Anda di halaman 1dari 19

BAHASA DAN GENDER: KARAKTERISTIK BAHASA

PEREMPUAN DAN ASPEK LINGUAL PENANDA GENDER DALAM


FILM PENDEK BLESSED

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sosiolinguistik


Dosen Pengampu: Wahyu Widodo, S.S., M.Hum.

Oleh:
TAUFIQQURROHMAN
175110701111006

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

i
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahasa perempuan dan aspek
lingual penanda gender yang terdapat pada film pendek Blessed serta keterkaitannya
dengan realitas sosial dalam masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Data pada penelitian ini
berupa tuturan dalam film pendek Blessed. Sumber data pada penelitian ini adalah film
pendek Blessed. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak.
Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Hasil dari penelitian ditemukan (1) tiga
karakteristik bahasa perempuan, yaitu: dua data empty adjectives, dua data hedge, dan
empat data tag questions; (2) empat aspek lingual penanda gender, yaitu: dua data pada
tataran fonem, lima data pada tataran kata, satu data pada tataran frasa, dan satu data pada
tataran kalimat; (3) adanya keterkaitan antara karakteristik bahasa perempuan dan aspek
lingual penanda gender dengan realitas sosial dalam masyarakat.

Kata kunci: bahasa, gender, film pendek Blessed

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
ABSTRAK...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
1.4 Metode Penelitian........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Empty Adjectives..........................................................................................................3
2.2 Hedge...........................................................................................................................3
2.3 Tag Questions..............................................................................................................4
2.4 Aspek Satuan Lingual Penanda Gender......................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................9
3.1 Simpulan......................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
LAMPIRAN.......................................................................................................................11

iii
DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN
FPB : Film Pendek Blessed
PLS : Polisi
T : Tante
D : Della
R : Rina
IA : Ibu-ibu Arisan
K : Korban
EA : Empty Adjectives
H : Hedge
I : Intensifier
TQ : Tag Questions
TF : Tataran Fonem
TK : Tataran Kata
TFr : Tataran Frasa
TKal : Tataran Kalimat

TANDA
// : Mengapit fonem
‘’ : Mengapit arti

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gender merupakan pembedaan laki-laki dan perempuan. Menurut Showalter (Rosidah dan
Nunung, 2019:12) gender adalah pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari
konstruksi sosial. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa antara laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab yang merupakan hasil
konstruksi sosial. Hal tersebut juga mengakibatkan perbedaan penggunaan bahasa antara
laki-laki dan perempuan. Menurut Kweldju (Jupriono, 2010:33) jika dilihat dari segi
gender, maka didapatkan garis besar dua ragam bahasa, yaitu ragam bahasa lelaki dan
ragam bahasa perempuan.
Perbedaan ragam bahasa ini mengakibatkan terjadinya perbedaan kedudukan
bahasa. Ragam bahasa perempuan biasanya lebih inferior daripada ragam bahasa laki-laki.
Posisi ini mengakibatkan perempuan lebih merasa perlu berhati-hati dalam kegiatan
berbahasa. Selain itu, hal tersebut juga mengakibatkan perempuan untuk menggunakan
bahasa baku dan cenderung menggunakan bahasa yang memiliki prestise (Trudgill dalam
Jupriono, 2010:34). Pada dasarnya kondisi seperti ini merepresentasikan perempuan dalam
kedudukan yang lebih rendah dari laki-laki.
Film merupakan media yang dapat merepresentasikan kehidupan sosial yang
ada di masyarakat. Dalam sebuah film, kita dapat mengetahui mengenai sebuah budaya,
adat istiadat dan bahasa yang ada di suatu masyarakat. Melalui film juga, dapat diketahui
mengenai karakteristik bahasa perempuan dan keterkaitan bahasa dengan realitas sosial
yang ada di masyarakat. Selain itu, bahasa dalam film juga dapat menunjukkan posisi dan
kedudukan perempuan dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji
mengenai karakteristik bahasa perempuan dalam film pendek Blessed.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Niswatin Nurul Hidayati pada tahun
2016 yang berjudul Bahasa dan Gender: Kajian Karakteristik Kebahasaan Laki-Laki dan
Perempuan dalam Film Anak. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
karakteristik bahasa laki-laki dan perempuan dalam film anak Cars dan Barbie and 12
Dancing Princess. Teori yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teori Lakoff.
Hasil dari penelitian tersebut ditemukan karakteristik bahasa menurut Lakoff (1975),
yaitu: empty adjectives, hedge, intensifier, hypercorrect grammar, super polite form, tag

