Anda di halaman 1dari 10

Ciri-ciri impoten pada pria

Mengutip Mayo Clinic, disfungsi ereksi atau impoten adalah ketidakmampuan pria dalam
mempertahankan ereksi serta penis tetap mengeras saat berhubungan seksual. Ini bisa
memengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan hubungan seks yang memuaskan.

Penderita impotensi dapat mengalami penurunan gairah seksual. Kondisi ini sebetulnya
normal, termasuk ketika Anda tengah stres atau kelelahan setelah beraktivitas seharian. Akan
tetapi, kalau terjadi terus menerus, ini bisa menjadi masalah kesehatan yang perlu perawatan.

Berikut adalah tiga ciri atau tanda-tanda impoten yang umum terjadi, seperti:

 Tidak bisa ereksi


 Tidak bisa mempertahankan ereksi saat berhubungan seks
 Berkurangnya gairah seksual

Anda disebut mengalami impotensi atau disfungsi ereksi, jika tanda-tanda tersebut terus
berulang selama tiga bulan atau lebih. Jika tak ditangani, Anda mungkin juga mengalami gejala
penyerta impoten, seperti:

 Ejakulasi dini
 Ejakulasi tertunda
 Anorgasmia, tidak mampu mencapai orgasme meski sudah mendapat banyak stimulasi.

Jika Anda mengalami ciri-ciri impoten di atas, apalagi hingga memengaruhi kehidupan
seksual, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter nantinya akan memberikan perawatan yang
tepat sesuai dengan penyebab impoten. 

Penyebab impoten pada pria


Gairah seksual pria adalah proses kompleks yang melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, otot,
dan juga pembuluh darah. Disfungsi ereksi dapat terjadi karena salah satu masalah di atas.

Setelah mengetahui ciri-cirinya, penyebab impoten atau lemah syahwat bisa terjadi karena
kombinasi masalah fisik dan psikologis pria. Berikut adalah faktor penyebab dari masalah
kesehatan fisik, yaitu: 

 Cedera pada penis


 Kolesterol tinggi
 Obesitas
 Penyakit jantung
 Penyumbatan pembuluh darah
 Sindrom metabolisme
 Penyakit Parkinson
 Multiple sclerosis
 Merokok dan minum alkohol
 Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba)
 Gangguan tidur
 Perawatan kanker prostat atau pembengkakan prostat
 Cedera tulang belakang
 Penyakit Peyronie (adanya jaringan parut di dalam penis).

Selain faktor penyebab karena masalah kesehatan fisik, kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat mengakibatkan impoten. Masalah psikologis ini biasanya disebabkan oleh:

 Stres
 Depresi
 Kecemasan
 Kelainan mental
 Adanya masalah dalam hubungan asmara.

Ketika Anda mengalami ciri-ciri impotensi saat berhubungan seksual dengan pasangan, bisa jadi
faktor penyebabnya adalah psikologis. Namun, jika Anda tidak bisa ereksi sekalipun telah diberi
berbagai stimulasi seksual, kemungkinan besar Anda mengalami gangguan kesehatan.

Meskipun demikian, tidak jarang penyebab impoten adalah karena kombinasi masalah kesehatan
fisik dan psikologis. Misalnya, ketika Anda mengalami cedera fisik, hubungan asmara terganggu
yang mengakibatkan impotensi. 

Faktor risiko lainnya yang menyebabkan impotensi


Setiap pria bisa mengalami lemah syahwat. Namun, ada faktor tertentu yang membuat seorang
pria mengalami impotensi. Beberapa kondisi yang menyebabkan ciri-ciri impotensi adalah
sebagai berikut:

1. Merokok

Peringatan yang menyebut merokok dapat mengakibatkan impotensi bukanlah ancaman kosong.

Penelitian menyebutkan bahwwa merokok dapat membuat pembuluh darah mengeras, sehingga
mengganggu aliran darah menuju penis. Semakin lancar aliran darah maka semakin mudah Anda
untuk ereksi, begitu pula sebaliknya.
2. Obesitas

Memiliki berat badan berlebih juga bisa meningkatkan risiko Anda mengalami penyakit yang
menganggu kelancaran darah. Untuk itu, hal ini pun bisa mengakibatkan munculnya ciri-ciri
impoten.

Unutk mengatasinya, Anda bisa memulai mengubah gaya hidup, pola makan, hingga lebih sering
beraktivitas fisik.

