Tugas Mandiri
1. Faktor penyakit
2. Faktor psikologis
Otak memainkan peran penting dalam memicu ereksi. Ereksi dimulai dengan
adanya seksual saat terdapat
rangsangan. Namun, rangsangan seksual bisa tidak berpengaruh jika pria
mengalami stres, depresi, kecemasan, atau masalah psikologis lainnya, seperti
widower syndrome yang muncul ketika pria kehilangan istrinya.
3. Faktor obat-obatan
Meski dapat mengatasi penyakit, sebagian obat ada yang menimbulkan efek
samping berupa disfungsi ereksi. Di antaranya adalah:
Antidepresan
Antipsikotik
Antihipertensi
Obat kanker prostat
Obat penurun kolesterol
Selain itu, penggunaan obat-obatan terlarang semacam kokain atau ganja dapat
menyebabkan disfungsi ereksi. Begitu juga dengan alkohol. Orang yang sudah
kecnaduan alkohol akan rentan mengalami disfungsi ereksi.
4. Faktor cedera
Cedera pada tulang belakang, tulang panggul, atau penis, seperti penis patah,
yang menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah berisiko menyebabkan
disfungsi ereksi. Cedera bisa berupa cedera yang besar maupun cedera yang kecil
tapi terjadi berulang-ulang.
Contohnya adalah cedera kecil pada bagian area pangkal penis akibat
mengendarai sepeda dalam waktu lama. Meski begitu, sekarang sudah banyak
sepeda yang dirancang khusus untuk menghindari risiko ini.
5. Faktor tindakan medis
Salah satu Tindakan medis yang paling berisiko menyebabkan disfungsi ereksi
adalah operasi pada prostat dan kandung kemih.
Selain itu, tindakan medis pada otak, tulang belakang, dan tulang panggul juga
dapat menumbulkan risiko yang sama. Contohnya adalah terapi radiasi untuk
kanker usus besar dan operasi pengangkatan usus besar.
b.Penggunaan obat-obatan
Disfungsi ereksi bisa juga diatasi dengan obat-obatan dari dokter yang meliputi:
Hipospedia
Hipospadia adalah suatu kelainan yang menyebabkan letak lubang kencing
(uretra) bayi laki-laki menjadi tidak normal. Kondisi ini merupakan kelainan
bawaan sejak lahir. Pada kondisi normal, uretra terletak tepat di ujung penis.
Akan tetapi, pada bayi dengan hipospadia, uretra berada di bagian bawah
penis.
Anak dari keluarga yang pernah mengalami hipospadia atau terlahir secara
prematur juga lebih berisiko mengalami hipospadia.
2.Gejala Hipospadia
Akibat letak lubang kencing yang tidak normal, bayi dengan hipospadia akan
mengalami gejala seperti di bawah ini:
3. Pengobatan Hipospadia
Jika posisi lubang kencing sangat dekat dari posisi yang seharusnya dan bentuk
penis tidak melengkung, penanganan mungkin tidak diperlukan. Namun, bila letak
lubang kencing jauh dari posisi normal, pasien perlu menjalani operasi. Idealnya,
operasi dilakukan ketika bayi berusia 6 sampai 12 bulan.
Operasi bertujuan untuk menempatkan lubang kencing ke posisi normal dan
untuk memperbaiki kelengkungan penis. Tergantung pada tingkat keparahannya,
operasi dapat dilakukan lebih dari sekali.
Pada banyak kasus, fungsi penis anak akan kembali normal setelah operasi.
Namun, perlu kontrol rutin setelah operasi untuk memastikan hal tersebut.
Penting untuk diingat, jangan menyunat anak dengan hipospadia sebelum operasi.
Dokter bedah mungkin akan memerlukan cangkok dari kulup untuk membuat
lubang kencing baru.
Kriptorkismus
Kriptorkismus adalah kondisi bayi laki-laki lahir tanpa salah satu atau kedua
testis (buah zakar) di kantung skrotum. Diperkirakan sekitar 1 dari 25 bayi laki-
laki lahir dengan kondisi ini. Kriptorkismus lebih berisiko terjadi pada bayi yang
lahir prematur.
1.Penyebab Kriptorkismus
Fase selanjutnya dimulai sejak sekitar usia 7 bulan kehamilan. Pada fase ini, testis
yang sudah terbentuk akan turun secara bertahap dari rongga perut melalui saluran
inguinal yang ada di sepanjang selangkangan ke skrotum.
