Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Oleh :

Riska Dwiyanti (220108502022)


Nurzahra Adelia Putri (220108502027)
Wyldhana Jufri (220108502021)

KELOMPOK 1
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM

[2022]
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Sejarah
dan kedudukan bahasa Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada
kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.Kami
mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha
Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Makassar,2 September 2022

KELOMPOK I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................. 3


2.1 Sejarah Bahasa Indonesia .................................................... 3
2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia .............................................. 6

BAB III SIMPULAN DAN SARAN .............................................. 12


3.1 Simpulan ............................................................................ 12
3.2 Saran .................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup


sendiri sehingga memerlukan adanya suatu interaksi. Salah satu alat untuk
berinteraksi dan berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa digunakan untuk
mempermudah manusia dalam menyampaikan pikiran, gagasan, ataupun
perasaan. Bahasa lahir berbeda-beda sesuai dengan daerahnya sehingga
muncul bahasa yang beraneka ragam.
Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 300 bahasa
daerah. Hal ini dikarenakan kondisi geogra s Indonesia yang memiliki banyak
pulau, sehingga terdiri atas banyak suku dan adat istiadat. Walaupun memiliki
banyak bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa persatuan, yakni bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia lahir sebagai identitas bangsa Indonesia.
Namun, pada era Globalisasi ini menyebabkan masuknya bahasa asing
dan bahasa pergaulan yang digunakan masyarakat Indonesia saat ini. Tentu
hal ini menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa pergaulan sebagai alat
komunikasi sehari-hari. Dengan demikian lambat laun, penggunaan bahasa
baku menjadi berkurang.
Untuk itu, kita sebagai masyarakat Indonesia, wajib melestarikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam melestarikan bahasa
Indonesia, kita perlu mengetahui sejarah dan kedudukan bahasa Indonesia
itu sendiri.Oleh karena itu, dalam tulisan ini dijelaskan lebih rinci mengenai
sejarah terbentuknya bahasa Indonesia dan kedudukannya.

fi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut.


1. Bagaimanakah sejarah dari Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan dari Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui asal mula munculnya bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui keudukan dari bahasa Indonesia

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari tulisan ini adalah


memberikan kontribusi informasi kepada masyarakat mengenai sejarah
bahasa Indonesia dari asal-usul munculnya bahasa Indonesia hingga
kedudukannya. Dengan demikian masyarakat Indonesia dapat melestarikan
dan mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bagi
penulis sendiri, tulisan ini merupakan sarana yang baik untuk bertukar pikiran
antar anggota akademisi dalam membahas materi sejarah bahasa Indonesia.
1.4.1 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis tulisan ini, yakni seperti di bawah ini.
1. Menambah wawasan akan sejarah bahasa Indonesia.
2. Dapat mengetahui kedudukan bahasa Indonesia.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Selanjutnya, secara teoritis tulisan ini bermanfaat sebagai berikut.
1. Dapat memprediksi perkembangan bahasa Indonesia di masa depan.
2. Dapat mengetahui perkembangan kedudukan bahasa Indonesia
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia

Kira-kira 25 abad yang lampau terdapat sebuah kelompok bangsa


yang menempati daratan ditengah-tengah benua Asia, diperkirakan di sekitar
Taiwan. Mereka adalah penutur bahasa Austria. Setelah beberapa waktu,
sebagian dari mereka berpencar pindah menuju selatan sehingga tersebar
menjadi kelompok kelompok kecil. Masing-masing kelompok ini pun
mengalami perkembangan terutama dari segi kebudayaannya, termasuk
dalam berbahasa, meskipun kebudayaan asli masih tetap melekat dalam diri
mereka.
Menurut perkembangannya, bahasa Austria pun terpecah menjadi
dua kelompok, yakni rumpun bahasa Austro-Asia dan bahasa Austronesia
(Melayu Polenesia). Bahasa-bahasa yang termasuk rumpun Austro-Asia
adalah bahasa Munda, santali, Mon Khemer di India, bahasa Semang dan
Sakai di malaka. Rumpun bahasa Austronesia yang memiliki batas wilayah
barat yaitu pulau Madagaskar, sedangkan timur yaitu pulau Paas, utara yaitu
pulau Formosa, selatan yaitu pulau Selandia Baru. Bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu, sehingga dapat dikatakan bahasa Indonesia termasuk
dalam rumpun bahasa Austronesia/Melayu Polenesia.
Dalam Perkembangan perjalanan sejarah bangsa Indonesia,
diungkapkan bahwa bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang
sangat signi kan, baik dari segi jumlah pengguna bahasanya, maupun dari
segi sistem tata bahasa dan kosakata serta maknanya. Untuk itu Mahasiswa
perlu disadarkan akan kecintaan berbahasa Indonesia sehingga semakin
tumbuh rasa kebanggaan terhadap bahasa nasional. Mahasiswa diharapkan
dapat meningkatkan rasa kesadarannya akan kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara dan sebagai bahasa nasional, dan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa lingua franca yang berpotensi untuk
mempersatukan seluruh bangsa dan warga masyarakat Indonesia.

3
fi
Bahasa Indonesia yang di pakai sekarang ini berasal dari bahasa
Melayu, suatu bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. Sudah berabad-
abad, bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di antara penduduk
Indonesia yang mempunyai bahasa yang berbeda. Bangsa asing yang
datang ke Indonesia juga memakai bahasa Melayu untuk berkomunikasi
dengan penduduk setempat. Prasasti yang tertua yang ditulis dalam bahasa
Melayu dengan huruf palawa berasal dari abad ke-7.
Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 atau sebelumnya
membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab
mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Tradisi penulisan bahasa
Melayu dengan huruf Arab atau dikenal dengan tulisan Jawi,ini masih
berlangsung sampai abad ke-19. Kehidupan bahasa melayu sendiri ketika
dipakai sebagai lingua franca di Indonesia tidak terbebas dari adanya
pengaruh bahasa lain yaitu bahasa asing. Bahasa Arab merupakan salah
satu bahasa yang sangat banyak memberikan tambahan perbendaharaan
bahasa Melayu.
Bahasa yang banyak memberikan tambahan kosakata terhadap
bahasa Melayu yaitu bahasa Portugis. Bahkan bahasa Portugis pernah
menjadi lingua franca di daerah Melayu. Bahasa yang juga mempengaruhi
dan memperkaya perbendaharaan kata bahasa Melayu selain bahasa Arab
dan Portugis adalah bahasa Sansekerta, bahasa Tamil, dan bahasa Cina.
Jadi, bahasa Melayu yang di tetapkan menjadi dasar bahasa Indonesia juga
telah diperkaya dengan bahasa lain. Hal ini dapat terjadi karena bahasa
Melayu telah dipakai sebagai bahasa perdagangan oleh berbagai pedagang
dari berbagai negara tersebut.
Pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina yang hendak membeli
dan menjual kain arab, sutra cina, kipas tiongkok, dan sebagainya harus
melewati Bandar Malaka di Selat Malaka. Akhirnya, bahasa Melayu menjadi
bahasa perdagangan, bahasa ekonomi di nusantara. Dengan kata lain,
bahasa Melayu sudah menjadi milik orang di Nusantara, terutama bagi
orang-orang yang berada di kota-kota besar, kota-kota di sepanjang pantai
Nusantara, kota-kota yang terlibat dengan perdagangan tersebut. Proses
tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan bersifat alami.
4
Oleh sebab itu, pada saat bangsa kita memerlukan sebuah
bahasa sebagai bahasa persatuan yang dapat dijadikan sebagai alat
komunikasi secara nasional, penunjukan bahasa Melayu disetujui secara
aklamasi. Bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, atau bahasa
Batak yang jumlah pendukungnya jauh lebih besar daripada jumlah
pendukung bahasa Melayu, dengan rela dan senang hati menerima
keputusan tersebut. Bahasa Indonesia yang pasca awalnya berfungsi
sebagai bahasa penghubung (lingua frangca) dari waktu ke waktu
mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia
menjadi suatu bahasa persatuan yang pada akhirnya berkedudukan
sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.
Perubahan yang dialami oleh bahasa Indonesia tidak hanya
pada kedudukan dan fungsinya, tetapi juga terjadi pada perkembangan
kosakata dan istilah yang dialami oleh bahasa Indonesia dan
merupakan suatu proses perubahan yang amat pesat. Berdasarkan
berbagai petunjuk, pada zaman Sri Wijaya bahasa Melayu sudah
sangat berfungsi, fungsi tersebut sebagai berikut:
1. Bahasa Melayu bekerja sebagai bahasa resmi kerajaan
2. Bahasa Melayu bekerja sebagai bahasa kebudayaan,yaitu bahasa
buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa penghubung antarsuku
bangsa yang berada di bawah kekuasaan Sri Wijaya
4. Bahasa Melayu bekerja sebagai bahasa perdagangan di kerajaan
tersebut. (Amran Tasai, 2009: 2.3)
Ada beberapa kekuatan yang dimiliki oleh bahasa melayu, yang
tidak dimiliki oleh bahasa lain, kekuatan tersebut adalah:
1. Bahasa Melayu sudah merupakan Lingua Franca di Indonesia,
bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu lebih sederhana, mudah dipelajari, dalam
bahasa tersebut tidak ada tingkatan bahasanya atau perbedaan
bahasa kasar dan halus seperti bahasa Jawa dan Sunda.
5
3. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai
sebagai bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda tidak mau
menyebarkan pemakaian bahasa Belanda pada penduduk pribumi. Hanya
sekelompok orang kecil di Indonesia yang dapat berbahasa Belanda. Dengan
demikian, komunikasi diantara pemerintah dan penduduk Indonesia yang
berbeda bahasanya sebagian besar dilakukan dengan bahasa Melayu.
Selama masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat kabar yang ditulis
dengan bahasa Melayu.

