Anda di halaman 1dari 65

BASIC PAIN MANAGEMENT

DAN PENATALAKSANAAN
NYERI
SESUAI AKREDITASI
PKU (Program Keperawatan Umum)
Siloam Hospitals Group
KONSEP DASAR NYERI
Definisi dan Konsep Dasar Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan


sehubungan dengan adanya atau berpotensi terjadinya kerusakan jaringan atau
tergambarkan seperti ada kerusakan. Nyeri melibatkan aspek persepsi subyektif
sehingga nyeri merupakan apa yang dilaporkan oleh pasien.

Nyeri kronik oleh IASP (International Association Study of Pain)


dapat diklasifikasikan sesuai dengan lokasi, sistem tubuh yang
mengalami nyeri, karakteristik pola munculnya nyeri, intensitas
dan lamanya nyeri dirasakan, serta etiologi penyebab nyeri.
ETIOLOGI
Mekanis

Gangguan
Trauma
sirkulasi
Psikologis
darah
Kelainan
pembuluh
darah

Thermis
Peradangan
dan elektrik

Neoplasma
Nyeri Dibagi Menjadi Dua Bagian Besar

• Nyeri Adaptif
 Berperan serta dalam proses bertahan hidup dengan melindungi organisme dari cedera
berkepanjangan dan membantu proses pemulihan
 Apabila telah terjadi kerusakan jaringan maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya, dari
fungsi protektif menjadi membantu perbaikan jaringan yang rusak
• Nyeri Maladaptif
 Merupakan bentuk patologis dari sistem saraf
 Nyeri maladaptif tidak berhubungan dengan adanya stimulus noksious atau penyembuhan
jaringan
 Nyeri maladaptif dapat terjadi sebagai respon kerusakan sistem saraf (nyeri neuropatik) atau
sebagai akibat fungsi abnormal sistem saraf
GATE CONTROL THEORY

 Impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di


sepanjang sistem saraf pusat.
 Substansi gelatinosa (SG) yang ada pada bagian ujung dorsal serabut
saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang
 Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas
subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran
rangsangan ikut terhambat.
 Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
Reseptor Kutaneus Terdiri Dari 2 Komponen

a. Reseptor A delta, merupakan serabut komponen cepat


(kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan
b. Serabut C, merupakan serabut komponen lambat (kecepatan
transmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih
dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
Fisiologi Nyeri
Fisiologi Nyeri……

Stimulus (mekanik, termal, kimia)

Pengeluaran histamine bradikinin, kalium


Reaksi nosiseptor impuls syaraf serabut syaraf perifer

Konudorsalis medulla spinalis

Lepaskan neurotransmitter (subtansi P)

Pusat syaraf di otak

Respon reflek protektif


Mekanisme Nyeri

Tissue damage

Nerve fibres activated

Impulse sent to the spinal cord

Travel to brain

Interpreted as pain
MEKANISME NYERI

Transduksi
Transmisi
Proses konversi energi dari
rangsang noksius (suhu, mekanik, Proses penyampaian impuls
atau kimia) menjadi energi listrik saraf yang terjadi akibat adanya
(impuls saraf) oleh reseptor rangsangan di perifer ke pusat
sensorik untuk nyeri (nosiseptor)

Modulasi Persepsi
Proses pengaturan impuls yang
dihantarkan, dapat terjadi di setiap Proses apresiasi atau
tingkat, namun biasanya diartikan pemahaman dari impuls saraf
sebagai pengaturan yang dilakukan oleh yang sampai ke SSP sebagai
otak terhadap proses di kornu dorsalis
medula spinalis nyeri
RESPON FISIOLOGIS TERHADAP NYERI

Stimulasi Stimulasi
Simpatik Parasimpatik
Dilatasi saluran bronkial, nafas
cepat Pucat, otot mengeras
HR meningkat HR dan BP menurun
BP meningkat
Gula darah meningkat

Nafas cepat dan irreguler


Diaphoresis
Nausea, vomitus
Kekuatan otot meningkat
Kelelahan
Dilatasi pupil
RESPON TINGKAH LAKU TERHADAP NYERI

