Anda di halaman 1dari 9

KELAINAN KONGENITAL PADA SISTEM GENITOURINARI:

HYPOSPADIA, WILMS TUMOR DAN DAMPAKNYA TERHADAP

PEMENUHAN DASAR MANUSIA DALAM KONTEKS KELUARGA

ANGELA MARIA BILI 2121008

ZHADIAN WARDANI ABDULLAH 2121016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi. Kami sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca
.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kelainan kongenital pada sistem genitourinari pada anak dapat melibatkan


berbagai kondisi, seperti hipospadia, epispadia, atau anomali ginjal. Faktor genetik,
lingkungan, atau kombinasi keduanya dapat mempengaruhi perkembangan organ-
organ tersebut selama kehamilan. Kelainan ini dapat memengaruhi fungsi normal
saluran kemih, organ reproduksi, atau kedua bagian.

Kelainan kongenital pada sistem genitourinari adalah kondisi abnormal yang terjadi
sejak lahir dan berkaitan dengan organ-organ reproduksi dan saluran kemih anak.
Ini mencakup berbagai anomali seperti hipospadia, epispadia, atau malformasi ginjal
yang dapat memengaruhi fungsi normal organ-organ tersebut.

Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan genitourinari mencakup


pemantauan kesehatan, pendekatan holistik terhadap perawatan, edukasi keluarga
tentang kondisi anak, dan dukungan emosional. Tindakan pembedahan mungkin
diperlukan untuk koreksi fisik, dan perawat perlu memastikan pemulihan
pascaoperasi yang optimal.

Penting untuk melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan memberikan


informasi yang jelas serta dukungan psikososial agar mereka dapat mendukung
anak selama perjalanan pengobatan. Selain itu, pemantauan rutin dan kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya menjadi kunci dalam memberikan asuhan yang
efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari hypospadia ?

2. Apa etiologi hypospadia?

3. Bagaimana wilms tumor dan dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan


dasar manusia dalam konteks keluarga?

4. Apa etiologi wilms tumor.?

C. Tujuan

1. Mampu menjelaskan definisi hypospadi


2. Mampu menjelaskan etiologi hypospadia
3. Mampu menjelaskan wilms tumor dan dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam konteks keluarga
4. Mampu menjelaskan etiologi wilms tumor

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hypospadia

Hipospadia adalah kondisi kelainan bawaan lahir yang menyebabkan letak lubang
kencing (uretra) laki-laki tidak pada posisi yang seharusnya. Uretra merupakan
saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis. Dalam kondisi
normal, lubang uretra terletak di ujung penis. Namun pada kondisi hipospadia,
lubang kencing terletak di bagian bawah penis.

Meski tidak menimbulkan rasa sakit, jika tidak ditangani, penderita gangguan ini
dapat mengalami gangguan dimana aliran buang air kecil tidak bisa lurus ke depan
saat berdiri karena lubang uretra tidak berada di ujung glans penis (aliran akan
mengarah ke bawah dan bisa membasahi celana). Selain itu, penderita hipospadia
juga dapat mengalami kesulitan berhubungan seksual saat dewasa.
B. Gejala Hipospadia

Gejala hipospadia yang dialami oleh penderita bisa berbeda-beda satu sama lain.
Umumnya, gejala utama hipospadia adalah lubang kencing terletak di bagian bawah
kepala penis. Sebagian kasus lain memiliki lubang kencing di bagian bawah batang
penis hingga di area skrotum atau area buah zakar. Selain yang terlihat secara fisik,
penderita hipospadia mengalami gejala seperti berikut:

1. Percikan urin tidak normal saat buang air kencing


2. Bentuk penis melengkung ke bawah (chordee).
3. Bentuk kulup (kulit yang menutupi ujung penis) tidak menutupi kepala penis
dengan sempurna

C. Tipe-tipe Hipospadia
Ada tiga tipe hipospadia tergantung pada lokasi lubang uretra:

1. Subcoronal yaitu lubang uretra terletak mendekati kepala penis


2. Midshaft yaitu lubang uretra terletak di sepanjang batang penis
3. Penoscrotal yaitu lubang uretra terletak antara pertemuan penis dengan
skrotum atau di skrotum.

