Oleh :
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
[2022]
KATA PENGANTAR
KELOMPOK I
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
fi
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
3
fi
Bahasa Indonesia yang di pakai sekarang ini berasal dari bahasa
Melayu, suatu bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. Sudah berabad-
abad, bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di antara penduduk
Indonesia yang mempunyai bahasa yang berbeda. Bangsa asing yang
datang ke Indonesia juga memakai bahasa Melayu untuk berkomunikasi
dengan penduduk setempat. Prasasti yang tertua yang ditulis dalam bahasa
Melayu dengan huruf palawa berasal dari abad ke-7.
Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 atau sebelumnya
membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab
mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Tradisi penulisan bahasa
Melayu dengan huruf Arab atau dikenal dengan tulisan Jawi,ini masih
berlangsung sampai abad ke-19. Kehidupan bahasa melayu sendiri ketika
dipakai sebagai lingua franca di Indonesia tidak terbebas dari adanya
pengaruh bahasa lain yaitu bahasa asing. Bahasa Arab merupakan salah
satu bahasa yang sangat banyak memberikan tambahan perbendaharaan
bahasa Melayu.
Bahasa yang banyak memberikan tambahan kosakata terhadap
bahasa Melayu yaitu bahasa Portugis. Bahkan bahasa Portugis pernah
menjadi lingua franca di daerah Melayu. Bahasa yang juga mempengaruhi
dan memperkaya perbendaharaan kata bahasa Melayu selain bahasa Arab
dan Portugis adalah bahasa Sansekerta, bahasa Tamil, dan bahasa Cina.
Jadi, bahasa Melayu yang di tetapkan menjadi dasar bahasa Indonesia juga
telah diperkaya dengan bahasa lain. Hal ini dapat terjadi karena bahasa
Melayu telah dipakai sebagai bahasa perdagangan oleh berbagai pedagang
dari berbagai negara tersebut.
Pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina yang hendak membeli
dan menjual kain arab, sutra cina, kipas tiongkok, dan sebagainya harus
melewati Bandar Malaka di Selat Malaka. Akhirnya, bahasa Melayu menjadi
bahasa perdagangan, bahasa ekonomi di nusantara. Dengan kata lain,
bahasa Melayu sudah menjadi milik orang di Nusantara, terutama bagi
orang-orang yang berada di kota-kota besar, kota-kota di sepanjang pantai
Nusantara, kota-kota yang terlibat dengan perdagangan tersebut. Proses
tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan bersifat alami.
4
Oleh sebab itu, pada saat bangsa kita memerlukan sebuah
bahasa sebagai bahasa persatuan yang dapat dijadikan sebagai alat
komunikasi secara nasional, penunjukan bahasa Melayu disetujui secara
aklamasi. Bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, atau bahasa
Batak yang jumlah pendukungnya jauh lebih besar daripada jumlah
pendukung bahasa Melayu, dengan rela dan senang hati menerima
keputusan tersebut. Bahasa Indonesia yang pasca awalnya berfungsi
sebagai bahasa penghubung (lingua frangca) dari waktu ke waktu
mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia
menjadi suatu bahasa persatuan yang pada akhirnya berkedudukan
sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.
Perubahan yang dialami oleh bahasa Indonesia tidak hanya
pada kedudukan dan fungsinya, tetapi juga terjadi pada perkembangan
kosakata dan istilah yang dialami oleh bahasa Indonesia dan
merupakan suatu proses perubahan yang amat pesat. Berdasarkan
berbagai petunjuk, pada zaman Sri Wijaya bahasa Melayu sudah
sangat berfungsi, fungsi tersebut sebagai berikut:
1. Bahasa Melayu bekerja sebagai bahasa resmi kerajaan
2. Bahasa Melayu bekerja sebagai bahasa kebudayaan,yaitu bahasa
buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa penghubung antarsuku
bangsa yang berada di bawah kekuasaan Sri Wijaya
4. Bahasa Melayu bekerja sebagai bahasa perdagangan di kerajaan
tersebut. (Amran Tasai, 2009: 2.3)
Ada beberapa kekuatan yang dimiliki oleh bahasa melayu, yang
tidak dimiliki oleh bahasa lain, kekuatan tersebut adalah:
1. Bahasa Melayu sudah merupakan Lingua Franca di Indonesia,
bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu lebih sederhana, mudah dipelajari, dalam
bahasa tersebut tidak ada tingkatan bahasanya atau perbedaan
bahasa kasar dan halus seperti bahasa Jawa dan Sunda.
