Misalnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad
Wijaya Sekretaris : Siti
Aryani Bendahara : Aulia
Arimbi
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir: "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008:
8 Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru ….
Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Parut jenis ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
mengorek-ngorek
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan
dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
ber-evolusi
meng-ukur
dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
mesin hitung-tangan
Bandingkan dengan
be-revolusi
me-ngukur
dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
mesin-hitung tangan
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan
jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah
atau bahasa asing.
Misalnya:
di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi‘)
ber-pariban (bahasa Batak, ‗bersaudara sepupu‘)
di-back up
me-recall
pen-tackle-an
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang mem- beri
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara
internasional.
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus
digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
Tahun 2010—2013
Tanggal 5—10 April
2013 Jakarta—Bandung
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
Masa! Dia bersikap seperti itu?
Merdeka!
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ….
..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat
buah).
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
―Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?‖
―Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.‖
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
J. Tanda Petik ("…")
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
"Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan."
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau
bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
Film ―Ainun dan Habibie‖ merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku
Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
"Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan.
Misalnya:
tergugat 'yang digugat'
retina 'dinding mata sebelah dalam'
noken 'tas khas Papua'
tadulako 'panglima'
wisdom 'kebijaksanaan'
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks
dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda
pemerincian.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35─38]) perlu dibentangkan di sini.
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2013
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2012/2013
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi 'mahasiswa dan mahasiswi'
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut' buku
dan/atau majalah 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis
orang lain.
Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa. Dia
sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun
dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
5-2-‗13 (‘13 = 2013)
-71-
haqīqat
()حﻗﻳﻗﺔ hakikat
‘umrah ()ﻋﻤﺭﺓ umrah
gā’ib ()ﻏاﺌﺏ gaib
iqāmah ()ﺇﻗاﻤﺔ ikamah
khātib ()ﺨاﻁﺏ khatib
riḍā’ ()ﺭﻀاﺀ rida
ẓālim ()ﻅاﻠﻡ zalim
BAB VI
KALIMAT EFEKTIF
Efektif secara kajian bahasa diartikan sebagai istilah untuk mengatakan suatu
pekerjaan dapat berdampak sangat signifikan. Lebih khususnya, efektif melibatkan
semua sumber daya yang ada secara maksimal, sehingga tidak menyisakan satu sumber
daya pun yang mengganggur. Ciri kalimat efektif adalah tegas, sedikit, minimalis, jelas,
namun berdampak besar.
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan
maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya.
Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
1. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan.
Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan
adalah:
-74-
Contoh:
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)
Contoh:
2. Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata
sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.
Contoh:
3. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan
kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
-75-
Contoh:
Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi)
di depan Subjek.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak
Efekti)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)
4. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan
sesuai dengan kaidah EYD.
Contoh:
5. Kepararelan Bentuk
Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.
Contoh:
6. Ketegasan
Contoh:
Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)
7. Kepaduan
Syarat kalimat efektif yang pertama yakni harus sesuai dengan ejaan yang
disepernakan, alias dalam kalimat tersebut harus memenuhi EYD yang tepat. Mulai dari
penggunaan huruf besar, tanda baca, ejaan yang tepat, memperhatikan kata baku, dan
unsur-unsur yang sesuai EYD.
Syarat kalimat efektif yang baik juga harus memiliki susunan yang sistematis.
Maksud dari susunan sistematis adalah kalimat yang terdiri atas subjek, predikat, dan
objek atau keterangan. Nah, dari subjek, predikat, dan objek atau keterangan tersebut
harus disusun agar pembaca tidak pusing maksud dari kalimat yang ingin disampaikan.
Sesuai dengan namanya, kalimat efektif tidak boleh menjelaskan secara bertele
tele dan membuang banyak kata, karena jika kalimat tersebut terlalu boros kata, maka
tidak termasuk ke dalam kalimat efektif. Untuk itu, kamu harus teliti memperhatikan kata
kata yang digunakan untuk membuat susunan kalimat yang efektif.
-78-
4. Tidak Multitafsir
Syarat terakhir dari kalimat efektif adalah pembaca dapat mengartikan kalimat
yang disampaikan dengan baik, sehingga tidak ambigu atau kesulitan mengartikan
maksud dari sebuah kalimat.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
2. Predikat (P)
Unsur kalimat selanjutnya adalah predikat (P) yakni bagian kalimat yang
memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
-79-
Selain berfungsi untuk tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam
kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
Predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut:
3. Objek (O)
Sementara Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Nomina, frasa
nominal atau klusal biasanya yang menjadi bagian objek. Letak O selalu di belakang P
yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperti pada
contoh di bawah ini.
Intan menimang …
Dokter memeriksa …
Sementara objek dapat bersifat tidak diperlukan ketika Jika P diisi oleh verba
intransitif. Pada format ini O tidak diperlukan. Contohnya seperti dibawah ini, verba
intransitif mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut
untuk dilengkapi.
-80-
Nenek mandi.
Komputerku rusak.
Tamunya pulang.
4. Pelengkap (P)
Namun posisi seperti itu juga ditempati oleh objek, dan jenis kata yang mengisi
pelengkap dan objek juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Perhatikan contoh di bawah ini.
Banyak parpol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
5. Keterangan
Ada banyak contoh dari kalimat efektif. Berikut adalah beberapa di antaranya dan
perbandingan dengan kalimat yang tidak efektif.
-81-
Novia membeli kue untuk adiknya. Bentuk tidak efektifnya adalah: Diana
membelikan kue untuk adiknya Novia.
Anak-anak harus berhati-hati jika melewati lorong. Bentuk tidak efektifnya
adalah: Para anak-anak harus berhati-hati jika anak-anak melewati lorong.
Setiap hari Senin anak-anak upacara bendera. Bentuk tidak efektifnya adalah:
Setiap hari Senin para anak-anak upacara bendera.
BAB VII
CARA MEMBUAT SURAT
A. Surat
B. Mengarsipkan Surat
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa surat
adalah karangan jenis paparan yang berisikan maksud dan tujuan yang diinginkan
oleh pembuat surat, sedangkan surat menyurat adalah kegiatan berkomunikasi
yang saling membahas antara pihak pertama dengan pihak kedua dengan
menggunakan surat sebagai alatnya.
1. Surat Resmi
Peranan surat lebih jelas lagi, terutama dalam surat resmi, misalnya surat
perjanjian, surat resmi, misalnya surat perjanjian, surat sewa menyewa, surat jual
-83-
beli, surat wasiat, dan surat-surat resmi lainnya. Surat-surat tersebut, selain resmi
sifatnya, juga mempunyai kekuatan hukum yang dapat digunakan sebagai alat
bukti tertulis, dan suatu bukti yang sah.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian surat resmi. Soedjito dan
Solchan (198) memberi pengertian surat resmi ialah suatu alat sarana komunikasi
tulis. Surat itu dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif,
ekonomis dan praktis. Juga dikatakan bahwa surat resmi/dinas/jabatan ialah yang
dikirimkan oleh kantor pemerintah/swasta kepada kantor pemerintah, atau
dikirimkan oleh perseorangan kepada kantor pemerintah dan sebaliknya. Karena
sifatnya resmi, dalam surat resmi hubungan yang bersifat lugas dan seperlunya.
a. Syarat
Syarat-syarat surat resmi menurut Soedjito (1987: 2) mengemukakan bahwa
surat yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat penyusunan sebagai berikut :
1. Syarat harus disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar yaitu :
a) Penyusunan letak bagian-bagian surat yang tepat sesuai dengan aturan atau
pedoman yang ditentukan.
b) Pengetikan yang betul, jelas dan rapi.
c) Pemakaian kertas yang sesuai dengan :
- Ukuran : kuarto berukuran 21 x 29 cm;
- Jenis : HVS untuk lembar asli dalam kertas tembus untuk tembusan; dan
- Warna : putih HVS untuk lembar asli, kuning kertas tembus perbal, biru muda HVS
untuk surat rahasia.