D. Faktor Risiko dan Penyebab Hipospadia

Meski penyebab hipospadia belum dapat diketahui secara pasti, tapi ada
beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko anak mengalami hipospadia.
Beberapa faktor risiko hipospadia adalah:
a. Riwayat keluarga
b. Usia ibu hamil di atas 35 tahun
c. Menjalani terapi kehamilan atau perawatan kesuburan
d. Paparan zat tertentu, seperti rokok, pestisida, dan lain-lain
e. Terhambatnya kerja hormon testosteron
f. Kelahiran prematur
g. Diagnosis Hipospadia
Penderita hipospadia dapat didiagnosis sejak lahir melalui pemeriksaan fisik,
tanpa pemeriksaan lanjutan. Namun, pada kasus yang parah pemeriksaan lanjutan
diperlukan untuk mengetahui kelainan kelamin pada bayi. Salah satu contoh
pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui hipospadia adalah dokter akan
menganjurkan pemeriksaan kromosom.
E. Komplikasi Hipospadia
Bila tidak ditangani, anak dengan hipospadia akan mengalami komplikasi berupa:
1. Kesulitan saat belajar buang air kecil
2. Kelainan bentuk penis
3. Gangguan ejakulasi
4. Bentuk penis tidak normal saat ereksi
5. Bisa mengalami gangguan psikologis akibat tidak percaya diri

F. Penanganan Hipospadia
Penanganan medis yang diperlukan penderita hipospadia berbeda-beda,
tergantung dari tingkat keparahan yang dialami. Terapi penanganan hipospadia yang
paling umum dilakukan yaitu dengan prosedur pembedahan atau operasi. Belum
tentu semua penderita hipospadia membutuhkan penanganan medis. Penanganan
secara khusus mungkin tidak dibutuhkan pada kondisi tertentu, misalnya jika posisi
lubang kencing sangat dekat dari posisi seharusnya dan bentuk penis tidak
melengkung.
Tetapi jika letak lubang kencing berada jauh dari posisi normal, operasi perlu
dilakukan. Operasi pemindahan uretra dilaksanakan untuk menempatkan lubang
kencing ke posisi yang seharusnya. Selain itu pada kasus penis yang melengkung
ke bawah, operasi dilakukan untuk memperbaiki kelengkungan penis ke bentuk yang
normal. Saat yang paling ideal untuk melakukan operasi adalah ketika anak berusia
6 bulan hingga 1,5 tahun. Operasi bisa dilangsungkan lebih dari sekali, tergantung
pada tingkat keparahannya. Usai operasi, kebanyakan pasien diperbolehkan
langsung pulang. Pasien akan menggunakan kateter di penisnya sebagai saluran
buatan dari plastik untuk membantu mengalirkan urine. Biasanya dokter akan
memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
setelah operasi.