2.2 Kedudukan Bahasa Indonesia


Pada 28 Oktober 1928 dalam kongres pemuda yang dihadiri oleh
aktivis dari berbagai daerah di Indonesia, dengan didorong oleh rasa
nasionalisme dan keikhlasan untuk bangsa dan negara,maka para pemuda
dengan menyerukan satu keinginan serta tekad bulat bahwa bahasa Melayu
diubah namanya menjadi bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam sumpah
pemuda sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional.
Pada 28 Oktober dicetuskanlah kedudukan bahasa Indonesia dalam
suatu ikrar pemuda yang disebut "Sumpah Pemuda". Isi sumpah pemuda
adalah:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa
Indonesia
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Butir ketiga dalam Sumpah Pemuda tersebut menjadi berubahnya
bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Dapat dikatakan bahwa secara kronologis bahasa Melayu
telah berkembang dari Lingua franca menjadi bahasa persatuan, dan menjadi
bahasa negara hingga sekarang.

6
Sebagai wujud perhatian yang besar terhadap bahasa Indonesia,
selanjutnya pada tahun 1938 diselenggarakan kongres bahasa Indonesia
pertama di Solo. Dalam masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang
memberlakukan pelarangan penggunaan bahasa Belanda. Pelarangan
penggunaan bahasa Belanda ini berdampak positif terhadap bahasa
Indonesia karena bahasa Indonesia dipakai dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk kehidupan politik dan pemerintahan yang sebelumnya lebih banyak
dilakukan dengan bahasa Belanda. Sehari sesudah proklamasi
kemerdekaan, pada 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945
yang di dalamnya terdapat pasal, yaitu pasal 36, yang menyatakan bahwa
"Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia".
Dengan demikian, di samping berkedudukan sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam semua urusan
yang berkaitan dengan pemerintahan dan negara. Setelah bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaannya, bahasa Indonesia mulai mengalami
perkembangan yang pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia
bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara juga semakin kuat.
Pemerintah orde lama dan orde baru menaruh perhatian yang
besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia diantaranya melaui
pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang
dinamakan Pusat Bahasa, sekarang menjadi Badan Bahasa dan
menyelenggarakan kongres bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa
Indonesia dari Ejaan van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang
Disempurnakan selalu mendapat tanggapan dari masyarakat. (Depdiknas,
2006: 12)
Peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan perkembangan
bahasa Indonesia. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu
oleh Ch. A. Van Ophuiysen dan dimuat dalam kitab logat Melayu Pada tahun
1908 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commisie voor de Volkslectuur
(Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui surat ketetapan gubermen tanggal 14
September 1908 yang bertugas:
7
mengumpulkan dan membukukan cerita rakyat atau dongeng yang tersebar
dikalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah
diubah dan disempurnakan, menerjemahkan atau menyadur hasil sastra
Eropa, menerima karangan pengarang muda yang isinya sesuai dengan
keadaan hidup di sekitarnya.
Tahun 1917, badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama
Commise voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), diubah menjadi Balai
Pustaka, badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya
dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa
Melayu di kalangan masyarakat luas.
Pada 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda
pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa
Indonesia.
Pada 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda
yang menamakan dirinya Pujangga baru yang dipimpin oleh Sutan takdir
Alisyahbana dan kawan-kawan. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang
digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang
dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang
pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
Pada 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah
Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia 1 di Solo, Jawa
Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka
pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr.
Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan
beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
1. Mengganti Ejaan Van Ophusyen
2. Mendirikan institut Bahasa Indonesia
3. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
Badan Perwakilan
8
Masa pendudukan Jepang (1942-1945) merupakan suatu
peristiwa penting. Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi resmi antara pemerintah Jepang dengan rakyat Indonesia.
Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga
lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Pada 18
Agustus 1945 ditanda tanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang
salah satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.
1. Bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara
pada 18 Agustus 1945 sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV
pasal 36, bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
2.19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan Ejaan
Republik atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal
dengan sebutan Ejaan Soewandi
3. Pada 1954 diselenggarakan kongres Bahasa Indonesia II di Medan.
Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk
terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
4. Pada 1972 Menteri Pendidikan dan kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah,
5. Pada 25-28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar
Politik Bahasa Indonesia
6. Pada 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III
7. Pada 21-26 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia IV di
Jakarta
8. Pada 27 Oktober-3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta
9. Pada 28 Oktober-2 November 1993 berlangsung kongres Bahasa
Indonesia VI di Jakarta
9
Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Diraja Malaysia untuk membuat satu ejaan
dengan mengingat antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang
digunakan sebagai bahasa resmi pemerintah Diraja Malaysia masih satu
rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha yang telah dilakukan antara lain
pemufakatan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia), namun, usaha ini akhirnya
kandas karena situasi politik antara Indonesia dan Malaysia yang sempat
memanas pada tahun 1963.
Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat
saingan berat dari bahasa Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang
belajar dan menguasai bahasa Inggris, yang tentu saja merupakan hal yang
positif dalam rangka perkembangan ilmu dan teknologi, akan tetapi, ada
gejala semakin mengecilnya perhatian orang terhadap bahasa Indonesia.
Tampaknya orang lebih bangga memakai dan berbahasa Inggris daripada
bahasa Indonesia, karena berasumsi tidak hanya sebagai bahasa
internasional tetapi mempunyai nilai rasa lebih jika menggunakan bahasa
asing.
Bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur dengan
bahasa Inggris. Kurangnya perhatian terhadap Perkembangan bahasa
Melayu yang berubah menjadi bahasa Indonesia didasarkan pada segi politik
dan ekonomi. Bahasa yang dapat diangkat atau diresmikan menjadi bahasa
nasional adalah bahasa yang menjalankan fungsinya di bidang politik dan
ekonomi.
Bahkan, ketentuan tersebut dikuatkan oleh kemampuan bahasa
tersebut mengungkapkan nilai-nilai budaya dan sastra. Pernyataan Sumpah
Pemuda menempatkan bahasa Indonesia pada kedudukan yang terhormat,
yakni sebagai bahasa nasional yang menjadi landasan idiil, landasan cita-cita
yang dapat memperkukuh keberadaan bahasa Indonesia. Dengan landasan
idiil, hendaknya kita memiliki idealisme untuk menjadikan bahasa Indonesia
bahasa idaman bagi setiap warga bangsa. Bahasa yang menjadi lambang
identitas bangsa dan lambang kebanggaan bangsa.