5
3. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai
sebagai bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda tidak mau
menyebarkan pemakaian bahasa Belanda pada penduduk pribumi. Hanya
sekelompok orang kecil di Indonesia yang dapat berbahasa Belanda. Dengan
demikian, komunikasi diantara pemerintah dan penduduk Indonesia yang
berbeda bahasanya sebagian besar dilakukan dengan bahasa Melayu.
Selama masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat kabar yang ditulis
dengan bahasa Melayu.
6
Sebagai wujud perhatian yang besar terhadap bahasa Indonesia,
selanjutnya pada tahun 1938 diselenggarakan kongres bahasa Indonesia
pertama di Solo. Dalam masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang
memberlakukan pelarangan penggunaan bahasa Belanda. Pelarangan
penggunaan bahasa Belanda ini berdampak positif terhadap bahasa
Indonesia karena bahasa Indonesia dipakai dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk kehidupan politik dan pemerintahan yang sebelumnya lebih banyak
dilakukan dengan bahasa Belanda. Sehari sesudah proklamasi
kemerdekaan, pada 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945
yang di dalamnya terdapat pasal, yaitu pasal 36, yang menyatakan bahwa
"Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia".
Dengan demikian, di samping berkedudukan sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai dalam semua urusan
yang berkaitan dengan pemerintahan dan negara. Setelah bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaannya, bahasa Indonesia mulai mengalami
perkembangan yang pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia
bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara juga semakin kuat.
Pemerintah orde lama dan orde baru menaruh perhatian yang
besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia diantaranya melaui
pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang
dinamakan Pusat Bahasa, sekarang menjadi Badan Bahasa dan
menyelenggarakan kongres bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa
Indonesia dari Ejaan van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang
Disempurnakan selalu mendapat tanggapan dari masyarakat. (Depdiknas,
2006: 12)
Peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan perkembangan
bahasa Indonesia. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu
oleh Ch. A. Van Ophuiysen dan dimuat dalam kitab logat Melayu Pada tahun
1908 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commisie voor de Volkslectuur
(Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui surat ketetapan gubermen tanggal 14
September 1908 yang bertugas:
7
mengumpulkan dan membukukan cerita rakyat atau dongeng yang tersebar
dikalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah
diubah dan disempurnakan, menerjemahkan atau menyadur hasil sastra
Eropa, menerima karangan pengarang muda yang isinya sesuai dengan
keadaan hidup di sekitarnya.
Tahun 1917, badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama
Commise voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), diubah menjadi Balai
Pustaka, badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya
dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa
Melayu di kalangan masyarakat luas.
Pada 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda
pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa
Indonesia.
Pada 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda
yang menamakan dirinya Pujangga baru yang dipimpin oleh Sutan takdir
Alisyahbana dan kawan-kawan. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang
digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang
dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang
pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
Pada 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah
Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia 1 di Solo, Jawa
Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka
pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr.
Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan
beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
1. Mengganti Ejaan Van Ophusyen
2. Mendirikan institut Bahasa Indonesia
3. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
Badan Perwakilan
8
Masa pendudukan Jepang (1942-1945) merupakan suatu
peristiwa penting. Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi resmi antara pemerintah Jepang dengan rakyat Indonesia.
Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga
lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Pada 18
Agustus 1945 ditanda tanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang
salah satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.
1. Bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara
pada 18 Agustus 1945 sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV
pasal 36, bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
2.19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan Ejaan
Republik atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal
dengan sebutan Ejaan Soewandi
3. Pada 1954 diselenggarakan kongres Bahasa Indonesia II di Medan.
Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk
terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
4. Pada 1972 Menteri Pendidikan dan kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah,
5. Pada 25-28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar
Politik Bahasa Indonesia
6. Pada 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III
7. Pada 21-26 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia IV di
Jakarta
8. Pada 27 Oktober-3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta
9. Pada 28 Oktober-2 November 1993 berlangsung kongres Bahasa
Indonesia VI di Jakarta
9
Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Diraja Malaysia untuk membuat satu ejaan
dengan mengingat antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang
digunakan sebagai bahasa resmi pemerintah Diraja Malaysia masih satu
rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha yang telah dilakukan antara lain
pemufakatan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia), namun, usaha ini akhirnya
kandas karena situasi politik antara Indonesia dan Malaysia yang sempat
memanas pada tahun 1963.
Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat
saingan berat dari bahasa Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang
belajar dan menguasai bahasa Inggris, yang tentu saja merupakan hal yang
positif dalam rangka perkembangan ilmu dan teknologi, akan tetapi, ada
gejala semakin mengecilnya perhatian orang terhadap bahasa Indonesia.
Tampaknya orang lebih bangga memakai dan berbahasa Inggris daripada
bahasa Indonesia, karena berasumsi tidak hanya sebagai bahasa
internasional tetapi mempunyai nilai rasa lebih jika menggunakan bahasa
asing.
Bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur dengan
bahasa Inggris. Kurangnya perhatian terhadap Perkembangan bahasa
Melayu yang berubah menjadi bahasa Indonesia didasarkan pada segi politik
dan ekonomi. Bahasa yang dapat diangkat atau diresmikan menjadi bahasa
nasional adalah bahasa yang menjalankan fungsinya di bidang politik dan
ekonomi.
Bahkan, ketentuan tersebut dikuatkan oleh kemampuan bahasa
tersebut mengungkapkan nilai-nilai budaya dan sastra. Pernyataan Sumpah
Pemuda menempatkan bahasa Indonesia pada kedudukan yang terhormat,
yakni sebagai bahasa nasional yang menjadi landasan idiil, landasan cita-cita
yang dapat memperkukuh keberadaan bahasa Indonesia. Dengan landasan
idiil, hendaknya kita memiliki idealisme untuk menjadikan bahasa Indonesia
bahasa idaman bagi setiap warga bangsa. Bahasa yang menjadi lambang
identitas bangsa dan lambang kebanggaan bangsa.
10
Bahasa Indonesia menjadi alat perhubungan antarbudaya yang
menautkan berbagai budaya menjadi budaya nasional yang secara khusus
menjadi sarana ekspresi seni bahasa dalam wujud sastra sehingga dikenalah
sastra Indonesia yang menampung berbagai aspirasi bangsa dalam
menghadapi persoalan masa kini.
Pertanyaan yang sering muncul pada zaman sekarang adalah masih
diakuikah oleh masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda manakala kita
melihat kenyataan sikap bahasa yang ditunjukkan khalayak, yang merasa
lebih bangga menggunakan bahasa Inggris atau bahasa asing daripada
menggunakan bahasa Indonesia? Pada kenyataannya para pemuda
sekarang ini lebih senang menggunakan bahasa asing di banding dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
Mereka pada umumnya belum "menjunjung" bahasa Indonesia,
tetapi hanya "menjinjing" bahasa Indonesia. Kedudukan sesuatu yang di
jinjing dan kedudukan sesuatu yang di junjung tentulah berbeda. Sesuatu
yang di jinjing dapat berada di sebelah kiri atau kanan sejajar dengan paha si
penjinjing, sedangkan sesuatu yang dijunjung berada di atas kepala. Sumpah
para pemuda terdahulu menyadarkan tentang adanya sikap positif, sikap
menghargai bahasa Indonesia.
Sikap menghargai bahasa Indonesia, yaitu dengan mematuhi
kaidah bahasa, mengutamakan bahasa Indonesia dari bahasa lain, dan
berkeinginan keras menguasai bahasa Indonesia. Penghargaan terhadap
bahasa Indonesia tercermin dalam perilaku berbahasa sehari-hari. Sudahkah
mengikuti kaidah berbahasa dengan baik? Bersediakah belajar dengan
mengubah kebiasaan berbahasa yang buruk yang melecehkan bahasa
nasional? Bersediakah memperbaiki kesalahan berbahasa di lingkungan
masing-masing? Jika jawabannya "ya" bersedia, berarti telah menunjukkan
sikap positif, memiliki kebanggaan terhadap bahasa nasional.
11
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
3.1 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa_Indonesia_Wiratno.pdf.(https://simdos.unud.ac.id/uploads/ le_penelitian_1_dir/
3c680101 285bc dcd4eb7e8862e67.pdf) 3 September 2022 (15:56)
I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa 2018. Sejarah Bahasa Indonesia.(https://
simdos.unud.ac.id/uploads/ le_penelitian_1_dir/3c680101 285bc dcd4eb7e8862e67.pdf) 3
September 2022 (14:22)
13
ff
ff
fi
ff
ff
fi