KAJIAN PUSTAKA
yang cukup untuk hubungan seksual yang memuaskan (Wespes dkk, 2006).
dengan kesehatan fisik dan psikologis, dan memiliki pengaruh yang bermakna
2.1.2 Epidemiologi DE
hormonal, arteri atau kavernosus, obat-obatan, serta kombinasi faktor ini dan
dunia dan sepertiganya berasal dari populasi global yang berusia 15 tahun ke
dengan jumlah sekitar 141 juta orang (Gondodiputro, 2007). Pada hasil survei
merokok memiliki resiko 24% terjadinya disfungsi ereksi sedang dan berat,
sementara pada bukan perokok hanya memiliki resiko sebesar 14% dan pada
penelitian lain mengatakan kebiasaan merokok pada laki-laki yang berumur 30-
2010).
faktor risiko lainnya. Kebiasaan merokok satu setengah kali lebih mungkin untuk
yang tidak mengalami disfungsi ereksi sebanyak 10,0% (Grace Turalaki, 2014).
psikologis dan status hormonal. Ereksi penis terjadi ketika arteri di penis
Pada fase ini otot polos trabekular berkontraksi, aliran darah arteri
berkurang, dan aliran darah vena meningkat. Tekanan dalam korpura kavernosus
neurotransmitter dari saraf kavernosus terminal dan faktor relaksasi dari sel-sel
endotel di penis, sehingga terjadi relaksasi otot polos arteri dan arteriol yang
memasok jaringan ereksi dan peningkatan beberapa kali lipat aliran darah penis.
Pada saat yang sama, relaksasi dari otot trabekular halus meningkatkan
3. Fase tumesensi
Pada fase ini tekanan interkavernosus mulai meningkat dan ukuran penis
trabekula dan tunika albugenia, sehingga menyebabkan oklusi hampir total dari
aliran vena. Peristiwa ini menjebak darah di dalam korpus kavernosa dan
dipenuhi darah dan penis menjadi lebih keras lagi, dengan tekanan
intrakavernosus mencapai beberapa ratus millimeter air raksa. Selama fase ini,
arus masuk dan keluar darah berhenti sementara (Wespes dkk., 2006).
6. Fase detumesensi
Gambar 2.3 Anatomi dan mekanisme ereksi penis (Wespes dkk., 2006)
Neurotransmiter yang dilepaskan ujung saraf pasca ganglionik simpatis dan
parasimpatis di penis memegang peranan penting dalam mengontrol ereksi.
Noradrenalin (NA) dan neuropeptide Y (NPY) dilepaskan oleh ujung serat simpatis.
NA adalah agen kontraktil utama dari otot polos dan arteri penis, dan NPY
menambah dampaknya NA berperan pada flaksiditas dan detumesensi. Ujung serat
parasimpatis melepaskan asetikolin (Ach), vasoactive intestinal peptide (VIP), dan
nitrit oksida (NO) (Cuzin dkk., 2011; Thorve dkk., 2011). NO sebagai pembawa
pesan intraselular membuka era baru pentingnya mekanisme yang mendasari fisiologi
dan patofisiologi pada organ dan jaringan otonom (Cuzin dkk., 2011). NO disintesis
dan dilepaskan dari ujung saraf non adrenergik, non kolinergik oleh sintesa NO
neuronal (nNOS) dan dari endothelium oleh sintase NO endothelial (eNOS). NO
memodulasi tonus pembuluh darah, agregasi dan adhesi platelet, serta proliferasi otot
polos vascular. Lebih lanjut, NO berfungsi sebagai neurotransmiter non-adrenergik,
non-kolinergik dari serat saraf parasimpatis pascaganglion, termasuk korpura
kavernosus. NO berperan dalam mempertahankan tekanan intrakavernosus,
vasodilatasi penis, dan ereksi penis (Anil, 2009). NO meningkatkan produksi cyclic
nucleotides guanosine monophoaphate (cGMP) pada otot polos dan merupakan
aktivator yang penting untuk relaksasi lokal dari otot polos penis. Seperti diketahui,
ereksi terutama disebabkan oleh peningkatan sintesis dua second messenger
intraseluler, cGMP dan cyclic adenosine monophosphate (cAMP). cGMP dan cAMP
dihancurkan oleh fosfodieterase (Cuzin dkk., 2011).