Sebagian besar kasus kriptorkismus terjadi di fase kedua. Sehingga testis yang
sudah terbentuk mengalami keterlambatan penurunan, tidak turun sehingga tetap
ada di saluran inguinal, berada di tempat yang salah (ektopik), atau naik kembali
ke saluran inguinal setelah sempat turun sebelumnya (retraktil).
Walau jarang terjadi, tidak turun atau tidak ditemukannya testis pada skrotum
juga bisa disebabkan oleh kelainan pembentukan testis yang terjadi di fase
pertama. Akibatnya, testis memang tidak terbentuk sehingga tidak ditemukan di
kantong buah zakar ataupun di saluran inguinal.
Selain itu, terdapat sejumlah kondisi pada bayi dan ibu hamil yang dinilai
meningkatkan risiko terjadinya kriptorkismus, yaitu:
2.Gejala Kriptorkismus
Testis adalah sepasang kelenjar penting di dalam sistem reproduksi pria. Organ
ini berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon testosteron. Kelenjar ini
berbentuk lonjong seperti telur, bertekstur lembut, dan dibungkus oleh kantung
kulit bernama skrotum.
Pada kondisi normal, testis akan turun dan menggantung di bawah perut, tepatnya
di tengah pangkal paha dan di belakang penis. Kelenjar ini perlu menggantung di
luar tubuh karena produksi sperma memerlukan temperatur lebih rendah dari
temperatur tubuh.
Pada kriptorkismus, salah satu atau kedua testis tidak ada di dalam skrotum saat
bayi lahir. Kondisi ini bisa langsung diketahui dokter dengan melihat atau meraba
area skrotum bayi, baik saat bayi baru lahir atau saat dilakukan pemeriksaan rutin.
Tidak ada gejala spesifik lain pada kriptorkismus. Kondisi ini tidak menyebabkan
nyeri atau gangguan berkemih pada anak. Meski demikian, kriptorkismus yang
tidak ditangani dengan tepat bisa menyebabkan gangguan produksi sperma. Oleh
karena itu, kondisi ini perlu ditangani.
3.Pengobatan Kriptorkismus
Bila setelah usia 6 bulan testis tidak kunjung turun, maka diperlukan penanganan
lebih lanjut. Penanganan sebaiknya dilakukan saat bayi berusia 6–18 bulan, agar
mendapatkan hasil terbaik dan mencegah komplikasi.
a.Orchidopexy
b.Terapi hormon
4.Pencegahan Kriptorkismus
Tidak ada pencegahan khusus untuk kriptorkismus. Namun, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu:
Melakukan kontrol kehamilan secara rutin, yaitu setiap 1 bulan sekali pada
trimester pertama dan kedua, serta 2 minggu sekali pada trimester ketiga
Menerapkan gaya hidup sehat selama hamil, seperti mengonsumsi makanan
bergizi, rajin berolahraga, serta menjauhi rokok dan minuman beralkohol
Menghindari kontak dengan bahan kimia yang berpotensi bahaya selama
hamil, seperti yang terkandung di pestisida, cat, dan produk pembersih
Menjaga dan mengontrol masalah kesehatan yang telah dimiliki sebelumnya
selama hamil, seperti diabetes atau obesitas
Varikokel
Varikokel adalah pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam kantong
zakar (skrotum). Kondisi ini bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas sperma
menurun, testis gagal berkembang atau menyusut, bahkan kemandulan.
Normalnya, pembuluh darah yang membawa darah dari buah zakar (testis) ke
penis tidak akan teraba. Namun, pada penderita varikokel, pembuluh darah tersebut
akan membengkak sehingga skrotum terlihat seperti mengandung banyak cacing.
Kondisi ini sekilas akan tampak seperti varises yang terjadi di tungkai.
1.Penyebab Varikokel
Di sepanjang pembuluh darah vena, terdapat katup satu arah yang membuka
aliran darah menuju jantung dan langsung menutup saat aliran darah melambat.
Varikokel terjadi saat katup vena di skrotum tidak dapat menutup dengan baik
sehingga darah berkumpul di belakang katup yang rusak.
Belum diketahui apa yang menyebabkan kondisi tersebut. Namun, pada kasus
jarang terjadi, varikokel terjadi ketika pembuluh darah vena di perut tersumbat.
Darah yang terkumpul pada pembuluh tersebut dapat memberikan tekanan balik
pada vena yang lebih kecil di skrotum sehingga varikokel terjadi.
