Disfungsi ereksi adalah ketidak mampuan yang menetap atau terus menerus untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang berkualitas sehingga dapat mencapai hubungan seksual yang
memuaskan (wibowo,2007).
Menurut WHO disfungsi ereksi adalah keadaan dimana ereksi tidak bisa dicapai atau di
pertahankan sampai koitus selsai.
Disfungsi ereksi yang juga disebut impotens adalah ketidak mampuan untuk mencapai
atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk menyelesaikan koitus (SUZANNE
C.SMELTZER & BRENDA G.BARE 2001).
Disfungsi ereksi atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexual yang di tandai dengan
ketidak mampuan atau mempertahanka ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan
seksual dirinya sendiri maupun pasangannya
Penyebab
1. Pemicu fisik
Gangguan ereksi kerap dipicu oleh penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, penyumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis), diabetes, obesitas, sindrom
metabolisme, penyakit Peyronie (perkembangan jaringan parut di dalam penis) dan gangguan
tidur.
Beberapa kondisi lain yang juga diketahui dapat menyebabkan gangguan ereksi adalah gagal
ginjal, sirosis pada hati, kelebihan zat besi pada darah atau hemakromatosis, skleroderma, serta
penyakit paru obstruktif kronik yang sering diderita perokok.
Selain itu, penyakit yang menyerang sistem saraf juga mampu memengaruhi ereksi, misalnya
epilepsi, stroke, multiple sclerosis, Alzheimer, Parkinson dan sindrom Guillain-Barré.
Ketidakseimbangan hormon tertentu juga tidak jarang menjadi penyebab gangguan ereksi.
Kondisi tersebut antara lain hipertiroid (kelebihan hormon tiroid), hipotiroid (kekurangan
hormon tiroid) dan hipogonadisme yang menyebabkan penurunan tingkat testosteron.
2. Alasan psikologis
Salah satu faktor penting saat ereksi yaitu mental. Ereksi dimulai dengan adanya gairah seksual
saat terjadi rangsangan, namun hal ini bisa terganggu karena beberapa kondisi psikologis seperti
stres, depresi, tegang, atau masalah pada hubungan dengan pasangan.
Usia dan tingkat stres dapat menjadi faktor-faktor penentu seseorang mengalami gangguan
ereksi. Meski begitu terdapat juga faktor psikologis, seperti widower syndrome. Sindrom ini
muncul pada pria yang kehilangan istrinya.
3. Faktor Obat-obatan
Meski dapat membantu kondisi penyakit, obat-obatan tidak jarang menimbulkan efek lain,
seperti gangguan ereksi. Beberapa jenis obat yang mungkin dapat memicu hal tersebut, antara
lain obat antidepresi, antipsikotik, penurun tekanan darah tinggi, kanker prostat, antiulserasi,
penurun kolesterol, atau penggunaan obat-obatan terlarang semacam kokain atau mariyuana.
4. Akibat cedera
Ketika bagian penis, bagian saraf, atau pembuluh darah di bagian punggung mengalami cedera,
maka perlu diwaspadai karena hal itu dapat menyebabkan gangguan ereksi. Cedera di sekitar
penis, juga dapat memicu pembentukan jaringan parut serta posisi penis yang melengkung secara
tidak normal selama ereksi.
Selain itu, kebiasaan tertentu yang dapat menekan area di sekitar anus, seperti mengendarai
sepeda dalam waktu yang lama, diduga dapat memicu terjadinya gangguan ereksi juga.
Beberapa jenis tindakan operasi dapat memicu gangguan ereksi. Salah satunya adalah operasi
pada otak karena otak adalah organ dengan kumpulan saraf yang banyak. Contoh-contoh lainnya
adalah operasi yang dilakukan di pelvis atau di bagian tulang belakang karena prosedur
pembedahan pada kedua area tersebut berpotensi merusak saraf dan pembuluh darah di sekitar
penis.
Prosedur medis lain yang memiliki kemungkinan memicu gangguan ereksi adalah operasi atau
prosedur medis lain pada kelenjar prostat, terapi radiasi untuk kanker usus besar atau kantung
kemih, dan operasi pengangkatan usus besar.
Patofisiologi
Impotensi atau disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh fisiologis dan psikis, namun
banyak pria yang menderita impoten karena gabungan dari kedua faktor tersebut. Mereka
merasa malu untuk menceritakan masalah ini kepada orang lain bahkan terkadang masalah
tersebut disimpan sendiri hingga penyebab fisiologis kerap kali dibarengi oleh masalah psikis.
Faktor fisiologis penyebab impotensi antara lain:
1. Gangguan aliran darah (hipertensi, diabetes, dan penyakit peyronie/ terbentuknya
jaringan parut pada penis)
2. Gangguan persyarafan (cidera tulang belakang, pasca pembedahan daerah panggul,
rusaknya persyarafan akibat penyakit kelamin.
