Anda di halaman 1dari 77

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP JUAL BELI

PAKAIAN BEKAS (THRIFT SHOP) PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM

SKRIPSI

Oleh:
Fadilatul Munawarah
NIM :1810921001

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
2022
TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP JUAL BELI
PAKAIAN BEKAS (THRIFT SHOP) PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Jember


Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh
Fadilatul Munawarah
NIM : 1810921001

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
2022

ii
iii
MOTTO

iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Fadilatul Munawarah ini tlah dipriksa dan disetujui untuk diuji oleh Tim
Penguji.

v
PENGESAHAN

Skripsi oleh Fadilatul Munawarah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah puji syukur atas pertolongan Allah yang telah memberi
kekuatan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi in. segala hal yang telah
diupayakan semoga bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.
Skripsi ini berjudul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Jual Beli
Pakaikan Bekas (Thirft Shop) Pada Media Sosial Instagram” dengan memuat bab I
sampai bab IV. Bab I berisi pendahuluan, bab II berisi tinjauan pustaka dan asumsi,
bab III berisi metode penelitian, bab IV berisi paparan data dan temuan penelitian,
bab V berisi pembahasan, dan VI berisi kesimpulan.
Dengan penuh kesadaran penulis menyampaikan permohonan maaf atas
kekurangan yang masih ada pada penulisan skripsi ini, semoga bisa menjadi koreksi
bersama untuk perbaikan selanjutnya.

Jember,

Penulis

vii
UNGKAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, tiada kata yang indah selain memanjatkan puji-


puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan dan melimpahkan
rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan bukti
dari terselesainya materi-materi mata kuliah yang telah ditempuh pada jenjang S1
Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Jember.

Tak lupa salam cinta terhangat untuk Baginda Rasulullah SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang penuh ilmu
pengetahuan. Penyusun skripsi ini, penulis berupaya semaksimal mungkin untuk bisa
menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang baik, namun di balik itu penulis menyadari
bahwa fitrah manusia tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, sehingga apabila
dalam penyusunan skripsi ini terdapat Bahasa atau kalimat penulis yang keliru serta
metode penelitian yang masih kurang benar, hal itu terjadi di luar batas pengetahuan
penulis. Dan untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pihak pembaca sangat
penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.

Atas segala upaya, bimbingan, dan arahan dari semua pihak, maka dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih Kepada :

1. Allah Subhanallahu wa Ta’ala atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya.


2. Orang tua dan seluruh keluarga saya yang telah membesarkan, menyayangi,
mendoakan dan memberikan dukungan yang tiada terkira.
3. Dr. Hanafi, M. Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember
4. Dr. Sofyan Rofi, M. Pd.I, Dekan FAI Universitas Muhammadiyah Jember
5. Miftahul Hasanah, M. E. I selaku Kaprodi Ekonomi Syariah Universitas
Muhammadiyah Jember
6. Bapak Dhofir Catur Bashori, M. H. I selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Istikomah, M. H. I selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan

viii
waktu, tenaga, pikiran, memberikan arahan, masukan dan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Semua Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jember.
8. Staf pengajaran FAI Universitas Muhammadiyah Jember.
9. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jember yang telah memberikan
layanan bukubuku penunjang dalam penyelesaian skripsi ini.
10. M. Ridwan yang telah mendoakan, memberikan dukungan, memberikan
semangat serta yang selalu mendengarkan keluh kesah selama penulis
menysun skripsi ini.
11. Sahabat seperjuangan, Feby Diah, Firman Sahroni, Isma Wardatus, Rofik
Musannif, Ayu Safitri yang tetap setia mendampingi serta menyupport semasa
penulis menyelesaikan skripsi ini hingga akhirnya selesai.
12. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Syariah Angkatan 2018 semoga
semuanya mendapatkan yang terbaik dalam hidup. Terutama Terima kasih
atas keceriaan dan kebersamaan selama empat tahun ini, semoga persaudaraan
dan persahabatan yang terjalin tidak pernah lekang oleh waktu.
13. Teman-teman Zeger Indonesia Cabang Jember (Septy, Nico, Arga, Mas Fariz)
serta Bapak Wibisono, Ibu Nieka, Ibu Vieta selaku Owner Zeger Indonesia.
Terima kasih sudah membantu, memberikan semangat hingga terselesainya
skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Semoga amal yang mereka
sumbangkan menndapatkan keberkahan dan menjadi amal kebaikan di akhirat
nanti.

ix
PERSEMBAHAN

Skripsi ini dengan hormat dipersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan banyak hal dalam pendidikan
saya.
2. Para guru saya mulai TK sampai di bangku kuliah.
3. Semua teman-teman yang memberi banyak inspirasi dan perjalanan hidup
4. Almamaterku tercinta, Universitas Muhammadiyah Jember.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................ii
HALAMAN LOGO..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................5
1.3 TUJUAN..................................................................................................................6
1.4 DEFINISI ISTILAH.................................................................................................6
1.5 MANFAAT PENELITIAN......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................9
2.1 Penelitian Terdahulu................................................................................................9
2.2 Kerangka Teori.......................................................................................................15
2.1.1 Jual Beli..........................................................................................................15
2.1.2 Pakaian Bekas (Thrift)....................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................34
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................................34
3.2 Lokasi Penelitian....................................................................................................34
3.3 Data Penelitian.......................................................................................................34
3.4 Sumber Data...........................................................................................................35
3.5 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................35
3.6 Instrumen Pengumpulan Data................................................................................36
3.7 Teknik Analisis Data..............................................................................................37
3.8 Pengecekan Keabsahan Temuan............................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................35

xi
xii
1

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

2
DAFTAR LAMPIRAN

3
ABSTRAK

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Munculnya Covid-19 berhasil melumpuhkan seluruh aktivitas masyarakat
di luar rumah termasuk juga aktivitas bisnis. Bisnis menjadi suatu aktivitas yang
terus melekat pada kehidupan masyarakat. Media sosial merupakan salah satu
perkembangan teknologi yang paling terkenal, karena media sosial merupakan
sarana yang memudahkan penggunanya untuk berinteraksi secara cepat dan
mudah. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
semakin paham bahwa perkembangan tersebut harus dimanfaatkan. Media sosial
adalah sebuah media daring yang para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan
dunia virtual. (Azizah, 2020:1)
Media sosial itu mencakup berbagai aplikasi contohnya seperti Instagram,
Facebook, WhatsApp, Line dan Twitter. Namun salah satu aplikasi yang saat ini
paling disukai banyak orang dari berbagai kalangan usia adalah aplikasi
Instagram. Melalui aplikasi tersebut kita bisa dengan mudah berbagi informasi
dan berkomunikasi, berinteraksi melalui internet dengan teman dan keluarga.
Memudahan lainnya itu bisa berinteraksi, aplikasi tersebut juga memudahkan
dalam membagikan foto serta video yang berisi tentang kegiatan kita serta
perolehan informasi yang sangat praktis maka tak heran jika Instagram menjadi
media sosial yang paling populer saat ini.
Kelebihan-kelebihan yang disajikan oleh Instagram juga mampu meraih
pengguna terbanyak dari media sosial lainnya, bahkan pengguna terbanyak adalah
dari kalangan remaja. Media sosial Instagram menawarkan sistem komunikasi
dengan berbagai kemudahan melalui penggunaan fitur ataupun konten yang
terdapat didalamnya. Pemanfaatan fitur untuk menemukan foto, video dan berita

5
tentang kesehatan, kecantikan, makanan, musik, serta akun-akun lain yang
terdapat pada Instagram, hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat
menciptakan nilai baik serta mampu mempengaruhi penggunanya. Media
tradisional itu yang digunakan adalah media cetak dan media broadcast,
sedangkan pada media sosial yang digunakan adalah jaringan internet. Pada
dasarnya, media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal
yang cukup besar dan tenaga kerja yang cukup banyak, karena proses yang
digunakan masih bersifat terbatas. Namun berbeda halnya dengan media sosial,
para pengguna media sosial dapat mengakses secara cepat menggunakan jaringan
internet tanpa biaya yang terlalu besar dan dapat dilakukan sendiri dengan mudah
dimanapun dan kapanpun.
Media sosial memberikan banyak kemudahan yang dapat membuat para
penggunanya betah berlama-lama menjelajahi dunia maya. Kemudahan ini
membuat sebagian orang yang memiliki bisnis melihat peluang yang cukup besar
untuk menjual barang dagangannya melalui media sosial. Namun yang harus
diperhatikan ketika melakukan jual-beli melalui media sosial adalah syarat dan
rukun jual-beli, apakah jual beli tersebut sudah sesuai dengan syariat Islam atau
justru sebaliknya. Jual-beli sendiri merupakan salah satu terminologi ilmu fikih
yang ketentuannya terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. (Amin, 2011:4)
Jual-beli yang dalam bahasa Arab berarti (al-bai’) secara istilah adalah
pertukaran harta dengan harta secara khusus, atau pertukaran sesuatu yang
diinginkan yang berguna dengan cara khusus, yaitu ijab (ucapan/perbuatan yang
menunjukkan penawaran) dan qabul (ucapan/perbuatan yang menunjukkan
penerimaan). Atau yang umum kita ketahui bahwa jual-beli adalah suatu transaksi
yang dilakukan dalam rangka tukar-menukar uang dengan barang yang disertai
pemindahan kepemilikan dan dilakukan atas dasar kerelaan atau suka sama suka.
(Mubarok, 2017:3)
Salah satu syarat dalam jual beli adalah adanya kejelasan mengenai objek
yang diperjualbelikan. Karena syarat ini merupakan sebuah prinsip yang telah ada
sejak zaman dahulu hingga sekarang serta telah diakui oleh syara’ sebagai sebuah