Varikokel juga bisa terjadi akibat tumor ginjal yang menekan pembuluh vena
pada skrotum.
2.Gejala Varikokel
Varikokel biasanya terjadi pada salah satu atau kedua skrotum. Namun, varikokel
pada kedua skrotum jarang terjadi.
3.Pengobatan Varikokel
Pada varikokel yang menyebabkan nyeri, dokter akan memberikan obat pereda
nyeri, seperti ibuprofen atau paracetamol. Dokter juga dapat menyarankan pasien
memakai celana penyangga testis guna meredakan tekanan.
a.Embolisasi
b.Operasi
Dokter akan menjepit atau mengikat pembuluh darah yang mengalami varikokel,
untuk menghambat aliran darah ke pembuluh tersebut. Dengan begitu, darah akan
mengalir ke pembuluh normal yang lainnya.
Operasi dapat dilakukan dengan bedah terbuka, atau teknik sayatan minimal
dengan alat khusus yang dinamakan laparoskop.
Proses pemulihan setelah operasi adalah 1–2 hari. Kendati demikian, pasien perlu
menghindari aktivitas berat selama 10–14 hari. Selain itu, pemeriksaan lanjutan ke
dokter spesialis urologi juga perlu dilakukan selama 3–4 bulan ke depan, terutama
bagi penderita yang mengalami kemandulan.
4.Pencegahan Varikokel
Penyebab varikokel belum diketahui pasti hingga saat ini. Oleh karena itu, belum
ada cara yang efektif untuk mencegah varikokel. Meski demikian, pria dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan testis mandiri secara berkala.
Pemeriksaan testis mandiri secara berkala bisa mendeteksi kelainan pada skrotum
dan testis sejak dini. Dengan begitu, pemeriksaan secara medis dapat segera
dilakukan untuk memastikan jika terdapat kelainan.
Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria. Oleh karena itu, penyakit ini hanya
dialami oleh pria. Hampir semua pria mengalami pembesaran prostat, terutama
pada usia 60 tahun ke atas. Meski begitu, tingkat keparahan gejalanya bisa berbeda
pada tiap penderita dan tidak semua pembesaran prostat menimbulkan masalah.
Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan tetapi,
kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar hormon
seksual seiring pertambahan usia pria.
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika
ukurannya cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang
mengalirkan urine dari kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala di atas.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena pembesaran
prostat jinak, yaitu:
Tingkat keparahan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap
penderita, tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama benign
prostatic hyperplasia adalah gangguan saat buang air kecil, yang bisa berupa:
Pada kasus tertentu, BPH bahkan bisa menyebabkan retensi urine atau tidak
mampu mengeluarkan urine sama sekali. Namun, perlu diingat, tidak semua
pembesaran kelenjar prostat menimbulkan keluhan buang air kecil, baik buang air
kecil terus atau tidak bisa buang air kecil sama sekali.
Pengobatan pembesaran prostat jinak tergantung pada usia dan kondisi pasien,
ukuran prostat, serta tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan yang dapat
dilakukan meliputi:
a.Perawatan mandiri
Bila gejala yang dirasakan tergolong ringan, pasien bisa melakukan penanganan
secara mandiri untuk meredakan gejala, yaitu dengan:
b.Obat-obatan
Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan gejala, dokter dapat meresepkan
obat-obatan berikut:
Pembesaran prostat jinak tidak dapat dicegah. Upaya yang bisa Anda lakukan
adalah mencegah agar gejalanya tidak semakin memburuk, yaitu dengan perawatan
mandiri seperti yang telah dijelaskan di atas.
Anda juga dapat mencegah BPH makin memburuk dengan segera memeriksakan
diri ke dokter begitu mengalami gejala pembesaran prostat jinak. Dengan begitu,
kondisi Anda dapat segera ditangani sebelum muncul komplikasi.
Hidrokel
Hidrokel adalah kondisi ketika terjadi penumpukan cairan di sekeliling testis.
Penumpukan cairan ini bisa menyebabkan pembengkakan dan menimbulkan nyeri
pada kantung buah zakar (skrotum).
Testis atau buah zakar adalah bagian dari sistem reproduksi pria. Organ ini
berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron. Sepasang testis tersebut
berada di dalam kantong skrotum dan menggantung tepat di bawah pangkal penis.