3. Gangguan hormonal (disfungsi testis, penyakit ginjal, liver, dan pecandu alcohol )
4. Obat – obatan (antihipertensi, antidepresi, alcohol, heroin, nikotin/rokok)
Faktor psikis penyebab impotensi antara lain:
1. Stress
2. Depresi
3. Kecemasan
4. Informasi yang keliru mengenai seks.
Mekanisme terjadinya ereksi merupakan rangkaian fisiologi, dan psiskis yang kompleks
yang melibatkan hormone dan syaraf. Ereksi ini dimulai dari rangsangan yang berhubungan
dengan libido. Selanjutnya rangsangan erotic ini akan menyebabkan pelepasan didaerah
dinding pembuluh darah penis, zat tersebut akan merangsang enzim guanilat siklase sehingga
akan meningkatkan kadar siklik guanisin monofosfat (cGMP) dan zat inilah yang dengan
suatu rangkaian fisiologis tertentu akan menyebabkan ereksi. Mekanisme ereksi sendiri terdiri
dari beberapa fase yaitu fase permulaan dalam keadaan lemas (flaccid), fase pengisian darah
(pembesaran), fase ereksi (tegak), dan fase rigid (tegak dan keras). Sesudah itu terjadi lagi
fase detumensensi (pelemasan kembali). Begitu kompleksnya mekanisme yang menyebabkan
ereksi ini, maka kelebihan atau kekurangan suatu zat ataupun fungsi suatu organ dapat
menyebabkan impotensi
Manifestasi Klinis
Gairah seks (libido) seringkali menurun pada pria dengan disfungsi ereksi, meskipun beberapa
pria mempertahankan libido secara normal. Tanpa memperhatikan perubahan libido, pria dengan
disfungsi ereksi mempunyai kesulitan dalam berhubungan seks yang mana disebabkan penis
yang ereksi tidak cukup keras, panjang atau bertambah untuk penetrasi atau karena ereksi tidak
dapat terbentuk. Beberapa pria berhenti mengalami ereksi ketika tidur atau bangun. Yang lainnya
bisa mencapai ereksi kuat kadangkala namun tidak bisa mencapai atau menjaga ereksi di lain
waktu.
Pada saat tingkat hormon testosteron rendah, akibatnya lebih mungkin turunnya libido daripada
disfungsi ereksi. Sebagai tambahan, tingkat testosteron yang rendah bisa menimbulkan
pengeroposan tulang, kehilangan tenaga, dan kehilangan kepadatan otot.
1. Pengaruh psikis = kecemasan, depresi serangan panik dll bisa menjadi biang keladi
permasalahan disfungsi ereksi pada Anda. Cara mudah mendiagnosa disfungsi ereksi
akibat psikis adalah masih terdapatnya ereksi pada pagi hari. Masih adanya ereksi saat
baru bangun tidur lebih menandakan adanya permasalahan psikologis dibanding fisik
yang melatarbelakangi keluhan Anda.
2. Faktor obat obatan = beberapa jenis obat antidepresi, antihipertensi dan obat pengatur
kadar gula memiliki efek samping seperti disfungsi ereksi. Tanda yang jelas adalah
mulainya disfungsi ini setelah meminum obat tersebut dan menghilang setelah obat
dihentikan.
3. Faktor cedera di sekitar organ intim. Cedera pada bagian organ intim bisa menimbulkan
gangguan vaskularisasi atau gangguan persarafan akibat cedera tersebut yang
menimbulkan efek disfungsi ereksi.
4. Konsumsi steroid berlebih.
5. Penyakit sistemik = diabetes, multiple sklerosis, gangguan tiroid, parkinson, sindrom
cushing, dll
6. Paska radiasi / kemoterapi
7. Kelebihan berat badan.
8. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara
berulang ( paling tidak selama 3 bulan )
9. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
10. Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )
Pencegahan disfungsi ereksi :
"Segala sesuatu yang tidak baik untuk jantung seorang pria juga buruk bagi penisnya,"
kata Andrew McCullough, MD, Profesor Urologi Klinis dan Direktur Program Kesehatan
Seksual Laki-laki di New York University Medical Center Langone.
Penelitian terbaru menunjukkan, ED relatif jarang terjadi pada mereka yang melakukan
diet Mediterania yang mengutamakan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan makanan
sahabat jantung seperti kacang-kacangan, minyak zaitun, ikan, dan anggur.
"Hubungan antara diet Mediterania dan fungsi seksual sudah dibuktikan secara ilmiah,"
kata Irwin Goldstein, MD, direktur pengobatan seksual di Alvarado Hospital di San
Diego.
Pastikan Anda mengecek koresterol dan tekanan darah secara rutin atau Anda dapat
membeli monitor tekanan darah juga dijual untuk digunakan di rumah. Namun hati-hati,
obat penurun tekanan darah dapat membuat sulit ereksi. Namun, dokter mengatakan
banyak kasus ED yang berhubungan dengan obat sebenarnya disebabkan kerusakan arteri
akibat hipertensi.