2
kewajiban. Prinsip ini dibenarkan oleh syara, dimaksudkan agar memperjelas
sebuah syarat yang harus ada dalam jual beli, karena jika barang yang
diperjualbelikan bersifat samar atau tidak terdapat kejelasan (gharar) mengenai
barang tersebut apakah baik atau buruk, maka dapat menimbulkan akibat-akibat
yang dapat menimbulkan persengketaan. Dalam melakukan transaksi jual beli,
yang harus diperhatikan ialah mencari barang yang halal dan dengan jalan yang
halal pula, maksudnya barang yang halal untuk diperjual belikan atau
diperdagangkan adalah yang dijual dengan cara yang jujur. Bersih dari segala
sifat yang dapat merusak jual beli, seperti penipuan, pencurian, perampasan, riba,
dan lain-lain. Jika barang yang di perjualbelikan tidak sesuai dengan rukun dan
syarat jual beli maka perbuatan dan barang hasil jual beli yang dilakukannya
menjadi batil (tidak sah) hukumnya. (Mas’ud, 2007:24)
Jual-beli yang kita ketahui biasanya terjadi antara penjual dan pembeli
yang berada pada satu tempat yang sama dan dalam waktu yang sama, terjadi
interaksi secara langsung antara penjual dan pembeli tersebut untuk menyepakati
suatu harga atas barang yang diperjualbelikan. Namun pada zaman sekarang,
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, praktik jual beli dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja termasuk melalui media sosial seperti
Instagram. Dari Instagram penjual biasanya membuat sebuah akun yang
menggunakan nama brandnya, ada juga yang tidak menggunakan nama brandnya
karena hanya sekedar menjual barang tanpa brand. Akun yang digunakan untuk
melakukan jual beli tersebut biasa kita kenal dengan sebutan online shop, dengan
memiliki akun khusus online shop pemilik akun dapat mempromosikan barang
dagangannya kepada pengguna Inatagram lain. Instagram terdapat banyak praktik
jual beli yang dilakukan, dari mulai berbagai objek yang berbeda hingga berbagai
kualitas yang berbeda pula.
Seiring berjalannya waktu, transaksi jual beli yang terjadi di kehidupan
masyarakat beragam rupa dan bentuknya. Salah satu yang sedang marak saat ini
adalah jual beli pakaian bekas yang dapat dengan mudah ditemukan di Instagram.
Jual beli pakaian bekas pada dasarnya adalah untuk membantu seseorang dalam

3
menjual pakaiannya yang sudah tidak terpakai lagi dengan dalih agar
mendapatkan uang. Namun saat ini praktik jual beli pakaian bekas seolah sudah
menjadi trend, dalam Instagram praktik tersebut lebih dikenal dengan istilah
Thrift Shop. Thrift merupakan salah satu model bisnis yang makin digemari dari
tahun ketahun khususnya dikalangan milenial. Dalam kegiatannya, para owner
thrift shop menjual pakaian thrift sangat beragam, baik pakaian-pakaian dengan
merk biasa hingga merk terkenal sekalipun. Akan tetapi, yang sedang ramai itu
adalah pakaian thrift dengan merek-merek impor. Uniknya cara menjual pakaian
thrift inipun juga sangat beragam, dari mulai satuan, borongan, paket usaha, mini
ball, dan ball besar.
Terdapat akun-akun yang secara khusus dibuat untuk menjadi tempat
menjual pakaian bekas (thrift shop). Tak hanya pakaian, berbagai barang lainnya
seperti tas, jilbab, sepatu, handphone, dan masih banyak berbagai jenis barang
yang sudah tidak terpakai diperjualbelikan di Instagram. Seperti pada akun
Instagram @ex_wearpremium memiliki 23RB pengikut, @premiumstuff_id
memiliki pengikut sebanyak 20,4RB pengikut, ada juga @onlythriftt.id
mempunyai 19,7RB pengikut, @itswear.id memiliki 188RB pengikut dan
@badjoelama.co memiliki 69,8RB pengikut. Akun-akun tersebut menjual pakaian
bekas import (thrift shop), ada juga Korean style dan paket usaha dengan berbagai
model dan ukuran, warna serta harga yang cukup murah, maka hal itu menjadi
daya tarik bagi para pengikutnya untuk membeli pakaian yang dijualnya.
Bagi sebagian orang khususnya yang masih berstatus pelajar atau bahkan
dari kalangan masyarakat yang ingin tampil menarik namun dengan biaya yang
murah, tak jarang mereka memanfaatkan jual beli pakaian bekas atau biasa
disebut thrifting. Karena biasanya pakaian bekas itu memiliki harga yang jauh
lebih murah meskipun berasal dari merek yang cukup terkenal, jika dibandingkan
dengan pakaian baru yang biasanya dijual ditempat perbelanjaan seperti mall.
Akun-akun jual beli pakaian bekas (thrift shop) tersebut terkadang
melakukan praktik jual beli yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Terdapat
beberapa oknum penjual pakaian bekas di Instagram yang memiliki

4
ketidakjelasan dalam pelaksanaannya, seperti mengenai kualitas pakaian yang
dijual serta bentuk asli dari pakaian. Ketidakjelasan tersebut dikhawatirkan
menjadi sesuatu yang gharar. Tak hanya gharar, namun biasanya jual beli pakaian
bekas adalah pakaian yang berasal dari impor luar negeri, yang kemungkinan
berpotensi membahayakan kesehatan, sehingga hal tersebut tidak aman untuk
dikonsumsi oleh masyarakat. Larangan tersebut disebabkan karena dapat merusak
industri tekstil dalam negeri dan dapat menimbulkan banyak kerugian lainnya.
Oleh karena itu sangat diperlukan adanya upaya peningkatan kesadaran hukum
masyarakat khususnya mengenai dampak negatif dari pakaian bekas baik yang
diimpor dari luar negeri maupun dalam negeri.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, pada praktiknya pelaksanaan
jual beli pakaian bekas pada media sosial Instagram hanya mencantumkan harga
pakaian yang dijualnya serta menyertakan foto dan video dari pakaian tersebut,
namun kadang ketika barang sampai di tangan konsumen, barang tersebut tidak
seperti yang ada di foto maupun video tersebut. Sehingga itu mengurangi kualitas
sebenarnya dari pakaian tersebut mengenai kelayakannya.
Praktik jual beli pakaian bekas atau yang biasa dikenal dengan thrift shop
pada perkembangannya menjadi salah satu fenomena transaksi bisnis. Namun
praktik jual beli pakaian bekas ini belum memiliki kejelasan dalam kedudukan
hukumnya, serta tidak terdapat aturan mengenai bagaimana pelaksanaannya,
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan kejelasan hukum
mengenai ketentuan jual beli pakaian bekas di Instagram.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih untuk mengangkat
tema mengenai jual beli pakaian bekas yang lebih ditekankan pada masalah
kedudukan hukum pada pelaksanaannya. Penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut dalam sebuah penelitian dengan judul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syari’ah
Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas (Thirft Shop) Pada Media Sosial Instagram”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Praktik jual beli pakaian bekas pada umumnya menggunakan akad jual beli
yang ketentuannya terdapat dalam syari’at Islam. Namun pada kenyataannya,

5
praktik jual beli pakaian bekas di Instagram tersebut belum memiliki kedudukan
hukum yang jelas. Maka dari rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana praktik jual beli pakaian bekas di media sosial Instagram
menurut hukum ekonomi syariah ?
1.2.2 Bagaimana manfaat dan mudarat dari jual beli pakaian bekas di media
sosial Instagram?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana praktik jual beli pakaian bekas di media
sosial Instagram menurut ekonomi syariah.
1.3.2 Untuk mengetahui manfaat dan mudarat dari jual beli pakaian bekas di
media sosial Instagram.
1.4 DEFINISI ISTILAH
Untuk memperoleh gambaran tentang judul dalam penulisan skripsi ini,
maka penulis akan memberikan pengertian dari beberapa kata yang terdapat
dalam judul tersebut, yaitu:
1.4.1 Tinjauan adalah kegiatan merangkum sejumlah data besar yang masih
mentah kemudian mengelompokan atau memisahkan komponen-komponen
serta bagian-bagian yang relevan untuk kemudian mengkaitkan data yang
dihimpun untuk menjawab permasalahan.
1.4.2 Hukum Ekonomi Syariah adalah istilah atau bahasa hukum yang sering
digunakan untuk menyatakan hukum-hukum yang tercakup dalam ranah
atau wilayah kajian Islam yang secara umum dan sering juga dinyatakan
dengan sebutan hukum Hukum Syara’ atau Syari’ah.
1.4.3 Jual beli adalah suatu pembelian yang dilakukan tehadap sesuatu barang,
yang mana pembayaran harga barang tersebut dilakukan secara
berangsurangsur sesuai dengan tahapan pembayaran yang telah disepakati
kedua belah pihak (penjual dan pembeli).

6
1.4.4 Pakaian bekas impor adalah pakaian bekas yang dibeli dari negara lain dan
masuk kedalam negara asal pembeli. Impor adalah memasukan barang-
barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan Pemerintah ke dalam
peredaran dalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta.
Kegiatan impor merupakan salah satu cara dalam memenuhi kebutuhan
masyarakatan barang-barang dengan cara mendatangkan barang yang
belum tersedia dalam negeri dari luar negeri.
1.4.5 Thrift adalah menjual barang bekas dari luar negeri yang masuk
dengan bal besar lalu dijual secara eceran maupun grosiran.
1.4.6 Preloved adalah barang bekas pemakaian pribadi, bisa jadi brand luar atau
lokal.
1.4.7 Media Sosial adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain
yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berkomunikasi,
berbagi, dan menciptakan berbagai konten tanpa dibatasi oleh ruang dan

waktu. Jadi pengertian media sosial disini adalah sebuah saluran atau
sarana untuk pergaulan sosial yang dilakukan secara online melalui
jaringan internet.
1.4.8 Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang
memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan
filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial,
termasuk milik Instagram sendiri.

Maksud dari judul penelitian ini adalah Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah
terhadap Jual Beli Pakaian Bekas (Thrift Shop) pada Media Sosial Instagram
adalah peneliti ingin mencari tahu praktik jual beli pakaian bekas di media sosial
Instagram ditinjau dari hukum ekonomi syariah dan untuk mengetahui manfaat
dan mudarat dari jual beli pakaian bekas di media sosial Instagram dengan
batasan akun yang akan di teliti sebanyak 5 akun.

7
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat baik secara
akademis maupun praktis, sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memberikan
pemahaman mengenai keilmuan hukum ekonomi syariah yang
berkaitan dengan praktik jual beli pakaian bekas (thrift).
2. Penelitian ini juga di harapkan agar dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam menggali informasi-informasi yang dapat digunakn untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat bagi masyarakat secara
umum dan khususnya bagi para pihak yang melaksanakan praktik jual beli
pakaian bekas (thrift) sehingga dapat mengaplikasikannya secara efektif
dalam bermuamalah.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang diatas serta untuk
menjelaskan objek penelitian, maka penulis merumuskan batasan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas (Thrift Shop) Pada Media Sosial Instagram ?”