1
question, dan emphatic stress. Sedangkan karakteristik color word dan question intonation
tidak ditemukan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada teori
karakteristik bahasa perempuan menurut Lakoff (1975). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya, yaitu: 1) sumber data yang dianalisis, 2) aspek lingual penanda
gender, dan 3) keterkaitan bahasa gender dengan realitas sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai fokus
penelitian ini yaitu, bagaimana karakteristik bahasa perempuan dan aspek lingual penanda
gender yang terdapat pada film pendek Blessed serta keterkaitannya dengan realitas sosial
dalam masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik tujuan penelitian ini
yaitu, untuk mengetahui karakteristik bahasa perempuan dan aspek lingual penanda
gender yang terdapat pada film pendek Blessed serta keterkaitannya dengan realitas sosial
dalam masyarakat

1.4 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Pendekatan sosiolinguistik digunakan untuk
mengetahui hubungan antara bahasa perempuan dengan posisi perempuan dalam
masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak catat.
Menurut (Zaim, 2014:89) metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara proses penyimakan atau pengamatan terhadap penggunaan bahasa yang
diteliti. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat.
Data penelitian ini berupa tuturan atau percakapan tokoh perempuan yang
terdapat dalam film pendek berjudul #Blessed. Tuturan atau percakapan yang diambil
berupa tuturan yang mengindikasikan ciri-ciri bahasa perempuan. Sumber data penelitian
ini adalah film pendek berjudul #Blessed. Film ini diproduksi oleh Carnival Films. Film
ini diikutsertakan dalam Anti Corruption Film Festival 2018 yang diadakan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Film ini menceritakan penipuan yang dilakukan oleh
Della kepada sekelompok ibu-ibu arisan. Langkah-langkah dalam penelitian ini, yaitu:

2
mentranskripsi percakapan, mencari data, mereduksi data, menganalisis data, dan
menyimpulkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Empty Adjectives


Dalam teori yang dijabarkan oleh Lakoff, empty adjectives merupakan salah satu ciri
kebahasaan yang digunakan oleh perempuan. Menurut Lakoff (Hidayati, 2016:11) empty
adjectives merupakan kata sifat yang sering digunakan oleh perempuan untuk
mengungkapkan suatu penerimaan atau kekaguman terhadap sesuatu, misalnya, gorgeous,
fabulous, lovely, charming, divine, adorable, dan lain-lain.
(FPB/EA/1)
Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della. Kemudian, Della menceritakan bagaimana dia bertemu Rina
hingga mempersilahkan rumah Tantenya digunakan untuk arisan.
R : Jadi, dulu itu ya ibu-ibu, Della ini pinter. Cumlaude.
IA : Hebat. Saking pinternya, bisa sukses, bisa punya rumah sebagus ini.
Pada dialog di atas, salah satu ibu-ibu arisan kagum dengan rumah yang jadikan
tempat arisan. Dapat diketahui bahwa salah satu ibu-ibu arisan menggunakan empty
adjectives berupa kata sebagus. Kata sebagus merupakan turunan dari kata dasar bagus
(kata sifat). Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan biasanya menggunakan kata
sifat untuk menungkapkan kekaguman terhadap sesuatu. Penggunaan empty adjectives lain
adalah kata segede yang terdapat pada data FPB/EA/2.

2.2 Hedge
Dalam teori yang dijabarkan oleh Lakoff, hedge merupakan salah satu ciri
kebahasaan yang digunakan oleh perempuan. Menurut Lakoff (Hidayati, 2016:11) hedge
tuturan yang menunjukkan ketidakyakinan penutur dengan apa yang dituturkan. Beberapa
kata yang termasuk hedge, misalnya well, you know, kinda, sort of, like, I guess, I think,
seems like, kind of dan lain-lain. Menurut Utami (2016:24) contoh hedge dalam bahasa
Indonesia yaitu, saya kira, saya rasa, saya pikir, semacam, sejenis, dan seterusnya.
(FPB/H/1)
Konteks: Della dan ibu-ibu arisan mengobrol di rumah Tante Amira. Della
memamerkan tas mahalnya.
D : Gampang kan? Jadi, ibu-ibu langsung aja sebarin ke saudara, temen, siapa
aja bebas ya. Lewat instagram boleh, facebook boleh, wa juga nggakpapa,
telepon aja juga nggakpapa, pokoknya ini investasi mah gampang, simpel
aja, apalagi kan aku ngerti ibu-ibu gimana orangnya. Ini gampang dan balik
modalnya juga cepet. Jadi, jangan sampai kelewatan ya bu. Nih, saya bisa

4
beli tas kayak gini itu gara-gara investasi. Ini di Indonesia yang punya, saya
denger-denger cuma Syahrini ya.
Pada dialog di atas, terdapat reduplikasi utuh denger-denger. Bentuk dasar pada
reduplikasi tersebut adalah dengar yang mengalami perubahan dari fonem /a/ menjadi
fonem /e/. Bentuk dasar denger memiliki arti ‘menangkap suara’. Kemudian, bentuk dasar
tersebut mengalami proses reduplikasi sehingga artinya menjadi berubah. Kata denger-
denger dapat diartikan atau diparafrasakan ‘menurut kabar yang terdengar’. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penutur merasa kurang yakin dengan apa yang dituturkannya. Selain
itu, penutur juga tidak mengetahui secara langsung dan pasti mengenai kebenaran cerita
yang dituturkannya.
(FPB/H/2)
Konteks: Polisi menginterogasi Tante Amira mengenai rencana Tante Amira
untuk mengetahui kebenaran.
PLS : Jadi, saat itulah ibu mencoba menjebak saudari Della?
T : Menjebak? Kayaknya terlalu kriminal gitu ya Pak. Saya cuma mau
menunjukkan kebenaran saja.
Pada dialog di atas, terdapat kata kayaknya. Penutur menggunakan kata
kayaknya karena merasa kurang yakin dengan tuturannya. Selain itu, penutur juga merasa
kurang yakin apakah perbuatan dirinya dikatakan menjebak atau tidak. Hal tersebut
ditandai dengan adanya sufiks –nya yang merujuk pada kata menjebak. Keraguan pada
tuturan merupakan salah satu ciri kebahasaan yang sering digunakan oleh perempuan.

2.3 Tag Questions


Dalam teori yang dijabarkan oleh Lakoff, tag questions merupakan salah satu
ciri kebahasaan yang digunakan oleh perempuan. Menurut Lakoff (Hidayati, 2016:12) tag
question digunakan oleh perempuan ketika penutur menyatakan sesuatu, tetapi penutur
merasa kurang percaya diri dengan apa yang dituturkan. Dalam Cambridge Advanced
Learner’s Dictionary, tag questions adalah ungkapan yang terdapat pada akhir kalimat
dengan memberikan penekanan yang digunakan untuk mendapat persetujuan atau
memastikan suatu informasi (Hidayati, 2016:12). Tag qustions juga memiliki fungsi, yaitu
expressing uncertainly ‘menunjukkan ketidakyakinan’, positive politness device ‘alat
kesopanan positif’, soften a directive/a criticsm ‘memperhalus tuturan direktif/kritik’, dan
confrontial/coercive devices ‘alat untuk memaksa’ (Holmes dalam Hidayati, 206:12).
(FPB/TQ/1)
Konteks: Polisi menginterogasi Rina yang menjadi korban investasi bodong
yang dilakukan oleh Della. Polisi sudah mengetahui kondisi rumah Della.
PLS : Jadi, karena itu kamu mau ikut investasinya saudari Della?