Ekspresi
wajah

Pernyataan
verbal

Gerakan
tubuh
Kontak
dengan
orang lain
KLASIFIKASI NYERI

• Nyeri Nosiseptik
Berdasarkan • Nyeri Neuropatik
Patofisiologi

• Nyeri Akut
Berdasarkan • Nyeri Kronik
Durasi

• Nyeri Radiasi / Radiating Pain


• Nyeri Alih / Referred Pain
Berdasarkan • Nyeri yang Tidak Dapat dilacak / Intractable Pain
Letak • Nyeri Panthom
NYERI NOSISEPTIK

Nyeri Kutaneus Nyeri Somatik Dalam

Nyeri yang
mengenai Nyeri yang muncul
kulit/jaringan sub dari ligament,
kutan pembuluh darah,
tendon dan saraf

Nyeri Viseral

Nyeri karena
perangsangan
organ viseral atau
membran yang
menutupinya
NYERI NEUROPATIK

Nyeri dengan impuls yang berasal


dari adanya kerusakan atau
disfungsi dari sistem saraf baik
perifer maupun pusat

Contoh: herpes
zooster
NYERI BERDASARKAN DURASI

Nyeri Akut Nyeri Kronik


- Berperan sebagai alarm
protektif terhadap cedera jaringan
- Nyeri yang menetap
- Respon : fokus pada nyeri
(1 atau 6 bulan setelah onset)

- Lamanya dalam hitungan menit - Non keganasan


- Ditandai dengan peningkatan - Kronik keganasan: kanker atau
BP, nadi dan respirasi proses penyakit yang
progesif
Perbandingan Nyeri Kutaneus (Superfisial), Dalam (Somatik), Dan Viseral

Karakteristik Nyeri Kutaneus Nyeri Dalam Nyeri Viseral

Lokasi Biasanya tepat Biasanya berbaur dan Sulit dilokalisasi dan terjadi kram
tidak akurat; seperti jika pada organ berongga, nyeri
berasal dari lokasi yang dapat terasa seperti tekanan,
luas dalam, dan tusukan
Durasi Biasanya singkat Sering kali cukup lama Dapat berlangsung lama,
terutama jika nyeri pada GI

Karakteristik Tajam, sensasi Biasanya tumpul dan sakit; Nyeri yang terasa amat sakit yang
tersengat atau mungkin dideskripsikan sebagai terjadi ketika struktur bagian
terbakar, dirasakan di melilit, diremas, berdenyut, atau dalam terlibat, seperti pada kolik
permukaan kram; jika tidak terlalu intens ginjal dan usus, batu empedu, dan
dideskripsikan sebagai pegal angina

Manifestasi terkait Mungkin terjadi Kontraksi dan melemahnya otot Respon otonomik seperti pallor,
hiperalgesia, sering kali terjadi berkeringat, mual, muntah,
parestesia, geli, bradikardi (terkadang), hipotensi;
terbakar, atau gatal sinkop, pingsan
PENATALAKSANAAN NYERI

Non
Farmakologi Farmakologi
Edukasi
Penanganan Analgesik
fisik/stimulasi narkotik
fisik
PFE : Disertai
Analgesik non Leaflet
Narkotik

Intervensi Analgesik yang


dikontrol klien • Komunikasi
perilaku kognitif Terapeutik
NSAID’s • Pre dan
•Post operasi
PENATALAKSANAAN NYERI
NON-FARMAKOLOGI

Penanganan fisik/stimulasi fisik

Intervensi perilaku kognitif


INTERVENSI NYERI NON FARMAKOLOGIS

Penanganan fisik/stimuli fisik Intervensi Perilaku Kognitif

Stimulasi kulit Relaksasi


Stimulasi electric Distraksi
Stimulasi Kontralateral

Akupuncture/akupresure Aromaterapi
Massage Hipnoterapi
Posisioning
INTERVENSI NYERI NON FARMAKOLOGIS

