Anda di halaman 1dari 8

1.

Judul Drama : Harapan Di Persimpangan Jalan

Tema : Pentingnya Pendidikan

Pemeran : Bima(haidar), Surya(adin), Pak Guru Anto(azril), bapak wakil kepala sekolah

Arman(hapis), Ayah Surya(adrian), Kakek Surya(db)

Sinopsis Drama :

Suatu pagi pada jam istirahat pertama di SMAIT ULIL ALBAB BATAM. Bima termenung di

salah satu meja baca perpustakaan. Ia tak menyadari bahwa kegelisahannya tersebut sejak tadi

telah diperhatikan oleh sahabatnya Bima.

Bima : hei, kamu ini masih pagi sudah melamun saja.

Surya : ya ampun Bima, kamu mengagetkanku tahu! Kalau jantungku copot bagaimana? Kamu

mau ganti?

Bima : He… he. Maaf maaf.

Surya : ada apa Bim?

Bima : Ya tidak apa-apa. Aku pikir kamu kemana tadi. Aku mencari-cari kamu loh.

Surya : He…he. Ya aku kemana lagi kalau tidak ke mushala atau perpustakaan. Mau ke kantin,

aku tidak punya uang. He… he.

Bima : justru itu, mudah sekali kalau aku mau mencarimu kawan. Oh ya, ngomong-ngomong

rencanamu setelah lulus apa? Pasti kamu mau mengambil jurusan Teknik Mesin di ITB kan?

Sejak dulu kamu bicara tentang mimpimu untuk bisa berkuliah di jurusan itu.

Surya : Entahlah Bim.


Bima : Loh, kok entahlah. Ada apa ini kawan? Bukankah kamu bercita-cita untuk menjadi

insinyur mesin?

Surya : iya, memang benar. Tapi entahlah Bim.

Bima : ada apa ini kawan? Ada masalah apa sebenarnya? Ayo ceritakan padaku!

Surya : tentang mimpi-mimpiku itu Sur, rasanya aku tak bisa terus memupuknya. Orang tuaku

tidak setuju aku melanjutkan pendidikan tinggi. Mereka ingin aku bekerja di luar negeri sebagai

TKI saja.

Bima : Wah, rumit juga ya. Kamu ceritakan semua detailnya ya! Nanti kita cari solusi bersama-

sama.

Setelah menceritakan semua permasalahannya, Surya agak sedikit lega. Setidaknya ia sedikit

bisa mengurangi beban dihatinya karena telah bercerita dengan sahabatnya itu.

Bima : begini saja Sur, kita konsultasikan masalahmu ini kepada Pak Anto. Mungkin saja beliau

punya masukan terbaik yang bisa membantu semua persoalanmu itu.

Surya : Baiklah, jam istirahat kedua setelah shalat dhuhur saja ya Bim. Waktu istirahat pertama

kita sudah mulai habis ini.

Bima : Baiklah, ayo kita masuk ke kelas!

Surya dan Bima pun akhirnya menuju kelas mereka. Setelah jam istirahat kedua selepas shalat

dhuhur, mereka berdua pergi menuju ruang pak anto yang merupakan guru Bimbingan

Konseling di kelas mereka.

Surya : Assalamualaikum. (seraya mengetuk pintu ruangan)

pak anto : Waalaikumsalam. Wr. Wb. Silahkan masuk!


Bima : Terima kasih Pak. Ayo Sur, kita masuk!

Surya : Iya. Selamat siang bu.

Pak anto : Oh Surya, Bima, ada apa ini? Apa ada yang mau kalian diskusikan kepada Bapak?

Bima : Oh iya Pak, ada sesuatu hal penting yang ingin kami diskusikan. Kami yakin akan dapat

menemukan solusi terbaik jika masalah ini kami sampaikan kepada ibu Shinta.

Pak anto : Baiklah Bima, ceritakanlah masalahmu itu pada Bapak! Barangkali saya bisa

membantu.

Bima : Ini bukan tentang saya pak, tapi Surya. Nah, Sur, ceritakanlah masalahmu itu!

Surya : Baiklah.

Setelah menceritakan semua masalah Surya kepada pak anto. Akhirnya pak anto memutuskan

untuk membawa persoalan ini ke bapak Arman, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

pak anto : Nah, begitu saja ya. Kapan kita menemui pak Arman?

surya : lebih cepat lebih baik pak.

bima : betul bu, secepatnya saja. Kalau boleh saya usul, waktu jam istirahat masih 15 menit lagi.