8
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Nopaliana (2016), “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian
Bekas (Studi Kasus Di Pasar 16 Ilir Palembang). Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang. Penelitian ini berfokus pada tinjauan hukum Islam
pada pelaksaan jual beli pakaian bekas yang terjadi di pasar 16 Ilir
Palembang. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa hukum jual beli
pakaian bekas adalah sah dan di perbolehkan dalam Islam karena dalam
pelaksanaannya sudah memenuhi rukun dan syarat jual beli dalam Islam.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada focus
pembahasannya. Pada penelitian terdahulu lebih berfokus pada tinjauan
hukum Islam pada jual beli pakaian bekas yang ada di Pasar 16 Ilir
Palembang. Sedangkan dalam penelitian ini lebih berfokus pada maraknya
fenomena jual beli pakaian bekas bermerk impor (thrift) pada media sosial
instagram. Persamaan kedua penelitian ini terletak pada objek penelitian yang
dilakukan yaitu maraknya perdagangan pakaian bekas.
Faizatul Adibah (2017), “Jual Beli Pakaian Bekas Impor Di Tugu
Pahlawan Kota Surabaya (Tinjauan UU Perdagangan No. 7 Tahun 2014 dan
Fiqh Muamalah)”. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini
menarik kesimpulan bahwasanya jual beli pakaian bekas di Tugu Pahlawan
Surabaya bertentangan dengan Peraturan Undang-Undang Perdagangan No 7
Tahun 2014 Pasal 47 yang berbunyi “Setiap importir wajib mengimpor barang
dalam keadaan baru”. Selain itu, menurut si penulis jual beli pakaian bekas
impor ini bertentangan dengan konsep jual beli dalam fiqh muamalah yaitu
adanya tadlis (menyembunyikan cacat pada barang) dalam jual beli tersebut.
Perbedaan penelitian terletak pada penelitian terdahulu lebih berfokus kepada
praktek jual beli yang terjadi di Tugu Pahlawan Surabaya dengan tinjauan UU
Perdagangan NO 7 tahun 2014 dan fiqh muamalah, sedangkan dalam
penelitian kali ini lebih berfokus pada kajian hukum ekonomi syariah dengan
mengkaji praktik jual beli pakaian bekas pada media sosial Instagram.
Sedangkan persamaan dalam penelitian adalah sama-sama meneliti fenomena
praktik jual beli pakaian bekas.
Pratiwi Astuti Kasim (2020), “Praktik Jual Beli Pakaian Bekas Pada
Masyarakat Muslim Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa
Ongkaw Tiga Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan)”. IAIN
Manado. Hasil dari penelitian tersebut adalah masyarakat muslim ongkaw tiga
kualitas pakaian dipilih yang masih bisa di pakai kemudian dibeli kepada
penjual pakaian bekas sedangkan pedagang atau penjual/pengecer memesan
atau membeli pakaian bekas kepada agen pejual/perball dengan cara melalui
via telefon, yang mana keadaan pakaian bekas itu berada di dalam sebuah
karung, dengan ketentuan pembeli dalam hal ini penjual/pengecer tidak bisa
memeriksa barang atau pakaian bekas tersebut sebelum transaksi selesai.
Menurut prespektif hukum Islam pelaksanaan praktik transaksi jual beli
pakaian bekas antara penjual/pengecer ke masyarakat telah memenuhi rukun
dan syarat dalam jual beli karena masyarakat diberikan kesempatan untuk
memilih pakaian sesuai dengan kualitas atau model yang mereka inginkan,
setelah itu barulah transaksi dilakukan antara penjual/pengecer dan
masyarakat. Sedangkan pelaksaan praktik jual beli pakaian bekas per ball
antara penjual/pengecer dan agen yaitu mengandung unsur gharar dimana
pedagagng di pasar pinasungkulan ongkaw tiga ketika memesan ke agen tidak
dapat mengetahui kualitas barang dan jumlah barang yang terdapat di dalam
karung pakaian bekas yang dipesan, dimana pedagang hanya memberikan
kode barang ketika memesan barang ke agen sehingga terkadang barang yang
datang mendatangkan kerugian terhadap pedagang ketika isi barang yang ada
dalam karung kualitas barang sangat buruk tetapi ketika barang yang ada
dalam karung kualitasnya bagus maka akan mendatangkan keuntungan

10
kepada pedagang pasar pinasungkulan ongkaw tiga. Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu lebih focus pada
praktik jual beli pakaian bekas yang ada di Desa Ongkaw Tiga diilihat dari
perspektif hukum Islam, sedangkan penelitian ini befokus pada praktik jual
beli pakaian bekas (thrift) yang ada pada media sosial instagram. Persamaan
yang ada antara kedua penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti jual beli
pakaian bekas dengan tinjauan hukum Islam.
Alif Rahman Aviecin (2021). “Tinjauan Hukum Positif dan Mashlahah
Mursalah Atas Praktik Jual Beli Pakaian Bekas (Thrift) Bermerek Impor Di
Kota Malang”. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa praktik jual beli pakaian bekas (thrift) bermerek impor
yang terjadi di Kota Malang adalah boleh dan sah secara hukum karena tidak
bertentangan dengan hukum positif manapun. Sedangkan, menurut konsep
mashlahah mursalah dari Abdul Wahab Khalaf, praktik jual beli pakaian thrift
di Kota Malang dinyatakan sah karena telah memenuhi persyaratan penetapan
hukum dengan metode mashlahah mursalah. Kemaslahatan yang timbul dari
pakaian thrift juga termasuk kemaslahatan yang sifatnya hakiki, karena
banyak kemaslahatan yang timbul dan kemadharatan yang ada juga bisa
diminimalisir. syarat terakhir adalah tidak adanya dalil atau nash yang
menolak kehadirannya. Hal ini di buktikan dengan terpenuhinya syarat dan
rukun yang telah ditentukan oleh syari’at Islam dalam jual beli serta didukung
dengan kaidah-kaidah fiqh yang sesuai dengan konteks tersebut. Perbedaan
yang tampak dari penelitian terdahulu adalah terletak pada mashlahah
mursalah dan kaidah fiqh dalam praktik jual beli pakaian bekas, sedangkan
penelitian ini berfokus pada tinjauan hukum syariah pada jual beli pakaian
bekas pada media sosial Instagram. Persamaan yang ada antara kedua
penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti praktik jual beli pakaian bekas
(thrift).

11
Tabel 1.

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Persamaan Perbedaan


(Tahun)

1 Nopaliana “Tinjauan Terletak pada Pada penelitian


(2016) Hukum Islam objek penelitian terdahulu lebih
Terhadap Jual yang dilakukan berfokus pada
Beli Pakaian yaitu maraknya tinjauan hukum
Bekas (Studi perdagangan Islam pada jual
Kasus Di Pasar pakaian bekas. beli pakaian
16 Ilir bekas yang ada di
Palembang) Pasar 16 Ilir
Palembang.
Sedangkan dalam
penelitian ini
lebih berfokus
pada tinjauan
hukum syariah
pada maraknya
fenomena jual
beli pakaian
bekas bermerk
impor (thrift)
pada media sosial
instagram

2 Faizatul “Jual Beli Penelitian adalah Pada penelitian


Adibah Pakaian Bekas sama-sama terdahulu lebih
(2017) Impor Di Tugu meneliti berfokus kepada

12
Pahlawan Kota fenomena praktek jual beli
Surabaya praktik jual beli yang terjadi di
(Tinjauan UU pakaian bekas. Tugu Pahlawan
Perdagangan No. Surabaya dengan
7 Tahun 2014 tinjauan UU
dan Fiqh Perdagangan NO
Muamalah)” 7 tahun 2014 dan
fiqh muamalah,
sedangkan dalam
penelitian kali ini
lebih berfokus
pada kajian
hukum islam
dengan kaidah
fiqh dalam
mengkaji praktik
jual beli pakaian
bekas pada media
sosial Instagram.

3 Pratiwi “Praktik Jual Persamaan yang Penelitian


Astuti Beli Pakaian ada antara kedua terdahulu lebih
Kasim Bekas Pada penelitian focus pada
(2020) Masyarakat tersebut adalah praktik jual beli
Muslim Dalam sama-sama pakaian bekas
Perspektif meneliti jual beli yang ada di Desa
Hukum Islam pakaian bekas Ongkaw Tiga
(Studi Kasus di dengan tinjauan diilihat dari
Desa Ongkaw hukum Islam. perspektif hukum
Tiga Kecamatan Islam, sedangkan

13
Sinonsayang penelitian ini
Kabupaten befokus pada
Minahasa praktik jual beli
Selatan)” pakaian bekas
(thrift) yang ada
pada media sosial
instagram

4 Alif “Tinjauan Persamaan yang Perbedaan yang


Rahman Hukum Positif ada antara kedua tampak dari
Aviecin dan Mashlahah penelitian penelitian
(2021). Mursalah Atas tersebut adalah terdahulu adalah
Praktik Jual Beli sama-sama terletak pada
Pakaian Bekas meneliti praktik mashlahah
(Thrift) jual beli pakaian mursalah dan
Bermerek Impor bekas (thrift). kaidah fiqh
Di Kota dalam praktik
Malang”. jual beli pakaian
bekas, sedangkan
penelitian ini
berfokus pada
tinjauan hukum
syariah pada jual
beli pakaian
bekas pada media
sosial Instagram.

14
2.2 Kerangka Teori
2.1.1 Jual Beli
1. Konsep Jual Beli
Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar menukar barang
dengan barang. Sedangkan secara terminologis, ulama Hanafiyah
mendefinisikan dengan “saling menukar harta dengan harta melalui
cara tertentu”, atau “Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan
sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat”. Dalam
bentuk nyata dari muamalah, pengertian jual beli merupakan salah
satu kegiatan yang telah memasyarakat di kalangan umat manusia,
dan agama islam telah memberikan peraturan dan dasar yang cukup
jelas dan tegas. (Nopaliana, 2016:14)
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa perkataan
jual beli menunjukkan adanya perbuatan (aktivitas) dari satu pihak
yang dinamakan “menjual”, sedangkan dari pihak lain dinamakan
“membeli”. Adapun barang atau apa yang akan menjadi objek
perjanjian jual beli dengan sendirinya harus tertentu (jelas), setidak-
tidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat akan
diserahkan kepada si pembeli. Kurniawan (2019:90) termasuk juga
jelas secara hukum kepemilikan atas barang yang akan
diperjualbelikan karena kalau tidak, jelas tidak sah secara hukum,
dan jika hal ini dilanjutkan maka jelas berpotensi menimbulkan
masalah hukum di kemudian hari. Penyebabnya adalah karena jual
beli yang dilakukan itu dianggap cacat hukum, dimana si penjual
menjual barang yang bukan miliknya atau masih dalam status
sengketa yang masih dalam proses hukum.
Perlu dipahami pula bahwa inti jual beli adalah suatu perjanjian
tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai (manfaat)
yang dilakukan secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang
satu menyerahkan barang, sedangkan yang lain menerima sesuai