2. Isi surat harus dinyatakan secara ringkas, jelas dan eksplisit. Hal itu
menguntungkan kedua pihak, yaitu :
a) Penerima dapat memahami isinya dengan tepat dan tidak ragu-ragu; dan
b) Pengirim memperoleh jawaban secara cepat apa yang dikehendakinya.
3. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang benar/baku sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, baik tentang ejaan, pemilihan kata, bentuk kata, maupun
kalimatnya. Selain itu, bahasa surat haruslah efektif. Untuk itu, bahasa surat haruslah
logis, wajar, hemat, cermat, sopan dan menarik. Sedapat mungkin dihindari
pemakaian kata-kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Juga
harus dihindari gaya yang keasing-asingan atau kedaerah-daerahan.
Di samping ketiga syarat di atas, ada hal penting lainnya, yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan menyusun surat yang baik, yaitu:
a) Memahami kedudukan masalah yang dikemukakan;
b) Memahami peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah itu;
-84-
4) Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti
nama orang.
Contoh :
a) Sultan Hasanuddin
b) Haji Agus Salam
5) Huruf pertama unsur jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang.
C. Pengertian Kata
Ada beberapa ahli berpendapat tentang pengertian kata. Depdikbud (1988:
24) memberi pengertian bahwa kata adalah bagian terkecil dari kalimat yang dapat
berdiri sendiri dan mempunyai makna. Namun halnya kata dalam bahasa Indonesia
dapat dibentuk dari kata lain.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Keraf (1966: 57) mengatakan bahwa kata
adalah kesatuan-kesatuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atau
bagian-bagiannya, dan yang mengandung suatu ide. Dikatakan juga suatu morfem
bebas, tetapi juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan
morfem bebas atau morfem bebas dengan morfem dasar.
Fungsi Kata Kata yang digunakan dalam sebuah kalimat itu mempunyai
fungsi sebagai berikut :
1) Secara langsung dapat membina sebuah kalimat.
2) Dalam tiap-tiap kata mengandung suatu ide tertentu. Ide yang berada dalam kata
kerja dari ide yang terkandung dalam kata bekerja, mengerjakan, dan dikerjakan.
Masing-masing membentuk ide yang berlainan.
Pemilihan Kata Dalam Surat Menyurat Resmi
Pemilihan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikannya baik secara tulis atau lisan. Di samping itu, pilihan
kata harus sesuai dengan konteks surat.
Pilihan kata merupakan suatu unsur yang sangat penting, baik dalam mengarang atau
dalam tuturan lisan. Agar pemilihan kata tepat sesuai dengan maksud, maka kamus
merupakan alat bantu yang paling tepat. Kamus dapat membantu menentukan makna
kata secara tepat.
Pemilihan kata yang benar adalah benar tidaknya penulisan kata tersebut dalam
bahasa Indonesia. Pemilihan kata dalam bahasa Indonesia benar, jika dituliskan
sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dan tata bahasa baku bahasa Indonesia.
Pemilihan kata yang dimaksud adalah benar tidaknya kata yang digunakan dalam
menulis surat-surat resmi bahasa Indonesia. Pemilihan kata benar, jika sesuai dengan
syarat-syarat penulisan surat yang baik, salah jika tidak sesuai dengan penulisan surat
-86-
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya hanya terdiri dari
sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa (Cook,
1971: 47).
Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat-kalimat urutan, sampingan,
elips, tambahan, jawaban, seruan dan minor. Contoh :
a) “Mau kemana kamu nanti sore?”
b) “Ke Bandung”.
“Dengan siapa ?”
“Teman”
BAB VIII
KETERAMPILAN BERBAHASA
hal-hal yang belum difahami kepada orang yang sudah faham,dan menghayati
maksud dari bacaan tersebut.
2. Penguasaan Kosakata
Penguasaan kosakata bahasa yang masih kurang menjadi kendala dalam
proses membaca.Oleh karena itu kita seharusnya memperluas dan memperbanyak
pengetahuan kosakata yaitu dengan cara sering membaca dan mencari kosakata
dalam kamus besar bahasa Indonesia,mencari sinonim dari kata-kata.
tersebut,memperbanyak membaca bacaan,dan banyak berkomunikasi dengan orang-
orang sehingga kosakata bahasa kita menjadi bertambah.
3. Konsentrasi
Konsentrasi ketika membaca yang kurang maksimal bisa disebabkan karena
situasi dan kondisi kita yang kurang mendukung,ataupun minat membaca kita yang
kurang sehingga proses membaca tidak efektif.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu hendaknya kita memfokuskan
fikiran kita terhadap bahan bacaan,cari tempat yang mendukung kenyamanan saat
membaca,pikirkan manfaat membaca untuk masa depan dan tingkatkan minat kita
dalam membaca.
4. Motivasi
Kurangnya motivasi untuk membaca,rasa malas dan bosan merupakan hal
yang menjadi faktor kurangnya keinginan kita dalam membaca.Untuk meningkatkan
motivasi kita dalam membaca ada baiknya kita mencari buku yang menarik,paksakan
dalam hati bahwa membaca itu merupakan suatu kebutuhan,dan ingatlah manfaat dari
membaca untuk kemudian hari.
5. Inti Bacaan
Mengalami kesulitan mencari gagasan utama ketika membaca merupakan
hal yang dapat mengganggu kegiatan membaca karena kita tidak akan tahu isi dari
bacaan tersebut.Gagasan utama dapat ditemukan di awal paragraf (deduktif) dan di
akhir paragraf (induktif).Kalimat utama memiliki ciri-ciri yaitu kalimat tersebut tidak
memiliki kata penghubung,berdiri sendiri,dan tidak menggunakan kata ganti tunjuk
atau orang.
6. Rendahnya Kecepatan Membaca
Untuk kegiatan membaca cepat ada dua teknik yang dapat kita terapkan
yaitu teknik pindai (scanning) dan teknik layap (skimming).
7. Gerakan Bibir/Vokalisasi
Gerakan bibir dan vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun
drastis menjadi setara kecepatan bicara. Hindari hal tersebut. Cara mudah untuk
mengurangin gerakan bibir dan vokalisasi adalah dengan meletakkan pensil diantara
-89-
kedua bibir Anda. Jika mulut mulai berbicara, anda akan merasakan pensil yang jatuh
dan ulangi terus sampai kebiasaaan tersebut hilang.
8. Keadaan ketika Membaca/Posisi Membaca
Siapkan kondisi yang baik,tidak boleh sambil tiduran,posisi duduk dalam
keadaan tegak,tangan berada diatas meja,dan buku berada di depan mata.
7. Bahasa/Kosakata
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan yang
ada,memperbanyak membaca karena dari sana kosakata kita akan bertambah,mencari
tahu arti dari kata yang belum kita tahu,serta konsentrasi agar kita dapat memahami
materi yang sedang kita simak.
Cara memperluas kosa kata seseorang antara lain dapat dikemukakan:melalui proses
belajar,melalui konteks,melalui kamus,kamus sinonim dan tesaurus,dan dengan
menganalisa kata-kata.
8. Jenis Menyimak
Jenis jenis menyimak yaitu sebagai berikut :
a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran,tidak perlu dibawah bimbingan seorang
guru.
Menyimak ekstensif meliputi :
1. Menyimak Sosial/Menyimak Konversional/Menimak Sopan Biasanya
berlangsung dalam situasi tempat orang mengobrol atau bercengkrama
mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir.
