Anda di halaman 1dari 99

07-10-2007 | 23:11:18

wita
Jalan dari Bantaeng
hingga ke Pare-Pare
diperlebar
Bupati Bantaeng Azikin
Solthan menanggapi positif
rencana pelebaran jalan
dari Bantaeng ke Parepare.
Dengan pelebaran jalan
ini, lanjutnya, akan
memberikan dampak
posotif pada warga
Bantaeng khususnya yang
berprofesi sebagai petani.
"Dengan...[Detail]
07-10-2007 | 23:11:16
wita
Polda Bekuk Bandar
Togel di Bantaeng
Manca (30), warga
Kabupaten Bantaeng,
dibekuk tim Reserse Mobil
(Resmob) Kepolisian
Daerah (Polda) Sulawesi
Selatan dan Sulawesi
Barat, Kamis (4/10)
sekitar pukul 17.30 wita.
Manca ditangkap saat
sedang istirahat di
rumahnya...[Detail]
05-07-2007 | 10:10:00
wita
Hasil UN SMP: Luwu
Terbaik
Bantaeng Terpuruk, 66,38
Persen Siswa
SMP/Madrasah Tak Lulus;
6.587 Siswa di Sulsel Tidak
Lulus; Sidrap,
Pinrang,Toraja, Makassar,
Takalar, dan Bone Masuk
10 Besar Kelulusan
Tertinggi; Tingkat
Ketidaklulusan Lebih Tinggi
dari Tahun...[Detail]
05-07-2007 | 09:9:17 wita
Rakerda BKKSI Korwil
Sulsel
19 May 2006 * Organisasi
para Bupati Itu Minim
Dana MAKASSAR -- Ada
pernyataan menarik dari
Ketua Umum BKKSI
(Badan Kerja sama
Kabupaten Seluruh
Indonesia), Azikin Solthan.
Pada sambutan yang
dibawakan saat...[Detail]
05-07-2007 | 09:9:54 wita
Guru Mengaji di
Bantaeng Peroleh
Insentif Rp1,2
Juta/Tahun
Bantaeng, Sulsel (ANTARA
News) - Sebanyak 1.250
guru mengaji di Kabupaten
Bantaeng, Sulsel,
memperoleh bantuan
insentif mengajar sebesar
Rp1,2 juta orang/tahun.
Dana insentif itu diambil
dari APBD Pemkab
Bantaeng tahun 2007
dengan...[Detail]
07-10-2007 | 23:11:18
wita
Jalan dari Bantaeng
hingga ke Pare-Pare
diperlebar
Bupati Bantaeng Azikin
Solthan menanggapi
positif rencana
pelebaran jalan dari
Bantaeng ke Parepare.
Dengan pelebaran jalan
ini, lanjutnya, akan
memberikan dampak
posotif pada warga
Bantaeng khususnya
yang berprofesi sebagai
petani. "Dengan...
[Detail]
07-10-2007 | 23:11:16
wita
Polda Bekuk Bandar
Togel di Bantaeng
Manca (30), warga
Kabupaten Bantaeng,
dibekuk tim Reserse
Mobil (Resmob)
Kepolisian Daerah
(Polda) Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat,
Kamis (4/10) sekitar
pukul 17.30 wita. Manca
ditangkap saat sedang
istirahat di rumahnya...
[Detail]
05-07-2007 | 10:10:00
wita
Hasil UN SMP: Luwu
Terbaik
Bantaeng Terpuruk,
66,38 Persen Siswa
SMP/Madrasah Tak
Lulus; 6.587 Siswa di
Sulsel Tidak Lulus;
Sidrap, Pinrang,Toraja,
Makassar, Takalar, dan
Bone Masuk 10 Besar
Kelulusan Tertinggi;
Tingkat Ketidaklulusan
Lebih Tinggi dari
Tahun...[Detail]
05-07-2007 | 09:9:17
wita
Rakerda BKKSI Korwil
Sulsel
19 May 2006 *
Organisasi para Bupati
Itu Minim Dana
MAKASSAR -- Ada
pernyataan menarik dari
Ketua Umum BKKSI
(Badan Kerja sama
Kabupaten Seluruh
Indonesia), Azikin
Solthan. Pada sambutan
yang dibawakan saat...
[Detail]
05-07-2007 | 09:9:54
wita
Guru Mengaji di
Bantaeng Peroleh
Insentif Rp1,2
Juta/Tahun
Bantaeng, Sulsel
(ANTARA News) -
Sebanyak 1.250 guru
mengaji di Kabupaten
Bantaeng, Sulsel,
memperoleh bantuan
insentif mengajar
sebesar Rp1,2 juta
orang/tahun. Dana
insentif itu diambil dari
APBD Pemkab Bantaeng
tahun 2007 dengan...
 
[Detail]
 
Kabupaten
Bantaeng
terdiri atas 8
wilayah Kecamatan
yaitu Kecamatan
Bissappu, Ulu Ere,
Bantaeng,
Eremerasa,
Tompobulu,
Pa'jukukang, Sinoa
dan Gantarang Keke.
Kecamatan Bissappu
terdiri dari 4 desa dan
7 kelurahan,
Kecamatan Ulu Ere
terdiri dari 6 desa,
Kecamatan Bantaeng
terdiri dari 1 desa dan
8 kelurahan,
Kecamatan
Eremerasa terdiri dari
9 desa, Kecamtan
Tompobulu terdiri
dari 6 desa dan 4
kelurahan,
Kecamatan
Pa'jukukang terdiri
dari 10 desa,
Kecamatan Sinoa
terdiri dari 6 desa dan
Kecamatan
Gantarang Keke
terdiri dari 4 desa dan
2 kelurahan.
Kecamatan
Bissappu
Nama pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan, Kepala
Desa dan Luas daerah
Desa / Kelurahan di
Kecamatan Bissappu
Kecamatan
Bantaeng
Nama pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan, Kepala
Desa Luas daerah
Desa dan Kelurahan
di Kecamatan
Bantaeng
Kecamatan
Tompobulu
Nama pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan, Kepala
Desa Luas daerah
Desa dan Kelurahan
di Kecamatan
Tompobulu
Kecamatan
Pa'jukukang
Nama pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan, Kepala
Desa Luas daerah
Desa dan Kelurahan
di Kecamatan
Pa'jukukang
Kecamatan Ulu Ere
Nama pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan, Kepala
Desa Luas daerah
Desa dan Kelurahan
di Kecamatan Uluere
Kecamatan
Eremerasa
Nama Pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan , Kepala
Desa Luas daerah
Desa dan Kelurahan
di Kecamatan
Eremerasa

Kecamatan Sinoa
Nama Pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan , Kepala
Desa Luas daerah
Desa dan Kelurahan
di Kecamatan Sinoa
Kecamatan
Gantarang Keke
Nama Pejabat Tk.
Kecamatan, Kepala
Kelurahan , Kepala
Desa Luas daerah
Desa dan Kelurahan
di Kecamatan
Gantarang Keke
 

Sosial Kemasyarakatan

Pendidikan

Pendidikan di Kabupaten
Bantaeng adalah bagian
integral dari sistim pendidikan
nasional yang berdasarkan
Pancasila dan bertujuan untuk
mempertinggi ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan,
keterampilan, budi pekerti,
kepribadian dan semangat
kebangsaan sehingga dapat
menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang
mampu membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas
pembangunan bangsa.

Dalam rangka mencerdaskan


bangsa serta meningkatkan
partisipasi sekolah
pendudukan tentunnya harus
diimbangi dengan penyediaan
sarana dan prasarana
pendidikan, baik pendidikan
formal maupun non formal.

Kesehatan

Pembangunan bidang
kesehatan di Kabupaten
Bantaeng diarahkan agar
pelayanan kesehatan
meningkat lebih luas, lebih
merata, terjangkau oleh
lapisan masyarakat.
Kesehatan merupakan bagian
yang terpenting dan
diharapkan dapat
menghasilkan derajat
kesehatan yang lebih tinggi
dan memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara
sosial maupun ekonomis.