Penanganan Fisik/Stimulasi Fisik

MASSAGE POSITIONING

KOMPRES MUSIK
Tindakan Definisi Langkah-langkah Tindakan
Stimulasi Kulit Teori pengendalian gerbang pada stimulasi nyeri dan Dengan Kompres hangat atau Kompres Dingin
merangsang tubuh mengeluarkan endorphin dan
neurotransmitter lain yang menghambat nyeri.
Stimulasi Kontralateral Tindakan menstimulasi kulit pada area yang berlawanan Berguna ketika area yang nyeri tidak dapat disentuh karena
dengan area nyeri. hipersensitif, menggunakan perban/gips atau ketika nyeri yang
dirasakan pada bagian tubuh yang sudah tidak ada lagi (phantom
pain)
Imobilisasi Pembatasan gerak, terutama pada nyeri akut. Dapat diberikan bebat atau alat penyangga untuk nyeri akut pada
area persendian

Posisioning Posisi tidur yang nyaman sehingga dapat mengurangi Beri bantal tambahan untuk menyokong tubuh
stress (penekanan) pada luka. atur posisi tempat tidur
atur posisi tubuh (miring kanan/ miring kiri)

Relaksasi Merupakan strategi yang efektif pada pasien yang Ada tiga hal utama yang diperlukan untuk relaksasi yaitu
mengalami nyeri kronis 1. Posisi yang tepat
2. Fikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang untuk mengurangi nyeri

Relaksasi Nafas Dalam Bertujuan untuk meningkatkan fungsi paru-paru, 1. Ciptakan suasana tenang
memelihara pertukaran gas, meningkatkan efisiensi batuk, 2. Usahakan rileks dan tenang
mengurangi stress fisik dan emosional, menurunkan 3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
kecemasan dan mengurangi nyeri udara melalui hitungan 1, 2, 3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan kedua tangan dan kaki rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
Metode nyeri dengan cara mengalihkan perhatian Distraksi Taktil
klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap massage, memegang/mengge-rakkan binatang atau mainan
nyeri yang dialami Distraksi Intelektual
Teknik Kompres Dingin Definisi
Memberi rasa dingin pada
daerah setempat dengan
menggunakan kain yang
dicelupkan pada air biasa
atau air es sehingga
memberi efek rasa dingin
pada daerah tersebut
Tujuan
Tempat yang diberikan menghilangkan rasa
kompres dingin nyeri akibat odema atau
tergantung lokasi trauma, memperlambat
nyerinya dan jenis nyeri denyutan jantung,
mempersempit
pembuluh darah dan
mengurangi arus darah
lokal.

Kompres
Efek samping
Dingin
vasokonstriksi, sel tidak mampu Tujuan
menerima aliran darah dan memperlambat
nutrisi secara adekuat sehingga impuls-impuls motorik
dapat menimbulkan iskemik, menuju otot-otot pada
diawali dengan keadaan kulit area yang nyeri
kemerahankebiruan 
kekakuan
Pada pertama
pemberian observasi
setelah 5 menit
pemberian kompres,bila
dapat ditoleransi maka
lanjutkan selama 20
menit
Kompres Hangat

Pada pertama pemberian


Melebarkan pembuluh darah yang observasi setelah 5 menit
menyebabkan peningkatan sirkulasi pemberian kompres,bila
darah dan peningkatan tekanan kapiler. dapat ditoleransi maka
Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah lanjutkan selama 20 menit
akan meningkat sedangkan Ph darah
akan menurun , aktifitas sel menjadi
meningkat dan pada otot-otot
mengurangi ketegangan sehingga nyeri
berkurang (F.J Gabriel, 1998).

Efek samping dapat


berbahaya terhadap
kerusakan epitel,
kemerahan, kelemahan
lokal dan luka bakar
Definisi
adalah tindakan penekanan
oleh tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot, tanpa
menyebabkan pergeseran atau
perubahan posisi sendi

Manfaatnya untuk menurunkan


nyeri, menghasilkan relaksasi, dan
meningkatkan sirkulasi.
Merangsang penyembuhan fisik dan
MASSAGE
emosional.
Stimulasi dari sistem limfatik (Sistem Tehnik
limfatik membawa produk limbah Pijat daerah yang
keluar dari tubuh Anda dan terasa nyeri
mempertahankan tubuh terhadap dengan lembut
infeksi). dan tidak
melakukan
penekanan yang
terlalu keras
Guided Imagery