2. Menyimak Sekunder Menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak secara
kebetulan (casual listening) dan secara ekstentif (extensive listening).Contohnya
saat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah seperti melukis sambil mendengarkan
musik.
3. Menyimak Estetik (Aestetic Listening) Menyimak estetik adalah fase terakhir
dan kegiatan termasuk ke dalam menyimak secara kebetulan dan menyimak
secara ekstensif.
4. Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang
biasanya menandai uapaya-uoaya kita saat belajar dengan kurang teliti,tergesa-
gesa,menghafal luar kepala,berlatih snatai,serta menguasai suatu bahasa.
C. Keterampilan Berbicara
Permasalahan dalam keterampilan berbicara :
1. Kepercayaan Diri
Percaya diri merupakan suatu apresiasi bagi diri sendiri.Faktor kurangnya
kepercayaan diri kita yaitu selalu gemetar,tegang,kurang pengalaman,belum terbiasa
berbicara ,kurang persiapan,dan pemalu sehingga sulit berbicara.
Solusi untuk permasalahn tersebut yaitu hendaknya sebelum berbicara kita
berdoa terlebih dahulu,selalu berpikir positif dan tenang,yakin dan fokus pada apa
yang tengah kita sampaikan,sering berkumpul dengan orang yang pandai
-92-
berbicara,melatih berbicara yaitu bisa dengan berbicara di depan kaca atau di tempat
sepi,sikap kita harus sipan,menebar senyum,dan berpakaian rapi,serta mempersiapkan
kerangka pembicaraan.
Untuk mengurangi rasa gugup saat membawakan materi kita harus menjadi
diri sendiri,biarkan personalitas anda menjadi rileks,gunakan teknik menari nafas
dalam,mulai presentasi dimana anda merasa nyaman atau latihan dengan teman bagi
perasaan takut dengan teman.
2. Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang apa yang akan dibicarakan dapat
disebabkan karena kita tidak rajin membaca,sehingga saat akan menyampaikan
materi kita akan tidak percaya diri.Solusinya yaitu rajin membaca,jadikan membaca
sebagai kebutuhan.
3. Cara Penyampaian dan Penyajian
Cara penyampaian materi yang kurang baik akan membuat pendengar
merasa bosan.Hal itu disebabkan karena percaya diri yang kurang ,ekspresi yang
kurang,persiapan yang kurang dan pemberian penyegaran yang kurang.Oleh karena
itu agar cara kita menyampaikan materi baik kita harus melakukan persiapan yang
maksimal yaitu dengan membaca dan menguasai materi,berkatih
berbicara/menyampaikannya dengan bahasa lisan yang baik dan melatih keterampilan
dalam berbicara.
4. Topik/Materi
Salah satu masalah dalam keterampilan berbicara yaitu materi yang disampaikan
kurang menarik.Oleh sebab itu sebelu kita menyampaikan materi kita harus pintar
dan kreatif mencari topik yang sedang hangatdibicrakan di umum,dan bertanya
kepada yang ahli untuk menambah informasi.
Untuk memilih sebuah topik yang baik,maka pembicara harus memerhatikan
beberapa aspek berikut :
a. Topik yang dipilih hendaknya telah diketahui serba sedikit,serta ada
kemungkinan untuk memperoleh lebih banyak keterangan atau informasi.
b. Persoalan yang dibawakan hendaknya menarik perhatian pembicara sendiri.
c. Persoalan yang dibicrakan hendaknya menarik pula perhatian pendengar.Suatu
topik dapat menarik perhatian pendengar karena :
1) Topik itu mengenai persoalan para pendengar sendiri;
2) Merupakan suatu jalan keluar dari suatu persoalan yang sedang
dihadapi;
3) Merupakan persoalan yang ramai dibicarakan dalam masyarakat atau
persoalan yang jarang terjadi;
-93-
1
-94-
1. Tata Kalimat
Cara untuk menghindari tata kalimat yang tidak beraturan :
a) Perhatikan susunan pembahasan
b) Perhatikan SPOK
c) Perhatikan EYD
d) Perhatikan alinea
2. Tidak Terbiasa
Menulis akan tersa sulit karena kita belum terbiasa menulis,oleh karena itu
agar kita terbiasa dengan menulis kita harus terus mencoba,tulislah apa yang ada di
dalam pikiran kita,jangan takut dengan tulisan kita yang jelek,jangan memikirkan
teori menulis.
3. Tata Tulis
Tata tulis yang baik dan benar itu sangat diperlkan dalam menulis karya
ilmiah.Permasalahannya kita sering kali tidak mengetahui tata bahas yang benar.Oleh
karena itu kita harus cermat dalam memakai kata-kata yang benar dan sesuai dengan
EYD,bukan hanya itu tanda baca pun harus diperhatikan agar tidak menimbulkan
salah arti.
4. Motivasi
Faktor penghambat dalam keterampilan menulis yaitu motivasi yang masih
kurang,hal itu disebabkan oleh rasa cepat capek,tulisan yang kurang sisitematis,tidak
mengerti mengenai tulisan yang baik sehingga semua itu menjadikan kita malas untuk
menulis.
Solusinya yaitu kita harus dipaksakan untuk menulis walaupun hanya
perfaragraf,sering berlatih menulis.mempersiapkan fisik dan mental,serta berdoa
kepada Tuhan.
5. Pengetahuan
Pengetahuan kita yang kurang akan menghambat kegiatan proses
menulis,karena menulis itu memerlukan ide yang dan pengetahuan yang luas.Maka
kita harus memperbanyak ilmu pengetahuan dan sering mencari informasi dimanapun
itu.
6. Kecepatan dalam Menulis
Lambanya kita menulis dapat menyebabkan tertinggalnya informasi penting
yang harus di tulis,hal itu bisa disebabkan karena penyajian materi yang terlalu cepat
atau karena ada hal yang mengganggu.
-95-
Maka agar kegiatan menulis itu cepat sebaiknya menulis dengan menyingkat
sesuai dengan perkataan yang kita mengerti,tutup aplikasi yang sekiranya dapat
mengganggu kita saat menulis,dan sering membiasakan diri untuk menulis.
7. Kurang Percayadiri
Faktor penghambatnya yaitu pemalu dan kurang berlatih menulis.Solusinya
ialah kembangkan ekspresi,hilangkan kata, rasa dan pikiran malu,memiliki
motivasi,dan hilangkan rasa takut.
8. Menentukan Tema
Kesulitan dalam menentukan tema suatu bahan pembicaraan disebabkan
oleh keterbatasan ide,minimnya kosakata,dan tidak fokusnya tema.Sehinnga kita
harus benar-benar memiliki ide yang kreatif,selanjutnya membuat kerangka
tema,membuat poin-poin tema lalu membuat tema yang sesuai.
Cara menentukan topik dan tema yang baik :
a. Sesuatu yang menarik perhatian penulis,topik yang menarik perhatian akan
memotivasi penulis secara terus menerus,mencari data-data untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan akan dituangkan dalam
tulisannya.
b. Usahakan topik merupakan hal yang umum diketahui oleh penulis karena hal
ini penting sebagi bahan eksplorasi dan sangat berguna untuk
mengembangkan tulisan.
c. Topik hendaknya bukan hal yang terlalu luas atau terlalu sempit.
d. Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat,ditinjau dari segi akademis dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun dari segi praktis.
e. Topik bukanlah sesuatu yang terlalu baru,terlalu teknis,dan terlalu
kontroversial.Topik yang terlalu baru akan menyulitkannya dalam mencari
referensi karena memang belum ada.Topik yang terlalu teknis kemungkinan
dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan
penulisannya.Topik yang terlalu kontroversial akan menimbulkan kesulitan
untuk bertindak secara obyektif.2[9]
2
-96-
BAB IX
PLAGIARISME
Di dunia tulis menulis yang berhubungan dengan karya kita tidak asing dengan
yang namanya plagiarisme. Menurut wikipedia, plagiarisme adalah suatu kegiatan
penjimplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan
menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri.
Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang
lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti
dikeluarkan dari sekolah/universitas. Plagiarismeh adalah tindakan yang jahat, dalam
bidang apapun.
Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator. Singkat kata, plagiat adalah pencurian karangan
milik orang lain. Dapat juga diartikan sebagai pengambilan karangan (pendapat dan
sebagainya) orang lain yang kemudian dijadikan seolah-olah miliknya sendiri. Setiap
karangan yang asli dianggap sebagai hak milik si pengarang dan tidak boleh dicetak
ulang tanpa izin yang mempunyai hak atau penerbit karangan tersebut.
Plagiarisme adalah tindakan yang tidak baik dilakukan. Supaya Anda lebih
mengenal plagiarisme adalah tindakan tidak baik, maka kita cari tahu ruang lingkup
plagiarisme.
1. Mengutip kata-kata atau kalimat orang lain tanpa menggunakan tanda kutip dan
tanpa menyebutkan identitas sumbernya.
2. Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain tanpa menyebutkan
identitas sumbernya.
6. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan /atau telah dipublikasikan
oleh pihak lain seolah-olah sebagai karya sendiri.
C. Tipe-tipe Plagiarisme
4. Self Plagiarism: Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan satu
artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi.Dan mendaur ulang karya
tulis/karyailmiah. Yang penting dalam self plagiarisme adalah bahwa ketika
mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus
memiliki perubahan yang berarti. Artinya Karya lama merupakan bagian kecil
dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga pembaca akan memperoleh hal baru,
-98-
yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang menggunakan karya
lama.
1. Sertakan sitasi
Ketika seseorang menggunakan gagasan, informasi, pun opini yang bukan buah pikir
sendiri, sitasi adalah sebuah keharusan. Hal tersebut juga berlaku meskipun penulis
tidak menggunakan kata-kata yang sama persis. Penyertaan sitasi di sini artinya penulis
harus memberikan keterangan dari mana informasi yang dituliskan didapat.
Daftar pustaka adalah salah satu kewajiban yang tidak boleh dilupakan ketika
menulis karya tulis. Sayangnya, masih ada yang baru mendata ulang daftar pustaka
setelah tulisan selesai. Hal seperti itu tidak salah, namun sangat berpotensi untuk
melewatkan satu, dua, atau beberapa sumber sekaligus.
Dalam artian, sitasinya telah tercantum di body note atau foot note namun luput
dalam daftar pustaka. Dengan mendata apa saja sumber yang dipakai sejak awal,
kesalahan bisa diminimalisir, pun akan sangat membantu dalam penyusunan daftar
pustaka.
3. Lakukan parafrase
4. Lakukan interpretasi
Terakhir, apabila penulis masih merasa khawatir dengan hasil akhir karya
tulisnya, aplikasi antiplagiarisme dapat dicoba. Misalnya menggunakan aplikasi
TESSY.ID.
GRATIS !!
Download Ebook Anti Plagiarisme
Itulah lima tips menghindari plagiarisme versi Gamatechno. Plagiarisme
memang menjadi momok yang menakutkan di ranah akademik. Cara terbaik untuk
terhindar adalah dengan tetap berhati-hati dalam mengolah informasi.
-100-
Selain bentuk pencegahan yang telah disebutkan di atas, sebagaimana dikutip dalam
situs lib.ugm.ac.id langkah yang harus diperhatikan untuk mencegah atau
menghindarkan kita dari plagiarisme adalah melakukan pengutipan dan/atau melakukan
paraphrase.
1. Pengutipan
Menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat, dengan
menyebutkan sumbernya.
Menulis daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar. Yang dimaksud
adalah sesuai panduan yang ditetapkan masing-masing institusi dalam penulisan daftar
pustaka.
2. Paraphrase
Selain dua hal di atas, untuk menghindari plagiarisme, kita dapat menggunakan
beberapa aplikasi pendukung antiplagiarisme baik yang berbayar maupun gratis.
Misalnya:
Untuk apa saja jenis aplikasi yang disebutkan akan kami bahas pada artikel
selanjutnya. Jika Anda masih berpikir bahwa plagiarisme adalah tindakan yang wajar
dilakukan. Berpikirlah dua kali, karena sanksi atas tindakan plagiat ini tidak main-main.
Masih dikutip dari laman lib.ugm.ac.id, bahwa lulusan yang karya ilmiah yang
digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana
penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
-101-
Sementara Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi bagi
mahasiswa yang melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti melakukan plagiasi maka
mahasiswa akan memperoleh sanksi sebagai berikut:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
4. Pembatalan nilai
BAB X
KARYA TULIS
Orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah dikemukakan orang lain itu
disebut penulis.
Dalam KBBI (2002:370-371) disebutkan bahwa kata ilmiah diartikan
sebagai bersifat ilmu atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan, sedangkan
ilmiah populer diartikan sebagai mengunakan bahasa umum sehingga mudah
dipahami oleh masyarakat awam. Sedangkan istilah populer sendiri artinya dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa populer berarti dikenal dan disukai orang
banyak (umum). Bisa juga berarti sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada
umumnya, atau mudah dipahami orang banyak. Istilah populer merujuk kepada
penggunaan bahasa yang relatif lebih santai, padat, serta mudah dicerna oleh
masyarakat pembacanya yang begitu beragam.
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan
bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang
santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya
tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain
daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya
ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu
pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan
sehari-hari.
Karya ilmiah menurut Dalman memiliki ciri-ciri yang dapat dikaji minimal
dari empat aspek, yaitu:
1. Struktur
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal, bagian inti
dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti
merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
2. Komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya
ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal .
4. Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Ciri-ciri Karya Ilmiah Populer pada umumnya :
-104-
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat
lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada
juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik
karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-
keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa
aspek.Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian
(faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek
yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau
empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam
pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-
langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan
penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan
ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik
penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli
bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat
juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-
ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian
istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi
sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan
kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar
meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan
(preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang
telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan,
makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain
artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah
anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
-106-
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum.
BAB XI
TOPIK DAN JUDUL
E. Topik
1. Pengertian Topik
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang
hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal
yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih
awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih
sempit atau lebih luas (Wikipedia: 2013).
Sebuah topik yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup
tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila bahannya cukup tersedia, hal ini
memungkinkan penulis untuk memperolehnya, kemudian mempelajari dan
menguasai sepenuhnya
Topik yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuan untuk
menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.
4. Sumber Topik
Tak jarang seorang penulis bingung saat menentukan hendak menulis apa,
rasanya semua menarik dan banyak yang sudah ditulis orang sebenarnya banyak hal
yang dapat dijadikan topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, seperti yang
disampaikan Wayne N. Thompson dalam Rakhmat , seorang penulis daat
menemukan sumber topik dengan cara sebagai berikut (Ichi, San : 2013) :
- Pengalaman Pribadi
a. Perjalanan
b. Tempat yang pernah dikunjungi
c. Kelompok Anda
d. Wawancara dengan tokoh
e. Kejadian luar biasa
f. Peristiwa lucu
F. Tema
1. Pengertian Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu
tulisan. Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah
diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang
disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema
adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis
menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan
(Maikylamasia: 2012).