Penyediaan sarana pelayanan


kesehatan berupa rumah sakit
puskesmas dan tenaga
kesehatan, semakin
ditingkatkan jumlahnya sesuai
dengan rencana
pertahapannya, sejalan
dengan itu penyediaan obat-
obatan, alat kesehatan,
pemberantasan penyakit
menular dan peningkatan
penyuluhan di bidang
kesehatan.

Adapun sarana pelayanan


kesehatan di Kabupaten
Bantaeng pada tahun 2006
telah tersedia berupa rumah
sakit umum sebanyak 1 buah,
puskesmas /pustu 34 buah,
puskesmas keliling 13 buah,
balai pengobatan 2 buah dan
25 polindes. Jumlah dokter
praktek sebanyak 26 orang,
bidang desa 52 orang, apotik 5
buah dan toko obat sebanyak
17 buah. Disamping itu di
Kabupaten Bantaeng jumlah
tenaga kesehatan pada tahun
2006 sebanyak 239 orang.
Keluarga Berencana

Salah satu usaha pemerintah


untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk
adalah menggalakkan program
keluarga berencana.
Dalam rangka mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk
dan menciptakan keluarga
kecil yang bahagia dan
sejahtera yang menjadi dasar
bagi terwujudnya masyarakat
yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran,
beberapa cara telah ditempuh
antara lain melalui kampanye
gerakan keluarga berencana
dan secara langsung mengatur
kelahiran dengan
memamfaatkan alat
kontrasepsi untuk pengaturan
kehamilan.

Sasaran kebijaksanaan
program keluarga berencana
adalah dalam rangka upaya
menurunkan tingkat kelahiran
dan diharapkan semua PUS
dapat menjadi peserta KB
yang aktif. Jumlah PUS di
Kabupaten Bantaeng tahun
2006 sebanyak 28.352 orang.

Jumlah akseptor KB aktif di


Kabupaten Bantaeng tahun
2006 tercatat 22.016 orang,
dimana 30,71 persen memaka
pil, 2,27 persen memakai IUD,
0,57 persen memakai kondom
55,11 persen menggunakan
suntikan dan sisanya 11,34
persen memakai alat
kontrasepsi lainnya.
Persentase akseptor KB aktif
terhadap PUS sekitar 77,65
persen.

Pemakaian alat kontrasepsi


menurut jenis atau cara
menggunakannya nampak
dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan sebagainya,
hal ini masih perlu diberikan
penyuluhan dan pengertian
lebih lanjut tentang mamfaat
KB.

Agama
Upaya pemenuhan sarana dan
prasarana kehidupan
beragama pada dasarnya
merupakan tanggungjawab
masyarakat, karena
pemerintah juga mempunyai
tanggungjawab atas
pembinaan kehidupan
beragama dalam masyarakat,
maka pemerintah telah
memberikan bantuan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan
tersebut.

Jumlah penduduk Kabupaten


Bantaeng tahun 2006 yang
menganut Agama Islam
sebesar 99,68 persen dan 0,32
persen merupakan non
muslim.

Sarana peribadatan di
Kabupaten Bantaeng pada
tahun 2006 sebanyak 443
yang terdiri dari mesjid 303,
langgar 138 dan gereja 2.

Kriminalitas

Keamanan dan ketertiban


merupakan salah satu
pendorong proses
pembangunan. Terjadinya
masalah kriminalitas
kemungkinan disebabkan
antara lain pertambahan
penduduk dan banyaknya
penggangguran. Kedua hal
tersebut akan menimbulkan
kerawanan sosial karena para
pengganggur dituntut untuk
memenuhi kebutuhan
hidupnya, maka timbul
keinginan untuk melakukan
tindakan kejahatan berupa
pencurian, pembunuhan dan
lain-lain.

Adapun jumlah peristiwa


kejahatan termasuk
kecelakaan lalu lintas yang
dilaporkan pada tahun 2005
tercatat 159 peristiwa dan
pada tahun 2006 turun
menjadi 106 peristiwa.

Bantaeng

Bantaeng Butta toa


Butta toa

Secara
geografis
Kabupaten
Bantaeng
terletak
pada titik
5o21'23"-
5o35'26"

Secara geografis Kabupaten


lintang
selatan dan
119o51'42"-
120o5'26"bu

Bantaeng terletak pada titik


jur timur.
Berjarak
125 Km
kearah
selatan dari

5o21'23"-5o35'26" lintang selata


Ibukota
Propinsi
Sulawesi
Selatan.
Luas

dan 119o51'42"-120o5'26"bujur
wilayahnya
mencapai
395,83
Km2,
dengan

timur. Berjarak 125 Km kearah


jumlah
penduduk
170.057
jiwa (2006)
dengan

selatan dari Ibukota Propinsi


rincian Laki-
laki
sebanyak
82.605 jiwa

Sulawesi Selatan. Luas


dan
perempuan
87.452 jiwa.
Terbagi atas
8

wilayahnya mencapai 395,83


kecamatan
serta 46
desa dan 21
kelurahan.
Pada bagian

Km2, dengan jumlah penduduk


utara
daerah ini
terdapat
dataran
tinggi yang

170.057 jiwa (2006) dengan


meliputi
pegunungan
Lompobatta
ng.
Sedangkan

rincian Laki-laki sebanyak


di bagian
selatan
membujur
dari barat

82.605 jiwa dan perempuan


ke timur
terdapat
dataran
rendah yang
meliputi

87.452 jiwa. Terbagi atas 8


pesisir
pantai dan
persawahan
.

kecamatan serta 46 desa dan 2


Kabupaten
Bantaeng
yang
luasnya
mencapai

kelurahan. Pada bagian utara


0,63% dari
luas
Sulawesi
Selatan,
masih
memiliki
potensi
alam untuk
dikembangk

daerah ini terdapat dataran


an lebih
lanjut.
Lahan yang
dimilikinya

tinggi yang meliputi pegununga


±39.583
Ha. Di
Kabupaten
Bantaeng
mempunyai

Lompobattang. Sedangkan di
hutan
produksi
terbatas
1.262
Hektar dan

bagian selatan membujur dari


hutan
lindung
2.773
hektar.
secara

barat ke timur terdapat dataran


keseluruhan
luas
kawasan
hutan
menurut

rendah yang meliputi pesisir


fungsinya di
kabupaten
Bantaeng
sebesar

pantai dan persawahan.


6.222
Hektar
(2006).

Karena
sebagian
besar
pendudukny
a petani,
maka wajar

Kabupaten Bantaeng yang


bila
Bantaeng
sangat
mengandalk
an sektor

luasnya mencapai 0,63% dari


pertanian.
Masuk
dalam
pengemban
gan

luas Sulawesi Selatan, masih


Karaeng
Lompo
sebab
memang

memiliki potensi alam untuk


jenis
tanaman
sayur-
sayurannya
sudah

dikembangkan lebih lanjut.


berkembang
pesat
selama ini.
Kentang
adalah salah

Lahan yang dimilikinya ±39.583


satu
tanaman
holtikultura
yang paling
menonjol.

Ha. Di Kabupaten Bantaeng


Data
terakhir
menunjukka
n bahwa
produksi
kentang
mencapai
4.847 ton
(2006).

mempunyai hutan produksi


Selain
kentang,
holtikultura
lainnya

terbatas 1.262 Hektar dan huta


adalah kool
1.642 ton,
wortel 325
ton, dan
buah-

lindung 2.773 hektar. secara


buahan
seperti
pisang dan
mangga.
Perkembang

keseluruhan luas kawasan huta


an produksi
perkebunan,
khususnya
komoditi
utama

menurut fungsinya di kabupate


mengalami
peningkatan
yang cukup
berarti.