15
perjanjian. Semuanya ini harus sesuai pula dengan ketentuan hukum
yang berlaku, baik hukum syara’ maupun hukum positif yang
berlaku. (Kasim, 2020:16)
Kemajuan dan kecanggihan teknologi sekarang ini telah
membuat transaski jual beli menjadi sangat beragam dan berubah
menyesuaikan dengan kondisi zaman. Saat ini, banyak orang
melakukan kegiatan transaksi jual belinya melalui online berbasis
media sosial atau e-commerce, seperti instagram, shopee,
tokopoedia, lazada dan masih banyak lainnya.
Mekanisme kegiatan jual beli online sebenarnya sama saja
dengan kegiatan jual beli selayaknya. Ketika dalam kegiatan jual beli
pasti ada barang, pihak penjual dan pihak yang melakukan
pembelian. Akan tetapi, perbedaannya adalah jual beli secara
langsung kita dapat melihat kondisi dan model barang yang dijual
dapat melakukan akad jual beli, seperti tawar menawar untuk sampai
pada harga yang di sepakati. Sedangkan jual beli online kita hanya
bisa melihat produk melalui gambar atau video saja dan melakukan
pembayaran di muka dengan estimasi barang perlu waktu yang
sedikit lama. Dalam ajaran Islam, jual beli online sama dengan akad
as-Salam atau dikenal dengan sebutan Bai’ As-Salam. Bai’ As-Salam
merupakan suatu akad atau jual beli dengan skema pembayaran
dimuka dan penyerahan barang dikemudian. (Darmawansyah,
2020:21)
2. Dasar Hukum Jual Beli
Semua jual beli hukumnya boleh jika dilakukan oleh kedua
belah pihak yang mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi,
kecuali jual beli yang dilarang. Selain itu maka jual beli boleh
hukumnya selama tidak dilarang oleh Allah SWT. (Adibah,
2017:23)

16
Menurut Sayyid Sabiq, jual beli sebagai sarana tolong
menolong antar sesama manusia. Islam membolehkan berdasarkan
ayat-ayat Qur’an, Hadith-Hadith nabi dan Ijma’ Ulama.
1) Al-Qur’an
a. Surat Al Baqarah ayat 275 yang berbunyi :
a. ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰبو‬

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan


mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah: 275).

Maksud dari ayat diatas ialah orang-orang yang


mengambil riba atau tambahan dengan uang atau bahan
makanan baik itu mengambil tambahan dari jumlahnya
maupun mengenai waktunya, untuk jual beli secara kredit.
Maka akan dibangkitkan dari kubur dengan keadaan yang
buruk. Tetapi jika mereka bisa menghentikan memakan riba
maka Allah akan menghalalkan jual belinya.

b. Surat An Nisa’ ayat 29 yang berbunyi :


‫اض ِّم ْن ُك ْم‬
ٍ ‫ارةً ع َْن تَ َر‬ ِ َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
‫ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
Dalam ayat ini jalan yang batil adalah jalan yang haram
menurut agama yaitu jual beli yang rukun dan syaratnya tidak
terpenuhi. Seperti halnya jual beli benda najis, rukun dari
benda tersebut tidak terpenuhi. Karena najis adalah sesuatu

17
yang berwujud benda padat atau cair yang keluar dari dua
lubang pada manusia, yaitu dubur (anus) dan qubul (alat vital)
adapun najis yang berasal dari hewan yaitu bangkai, babi,
kotoran dan jilatan anjing.
2) Hadits
Diantara hadist yang menjadi dasar jual beli yakni hadis yang
diriwayatkan oleh HR. Bazzar dan Hakim:

ِ ‫ َأيُّ ْال َك ْس‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُسِئ َل‬


‫ب‬ َّ ِ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ ِ ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع َر‬

‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبرُور‬، ‫َّحهُ ْال َحا ِكم ُ ال َّر ُج ِل بِيَ ِد ِه‬
َ ‫صح‬َ ‫ َع َمل َر َواهُ ْالبَ َّزا ُر َو‬:‫ال‬ ْ ‫َأ‬
َ َ‫طيَبُ ؟ ق‬

Artinya: Rifa’ah bin Rafi’, sesungguhnya Nabi SAW ditanya


tentang mata pencaharian yang paling baik. Nabi SAW
menjawab: Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual
beli yang mabrur”. (HR. Bazzar dan Hakim).
Ayat- ayat Al Qur’an dan Hadist yang dikemukakan di atas
dapat dipahami bahwa jual beli merupakan pekerjaan yang halal
dan mulia. Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan
dengan alasan karena manusia tidak mampu mencukupi
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang Namun demikian,
bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkan itu, harus
diganti dengan barang lainnya yang sepadan.
Ada juga dalam hadist adalah:
ٍ ‫ِإنَّ َما ْالبَ ْي ُع ع َْن تَ َر‬
‫اض‬
Artinya: “Jual beli itu akan sah bila ada kerelaan”.
Kerelaan dalam jual beli sulit digambarkan. Jumhur ulama
sepakat bahwa kerelaan dalam jual beli terjadi melalui
kesepakatan kedua belah pihak yaitu dengan adanya ijab qabul.
3) Ijma’
Selain al-qur’an dan al-hadits, Ulama’ sepakat bila jual beli
itu hukumnya boleh dan terdapat hikmah di dalamnya. Pasalnya,

18
manusia bergantung pada barang yang ada di orang lain dan
tentu orang tersebut tidak akan memberinya tanpa ada timbal
balik. Oleh karena itu, dengan diperbolehkannya jual beli maka
dapat membantu terpenuhinya kebutuhan setiap orang dan
membayar atas kebutuhannya. (Kurniawan, 2019:80)
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun menurut Hanafi adalah sesuatu yang menjadi tempat
ketergantungan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Sementara rukun menurut mayoritas ahli fiqh adalah sesuatu yang
menjadi tempat bergantung adanya sesuatu dan bisa dicerna logika.
Terlepas dari apakah itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau
tidak. Rukun dalam jual beli, yaitu:
1) Aqaid (adanya penjual dan pembeli)
2) Ma’qud (objek akad jual beli)
3) Akad (Ijab qabul/serah terima)

Dalam suatu perbuatan jual beli, ketiga rukun itu hendaklah


dipenuhi, sebab andaikata salah satu rukun tidak terpenuhi, maka
perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai jual beli.
(Nopaliana, 2016:24)
Adapaun syarat sahnya jual beli menurut jumhur ulama, sesuai
dengan rukun jual beli yaitu terkait dengan subjeknya, objeknya dan
Ijab dan Qabul. (Syafei, 2001). Selain memiliki rukun al-bai’ juga
memiliki syarat. Adapun syarat-syarat jual beli adalah sebagai
berikut :

1) Aqaid (penjual dan pembeli)


Kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual beli (penjual
dan pembeli) disyaratkan :
a. Berakal sehat, harus dalam keadaan tidak gila, dan sehat
rohaninya.

19
b. Dengan kehendaknya sendiri (tanpa paksaan). Maksudnya,
bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli salah satu pihak
tidak melakukan tekanan atau paksaan atas pihak lain,
sehingga pihak lain tersebut melakukan perbuatan jual beli
bukan disebabkan kemauan sendiri, tapi ada unsur paksaan.
Jual beli yang dilakukan bukan atas dasar kehendak sendiri.
c. Kedua belah pihak tidak mubadzir, maksudnya pihak yang
mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli bukanlah
manusia yang boros (mubadzir). Sebab orang yang boros
dalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap
bertindak. Sehingga ia tidak dapat melakukan sendiri sesuatu
perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum itu
menyangkut kepentingannay sendiri.
d. Baligh atau dewasa. Apabila telah berumur 15 tahun atau
sudah bermimpi (bagi laki-laki) dan haid (bagi perempuan).
Namun demikian anak-anak yang sudah dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk tetapi belum dewasa
(belum mencapai 15 tahun dan belum bermimpi atau haid),
menurut pendapat sebagian ulama bahwa anak tersebut
diperbolehkan untuk melakukan perbuatan jual beli
khususnya untuk barang – barang kecil dan tidak bernilai
tinggi.
2) Ma’qud ‘alaih (objek jual beli)
Yang dimaksud objek jual beli adalah benda yang menjadi sebab
terjadinya perjanjian jual beli. Benda tersebut harus memenuhi
syaratsyarat sebagai berikut:
a. Suci barangnya. Barang yang diperjualbelikan bukanlah
benda yang dikualifikasi sebagai benda najis, atau
digolongkan sebagai benda yang di haramkan. Jadi tidak
semua benda dapat diperjual belikan.

20
b. Dapat dimanfaatkan. Pada dasarnya seluruh benda yang
dijadikan objek jual beli merupakan barang yang dapat
dimanfaatkan, seperti untuk dikonsumsi, (beras, buah-
buahan, dll), dinikmati keindahannya (perabot rumah tangga,
bunga, dll), serta dipergunakan untuk keperluan yang
bermanfaat seperti kendaraan.
c. Milik orang yang melakukan akad. Bahwa orang yang
melakukan perjanjian jual beli adalah pemilik sah barang
tersebut atau telah dapat izin dari pemilik sah barang.
d. Mampu menyerahkan, maksudnya, penjual baik sebagai
pemilik maupun sebagai kuasa dapat menyerahkan barang
yang dijadikam sebagai objek beli dengan bentuk dan jumlah
yang dipernjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada
pembeli.
e. Mengetahui dan melihat sendiri keadaan barang baik
mengenai hitungan, takaran, timbangan dan kualitasnya.
Apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan jumlah
harganya tidak diketahui, maka perjanjian jual beli itu tidak
sah. Sebab bisa jadi jual beli tersebut mengandung unsur
penipuan. (Ramadhanni, 2021:30)
f. Barang yang diakadkan di tangan. Sehingga perjanjian jual
beli atas sesuatu barang yang belum ditangan (tidak berada
dalam penguasaan penjual) dilarang sebab bisa jadi barang
tersebut rusak atau tidak dapat diserahterimakan sebagaimana
telah diperjanjikan.
3) Akad (ijab dan qabul).
Ijab adalah pernyataan dari pihak pertama mengenai isi
perikatan yang diinginkan. Sedangkan qabu>l adalah pernyataan
dari pihak kedua untuk menerimanya. Ijab qabul itu diadakan
dengan maksud untuk menunjukkan adanya suka rela timbal

21
balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang
bersangkutan. Sedangkan, suka sama suka itu tidak dapat
diketahui dengan jelas kecuali dengan perkataan, karena
perasaan suka itu bergantung hati masing-masing. Jual beli
belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan sebab ijab
qabul menunjukkan kerelaan. Pada dasarnya ijab qabul dilakukan
dengan lisan, tetapi jika tidak mungkin, misalnya bisu atau yang
lainnya boleh dengan surat-menyurat yang mengandung arti ijab
dan qabul. (Wati, 2016:25)
4. Sistem Penjualan Online Shop Saat ini
Pada era digital ini, siapa yang enggak mengenal online shop?
Sebagian besar entrepreneurs pasti sering menjumpai online shop
baik di media sosial atau pun platfrom e-commerce. Tak bisa
dimungkiri keberadaan online shop ini memudahkan kita dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak yang melakukan usaha
online shop dan biasanya menjual atau menyediakan produk yang
dibutuhkan oleh konsumen. (Azizah, 2020:17)
Konsumen yang membutuhkan produk tertentu biasanya
mengunjungi online shop tersebut untuk memenuhi hasrat kebutuhan
konsumen. Sehingga sistem penjualan adalah kegiatan yang saling
berhubungan antara produsen dan konsumen dalam melakukan
transaksi jual beli produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
masing masing. Berikut adalah penjelasan mengenai apa saja sih
sistem penjualan yang ada di online shop.
1) Fist Hand
First hand ini memiliki artian online shop yang memasarkan
barangnya dengan harga tangan pertama. Biasanya online shop
dengan sistem first hand adalah mengambil sendiri dagangannya
dari produsen. Banyak online shop dengan sistem first hand yang
menjual produknya dengan harga sangat terjangkau. Online shop