2. Sumber Tema
-110-
a. Pengalaman
G. Judul
1. Pengertian Judul
Judul adalah identitas dari jiwa seluruh karya tulis yang bersifat menjelaskan
diri, menarik perhatian dan terkadang menentukan lokasi. Judul merupakan nama
yang dipakai untuk tulisan, buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain. Judul
sebaikmya dibuat ringkas, padat, dan menarik. Usahakan judul suatu tulisan tidak
lebih dari lima kata tetapi dapat menggambarkan isi tulisan (Asy’ari, Imam: 1984).
a. Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada
pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut. (kait-mengait;
bersangkut-paut; berguna secara langsung).
c. Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang
panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan
judul tidak lebih dari lima kata.
3. Ciri-Ciri Judul
4. Pembagian Judul
a. Judul langsung
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi
tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.
1. Tema
2. Tema tidak dapat dijabarkan menjadi rincian tema
3. Mengandung permasalahan yang lebih jelas & terarah
4. Telah menggambarkan sudut pandang, tujuan dan maksud penulis
5. Topik
6. Topik dapat dijabarkan menjadi rincian topik.
7. Umum
8. Belum menggambarkan sudut pandang penulis
9. Judul
10. Judul tidak harus sama dengan topik
11. Spesifik
12. Mengandung permasalahan yang lebih jelas & terarah
-112-
Sebagai salah satu unsur terpenting dalam membuat karya ilmiah, tema, topik,
dan judul merupakan hal yang harus diperhatikan dalam membuat karya tulis.
Karena, tema, topik, dan judul merupakan sesuatu yang mendasar.
BAB XII
DAFTAR PUSTAKA DAN CATATAN KAKI
E. Kutipan
F. Catatan Kaki
3. Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi
atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata‐kata:
Lihat …, Bandingkan …, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam …, dan
sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak berlebihan agar tidak
menimbulkan kesan pamer. Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara
konsisten dan benar.
G. Daftar Pustaka
berikutnya diberi jarak satu setengah spasi. Baris pertama rata kiri dan baris
berikutnya menjorok ke dalam. Contoh halaman Daftar Pustaka tercantum di
Lampiran 14.
Berikut adalah beberapa sumber dalam mempelajari kutipan, catatan kaki, dan daftar
pustaka :
H. Contoh Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka dari 3 Buku yang
Berbeda
Buku pertama
Judul Buku : Everyone Can Lead
Pengarang Buku : Hasnul Suhaimi
Penerbit Buku : B First
Tempat dan Tahun : Yogyakarta, Juni 2013
Kutipan yang diambil dari Bab “Anyone Can Lead”, halaman 19:
“Saya berani berpikir out of the box dan menelurkan ide-ide yang tak biasa. Ide yang
disebut sebagai cracking zone oleh Prof.Rhenald kasali. Saya juga belajar dari para
-115-
great leaders untuk bias meningkatkan diri dan sebisa mungkin memenuhi syarat
menjadi leader .”
Kutipan yang diambil dari Bab “Learn From The Best”, halaman 29 :
“Seorang pemimpin harus memiliki perecanaan yang baik pula agar kita tahu arah
tujuan tim. Rencana juga menjadi semacam peta jika tiba-tiba kita kehilangan arah.”
“Sukses adalah ketika kita bias bermanfaat bagi lingkungan terdekat, bagi keluarga,
perusahaan, maupun di masyarakat.”
Catatan kaki yang diambil dari Bab “Learn From The Best”, halaman 35
“Jangan Cuma lobby tetapi enggak ada deal karena tidak ada artinya buat
perusahaan. Jangan pula sales doing tanpa lobby karena akan bikin pelanggan
merasa bosan dan tak terhubung”.10
10. Lobby adalah suatu kegiatan yang dimana kita mengajak rekan bisnis kita untuk
melakukan deal. Sales adalah kita melakukan penjualan terhadap bisnis kita.
Cave, Steve Tappin Andrew. 2008. The Secrets of CEO’s, London: Nicholas Brealey
Publishing.
Buku kedua
Judul Buku : Salah Kaprah
Pengarang Buku : Agus Mustofa
Penerbit Buku : Padma Press
Tempat dan Tahun : Kairo Mesir, Desember 2010
“Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah
menerima taubat mereka, ataumengazab mereka, karena sesungguhnya mereka
mereka itu orang-orang yang zhalim.”(QS. Ali Imran : 128)
“Tenanglah, jika engkau telah sampai di hadapan mereka, serulah mereka kepada
Islam. Beritakan kepada mereka apa yang menjadi hak Allah dalam Islam. Karena
demi Allah, jika Allah memberi hidayah terhadap seorang saja karena
perantaraanmu maka hal itu lebih baik bagimu dari onta merah”.1
1. Onta merah adalah harta yang paling berharga pada masyarakat Arab waktu itu.
Daftar Pustaka
Buku Ketiga
“Tuhanku, keluarkan aku dari hinanya diri! Sucikan aku dari keraguan dan
syirik sebelum masuk liang kubur! Kepada-Mu aku meminta pertolongan. Maka,
tolonglah aku! Kepada-Mu aku bersadar maka jangan tinggalkan diriku! Kepada-Mu
aku mengkaitkan diriku diri maka jangan jauhkan diriku! Di pintu-Mu aku bersimpuh
maka jangan kauusir aku! Kepada-Mu aku memintamaka jangan kecewakan diriku!
Serta karunia-Mu yang kuinginkan maka jangan Kau haramkan aku darinya!”
Misalnya Rasulullah berkata kepada Bilal r.a., “Berinfaklah wahai Bilai. Jangan takut
Allah akan membuatmu miskin!”B
R
Riwayat al-Bazzar dari Bilal. Juga diriwayatkan oleh al-Thabrani dari ibn Mas’ud
BAB XIII
KORESPONDENSI
-118-
F. Pengerrtian Korespondensi
Korespondensi berasal dari bahassa inggris yaitu Correspondence, yang
berarti surat menyurat. Dilihat dari difinisi tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa
korespondensi adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara surat menyurat, atau
lebih sederhana dapat dikatakan komunikasi yang dilakukan dengan surat.
Karena dilakukan dengan media tersebut, maka dapat dipastikan kedua belah
pihak yang saling bekomunikasi tidak berhadapan secara langsung. Permasalahan
utama dan klasik timbul karena budaya tulis kita kalah dibandingkan dengan budaya
bicara dan dengar, sementara untuk jenis komunikasi ini sangat diperlukan. Untuk
meningkatkan budaya tulis dan baca, maka praktik membaca dan menulis harus
ditingkatkan, Kemampuan baca dapat ditingkatkan dengan membaca apa saja
referensi yang dianggap mendukung seperti surat kabar, novel, buku, dan sejenisnya.
Sementara kemampuan tulis dapat ditingkatkan dengan melatih tulis dan akan lebih
mudah dengan menulis hal-hal yang sederhana misalnya buku harian.
G. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Korespondensi
1. Pihak Pemberi Pesan
Pemahaman pada pihak pemberi pesan lebih diperhatikan pada bahasa tulis
yang digunakan. Untuk diperlukan pemahaman mengenalbahasa tulis yang baik
secara umum bahasa tulis yang baik yaitu:
a. Jelas
Pengertian jelas di sini adalah jelas mengenai maksud penulisan surat
maupun jelas pada penulisannya, jika penulis menulis surat dengan tulisan tangan,
maupun tata bahasa yang digunakan, untuk mencapai maksud ini seorang Penulis
surat harus memikirkan topik permasalahan secara matang dan mengumpulkan data
pendukung, bila permasalahan pada tulisan tanganya, maka seorang penulis harus
mengupayakan bentuk tulisannya agar mudah dibaca, sementara agar tata bahasa
yang digunakan tepat Peulis harus mempelajari kaidah Tata Bahasa Indonesia serta
rajin membaca dan menulis sehingga kemampuannya semakin meningkat.
b. Singkat
Pengertian singkat di sini adalah langsung pada pokok permasalahan tanpa
melupakan kaidah sopan-santun dalam menulis surat. Permasalah yang sering timbul
pada diri kita sebagai Bangsa Timur adalah kaidah sopan-santun terlalu panjang
dibandingkan dengan materi pembicaraan itu sendiri.
c. Menggunakan bahasa yang umum
Bahasa yang umum di sini berarti bahasa yang biasanya digunakan. Memang
betul, bahasa yang digunakan dapat menunjukkna citra atau image si Pembuat surat,
-119-
tetapi bila maksud yang di tuju tidak sampai proses komunikasi tidak berhasil seperti
diharapkan. Sehingga sebelum menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah,
Penulis surat harus berpikir, umumkah bahasa tersebut digunakan dalam kehidupan
sehari-hari terutama bagi pembaca? Hal ke dua yang harus diperhatikan adalah
kebenaran dan istilah tersebut, karena jangan sampai usaha untuk meningkatkan citra
justru berakibat sebaliknya sebagai penghancur citra karena kesalahan tulis atau
istilah bahasa yang digunakan.
d. Menggunakan standar penulisan yang umum
Yang dimaksud dengan standar penulisan yang umum bukan berarti standar
penulisan baku seperti dalam tata bahasa baku Bahasa Indonesia, tetapi dengan
melihat obyek surat tersebut ditujukan. Bila surat tersebut ditujukan kepada sahabat,
keluarga, atau rekan akrab di mana sudah dipahami kebiasaan, tingkah laku, budaya,
dan sebagainya justru penggunaan bahasa baku iti akan mengurangi kadar keakraban.
Bahasa baku tepat digunakan untuk komunikasi tertulis formal seperti surat dalam
hubungan kerja, relasi pengajaran, dan sebagainya.
H. Pihak yang Diberi Pesan (Communicant)
Pemahaman pada pihak penerima pesan sangat penting karena pihak itulah
pesan akan disampaikan. Pemahaman pihakn ini dilakukan dengan melihat latar
belakang sosial, pendidikan, budaya, kebiasaan, tingkat sosial dalam kelompoknya
dan sebagainya. Diketahuinya latar belakang penerima pesan dapat digunakan
sebagai pertimbangan penting untuk menentukan bahasa surat yang digunakan.
Bahasa “tinggi” hanya akan menimbulkan kesia-siaan, jika tidak dipahami oleh
penerima surat.
I. Evaluasi Proses Korespondensi
Evaluasi dalam proses korespondensi adalah upaya untuk melihat efektivitas
atau tercapai tidaknya komunikasi tersebut setelah dijalankan. Evaluasi perlu selalu
dilakukan untuk melihat hasil dari kegiatan ynag telah kita kerjakan bukan hanya
pada proses komunikasi, tetapi seharusnya untuk setiap kegiatan. Tujuan utama dari
hal ini adalah sebagai sarana mawas diri agar kegiatan sam dilakukanpada masa yang
akan datang lebih baik daripada yang telah dilakukan sebelumnya.
Evaluasi proses korespondensi dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1. Memikirkan kembali surat yang telah dikirimkan apakah telah sesuai
dengan tujuan semula atu belum sesuai.
2. Meminta umpan balik / feed back dan penerima pesan baik secara
langsung, maupun tidak langsung. Hal paling mmudah untuk melakukan
hal ini adalah dengan menilai balasan dari penerima surat. Bila tanggapan
sesuai harapan, maka kegiatan korespondensi dapat disebut berhasil,
-120-
4. Communicant
Adalah pihak yang menerima pesan. Seorang Communicator yang baik akan
memperhatikan betul kemampuan, budaya, status sosial, latar belakang pendidikan,
-121-
usia, dan sebagainya dari pihak ini sebelum melakukan proses komunikasi.
Pemahaman dari pihak penerima pesan akan menentukan pemilihan “bahasa” yang
tepat.
5. Feed Back
Adalah umpan balik dari penerima pesan (communicant) terhadap proses
komunikasi yang telah dilakukan. Umpan balik inilah yang digunakan oleh pihak
pemberi pesan sejauh mana keberhasilan proses komunikasi. Seorang Communicator
yang baik akan selalu mengupayakan umpan balik untuk meyakinkan keberhasilan
komunikasi. Umpan balik dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak
langsung. Secara langsung dilakukan dengan cara langsung menanyakan kepada
pihak penerima leh pemberi pesan, sementara cara tidak langsung bisa menggunakan
orang lain untuk mengetahui keberhasilan proses komunikasi yang telah dilakukan.
Seperti telah diungkap pada proses komunikasi, cara komunikasi secara lisan, tulisan,
dan isyarat. Secara lebih rincike 3 ara komunikasi tersebut dapat dilihat pada uraian
berikut ini:
1. Komunikasi Lisan
Adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara lisan atau verbal.
Komunikasi jenis ini peling banyak digunakan karena sangat mudah pelaksanaannya.
Komunikasi ini tepat dipergunakan untuk. Mengkomunikasikan masalah yang
sederhana, sementara untuk masalah yang bersifat kompleks kurang tepat digunakan.
Kelebihan Kelemahan
Cepat dilakukan, Tingkat ketelitian lemah,
Dapat langsung tanpa alat bantu, Sulit dibuktikan,
Dapat melihat ekspresi lawan bicara, Persiapan sangat kurang.
Dapat diperbaiki langsung bila
membuat kesalahan.
2. Komunikasi Tulisan
Adalah komunikasi yang dilakukan dengan media tulisan. Komunikasi ini
timbul karena perkembangan peradaban manusia sehigga komunikasi lisan saja
dianggap tidak cukup. Komunikasi tertulis tepat untuk mengomunikasikan hal-hal
yang bersifat kompleks, jangka waktu penggunaan komunikasi lama, dan
menyangkut banyak orang. Kelebihan dan kelemahan jenis komunikasi ini
diantaranya adalah.
Kelebihan Kelemahan
Pembuktian mudah dilakukan Memerlukan alat bantu
-122-
Dapat dibaca kembali bila belum Memerlukan kemempuan berbahasa
jelas, tulis yang cukup,
Dapat dipersiapkan dengan matang. Memerlukan waktu banyak dalam
pelaksaan dan menilai umpan balik.
3. Komunikasi Isyarat
Adalah komunikasi yang dilakukan dengan kode-kode tertentu baik berupa
gerakan maupun kode lain yang disepakati oleh kedua belah pihak. Jenis komunikasi
dilakukan untuk menjaga kerahasiaan informasi atau kerana ketidakmampuan kedua
belah pihak berkomuikasi baik secara lisan maupun tertulis. Secara umum kelebihan
dan kelemahan jenis komunikasi ini diantaranya.
Kelebihan Kelemahan
Kerahasiaan lebih terjaga karena Pembuktiannya lemah, menimbulkan
hanya diketahui oleh pihak-pihak yang salah asumsi terhadap kode yang
melakukan komunikasi. diberikan.
-123-
BAB XIV
PARAGRAF
A. Definisi Paragraf
Kamu tahu nggak, unsur ini adalah fokus atau jantung dari sebuah paragraf.
Topik atau gagasan utama merupakan ide utama yang ingin disampaikan penulis
kepada pembaca. Intinya, gagasan utama “layaknya jiwa” yang menghidupkan
sebuah paragraf agar menarik di mata pembaca!