5
R : Bapak udah liat rumahnya kan?
Pada dialog di atas, ditemukan tag questions berupa kan?. Tokoh R
memberikan penekanan dengan tag questions. Tag questions dalam tuturan tersebut
bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari mitra tutur. Selain itu, tuturan tersebut
memiliki dua fungsi. Pertama, tuturan tersebut berfungsi sebagai alat kesopanan positif.
Penutur lebih memilih menuturkan pertanyaan untuk mendapatkan persetujuan daripada
tuturan berupa pernyataan yang tegas. Kedua, tuturan tersebut berfungsi sebagai alat untuk
memaksa. Penutur sudah mengetahui bahwa mitra tuturnya sudah mengetahui mengenai
kondisi rumah pelaku. Kemudian, penutur berusaha memaksa mitra tuturnya untuk
menyetujui argumentasi yang telah diberikan sehingga digunakan tag questions. Tag
questions serupa juga terdapat pada data FPB/TQ/2 dan FPB/TQ/4. Penggunaan tag
questions lain adalah nggak ya? Yang terdapat pada data FPB/TQ/3.

2.4 Aspek Satuan Lingual Penanda Gender


Dalam film pendek Blessed juga ditemukan aspek satuan lingual penanda dan
peran gender meliputi: 1) tataran fonem, 2) tataran kata, 3) tataran frasa, dan 4) tataran
kalimat.
2.4.1 Tataran Fonem
Pada tataran lingual terkecil terdapat penanda gender yang dapat ditemukan di
FPB. Penanda-penanda tersebut sebagai berikut.
(FPB/TF/1)
Konteks: Polisi menginterogasi Rina yang menjadi korban investasi bodong
yang dilakukan oleh Della.
PLS : Saudari kenal Della dari mana?
R : Dia itu teman kuliah saya Pak. Dan dulu anaknya baik-baik aja kok Pak.
Anteng-anteng aja gitu.
Pada dialog di atas, Polisi menganggap dirinya memiliki kedudukan setara
dengan Rina sehingga dia menggunakan leksikon saudari. Leksikon saudari merujuk pada
seorang perempuan dalam ragam bahasa formal. Dalam ragam bahasa formal, jika
kedudukan penutur dan mitra tutur setara, maka digunakan istilah saudara atau saudari.
Perbedaan leksikon tersebut ditandai dengan fonem /a/ dan /i/ pada akhir kata. Menurut
Budiwati dan I Dewa (2004:264-265) perbedaan ini berfungsi sebagai pembeda istilah
gender yang bersifat bias. Kata-kata yang berakhiran dengan fonem /a/ mengacu pada
jenis kelamin laki-laki. Sedangkan, kata-kata yang berakhiran dengan fonem /i/ mengacu
pada jenis kelamin perempuan. Pada FPB juga ditemukan istilah gender, selain leksikon

6
saudari. Leksikon yang ditemukan adalah leksikon mahasiswi pada data FPB/TF/2.
Leksikon mahasiswi memiliki arti ‘pelajar perempuan di perguruan tinggi’.