Saya rasa cukup untuk membicarakan hal ini kepada beliau. Saya rasa beliau saat ini juga masih

berada di ruang kerjanya.

pak anto : kalau begitu kita ke sana sekarang saja!

Akhirnya Bima, Surya, dan pak anto bergegas menuju ruang bapak Wakil Kepala Sekolah

bidang Kesiswaan. Setibanya mereka di ruang bapak Arman, pak anto menyampaikan perihal

masalah yang dialami oleh surya kepadanya.


pak anto : Begitu pak, inti permasalahannya adalah bahwa surya tidak diizinkan oleh orang

tuanya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Karena sebab ketidakmampuan orang tuanya

dalam hal ekonomi.

Pak Arman : Begini pak anto, Bima, dan Surya. Sebenarnya saya ada solusi yang Insya Allah

dapat menjawab persoalan ini. Tapi sepertinya kita tidak memiliki cukup waktu untuk

membahasnya di sini. Begini saja, kita agendakan kunjungan ke rumah surya dalam rangka

menjelaskan hal-hal penting seputar pendidikan serta solusi agar surya dapat tetap melanjutkan

pendidikan tingginya. Bagaimana?

pak anto : Ide yang bagus pak. nah, surya, kapan kira-kira kami bisa mengunjungi orang tuamu?

surya : Kalau hari minggu pagi bagaimana Pak? Insya Allah orang tua saya tidak berjualan di

pasar karena hari tersebut sedang ada festival di kompleks pasar yang tidak memungkinkan

pedangan untuk berjualan. Apa bapak Arman dan pak anto tidak keberatan meluangkan waktu

libur di hari itu?

Pak Arman : Tentu saja tidak, sur. Bapak merasa harus memperjuangkan nasib pendidikanmu.

Karena kamu adalah salah satu siswa terbaik kami di sekolah ini.

[sc:ads]

pak anto : bapak juga tidak keberatan surya. bima, kamu juga ikut ya?

bima : Baik pak, dengan senang hati.

Keesokan harinya di hari minggu pagi. Pak Arman, pak anto, dan bima pergi berkunjung ke

rumah surya.

Setibanya di rumah surya.

bima : Assalamualaikum. (sambil mengetuk pintu)


surya : Waalaikumsalam. (beberapa saat setelah bima megetuk pintu). Silahkan masuk Bim, Pak

Arman, dan pak anto.

Pak Arman : terima kasih surya.

pak anto : Ayah dan kakekmu ada sur?

surya : Ada pak, sebentar saya panggilkan. Silahkan duduk dulu pak,. bim, kamu bantu aku

menyiapkan minum untuk pak Arman dan pak anto ya!

Bima : Oke sur.

Tak lama kemudian, ayah dan kakek surya datang ke ruang tamu menyambut Pak Arman dan

pak anto.

Ayah surya : Wah, ada tamu spesial rupanya. Pak Arman, apa kabar? Ini pak anto guru BK di

sekolah surya ya?

pak anto : Betul pak, saya guru BK di sekolah surya.

kakek surya : Maaf pak, pak. Tempatnya begini adanya.

Pak Arman : ah, tidak apa-apa pak. Terima kasih sudah diperbolehkan berkunjung.

kakek surya : kalau boleh tahu, angin apa yang membawa bapak-bapak ke rumah kami ini? Apa

surya membuat masalah di sekolah.

Pak Arman : oh, tidak pak. Sama sekali tidak. Justru surya adalah salah satu anak yang

membanggakan yang kami miliki di sekolah.

Ayah surya : syukurlah kalau begitu pak. lantas ada masalah apa ya pak?

Pak Arman : begini pak, langsung saja ke pokok permasalahan. Beberapa hari yang lalu Bima

menyampaikan bahwa dirinya ingin sekali melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi


negeri. Saya ingin mengklarifikasikan kepada bapak selaku orang tua dari surya. Apakah betul

bapak tidak memperkenankan surya untuk berkuliah? Karena begini pak, saya rasa sangat

disayangkan bahwa anak secerdas surya tidak bisa melanjutkan pendidikannya hanya karena

terhalang dari restu orang tuanya. Sementara surya ingin sekali untuk belajar di perguruan tinggi

negeri.