2.1.4 Patofisiologi dan Klasifikasi
Disfungsi ereksi dapat disebabkan dari tiga mekanisme dasar yaitu: (Anil,
2009)
arterial, kavernosal, atau karena obat), atau campuran psikogenik dan organik
Tabel 2.1 Klasifikasi dan Penyebab DE (Papaharitou dkk., 2006)
Kategori DE Kelainan yang sering Patofisiologi
Psikogenik Kecemasan Penurunan libido
Masalah hubungan Overinhibisi
Stress psikologis kegagalan
Depresi Pelepasan NO
hubungan yang tegang, kurang hasrat seksual, dan gangguan jiwa seperti
penurunan libido adalah masalah utama yang dilaporkan dan obat neuroleptik
2. DE neurogenik
libido atau mencegah inisiasi ereksi. Pada laki-laki dengan cedera tulang
belakang, tingkat fungsi ereksi tergantung sifat, lokasi, dan tingkat lesi.
2006).
3. DE hormonal
untuk pertumbuhan penis dan berperan pada fisiologi ereksi melalui beberapa
pusat dan regulasi perifer tonus otot kavernosus (Wespes dkk., 2006).
Testosteron mengatur struktur dan fungsi saraf, ekspresi dan aktivitas sintesis
4. Penyebab vascular DE
Faktor risiko yang sering berhubungan dengan insufiensi arteri penis adalah
Rudianto dkk.,2011). Stenosis fokal dari arteri penis paling sering terjadi pada
peningkatan tekanan darah itu sendiri namun karena lesi stenosis arteri.
5. DE karena obat-obatan
diuretik yang dikombinasikan dengan obat lain dan masalah yang sama juga
sering dijumpai pada pasien yang mendapat beta bloker, Simetidin, antagonis
6. Alkohol dalam jumlah sedikit meningkatkan ereksi dan libido karena efek
2012).
Seperti misalnya, periode laten antara stimulasi seksual dan ereksi memanjang,
ereksi akan lebih lembek, ejakulasi kurang kuat dan volumenya menurun, dan
8. Merokok, nikotin yang dihirup oleh perokok, masuk ke jantung dan bersama
darah masuk ke dalam sistem peredaran darah. Semakin lama timbunan nikotin
dalam jaringan erektil penis menyebabkan disfungsi ereksi yang umum terjadi
Disfungsi ereksi stadium awal biasanya ditandai dengan hubungan yang terjadi
sangat singkat (3-5 menit), dan stadium akhir laki-laki tidak bisa mengalami
ereksi sama sekali dan akan sangat sulit mendapat rangsangan dari
pasangannya. Laki-laki yang merokok lebih dari 20 batang dalam sehari akan
mengalami disfungsi ereksi 40% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang
tidak merokok. Tidak hanya itu saja, kebiasaan merokok juga akan
seorang laki-laki. Sel sperma yang dihasilkan laki-laki perokok memiliki cacat
sel telur wanita, tapi besar kemungkinan DNA janin akan mengalami perubahan
susunan sehingga bayi yang dilahirkan menjadi cacat. Rokok akan berpotensi
merubah rangkaian DNA dari sel sperma. Hal ini akan menurun pada calon bayi
Index for Erectile Function (IIEF) membantu untuk memeriksa semua domain
modalitas pengobatan (Wespes dkk., 2012). ). IIEF disusun oleh Rosen dkk.,
1997 untuk mengukur fungsi ereksi, fungsi orgasme, hasrat seksual, ejakulasi,
reabilitisnya sudah terbukti. IIEF-5 merupkan bentuk IIEF yang terdiri dari lima
0,98 dan spesifisitas 0,88 (Rosen dkk., 2002). IIEF-5 lebih umum digunakan
dibanding IIEF karena lebih sederhana dan memiliki sensitivitas dan spesifikasi
dkk., 2008; Santosa, 2010). Setiap butir pertanyaan IIEF-5 memiliki skor 1
sampai 5 sehingga total skor untuk IIEF-5 adalah 5 sampai 25. Seseorang
dikatakan tidak DE apabila skor IIEF-5 antara 22-25 dan DE apabila 5-21.
derajat ringan (17-21), ringan-sedang (12-16), sedang (8-11), dan berat (5-7)
perlu sekilas untuk diketahui tentang sejarah rokok, nikotin sebagai komponen
psikoaktif, seluk beluk reseptor nikotin dan interaksinya neurutransmiter lain dan
Dimulai saat warga asli benua Amerika mengisap tembakau pipa atau
saat beberapa suku yang berbeda berkumpul selain sebagai ritual pengobatan.