2.4.2 Tataran Kata


Pada tataran kata terdapat penanda gender yang dapat ditemukan di FPB.
Penanda-penanda tersebut sebagai berikut.
(FPB/FK/1)
Konteks: Tante Amira meminta bantuan ke Della untuk bersedia menjaga
rumahnya selama satu bulan. Della dan Tante Amira masih dalam satu lingkup
keluarga besar.
D : Apa tante Amira yakin? Maksudnya, sebulan tuh waktu yang lumayan
lama loh tante.
T : Ya gimana lagi ya? Janda kayak tante, nggak ada yang bisa dimintain
bantuan.
Pada dialog di atas, Della memiliki kedudukan di bawah dari segi umur dan
memiliki kekerabatan dengan Tante Amira sehingga dia menggunakan leksikon tante.
Leksikon tante memiliki arti ‘adik atau kakaknya ayah atau ibu’. Pada dialog tersebut juga
ada leksikon janda. Leksikon tersebut menunjukkan status pernikahan dari Tante Amira.
Leksikon janda memiliki arti ‘perempuan yang tidak bersuami lagi karena bercerai atau
ditinggal mati suaminya’. Penutur menggunakan leksikon janda untuk membangkitkan
rasa iba dan mempengaruhi keputusan mitra tutur. Hal tersebut juga dikarenakan status
janda dianggap buruk dalam masyarakat. Menurut Rosmaini (2018:26) status janda dalam
budaya patriarki dianggap sebagai sesuatu yang menyalahi aturan masyarakat. Dengan
status janda, perempuan selalu mendapatkan cibiran, anggapan buruk, dan sulitnya
mendapat yang layak dalam masyarakat. Hal tersebut menjadi alasan tokoh Tante Amira
menggunakan leksikon janda.
Pada tataran kata, ditemukan juga penanda gender yang lain. Pada FPB
ditemukan istilah penanda gender yang mengalami perluasan makna.
(FPB/FK/2)
Konteks: Polisi menginterogasi Rina yang menjadi korban investasi bodong
yang dilakukan oleh Della.
PLS : Jadi, karena itu kamu mau ikut investasinya saudari Della?
R : Bapak udah liat rumahnya kan?
Pada dialog di atas, mitra tutur menyebutkan leksikon bapak. Hal tersebut
dikarenakan mitra tutur menganggap orang yang berprofesi sebagai polisi harus dihormati.
Pada awal mulanya, leksikon bapak hanya digunakan untuk memanggil orang tua laki-laki
yang memiliki pertalian darah. Namun, pada perkembangannya leksikon bapak

7
mengalami perluasan makna. Hal ini diperkuat juga oleh pendapat Bashiroh (2017:31)
yang menyatakan bahwa leksikon bapak yang digunakan untuk memanggil orang tua
kandung, kini mengalami perluasan makna. Pada saat ini, leksikon bapak juga digunakan
untuk memanggil orang yang pantas dipanggil bapak. Pada dialog di atas, leksikon bapak
memiliki arti ‘orang yang dipandang sebagai orang tua atau orang yang dihormati’. Selain
leksikon bapak, perluasan makna juga terjadi pada leksikon ibu (FPB/FK/3) dan mbak
(FPB/FK/4) yang ditemukan pada FPB.

2.4.3 Tataran Frasa


Pada tataran frasa terdapat penanda gender yang dapat ditemukan di FPB.
Penanda-penanda tersebut sebagai berikut.
(FPB/TF/1)
Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della. Kemudian, Della menceritakan bagaimana dia bertemu Rina
hingga mempersilahkan rumah Tantenya digunakan untuk arisan.
D : Jadi, Ibu-ibu terima kasih udah hadir ke rumah saya.
R : Terima kasih banyak loh Ibu-ibu.
D : Saya ini kebetulan sama Rina ketemu pas zaman kuliah. Gitu, terus saya
ngeliat status facebooknya. Kok saya jadi terharu gitu, karena terus terang
aja saya nggak punya banyak temen. Maklum ya bu, wanita karier. Jadi,
agak susah bagi waktunya.
Pada dialog di atas, penutur menyebutkan frasa wanita karier. Melalui frasa
tersebut, penutur ingin menunjukkan bahwa dia mempunyai profesi atau pekerjaan. Frasa
wanita karier menunjukkan bahwa peran perempuan dalam masyarakat pada dasarnya
bukan pada ranah publik. Hal tersebut juga diperkuat oleh pendapat Jupriono (2010:36-37)
yang menyatakan bahwa beberapa kosakata merepresentasikan suatu jabatan, prestasi,
organisasi, atau pekerjaan yang biasanya diisi oleh laki-laki, tetapi jika diisi oleh
perempuan, maka harus diberi kata wanita. Seorang laki-laki tidak perlu disebut sebagai
lelaki karier, tetapi seorang perempuan yang bekerja di ranah publik harus disebut wanita
karier.