Bantaeng sebesar 6.222 Hektar


Sektor
industri
menjadi
pilihan

(2006).
kedua untuk
dikembangk
an di
Kabupaten
Bantaeng
yang dari
tahun ke
tahun
mengalami
peningkatan

Karena sebagian besar


.
Pengemban
gan sektor
industri
sangat

penduduknya petani, maka


berpeluang
dimasa
mendatang,
namun
membutuhk

wajar bila Bantaeng sangat


an investor
yang sangat
kuat.
Dengan

mengandalkan sektor pertanian


perkembang
an sektor
industri,
dampaknya
sangat

Masuk dalam pengembangan


positif,
sebab
disamping
meningkatk
an

Karaeng Lompo sebab memang


pendapatan
masyarakat
juga
menyerap
banyak

jenis tanaman sayur-sayuranny


tenaga
kerja.
Industri-
industri
yang
berkembang
antara lain
adalah
industri

sudah berkembang pesat selam


pembersih
biji kemiri,
pembuatan
gula merah,

ini. Kentang adalah salah satu


pertenunan
godongan,
pembuatan
perabot
rumah

tanaman holtikultura yang palin


tangga dari
kayu,
anyaman
bambu atau
daun lontar,

menonjol. Data terakhir


dan lain-
lain.

Pariwisata
Sektor lain

menunjukkan bahwa produksi


yang perlu
diperhitungk
an adalah
sektor
pariwisata.

kentang mencapai 4.847 ton


Kabupaten
Bantaeng
memiliki
peninggalan

(2006). Selain kentang,


sejarah
yang
tercatat
dalam buku-
buku

holtikultura lainnya adalah kool


sejarah.
Peninggalan
-
peninggalan
sejarah

1.642 ton, wortel 325 ton, dan


tersebut
sangat
menarik
untuk
dikunjungi.

buah-buahan seperti pisang dan


Tak heran
memang
jika
pemerintah
kabupaten

mangga. Perkembangan
setempat
sangat
menaruh
perhatian

produksi perkebunan, khususny


terhadap
pariwisata.
Terbukti
direnovasin
ya berbagai

komoditi utama mengalami


objek wisata
alam
menjadi
tempat
menarik,

peningkatan yang cukup berart


sepeti
permandian
alam
Bissappu.
Juga
dipeliharany
a
peningalan-
peninggalan
sejarah
seperti Balla
Tujua yang
merupakan
kebanggaan

Sektor industri menjadi pilihan


masyarakat
setempat.

Kabupaten

kedua untuk dikembangkan di


Bantaeng
terus
berpacu
dengan
daerah

Kabupaten Bantaeng yang dari


lainnya
dengan
mengemban
gkan
penataan

tahun ke tahun mengalami


kota melaui
pembuatan
taman,
drainase,
lampu jalan,

peningkatan. Pengembangan
dan lain-lain

sektor industri sangat


berpeluang dimasa mendatang,
namun membutuhkan investor
yang sangat kuat. Dengan
perkembangan sektor industri,
dampaknya sangat positif, seba
disamping meningkatkan
pendapatan masyarakat juga
menyerap banyak tenaga kerja
Industri-industri yang
berkembang antara lain adalah
industri pembersih biji kemiri,
pembuatan gula merah,
pertenunan godongan,
pembuatan perabot rumah
tangga dari kayu, anyaman
bambu atau daun lontar, dan
lain-lain.

Pariwisata
Sektor lain yang perlu
diperhitungkan adalah sektor
pariwisata. Kabupaten Bantaen
memiliki peninggalan sejarah
yang tercatat dalam buku-buku
sejarah. Peninggalan-
peninggalan sejarah tersebut
sangat menarik untuk
dikunjungi. Tak heran memang
jika pemerintah kabupaten
setempat sangat menaruh
perhatian terhadap pariwisata.
Terbukti direnovasinya berbaga
objek wisata alam menjadi
tempat menarik, sepeti
permandian alam Bissappu. Jug
dipeliharanya peningalan-
peninggalan sejarah seperti Bal
Tujua yang merupakan
kebanggaan masyarakat
setempat.

Kabupaten Bantaeng terus


berpacu dengan daerah lainnya
dengan mengembangkan
penataan kota melaui
pembuatan taman, drainase,
lampu jalan, dan lain-lain
Investasi merupakan engine of economic growth dalam proses kegiatan
ekonomi selain tenaga kerja sebagai sumber pertumbuhan. Secara riil,
investasi Kabupaten Bantaeng pada tahun 2002 mengalami kenaikan sebesar
3,22% yaitu naik dari Rp. 5.893,03 juta pada tahun 2001 menjadi Rp.
6.083,03 juta pada tahun 2002. Nilai produksi yang diperoleh mengalami
kenaikan sebesar 3,80% yaitu naik dari Rp. 18.869,22 juta pada tahun 2001
menjadi Rp. 19.585,87 juta pada tahun 2002. Dilihat dari struktur investasi
selama periode 2000-2002, investasi yang terbesar ditanamkan pada sektor
industri pengolahan air minum dalam kemasan yaitu Rp 1.583,62 juta atau
26,03% dan terkecil di sektor industri pengolahan jamu yang hanya mencapai
Rp 0,35 juta atau 0,003% dan total investasi yang ditanamkan selama periode
tersebut. Sedangkan nilai produksi terbesar dicapai pada sektor industri
pengolahan kapuk yaitu sebesar Rp 1.752,03 juta atau 8,96% dan terkecil di
sektor industri hiasan dari bambu sebesar Rp. 0,4 juta atau 0,002% dari total
nilai produksi.

Investments in Bantaeng Regency in years 2000 - 2002 (millions rupiah)


Investment values Production values
Ventures 2000 2001 2002 2000 2001 2002
Processing - 5.183,87 5.591,55 5.771,55 15.949,81 18.238,34 18.942,49
Industry
Non Industry 291,48 301,48 311,48 618,38 630,88 643,38
Total 5.475,35 5.893,03 6.083,03 15.568,19 18.869,22 19.585,87
 
Pertanian Tanaman  
Pangan

Komoditas tanaman pangan yang dikembangkan


terdiri atas tanaman pangan lahan basah berupa

 
tanaman padi dan tanaman pangan lahan kering
berupa tanaman palawija dan holtikultura yang
meliputi tanaman ubi-ubian dan kacang-kacangan
serta tanaman jagung. Perkembangan luas lahan
dan jumlah produksi tanaman pangan selama

beberapa tahun terakhir menunjukkan jumlah yang relatif meningkat.


Peningkatan tersebut kemungkinan disebabkan oleh semakin meningkatnya
pengetahuan masyarakat tani dalam mempergunakan peralatan pertanian
yang serba modern serta penggunaan pupuk yang relatif baik dan cocok
untuk setiap tanaman.

The Area for Farming (2002)


Producti Harvest
Opportu-
Commodit ons') Area Potential Potential
Centers of Production(Districts) nities
ies (tons/ye (Ha/year Area (Ha) Area (Ha)
(Ha)
ar) )
Rice Bissappu, Bantaeng, Eremerasa, Pa'jukukang 75.915 13.520 7.253*) 7.253 -
Com Pa'jukukang,Bissappu,Eremerasa, Bantaeng, 200.674 36.875 19.067*) 18.438 629
Tompobulu
Soybean Bantaeng, Bissappu, Pa'jukukang 3.296 1.775 3.500 1.775 .725
s Bantaeng, Bissappu, Pa'jukukang 157 194 1.489 194 1.295
Mung Bissappu, Pa'jukukang 435 350 3.000 500 2.500
beans Eremerasa 0 0 1.500 91 1,409
Tangerin Uluere, Eremerasa 814 86 1.000 88 914
e Uluere 542 100 800 100 700
Mangost Uluere, Bantaeng 1.095 81 950 84 866
een Bissappu, Pa'jukukang 17.616 1.954 2.500 1.954 546
Potatoes Pa'jukukang, Tompobulu 1.881 308 1.500 308 1.192
Carrots Tompobulu, Eremerasa 231 88 1.500 88 1.412
Cabbage
Mangoes
Bananas
Rambuta
n

   
 

Jika diamati dari besaran produksi, potensi pasar maupun ketersediaan lahan,
maka jenis komoditas tanaman pangan di daerah ini yang mempunyai
prospek untuk dikembangkan adalah wortel, kentang dan kol. Produksi
keempat komoditas tersebut menunjukkan share yang relatif tinggi terhadap
total produksi kawasan. Bahkan untuk produksi wortel dan kentang
menunjukkan share yang relatif tinggi terhadap total produksi Sulawesi
Selatan, yaitu masing-masing 69,33% dan 22,60%. Gambaran ini
menunjukkan bahwa, kebutuhan komoditas wortel, kentang dan kol, baik di
kawasan Bulukumba dan sekitarnya maupun di Provinsi Sulawesi Selatan
disuplai dari Bantaeng.
Dalam upaya pengembangan komoditas holtikultura, telah ditetapkan
kawasan andalan "Loka" di dataran tinggi Kabupaten Bantaeng. Dengan luas
lahan sawah 13.520 Ha dan lahan kering 32.330 Ha, memungkinkan daerah
ini sebagai salah satu daerah penghasil utama komoditas holtikultura di
Sulawesi Selatan. Dari lahan sawah 13.520 Ha, telah dicadangkan 3.000 Ha
di antaranya tergolong sawah kelas I atau tidak ada faktor pembatas ekologi.
Untuk menghasilkan beras kualitas tinggi (ekspor) dengan sasaran produksi 7
ton/Ha dan perlu ada pusat pengolahan padi untuk menjadi beras kualitas
ekspor.

