Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH UNDANG-UNDANG PETERNAKAN DI INDONESIA

Zaman VOC peternakan telah berkembang untuk memenuhi kebutuhan VOC di Nusantara. Pengembangan
kuda dilakukan untuk keperluan militer, yaitu untuk membawa beban ketika berperang melawan kerajaan
Indonesia maupun negara asing. Kuda juga dibutuhkan oleh bangsawan Belanda untuk menunggangi dan
menarik kereta. Pengembangan kerbau dan sapi juga menjadi perhatian VOC untuk menyediakan daging
yang memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk VOC yang tinggal di Indonesia

Setelah pemerintah Belanda merebut kekuasaan di Nusantara dari VOC, pemerintah Hindia Belanda
melakukan banyak langkah untuk mengembangkan peternakan. Pada tahun 1806, pemerintah Hindia
Belanda mengimpor sapi Bengala dari India untuk perkebunan tebu di Indonesia.

Untuk pemeliharaan kesehatan fauna yg diperuntukkan bagi kepentingan pemerintah Belanda baik ternak
kuda yg digunakan sang pasukan militer juga ternak sapi menjadi asal energi kerja & susu, didatangkanlah
Dokter Hewan yg pertama ke Indonesia yakni Drh. R.A. Coppicters dalam tahun 1820.

Kemudian dalam 26 Agustus 1836 terdapat ketetapan yg diterbitkan secara resmi sang Pemerintah melalui
plakat (selebaran/pengumuman) mengenai embargo mutilasi sapi betina produktif. Hal ini adalah awal
campur tangan pemerintah terhadap peternakan & kesehatan hewan. Tanggal inilah yg lalu dijadikan Hari
Lahir Peternakan & Kesehatan Hewan

Peternakan mulai berkembang selama era VOC, tetapi baru pada tahun 1841 layanan veteriner didirikan di
bawah Kementerian Dalam Negeri dengan nama Veeartsenijständige Dienst (VD).

Pada tahun 1851, dengan dekrit 24 Januari 1867, Dinas Kesehatan Hewan, yang semula berada di bawah
naungan Kementerian Dalam Negeri, dipindahkan ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan
Kerajinan.

Tahun 1885 pindah lagi ke naungan Departemen Dalam Negeri. Lantas Tahun 1905 Jawatan Kehewanan
dilimpahkan ke Departemen Pertanian & Perdagangan atau Departement van Landbouw, Nijverheid en
Handel. Keputusan ini dituangkan pada Staablad No. 380 Tahun 1904. Instansi Jawatan Kehewanan ini
adalah embrio yg terus berkembang & berkali-kali ganti nama, yg dalam akhirnya ketika ini sebagai
institusi yg dianggap Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Di zaman Jepang, peternakan diabaikan. Apa yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda tidak berlaku
bagi Jepang. Selama masa kolonial Jepang, penggembalaan ternak hampir tidak ada. Pemerintah Jepang
telah mengubah nama beberapa lembaga:

(1) Lembaga Veeartsenijkundeg berubah menjadi Balai Penelitian Penyakit Hewan

(2) Sekolah Kedokteran Hewan berdiri sampai pertengahan tahun 1945 dan berganti nama menjadi
Sekolah Semonzui pada tanggal 20 September 1946, pendahulu dari Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan.

Pada Orde Lama, satu tujuan pembangunan nasional merupakan untuk mempertinggi produksi pangan
warga termasuk pangan hewan, daging, telur & susu yg adalah pangan sehat & cerdas. Kegiatan-aktivitas
pembangunan peternakan untuk menghasilkan daging, telur & susu pada era Orde Lama diantaranya
Kasimo Plan, aktivitas inseminasi buatan & slogan 4 sehat lima sempurna.