2. Kalimat Utama
4. Konjungsi
Contohnya: “Hari ini Kota Malang diguyur hujan deras. Oleh karena itu, kita harus
membawa payung di tas saat sedang ke luar rumah.”
1. Paragraf Narasi
Dalam paragraf jenis ini, kamu akan menulis suatu kejadian dari awal hingga
akhir kejadian, berdasarkan urutan waktunya. Misal, kamu ingin menulis cerita
kesuksesan kamu mendapat beasiswa study exchange ke Inggris. Nah, kamu dapat
bercerita dari awal ketika menjadi mahasiswa baru, lalu persiapan kamu untuk
mengikuti program study exchange, hingga bagaimana bisa mendapat study
exchange tersebut.
2. Paragraf Eksposisi
Jenis yang berikutnya adalah eksposisi. Ketika kamu menulis jenis paragraf
ini, kamu akan memberikan informasi sedetail mungkin kepada pembaca. Memang,
tujuan dari paragraf ini adalah memaparkan, menyampaikan informasi, menjelaskan,
dan juga menerangkan suatu topik kepada orang lain.
3. Paragraf Argumentasi
4. Paragraf Persuasi
Misalnya, kamu membaca postingan tentang orang tua berusia 70-an tahun yang
masih bekerja keras mendorong gerobak jualan untuk menghidupi dirinya. Postingan
tersebut disertai juga dengan foto si Kakek yang sedang mendorong gerobak. Sebuah
cerita yang bisa menyentuh hatimu, bukan? Gak pake lama, kamu ingin membantu
nasib si Kakek!
1. Paragraf Deduktif
2. Paragraf Induktif
-127-
3. Paragraf Campuran
1. Kesatuan
Suatu paragraf harus dibangun dengan sebuah ide atau topik yang jelas. Ide
yang muncul ketika kamu ingin menulis sesuatu akan lebih mantap jika diuraikan dari
kalimat utama kemudian ke kalimat penjelas sehingga membentuk suatu kesatuan.
3. Kelengkapan
Ketika unsur paragraf dalam tulisan kamu ada yang hilang, maka tulisan kamu
bisa dibilang belum lengkap. Huft! Maka dari itu, jangan lupa ya unsur-unsur
paragraf seperti gagasan utama, kalimat penjelas, kalimat utama, serta konjungsi.
-128-
Nah, itu dia penjelasan soal paragraf dan wacana. Oh iya, kamu jangan
langsung sudahi membaca artikel ini ya! Kita jawab dulu satu quiz di bawah soal
tentang paragraf!
BAB XV
B. Bahasa Milenials
Bahasa berkembang seiring laju zaman. Generasi yang lahir di setiap zaman
pada akhirnya mencipta bahasa masing-masing, tak terkecuali generasi mutakhir yang
lazim disebut milenial, yakni segolongan penduduk di sebuah negara yang kadang
juga disebut generasi Y atau generasi langgas. Yoris Sebastian, Dilla Amran, dan biro
riset Youth Lab, dalam buku Generasi Langgas: Millennials Indonesia (2016: 45),
mendefinisikannya sebagai "generasi yang bebas terhubung (dan tidak terhubung)
dengan siapa pun yang mereka mau." Kebebasan menjadi kata kunci dalam
memahami cara dan gaya hidup generasi milenial.
Bila generasi '70-an melahirkan dan akrab menggunakan bahasa prokem yang
bersumber dari buku atau novel pop (Teguh Esha, antara lain), bahasa gaul generasi
milenial dimasyarakatkan dengan cara yang berbeda. Antara lain dengan: botol air
kemasan. Salah satu produsen air minum kemasan terkenal di Indonesia merilis
sejumlah kemasan air mineral dengan label yang khusus. Di tiap botol air mineral
khusus ukuran 600 mililiter itu dipasangi label yang memuat sebuah kata atau frasa
-130-
yang sangat dekat nilai rasa hingga maknanya dengan generasi mutakhir kata. Kata
atau frasa yang memang menggambarkan hidup mereka, sifat mereka, mungkin juga
karakter mereka. Karena hampir rata-rata memang mereka yang setidaknya paling
cepat paham dengan istilah-istilah yang bagi generasi sebelumnya terasa agak ganjil
itu.Misalnya, kata jombi didefinisikan secara singkat sebagai kepanjangan "jomblo
bingung". Penjelasan lanjutannya adalah "gagal fokus antara balikan sama mantan
atau lanjutkan kehidupan". Dalam contoh kalimat disebutkan, "inget mantan lupa
jalan pulang, kamu jombi". Botol berlabel edisi khusus mengajak kita seperti segera
meneguk bahasa setiap kali haus dan kurang fokus.Kita belum tahu pasti berapa
jumlah kata milenial yang telah dan akan dimasyarakatkan botol berlabel khusus
tersebut. Konon, produsen air minum kemasan terkait mengikuti arus kebahasaan di
media sosial. Kita tentu mafhum, masih akan ada banyak lagi bahasa milenial yang
mesti dihadirkan dalam label botol. Arus kebahasaan di media sosial tidak pernah
berjumpa titik akhir. Kebahasaan milenial di arus interaksi bermedia sosial
berkembang cepat, secepat berpindahnya fokus generasi multitasking ini. Kita bahkan
sering tak pernah menemukan dari mana asal sebuah kata gaul milenial karena
sekonyong ia muncul dan digunakan begitu saja. Pola pembentukan dari bahasa
milenial yang tercantum di label botol air minum kemasan, kita bisa menjumpai
beberapa pola pembentukan bahasa atau kata/ frasa itu. Pola yang cukup sering
muncul adalah penggunaan atau peminjaman bahasa asing. Salah satu contohnya
adalah distrek yang diserap dari kata Inggris, distract (mengalihkan, mengganggu,
membingungkan). Kita boleh menduga, kata milenial itu beredar luas berbarengan
lagu merdu gubahan Danilla, "Berdistraksi" (2014): "mengalihkan peristiwa/
menantikan kenyataan/ yang tak kunjung usai sampai/ ujung waktu tiba hingga/ ku
jatuh tenggelam dalam keresahan". Pola pembentukan bahasa milenial berikutnya
adalah dengan penyingkatan atau akronimasi. Beberapa contoh akronim milenial
antara lain geje (gak jelas), jombi (jomblo bingung), gabut (gaji buta), kzl (kesel), dan
sebagainya. Pola lainnya terasa berbeda karena berbasis suara yang onomatopik,
bersumber dari kemiripan bunyi/suara. Misalnya, kata tulalit yang bersumber dari
suara telepon, diartikan sebagai "ketika pikiran tidak nyambung dengan realita karena
kurang fokus". Kata lainnya, krik-krik yang bersumber dari suara jangkrik di
keheningan, didefinisikan sebagai "klimaks yang terlupakan berujung sunyi di akhir
cerita".Selain ketiga pola pembentukan kata/frasa bahasa milenial tersebut, ada kata-
kata yang muncul dan dipakai begitu saja. Salah satu contohnya adalah zonk. Kata itu
gagal didefinisikan secara singkat. Bila di label botol hanya tertulis: "zonk =
@#$*?!". Label botol pun gagal memberikan penjelasan panjang lebih lanjut, sekadar
"kegagalan fokus tingkat internasional". Kata zonk ini sebenarnya bukan muncul
-131-
baru-baru ini saja. Zonk sudah pernah dan sering muncul dalam acara kuis televisi
berhadiah tertinggi senilai 2 miliar rupiah. Pembawa acara kuis itu sepertinya juga tak
pernah menjelaskan maksud dari kata zonk. Kata itu dikenalkan, dipakai, dan menjadi
bahasa kaum milenial begitu saja. Mungkin Anda tahu artinya? Zonk!Udji Kayang
Aditya Supriyanto Peminat kajian budaya populer, Penulis buku Rerasan Urban
(2016)
C. Bahasa Kekinian
Istilah budak cinta yang digunakan merujuk pada pria atau wanita orang yang tergila-
gila akan cinta, oran
Pansos
Pansos adalah istilah gaul dan merupakan singkatan dari Panjat Sosial.