3. Minum alkohol

Terlalu banyak kandungan alkohol dalam darah bukan hanya akan menyumbat peredarannya
sampai di penis.

Akan tetapi, juga menghambat produksi hormon testosteron yang mengakibatkan penurunan
gairah seksual yang berkaitan dengan tanda-tanda impotensi.

4. Penyalahgunaan narkoba

Obat-obatan terlarang, seperti ganja dan kokain, dapat menghambat dan merusak pembuluh
darah, sehingga memengaruhi kemampuan penis untuk ereksi

5. Konsumsi gula berlebih

Orang dengan diabetes lebih rentan mengalami ciri-ciri penyakit impoten. Alasannya, karena
tingginya kadar gula darah dapat mengganggu aliran darah menuju penis.

Itu sebabnya, Anda harus memastikan bahwa pengobatan diabetes terkontrol dengan baik. Selalu
periksakan diri Anda secara rutin. Jangan lupa pula untuk mengonsumsi makanan sehat, sering
bergerak, dan minum obat sesuai saran dokter.

6. Kolesterol tinggi

Kolesterol tinggi dapat merusak dinding pembuluh darah, termasuk yang ada pada penis. Hal ini
pula yang membuat kondisi ini juga menjadi faktor risiko penyebab impotensi.

Sama seperti diabetes, mulai terapkan pola makan sehat, sering bergerak, dan minum obat sesuai
saran dokter.

7. Stres dan cemas


Kondisi ini biasanya mengakibatkan munculnya gejala disfungsi ereksi dalam jangka waktu
tertentu karena Anda tidak mood untuk melakukan hubungan seksual.

Sumber : https://www.sehatq.com/artikel/impoten-atau-bukan-ini-cara-mengenalinya

Impotensi (Disfungsi Ereksi)


Apa itu impotensi?
Impotensi adalah kondisi ketika pria tidak memiliki kemampuan untuk mencapai dan
mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Disfungsi ereksi bisa menjadi tanda masalah kesehatan lain yang kemungkinan membutuhkan
perawatan medis tertentu, termasuk risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Masalah kesehatan ini juga bisa memengaruhi kualitas hidup, di mana mungkin Anda akan
merasa stres, kurang percaya diri, dan mengalami masalah dengan pasangan.

Seberapa umumkah disfungsi ereksi terjadi?

Disfungsi ereksi memengaruhi pria dari segala ras dan negara. Umumnya, impotensi terjadi saat
pria memasuki usia tua, lebih banyak diderita oleh pria umur 40 tahun atau lebih.

Sebuah studi pada tahun 2019 menyebutkan bahwa prevalensi pria yang mengalami disfungsi
ereksi sekitar 35,6% pada pria berusia 20 hingga 80 tahun di Indonesia.

Studi tersebut juga mengungkapkan risiko impotensi meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Prevalensi disfungsi ereksi berkisar 6,5% pada kelompok usia 20-29 tahun hingga 88%
pada kelompok usia 60 tahun ke atas.

Kondisi kesehatan, seperti hipertensi, stroke, diabetes, penyakit ginjal, riwayat penyakit jantung,
riwayat operasi prostat, dan stres juga secara signifikan terkait dengan disfungsi ereksi.

Impotensi bukanlah kondisi yang tidak bisa diobati. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli
urologi, apabila Anda memiliki gejala-gejala disfungsi ereksi.

Apakah impotensi berhubungan dengan infertilitas?

Masalah kesuburan atau infertilitas pada pria dapat terjadi karena adanya faktor-faktor tertentu,
misalnya ketika kepuasan seksual menurun yang memicu beban psikologis.

Hal inilah yang menjadikan impotensi dan infertilitas saling berhubungan. Salah satu gejala
infertilitas adalah ketika pria punya masalah fungsi seksual, termasuk disfungsi ereksi.

Tanda dan gejala impotensi


Gejala utama impotensi adalah ketidakmampuan penis untuk mencapai ereksi, walaupun sudah
mendapatkan rangsangan saat akan melakukan hubungan seksual.

Menurut National Institute of Health, impotensi bisa menjadi masalah jangka pendek atau jangka
panjang. Anda mungkin mengalami kondisi ini, ketika:

 mengalami ereksi kadang-kadang, tapi tidak setiap kali anda ingin berhubungan seks,
 bisa ereksi, tapi tidak bertahan cukup lama untuk mendapatkan kepuasan seks, atau
 tidak bisa ereksi kapan saja.