Dapat diiringi dengan


Dengan tehnik distraksi sel-sel reseptor yang menerima stimuli musik klasik karena
menambah konsentrasi
nyeri periferal dihambat oleh stimuli dari serabut saraf yang yang akan membuat
tubuh menjadi relaks
dan nyaman sehingga
lain. akan mengurangi nyeri

Karena pesan-pesan nyeri menjadi lebih lambat daripada


pesan-pesan diiversional maka pintu spinal cord yang
mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien merasa
nyerinya berkurang (Cuming, 1981)
Guided
Imagery
Tujuan:< ketegangan
Cara: Pasien melakukan
otot, menurunkan
proses konsentrasi
keletihan fisik dan
untuk membayangkan
mental, meningkatkan
sesuatu yang indah
sistem pernafasan dan
sehingga perasaan
menurunkan tekanan
tenang
darah
Aromatherapy
 Terapi dengan menggunakan
wewangian alamiah yang
mengandung unsur-unsur herbs
dengan pendekatan sistem
keseimbangan alam.
Hipnotherapy
 Terapi dengan wewangian membuat
efek rileks, menghilangkan stress Hipnoterapi adalah terapi dengan
dan membuat pikiran menjadi menggunakan hypnosis
tenang.
Diterapi terlebih dahulu membuat
 Wewangian tertentu diyakini dapat anda masuk dalam kondisi
mempengaruhi sistem syaraf relaksasi.
terutama otak untuk bekerja
memproduksi katalisator yang
menyebabkan nyeri
PENATALAKSANAAN NYERI
FARMAKOLOGI

Analgesik

Senyawa yang dalam dosis terapeutiknya


meringankan atau menekan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
Mekanisme Pembentukan Prostaglandin

Fosfolipid ( membran sel )

Fosfolipase

Asam arakhidonat

Siklooksigenase ( Cox )

Endoperoksida
Cox-1 Cox -2

Tromboxan Prostaglandin
Prostasiklin
Berdasarkan Proses Terjadinya Maka Rangsang Nyeri
Dapat Diatasi Dengan Cara

Menghambat sintesis prostaglandin dengan


analgetika non narkotik

Menghambat penyaluran rangsangan di saraf


sensori dengan anestesi lokal

Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat


dengan analgetik narkotik dan anestesi umum
Pain Assessment

Pain Treatment

Re - assesment
Observasi dan Evaluasi Keefektifan Pemberian Obat

1. Observasi keadaan pasein 15-30 menit setelah


pemberian obat.
2. Kaji nyeri sesuai keluhan dan kebutuhan
3. Cek vital sign pasien dan skala sedasi bila
mendapatkan obat golongan opioid
4. Monitor kembali dosis obat yang sudah diberikan
disesuaikan dengan kondisi nyeri pasien
5. Dokumentasikan respon pasien, reaksi alergi dan efek
samping setelah pemberiaan obat pada formulir
terintegrasi
6. Untuk pemberiaan obat yang masuk golongan opioid,
observasi dilakukan lebih konsisten 3 jam sekali
selama obat tersebut digunakan
7. Hasil observasi didokumentasikan pada formulir
observasi khusus nyeri
PILIHAN TEHNIK PENANGANAN NYERI PASCA BEDAH

• Multimodal analgesia
Balanced • Dua atau lebih analgesia yg bekerja pd mekanisme
berbeda utk efek analgesik yg tinggi
Analgesia • Kombinasi opioid dgn NSAIDs, paracetamol dengan
NSAIDs

Epidural • Menggunakan tehnik regional epidural dengan


meletakkan kateter epidural dan memberikan obat
Analgesia anestetik lokal, opioid dan adjuvant lain
Jenis–Jenis
Analgetika
Analgetika
non narkotik
(perifer)

Analgetika
narkotik
PENATALAKSANAAN ANALGESIA DAN EFEK SAMPING EPIDURAL ANALGESIA

Analgesia
Inadekuat • Memberikan bolus anelgesia sesuai
advis dokter anestesi
• Jika tetap nyeri ; cek tempat insersi
kateter epidural
• Jika posisi tidak tepat ; ganti kateter
epidural atau berikan alternatif
analgesia secara sistemik : pethidin,
fentanyl, parecoxib, tramadol
PENATALAKSANAAN ANALGESIA
DAN EFEK SAMPING EPIDURAL ANALGESIA