Kegiatan-aktivitas pembangunan lainnya selama Orde Lama buat pembangunan peternakan merupakan
didirikannya Perusahaan Negara (PN) Perhewani dalam tahun 1952, pembangunan Badan Penyelidikan
Penyakit Mulut & Kuku (BP-PMK) pada Surabaya dalam tahun 1952, pembentukan Lembaga Penelitian
Peternakan (LPP)

Tahun 1950 di Bogor dengan nama Balai Penelitian Umum (BPU), pembangunan Balai Penelitian
Veteriner, pembangunan Taman Zoologi Baturaden, pembangunan Taman Peternakan Padang Mangatas,
pembangunan Sekolah dan Pendidikan Peternakan (SNAKMA) di Bogor dan Malang serta pembangunan
koperasi susu
Pada era Orde baru tepatnya di 3 November 1966, struktur organisasi Direktorat Jenderal Kehewanan
dibentuk. Struktur organisasinya terdiri menurut 3 unit eselon II yaitu

(1) Sekretariat Direktorat Jenderal,

(2) Direktorat Peternakan dan (tiga) Direktorat Kesehatan Hewan (Keswan).

Pada 18 Januari 1968, Ditjen Kehewanan berubah lagi sebagai Direktorat Jenderal Peternakan.uat
menyesuaikan menggunakan Undang-undang Nomor 6 tahun 1967 yg sudah diundangkan, Direktorat
Jenderal baru ini berkembang sebagai:

(1) Sekretariat Direktorat Jenderal,

(2) Direktorat Keswan,

(3) Direktorat Usaha-bisnis Peternakan

(4) Badan Koordinasi Lembaga-Iembaga Penelitian & Pendidikan Peternakan disingkat sebagai BKLPP,
dimana forum-forum yg dikoordinasikan terdiri berdasarkan:

(a) Lembaga Penelitian Peternakan, (b) Lembaga Penelitian Penyakit Hewan, (c) Lembaga Virologi
Hewan, & (d) Lembaga Pendidikan & Kesehatan Hewan yg terdiri berdasarkan dua SNAKMA yaitu pada
Bogor & pada Malang.

Untuk pengembangan yang lebih baik, Keputusan Menteri Pertanian No. 118/kpts/org/3/1971 tanggal 16
Maret 1971 menyempurnakan sistem atau organisasi Direktorat Jenderal Peternakan. Susunan organisasi
dan tata kerja Direktorat Jenderal Peternakan, serta kepemimpinannya dan oleh karena itu mandatnya
adalah:

Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1974 tanggal 26 Agustus 1974,
Departemen Pertanian membentuk dua Unit Kerja Tingkat I:

(1) Badan Litbang Pertanian dan (2) Pendidikan, Pelatihan dan Konsultasi Pertanian. institusi. Dengan
terbitnya Perpres No. 44 dan 45, maka seluruh kegiatan unit kerja yang terkait dengan penelitian
peternakan berada di bawah Laboratorium Hewan (LPP) dan Laboratorium Penyakit Hewan
(LPPH).Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1974 tanggal 26 Agustus
1974, Departemen Pertanian membentuk dua Unit Kerja Tingkat I:

(1) Badan Litbang Pertanian dan (2) Pendidikan, Pelatihan dan Konsultasi Pertanian. institusi. Dengan
terbitnya Perpres No. 44 dan 45, maka seluruh kegiatan unit kerja yang terkait dengan penelitian
peternakan berada di bawah Laboratorium Hewan (LPP) dan Laboratorium Penyakit Hewan (LPPH).

(1) Sekretariat Ditjen Peternakan dipimpin oleh Direktur Jenderal Ditjen Peternakan. (2) Direktorat
Jenderal Bina Peternakan dipimpin oleh Balai Penyuluhan. (3) Pelayanan Kesehatan Hewan dipimpin oleh
Direktur Pelayanan Kesehatan Hewan. (4) Departemen Produksi dan Pengembangan Peternakan dipimpin
oleh Direktur Departemen Produksi dan Pengembangan Peternakan. (5) Departemen Perencanaan oleh
Departemen Perencanaan. (6) Laboratorium Percobaan Hewan dipimpin oleh manajer laboratorium. (7)
Balai Besar Penyakit Hewan dipimpin oleh Direktur. (8) Lembaga Virologi Veteriner dipimpin oleh
Manajer Lembaga. SMA Peternakan dikelola oleh Departemen Penyuluhan Peternakan.

Anda mungkin juga menyukai