Mungkin ada beberapa tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda memiliki
kekhawatiran tentang gejala disfungsi ereksi, silakan konsultasikan ke dokter.

Kapan sebaiknya harus periksa ke dokter?

Anda perlu mencari tahu informasi dan mendapatkan bantuan dari dokter, jika mengalami
masalah ereksi. Segera temui dokter jika Anda mengalami kondisi, seperti:

 khawatir tentang ereksi atau pengalaman masalah seksual lainnya, termasuk impotensi,
ejakulasi dini, atau telat ejakulasi,
 menderita kondisi komorbid, termasuk diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan
lainnya yang terkait dengan impotensi, serta
 menderita gejala-gejala lain bersamaan dengan impotensi.

Penyebab dan faktor risiko impotensi


Ada beragam kondisi yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Sejumlah faktor risiko, seperti
penyakit dan gaya hidup juga bisa meningkatkan risiko Anda mengalami masalah ini.

Apa saja penyebab disfungsi ereksi?

Ereksi penis normal sangat dipengaruhi oleh integrasi proses fisiologis yang cukup kompleks.
Hal ini mencakup sistem saraf pusat, sistem saraf perifer, hormonal, dan pembuluh darah.

Faktor psikologis, seperti stres dan gangguan kecemasan juga dapat memperburuk disfungsi
ereksi, sehingga bisa kondisi ini menimbulkan impotensi pada pria berusia muda.

Gangguan pada salah satu atau kombinasi antara fisik dan psikologis, akan memengaruhi ereksi
penis dan menjadi penyebab utama impotensi.

Penyebab fisik
Terdapat cukup banyak kasus impotensi yang disebabkan oleh penyakit fisik, meliputi:

 penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah,


 diabetes,
 tekanan darah tinggi,
 kolesterol tinggi,
 obesitas dan sindrom metabolik,
 penyakit Parkinson,
 gangguan hormonal, termasuk kondisi tiroid dan defisiensi testosteron,
 kelainan struktural atau anatomi penis, seperti penyakit Peyronie,
 perawatan untuk penyakit prostat,
 komplikasi bedah,
 cedera pada daerah panggul atau sumsum tulang belakang, dan
 terapi radiasi ke daerah panggul.

Penyebab psikologis

Otak memiliki peran dalam mekanisme ereksi saat mendapatkan stimulasi erektogenik. Namun,
saat perasaan seksual terganggu tentu hal ini dapat menimbulkan disfungsi ereksi.

Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab psikologis terjadinya impotensi, antara lain:

 merasa bersalah,
 stres,
 takut akan keintiman,
 depresi,
 kecemasan berat, dan
 masalah hubungan dengan pasangan.

Faktor apa saja yang meningkatkan risiko kondisi ini?

Bertambahnya usia sering dikaitkan pada faktor yang memicu kesulitan ereksi. Biarpun begitu,
faktor risiko yang sangat penting terhadap impotensi adalah gangguan pembuluh darah.

Selain itu, pria dengan penyakit penyerta tertentu (komorbid) juga memiliki risiko lebih besar
untuk menderita disfungsi ereksi.

Berdasarkan sebuah studi, kondisi ini diderita oleh 31% pria dengan penyakit kardiovaskular,
26% pria dengan hipertensi, 26% pria dengan kolesterol tinggi, dan 26% pria dengan stres,
depresi, atau gangguan kecemasan.
Menurut studi lain, pria dengan penyakit diabetes melitus juga mengalami peningkatan risiko
hingga tiga kali lipat untuk menderita disfungsi ereksi.

Selain dari kondisi komorbid tersebut, ada beberapa faktor lainnya yang dapat meningkatkan
risiko disfungsi ereksi seperti berikut ini.

 Kelebihan berat badan atau obesitas.


 Perawatan medis tertentu, seperti operasi prostat atau pengobatan radiasi untuk kanker.
 Cedera, terutama jika merusak saraf atau pembuluh darah yang mengontrol ereksi.
 Pengaruh obat-obatan, termasuk antidepresan, antihistamin, dan obat-obatan untuk
mengobati kondisi tekanan darah tinggi, nyeri, atau prostat.
 Kebiasaan merokok yang membatasi aliran darah ke pembuluh darah dan arteri.
 Penggunaan narkoba dan kecanduan alkohol.

Sumber : https://hellosehat.com/pria/impotensi/pengertian-impotensi/
Pengertian Impotensi
Impotensi atau disfungsi ereksi (erectile dysfunction) adalah ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi untuk menjalani aktivitas seksual. Ereksi dapat terjadi karena masuknya
aliran darah ke penis.