2.4.4 Tataran Kalimat


Pada tataran kalimat terdapat penanda dan peran gender yang dapat ditemukan
di FPB. Penanda-penanda tersebut sebagai berikut.
(FPB/Tkal/1)
Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della.
R : Jadi, dulu itu ya ibu-ibu, Della ini pinter. Cumlaude.

8
IA : Hebat. Saking pinternya, bisa sukses, bisa punya rumah sebagus ini.
R : Bener banget.
IA : Iya Mbak Della. Suaminya kerja di mana? Rumahnya bagus kayak gini.
R : Loh, justru itu Bu, Della ini masih single.
Pada dialog di atas, terdapat kalimat suaminya kerja di mana? Pada kalimat
tersebut, penutur ingin mengetahui relevansi antara pekerjaan dan rumahnya Della. Selain
itu, penutur menyebutkan leksikon suaminya bukan tanpa sebab. Dalam realitas sosial
yang ada di masyarakat, biasanya laki-laki yang harus mencari nafkah.
Dalam realitas sosial, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ranah dalam
hal pekerjaan. Perempuan berada pada ranah domestik. Sedangkan, laki-laki berada pada
ranah publik. Menurut Wahid dan Ferrari (2018:110) ranah domestik berkaitan dengan
segala kegiatan di dalam rumah tangga. Gender yang dekat dengan ranah ini adalah
perempuan. Kehadiran perempuan dalam ranah domestik dianggap sebagai kodrat
alamiah. Sedangkan, ranah publik berkaitan dengan segala kegiatan yang terjadi di luar
rumah tangga. Laki-laki pada umumnya mendominasi pekerjaan di ranah publik.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pada film pendek Blessed ditemukan beberapa karakteristik bahasa perempuan yaitu
empty adjectives, hedge, dan tag questions. Empty adjectives yang ditemukan ada dua,
yaitu kata sebagus dan segede. Hedge yang ditemukan ada dua, yaitu saya denger-denger
dan kayaknya. Tag questions yang ditemukan ada empat, yaitu 3 berupa kata kan? dan 1
berupa kata nggak ya?. Pada film ini juga ditemukan beberapa aspek lingual penanda
gender dari tataran fonem, kata, frasa, dan kalimat. Pada tataran fonem ditemukan dua
kata penanda gender, yaitu saudari dan mahasiswi. Pada tataran kata ditemukan lima kata
penanda gender, yaitu tante, janda, ibu, bapak, dan mbak. Pada tataran frasa ditemukan
satu frasa penanda gender, yaitu frasa wanita karier. Pada tataran kalimat ditemukan satu
kalimat penanda gender, yaitu suaminya kerja di mana?.

3.2 Saran
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk menambah
pengetahuan tentang kajian sosiolinguistik yang berkaitan dengan bahasa dan gender.
Peneliti berharap penelitian-penelitian selanjutnya dapat memberikan kontribusi yang
lebih berarti dengan studi literatur yang mumpuni untuk mempelajari lebih lanjut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bashiroh, Akhil. 2017. “Perluasan dan Penyempitan Makna Kata Bahasa Jawa dalam
Cerkak-Cerkak Panjebar Semangat Terbitan Tahun 2015”. SKRIPSI.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Budiwati, Tri Rina dan I Dewa Putu Wijana. 2004. “Bias Gender dalam Bahasa
Indonesia”. HUMANIKA Vol. 17 No. 2 Hal. 263-277.
Hidayati, Niswatin Nurul. 2016. “Bahasa dan Gender: Kajian Karakteristik Kebahasaan
Laki-Laki dan Perempuan dalam Film Anak”. AL HIKMAH Jurnal Studi
Keislaman Vol. 6 No. 1 Hal. 9-32.
Jupriono, D. 2010. “Selayang Pandang Ketimpangan Gender dalam Bahasa Indonesia”.
Parafrase Vol. 10 No. 1 Hal. 33-39.
Rosidah, F.N. dan Nunung Nurwati. 2019. “Gender dan Stereotipe: Konstruksi Realitas
dalam Media Sosial Instagram”. Social Work Jurnal Vol. 9 No. 1 Hal. 10-19.
Rosmaini. 2018. “Stigma Janda dan Problematika Ekonomi Keluarga”. SKRIPSI. Banda
Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Utami, Ni Nyoman Astrini. 2016. “Karakteristik Bahasa Tokoh Perempuan dalam Novel
Tempurung Karya Oka Rusmini”. TESIS. Denpasar: Universitas Udayana.
Wahid, Umaimah dan Ferrari Lancia. 2018. “Pertukaran Peran Domestik dan Publik
Menurut Perspektif Wacana Halliday”. Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 11
No. 1 Hal. 106-118.