 
Perkebunan  

Dalam perspektif kawasan, komoditas perkebunan


yang perlu dikembangkan adalah kapas. Sebab di

 
Kabupaten Bulukumba, telah berdiri sebuah
industri pengolahan kapas dengan kebutuhan
bahan baku mencapai 30.000 ton/ tahun.
Kabupaten Bantaeng diharapkan dapat menjadi
daerah pendukung bagi pemenuhan kebutuhan
bahan baku
industri pengolahan kapas tersebut, dan tanaman kapas ini telah disediakan
lahan ± 5.000 Ha untuk petani secara tumpang sari dengan jagung.
Sementara dalam perspektif daerah, komoditas perkebunan yang potensial
untuk dikembangkan adalah kopi ro-busta, kopi arabika, kakao dan kapas. Di
Kabupaten Bantaeng terdapat lahan kering yang sebagian besar telah
dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat seluas 5.843 Ha atau sekitar 14,76%
dari total luas lahan kering yang ada. Oleh karena itu, lahan selebihnya
sangat potensial untuk pengembangan komoditas perkebunan.

The Area for Planting Commodities (2002)


Harvest Potentia Potentia
Centers of Opportu-
Productions') Area l l
Production nities
Commodities (tons/year) (Ha/yea Area Area
(Districts) (Ha)
r) (Ha) (Ha)
RobustaCoffee Tompobulu, 2.156 3.399 4.000 3.399 601
ArabikaCoffee Uluere 349 731 1.000 731 269
1.674
Cocoa Tompobulu,Ul 456 1.276 3.000 1.326 1.098
Cotton uere 989 902 2.000 902
Tompobulu,Ba
ntaeng
Pa'jukukang

   
 

 
Peternakan  

Dilihat dari segi potensi serta keadaan alam di


Kabupaten Bantaeng, potensi peternakan sangat

 
bisa diharapkan baik untuk peternakan besar
maupun ternak kecil dan unggas. Pengembangan
sub sektor peternakan ditujukan antara lain untuk
mengembangkan produksi daging, telur, susu,
pupuk kandang, pemanfaatan limbah pertanian
untuk pakan ternak, serta padang
rumput untuk pengembalaan. Daerah ini mempunyai padang rumput seluas
175 Ha yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan mini ranch,
breeding dan feeding untuk ternak sapi. Secara umum ternak tersebut
diperdagangkan ke Makassar dan beberapa daerah tetangga.

Farm Animal Commodities and Production (2002)


Population Production
Center of Production (district)
Types of Animals (animals) (Kg/year)
Cows 26371 455241 Pa'jukukang.
Buffaloes 2834 8209Pa'jukukang and Eremerasa
Horses 5377 4238Pa'jukukang.
Goats 19696 937Pa'jukukang, Tompobulu and
Domestic poultry 539836 - Bissappu
-Meat - 596324 Distributed evenly
-Eggs - 587624
Purebred chicken 68000 - Pa'jukukang.
-Meat - 124202
-Eggs - 49823
Ducks
-Meat
59930 - Distributed evenly
- 1301
-Eggs - 1819
   
 

 
Perikanan  

Potensi Perikanan, baik darat maupun laut, di


Kabupaten Bantaeng cukup besar. Hal tersebut

 
dapat diamati dari luas tambak, hasil produksi dan
hasil tangkapan nelayan. Luas tambak mencapai
135,89 Ha dengan hasil produksi tambak udang
124 ton/tahun dan tambak ikan 108,5 ton/tahun.
Perikanan darat lainnya, seperti budidaya ikan air
tawar (kolam), juga menunjukkan kapasitas
yang cukup besar, yaitu 2,7 ton/tahun. Jenis ikan air tawar yang
dikembangkan antara lain karper, nila dan Iain-Iain. Disamping itu, Kabupaten
Bantaeng yang berbatasan langsung dengan Laut Flores mempunyai potensi
Perikanan laut yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari hasil tangkapan
nelayan yang mencapai 3.661 ton per tahun. jenis hasil tangkapan nelayan
antara lain layang, cakalang, tenggiri, tuna, tongkol, kembung, kerapu dan
Iain-lain. Dari kondisi tersebut, masyarakat pada tahun 2002 mencoba
mengembangkan rumput laut dengan system tali bentang, dan hingga
pertengahan tahun 2003 produksi rumput laut yang dikembangkan di
sepanjang pantai telah mampu memasok kebutuhan bahan baku industri
pengolahan rumput laut yang ada di daerah tetangga.
Perindustrian
Jenis kegiatan usaha sektor industri di Kabupaten Bantaeng terbagi atas dua
kategori, yaitu industri menengah seperti pembuatan air minum dalam
kemasan (air mineral), dan industri kecil, antara lain: pembuatan kasur dan
bantal, pembuatan batu bata, pembuatan kripik pisang, pembuatan jagung
marning, industri pakaian jadi. industri meubel kayu dan sebagainya. Pada
tahun 2002 nilai produksi sektor industri mencapai Rp. 18.942.494.000, yang
diserap dari berbagai sektor usaha. Umumnya bahan baku untuk kegiatan
industri diperoleh dari wilayah Kabupaten Bantaeng sendiri, sehingga
perkembangan nilai produksi itu sendiri cukup mengalami peningkatan rata
sebesar 15,51 % setiap tahun, dari tahun 1998 sebesar Rp. 9.685.965.000.
Untuk menunjang kegiatan perindustrian di wilayah Kabupaten Bantaeng,
telah dibangun beberapa unit gudang yang dapat disewa, jaringan jalan,
saluran dan sarana utilitasnya.
Perdagangan dan Jasa
Selain pasar, jasa perbankan dan perhotelan juga turut menunjang kegiatan
perdagangan di Kabupaten Bantaeng yang terdiri atas bank pemerintah yaitu
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank
Pembangunan Daerah (BPD) serta Bank Tabungan Pensiunan Nasional
(BTPN). Kegiatan perdagangan di Kabupaten Bantaeng tidak hanya
menangani suatu komoditas tertentu tetapi termasuk pula jasa angkutan dan
komunikasi. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai
peningkatan maksimal, seperti penyuluhan dan senantiasa memberi
kemudahan pemberian pelayanan dalam proses perizinan usaha sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Aktifitas perdagangan dan jasa ini meliputi: Perdagangan barang-barang
produksi, yang terdiri atas; 1) Barang-barang produksi hasil pertanian, 2)
Barang-barang produksi hasil industri, 3) Barang-barang produksi hasil
penggalian, 3) Hotel, 4) Restauran/rumah makan, 5) Perdagangan antar
daerah, 6) Usaha jasa transportasi dan komunikasi. Khusus untuk sektor
perdagangan, beberapa fasilitas telah tersedia, yaitu: pasar (12 buah), pusat
pertokoan (2 kompleks), gudang hasil bumi (3 buah), dan usaha perdagangan
(1.240 buah).
Koperasi dan PUKM
Dunia perkoperasian di Kabupaten Bantaeng cenderung mengalami
peningkatan yang dipacu dengan terbentuknya beberapa macam seperti
Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Unit Desa (KUD) dan Koperasi
Pegawai Rl di berbagai instansi. Hal ini menunjukkan adanya minat dan
gairah masyarakat untuk bergerak di sektor koperasi. Tetapi dari data
dimaksud menunjukkan masih adanya kendala pengembangan koperasi
yakni masih terbatasnya sumber daya pengelola koperasi, yang berakibat
tidak mempunyai koperasi memiliki daya saing dalam merebut peluang dan
pasar yang tersedia. Untuk tahun 2002 jumlah koperasi yang ada di
Kabupaten Bantaeng sebanyak 116 buah dan pada tahun 2003 meningkat
menjadi 129 buah atau 16,77%.Total modal baik koperasi KUD maupun non
KUD pada tahun 2003 mencapai sebesar Rp. 14.751.675.005, terdiri atas
modal sendiri dan modal dari luar. Untuk pengusaha kecil dan menengah
(UKM), hingga tahun 2003 telah berjumlah 1.240 buah dan dari keseluruhan
jumlah tersebut, sudah terdapat 122 buah yang menjadi binaan Dinas
Koperasi PUKM dan Penanaman Modal Kabupaten Bantaeng.
Pariwisata
Pengembangan paket wisata di Sulawesi Selatan
selama ini masih menempatkan Tana Toraja