lewat pipa ini ke peradaban di Inggris. Di tahun 1512, tanaman tembakau dibawa
di Eropa saat itu masih terbatas hingga tahun 1559. Di tahun 1560, seorang
bentuk penghormatan pada Jean Nicot darimana istilah Nikotin (dari Nikot)
(Uneri dkk., 2006, Levin dkk., 2006). Setelah permintaan tembakau meningkat
Virginia yang ditanam di Amerika, John Rolfe adalah orang pertama yang
berhasil menanam tembakau dalam skala besar, yang kemudian diikuti oleh
tembakau dengan cengkeh pada tahun 1880. Menurut situs wikipedia tujuan awal
Jamahri mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun akhirnya rokok
racikan Jamahri menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah sebutan khas untuk
manamai rokok asal Indonesia, istilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot
yang diakibatkan oleh letupan cengkeh. Dari anggapan sebagai obat penyembuh,
lambang persahabatan dan persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi
simbol kejantanan laki-laki. Hal ini ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai
ransum wajib setiap prajurit saat Perang Dunia Pertama. Industri rokok mulai
1.2.2 Nikotin
diisolasi dari asam nikotinik, yang mana sebelumnya dikenal sebagai vitamin B
atau Niacin. Sintesa pertama dilakukan dilaboratorium pada tahun 1904. Nikotin
mempunyai berat molekul sebesar 162,23 kDa dan memiliki nama lengkap 3-(1-
jumlah kecil, nikotin bekerja sebagai stimulan ringan terhadap sistem saraf pusat,
walaupun dalam bentuk murni hal ini sangat beracun bahkan dapat sebagai
insektisida. Konsentrasi nikotin yang sangat rendah dalam darah cukup mampu
menghantarkan nikotin dengan lebih cepat mencapai konsentrasi ini. Pada waktu
seluruh tubuh dalam waktu 15-20 detik. Merupakan hal yang penting bagi
merokok membentuk adanya toleransi terhadap beberapa efek seperti pusing dan
mual namun toleransi ini tidak pernah terjadi terhadap tekanan darah tinggi atau
tremor pada tangan. Nikotin bekerja pada sistem neurokimia yang sama dengan
dan asetilkolin nikotinik (nAChRs) yang terkait dengan afinitas alkaloid natural,
muskarin dan nikotin. nAChRs termasuk reseptor ion channel, juga termasuk
heterologi. Pada otak tikus, subunit nAChRs ditemukan pada beberapa area otak
interpedenkular, nucleus motor dorsal vagus, pineal gland dan nucleus piriformis
lateralis. nAChRs dapat efektif dalam inhibisi secara luas terhadap perilaku.
Mekanismenya serupa dengan neurotransmitter GABA. Di dalam otak, nAChRs
Umumnya reseptor nikotinik terdiri atas dua subunit α dan tiga subunit β
walaupun terdapat juga reseptor nikotinik yang terdiri dari lima subunit α yang
bahwa nAChRs memainkan peranan yang komplek dalam fungsi otak misalnya
memori, perhatian dan kognisi. Sebagai tambahan pula bahwa nAChRs berperan
Merokok juga sering digunakan sebagai self medication pada penderita ADHD
dan depresi (Uneri dkk., 2006, Levin dkk., 2006, Stahl SM, 2008).
selalu dikaitkan dengan nikotin. Nikotin adalah substansi di dalam asap rokok
yang dianggap paling berperan dalam membuat rokok menjadi ketergantungan.
konsentrasi dan performa dalam bekerja. Kedua hal tersebut dapat menginduksi
withdrawal dari berhenti merokok secara tiba-tiba, yaitu lelah, cemas, terlalu
peka terhadap rangsangan, dan mood yang buruk, sehingga perokok yang terkena
kecenderungan kekambuhan.
(drug-reinforced behavior).
ketergantungan pada rokok, masih banyak zat lain di dalam rokok yang berpotensi
menyebabkan hal serupa. Asetaldehid, salah satu kandungan asap rokok, dapat
(MAO), sehingga kadar dopamin meningkat. Selain itu, efikasi terapi nikotin
pengganti sudah bisa menggantikan jumlah nikotin pada rokok sebelumnya (Fiore
dkk., 2008).
1.2.5 Mengukur tingkat ketergantungan nikotin digunakan Fagerstrom Test For
5. Apakah anda merokok lebih sering di pagi hari setelah bangun tidur dibanding
diwaktu lain?
Banyak digunakan sebagai alat ukur penelitian dan dalam praktek klinis. Makin