11
LAMPIRAN

Kodifikasi Data
No. Klasifikasi Data Kodifikasi
1. Empty Adjectives Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan FPB/EA/1
membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della. Kemudian, Della
menceritakan bagaimana dia bertemu Rina
hingga mempersilahkan rumah Tantenya
digunakan untuk arisan.
R : Jadi, dulu itu ya ibu-ibu, Della ini
pinter. Cumlaude.
IA : Hebat. Saking pinternya, bisa
sukses, bisa punya rumah sebagus ini.
Konteks: Della dan Rina sedang FPB/EA/2
mengobrol mengenai rumah dan kekayaan
palsunya Della.
R : Sorry ya. Temen-temen arisan gua
agak (Norak)... tau sendiri lah.
D : Oh. Santai aja lagi, gua malah suka
gitu yang rame-rame. Abis, ya sepi gini.
R : Iya sih ya. Rumah segede gini lo
tinggal sendiri. Tapi, gua nggak nyangka
loh, lo bisa sukses kayak gini Del.
2. Hedge Konteks: Della dan ibu-ibu arisan FPB/H/1
mengobrol di rumah Tante Amira. Della
memamerkan tas mahalnya.
D : Gampang kan? Jadi, ibu-ibu
langsung aja sebarin ke saudara, temen,
siapa aja bebas ya. Lewat instagram boleh,
facebook boleh, wa juga nggakpapa, telepon
aja juga nggakpapa, pokoknya ini investasi
mah gampang, simpel aja, apalagi kan aku
ngerti ibu-ibu gimana orangnya. Ini
gampang dan balik modalnya juga cepet.
Jadi, jangan sampai kelewatan ya bu. Nih,
saya bisa beli tas kayak gini itu gara-gara
investasi. Ini di Indonesia yang punya, saya
denger-denger cuma Syahrini ya.
Konteks: Polisi menginterogasi Tante FPB/H/2
Amira mengenai rencana Tante Amira
untuk mengetahui kebenaran.
PLS : Jadi, saat itulah ibu mencoba
menjebak saudari Della?
T : Menjebak? Kayaknya terlalu
kriminal gitu ya Pak. Saya cuma mau
menunjukkan kebenaran saja.
3. Tag Questions Konteks: Polisi menginterogasi Rina yang FPB/TQ/1