22
dengan sistem seperti ini biasanya akan menjadi supplier dari online
shop dengan skala yang lebih kecil. Hal tersebut dikarenakan pada
umumnya online shop dengan sistem first hand mengambil produk
dari produsen dalam jumlah yang besar, dan kemudian dijual
kembali pada jaringannya.
2) Reseller
Reseller adalah online shop yang membeli barang dari
produsen kemudian dijual kembali dengan harga yang tentunya
sudah dinaikkan. Seperti yang disebutkan di atas, reseller ini
biasanya membeli barang dari online shop yang bersistem first
hand. Online shop yang berjualan dengan sistem reseller memiliki
dua cara berjualan. Pertama dengan sistem pre-order, kedua dengan
sistem ready stock. Ready stock maksudnya barang yang
ditawarkan selalu tersedia di online shop tersebut. Keuntungannya
adalah pelanggan dapat melihat langsung stok barang yang tersedia.
Hal ini juga membantu proses pengiriman barang lebih cepat.
Sistem pre-order adalah sistem di mana penjual akan
menawarkan dan mengumpulkan pembeli terlebih dahulu sampai
batas tanggal tertentu atau jumlah pembeli yang memenuhi kuota.
Sehingga barulah penjual memesan barang pada supplier.
Keuntungan dari sistem ini adalah penjual tidak perlu menyediakan
barang dan mengurangi risiko barang tidak laku dan biaya
penyimpanan.
3) Dropship
Dropship adalah sebuah sistem yang memiliki persamaan
dengan sistem reseller. Perbedaannya adalah reseller perlu memiliki
stok barang sedangkan dropshipper tidak perlu stok barang.
Sehingga online shop dengan sistem dropship ini hanya perlu
memasarkan barang yang akan dijual saja. Jika ada pembeli,
dropshipper hanya perlu menyampaikan ada pembelian pada

23
supplier. Kemudian supplier yang akan melakukan packing dan
mengirimkan barang pesanan menggunakan nama sang
dropshipper. Sistem ini dinilai menguntungkan karena mengurangi
risiko barang yang menumpuk dan tidak terjual, selain itu juga
mengurangi kerepotan dalam hal packing dan pengiriman.
4) Jastip
Jastip atau jasa titip ini hampir sama dengan sistem reseller
dengan cara pre-order. Perbedaannya adalah sistem jasa titip ini
pembeli akan dikenakan biaya titipan. Sebagai contoh online shop
A membuka 'jastip' makanan Korea. Kemudian pembeli yang
memesan makanan Korea pada A akan dikenakan biaya 'jastip'.
Biasanya biaya yang dibebankan penjual bisa mulai dari Rp
20.000. Selain itu umumnya harga barang yang dijual tidak jauh
berbeda atau bahkan harga asli dari produk itu sendiri. Sehingga
keuntungan yang diperoleh pelaku penyedia jastip berasal dari
biaya titip jastipan tersebut.
5) COD
Sistem COD atau cash on delivery adalah sistem di mana uang
akan dibayarkan pembeli kepada penjual saat barang sudah
diterima. Sehingga pada sistem ini pembeli dan penjual akan
bertemu tatap muka secara langsung di tempat yang sudah
disepakati. Meskipun terdengar sangat menarik namun tak banyak
online shop menggunakan sistem ini karena dianggap berisiko.
Terkadang ada pembeli yang sudah memesan kemudian dibatalkan
atau tidak datang saat hari COD. Hal ini tentu merugikan penjual.
(Karja, 2019)
5. Minat Online Shop Generasi Milenial
Perkembangan dunia internet saat ini semakin massif dan
menjangkau ke berbagai kalangan. Pengguna terbanyak adalah
generasi muda atau yang sekarang disebut sebagai generasi milenial.

24
Generasi milenial atau yang disebut juga sebagai Gen Z merupakan
generasi yang lahir pada tahun 1980- 2000 dengan usia saat ini
antara 19 s.d 39 tahun.
Mereka terlahir di era teknologi yang sudah berkembang, era
dimana komputer, handphone, smartphone mulai diciptakan. Mereka
merupakan generasi yang lebih memilih cara instan dalam
melakukan pekerjaan. Apalagi masa muda mereka disajikan
teknologi yang dapat mengakses informasi apapun di dunia yaitu
teknologi internet (Wati, 2015:25).
Internet yang semula pada tahun 2000 hanya dapat diakses
melalui komputer, sekarang dapat diakses melalui smartphone yang
mereka pegang setiap waktu. Kebiasaan mereka yang lebih sering
membawa smartphone dimanapun dan kapanpun membuat akses
informasi yang mudah dan cepat terutama untuk mengakses barang
kebutuhan yang diperlukan. Kebutuhan seperti pakaian, makanan,
smartphone dan laptop merupakan barang yang menempati peringkat
utama di daftar penjualan barang online.
2.1.2 Pakaian Bekas (Thrift)
1. Pengertian Pakaian Bekas
Bekas adalah sesuatu yang sudah pernah dipakai. Sedangkan
dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
51/MDAG/PER/7/2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas,
Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa pakaian bekas adalah produk
tekstil yang digunakan sebagai penutup tubuh manusia, yang
termasuk dalam Pos Tarif/HS 6309.00.00.00 dan tidak dijelaskan
lebih lanjut. Maka dapat disimpulkan pakaian bekas adalah produk
tekstil yang digunakan sebagai penutup tubuh manusia yang sudah
atau telah dipakai sebelumnya. (Kasim, 2020:39)
Pakaian adalah produk budaya, sekaligus tuntunan agama dan
moral. Dari sini lahir apa yang dinamai pakaian tradisional, daerah,

25
dan nasional, juga pakaian resmi untuk perayaan tertentu, dan
pakaian tertentu untuk profesi tertentu, serta pakaian untuk
beribadah. (Nimpuno, 2014:99). Namun, perlu dicatat bahwa
sebagian dari tuntutan agama pun lahir dari budaya masyarakat,
karena agama sangat mempertimbangkan kondisi masyarakat
sehingga menjadikan adat istiadat sebagai salah satu pertimbangan
hukum.
Kasim (2020:39) menyatakan bahwa pakaian memiliki fungsi
utama, yaitu untuk menjaga pemakainya merasa nyaman, pakaian
melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat, pakaian bertindak
sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk
hujan, panas matahari, salju, dan angin. Pakaian juga mengurangi
tingkat resiko selama kegiatan, seperti bekerja, atau berolahraga.
Terkadang pakaian juga digunakan sebagai perlindungan dari bahaya
lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya,
senjata, dan sebagainya.
Bekas adalah tanda yang tertinggal atau tersisa (sudah
dipegang, diinjak, dilalui, dan sebagainya). (Nimpuno, 2014:100)
Dapat juga diartikan sebagai benda atau barang yang sudah dipakai
oleh orang lain. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pakaian bekas adalah benda atau barang yang dipakai oleh seseorang
untuk menutupi tubuhnya namun barang tersebut telah dipakai oleh
orang lain.
2. Jenis-jenis Pakaian Bekas
Jenis pakaian mengalami perubahan dan perkembangan seiring
dengan tuntutan zaman. (Nitisusastro, 2012:99). Berikut ini jenis-
jenis pakaian bekas yang banyak beredar di pasaran:
1) Kemeja
Kata kemeja berasal dari bahasa Portugis, camisa, yaitu sebuah
baju atau pakaian atas, terutama untuk pria. Pakaian ini menutupi

26
tangan, bahu, dada sampai ke perut. Nama lain kemeja adalah
kamisa, yang masih dekat dengan bentuk aslinya. blus dari bahasa
Perancis, terutama untuk wanita. Serta hem dari bahasa Belanda.
2) T-Shirt
T-Shirt atau kaos oblong adalah jenis pakaian yang menutupi
sebagian lengan, seluruh dada, bahu dan perut. Kaos oblong
biasanya tidak memiliki kancing, kerah, ataupun saku. Bahan
yang umum digunakan untuk membuat kaos oblong adalah katun
atau poliester (atau gabungan keduanya). Mode kaus oblong
meliputi mode untuk wanita dan pria, serta dapat dipakai semua
golongan usia, termasuk bayi, remaja, ataupun orang dewasa.
Asal muasal nama inggrisnya T-Shirt, tidak diketahui secara pasti.
Teori yang paling umum diterima adalah nama T-Shirt berasal
dari bentuknya yang mempunyai huruf T, atau dikarenakan
pasukan militer sering menggunakan pakaian jenis ini sebagai
training shirt. Kaos oblong pada mulanya digunakan sebagai
pakaian dalam. Namun sekarang kaus oblong juga dipakai sebagai
pakaian sehari-hari.
3) Jaket
Jaket adalah pakaian pelindung yang dipakai diluar, umumnya
berbahan tebal sehingga dapat melindungi tubuh dari udara
dingin.
4) Celana
Celana adalah pakaian bawahan yang dipakai untuk menutupi dari
pinggang sampai kaki. Ada dua kategori umum dari celana, yaitu
celana pendek dengan ukuran dari pinggang sampai lutut atau
kurang, dan celana panjang dengan ukuran dari pinggang sampai
tumit. Celana juga banyak modelnya, misalnya legging, dan lain-
lain.