 
sebagai "Leader" dengan rotasi ke pantai Bira
Bulukumba. Namun patut dicatat bahwa terdapat
potensi peningkatan arus wisatawan asing dari
negara Asia Pasifik yang cenderung memilih
wisata alam laut, agro-wisata dan budaya selain
kepurbakalaan.
Secara umum, perjalanan
wisata di Sulawesi Selatan
nampaknya mengikuti 4
jalur wisata, yaitu: Makassar
- Tana Toraja - Wajo - Bone
- Pantai Bira - Makassar,
Makassar - Pantai Bira -
Bone - Wajo - Tana Toraja -
Makassar, Makassar -
Pantai Bira - Makassar, dan
Makassar - Tana Toraja -
Makassar. Dengan
mengamati jalur perjalanan
wisata tersebut, maka
pengembangan
kepariwisataan di Bantaeng
harus tetap diintegrasikan
dengan pengembangan
pariwisata Bulukumba, di
mana kedua daerah ini
saling berdekatan dengan
tingkat aksessibitas yang
relatif cukup tinggi. Dari
keempat jalur perjalanan
wisata tersebut, Kabupaten
Bantaeng sesungguhnya
dapat memanfaatkan 3 jalur
yang disebutkan pertama,
dengan memotong jalur
tersebut, baik untuk transit
maupun untuk
memperpanjang length of
say, yang tentunya
memberikan implikasi
terhadap perencanaan
paket - paket wisata yang
akan dikembangkan. Untuk
kepentingan transit,
program wisata yang ada
saat ini sudah cukup
memadai, namun untuk
kepentingan length of say,
nampaknya memerlukan
perencanaan wisata dari
pemerintah daerah yang
lebih rinci, khususnya untuk
pro-gram agro-wisata yang
terkait dengan pelayanan
pertemuan dan semi-nar,
baik lokal, nasional maupun
international. Sementara
untuk menambah daya tarik
wisatawan mancanegara
maupun domestik, baik
untuk menginap maupun
yang singgah istirahat,
maka Dewan Kesenian
Bantaeng (DKB) akan
menyiapkan sarana atraksi
seni budaya, galery, pasar
kerajinan dan tempat-
tempat istirahat /kedai
tradisional di pantai
Lamalaka (Lembang).
Berdasarkan pertimbangan
itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Bantaeng juga
telah menetapkan sektor
pariwisata sebagai salah
satu sektor unggulan dalam
memacu pembangunan
daerah. Hal ini
dimungkinkan karena
potensi pariwisata (obyek
dan daya tarik wisata) di
daerah ini cukup besar.
Secara garis besar, potensi
pariwisata di daerah ini
dapat dikelompokkan
menjadi 4 obyek wisata,
yaitu:

1. Wisata Alam yang


terdiri dari: Air Terjun
Bissappu, Pemandian
Alam Eremerasa, dan
Hutan Wisata Gunung
Loka & Resort Outbond,
2. Wisata Bahari yang
meliputi: Pantai Pasir
Putih Korong Batu, dan
Pantai Seruni,
3. Wisata Budaya yang
meliputi: Balla Lompoa
Bantaeng, Masjid Tua
Tompong, dan Gua Batu
Ejaya,
4. Wisata Agro yang
terdiri dari: Perkebunan
Kopi, serta Perkebunan
Hortikultura

Sunday, August 20th, 2006

Awalnya aku agak pesimis memikirkan ujung perjalanan yang telah kutempuh sedemikian jauh
ini membawaku ke hal-hal yang biasa saja. Aku takut kecewa. Dugaanku salah. Pantai ini
cukup indah. Dengan pasir yang sangat lembut. Ketika aku mencoba meraupnya, pasir yang
masih basah itu seolah meleleh diantara jemari tanganku. Sore itu, langit cerah, tak tertutup
awan sedikitpun. Laut sedang surut. Kami berjalan menyusuri sisi pantai sambil sesekali
menjumpai binatang laut yang unik. Pemandangan langit segera memerah menjelang pukul 6
sore. Matahari tenggelam diantara pohon-pohon di tanjung. Sesaat kerlap kerlip bintang
menghiasi langit malam. Libra membentuk segi empat, bak layang-layang di langit tanpa
benang. Deburan ombak dan sunyinya malam menjadi hidangan khas Pantai Bira.
Posted in | Traveling 10 Comments »

Perjalanan Menuju Tanjung Bira

Sunday, August 20th, 2006


Hari ini, minggu pagi-pagi sekali kami check out. Agenda kami sebelumnya adalah Pulau
Selayar. Setelah mengumpulkan cukup informasi tentang Pulau ini, kami mengurungkan niat
kami. Mayoritas tujuan wisata di Pulai ini adalah diving. Waktu yang kami miliki cukup
terbatas. Akhirnya pergilah kami ke Tanjung Bira. Sekitar 41 km arah timur Bulukumba.

Kami berangkat dari terminal Malengkeri. Di Makassar, ada dua terminal bus antar kota. Untuk
tujuan kota-kota di sebelah utara, kami menggunakan Terminal Daya, sedangkan untuk tujuan
kota-kota di Timur Makassar seperti Bantaeng dan Bulu Kumba, kami harus menggunakan
Terminal Malengkeri. Rata-rata Bus ke arah timur berangkat pada pagi hari. Menuju ke Bira
kami harus mengambil bus jurusan Selayar. Karena kalau mengambil bus tujuan Bulu Kumba
kami masih harus melanjutkan perjalanan lagi dengan menggunakan angkutan lain.

So … dari hotel kami di sekitar Losari, kami naik angkot ke arah Malengkeri. Better ask
tentunya, karena angkot disini kadang tidak sampai ke terminal. Sampai di Malengkeri, kami
naik bus AC Aneka Transport. Satu-satunya Bus ber AC tujuan Selayar. Harga tiket Rp 50 ribu
perorang. Harga tiket ini seharusnya tiket dari Makassar ke Selayar. Di dalam Bus di kaca
depan, kulihat ada no telepon yang bisa dihubungi. Dari Makassar 0411 5048232, dan dari
Selayar 041422489 atau nomor HP 081355646448. Bus berangkat tepat pukul 09.00, saat bus-
bus non ac lainnya sudah terlebih dahulu berangkat.