10
Bahasa Indonesia menjadi alat perhubungan antarbudaya yang
menautkan berbagai budaya menjadi budaya nasional yang secara khusus
menjadi sarana ekspresi seni bahasa dalam wujud sastra sehingga dikenalah
sastra Indonesia yang menampung berbagai aspirasi bangsa dalam
menghadapi persoalan masa kini.
Pertanyaan yang sering muncul pada zaman sekarang adalah masih
diakuikah oleh masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda manakala kita
melihat kenyataan sikap bahasa yang ditunjukkan khalayak, yang merasa
lebih bangga menggunakan bahasa Inggris atau bahasa asing daripada
menggunakan bahasa Indonesia? Pada kenyataannya para pemuda
sekarang ini lebih senang menggunakan bahasa asing di banding dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
Mereka pada umumnya belum "menjunjung" bahasa Indonesia,
tetapi hanya "menjinjing" bahasa Indonesia. Kedudukan sesuatu yang di
jinjing dan kedudukan sesuatu yang di junjung tentulah berbeda. Sesuatu
yang di jinjing dapat berada di sebelah kiri atau kanan sejajar dengan paha si
penjinjing, sedangkan sesuatu yang dijunjung berada di atas kepala. Sumpah
para pemuda terdahulu menyadarkan tentang adanya sikap positif, sikap
menghargai bahasa Indonesia.
Sikap menghargai bahasa Indonesia, yaitu dengan mematuhi
kaidah bahasa, mengutamakan bahasa Indonesia dari bahasa lain, dan
berkeinginan keras menguasai bahasa Indonesia. Penghargaan terhadap
bahasa Indonesia tercermin dalam perilaku berbahasa sehari-hari. Sudahkah
mengikuti kaidah berbahasa dengan baik? Bersediakah belajar dengan
mengubah kebiasaan berbahasa yang buruk yang melecehkan bahasa
nasional? Bersediakah memperbaiki kesalahan berbahasa di lingkungan
masing-masing? Jika jawabannya "ya" bersedia, berarti telah menunjukkan
sikap positif, memiliki kebanggaan terhadap bahasa nasional.

11
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan


Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia yang di pakai sekarang ini berasal dari bahasa Melayu, suatu
bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. Sudah berabad-abad, bahasa
Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di antara penduduk Indonesia yang
mempunyai bahasa yang berbeda.Bahasa Indonesia menjadi alat
perhubungan antarbudaya yang menautkan berbagai budaya menjadi
budaya nasional yang secara khusus menjadi sarana ekspresi seni bahasa
dalam wujud sastra sehingga dikenalah sastra Indonesia yang menampung
berbagai aspirasi bangsa dalam menghadapi persoalan masa kini.
Sumpah para pemuda terdahulu menyadarkan tentang adanya
sikap positif, sikap menghargai bahasa Indonesia. Sikap menghargai bahasa
Indonesia, yaitu dengan mematuhi kaidah bahasa, mengutamakan bahasa
Indonesia dari bahasa lain, dan berkeinginan keras menguasai bahasa
Indonesia.

3.1 Saran

Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat


sederhana dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat
diperlukan demi kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu
penyempurnaan agar tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat
bagi pembaca dan pecinta bahasa Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bahasa_Indonesia_Wiratno.pdf.(https://simdos.unud.ac.id/uploads/ le_penelitian_1_dir/
3c680101 285bc dcd4eb7e8862e67.pdf) 3 September 2022 (15:56)
I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa 2018. Sejarah Bahasa Indonesia.(https://
simdos.unud.ac.id/uploads/ le_penelitian_1_dir/3c680101 285bc dcd4eb7e8862e67.pdf) 3
September 2022 (14:22)

Siti Ansyoriyah 2019 Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. (https://g.co/


kgs/k5kQAf)4 September 2022 (10:30)

13
ff
ff
fi
ff
ff
fi

Anda mungkin juga menyukai