MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi. Kami sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca
.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan kongenital pada sistem genitourinari adalah kondisi abnormal yang terjadi
sejak lahir dan berkaitan dengan organ-organ reproduksi dan saluran kemih anak.
Ini mencakup berbagai anomali seperti hipospadia, epispadia, atau malformasi ginjal
yang dapat memengaruhi fungsi normal organ-organ tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hypospadia
Hipospadia adalah kondisi kelainan bawaan lahir yang menyebabkan letak lubang
kencing (uretra) laki-laki tidak pada posisi yang seharusnya. Uretra merupakan
saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis. Dalam kondisi
normal, lubang uretra terletak di ujung penis. Namun pada kondisi hipospadia,
lubang kencing terletak di bagian bawah penis.
Meski tidak menimbulkan rasa sakit, jika tidak ditangani, penderita gangguan ini
dapat mengalami gangguan dimana aliran buang air kecil tidak bisa lurus ke depan
saat berdiri karena lubang uretra tidak berada di ujung glans penis (aliran akan
mengarah ke bawah dan bisa membasahi celana). Selain itu, penderita hipospadia
juga dapat mengalami kesulitan berhubungan seksual saat dewasa.
B. Gejala Hipospadia
Gejala hipospadia yang dialami oleh penderita bisa berbeda-beda satu sama lain.
Umumnya, gejala utama hipospadia adalah lubang kencing terletak di bagian bawah
kepala penis. Sebagian kasus lain memiliki lubang kencing di bagian bawah batang
penis hingga di area skrotum atau area buah zakar. Selain yang terlihat secara fisik,
penderita hipospadia mengalami gejala seperti berikut:
C. Tipe-tipe Hipospadia
Ada tiga tipe hipospadia tergantung pada lokasi lubang uretra:
Meski penyebab hipospadia belum dapat diketahui secara pasti, tapi ada
beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko anak mengalami hipospadia.
Beberapa faktor risiko hipospadia adalah:
a. Riwayat keluarga
b. Usia ibu hamil di atas 35 tahun
c. Menjalani terapi kehamilan atau perawatan kesuburan
d. Paparan zat tertentu, seperti rokok, pestisida, dan lain-lain
e. Terhambatnya kerja hormon testosteron
f. Kelahiran prematur
g. Diagnosis Hipospadia
Penderita hipospadia dapat didiagnosis sejak lahir melalui pemeriksaan fisik,
tanpa pemeriksaan lanjutan. Namun, pada kasus yang parah pemeriksaan lanjutan
diperlukan untuk mengetahui kelainan kelamin pada bayi. Salah satu contoh
pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui hipospadia adalah dokter akan
menganjurkan pemeriksaan kromosom.
E. Komplikasi Hipospadia
Bila tidak ditangani, anak dengan hipospadia akan mengalami komplikasi berupa:
1. Kesulitan saat belajar buang air kecil
2. Kelainan bentuk penis
3. Gangguan ejakulasi
4. Bentuk penis tidak normal saat ereksi
5. Bisa mengalami gangguan psikologis akibat tidak percaya diri
F. Penanganan Hipospadia
Penanganan medis yang diperlukan penderita hipospadia berbeda-beda,
tergantung dari tingkat keparahan yang dialami. Terapi penanganan hipospadia yang
paling umum dilakukan yaitu dengan prosedur pembedahan atau operasi. Belum
tentu semua penderita hipospadia membutuhkan penanganan medis. Penanganan
secara khusus mungkin tidak dibutuhkan pada kondisi tertentu, misalnya jika posisi
lubang kencing sangat dekat dari posisi seharusnya dan bentuk penis tidak
melengkung.
Tetapi jika letak lubang kencing berada jauh dari posisi normal, operasi perlu
dilakukan. Operasi pemindahan uretra dilaksanakan untuk menempatkan lubang
kencing ke posisi yang seharusnya. Selain itu pada kasus penis yang melengkung
ke bawah, operasi dilakukan untuk memperbaiki kelengkungan penis ke bentuk yang
normal. Saat yang paling ideal untuk melakukan operasi adalah ketika anak berusia
6 bulan hingga 1,5 tahun. Operasi bisa dilangsungkan lebih dari sekali, tergantung
pada tingkat keparahannya. Usai operasi, kebanyakan pasien diperbolehkan
langsung pulang. Pasien akan menggunakan kateter di penisnya sebagai saluran
buatan dari plastik untuk membantu mengalirkan urine. Biasanya dokter akan
memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
setelah operasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Congenital anomalies of the kidney and urinary tract: A clinical review" (American
Family Physician, 2014).
"Nursing care of children with congenital renal anomalies" (Nephrology Nursing
Journal, 2016).
"Guidelines for Perinatal Care" oleh American Academy of Pediatrics dan American
College of Obstetricians and Gynecologists.