Hal ini biasanya terjadi setelah stimulasi seksual yang dihantarkan ke otak, lalu diteruskan ke
persarafan pada penis. Namun terdapat beberapa keadaan dimana ereksi tidak dapat terjadi,
seperti pada diabetes, dan gangguan jantung.

Diagnosa Impotensi
Diagnosis disfungsi ereksi dapat ditegakkan berdasarkan keluhan pasien. Namun penyebab dari
disfungsi ereksi dapat dicari dengan melakukan beberapa pemeriksaan seperti:

 Pemeriksaan hormon. Seorang dengan disfungsi ereksi dapat menjalani pemeriksaan


hormon untuk mengetahui penyebab sekunder dari gangguan ini. Pemeriksaan hormon
testosteron dan LH (Luteinizing Hormone) dapat dilakukan untuk melihat gangguan
hormon yang dapat menjadi dasar gangguan disfungsi ereksi.
 Pemeriksaan USG duplex dapat dilakukan untuk memeriksa aliran darah pada penis
pasien. Pada gangguan pembuluh darah seperti atherosklerosis, maka aliran darah ke
penis akan berkurang dan menyebabkan gangguan ereksi.
 Tes sensitivitas kulit penis. Sensitivitas penis dapat diperiksa dengan melakukan
pemeriksaan sensitivitas kulit terhadap rangsangan getaran. Disfungsi ereksi dapat terjadi
karena adanya peningkatan ambang rangsang getar seorang sehingga sulit terangsang.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi apakah terdapat gangguan sensori yang mendasari
disfungsi ereksi.

Gejala Impotensi
Disfungsi ereksi ditandai dengan ketidakmampuan untuk ereksi yang terjadi secara reguler dan
berulang. Walaupun mendapatkan stimulasi seksual, ereksi penis tidak dapat terjadi.

Seorang dengan disfungsi ereksi biasanya memiliki faktor risiko terjadinya gangguan ini.
Berbagai penyakit yang berhubungan dengan disfungsi ereksi adalah diabetes melitus, tekanan
darah tinggi dan penyakit jantung.
Pengobatan Impotensi
Penanganan dari disfungsi ereksi tergantung dari penyebabnya. Olahraga efektif dalam
mencegah disfungsi ereksi. Bagi perokok, berhenti merokok merupakan salah satu cara
mengurangi kemungkinan terjadinya difungsi ereksi.

Berbagai pengobatan dapat dicoba untuk menangani disfungsi ereksi. Phosphodiesterase


inhibitor merupakan salah satu jenis obat yang banyak tersedia di pasaran untuk meningkatkan
aliran darah ke penis. Obat ini bekerja dengan meningkatkan kaliber pembuluh darah penis.

Beberapa contoh obat golongan ini adalah sildenafil, vardenafil dan tadalafil. Pengobatan berupa
salep pada kulit juga tersedia. Penyuntikan obat alprostadil juga dapat dilakukan untuk
menangani gangguan ereksi. Penyuntikan dapat dilakukan beberapa saat sebelum berhubungan
seksual.

Penyebab Impotensi
Terdapat banyak penyebab gangguan ereksi. Karena itu, mencari faktor penyebab yang tepat
kadang memerlukan pemeriksaan yang teliti. Berikut adalah berbagai penyebab disfungsi ereksi
yang perlu diperhatikan:

 Obat (antidepresi) dan nikotin


 Gangguan cavernosum (penyakit peyronie)
 Gangguan psikologis, cemas, stress dan gangguan mental
 Pembedahan
 Penuaan
 Gangguan ginjal
 Diabetes mellitus
 Pola hidup, seperti merokok

Komplikasi pembedahan merupakan salah satu penyebab disfungsi ereksi. Berbagai pembedahan
yang mengganggu saraf pada daerah penis dapat menyebabkan disfungsi ereksi, misalkan operasi
pengangkatan prostat.

Disfungsi ereksi juga dapat disebabkan oleh penyakit metabolik seperti diabetes mellitus. Pada
penyakit ini, terjadi kerusakan pembuluh darah dan saraf autonom. Gangguan pembuluh darah
dapat menyebabkan sulitnya aliran darah yang dapat masuk ke penis.

Sumber : ttps://www.klikdokter.com/penyakit/impotensi

Anda mungkin juga menyukai