Komplikasi
Epidural
Analgesia • Abses epidural
• Hematom epidural
• Subdural puncture
• Migrasi kateter epidural ke
ruang sub arachnoid
• Migrasi kateter epidural ke
intravaskular
PENATALAKSANAAN ANALGESIA DAN EFEK SAMPING EPIDURAL ANALGESIA

Efek
Samping
Epidural • Sedasi dan depresi pernafasan
Analgesia • Gangguan motorik
ekstremitas bawah
• Pruritus
• Mual dan muntah
• Hipotensi
• Retensi urine
Penghentian Epidural Analgesia

Cek order dari pihak dokter


Anestesi terkait dengan jam
pelepasan kateter

Cek apakah pasien


menggunakan obat – obatan
antikoagulan dan kapan terakhir
kali obat diberikan
Perhatian: Pelepasan Epidural Kateter
Peraturan umum yang dipakai (jika tidak ada order khusus dari dokter Anestesi)

• Jika terdapat pemberian Sodium Heparin, tunggu 4 jam sebelum melepas kateter
1 epidural

• Jika terdapat pemberian LMWH (Low Molekul Weight Heparin seperti :


2 Lovenox,Fraxiparine ) tunggu 12 jam sebelum kateter dilepas

• Untuk pemberian dosis berikutnya tunggu 4 jam


• Sesudah pelepasan kateter 2 perawat memastikan bahwa kateter epidural terlepas utuh dan
3 tidak ada yang tertinggal

• Pastikan akses IV tetap terpasang sesudah 6 jam kateter epidural dilepas


4
PENATALAKSANAAN
NYERI

Edukasi
Hal-Hal Yang Mempengaruhi Pengalaman Nyeri
EDUKASI PENATALAKSANAAN NYERI

Kecemasan dapat
meningkatkan nyeri

Tingkatkan pengetahuan
mengenai intervensi yang
diberikan

Pemberian leaflet Libatkan pasien dalam


untuk pasien penatalaksanaan nyeri

Edukasi tentang Nyeri


ASUHAN KEPERAWATAN
NYERI PADA KASUS BEDAH
DAN NON BEDAH

PENGKAJIAN
PENGKAJIAN NYERI KOMPREHENSIF

ONSET
VALUES PROVOCATING

QUALITY
UNDERSTANDING O P Q
R S T

TREATMENT
REGION / U V
RADIATION
SEVERITY
PENGKAJIAN NYERI KOMPREHENSIF
Formulir
Pengkajian

Pengkajian Awal Pasien Baru


Formulir
Catatan Observasi
Instrument Pengkajian Nyeri

Numeric Rating Pain Scale


Dewasa dan anak-anak usia >7 tahun

Wong Baker Faces


Dewasa dan Anak-anak (usia >3 tahun)

CRIES Pain Scale


Untuk neonatus ( 0 – 6 bulan )

FLACC Pain Scale


Untuk bayi dan anak-anak (2 bulan–7 tahun)

CPOT Scale
Untuk bayi, anak-anak dan dewasa
di critical area
ASUHAN KEPERAWATAN
NYERI PADA KASUS BEDAH
DAN NON BEDAH

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d. Agen penceddera fisiologis


(infeksi, iskemia, neoplasma), Agen penceddera
kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan), Agen
pencedera fisik (abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)

2. Nyeri kronis b.d. ……….


Nyeri Akut

Definisi: Pengalaman sensorik/emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.

Rencana Perawatan / Nursing Care Plan Kondisi klinis terkait: pembedahan, cedera traumatis, infeksi, kecemasan/ stress.