A. Wilms tumor dan dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia


dalam konteks keluarga.
Tumor Wilms atau nefroblastoma adalah kanker ginjal langka yang menyerang
anak-anak. Kondisi ini paling banyak terjadi pada anak usia di bawah 10 tahun,
tepatnya pada anak usia 3–4 tahun. Tumor Wilms juga lebih sering terjadi pada anak
perempuan daripada anak laki-laki. Tumor Wilms umumnya hanya menyerang satu
ginjal saja, tetapi tidak tertutup kemungkinan tumor dapat menyerang kedua ginjal.
Tumor ini bisa menyebar dari ginjal ke bagian tubuh lain, seperti kelenjar getah
bening di perut dan paru-paru. Meski demikian, teknologi dalam pemeriksaan dan
pengobatan tumor Wilms telah berkembang pesat sehingga penyakit ini bisa teratasi
dengan baik. Oleh sebab itu, kebanyakan penderita tumor Wilms dapat tumbuh
hingga dewasa bila segera mendapatkan perawatan yang tepat.
a. Penyebab dan Faktor Risiko Tumor Wilms
Penyebab tumor Wilms belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor
yang diduga dapat meningkatkan risiko seorang anak terkena penyakit ini, yaitu:
b. Faktor genetik
Anak yang memiliki keluarga dengan riwayat tumor Wilms lebih berisiko menderita
kondisi yang sama.
c. Kelainan bawaan (kongenital)
Tumor Wilms lebih berisiko terjadi pada anak yang menderita kelainan bawaan,
seperti:
• Aniridia, yaitu kondisi ketika anak tidak memiliki sebagian atau seluruh iris
mata sejak lahir
• Hemihypertrophy, yaitu kondisi ketika salah satu tangan atau kaki lebih besar
dibandingkan bagian tubuh lainnya
• Kriptorkismus, yaitu kondisi ketika testis tidak turun ke dalam skrotum saat
lahir
• Hipospadia, yaitu kondisi ketika lubang saluran kemih di penis tidak berada
pada posisi yang seharusnya
d. Kondisi langka
Beberapa penyakit langka di bawah ini juga dapat meningkatkan risiko anak terkena
tumor Wilms:
a. Sindrom WAGR, yaitu penyakit langka gabungan dari tumor Wilms, aniridia,
kelainan pada organ kelamin dan saluran kemih, serta retardasi mental
b. Sindrom Beckwith-Wiedemann, yaitu kondisi bayi yang berat lahirnya di atas
rata-rata (>4 kg), disertai dengannya pertumbuhan yang tidak normal pada
organ dan anggota tubuh
c. Sindrom Denys-Drash, yaitu kondisi gabungan penyakit ginjal dan kelainan
pada testis.

B. Gejala Tumor Wilms


Gejala utama tumor Wilms adalah nyeri dan pembengkakan di perut. Keluhan lain
yang dapat menyertai adalah:
1. Sembelit
2. Benjolan di dalam perut
3. Hilang nafsu makan
4. Urine berdarah (hematuria)
5. 5.Tubuh terasa sangat lelah dan lemas
6. Mual dan muntah
7. Demam
8. Sesak napas
9. Tekanan darah meningkat
Pada umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada
anak yang dilahirkan dengan kelainan lahir. Tujuannya adalah untuk memeriksa
risiko terjadinya tumor Wilms. Bila anak Anda memiliki faktor risiko tumor Wilms,
periksakan ia ke dokter tiap 3–4 bulan sampai ia berusia 7 tahun. Tujuannya adalah
untuk mendeteksi tumor Wilms sejak dini.
C. Diagnosis Tumor Wilms
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan
gejala yang dialami pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
guna mendeteksi keberadaan tumor. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan
menganjurkan pasien untuk menjalani beberapa tes lain, yaitu:
a. Tes darah dan urine, untuk memeriksa fungsi ginjal dan hati pasien,
memeriksa jumlah sel darah, serta kondisi kesehatan pasien secara
keseluruhan
b. Pemindaian dengan USG perut, foto Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk
melihat kondisi ginjal dan organ lain secara lebih detail
c. Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan tumor untuk diperiksa lebih lanjut
di laboratorium
Setelah dokter memastikan diagnosis, dokter akan menentukan stadium tumor
Wilms yang diderita pasien, yaitu:
1. Stadium 1 – Tumor hanya berada di satu ginjal dan dapat disembuhkan
melalui tindakan operasi
2. Stadium 2 – Tumor sudah menyebar hingga ke jaringan di sekitar ginjal,
termasuk pembuluh darah
3. Stadium 3 – Tumor telah menyebar ke organ perut lain atau kelenjar getah
bening
4. Stadium 4 – Tumor sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh dari
ginjal, seperti paru-paru, tulang, atau otak
5. Stadium 5 – Tumor telah menyerang kedua ginjal, dengan stadium yang
dapat berbeda pada masing-masing ginjal
D. Pengobatan Tumor Wilms
Penanganan tumor Wilms dilakukan oleh tim dokter yang terdiri dari spesialis
anak, onkologi, spesialis bedah anak, dan spesialis urologi. Tim dokter akan
menentukan langkah pengobatan tumor Wilms berdasarkan usia, tingkat keparahan
tumor, dan kesehatan anak secara keseluruhan. Terdapat tiga metode pengobatan
utama yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Operasi nefrektomi
Nefrektomi merupakan metode pengobatan yang paling sering dilakukan untuk
penderita tumor Wilms. Pada prosedur ini, dokter dapat mengangkat sebagian,
seluruh, atau kedua ginjal yang terkena tumor. Tindakan ini bertujuan untuk
mencegah sel kanker menyebar ke perut. Pasien yang menjalani operasi
pengangkatan kedua ginjal harus menjalani prosedur cuci darah (hemodialisis)
seumur hidupnya, atau menerima donor ginjal.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Prosedur ini dilakukan jika ukuran tumor sudah cukup besar atau tidak dapat
diangkat seluruhnya melalui operasi. Terkadang, kemoterapi juga dilakukan sebelum
operasi untuk menyusutkan ukuran tumor agar lebih mudah diangkat.
c. Radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk menghancurkan sel kanker dengan sinar-X. Terapi ini
juga dapat menjadi pilihan bagi pasien dengan kondisi tumor yang telah menyebar
ke organ tubuh lainnya. Selama pengobatan, dokter akan memberikan obat untuk
mencegah infeksi serta untuk meredakan efek samping berupa nyeri, demam, mual
dan muntah. Meski umumnya sembuh setelah ditangani, dokter akan menyarankan
pasien untuk melakukan pemeriksaan secara berkala selama 2 tahun pertama
setelah menjalani pengobatan. Hal ini dilakukan guna mendeteksi jika sel kanker
muncul kembali dan mengevaluasi fungsi ginjal yang baru atau yang tersisa.