Sesuai namanya, Pansos adalah untuk merujuk kepada orang-orang yang suka
mencari perhatian banyak orang, terutama di Media Sosial.
Pansos ini erat kaitannya dengan bait. Buat kamu yang belum tahu bait, bait adalah
kata bahasa inggris, yang artinya pancing.
Bait yang dimaksud disini adalah postingan-postingan yang bertujuan untuk
memancing, entah itu dalam hal positif (Untuk bersenang-senang) atau dalam hal
negatif.
-132-
4. Ambyar
Fenomena kata ambyar saat ini masih ramai menjadi bahasan khalayak.
Pasalnya, selain semakin akrab di telinga anak muda lantaran lagu-lagu Jawa yang
dilantunkan oleh Didi Kempot, kata ambyar ternyata sudah masuk di Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( KBBI).
5. Santuy
Santuy berarti santai.
Kata ini sering dipakai anak muda sebagai bahasa sehari-hari.
Contoh percakapan:
A: ayo dong cepet ke rumah gua!
B: santuy, ga usah buru-buru
6. Mantul
Berasal dari kepanjangan “Mantap Betul”.
Kata ini sering digunakan sebagai apresiasi seperti ungkapan pujian.
A: eh gue, keterima kerja di BUMN nih.
B: Mantul, selamat bekerja ditempat baru yaa…
7. Gemay
Terdengar lucu, kata gemay ini juga merupakan plesetan dari kata gemas. Dan biasa
diungkapkan pada hal-hal yang lucu.
A: Kenalin ini anak aku
B: Ihhh gendut banget baby-nya pengen nyubit. Jadi Gemay
8. Japri
Sudah sering terdengar, namun nyatanya kata ini masih saja kurang banyak
diketahui hal layak umum.
Japri sendiri dapat diartikan sebagai “jalur pribadi” atau “jaringan pribadi”.
Tergantung penempatan kata pada kalimat
A: Nanti selesai rapat bisa kontak langsung
B: Siap nanti di japri…
-133-
9. Gabut
Pernah kan pasti kita merasakan seperti gak jelas dan gak tau mau ngerjain
apa.
Nah, kata ini cocok sekali digunakan pada saat situasi begini.
Gabut atau gak jelas suka dipakai anak muda zaman sekarang untuk update status di
Instagram story dan biasanya sering ditampilin sama lagu-lagu galau gitu.
A: Ngapain sih lo?
B: Gak ada lagi gabut aja.
11. Komuk
Dikutip dari pekanbaru.tribunnews.com, arti komuk itu muka atau wajah
A: Komuk lu kusut banget hari ini
B: iya nih, lagi banyak pikiran.
12. Gerd
Banyak orang akan menghadapi yang namanya GERD. Berikut penjelasan apa itu
GERD?
GERD atau Gastroesophageal reflux disease adalah penyakit saluran pencernaan yang
terjadi ketika asam lambung naik ke esofagus (refluks).
Jika sudah mengalami GERD, penderita bisa merasakan mual dan muntah.
Asam lambung yang naik juga bisa mengiritasi esofagus dan menimbulkan rasa panas
di dada (heartburn) dan leher.
Makanan yang memicu munculnya GERD bervariasi pada tiap orang.
Tapi, ada beberapa strategi yang dapat Anda coba untuk mengurangi atau
menyingkirkan kambuhnya GERD, seperti saran-saran di bawah ini.
13. KKN
-134-
Kata KKN menjadi trending karena viralnya sebuah kisah horor KKN Desa
Penari di pertengahan tahun 2019 lalu.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat
oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan
daerah tertentu di Indonesia.
Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan
bertempat di daerah setingkat desa.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia telah mewajibkan setiap
perguruan tinggi untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang
memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
14. Unicorn
Unikorn adalah perusahaan rintisan milik swasta yang nilai kapitalisasinya
lebih dari $1 miliar.
Istilah ini diciptakan pada tahun 2013 oleh Aileen Lee, seorang pemodal usaha.
Pada momen Pemilihan Presiden 2019 saat debat, istilah ini begitu viral karena
ucapan Wakil Presiden Maruf Amin.
15. Mukbang
Mukbang adalah bahasa Korea yang berasal dari kata muk-ja yaitu makan dan
bang-song yaitu siaran.
Mukbang adalah siaran makan.
Yap! Menayangkan diri sendiri di depan kamera saat lagi makan dan ditonton ribuan
penonton internet adalah salah satu tradisi unik di Korea.
Trend ini selalu dilakukan oleh para youtuber.
16. Podcast
Podcast adalah episode program yang tersedia di Internet.
Podcast biasanya merupakan rekaman asli audio atau video, tetapi bisa juga
merupakan rekaman siaran televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan, atau
acara lain.
Nah, youtuber biasanya begitu kreatif dengan melakukan poadcast saat ingin
mewawancarai seseorang.
17. Santuy
-135-
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata 'santuy' tidak ada
alias tidak termasuk dalam kaidah berbahasa Indonesia.
Kata santuy diartikan para anak milenial sebagai plesetan kata lain dari santai
Santuy adalah sinonim dari santai.
Santuy juga sebagai plesetan dari kata santai dan juga singkatan dari santai euy dalam
bahasa tanah Pasundan
Selain itu juga ada yang mengartikannya Santuy adalah sebuah istilah untuk kondisi
mental dimana seseorang mempunyai kekaleman yang tak terpengaruh apapun,
ketenangan yang mampu melewati bacotan netizen.
Seseorang yang tidak tergoyahkan dan tdak dapat dibuat gusar oleh siapapun. Dan
istilah ini mempunyai kesan bersifat Independent.
Sebutan ini pertama kali dipopulerkan oleh para netizen itu sendiri yang
memplesetkan kata 'santai'.
18. Halu
Halu kata yang seringkali diucapkan oleh anak muda saat ini, lantas apa itu
Halu yang sebenarnya.
Kata Halu menjadi bahasa gaul terkini yang banyak di gunakan oleh anak muda.
Semakin sering diucapkan kata ini, sebenarnya apakah kalian mengetahui arti kata
halu ini.
Misalnya saja kata Halu yang sering diucapkan oleh anak muda saat ini.
" Coi, cita - cita lu apa ? "
" Cita - cita gua sederhana, pengen punya mobil dan pacar mirip Isyana Sarasvati "
" Dasar lo halu, kerja aja kagak "
Sampai - sampai kata yang satu ini, dijadikan sebuah judul lagu oleh penyanyi Febri
Putri NC.
Dalam lagu ini sendiri berisi tentang seseorang yang sedang mengahrapkan sesuatu
yang sulit.
Kata Halu sendiri berasal dari kata Halusinasi, seperti seseorang yang banyak
menghayal sesuatu yang sulit terwujud. (*)
-136-
DAFTAR PUSTAKA
Paragraf – Pengertian, Unsur, Syarat, Fungsi, Ciri, Jenis, Struktur, Contoh. [daring],
Tautan: https://www.gurupendidikan.co.id/paragraf/, diakses pada 8 Februari 2021.
Trending di 2019, Biar Gaul Kamu Perlu Tahu Ambyar, Pansos, Hingga
Ferguso, https://bali.tribunnews.com/2019/12/25/18-bahasa-kekinian-trending-di-
2019-biar-gaul-kamu-perlu-tahu-ambyar-pansos-hingga-ferguso?page=4.