Baru beberapa menit berjalan, kami sudah memasuki Kab Gowa. Rute bus ini adalah
Malengkeri (Makassar) – Takalar – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba – Bira dan berakhir di
Selayar. Selepas Takalar bus berhenti sejenak. Seisi bus menikmati jagung rebus dengan sambal
pedas, kecuali aku. Memasuki Kecamatan Bangkala – Jeneponto, suasana mengering. Tampak
dikejauhan, laut membiru. Ladang-ladang garam dipenuhi tumpukan memutih. Sedangkan di
sepanjang pantai Bantaeng – Bulukumba, banyak kulihat rumput laut dikeringkan. Ditepi pantai
nampak seperti plastik putih yang berkilauan ditempa sinar matahari. Tempat Petani bertanam
rumput laut. Disampingnya, nelayan menjaring ikan. Air laut menenggelamkannya separoh
badan. Garam, ikan, rumput laut … alam menyediakan segalanya.
Sampai di Bulukumba, slogan “Bulukumba Berlayar” memenuhi kota. Dari umbul-umbul
hingga plang-plang di pinggir jalan. Perjalanan dari Makassar ke Bira memakan waktu kurang
lebih 5 jam. Bus berjalan sangat lambat.
Sesaat kulihat orang-orang bekerja di atas kapal besar yang belum rampung dibuat. Aku
mengasumsikan bahwa kami telah sampai di Tana Beru. Sepanjang jalan tadi ada 3 kapal besar
yang masih dalam proses pengerjaan.
Setengah jam kemudian sampailah kami di pintu masuk pelabuhan Bira. Kami harus turun,
karena bus akan segera masuk ke dalam feri menuju Pulau Selayar. Perjalanan kami dengan
Bus Aneka Transport cukup sampai di sini. Pantai Bira masih harus kami tempuh dengan
berjalan kaki kira-kira 1 km lagi.

Posted in | Traveling No Comments »

Maros : Gua Mimpi + Air Terjun Bantimurung

Saturday, August 19th, 2006

Pagi ini jam 08.00 kami sudah siap didepan hotel. Dengan berbekal kertas kecil berisikan arah
angkot yang harus kami lalui dan sebuah peta, kamipun berangkat. Dari daerah Pantai Losari
kami berangkat naik pete-pete Cendrawasih ke Sentral dan turun di MTC. Dengan ongkos
perorang 2500 perorang perjalanan kami lanjutkan dengan angkot trayek Central – Sudiang
menuju Terminal Sudiang. Perjalanan dari Central ke Sudiang cukup memakan waktu. Masing-
masing kami harus membayar Rp 4.000. Di Sudiang, angkot menuju Bantimurung telah tersedia.
Kami harus membayar Rp10.000 tapi kupikir Pak Sopir hanya memanfaatkan kami saja,
mengingat kami semua disini adalah pendatang (harga sebenarnya adalah Rp. 8.000).

Tepat di Bantimurung, kami langsung ke Gua Mimpi yang berhadap-hadapan dengan Gua
Istana. Karena panjang Gua Mimpi hanya 1,2 km. Kamipun memutuskan untuk mengeksplore
gua ini. Di mulut gua kami disuguhi pemandangan batu alam yang menyerupai gajah. Memasuki
mulut gua, pemandangan stalagtit dan stalagmit mulai memukau mata kami. Berbagai macam
bentuk telah dihasilkan dari rembesan air di dinding-dinding kapur di dalam gua. Stalagmit
yang masih muda terlihat seperti mentega yang mengeras, tetesan air dari atap gua
membentuknya begitu indah. Ada pula stalagmit yang berkilauan bak permata tatkala ditempa
sinar lampu senter yang samar-samar. Beberapa Stalagtit yang bergelantungan bahkan
mengeluarkan nada-nada tertentu kalau dipukul. Ya, mirip gendang. Perjalanan menuruni gua
sama susahnya dengan perjalanan menuju ke gua yang letaknya diatas bukit-bukit kapur ini.
Beberapa turunan cukup licin karena rontokan batu-batu kecil di dasar tanah.

Untuk menuju ke Air Terjun Bantimurung, kami harus melewati ruas-ruas jalan kampung. Tidak
terlalu jauh memang. Sesampai di air terjun, aku hanya menikmati sekelilingku yang banyak
sekali dipenuhi anak-anak kecil. Sesuai rencana, aku tidak hendak mandi di sini. Tapi konon
kurang afdol kalau belum merasakan dinginnya air di Bantimurung. Ternyata … kesegarannya
yang menyentuh jari jemari kakiku, membuatku terbangun. Beberapa menit menikmati
pemandangan air terjun, kamipun segera pulang. Perlanan pulang selalu terasa lebih cepat.

Posted in | Traveling No Comments »

Pulau Khayangan

Friday, August 18th, 2006


Pukul lima sore kami ke Pulau Khayangan. Ketika bercakap-cakap dengan seorang polisi yang
berasal dari Timor-timur, aku memperoleh gambaran bahwa Pulau Khayangan tak lagi seperti
khayangan (sorga). Namun demi sebuah foto sunset, kamipun pergi juga.
Tiket masuk ke pulau ini pada saat hari libur adalah Rp. 30.000 perorang, hari biasa mereka
hanya mengenakan Rp 15.000 perorang. Harga ini sudah termasuk tiket pulang pergi dengan
menggunakan motor boat yang hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit. Pulau ini cukup
kecil dan bisa kukelilingi hanya dengan beberapa menit saja. Pulau yang sudah dikembangkan
sebagai tempat tujuan wisata ini dilengkapi dengan penginapan dan cafe kecil. Harganya cukup
mahal kupikir, dengan fasilitas hiburan terbatas, paling murah mereka mematok harga
perkamar 250 ribu. Pulau ini sepertinya kurang terawat, kulihat banyak sampah bahkan
pecahan gelas dibiarkan menghiasi bibir pantai. Namun pemandangan sunset yg indah seolah
mengubur semua kesan buruk tentang pulau ini.

Kami cukup beruntung, tak ada awan yang menutupi birunya langit yang direfleksikan air laut
yang seolah olah tenang menanti saat-saat fajar tertelan perut bumi. Pukul 18.15 matahari
benar-benar lenyap.Tapi semburat merah dibatas cakrawala masih cukup jelas, lalu menguning,
menghijau dan membiru bercampur dengan langit. Satu titik planet terlihat jelas. Tepat pukul
18.30 kami kembali ke Makassar dengan perahu boat yang sama. Penumpang kali ini memenuhi
sisi-sisi perahu yang kebanyakan adalah anak-anak kecil beserta orang tua mereka. Gelap
segera meraja dan bintangpun mulai memainkan mata.
Pukul 18.30 kamipun kembali ke kota Makassar.

Posted in | Traveling No Comments »

Makassar at a glance

Friday, August 18th, 2006


Agenda hari ini akan dipenuhi dengan 3 tujuan wisata di Kota Makassar, Clara Bunt Orchid
and Sea Shell Museum, Fort Rotterdam dan Pantai Kayangan. Apa ya yang bisa kuceritakan?
Clara Bunt Orchid … kurang menarik karena tidak dikelola secara professional, saat itu
anggreknya pun belum berbunga, namun penjaganya sangat ramah. Hey banyak anjing di sana .
Lalu Fort Rotterdam, cukup menarik. Ada dua museum disana. Ada koleksi uang kunonya juga.
Mungkin seorang rekan wartawan yang juga kolektor uang kuno bisa menggambarkan lebih
banyak ketimbang aku.

Posted in | Traveling No Comments »

Must-see tourist destination

Thursday, August 17th, 2006


Hari ini 17 Agustus 2006. Perjalanan dibuka dengan tontonan drumband di kota Rantepao.
Tindak terlalu banyak tim. Konon karnaval baru dimulai besok. Sayang ini adalah hari terakhir
kami di tempat ini.

Agenda perjalanan kami hari ini adalah mengunjungi tempat-tempat wisata pada umumnya.
Dimulai dari Londa ’The Cave Grave” kuburan dari jaman purbakala yang menggunakan gua
alam di bukit-bukit kapur sebagai tempat peristirahatan akhir. Karena berada dibukit kapur,
didalam gua terlihat banyak stalagtit bergelantungan di atap gua.
Tujuan berikutnya adalah Lemo “The Hanging Grave”, kuburan yang dipahat dibukit-bukit
batu. Konon hanya orang kaya yang mampu menguburkan keluarga mereka di sini, mengingat
biaya memahat tebing-tebing batu yang cukup mahal dan memakan waktu cukup lama. Setelah
itu, kami mengarah ke “Baby Grave” kuburan bayi yang diletakkan di dalam pohon di daerah
Sangala. Mereka percaya bahwa pohon akan memberikan kehidupan bagi tubuh bayi-bayi ini
sampai mereka cukup sempurna untuk melakukan reinkarnasi. Tak jauh dari Sangala, ada Kete
Kesu, kampung Toraja lengkap dengan Tongkonan dan hanging grave serta patane (kuburan
berbentuk bangunan kecil) dibagian belakang kampung. Tujuan terakhir kami adalah Bori
“Circle of Megaliths’ dengan menhir-menhirnya yang konon bukan Obelix yang membawanya
kesini.
Perjalanan hari ini kami sudahi pukul lima sore. Malamnya kami harus berangkat ke Makassar.
Perjalanan hari ini seharusnya cukup indah. Tapi kami telah melihat sesuatu yang lebih
spektakuler selama tiga hari ini.

Bus Litha menjemput kami pukul sembilan malam diantara kerumunan anak-anak muda yang
nge-jamz, ikut meramaikan perayaan 17 Agustus. Ah Tator nan melong (cantik) … Lasule mokan
(selamat tinggal) …

Posted in | Traveling No Comments »

Pasar Ma’dong

Wednesday, August 16th, 2006


Kami singgah sesaat di Pasar Ma’dong. Suasana pasar cukup ramai untuk sekelas pasar di
kampung kecil. Aku tidak terlalu kecewa ketika hari Selasa aku tidak bisa pergi ke Pasar Bolu
karena hari itu agenda kami adalah rafting. Konon Pasar Bolu terkenal dengan pasar
kerbaunya.
Pasar Ma’dong, sebagaimana pasar di kampung-kampung pedalaman Jawa, hanya ada sekali
dalam seminggu. Aku tertarik dengan outlet kecil ditengah-tengah pasar. Ya penjual kopi
robusta. Tidak ada kopi arabica dijual disini. Konon arabica terlalu strong rasanya, membuat
penduduk kurang suka. Kopi Arabika lebih bernilai untuk dijual ketimbang dikonsumsi sendiri.
Satu liter kopi Robusta dijual dengan harga 10.000. Aku teringat dengan tulisan seorang teman
tentang kopi kampung yang dia banggakan. But … this is the real kopi kampung, Kampung
Toraja. Aku memesan satu liter yang sudah digiling, beberapa teman memesan biji kopi. Mesin
pembuat kopi mereka sudah cukup canggih.
Pukul Jam 6 pagi, pasar sudah dipadati penduduk dari kampung sekitar. Penduduk Kampung
Limbongpun turut serta, aku melihat beberapa orang dari Kampung Limbong. Ibu Limbong juga
di sana. Hingga pukul 10.00 saat aku masih menulis script ini suasana hiruk pikuk masih
mewarnai. Sesekali mesin kopi giling berderu menyahuti riuhnya penduduk kampung yang
sedang bertransaksi.
Ditoko-toko kelontong kulihat mie instant berjejer berbagai merk, minyak goreng, shampoo…
mmm kopi Torabika dan Nescaffe sachet tak mau ketinggalan, bersaing dengan ’kopi kampung’.
Sayup-sayup kudengar bahasa daerah lain disela-sela Bahasa Toraja yang sudah 3 hari ini lekat
ditelingaku. Hey … Bahasa Jawa. Memang, orang Jawa menjajah dimana-mana J
Pukul 11.00 kulihat orang-orang mulai mengepak barang dagangan mereka. Kelapa, gula,
garam, semua masuk kardus, siap dijual untuk esok hari di kampung lain. Kami masih duduk-
duduk di atas ricebarn, menunggu angkutan siap menuruni bukit. Tepat pukul 11.15 angkutan
kami berangkat. Usai sudah pemandangan Pasar Ma’dong.

Posted in | Traveling No Comments »

Perjalanan Hari Kedua

Wednesday, August 16th, 2006


Pagi-pagi sekali kami sudah bangun. Suara anak-anak yang hendak ke sekolah sedikit mengusik.
Aku mengintipnya dari balik jendela kamar. Anak-anak berseragam merah putih nampak ceria
ditingkahi sinar matahari yang menyembul dari antara dahan-dahan pohon.
Perjalanan kami hari ini dimulai pukul 09.00 WIB. Awalnya Bu Limbong menawarkan
perjalanan bersama ke Pasar Ma’dong. Karena kami pikir kami akan mengambil jalan
memutar, Ibu Limbong memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu.

Posted in | Traveling No Comments »

Kampung Limbong

Tuesday, August 15th, 2006


Kami bermalam di Kampung Limbong. Dan kebetulan sekali aku tidur di rumah Ibu Limbong, salah
satu sesepuh di kampung ini. Tongkonan di kampung ini berjumlah kurang lebih 11 buah, yang
dapat berarti juga jumlah keluarga di kampung yang tampak hidup ini. Banyak anak-anak kecil pun
muda dan tua, mereka satu keluarga besar. Ketika kami sampai, mereka segera mengerubungi
kami, bergerombol, seolah-olah kami ini tontonan.

Ibu Limbong tinggal bersama cucunya. Anak-anaknya pergi merantau, mengadu nasib di daerah
lain. Anak pertamanya di Papua, yang kedua di Kalimantan dan satu lagi di Rantepao. Suami Bu
Limbong sudah meninggal lima tahun lalu. Buru-buru aku tanyakan apakah ada mayat disimpan di
dalam rumah. Esmee seorang rekan trekking mengatakan,” I just feel strange if I sleep in the house
where the death body is kept” kalau aku… entahlah … tak terbayangkan.

Sore itu suguhan kopi panas sudah siap di meja. Toraja adalah sorganya kopi, sorgaku juga yg
penikmat kopi tubruk. Kokokan ayam segera terdengar disela-sela keheningan kami yang sedang
menikmati aroma dan rasa kopi robusta. Salah satu dari kami nyeletuk, “Wah, makan malam kita
tuh”. Setelah meneguk dua gelas kopi, aku menyelinap ke dapur yang letaknya terpisah dari
tongkonan, rumah induknya. Dapur dan ruang makan jadi satu disana. Meskipun ada kompor
minyak tanah, Ibu Limbong lebih suka menggunakan tungku kayu. Selain murah, kayu lebih mudah
didapatkan. Cucu-cucu Bu Limbong biasanya mencarikan kayu bakar untuknya dengan upah
beberapa batang rokok. Sesaat aku menengok ke panci besar atas tungku, mmm ayam yang
kudengar tadi rupanya sudah menjadi gulai.

Di luar dapur kudengar bunyi kletak-kletok, seperti palu dipukul. Orang-orang sedang menumbuk
padi rupanya. Tempat tumbukan pertama mereka gunakan untuk memisahkan padi dari batangnya,
tempat tumbukan berikutnya dipakai untuk melepaskan beras dari cangkangnya. Beberapa saat
kemudian, beras sudah siap untuk dimasak.

Hari mulai gelap, dan dinginnya udara gunung mulai terasa. Aku memilih cepat-cepat mandi,
menyadari bahwa temperatur akan cepat sekali drop kala malam menjelang. Sebuah kamar mandi
sederhana dilengkapi dengan kakus dan bak yang dipenuhi dari air gunung yang mengalir melalui
bambu dan slang plastik memberiku suasana lain. Airnya cukup menyengat, dingin merasup tulang.

Makan malam siap pukul tujuh malam. Kami keluar dari tongkonan menuju ruang makan. Hidangan
telah tertata di atas meja. Dua buah bangku kayu panjang menyertai sisi kanan dan kiri meja. Nasi
panas, gulai ayam, mie rebus dan sambal yang .. wow pedas sekali… sudah siap disantap.