27
5) Rok
Rok adalah sejenis pakaian dengan bentuk pipa atau kerucut yang
cara pemakaiannya dimulai dari pinggul dan menutupi sebagian
atau seluruh bagian kaki. Berbeda dengan celana, bagian rok tidak
dibagi menjadi bagian kaki kiri dan bagian kaki kanan tetapi
langsung menjadi satu bagian yang menutupi sebagian atau
seluruh bagian kaki. Rok biasanya digunakan oleh wanita,
meskipun di beberapa negara ada juga yang digunakan oleh kaum
pria seperti di Skotlandia. Jenis-jenis rok yaitu rok panjang, rok
mini, gaun, dan sorjan.
6) Kaus
Kaki Kaus kaki adalah garmen yang dirajut untuk menutupi kaki
manusia. Kaus kaki dirancang untuk beberapa kegunaan seperti
mengurangi gesekan antara kaki dan alas kaki, membuat kaki
tetap hangat, menyerap keringat, dan sebagainya. Warna kaus
kaki beraneka ragam, walaupun umumnya berwarna gelap untuk
pakaian resmi dan putih untuk olahraga atau acara santai.
7) Sarung Tangan
Sarung tangan adalah sejenis pakaian yang menutupi tangan, baik
secara sebagian ataupun secara keseluruhan. Fungsi sarung tangan
yaitu untuk melindungi sang pemakai dari pengaruh lingkungan
sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar dari tangan sang
pemakai. Ada beberapa jenis sarung tangan yaitu termis, mekanis,
kimia, pelindung infeksi. Selain itu sarung tangan dipakai sebagai
hiasan atau untuk alasan mode.
8) Dasi
Dasi adalah hiasan yang dipakai dileher kemeja dan bergantung
didada. Dasi biasanya digunakan oleh kaum pria sebagai busana
formal. Namun wanita pun kini banyak yang menggunakan dasi
sebagai aksesori busana. Ada beberapa jenis dasi yaitu dasi

28
kupukupu, bolo tie, ascot atau yang juga disebut cravat. Meskipun
bentuknya berbeda, fungsinya tetap sama yaitu sebagai hiasan
sehingga dapat membuat penampilan seseorang menjadi semakin
elegan.
9) Topi
Topi adalah suatu jenis pakaian yang digunakan di kepala. Topi
biasanya memiliki pucuk tinggi dengan satu atau dua tepi. Topi
dapat diletakkan di kepala atau pada beberapa jenis topi pada
perempuan, dilengkapi dengan penyemat topi. Topi biasanya
dipakai untuk melindungi kepala dari sengatan panas matahari.
10) Pakaian Dalam
Pakaian dalam adalah pakaian yang dikenakan di bawah pakaian
lainnya, seringkali langsung bersentuhan dengan kulit.
Beragamnya model, harga terjangkau, bermerek dan berkualitas
bagus menjadi alasan konsumen membeli produk pakaian bekas
impor termasuk pakaian dalam seperti celana dalam dan bra.
(Hana, 2019:203)
3. Ciri-ciri Pakaian Bekas
Ciri-ciri dari pakaian bekas yang sering kita jumpai diberbagai
toko pakaian yang memiliki ciri-ciri tersendiri, diantaranya adalah:
1) Bahan tipis, bahan yang tipis dan berserat merupakan salah satu
bentuk yang sering ditemukan dalam produk pakaian bekas.
2) Motif yang beragam, motif yang terdapat pada pakaian bekas yang
masih banyak peminatnya adalah motif polos, motif kotak-kotak,
garis, atau polkadot.
3) Pakaian berbau, hal ini dikarenakan penempatan pakaian bekas
dalam satu ball atau karung, sehingga menimbulkan bau yang tidak
sedap.
4) Terdapat bercak warna, hal ini disebabkan karena semua pakaian
tertumpuk di satu tempat, bercak ini terkadang berwarna putih

29
pada pakaian warna hitam dan warna kuning pada pakaian warna
lainnya.
5) Sedikit kotor dan kusam, hal ini disebabkan karena debu dan
kotoran yang menempel pada pakaian selama perjalanan menuju
tempat tujuan. (Fauzi, 2019:236)
4. Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Pakaian Bekas
(Thrift)
Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan pakaian bekas
adalah sebagai berikut:
1) Barang Impor Dari Luar Negeri
Peraturan Menteri Perdagangan berdasarkan ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 2 dinyatakan bahwa pakaian bekas dilarang
untuk diimpor ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa pakaian bekas yang
tiba di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada atau
setelah tanggal Peraturan Menteri ini berlaku, maka wajib
dimusnahkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peranan perdagangan sangat penting dalam meningkatkan
pembangunan ekonomi, namun dalam perkembangannya belum
memenuhi kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan
nasional sehingga diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang
lebih memberikan dukungan, kesempatan dan pengembangan
ekonomi masyarakat yang mencakup koperasi, serta usaha mikro,
kecil, dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
nasional. (Kurniawan, 2019:189)
Berdasarkan ketentuan diatas, seharusnya pakaian bekas yang
masuk atau tiba di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada atau setelah tanggal Peraturan Menteri ini berlaku haruslah
dalam keadaan yang baru, namun dalam kenyataannya hal tersebut
tidak dilakukan oleh para importir, mereka memperdagangkan

30
pakaian tersebut dalam keadaan yang bekas dan kualitas yang tidak
layak. Hal ini menandakan aspek penegakan hukum masih lemah
atau peraturan yang mengatur mengenai larangan impor pakaian
bekas sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri
tersebut diatas masih belum efektif.
2) Fashion atau Gaya Hidup
Dalam kehidupan sehari-hari, fashion atau gaya hidup menjadi
bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya
keseharian seseorang. Benda-benda seperti pakaian dan aksesories
yang dikenakan bukanlah sekedar penutup tubuh dan hiasan. Pakaian
juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas
pribadi, lebih dari itu pakaian bekas menjadi sangat unik karena
pakaian tersebut tidak ada kembarannya atau tidak ada yang sama
dengan pakaian lain yang biasa dijual di toko-toko pada umumnya.
(Potter, 1997:7)
3) Tingkat Konsumtif Masyarakat Indonesia Yang Tinggi
Hal ini yang menyebabkan munculnya budaya baru. Budaya
konsumtif ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
terutama masyarakat yang ada diperkotaan. Hal itu juga yang
kemudian membuat rentan penduduk kota dengan nilai-nilai
simbolik. Simbolik itu berarti gaya hidup dan status. Status ini bukan
sekedar kelas menengah atas saja, tetapi juga berdasarkan kelompok
masyarakat. (Potter, 1997:8)
4) Merk Terkenal
Karena pakaian bekas yang didatangkan dari luar negeri maka
kualitas pakaian bekas tentu lebih baik dari produk dalam negeri,
merek yang ditawarkan juga sangat beragam dan sangat terkenal
serta harganya jauh lebih murah dibandingkan harga pakaian yang
asli dan masih baru. Pakaian bermerek selalu identik dengan kualitas
yang bagus dan relatif mahal, namun dengan adanya penjualan

31
pakaian bekas ini setiap individu bisa mendapatkan pakaian yang
bermerk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.
(Nitisusastro, 2012:97)
5. Manfaat dan Mudarat Jual Beli Pakaian Bekas (Thrift Shop)
Dalam Perspektif Hukum Islam
Ada dampak negative yang ditimbulkan karena mengkonsumsi
pakaian bekas yang berasal dari luar negeri, yaitu pakaian bekas
yang dari impor ilegal selain melanggar regulasi, menurut Widodo
selaku Direktur Direktorat Jenderal Strandarisasi dan Perlindungan
Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan (Kemendag)
mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium yang
dilakukan kementerian mengandung bakteri sampai 216 ribu koloni
pergram dan jamur 36 ribu koloni. Dengan membeli produk pakaian
bekas, masyarakat juga merendahkan harkat dan martabat bangsa.
Pakaian bekas adalah pakaian yang telah dipakai oleh orang
lain sebelumnya, yang tidak jelas bagaimana kondisinya terbebas
atau tidaknya dari penyakit, lalu barang tersebut didatangkan dari
luar negeri dan tertumpuk dengan pakaian bekas yang lain dalam
satu kontainer. Di dalam pakaian bekas mengandung bakteri dan
jamur yang berbahaya untuk kesehatan manusia seperti bakteri E.
coli yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan (diare), bakteri
S. aureus dapat menyebabkan bisul, jerawat, dan infeksi luka pada
kulit manusia, serta jamur seperti Aspergillus spp. dan Candida spp.
yang dapat menyebabkan gatal-gatal, alergi bahkan infeksi pada
saluran kelamin. Beberapa bakteri dan jamur tersebut hidup dalam
debu dan tahan terhadap pendidihan selama 30 menit. (Budianto,
2010;160). Jadi, merebus pakaian bekas bukan merupakan cara yang
sepenuhnya efektif untuk membunuh bakteri dan jamur. Lebih jauh,
pakaian bekas impor dapat membunuh pelaku industri garmen kecil
dan konveksi. Sebab masyarakat lebih tergiur dengan harga murah

32
yang ditawarkan tanpa perlu tahu asal usul pakaian tersebut. Hal
tersebut akan berdampak pada kurangnya penyerapan tenaga kerja.

33
34

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang digunakan bukan
berupa angka-angka melainkan data tersebut bersumber dari atau didapatkan
melalui wawancara, catatan lapangan, catatan pribadi dan dokumen resmi
lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan penelitian kualitatif ini ingin
menggambarkan kejadian yang sebenarnya yang ada di sekolah. Oleh karena
itu pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriktif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (Moleong, 2011: 4). Penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif memerlukan keterangan langsung dari narasumber
tentang keadaan subjek dan objek penelitian yang akan diteliti.
Dalam hal ini penulis akan menggambarkan bagaimana pelaksanaan
praktik jual beli pakaian bekas (thrift shop) melalui media sosial instagram
menurut hukum ekonomi syariah serta memahami manfaat dan mudarat yang
terdapat dalam pelaksanaan jual beli pakaian bekas di Instagram berdasarkan
hubungan teori dengan kenyataan di lapangan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan media sosial instagram
dengan meneliti 5 akun yaitu akun instagram @ex_wearpremium,
@premiumstuff_id, @onlythirft.id, @itswear.id, @badjoelama.co.
3.3 Data Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber atau bahan
kepustakaan, seperti buku-buku hukum, jurnal atau hasil penelitian lainnya
yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.
Objek penelitiannya adalah berupa akun-akun jual beli pakaian bekas
(thrif shop) di Instagram, seperti akun Instagram @ex_wearpremium,
35

@premiumstuff_id, @onlythirft.id, @itswear,id, @badjoelama.co. yang


dimana akun-akun ini dipilih oleh peneliti berdasarkan banyaknya jumlah
followers sehingga itu bisa dikatakan sudah banyak peminatnya dan memiliki
rekam jejak yang jelas seperti, akun-akun tersebut merupakan akun aktif
karena aktif memposting foto ataupun video jualannya di Instagram sebagai
bahan promosi setiap harinya di Instagram.
3.4 Sumber Data
Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini ada dua (2), yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Di dalam hal ini, sumber data dapat
berupa responden dan informan, karya tulis ilmiah, buku-buku literature,
artikel serta dokumentasi sesuai dengan kepustakaan yang akan dibutuhkan.
1. Sumber data primer
Dalam penelitian ini adalah para responden yang dijadikan objek
penelitian yaitu penjual pakaian bekas di media sosial Instagram, yaitu
para pemilik akun jual beli pakaian bekas (thrif shop) di Instagram, seperti
akun Instagram @ex_wearpremium, @premiumstuff_id, @onlythirft.id,
@itswear,id, @badjoelama.co.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang berasal dari sumber data
tambahan yang dijadikan sebagai penunjang dari sumber data primer.
Penulis mendapatkan sumber data tersebut secara yidak langsung melalui
buku-buku yag dijadikan literature dalam penelitian ini, Fatwa DSN MUI,
karya tulis ilmiah serta referensi yang dijadikan sumber data tambahan
meliputi hal-hal berupa makalah, catatan dan lain sebagainya dimana
berkaitan dengan objek yang akan diteliti ini, serta pemikiran penulis
sendiri terkait dengan pembahasan penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah :
1. Pengamatan
36