Tgl No Diagnosa Keperawatan Luaran Rencana Tindakan Keperawatan Nama & Paraf Tgl teratasi
Nama & paraf
Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi perawatan selama __________ nyeri akut Utama
menurun Manajemen nyeri
Berhubungan dengan : Pemberian analgesik
 Agen Pencedera fisiologis (mis. Kriteria hasil :
Inflamasi, iskemia, neoplasma)  Keluhan nyeri menurun Pendukung :
 Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar,  Keluhan tidak nyaman menurun  Edukasi manajemen nyeri
bahan kimia iritan)  Meringis menurun  Edukasi proses penyakit
 Agen pencedera fisik (mis. Abses,  Sikap protektif menurun  Manajemen sedasi
amputasi, terbakar, terpotong,  Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat  Pemantauan nyeri
mengangkat berat, prosedur operasi,  Kemampuan menggunakan tehnik non-farmakologis  Teknik distraksi
trauma, latihan fisik berlebihan) meningkat
 Berfokus pada diri sendiri menurun Tindakan
Dibuktikan dengan:  Diaforesis menurun Observasi :
Gejala dan tanda mayor  Perasaan depresi (tertekan) menurun  Identifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri
 Tampak meringis  Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun  Identifikasi respons nyeri non verbal
 Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi  Kejadian cedera ( luka/ lecet ) menurun  Identifikasi apakah hypnosis diri, aromaterapi dapat digunakan
menghindari nyeri)  Rentang gerak ( ROM ) meningkat  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Gelisah  Pupil dilatasi nenurun  Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
 Frekuensi nadi meningkat  Muntah menurun  Identifikasi riwayat alergi obat
 Sulit tidur  Mual menurun  Identifikasi kesesuaian jenis analgetik (Mis. Narkotika, non narkotika atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Nafsu makan membaik  Monitor tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, saturasi oksigen dan irama jantung
Gejala dan tanda minor :  Pola napas membaik  Monitor kualitas nyeri ( mis. Terasa tajam, tumpul, diremas-remas, ditimpa beban berat )
 Tekanan darah meningkat  Tekanan darah membaik  Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
 Pola napas berubah  Frekuensi nadi membaik  Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala
 Nafsu makan berubah  Warna kulit pucat menurun  Monitor durasi dan frekwensi nyeri
 Proses berpikir terganggu  Kapiker refill < 3 detik  Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian anlgetik
 Menarik diri  Proses berpikir membaik  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Berfokus pada diri sendiri  Focus membaik  Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Diaforesis  Perilaku membaik
 Pola tidur membaik Terapeutik :
 Penyembuhan luka meningkat  Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri/ Distraksi (mis. TENS, Hipnosis, akupresur, terapi musik, kompres hangat/dingin, terapi bermain,
membaca cerita, bernyanyi )
 Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihjan strategi meredakan nyeri
 Memberikan kesempatan untuk bertanya
 Dokumentasi respons terhadap efek analgetik dan efek yang tidak di inginkan.

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 Kolaborasi dan penentuan jenis dan metode sedasi
 _____________________________________________
Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik/emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Kondisi klinis terkait: kondisi pembedahan, kondisi kronis (mis. Reumatoid Arthritis), infeksi,
Rencana Perawatan / Nursing Care Plan cedera medula spinalis, fraktur pasca trauma, tumor.

Tgl No Diagnosa K eperawatan Luaran Rencana Tindakan Keperawatan Nama & Paraf Tgl teratasi
Nama & paraf
Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi perawatan selama........ Utama:
Penyebab : tingkat nyeri menurun Manajemen nyeri
 Kondisi musculoskeletal kronis Perawatan kenyamanan
 Kerusakan sistem saraf Kriteria hasil : Terapi relaksasi
 Penekanan saraf  Keluhan nyeri menurun
 Infiltrasi tumor  Meringis menurun Pendukung :
 Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan  Sikap protektif menurun Dukungan koping keluarga
reseptor  Kesulitan tidur menurun  Edukasi proses penyakit
 Gangguan imunitas  Menarik diri menurun  Edukasi manajemen nyeri
 Gangguan fungsi metabolic  Berfokus pada diri sendiri menurun  Kontrol Nyeri
 Riwayat posisi kerja statis  Diaforesis menurun  Manajemen kenyamanan lingkungan
 Peningkatan indeks massa tubuh  Perasaan depresi (tertekan) menurun  Manajemen stress
 Kondisi pasca trauma  Perasaan takut mengalami cedera  Terapi distraksiTranscutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )
 Tekanan emosional berulang menurun
 Riwayat penganiayaan (mis. Fisik,psikologis, seksual)  Anoreksia menurun Observasi :
 Riwayat penyalahgunaan obat/zat  Pupil dilatasi nenurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  Muntah menurun  Identifikasi skala nyeri
Dibuktikan dengan:  Mual menurun  Identifikasi respons nyeri non verbal
Gejala dan tanda mayor  Frekuensi nadi membaik  Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. Mual, nyeri, gatal, sesak)
 Mengeluh nyeri  Pola napas membaik  Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
 Merasa depresi (tertekan)  Tekanan darah membaik  Identifikasi masalah emosional dan spiritual
 Tampak meringis  Proses berpikir membaik  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Gelisah  Focus membaik  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Tidak mampu menuntaskan aktivitas  Perilaku membaik  Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
 Pola tidur membaik  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Gejala dan tanda minor :  Nafsu makan membaik  Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Merasa takut mengalami cedera berulang  Kegelisahan menurun
 Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri) Terapeutik :
 Waspada  Berikan posisi yang nyaman
 Pola tidur berubah  Berikan kompres dingin atau hangat
 Anoreksia  Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Fokus menyempit  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, Hipnosis, akupresur, terapi musik, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Berfokus pada diri sendiri  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihjan strategi meredakan nyeri
 Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi/pengobatan
 Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang diinginkan

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
 Ajarkan latihan pernapasan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, antipruritus, antihistamin, jika perlu
ASUHAN KEPERAWATAN
NYERI PADA KASUS BEDAH
DAN NON BEDAH

Implementasi Keperawatan
(Manajemen Nyeri)
Perlunya Manajemen Nyeri Pasca Bedah

Pasien cemas terhadap kemungkinan merasakan nyeri


pasca bedah setelah pengaruh obat bius hilang

Sekitar 1/3 pasien pasca bedah mengalami nyeri hebat


dan 50% mengalami kondisi tidak menyenangkan
akibat pengelolaan nyeri yg tidak adekuat

Dibutuhkan penanganan nyeri yang


cepat dan efektif
Lokasi Nyeri Pasca Bedah

Thoraco Abdomen Operasi Ginjal

Operasi Columna
Operasi Sendi Besar
Vertebralis ( Spine )

Operasi Tulang
Panjang di
ekstremitas
PENATALAKSANAAN NYERI PASCA BEDAH

Penilaian Nyeri Pasca Bedah

Edukasi Pasien dengan Nyeri Pasca


Bedah

Re-Assesmen Pasien dan Sesuaikan


Tehnik Penatalaksanaan Nyeri Pasca
Bedah Sesuai Prosedur
Penilaian Nyeri Pasca Bedah

• Memperoleh
2 • Menentukan
Data Tentang Efektivitas Terapi
Intensitas Nyeri • Menentukan Nyeri Pasca
Pasien Pasca Pilihan Terapi Bedah Yang
Bedah Bagi Pasien Telah Diberikan
Pasca Bedah

1 3
Penanganan Nyeri Pada Pasien Post Operasi

Observasi 30 menit
Lanjutkan observasi Lanjutkan observasi
sekali dalam 2 jam
tiap 1 jam, 3 kali tiap 2 jam, 3 kali
pertama di ruaang
berturut-turut berturut-turut
pulih sadar

Lanjutkan observasi Selanjutnya


tiap 4 jam sampai observasi tiap 4 jam
dengan 24 jam selama pasien
pertama post operasi dirawat

Laporkan bila ada peningkataan rasa nyeri kepada spesialis anestesi dalam 24 jam pertama post operasi
Observasi Bromage Score
Observasi Skala Sedasi: RASS
Formulir
Catatan Observasi Khusus
Edukasi Pasien Nyeri Pasca Bedah

Pentingnya Penanganan Nyeri

Metode-metode Yang Dapat Dilakukan


Untuk Penanganan Nyeri

Rutinitas Penilaian Nyeri

Optimal Intensitas Nyeri Yang Dapat


Ditoleransi Pasien

Partisipasi Pasien Dalam Penanganan Nyeri

Anda mungkin juga menyukai