1.Jenis Hidrokel
Hidrokel komunikan
Hidrokel komunikan terjadi ketika kanal inguinal tidak menutup sehingga
cairan dari rongga perut terus mengalir ke dalam skrotum dan dapat naik
kembali ke perut. Hidrokel komunikan dapat disertai hernia inguinalis.
2.Penyebab Hidrokel
Hidrokel pada bayi dan pria dewasa disebabkan oleh kondisi yang berbeda.
Berikut adalah penjelasannya:
Pada bayi, hidrokel terjadi akibat kelainan perkembangan saat masih di dalam
kandungan. Kelainan ini menyebabkan penumpukan cairan di dalam skrotum.
Selama perkembangan, kedua testis janin yang awalnya berada di perut akan turun
ke dalam skrotum melalui celah di antara rongga perut dan skrotum. Kedua testis
tersebut turun ke dalam skotrum bersama dengan cairan.
Jika berkembang secara normal, celah yang dinamakan kanal inguinal ini akan
menutup selama tahun pertama kelahiran bayi. Cairan di dalam skrotum juga akan
terserap secara bertahap ke dalam tubuh bayi.
Namun, pada bayi dengan hidrokel, proses tersebut tidak berjalan dengan normal
sehingga kanal inguinal tidak menutup. Akibatnya, skrotum tetap terisi cairan dan
membengkak.
Hidrokel juga dapat terjadi saat pria dewasa. Kondisi ini umumnya disebabkan
oleh sejumlah kondisi, seperti:
Bayi yang terlahir prematur lebih berisiko mengalami hidrokel. Sementara pada
pria dewasa, risiko terjadinya hidrokel bisa meningkat jika memiliki kondisi
berikut:
3.Gejala Hidrokel
Hidrokel pada bayi ditandai dengan pembengkakan di salah satu atau kedua sisi
skrotum. Jika diraba, skrotum akan terasa lunak seperti balon yang berisi air.
Pembengkakan ini biasanya tidak disertai nyeri dan akan mengempis dengan
sendirinya.
4.Pencegahan Hidrokel
Hidrokel pada bayi akibat kelainan perkembangan tidak dapat dicegah. Namun,
pada pria dewasa, hidrokel bisa dicegah dengan beberapa cara, yaitu:
Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding
rahim. Pada kondisi ini, endometrium dapat tumbuh di indung telur (ovarium),
lapisan dalam perut (peritoneum), usus, vagina, atau saluran kemih.
Endometrium adalah jaringan yang melapisi dinding rahim. Sebelum menstruasi,
endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang
telah dibuahi. Bila sel telur tidak dibuahi, endometrium akan luruh, kemudian
keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terkait dengan
gangguan aliran darah menstruasi, perubahan sel-sel jaringan lain menjadi sel
endometrium, serta perpindahan sel endometrium melalui aliran getah bening.
Gejala utama endometriosis adalah nyeri atau kram hebat di bagian bawah perut
atau panggul (dismenore). Keluhan lain yang dapat muncul adalah nyeri saat
berhubungan seksual, volume darah yang banyak ketika menstruasi, dan diare.
Cystitis
1. Penyebab Cystitis
Cystitis akibat infeksi, atau disebut juga dengan infeksi kandung kemih, paling
sering disebabkan oleh bakteri E.coli. Bakteri ini sebenarnya normal dan tidak
berbahaya jika ada di usus. Akan tetapi, jika masuk ke kandung kemih, bakteri ini
bisa menyebabkan peradangan.
Sedangkan cystitis noninfeksi umumnya disebabkan oleh kerusakan atau iritasi di
kandung kemih. Hal ini dapat dipicu oleh penggunaan kateter urine dalam jangka
panjang, aktivitas seksual, efek samping radioterapi atau kemoterapi, serta bahan
kimia yang mengiritasi, seperti spermisida,.
Salah satu jenis cystitis noninfeksi yang belum diketahui penyebab pastinya adalah
interstitial cystitis. Radang kandung kemih ini bisa menyebabkan nyeri di kandung
kemih dalam jangka waktu yang lama.
Radang kandung kemih paling sering dialami oleh perempuan yang aktif secara
seksual, menggunakan alat kontrasepsi diafragma atau spermisida, sedang hamil,
atau sudah menopause.