Pengamatan ini dilakukan dengan cara melihat postingan-postingan


foto ataupun video, serta melihat story-story yang dilakukan penjual
pakaian bekas (thrift shop) di Instagram, mengingat bahwa jual beli
pakaian bekas ini merupakan jenis transaksi yang dilakukan secara online
melalui media sosial.
2. Wawancara (Interview)
Sugiyono (2008:72) menyatakan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan dengan 2 cara
yaitu wawancara secara langsung dan wawancara tidak langsung.
1) Wawancara secara langsung, peneliti bertemu secara langsung dan
mewawancarai Owner akun instagram @ex_wearpremium,
@premiumstuff_id, @onlythirft.id, @itswear,id, @badjoelama.co.
2) Wawancara secara tidak langsung, peneliti hanya mengirim daftar
pertanyaan kepada pemilik akun yang di teliti.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yang dilakukan penulis yaitu dengan membaca,
menelaah literature-literatur, serta mendalami berupa buku-buku, skripsi,
karya tulis ilmiah, internet, e-journal yang dapat digunakan untuk
mendukung dan melengkapi data penelitian ini dan untuk mengungkap
teori serta konsep yang terkait dengan penelitian ini.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, sedangkan
record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau
lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan
akunting (Moleong, 2011: 216). Teknik dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik tertulis, gambar maupun elekronik. Dokumentasi yang
37

digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah saat terjun ke


lapangan.
3.6 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul
data utama. Hal itu dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan
manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu sebagai yang lazim
digunakan dalam penelitian terdahulu di samping itu melalui metode
pengamatan maka instrument yang digunakan adalah dengan cara melihat
postingan-postingan yang dilakukan penjual pakaian bekas (thrift shop) di
Instagram, hanya “manusia sebagai alat” sajalah yang dapat berhubungan
dengan informan atau objek lainnya.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan
Miles and Huberman. Miles and Hubermen mengungkapkan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas.
Komponen dalam analisis data :
1. Reduksi data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
2. Penyajian Data (Display Data)
38

Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian


singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
3. Verifikasi Data
Data Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji
data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability. (Sugiyono,
2007:270)
1. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan
tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan, meliputi :
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan ini peneliti bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan data yang dikumpulkan. Dalam hal ini peneliti melakukan
pengamatan, hal ini akan menambah fokus penelitian sehingga akan
memunculkan data yang sebenarnya. Selain itu, perpanjangan
pengamatan dilakukan untuk mengecek kesesuaian dan kebenaran data
yang telah diperoleh. Perpanjangan waktu pengamatan dapat diakhiri
apabila pengecekan kembali data di lapangan telah kredibel. 
2) Peningkatan Ketekunan
Dalam hal peningkatan ketekunan bertujuan untuk melakukan
pegecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau
39

tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan pengamatan,


penulisan dapat memberikan deskripsi dan sistematis dari data yang
diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian
atau jurnal-jurnal atau literature lainnnya yang terkait dengan temuan
yang diteliti.
3) Triangulasi
Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dapat diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu, dengan demikian triangulasi dapat disimpulkan
sebagai tehnik pengumpulan data dan waktu penelitian agar lebih
memfokuskan data yang diperlukan. (Sugiyono, 2007:273) Ada
beberapa jenis triangulasi yaitu :
a. Triangulasi Sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data. (Sugiyono,
2007:274).
b. Triangulasi Metode, pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data serta
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama. (Moleong, 2010:330)
c. Triangulasi Peneliti, merupakan jalan untuk memanfaatkan peneliti
atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya
membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.
(Moleong, 2010:330)
40

d. Triangulasi Teori, dengan triangulasi dengan teori ialah


menggunakan beberapa persepektif yang berbeda untuk
mengenterperetasikan data. (Sugiyono, 2007:274)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis trianggulasi sumber
data dan teori untuk meningkatkan kredibilitas dalam penulisan ini.
Trianggulasi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan wawancara ke beberapa significan other yaitu subjek
pendukung yang di anggap banyak mengetahui mengenai kehidupan
subjak penelitian. Dan untuk triangulasi teori peneliti menelaah literature-
literature, serta mendalami berupa buku-buku, skripsi, karya tulis ilmiah,
internet, e-journal yang dapat digunakan untuk mendukung dan
melengkapi data penelitian ini dan untuk mengungkap teori serta konsep
yang terkait dengan penelitian ini.
Dalam penelitian ini triangulasi dengan sumber dimaksudkan untuk
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang di peroleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif hal ini dapat dicapai dengan jalan : (1) membandingkan data
hasil pengamatan dngan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa
yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
(4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, berpendidikan, orang
berada dan orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
4) Pembahasan Sejawat
Pembahasan sejawat di penelitian ini melalui diskusi yaitu teknik yang
dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan
sejawat. Dari informasi yang berhasil digali, diharapkan dapat terjadi
41

perbedaan pendapat yang akhirnya lebih memantapkan hasil


penelitian.
5) Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasis negatif ini peneliti mencari data yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Penelitian
lebih kredibel jika peneliti berhasil melakukan analisis kasus negatif.
6) Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud menggunakan bahan referensi dalam penelitian ini
adalah suatu yang mendukung untuk membutikkan data yang telah
ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian ini nanti ada data-
data yang dikemukakan itu dan dilengkapi dengan foto-foto atau
dokumen autentik sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.
7) Pengecekan Anggota
Pengecekan anggota merupakan proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data atau informan. Data dikatakan valid
apabila data yang diberikan berupa data yang sama antar informan.
Pelaksanaan pengecekan anggota dapat dilakukan setelah satu periode
pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau
kesimpulan.
2. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil (Sugiyono, 2007:276).
Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih
dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer
42

sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian dapat


digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial yang berbeda
validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dependability
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila
penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang
sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Reliabilitas atau penelitian
yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa percobaan yang
dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. (Moleong, 2010:331)
Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan
masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis
data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil
pengamatan.
4. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil
penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif
uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan
proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar confirmability.
Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara
data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya
pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat
dipertanggungjawabkan. (Sukmadinata, 2009)
35
BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Media Sosial adalah sebuah sarana atau saluran untuk pergaulan sosial
yang dilakukan secara online melalui jaringan internet. Dan salah satu Media
Sosial yang terbilang terpopuler saat ini adalah Instagram, Instgram sendiri
adalah sebuah aplikasi yang membagi foto atau video, dan memungkinkan
pengguna mengambil foto dan video, menerapkan filter digital, dan
membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk Instagram itu
sendiri. Media Sosial dapat digunakan untuk berbagai hal, di antaranya
adalahsebagai media penyebaran informasi, media interaksi sosial, dan media
usaha jualbeli. Rahmat menyebutkan dalam karya ilmiahnya bahwa
menggunakan mediasosial sebagai sarana penyebaran informasi dan interaksi
sosial merupakanlangkah efektif karena informasi dapat ditemukan dengan
cepat dan interaksinyatidak terbatas hanya untuk individu, namun juga untuk
kelompok.
Aplikasi ini adalah aplikasi yang sering digunakan oleh pemilik
smartphone di Indonesia, dan di Indonesia itu sendiri pengguna aktif
mencapai lebih dari 50 juta orang dan Indonesia adalah juga merupakan
negara dengan pembuat konten Instagram Story terbanyak di dunia. Dengan
menggunkan instagram tentunya produk-produk yang di iklankan akan
memilik nilai lebih ketika di perlihatkan dalam account Instagram, salah satu
fitur instagram yang cukup bagus adalah label foto danfitur yang tak kalah
menariknya adalah like, semakin banyak foto yang di like maka semakin
populer foto tersebut.
Instagram sendiri mengundang berbagai macam peluang bisnis,
informasi bisnis, strategi marketing bisa di jumpai dalam setiap update
Instagram para penggemarnya, dan Instagram sendiri menjadi fenomena
sendiri di kalangan pengguna media sosial khususnya remaja.
Fenomena lainnya yang tak kalah menariknya adalah bagaimana
kebanyakkan orang tertarik untuk mempopulerkan akun mereka, Tujuannya
adalah untuk memperoleh follower sebanyak-banyaknya, ketika sesorang
sudah mempunyai banyak followers otomatis ia mempunyai reputasi untuk
menarik perhatian minat vendor untuk memasang iklan di akun Instagram
mereka.
Caranya adalah dengan menawarkan produk yang di jual kepada
seseorang yang dapat di kategorikan sebagai orang terkenal atau populer. Bisa
artis, seniman, pejabat dan tokoh masyarakat. Hingga saat ini Instagram telah
memilik sejumlah fitur yang dapat di gunakan penggunanya yaitu, sebagai
berikut.
1. Live (siaran langsung), yaitu fitur baru unggulan Instagram yang
memungkinkan penggunannya untuk melakukan siaran langsung. Serta
berbagi kegiatan dan aktifitas yang kita lakukan.
2. Instagram Story, fitur yang ada di dalam Instagram untuk mengunggah
foto atau vidio singkat mengenai kegiatan atau aktifitas yang kita lakukan
seharihari yang sifatnya hanya sementara, pembaruan foto dan vidio
tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam kelangan waktu 24jam dari
pertama kali kita unggah atau upload.
3. Like, yaitu sebuah fitur di dalam Instagram itu sendiri dengan tujuan
untuk menyukai foto atau vidio sesorang yang telah di upload di
Instagram itu sendiri, maka semakin banyak like pada foto atau vidio
maka semakin populer foto atau vidio tersebut. Di Instagram itu sendiri
like bersimbolkan dengan bentuk hati.
4. Comment, yaitu sebuah fitur untuk mengomentar sebagian foto atau vidio
yang telah di posting atau di upload oleh pengguna Instagram lainnya.
5. Face Filter, yaitu sebuah fitur di Instagram yang dapat memberikan efek-
efek yang unik serca lucu pada saat wajah kita menghadap kamera
6. Boomerang, yaitu sebuah fitur di Instagram yang memungkinkan kita
untuk mengulang-ulang gerakan kita saat membuat vidio yang berupa
foto di Instagram Story.
7. Simpan atau Bookmark, yaitu fitur yang di gunakan untuk menyimpan
foto atau vidio pengguna Instagram lainnya, dan dapat di lihat lagi pada
lain waktu.
8. Dirrect Messange, yaitu fitur Instagram yang memungkinkan kita untuk
melakukan chatingan kepada pengguna Instagram lainnya.
9. Super Zoom, yaitu fitur terbaru dari Instagram yang dapat memungkinkan
kita untuk mengezoom objek pada vidio disertai dengan suara yang unik
dan lucu.