5. Olahraga teratur.
Penelitian membuktikan, gaya hidup sehat dapat mencegah disfungsi ereksi. Olahraga
seperti: lari, berenang, dan bentuk-bentuk latihan aerobik dapat membantu mencegah ED.
Namun, hati-hati terhadap olahraga yang memberikan tekanan berlebihan pada perineum,
yang merupakan daerah antara skrotum dan anus. Goldstein berkata, "Bersepeda dapat
menyebabkan DE."
Bersepeda jarak dekat mungkin tidak masalah. Tetapi orang-orang yang menghabiskan
banyak waktu bersepeda harus memastikan sepeda yang mereka gunakan tepat, memakai
celana bersepeda yang empuk, dan sering berdiri saat mengayuh.
Wapadalah pada gejala seperti dorongan seks rendah, kemurungan, kurang stamina, atau
kesulitan membuat keputusan karena bisa jadi anda kekurangan testosteron.
9. Stop merokok
Merokok dapat merusak pembuluh darah dan membatasi aliran darah ke penis. Nikotin
akan memicu menyempitkan pembuluh darah, yang dapat menghambat aliran darah ke
penis.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda hipogonadisme (termasuk testis kecil, ginekomasti dan
berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut) memerlukan perhatian khusus.
Pemeriksaan penis dan testis dikerjakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bawaaan
atau induratio penis. Bila perlu dilakukan palpasi transrektal dan USG transrektal. Tidak
jarang ED disebabkan oleh penyakit prostat jinak ataupun prostat ganas atau prostatitis.
Pemeriksaan rektum dengan jari (digital rectal examination), penilaian tonus sfingter ani,
dan bulbo cavernosus reflek (kontraksi muskulus bulbokavernous pada perineum setelah
penekanan glands penis) untuk menilai keutuhan dari sacral neural outflow. Nadi perifer
dipalpasi untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit vaskuler. Dan untuk melihat komplikasi
penyakit diabetes ( termasuk tekanan darah, ankle bracial index, dan nadi perifer ).
Penatalaksanaan fisioterapis
Jenis dan cara pengobatan bergantung kepada penyebab primernya. Selain itu ditujukan pula
untuk memperbaiki fungsi ereksi. Tak jarang kasus disfungsi ereksi tidak memerlukan obat,
terutama pada kasus disfungsi ereksi karena faktor psikologis. Selain itu, peran pasangan sangat
penting untuk membantu pemulihan disfungsi ereksi.
Obat-obat yang sering dipakai, antara lain: Phosphodiesterase inhibitor (PDE), misalnya:
sildenafil. Obat ini tidak boleh digunakan lebih satu kali dalam sehari. Digunakan sebagai pilihan
pertama tanpa memandang penyebabnya, karena efektif bagi sebagian besar penderita disfungsi
ereksi.
• Terapi psikologi yaitu terapi seks atau konsultasi psikiatrik, percobaan terapi ( edukasi,
medikamentosa oral / intrauretral, vacum contricsi device).
• Terapi medis yaitu terapi yang disesuaikan dengan indikasi medisnya
• Terapi hormonal yaitu jika tes laboratoriumnya abnormal seperti kadar testoteron rendah ,
kadar LH dan FSH tinggi maka diterapi dengan pengganti testoteron. Jika Prolaktin
tinggi, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan pituitary imaging dan dikonsulkan.
STIMULASI ELEKTRIS PADA DISFUNGSI EREKSI (penggunaan tens pada kasus disfungsi
ereksi)
Tujuan
Pelaksanaan :
1. Frekuensi rendah
2. Frekuensi menengah
1. Lokal (regional)
Pemberian stimulasi elektris pada gangguan seksualitas dapat diberikan dengan arus listrik
frekuensi rendah maupun arus listrik frekuensi menengah yang tergabung dalam modalitas
sebagai TENS. Stimulasi elektris bukan merupakan suatu terapi tunggal tetapi dapat dimodifikasi
dengan terapi elektris yang tergabung dalam modalitas sumber fisis dan modalitas terapi latihan
(exercise therapy) yang spesifik. Kompleksitas masalah gangguan fungsi ereksi juga diperlukan
kerjasama multi diplioner yang terkait dalam penanganan gangguan seksualitas.
Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
http://drboyke.yolasite.com/gejala-disfungsi-ereksi.php
http://flash-cl.blogspot.co.id/2012/02/fisioterapi-pada-gangguan-fungsi.html
http://www.alodokter.com/melacak-penyebab-gangguan-ereksi
http://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/referat-kedokteran-patofisiologi-diagnosis-dan-
penatalaksanaan-disfungsi-ereksi.html
http://sainsnurse.blogspot.co.id/2012/01/disfungsi-ereksi.html