Selain itu, beberapa faktor berikut juga bisa meningkatkan risiko terjadinya
cystitis:
3.Gejala Cystitis
Gejala cystitis dapat berbeda-beda pada tiap penderitanya. Namun, secara umum,
radang kandung kemih pada orang dewasa akan menimbulkan gejala berupa:
Frekuensi buang air kecil meningkat, tetapi jumlah urine yang dikeluarkan
sedikit-sedikit
Rasa sakit atau perih (seperti terbakar) saat buang air kecil
Kram di perut bagian bawah
Urine berwarna keruh atau berbau menyengat
Nyeri saat berhubungan seksual
Urine berdarah
Lemas
Demam
Sementara itu, cystitis pada anak dapat ditandai dengan gejala-gejala berikut:
Demam tinggi
Sering mengompol atau buang air kecil
Sakit perut
Tubuh terasa lemas
Lebih rewel dari biasanya
Selera makan berkurang
Muntah
Cystitis lebih sering dialami oleh wanita. Hal ini terjadi karena lubang kencing
(uretra) wanita lebih pendek dan letaknya lebih dekat dengan anus sehingga mudah
terkontaminasi bakteri dari anus. Risiko akan lebih tinggi jika terbiasa
membersihkan area kelamin atau bercebok dari arah belakang ke depan.
4.Pengobatan Cystitis
a.Perawatan mandiri
Pada cystitis ringan, ada beberapa perawatan mandiri yang bisa pasien lakukan
guna mengurangi gejala cystitis, yaitu:
Jika cystitis tidak membaik setelah melakukan perawatan mandiri, dokter dapat
memberikan obat-obatan untuk mengatasi infeksi, mencegah komplikasi, dan
meredakan keluhan.
Cystitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri akan diobati dengan antibiotik.
Dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis antibiotik dengan jenis bakteri dan
tingkat keparahan cystitis yang dialami pasien.
Penting untuk diingat, ikuti aturan pakai, lama penggunaan, dan dosis antibiotik
yang diberikan oleh dokter. Jangan menghentikan konsumsi antibiotik tanpa
berdiskusi dulu dengan dokter meski gejala cystitis sudah mereda.
Untuk mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman yang dirasakan pasien, dokter
juga akan memberikan obat, seperti paracetamol atau ibuprofen.
Mioma Uteri
Mioma merupakan suatu pertumbuhan massa atau daging di dalam rahim atau di
luar rahim yang tidak bersifat ganas. Mioma berasal dari sel otot polos yang
terdapat di rahim dan pada beberapa kasus juga berasal dari otot polos pembuluh
darah rahim. Jumlah dan ukuran mioma bervariasi, terkadang ditemukan satu atau
lebih dari satu.
Penyebab pasti terjadinya mioma masih belum diketahui hingga saat ini. Meski
begitu, pertumbuhan mioma sangat erat kaitannya dengan produksi hormon
estrogen. Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi,
yaitu saat pengeluaran estrogen tinggi, sehingga cenderung membesar saat wanita
sedang hamil dan mengecil saat wanita memasuki masa menopause. Beberapa
penelitian lain juga menjelaskan bahwa masing-masing mioma dapat timbul dari
satu sel ganas yang berada di antara otot-otot polos di dalam rahim seorang wanita.
Dokter akan melakukan beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan untuk
menangani mioma, yaitu:
Pemberian anti-nyeri berupa parasetamol.
Pemeriksaan fisik dan USG, yang harus diulangi setiap 6-8 minggu untuk
mengawasi pertumbuhan mioma, baik ukuran maupun jumlah. Jika
pertumbuhan stabil, pengidap diobservasi setiap 3-4 bulan.
Pengobatan dengan terapi hormonal, dengan menggunakan preparat
progestin atau gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Prosedur miomektomi, yaitu prosedur pembedahan untuk mengangkat
mioma. Prosedur ini dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia
muda dan masih ingin memiliki anak lagi. Kemungkinan mioma untuk
tumbuh lagi setelah miomektomi berkisar 20-25 persen. Setelah operasi,
pengidap disarankan menunda kehamilan selama 4-6 bulan, karena rahim
masih dalam keadaan rapuh.
Prosedur histerektomi, yaitu prosedur operasi pengangkatan rahim. Prosedur
ini wajib dipertimbangkan terlebih dahulu karena wanita sudah tidak bisa
hamil setelahnya. Namun, bagi mereka yang kerap merasakan gejala seperti
nyeri yang tidak kunjung sembuh, dan mengalami pertumbuhan mioma yang
berulang meski telah menjalani operasi, sangat disarankan untuk
melakukannya.
Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Kanker
ini umumnya berkembang perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika sudah
memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penting untuk mendeteksi kanker serviks
sejak dini sebelum timbul masalah serius.