Ayah surya : Begitu rupanya. Langsung saja saya jawab ya pak. Sebelumnya terima kasih atas

perhatian bapak kepada anak kami. Begini pak, alasan kami tidak memperkenankan Bima untuk

berkuliah di perguruan tinggi tidak lain dan tidak bukan adalah karena keterbatasan keuangan

yang kami miliki pak. saya ini hanya penjual sayur di pasar. Sementara istri saya ikut berdagang

bersama dengan saya. Penghasilan kami hanyalah cukup untuk makan sehari-hari dan membayar

uang sekolah surya dan adik-adiknya. Melihat kondisi tersebut, saya merasa tidak mampu untuk

membiayai Bima untuk belajar lebih tinggi lagi. Alasan sebenarnya adalah begitu pak.

kakek surya : betul pak. sungguh, kami tidak bermaksud menghalang-halangi cita-cita surya.

Tapi apalah daya kami pak. kami hanyalah orang miskin yang tak dapat menyekolahkan anak-

anaknya. Maka dari itu kami bermaksud untuk mengirim surya ke luar negeri untuk bekerja demi

adik-adiknya.

Pak anto : begini Pak. Maaf kalau saya lancang. Memang sangat sulit sekali jika menjalani studi

tanpa adanya kemampuan finansial yang mendukung. Tapi bukan berarti proses pembelajaran itu

harus terputus begitu saja. Apalagi surya adalah anak yang cerdas. Sangat disayangkan jika ia

tidak difasilitasi untuk belajar.

Pak Arman : betul pak. Bima harus tetap melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri.

Pendidikan itu teramat penting yang harus diperjuangkan dengan gigih. Rasanya terlalu dini

untuk menganggap persoalan ekonomi adalah faktor penghambat utama. Saya juga melihat
bahwa surya memiliki kemauan yang begitu tinggi untuk berkuliah. Kemauan yang keras pasti

akan membuahkan jalan menuju keberhasilan. Saya percaya akan hal itu.

Ayah surya : saya sepakat dengan pak Arman dan pak anto. Namun lagi-lagi kami tak

berkemampuan untuk membiayai surya, khususnya ketika ia akan melanjutkan pendidikannya di

perguruan tinggi.

kakek surya : Betul pak. Kami benar-benar kesulitan masalah keuangang. Kami tak ingin

mengeluh, namun inilah hambatan terbesar kami saat ini.

Pak Arman : Bapak. Kedatangan kami ke sini bukan hanya untuk menceramahi akan pentingnya

pendidikan, bukan itu. Kami ke sini juga membawa sebuah solusi yang cukup baik untuk Bapak ,

khususnya untuk surya.

Ayah surya : wah, apa itu pak?

Pak Arman : surya tetap bisa melanjutkan pendidikannya hingga ke tingga perguruan tinggi pak,

bu, melalui program beasiswa bidik misi. Program ini ditujukan kepada calon mahasiswa

berprestasi dan tidak mampu. Beasiswa yang akan diberikan berupa uang tunai dengan besaran

yang telah ditentukan oleh pemerintah. Mengenai mekanisme pendaftarannya, sekolah akan

membantu surya.

kakek : Masya Allah, alhamdulillah kalau begitu. Terima kasih banyak pak Arman, pak anto.

ayah surya : betulkan bisa begitu pak? Saya sangat bersyukur kalau memang surya bisa tetap

melanjutkan pendidikannya. surya, kemarilah sebentar nak!

surya : Iya ayah. (menagis haru)

Ayah surya : Kau tetap bisa berkuliah nak. Berterima kasihlah pada bapak gurumu ini!
surya : Terima kasih banyak telah banyak membantu saya Pak, Bu. (menangis haru sambil

mencium tangan Pak Arman dan Bu Shinta)

pak anto dan Pak Arman : (tidak mampu berkata-kata, hanya tersenyum sambil menahan air

mata haru)

surya : bim, terima kasih banyak. Kamu juga sudah banyak membantu saya. (memeluk bima

sambil menagis)

bima : tak masalah kawan. Sudahlah, jangan dipikirkan!

Akhirnya surya tetap bisa melanjutkan cita-citanya untuk berkuliah di perguruan tinggi negeri

dengan bantuan beasiswa yang difasilitasi oleh sekolahnya. Tak lama kemudian, Pak Arman, pak

anto, dan bima pun beranjak pergi untuk pulang ke rumah masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai