Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bencana alam maupun non alam, akan menyebabkan hancurnya infrastruktur kesehatan
serta hilangnya kapasitas system kesehatan untuk merespon kebutuhan kesehatan
populasi di wilayah tersebut. Rusaknya fasilitas kesehatan, berkurangnya jumlah tenaga
kesehatan karena menjadi korban bencana, maupun karena keluarganya menjadi korban,
lumpuhnya sarana komunikasi dan koordinasi menjadi penyebab kolapsnya sistem
kesehatan setempat. Disisi lain kebutuhan kesehatan populasi di wilayah bencana
meningkat drastis, karena mengalami trauma fisik maupun psikis sebagai dampak
langsung bencana. Disamping itu hancurnya sarana dan prasarana kehidupan seperti
rumah, sarana air bersih, sarana sanitasi, dan terganggunya suplai pangan akan
memperburuk status kesehatan mereka. Salah satu masalah kesehatan utama yang muncul
akibat bencana adalah penyakit menular. Meskipun penyakit menular tidak serta merta
muncul sesaat sesudah bencana akan tetapi, apabila tidak ada pengamatan penyakit secara
seksama dengan sistem surveilans yang baik, maka penyakit menular akan mempunyai
potensi yang sangat besar
untuk menjadi wabah maupun pandemic.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
untuk menyediakan informasi kematian dan kesakitan penyakit potensial wabah
yang terjadi di daerah bencana.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Identifikasi secara dini kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB;
b. Kelompok risiko tinggi terhadap suatu penyakit tertentu;
c. Daerah risiko tinggi terhadap penyakit tertentu;
d. Status gizi buruk dan sanitasi lingkungan.
C. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Pengumpulan kesakitan dan kematian. Data kesakitan yang dikumpulkan meliputi
jenis penyakit yang diamati berdasarkan kelompok usia. Data kematian adalah setiap
kematian pengungsi, penyakit yang kemungkinan menjadi penyebab kematian
berdasarkan kelompok usia. Data denominator (jumlah korban bencana) diperlukan
untuk menghitung pengukuran epidemiologi, misalnya angka insidensi, angka
kematian, dan sebagainya.
b. Sumber data: Data dikumpulkan melalui laporan masyarakat, petugas pos kesehatan,
petugas Rumah Sakit, koordinator penanggulangan bencana setempat. Sedangkan
jenis-jenis format pengumpulan data antara lain: Form BA-3: Register Harian
Penyakit pada Korban Bencana; Form BA-4: Rekapitulasi Harian Penyakit Korban
Bencana; Form BA-5: Laporan Mingguan Penyakit Korban Bencana; Form BA-6:
Register Harian Kematian Korban Bencana; Form BA-7: Laporan Mingguan
Kematian Korban Bencana
c. Pengolahan dan penyajian data: Data surveilans yang terkumpul diolah untuk
menyajikan informasi epidemiologi sesuai kebutuhan. Penyajian data meliputi
deskripsi maupun grafik data kesakitan penyakit menurut umur dan data kematian
menurut penyebabnya akibat bencana.
d. Analisis dan interpretasi: Kajian epidemiologi merupakan kegiatan analisis dan
interpretasi data epidemiologi yang dilaksanakan oleh tim epidemiologi. Langkah-
langkah pelaksanaan analisis, antara lain meliputi : Menentukan prioritas masalah
yang akan dikaji; Merumuskan pemecahan masalah dengan mem-perhatikan
efektifitas dan efisiensi kegiatan; dan Menetapkan rekomendasi sebagai tindakan
korektif.
e. Penyebarluasan informasi: Penyebaran informasi hasil analisis disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
D. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
1-4 Desember 2021, di Desa Leko Sula-Pelita
E. INDIKATOR KEBERHASILAN
a. Informasi dapat diakses dengan mudah dan dapat dipercaya terkait jumlah dan jenis
penyakit, angka kesakitan dan kematian.
b. Jumlah yang sakit dan jenis penyakit dilakukan pemeriksaan pengobatan dan tindak
lanjut.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit menular meskipun merupakan konsekuensi logis dari perubahan ekologis
lingkungan akibat bencana, tidak terjadi secara mendadak, dan tidak juga
meningkatkan risiko penularan untuk semua penyakit. Rusaknya infrastruktur
kesehatan sebagai tulang punggung kegiatan surveilans dan pengendalian penyakit,
menyebabkan perlunya melaksanakan kegiatan surveilans paska bencana yang
mempunyai sifat sesederhana mungkin, mengutamakan kecepatan mendapatkan
informasi, dan mendiseminasikan informasi tersebut. Untuk itu surveilans penyakit
paska bencana umumnya menekankan pada sejumlah kecil penyakit prioritas yang
sangat berpotensi menyebabkan terjadinya epidemi dan mengandalkan definisi kasus
yang mempunyai sensitivitas yang tinggi. Respons cepat terhadap kasus yang muncul
diperlukan karena risiko relatif penularan penyakit pada populasi yang terkena
bencana akan lebih tinggi dibandingkan pada populasi normal.
2. Saran
Perkuat kerja sama dengan lintas sector terkait.

Anda mungkin juga menyukai