Laki-laki memiliki berperan penting dalam kesehatan reproduksi. Isu keterlibatan laki-
laki dalam kesehatan reproduksi berkembang seiring dengan perkembangan isu gender. Hal ini
berkaitan dengan anggapan bahwa kesehatan reproduksi adalah urusan perempuan, sehingga
peran laki-laki minim dalam Kesehatan reproduksi. Alasan lain adalah laki-laki menjadi
pengambil keputusan ketika terjadi kegawatdaruratan kesehatan reproduksi, dan memiliki peran
untuk menguatkan keputusan perempuan dalam kesehatan reproduksi.
Ada banyak tantangan kesehatan reproduksi pria, seperti hasrat seksual rendah, gangguan
ejakulasi, gangguan penis, impotensi, dan ereksi yang menyakitkan; kondisi ini dapat dikaitkan
dengan perubahan negatif dalam hubungan intim termasuk ketidakpuasan perkawinan dan
konflik. Tantangan kesehatan reproduksi pria juga mencakup ulkus genital, kelainan testis,
kanker prostat atau infeksi menular seksual yang dapat mengakibatkan infertilitas atau gangguan
hubungan intim. Pasangan yang menghadapi ketidaksuburan mungkin mengalami rasa malu,
terutama di lingkungan masyarakat. Maskulinitas dan patriarki tetap kuat sehingga pemberian
dukungan dalam hal kesehatan reproduksi dapat menjadi sangat penting untuk mempertahankan
hubungan perkawinan dan kualitas hubungan.
Merujuk pada Alodokter, dikatakan bahwa penyakit reproduksi pria merupakan suatu
kondisi ketika pria mengalami gangguan kesehatan atau penyakit tertentu yang memengaruhi
kemampuan organ reproduksinya. Hal ini bisa diakibatkan oleh kelainan bawaan, infeksi, cedera,
atau bahkan tumor. Gejala-gejala yang mudah dikenali yaitu testis terasa sakit saat berhubungan
seksual atau saat buang air kecil. Para ahli menyarankan untuk mengikuti serangkaian
pemeriksaan dalam memastikan penyakit organ reproduksi yang diderita. Beberapa penyakit
tersebut diantaranya adalah:
Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi atau impotensi merupakan ketidakmampuan pria dalam melakukan atau
mempertahankan ereksi saat berhubungan seksual. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh stres
dan kecemasan berlebih, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan jangka
panjang, serta riwayat penyakit jantung dan diabetes. Impotensi bisa ditangani dengan berbagai
macam cara, mulai dari mengubah gaya hidup hingga konsumsi obat-obatan.
Hipospadia
Hipospadia terjadi ketika uretra atau saluran tempat keluarnya urine berada di posisi tidak
normal, yaitu bukan di ujung penis melainkan pada bagian bawahnya. Kondisi ini merupakan
kelainan bawaan sejak lahir yang perlu diatasi melalui tindakan operasi. Jika operasi berjalan
lancar, pria dapat melakukan aktivitas seksual seperti biasa.
Kriptorkismus
Kriptorkismus adalah kondisi ketika salah satu atau kedua testis tidak terlihat akibat tidak
terjadi penurunan testis ke tempat seharusnya. Kriptorkismus merupakan kelainan bawaan sejak
lahir yang umumnya banyak dialami pada bayi yang lahir secara prematur. Orkidopeksi menjadi
salah satu operasi yang efektif dalam menangani kriptorkismus.
Varikokel
Varikokel adalah penyakit yang ditandai dengan adanya pembengkakan pada pembuluh
darah vena dalam kantong zakar (skrotum). Selain dapat memperkecil testis, penyakit reproduksi
pria ini juga dapat menyebabkan infertilitas akibat berkurangnya produksi dan kualitas sperma.
Waspadai beragam gejala penyakit ini, seperti pembengkakan pada skrotum, benjolan pada salah
satu testis, skrotum terasa sakit, serta pembuluh testis yang terlihat membesar dan membengkak.
BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yang dapat menekan uretra. Kondisi yang bisa
jadi merupakan bagian alami dari proses penuaan yang umumnya disebabkan adanya perubahan
pada sel pertumbuhan dan keseimbangan hormon. BPH biasanya ditandai dengan gejala seperti
aliran urine lemah, aliran urine yang bercabang, sering ingin buang air kecil, kencing tidak
lampias, dan kesulitan buang air kecil.
Hidrokel
Hidrokel adalah salah satu penyakit reproduksi pria yang ditandai adanya penumpukan
cairan di sekitar testis, sehingga menyebabkan pembengkakan pada area skrotum. Meski umum
terjadi pada bayi baru lahir dan biasanya tidak berbahaya, tapi kondisi ini bisa terasa tidak
nyaman dan biasanya didahului dengan gejala seperti bengkak, rasa sakit, dan skrotum berwarna
merah. Pada kasus yang jarang, hidrokel dapat terjadi bersamaan dengan kanker testis.
Kanker prostat
Kanker prostat umumnya terjadi pada pria di atas 40 tahun, terutama pada mereka yang
memiliki keluarga dengan riwayat gangguan kesehatan serupa. Penyakit ini ditandai dengan rasa
nyeri saat buang air kecil dan saat ejakulasi, rasa sakit di punggung bawah, dan terdapat darah
dalam urine. Dalam menangani kanker prostat bisa dilakukan terapi hormon, terapi radiasi,
kemoterapi, dan operasi tergantung kepada tingkat keparahan kanker.
Oleh karena itu, penting bagi pria untuk melindungi kesehatan reproduksi mereka dan
pasangan mereka dengan menggunakan kontrasepsi dengan hati-hati, konsisten, dan benar,
meminimalkan risiko penyakit menular seksual, dan mengatasi faktor-faktor yang dapat
mengurangi kesuburan.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi pria:
Tidak mengenakan celana yang ketat yang bisa menekan bagian skrotum serta
menghindari suhu udara panas yang ekstrim di daerah skrotum.
3. Pemeriksaan skrotum
Testing dengan pemeriksaan kadar prostate specific antigen (PSA). Pemeriksaan ini
adalah pemeriksaan darah screening yang tersedia bagi pria untuk mengetahui kelenjar prostat.
Kadar yang lebih tinggi daripada normal menunjukkan adanya gangguan fungsi kerja kelenjar
prostat, baik yang dikarenakan oleh adanya inflamasi, adanya kanker prostat, atau tumor lainnya.
Selain meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, olahraga juga bisa
bermanfaat untuk menjaga kesehatan reproduksi. Olahraga ini dianjurkan bisa dilakukan secara
rutin setidaknya 30 menit per hari agar mendapatkan efek positif pada kesehatan reproduksi.
6. Hindari rokok
Merokok termasuk masalah tingkah laku utama yang dapat memengaruhi kesehatan
reproduksi. Perokok kronis diketahui memiliki kualitas dan kuantitas sperma yang rendah
Minum alkohol secara berlebihan telah terbukti bisa memengaruhi kesehatan mental dan
tubuh. Fungsi testis untuk memproduksi sperma dan hormon diyakini akan tertanggung jika para
pria rutin mengonsumsi alkohol.
Berperilaku seksual yang sehat dengan menghindari aktivitas seksual berisiko untuk
menghindari penyakit infeksi menular seksual (IMS).
9. Makan bergizi
Untuk menjaga kesehatan reproduksi, para pria dianjurkan untuk mempertahankan diet
yang bergizi sehat dan seimbang, terutama dengan mengurangi konsumsi lemak dan
meningkatkan konsumsi serat.
Menghindari stres dan memberikan waktu yang cukup untuk beristirahat dengan tidur
secara teratur setidaknya 7-8 jam sehari baik dilakukan.
Referensi
https://health.kompas.com/read/2020/03/15/203000568/10-cara-menjaga-kesehatan-reproduksi-
pria?page=all