Serviks atau leher rahim adalah bagian rahim yang terhubung ke vagina.
Fungsinya adalah untuk memproduksi lendir yang membantu menyalurkan sperma
dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Serviks juga berfungsi melindungi
rahim dari bakteri dan benda asing dari luar.
Meski jarang terjadi, kedua jenis kanker serviks di atas dapat terjadi secara
bersamaan. Kanker juga bisa terjadi pada sel leher rahim selain sel skuamosa atau
sel kelenjar, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami perubahan atau
mutasi. Mutasi ini menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali sehingga membentuk sel kanker.
Belum diketahui apa yang menyebabkan perubahan pada gen tersebut. Namun,
kondisi ini diketahui terkait dengan infeksi HPV.
Pengobatan kanker serviks tergantung pada stadium kanker yang dialami pasien
dan kondisi kesehatannya. Tindakan yang dilakukan dokter meliputi kemoterapi,
radioterapi, bedah, atau kombinasi dari ketiganya.
Peluang penderita kanker serviks untuk sembuh akan lebih besar jika kondisi ini
terdeteksi sejak dini. Oleh sebab itu, setiap wanita disarankan untuk menjalani
skrining kanker serviks secara berkala sejak usia 21 tahun atau sejak menikah.
Selain itu, pencegahan infeksi HPV yang dapat memicu kanker ini juga dapat
dilakukan dengan vaksin sejak usia 10 tahun.
HIV/AIDS
Akan tetapi, dari tahun 2005 hingga 2019, angka kematian akibat AIDS di
Indonesia terus mengalami penurunan. Hal ini menandakan pengobatan di
Indonesia berhasil menurunkan angka kematian akibat AIDS.
Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi
HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu.
Setelah flu membaik, gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-
tahun meski virus HIV terus merusak kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV
berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS.
Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV
setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang
disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud
antara lain diare kronis, pneumonia, atau toksoplasmosis otak.
Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai
dengan nama penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan
berkembang menjadi AIDS.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal,
penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat
menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:
Lakukan konsultasi ke dokter bila Anda menduga telah terpapar HIV melalui
cara-cara di atas, terutama jika mengalami gejala flu dalam kurun waktu 2–6
minggu setelahnya.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan
meminimalkan penularan HIV:
Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
atau parasit. Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular seksual:
A.Sifilis
B. Gonore
Gonore, atau yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui
aliran darah.
C. Human papillomavirus (HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, yaitu
HPV. Virus HPV dapat menular melalui kontak langsung atau hubungan seksual
dengan penderita.
Pada perempuan, virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga kanker
leher rahim (kanker serviks).
D. HIV
Jika dibiarkan tidak terobati, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS.
E. Chlamydia
Pada wanita, chlamydia menyerang leher rahim. Sedangkan pada pria, infeksi ini
menyerang saluran urine di penis.
F. Trikomoniasis
G. Hepatitis B dan C
Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis ini dapat mengakibatkan gangguan
hati kronis hingga kanker hati. Virus ini ditemukan dalam darah atau cairan tubuh
penderita.
Selain melalui hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum suntik yang
dipakai bersama atau transplantasi organ.
H. Herpes genital
Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus herpes simplex (HSV). Virus ini
bersifat tidak aktif atau bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala.
Penyebaran virus terjadi melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah
terinfeksi.
Gejala yang dapat muncul akibat penyakit menular seksual beda tergantung pada
jenis penyakitnya, tetapi umumnya berupa:
Selain beberapa gejala di atas, penyakit menular seksual bisa memunculkan gejala
lain pada wanita, yaitu perdarahan di luar masa menstruasi dan bau tidak sedap
dari vagina. Keluhan ini juga merupakan salah satu tanda pada penyakit kelamin
wanita.
A.Antibiotik
Jenis antibiotik yang diberikan untuk mengobati penyakit menular seksual akibat
infeksi bakteri, antara lain:
Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk tidak berhubungan intim hingga 7
hari setelah pengobatan berakhir dan semua gejala menghilang.
B.Antivirus
C.Antijamur
D.Antiretroviral (ARV)
Perlu diketahui, bila pasien masih berhubungan seksual secara aktif, pasangan
seksual pasien juga harus mendapatkan pengobatan. Tujuannya adalah untuk
memutus siklus penularan dan mencegah kekambuhan.
4.Pencegahan Penyakit Menular Seksual