Usai makan malam, kami bercakap-cakap di teras depan di bawah tongkonan. Lampu petromaks
menemani kami. Anak-anak dan pemuda kampung masih mengerumuni kami. Aku menanyai
dimana mereka bersekolah. Mereka yang masih SD, tak perlu berjalan jauh. Sekolah mereka hanya
berjarak dua kampung sesudah Kampung Limbong. Sedangkan yang SMP harus berjalan menuruni
dan menaiki bukit sejauh 2 kilo meter. Tak heran kalau mereka berangkat ke sekolah pagi sekali.
Namun yang SMA dan STM harus ke Rantepao. Mereka biasanya kost atau tinggal di rumah saudara.
Percakapan mulai hangat dan merekapun mulai bercerita tentang lingkungan kampungnya. Konon
ada satu orang ibu yang berasal dari Solo, dia menikah dengan orang Kampung Limbong. Salah
seorang dari pemuda itu menawariku untuk bertandang ke rumah si ibu ini, tapi karena sudah
malam aku menolaknya. Merekapun mulai menggosip tentang tetangga persis disebelah timur
Tongkonan Bu Limbong. Ceritanya seru … tapi off the record lah!

Kelam malam mulai merambah desa, satu persatu manusia mulai lelap tersihir dalam tidurnya.
Bintang dan bulan menemani ketenangan Kampung Limbong. Akupun terlelap dalam buaian
malam.

Posted in | Traveling 1 Comment »

Menyusuri Kampung Toraja

Tuesday, August 15th, 2006

Agenda perjalanan
kami selama dua hari
kedepan adalah
trekking. Menyusuri
perbukitan dan
kampung-kampung
pedalaman Toraja
adalah salah satu
impianku. Perjalanan
kami mulai pukul
09.30 waktu
Rantepao, setelah
semua perbekalan
dan logistik siap
dibawa. Point awal
trekking adalah
Kampung Ke’pe’ ,
sebuah kampung di
atas perbukitan
Toraja. Perjalanan
dari Rantepao ke
kampung ini kami
tempuh dengan
menggunakan Pete-
pete (baca:angkutan
pedesaan). Ke’pe’
adalah tujuan akhir
angkutan ini. Jalan
menuju Ke’pe’,
meskipun beraspal
namun cukup
sempit. Kebun kopi
dan coklat menghiasi
pemandangan kanan
kiri kami. Lembah
yang hijau dan
gunung batu yang
kokoh.
Sekitar pukul 11.15
kami sampai di point
awal kami, Kampung
Ke’pe’. Perjalanan
awal sedikit
menurun, ada
sebuah SD disana.
Anak-anak sedang
berlatih baris
berbaris. Tipikal
anak sekolah di
Indonesia menjelang
17 Agustus. Di
halaman sekolah
kulihat menhir-
menhir yang
berukuran kecil. Aku
masih penasaran
kenapa menhir-
menhir itu
diletakkan di sana.
Kami terus berjalan
melewati pematang
sawah. Aku harus
konsentrasi kalau
tidak ingin
terperosok ke sawah,
sambil sesekali
berhenti dan
menikmati suasana
sekitar. Kudengar
diujung sana orang
berteriak, seperti
siulan. Dan tiba-tiba
Mas Agus berteriak
juga. Rupanya
teriakan itu ciri khas
orang sini. Teriakan
ini menandakan
bahwa mereka orang
Toraja, jadi
dimanapun mereka
berada mereka dapat
saling mengenali
lewat teriakan itu.
Kampung pertama
yang kami singgahi
adalah Kampung
Poya. Anak-anak
SMP yang pemalu
kami jumpai di pintu
masuk kampung
yang cukup
menanjak. Tenaga
terkuras. Memasuki
kampung, salakan
anjing yang
menyambut kami.
Kampung ini cukup
sepi.
Mengingatkanku
pada kampung-
kampung Badui.
Tongkonan-
tongkonan kosong
karena penghuninya
sedang pergi ke
sawah. Kami
beristirahat di bawah
ricebarn didepan
sebuah Tongkonan.
Konon kalau ada
pesta hanya orang-
orang penting saja
yang bisa duduk
disini. Tiba-tiba aku
merasa VIP banget
. Semua
Tongkonan
menghadap ke utara
dan ricebarn berada
didepannya.
Pejalanan kami
teruskan hingga
disuatu kampung
kecil. Hey ada nenek
tua yang sedang
membuat tikar.
Melihat kerutan
diwajahnya, dia
mungkin berumur
diatas 90-an. Sesekali
aku berteriak ’Tabe’
(baca:permisi) kalau
aku berpapasan
dengan penduduk
Toraja.
Selepas kampung ini,
kami harus menaiki
tebing batu yang
cukup tinggi. Aku
bersyukur tasku
tidak terlalu berat,
namun dengan
kamera SLR yang
tergantung dileher,
perjalananku
menjadi lumayan
berat. Aku cukup
berhati-hati dengan
asset berhargaku ini.
Dari puncak bukit
kulihat lembah-
lembah curam, dan
hutan yang hijau
pekat mendominasi
pemandangan
sekelilingku. Konon
Mas Agus yang
menjadi penunjuk
jalan pernah tersesat
di hutan ketika ingin
mencapai satu
kampung. Ah semoga
kami tidak tersesat.
Beberapa anggrek
hutan kami temui
diantara ranting-
ranting pohon. Andai
Papaku ada disitu,
pasti sudah kutulis
nama angrek itu
disini. Mas Agus
menyodoriku akar
rumput, baunya …
mmm … seperti
minyak tawon. Lalu
dia menyodori akar
tanaman perdu lain
yang baunya seperti
bau balsam gosok.
Kami terus berjalan
sampai kami temui
sebuah batu besar.
Kami berhenti
sejenak, diantara
kami ada pecinta
panjat tebing, sesaat
dia
mendemonstrasikan
cara memanjat
tebing. Aku tidak
berminat
mencobanya.
Bambu-bambu yang
disambung dengan
slang karet menjadi
pemandangan kami
memasuki suatu
desa, aku lupa
namanya. Rupanya
ini cara mereka
memperoleh air
bersih. Tak tampak
olehku proyek
pemerintah yang
berbantuan luar
negeri disini. Nyaris
tak tersentuh.
Sepertinya orang-
orang disini sedang
membuat akses
untuk jalan mobil.
Bukit-bukit
diterjang, pohon
ditebang dan
batupun dipapras.
Hatiku miris.
Menjelang pukul
14.00 kami istirahat
untuk makan siang.
Tampak didepanku
Kampung Bamba.
Kulihat anak-anak
kecil yang salah
satunya bernama
Lisa mendekati kami.
Hanya kue-kue kecil
yang bisa kami
bagikan. Merekapun
mengiring kami
memasuki
kampungnya dan
mengantar kami
dengan lambaian
tangan. Anak-anak
yang manis.
Pejalanan setelah itu
tidak terlalu berat,
dan cenderung
menurun, petak-
petak sawah nampak
indah diselingi
kurugan, kolam kecil
ditengah-tengah
sawah. Sebuah
lubang dengan
kedalaman 1.5 meter
berada diantara
rumpun padi dan
orang disini
menggunakannya
sebagai tempat
memelihara ikan,
’ikan gunung’ kata
Mas Agus.
“Sebentar lagi kita
sampai” kata Mas
Agus, memberi kami
semangat. Waktu
sudah menunjukkan
pukul empat sore.
Ketika memasuki
suatu kampung, aku
bertanya, “Kita
bermalam di
kampung ini ya
Mas?” Ah rupanya
kami masih harus
melalui satu
kampung lagi,
sebelum memasuki
kampung tempat
kami bermalam.
Meninggalkan
kampung itu, kami
melihat banyak
orang sedang
mengerjakan
sawahnya. Obyek
menarik untuk
difoto. Mas Agus
segera menunjuk ke
arah Kampung
Limbong dimana
kami akan
bermalam. Semangat
kembali membara.
Memasuki kampung
Limbong hari telah
sore. Kakipun ingin
segera beristirahat.
GUOBLOGNYA D
PRACTICE MAKE PERFECT
Monday, April 9, 2007
Road Trip : Bantaeng

Anda mungkin juga menyukai