12
menjadi korban investasi bodong yang
dilakukan oleh Della. Polisi sudah
mengetahui kondisi rumah Della.
PLS : Jadi, karena itu kamu mau ikut
investasinya saudari Della?
R : Bapak udah liat rumahnya kan?
Konteks: Tante Amira meminta bantuan ke FPB/TQ/2
Della untuk bersedia menjaga rumahnya
selama satu bulan.
D : Tante emang, mau pergi kemana ya
tadi?
T : Edinburgh. Anak tante kan wisuda.
Tante mau ke sana sekalian jalan-jalan ke
Eropa. Nah gimana? Kamu bisa kan jagain
rumah tante sebulan? Sebenernya, ada
pembantu sih disini, tapi tante nggak
percaya sama pembantu tante. Emmm... Ya,
kamu bisa kan jagain rumah tante?
D : Eh... Kalo saya sih nggak keberatan
tante.
Konteks: Korban bertanya mengenai FPB/TQ/3
kemungkinan uangnya kembali.
K : Pak, kira-kira duitnya bakal balik
nggak ya? Soalnya temen-temen saya pada
ikut investasi ini gara-gara saya.
Konteks: Rina meminta izin pulang karena FPB/TQ/4
dia merasa interogasinya sudah selesai.
R : Jadi, Pak, saya sudah boleh pulang
kan?
PLS : Eh, sebentar saudari Rina.
4. Aspek Satuan
Lingual Penanda
Gender
Tataran Fonem Konteks: Polisi menginterogasi Rina yang FPB/TF/1
menjadi korban investasi bodong yang
dilakukan oleh Della.
PLS : Saudari kenal Della dari mana?
R : Dia itu teman kuliah saya Pak. Dan
dulu anaknya baik-baik aja kok Pak.
Anteng-anteng aja gitu.

Konteks: Polisi menginterogasi Korban FPB/TF/2


investasi bodong yang dilakukan oleh
Della.
K : Curiga? Ya saya kan masih
mahasiswi Pak. Saya nggak ngerti apa-apa.
PLS : Sama sekali nggak ada yang
curiga?

13
Tataran Kata Konteks: Tante Amira meminta bantuan ke FPB/TK/1
Della untuk bersedia menjaga rumahnya
selama satu bulan. Della dan Tante Amira
masih dalam satu lingkup keluarga besar.
D : Apa tante Amira yakin?
Maksudnya, sebulan tuh waktu yang
lumayan lama loh tante.
T : Ya gimana lagi ya? Janda kayak
tante, nggak ada yang bisa dimintain
bantuan.
Konteks: Polisi menginterogasi Rina yang FPB/TK/2
menjadi korban investasi bodong yang
dilakukan oleh Della.
PLS : Jadi, karena itu kamu mau ikut
investasinya saudari Della?
R : Bapak udah liat rumahnya kan?
Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan FPB/TK/3
membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della. Kemudian, Della
menceritakan bagaimana dia bertemu Rina
hingga mempersilahkan rumah Tantenya
digunakan untuk arisan.
D : Jadi, Ibu-ibu terima kasih udah
hadir ke rumah saya.
R : Terima kasih banyak loh Ibu-ibu.
Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan FPB/TK/4
membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della.
R : Jadi, dulu itu ya ibu-ibu, Della ini
pinter. Cumlaude.
IA : Hebat. Saking pinternya, bisa
sukses, bisa rumah sebagus ini.
R : Bener banget.
IA : Iya Mbak Della. Suaminya kerja
dimana? Rumahnya bagus kayak gini.
Tataran Frasa Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan FPB/TFr/1
membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della. Kemudian, Della
menceritakan bagaimana dia bertemu Rina
hingga mempersilahkan rumah Tantenya
digunakan untuk arisan.
D : Jadi, Ibu-ibu terima kasih udah
hadir ke rumah saya.
R : Terima kasih banyak loh Ibu-ibu.
D : Saya ini kebetulan sama Rina
ketemu pas zaman kuliah. Gitu, terus saya
ngeliat status facebooknya. Kok saya jadi
terharu gitu, karena terus terang aja saya
nggak punya banyak temen. Maklum ya bu,
wanita karier. Jadi, agak susah bagi

14
waktunya.
Tataran Kalimat Konteks: Della, Rina dan Ibu-ibu arisan FPB/TKal/1
membicarakan kekayaan palsu yang
dimiliki oleh Della.
R : Jadi, dulu itu ya ibu-ibu, Della ini
pinter. Cumlaude.
IA : Hebat. Saking pinternya, bisa
sukses, bisa punya rumah sebagus ini.
R : Bener banget.
IA : Iya Mbak Della. Suaminya kerja
di mana? Rumahnya bagus kayak gini.
R : Loh, justru itu Bu, Della ini masih
single.

15

Anda mungkin juga menyukai