4.2 Jual Beli Pakaian Bekas (Thrfit Shop) di Media Sosial Instagram
Dijaman sekarang perkembangan teknolgi sudah semakin canggih
dengan ini membuat segala aktivitas menjadi lebih mudah, tak terkecuali
dalam hal ber-sosial media khususnya media Instagram, Pada saat ini banyak
pengguna sosial media terkhusus Instagram yang terkenal karena akunnya
memiliki follower dengan jumlah yang banyak yang telah mengikutinya,
bahkan hal yang terjadi baru-baru ini adalah pengelola instagram di Indonesia
memberikan sebuah penghargaan kepada publick figure dengan
kategorikategori tertentu, salah satunya yaitu kategori follower terbanyak.
Media Sosial dapat digunakan untuk berbagai hal, di antaranya
adalahsebagai media penyebaran informasi, media interaksi sosial, dan media
usaha jualbeli. Haryanto menyebutkan dalam karya ilmiahnya bahwa
menggunakan mediasosial sebagai sarana penyebaran informasi dan interaksi
sosial merupakanlangkah efektif karena informasi dapat ditemukan dengan
cepat dan interaksinyatidak terbatas hanya untuk individu, namun juga untuk
kelompok. (Hartono, 2015:83)
Instagram adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk membagi
bagikan foto dan video. Instagram sendiri masih merupakan bagian dari
facebook yang memungkinkan teman facebook kita mengikuti (follow) akun
Instagram kita. Makin populernya Instagram sebagai aplikasi yang digunakan
untuk membagi foto membuat banyak pengguna yang turun ke bisnis online
turut mempromosikan produk-produknya lewat Instagram.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
perdagangan dengan memanfaatkan sarana media sosial telah mengubah
wajah bisnis di Indonesia. Selain disebabkan oleh adanya perkembangan
teknologi informasi juga disebabkan oleh tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan yang serba cepat, mudah dan praktis. Melalui media sosial,
masyarakat memiliki ruang gerak lebih luas dalam memilih produk (barang
dan jasa) yang akan dipergunakan tentunya dengan berbagai kualitas dan
kuantitas sesuai dengan yang diinginkan. (Mansur, 2005:144)
Transaksi jual beli melalui media sosial merupakan salah satu produk
dari internet yang merupakan sebuah jaringan komputer yang saling
terhubung antara satu dengan yang lainnya melalui media komunikasi seperti
kabel, telepon, satelit.49Jual beli melalui media sosial juga dapat meliputi
transfer informasi secara elektronik antara bisnis, dalam hal ini menggunakan
Electronic Data Interchange (EDI). (Sanjaya, 2009:36)
Transaksi jual beli melalui media sosial biasanya menggunakan
perjanjian tertulis, seperti melalui web, e-mail dan sejenisnya. Jual beli
melalui media sosial Instagram adalah transaksi jual beli yang dilakukan via
teknologi modern. Umumnya, penawaran dalam transaksi jual beli melalui
media sosial dilakukan secara tertulis, dimana suatu barang diunggah dalam
laman instagram dengan dilabeli harga tertentu. Kemudian bagi konsumen
atau pembeli yang menghendaki maka mentransfer uang sesuai dengan
hargayang tertera dan ditambah ongkos kirim.
Instagram memiliki fitur-fitur yang berbeda dengan jejaring sosial
lainnya. Salah satu fitur yang digunakan oleh akun-akun Instagram tersebut
adalah konsumen dapat mengetahui harga barang cukup dengan mengklik
gambar barang yang diinginkan dan bisa langsung terhubung ke website untuk
melakukan pembelian.
Berikut beberapa akun dan barang yang dijual :

Gambar 1: Laman Instagram @badjolama.co


Gambar 2 : Laman Instagram @onlythriftt.id
Gambar 3 : Laman Instagram @premiumstaff_id
Gambar 4 : Laman Instagram @itswear.id
Gambar 5 : Laman Instagram @ex_wearpremium
4.3 Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas (Thrift
Shop)
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Mekanisme Jual Beli Pakaian Bekas (Thrift Shop) di Media Sosial
Instagram
5.2 Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas
(Thrift Shop)
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Adibah, Faizatul. (2017). Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Tugu Pahlawan Kota
Surabaya (Tinjauan UU Perdagangan No 7 Tahun 2014 dan Fiqih
Muamalah). Malang : Universitas Negeri Malang

Amin, Ma’ruf. (2011). Era Baru Ekonomi Islam. Cet I. Depok : Elsas Jakarta. Hlm 4

Azizah, Nur Ela. (2020). Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Pelaksanaan
Jual Beli Pakaian Bekas. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Aviecin, Alif Rahman. (2021). Tinjauan Hukum Positif dan Maslahah Mursalah Atas
Praktik Jual Beli Pakaian Bekas (Thrift) Bemerek Impor di Kota Malang.
Malang : Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim

Basir, Ahmad Azhar. (1993). Azas-azas Hukum Muamalah. Yogyakarta : Fakultas


Islam. Hlm 83

Budianto, Agus. (2010). Formalin Dalam Kajian UU Kesehatan : (UU Pangan dan
UU Perlindungan Konsumen). Al-Adalah Jurnal Hukum Islam. Volume 9
Nomor 1. Hlm 160

Darmawansyah, Trisna Taufik. (2020). Akad As-Salam Dalam Sistem Jual Beli
Online (Studi Kasus Online Shopping di Lazada.co.id). Jurnal Aghinya
Stiesna Bengkulu. Volume 3 Nomor 1. Hlm 21

Mansur, Arief dan Elistaris Gultom. (2005). Aspek Hukum Teknologi Informasi.
Bandung : Refika Aditama. Hlm 144.

Fauzi, Ahmad. (2019). Jual Beli Pakaian Bekas dalam Perspektif Fikih Muamalah
Iqtishodiyah. Jurnal Ekonomi Syariah. Volume 4 Nomor 2. Hlm 236.

Hana, Kharis Fadlullah. (2019). Minat Beli Online Generasi Milenial : Pengaruh
Kepercayaan dan Kualitas Layanan. Bisnis : Jurnal Bisnis dan Manajemen
Islam. Volume 7 Nomor 2. Hlm 203-205.

Hartoyono. (2015). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Media Komunikasi


Komunitas Putakawan Homogen Dalam Rangka Pemanfaatan Bersama
Koleksi Antar Perguruan Tinggi. Jurnal Volume 5 Nomor 1. Hlm 83-86.

Karja. 7 Oktober 2019. Sistem Penjualan Dalam Online Shop. (m.kumparan.com,


diakses 15 Februari 20220

Kasim, Pratiwi Astuti. (2020). Praktik Jual Beli Pakaian Bekas Pada Masyarakat
Muslim Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Ongkaw Tiga
Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan). Manado : IAIN
Manado.

Kurniawan, Danang. (2019). Perspektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian
Bekas. Tawazun:Journal of Sharia Economic Law. Volume 2 Nomor 1. Hlm
88

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Ed. Rev. Jakarta : PT


Remaja Rosdakarya. Hlm 330-331

Mas’ud, Ibnu dan Zainal Abidin S. (2007). Fiqh Mahzhab Syafii. Jilid 2. Bandung :
Pustaka Setia. Hlm 24

Mubarok, Jaih. (2017). Fikih Mu’amalah maliyyah. Cet I. Bandung : Simbiosa


Rekatama Media. Hlm 3

Nimpuno, Hanjoyo bono. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pandom
Media Nusantara. Hlm 99

Nitisusastro, Mulyadi. (2012). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan.


Bandung : Alfabeta. Hlm 97

Nopaliana. (2016). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas (Studi
Kasus Di Pasar 16 Ilir Palembang). Palembang : UIN Raden Fatah
Palembang.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 Tentang Larangan


Impor Pakaian Bekas. (Diakses pada 16 Februari 2022)

Potter dan Patrici. Kebutuhan Manusia. Jakarta : Tiana Wacana. Hlm 7-8

Ramadhanni, Nafiah Friska. (2021). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Jual
Beli Pakaian Bekas di Gang Punthuk Madiun. Ponorogo : IAIN Ponorogo.

Sanjaya, Ridwan dan Wisnu Sanjaya. (2009). Membangun Kerajaan Bisnis Online
(Tuntunan Praktis Menjadi Pembisnis Online). Jakarta : Kompas Gramedia.
Hlm 36.

Syafei, Rachmat. (2001). Fiqih Muamalah. Cet ke-1. Bandung : Pustaka Setia.

Sugiono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfa Beta. Hlm 273-
276

Sukmadinata, Natra Syaodih. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :


Remaja Rosdakraya.
Wati, Dita Septika. (2016). Praktik Jual Beli Pakaian Impor Bekas (Studi Kasus di
Kota Salatiga). Salatiga : IAIN Salatiga.
PEDOMAN WAWANCARA

Pertanyaan Wawancara Kepada Owner (Penjual)

1. Sejak kapan anda menjual pakaian beka (thrift) di instagram ?


2. Mengapa anda memilih untuk menjual pakaian bekas (thrift) ?
3. Apakah anda mengtahui pakaian bekas (thrift) impor itu berasal dari mana ?
4. Bagaimana anda menjamin kebersihan dan kesehatan dari pakaian bekas (thrift)
impor tersebut ?
5. Apakah ada kendala dalam berjualan pakaian bekas (thrift) di instagram ?
6. Bagaimana metode penjualan yang anda lakukan ?
7. Bagaimana anda memperoleh pakaian bekas (thrift) yang anda jual ?
8. Apa saja paket yang tersedia didalam penjualan anda ?
9. Apakah anda mengetahui konsep jual beli dalam Islam ?

Pertanyaan Wawancara Kepada Konsumen (Pembeli)

1. Apa motif anda memilih pakaian bekas (thrift) ?


2. Seberapa sering anda membeli pakaian bekas (thrift) ?
3. Jenis pakaian apa yang sering anda beli ?
4. Apakah anda puas dengan barang yang sudah dibeli melalui online shop ?
5. Apakah anda pernah dirugikan ketika anda membeli pakaian bekas (thrift) ini ?
6. Kenapa anda memilih online shop sebagai sarana untuk mendapatkan barang
yang dibutuhkan ?
7. Apakah anda mengetahui bahwa pakaian bekas (thrift) ini barang illegal ?

Anda mungkin juga menyukai