E. Komplikasi Tumor Wilms


Komplikasi tumor Wilms terjadi ketika tumor telah menyerang organ lain, seperti
paru-paru, kelenjar getah bening, hati, tulang, atau otak. Beberapa komplikasi yang
dapat terjadi adalah:
a. Gangguan fungsi ginjal, terutama bila tumor berada di kedua ginjal
b. Hipertensi akibat gangguan pada ginjal sebagai pengatur tekanan darah
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
F. Pencegahan Tumor Wilms
Pada sebagian besar kasus, belum diketahui cara untuk mencegah kanker
pada anak, termasuk tumor Wilms. Namun, faktor risiko yang dapat memicu
terjadinya tumor Wilms dapat dihindari. Pada anak yang lahir dari orang tua dengan
riwayat tumor Wilms, dokter akan menganjurkan pemeriksaan secara berkala.
Tujuannya adalah agar kemunculan tumor bisa dideteksi sejak dini dan
penanganannya dapat dilakukan lebih awal.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

kelainan kongenital pada sistem genitourinari adalah perlunya perhatian khusus


dalam asuhan keperawatan pada anak. Kelainan ini dapat memengaruhi fungsi
ginjal, saluran kemih, atau organ reproduksi, dan memerlukan pendekatan holistik
dalam penanganan medis dan perawatan.

Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan genitourinari melibatkan


pemantauan ketat terhadap fungsi ginjal, manajemen nyeri, pemantauan
perkembangan anak, dan dukungan psikososial untuk anak dan keluarganya.
Pemahaman yang mendalam tentang kondisi spesifik anak serta kolaborasi dengan
tim perawatan medis sangat penting dalam memberikan perawatan yang efektif dan

DAFTAR PUSTAKA

Congenital anomalies of the kidney and urinary tract: A clinical review" (American
Family Physician, 2014).
"Nursing care of children with congenital renal anomalies" (Nephrology Nursing
Journal, 2016).

Pediatric Nursing: An Introductory Text" oleh Debra L. Price.


"Wong's Nursing Care of Infants and Children" oleh Marilyn J. Hockenberry.

"Guidelines for Perinatal Care" oleh American Academy of Pediatrics dan American
College of Obstetricians and Gynecologists.

Anda mungkin juga menyukai